Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat – Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul Pengantar Geometri Untuk Perguruan
Tinggi. Modul ini memuat teorema beserta pembuktiannya tentang garis sejajar dan
sudut – sudut pada segitiga. Terdapat pula definisi dan jenis – jenis segitiga, serta
corollary mengenai sudut – sudut pada segitiga. Selain itu, modul ini dilengkapi dengan
contoh soal dan menyediakan latihan mandiri beserta pembahasannya untuk menguji
pemahaman mahasiswa terkait materi yang terdapat pada modul.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan modul ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian modul ini. Terutama dosen pengampu mata kuliah Pengantar
Geometri, Ibu Kridha Pusawidjayanti, S.Si., M.Si., yang telah membimbing penulis
dalam pembuatan modul ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya mahasiswa.
TUJUAN
Berikut adalah tinjauan singkat dari postulat dan teorema yang relevan dari Bagian
2.1. Masing – masing memiliki hipotesis “Jika dua garis sejajar dipotong oleh transversal.”
Postulat 11
Jika dua garis sejajar dipotong oleh transversal, maka sudut – sudut yang sehadap
kongruen.
Teorema 2.1.2
Jika dua garis sejajar dipotong oleh transversal, maka sudut – sudut dalam
berseberangan kongruen.
Teorema 2.1.3
Jika dua garis sejajar dipotong oleh transversal, maka sudut – sudut luar berseberangan
kongruen.
Teorema 2.1.4
Jika dua garis sejajar dipotong oleh transversal, maka sudut – sudut dalam pada sisi
yang sama (sudut dalam sepihak) dari transversal saling berpelurus (suplementer).
Teorema 2.1.5
Jika dua garis sejajar dipotong oleh transversal, maka sudut – sudut luar pada sisi yang
sama (sudut luar sepihak) dari transversal saling berpelurus (suplementer).
Misalkan kita ingin membuktikan bahwa dua garis sejajar. Teorema seperti itu akan
berbunyi “Jika …, maka garis-garis ini sejajar.” Saat ini, satu-satunya metode yang kami
miliki untuk membuktikan garis sejajar didasarkan pada definisi garis sejajar. Menetapkan
kondisi definisi (bahwa garis koplanar tidak berpotongan) hampir tidak mungkin! Jadi,
kita mulai mengembangkan metode untuk membuktikan bahwa garis pada bidang adalah
sejajar dengan membuktikan Teorema 2.3.1 menggunakan metode tidak langsung.
Rekanan dari Teorema 2.1.2–2.1.5, yaitu, Teorema 2.3.2–2.3.5, dibuktikan secara
langsung tetapi bergantung pada Teorema 2.3.1. Kecuali untuk Teorema 2.3.6, teorema
bagian ini membutuhkan garis koplanar (sebidang).
Jika dua garis dipotong oleh transversal sehingga sudut – sudut yang sehadap
kongruen, maka kedua garis tersebut sejajar.
𝑡
𝑟 1
3
4
𝑙
𝑃
Gambar 2.16
Diberikan: 𝑙 dan 𝑚 dipotong oleh transversal 𝑡.
∠1 ≅ ∠2 (Lihat gambar 2.16)
Buktikan : 𝑙 ∥ 𝑚
Pembuktian:
Misalkan bahwa 𝑙 ∦ 𝑚.
Maka garis 𝑟 dapat ditarik melalui titik 𝑃 yaitu sejajar dengan 𝑚; ini mengikuti dari
Postulat 10 (Postulat Paralel). Jika 𝑟 ∥ 𝑚, maka ∠3 ≅ ∠2 karena sudut-sudut tersebut
sehadap. Akan tetapi ∠1 ≅ ∠2 menurut yang diberikan. Sehingga ∠3 ≅ ∠1 dengan Sifat
Transitif dari Kongruensi; karenanya 𝑚∠3 = 𝑚∠1. Namun 𝑚∠3 + 𝑚∠4 = 𝑚∠1. (Lihat
Gambar 2.16). Substitusi 𝑚∠1 ke 𝑚∠3 didapat 𝑚∠1 + 𝑚∠4 = 𝑚∠1; dan dengan
pengurangan, 𝑚∠4 = 0. Ini kontradiksi dengan Postulat 8 (Postulat Busur Derajat), yang
menyatakan bahwa ukuran setiap sudut adalah suatu bilangan positif tunggal.
Setelah dibuktikan, Teorema 2.3.1 membuka pintu ke sejumlah metode lain untuk
membuktikan bahwa garis sejajar. Setiap klaim dalam Teorema 2.3.2–2.3.5 adalah
kebalikan dari rekanan di Bagian 2.1.
Teorema 2.3.2
Jika dua garis dipotong oleh transversal sehingga sudut – sudut dalam berseberangan
kongruen, maka kedua garis tersebut sejajar.
2 𝑚
Gambar 2.17
Solusi:
PEMBUKTIAN
Pernyataan Alasan
1. 𝑙 dan 𝑚; transversal 𝑡; ∠2 ≅ ∠3 1. Diberikan.
2. ∠1 ≅ ∠3 2. Jika dua garis berpotongan, ∠𝑠 vertikal
(bertolak belakang) yang bersesuaian
≅. (Teorema 1.6.2)
3. ∠1 ≅ ∠2 3. Sifat Transitif dari Kongruensi.
4. 𝑙 ∥ 𝑚 4. Jika dua garis dipotong oleh transversal
sehingga ∠𝑠 yang sehadap ≅, maka
kedua garis tersebut sejajar.
(Teorema 2.3.1)
Teorema berikut ini dibuktikan dengan cara yang mirip dengan pembuktian Teorema
2.3.2.
Teorema 2.3.3
Jika dua garis dipotong oleh transversal sehingga sudut – sudut luar berseberangan
kongruen, maka kedua garis tersebut sejajar.
2
𝑚
4
Gambar 2.18
PEMBUKTIAN
Pernyataan Alasan
1. 𝑙 dan 𝑚; transversal 𝑡; ∠1 ≅ ∠4 1. Diberikan.
2. ∠1 ≅ ∠3 2. Jika dua garis berpotongan, ∠𝑠 vertikal
(bertolak belakang) yang bersesuaian
≅. (Teorema 1.6.2)
3. ∠3 ≅ ∠4 3. Sifat Transitif dari Kongruensi.
4. 𝑙 ∥ 𝑚 4. Jika dua garis dipotong oleh
transversal sehingga ∠𝑠 yang sehadap
≅, maka kedua garis tersebut sejajar.
(Teorema 2.3.1)
Contoh 1
Pada Gambar 2.19, garis mana yang harus sejajar jika ∠3 ≅ ∠8?
Solusi:
∠3 dan ∠8 adalah sudut – sudut luar bersebrangan yang terbentuk ketika garis 𝑐 dan
𝑑 dipotong oleh transversal 𝑏. Jadi, 𝑐 ∥ 𝑑.
Contoh 2
Solusi:
Dengan 𝑏 sebagai transversal untuk garis 𝑐 dan 𝑑, ∠3 dan ∠5 adalah sudut – sudut
yang sehadap. Maka 𝑐 sejajar dengan 𝑑 jika ∠3 dan ∠5 kongruen.
Jadi, 𝑚∠5 = 94˚.
Teorema 2.3.4
Jika dua garis dipotong oleh transversal sehingga sudut – sudut dalam pada sisi yang
sama (sudut dalam sepihak) dari transversal saling berpelurus (suplementer), maka
kedua garis tersebut sejajar.
Contoh 3
𝑡
Buktikan Teorema 2.3.4
(Lihat gambar 2.20)
3
𝑙 1 Diberikan: Garis 𝑙 dan 𝑚; transversal 𝑡.
2 ∠1 adalah pelurus dari ∠2
𝑚 Buktikan : 𝑙 ∥ 𝑚
Gambar 2.20
Solusi:
PEMBUKTIAN
Pernyataan Alasan
1. Garis 𝑙 dan 𝑚; transversal 𝑡; 1. Diberikan.
∠1 adalah pelurus dari ∠2
2. ∠1 adalah pelurus dari ∠3 2. Jika sisi luar dari dua ∠𝑠 yang
berdekatan membentuk garis lurus,
kedua ∠𝑠 ini saling berpelurus
(suplementer). (Teorema 1.7.6)
3. ∠2 ≅ ∠3 3. Jika dua ∠𝑠 saling berpelurus
(suplementer) dengan sudut lain
yang sama, kedua sudut tersebut ≅.
(Teorema 1.7.3)
4. 𝑙 ∥ 𝑚 4. Jika dua garis dipotong oleh
transversal sehingga ∠𝑠 yang
sehadap ≅, maka kedua garis
tersebut sejajar. (Teorema 2.3.1)
Jika dua garis dipotong oleh transversal sehingga sudut – sudut luar pada sisi yang
sama (sudut luar sepihak) dari transversal saling berpelurus (suplementer), maka kedua
garis tersebut sejajar.
.
Gambar 2.21
Solusi:
PEMBUKTIAN
Pernyataan Alasan
1. Garis 𝑙 dan 𝑚; transversal 𝑘; 1. Diberikan.
∠1 adalah pelurus dari ∠7
2. ∠5 adalah pelurus dari ∠7 2. Jika sisi luar dari dua ∠𝑠 yang
berdekatan membentuk garis lurus,
kedua ∠𝑠 ini saling berpelurus
(suplementer). (Teorema 1.7.6)
3. ∠1 ≅ ∠5 3. Jika dua ∠𝑠 saling berpelurus
(suplementer) untuk sudut lain yang
sama, kedua sudut tersebut ≅.
(Teorema 1.7.3)
4. 𝑙 ∥ 𝑚 4. Jika dua garis dipotong oleh
transversal sehingga ∠𝑠 yang
sehadap ≅, maka garis-garis tersebut
sejajar. (Teorema 2.3.1)
Pada Gambar 2. 22, segmen garis mana yang harus sejajar jika ∠𝐵 dan ∠𝐶 saling
berpelurus (suplementer)?
A B
D C
Gambar 2.22
Solusi:
Sekali lagi, solusinya terletak pada pertanyaan "Segmen garis mana yang
membentuk ∠𝐵 dan ∠𝐶?” Dengan 𝐵𝐶 തതതത sebagai transversal, ∠𝐵 dan ∠𝐶 dibentuk
തതതത dan 𝐷𝐶
oleh 𝐴𝐵 തതതത . Karena ∠𝐵 dan ∠𝐶 saling berpelurus (suplementer), itu
menunjukan bahwa 𝐴𝐵 തതതത ∥ 𝐷𝐶
തതതത .
Kami menyertakan dua teorema terakhir yang menyediakan sarana tambahan untuk
membuktikan bahwa garis sejajar. Pembuktian Teorema 2.3.6 membutuhkan garis bantu
(transversal). Bukti Teorema 2.3.7 ditemukan pada Contoh 5.
Teorema 2.3.6
Jika dua garis masing – masing sejajar dengan garis ketiga, maka garis – garis ini
sejajar satu sama lain.
𝑓 𝑔 ℎ Diberikan: 𝑓 ∥ 𝑔; 𝑓 ∥ ℎ
Buktikan : 𝑓 ∥ 𝑔 ∥ ℎ
Catatan :
Asumsikan garis 𝑓, garis 𝑔, dan garis ℎ terletak
𝑡 1 3 5 7 9 11 pada satu bidang. Gunakan garis bantu yaitu
2 4 6 8 10 12
transversal 𝑡 yang memotong ketiga garis tersebut.
(Lihat Gambar 2.23)
Gambar 2.23
Teorema 2.3.6 benar meskipun ketiga garis yang dijelaskan non-koplanar (tidak
sebidang). Dalam Teorema 2.3.7, garis harus koplanar (sebidang).
Teorema 2.3.7
Jika dua garis koplanar masing – masing tegak lurus terhadap garis ketiga, maka garis
– garis ini sejajar satu sama lain.
A D Diberikan:
ശሬሬሬሬԦ
𝐴𝐶 ⊥ ശሬሬሬሬԦ
𝐵𝐸 dan ശሬሬሬሬԦ
𝐷𝐹 ⊥ ശሬሬሬሬԦ
𝐵𝐸
1 2 (Lihat Gambar 2.24)
B E
ശሬሬሬሬԦ ∥ 𝐷𝐹
Buktikan : 𝐴𝐶 ശሬሬሬሬԦ
C F
Gambar 2.24
Solusi:
PEMBUKTIAN
Pernyataan Alasan
ശሬሬሬሬԦ ⊥ 𝐵𝐸
1. 𝐴𝐶 ശሬሬሬሬԦ dan 𝐷𝐹
ശሬሬሬሬԦ ⊥ 𝐵𝐸
ശሬሬሬሬԦ 1. Diberikan.
2. ∠1 dan ∠2 adalah sudut siku – 2. Jika dua garis tegak lurus, mereka
siku bertemu membentuk sudut siku –
siku. (Teorema 1.6.1)
3. ∠1 ≅ ∠2 3. Semua sudut siku – siku ≅.
(Teorema 1.7.4)
ശሬሬሬሬԦ ∥ 𝐷𝐹
4. 𝐴𝐶 ശሬሬሬሬԦ 4. Jika dua garis dipotong oleh
transversal sehingga sudut yang
sehadap ≅, maka garis tersebut
sejajar. (Teorema 2.3.1)
Contoh 6
𝑡
Diberikan:
𝑚∠1 = 7𝑥 dan 𝑚∠2 = 5𝑥
3
𝑙 1 (Lihat Gambar 2.25)
2
𝑚 Tentukan:
𝑥, sehingga 𝑙 akan sejajar dengan 𝑚.
Gambar 2.25
Agar 𝑙 sejajar dengan 𝑚, ∠1 dan ∠2 harus suplementer. Ini mengikuti dari Teorema
2.3.4 karena ∠1 dan ∠2 adalah sudut dalam pada sisi yang sama dari transversal
𝑡. Maka
7𝑥 + 5𝑥 = 180
12𝑥 = 180
𝑥 = 15
Perhatikan: Dengan 𝑚∠1 = 105˚ dan 𝑚∠2 = 75˚, kita melihat bahwa ∠1 dan ∠2
saling berpelurus (suplementer). Maka 𝑙 ∥ 𝑚.
Konstruksi 7
Untuk membuat garis yang sejajar dengan garis tertentu dari suatu titik yang
tidak berada pada garis itu.
Diberikan : ശሬሬሬሬԦ
𝐴𝐵 dan titik 𝑃 tidak di ശሬሬሬሬԦ
𝐴𝐵 , seperti Gambar 2.26(a)
𝐴 𝐵 𝑃
(a)
𝑋
𝐴 𝐵
(c)
𝐴 𝐵
(b)
Gambar 2.26
Gambar 2.26
Konstruksikan:
Gambar 2.26(a): Tentukan lokasi garis 𝐴𝐵 dan titik acuan 𝑃 (titik yang berada
di luar garis 𝐴𝐵).
Gambar 2.26(b): Tarik garis (menjadi transversal) melalui titik 𝑃 dan salah satu
titik pada ശሬሬሬሬԦ
𝐴𝐵 . Untuk memudahkan, kami memilih titik 𝐴 dan
menggambar 𝐴𝑃 ശሬሬሬሬԦ .
2. Lengkapi setiap bukti dengan mengisi pernyataan dan alasan yang hilang.
𝑡
Diberikan: 𝑙 ∥ 𝑚
∠3 ≅ ∠4
1
𝑙 Buktikan : 𝑙 ∥ 𝑛
𝑚 2
3
𝑛 4
𝐵 𝐴
𝑙
2
𝐸
𝐶
𝑛
𝐷
𝐸 𝐷
2
𝐴 𝐵
Diberikan : ∠3 ≅ ∠1
ሬሬሬሬሬԦ
𝐷𝐸 membagi dua ∠𝐶𝐷𝐴
𝐸𝐷 ∥ തതതത
Buktikan : തതതത 𝐴𝐵
2
4 𝑙
5 6
𝑚
7 8
𝑥
a. 𝑚∠1 = 2 + 35
3𝑥
𝑚∠5 = 4
b. 𝑚∠6 = 𝑥 2 − 9
𝑚∠2 = 𝑥(𝑥 − 1)
c. 𝑚∠2 = (𝑥 2 − 1)(𝑥 + 1)
𝑚∠8 = 185 − 𝑥 2 (𝑥 + 1)
Dalam geometri, kata union berarti bahwa figure (angka, gambar, garis, dan lainnya)
yang bergabung atau digabungkan.
C
F
D
A B
Gambar 2.27
Definisi
Segitiga (simbol △) adalah gabungan tiga segmen garis yang ditentukan oleh tiga titik
non-kolinier.
Segitiga pada Gambar 2.27 dikenal sebagai △ 𝐴𝐵𝐶 atau △ 𝐵𝐶𝐴, dan lainnya (urutan
huruf A, B, dan C tidak penting). Setiap titik 𝐴, 𝐵, dan 𝐶 adalah titik sudut segitiga; secara
kolektif, ketiga titik ini adalah titik sudut segitiga. തതതത തതതത , dan തതതത
𝐴𝐵 , 𝐵𝐶 𝐴𝐶 adalah sisi – sisi dari
segitiga. Titik 𝐷 berada di bagian dalam segitiga; titik 𝐸 berada pada segitiga; dan titik 𝐹
berada di luar segitiga.
Segitiga dapat dikategorikan berdasarkan panjang sisinya. Tabel 2.1 menyajikan
setiap jenis segitiga, hubungan antara sisi-sisinya, dan gambar di mana sisi-sisi yang
kongruen ditandai.
Tabel 2.1
Klasifikasi Segitiga Berdasarkan Sisi yang Kongruen
Tabel 2.2
Klasifikasi Segitiga Berdasarkan Sudutnya
Sama Sudut
Semua Sudutnya Kongruen
(Equiangular)
Contoh 1
Gambar 2.28
Ketika garis bantu dimasukkan ke dalam bukti, gambar asli terkadang di gambar ulang
demi kejelasan. Setiap garis bantu harus determined, tidak boleh underdetermined atau
overdetermined. Sebuah figure underdetermined ketika lebih dari satu kemungkinan
figure tersebut dijelaskan. Di sisi lain, sebuah figure overdetermined ketika tidak
memungkinkan untuk semua kondisi yang dijelaskan dipenuhi.
Teorema 2.4.1
Pernyataan pertama dalam "bukti gambar" berikut menetapkan garis bantu yang digunakan.
Garis bantu dibenarkan oleh Postulat Paralel.
C
A (a) B
C
E 1 2 3 D
A (b) B
Gambar 2.29
Bukti Gambar dari Teorema 2.4.1
Contoh 2
Pada △ 𝑅𝑆𝑇 (tidak ditampilkan), 𝑚∠𝑅 = 45˚ dan 𝑚∠𝑆 = 64˚. Tentukan 𝑚∠𝑇.
Solusi:
Gambar 2.30
Teorema yang mengikuti langsung dari teorema sebelumnya dikenal sebagai akibat
wajar (Corollary) dari teorema itu. Corollary, seperti teorema, harus dibuktikan sebelum
dapat digunakan. Bukti – bukti ini seringkali singkat, tetapi bergantung pada teorema
terkait. Disarankan agar mahasiswa membuat gambar untuk mengilustrasikan setiap
Corollary.
Corollary 2.4.2
Gambar 2.31
Dengan Teorema 2.4.1, jumlah besar sudut dalam sebuah segitiga adalah 180˚. Segitiga
sama sudut adalah segitiga yang ketiga sudutnya sama besar (𝑚∠𝐶𝐴𝐵 = 𝑚∠𝐴𝐵𝐶 =
𝑚∠𝐵𝐶𝐴).
Misalkan: Catatan:
𝑥 = 𝑚∠𝐶𝐴𝐵 = 𝑚∠𝐴𝐵𝐶 = 𝑚∠𝐵𝐶𝐴 Jika suatu segitiga adalah segitiga sama
Maka, sudut, maka segitiga tersebut bisa dikatakan
𝑚∠𝐶𝐴𝐵 + 𝑚∠𝐴𝐵𝐶 + 𝑚∠𝐵𝐶𝐴 = 180˚ segitiga sama sisi. Tetapi hal tersebut tidak
𝑥 + 𝑥 + 𝑥 = 180˚ berlaku sebaliknya. (Gambar 2.31 dibuat
3𝑥 = 180˚ menggunakan geogebra)
𝑥 = 60˚
Aturan Umum:
Pembuktian Corollary diselesaikan dengan menggunakan teorema dimana
Corollary bergantung.
Ilustrasi :
Menggunakan △ 𝑁𝑀𝑄 dari Contoh 3, pembuktian Corollary 2.4.3 bergantung pada
fakta bahwa 𝑚∠𝑁 + 𝑚∠𝑀 + 𝑚∠𝑄 = 180˚. Dengan 𝑚∠𝑀 = 90˚, itu menunjukan
bahwa 𝑚∠𝑁 + 𝑚∠𝑄 = 90˚.
Contoh 3
Diberikan:
∠𝑀 adalah sudut siku – siku pada △ 𝑁𝑀𝑄 (tidak ditampilkan); 𝑚∠𝑁 = 57˚
Tentukan: 𝑚∠𝑄
Solusi:
Karena sudut lancip ∠𝑠 dari segitiga siku – siku
adalah komplemen,
𝑚∠𝑁 + 𝑚∠𝑄 = 90˚
57˚ + 𝑚∠𝑄 = 90˚
𝑚∠𝑄 = 33˚
(Gambar 2.32 dibuat menggunakan geogebra).
Gambar 2.32
Corollary 2.4.4
Jika dua sudut dari suatu segitiga kongruen dengan dua sudut dari segitiga lain, maka
sudut ketiga juga kongruen.
Pada △ 𝑅𝑆𝑇 dan △ 𝑋𝑌𝑍 (segitiga tidak ditampilkan), 𝑚∠𝑅 = 𝑚∠𝑋 = 52˚.
Juga, 𝑚∠𝑆 = 𝑚∠𝑌 = 59˚.
a) Tentukan 𝑚∠𝑇
b) Tentukan 𝑚∠𝑍
c) Apakah ∠𝑇 ≅ ∠𝑍?
Solusi:
Gambar 2.33
Gambar 2.33 dibuat menggunakan geogebra
a) 𝑚∠𝑅 + 𝑚∠𝑆 + 𝑚∠𝑇 = 180˚
52˚ + 59˚ + 𝑚∠𝑇 = 180˚
115˚ + 𝑚∠𝑇 = 180˚
𝑚∠𝑇 = 69˚
b) Menggunakan 𝑚∠𝑋 + 𝑚∠𝑌 + 𝑚∠𝑍 = 180˚, kita mengulang bagian (a)
untuk menentukan 𝑚∠𝑍 = 69˚.
c) Ya, 𝑚∠𝑇 ≅ 𝑚∠𝑍 (keduanya berukuran 69˚)
Besar sudut luar suatu segitiga sama dengan jumlah besar kedua sudut dalam yang
tidak berdekatan.
Contoh 5
Diberikan:
V R Pada Gambar 2.35
1 𝑚∠1 = 𝑥 2 + 2𝑥
2
𝑚∠𝑆 = 𝑥 2 − 2𝑥
𝑚∠𝑇 = 3𝑥 + 10
Tentukan: 𝑥
S T
Gambar 2.35
Solusi:
Dengan Corollary 2.4.5
𝑚∠1 = 𝑚∠𝑆 + 𝑚∠𝑇
𝑥 + 2𝑥 = (𝑥 2 − 2𝑥) + (3𝑥 + 10)
2
2𝑥 = 𝑥 + 10
𝑥 = 10
Cek:
𝑚∠1 = 120˚, 𝑚∠𝑆 = 80˚, dan 𝑚∠𝑇 = 40˚; sehingga 120˚ = 80˚ + 40˚ yang
mana memenuhi kondisi pada Corollary 2.4.5.
A B
A B
ശሬሬሬሬԦ ⊥ 𝐴𝐶
a. Melalui titik sudut 𝐵 dari Δ𝐴𝐵𝐶, gambar 𝐴𝐵 തതതത .
b. Gambarlah garis yang memuat 𝐴, 𝐵, dan 𝐶.
c. Gambarlah garis yang memuat 𝑀, titik tengah dari 𝐴𝐵 തതതത.
3.
𝐴
5 1 2
𝐵 𝐷 𝐸 𝐶
𝐶
4. Garis atap sebuah rumah menunjukkan bentuk
segitiga siku-siku 𝐴𝐵𝐶 dengan 𝑚∠𝐶 = 90˚.
Jika 𝑚∠𝐶𝐴𝐵 adalah 24˚ lebih besar dari
𝐴 𝐵
𝑚∠𝐶𝐵𝐴, maka berapa besar masing – masing
sudut?
5. Diberikan: 𝑚∠1 = 𝑥 𝐶
𝑚∠2 = 𝑦 1
𝑚∠3 = 3𝑥
Tentukan: 𝑥 dan 𝑦
2 3
𝐴 𝐵
5. a. 𝑚∠1 = 𝑚∠5
𝑥 3𝑥
+ 35 = 4
2
2𝑥 + 140 = 3𝑥
𝑥 = 140
b. 𝑚∠6 = 𝑚∠2
𝑥 2 − 9 = 𝑥(𝑥 − 1)
𝑥2 − 9 = 𝑥2 − 𝑥
𝑥=9
c. 𝑚∠2 + 𝑚∠8 = 180
(𝑥 − 1)(𝑥 + 1) + 185 − 𝑥 2 (𝑥 + 1) = 180
2
𝑥 3 + 𝑥 2 − 𝑥 − 1 + 185 − 𝑥 3 − 𝑥 2 = 180
𝑥=4
1. a. Underdetermined.
Karena ada banyak kemungkinan garis yang dapat dibuat yang melalui titik
sudut 𝐶 dari Δ𝐴𝐵𝐶.
b. Determined.
Berdasarkan Postulat 10, melalui suatu titik yang tidak berada pada suatu garis,
tepat satu garis sejajar dengan garis tersebut.
c. Overdetermined.
Tidak memungkinkan untuk 𝐶𝑀 തതതതത tegak lurus 𝐴𝐵
തതതത .
2. a. Overdetermined.
Tidak memungkinkan ശሬሬሬሬԦ𝐴𝐵 ⊥ തതതത
𝐴𝐶 melalui titik sudut 𝐵 dari Δ𝐴𝐵𝐶.
b. Overdetermined.
Tidak ada garis yang dapat memuat ketiga titik tersebut sekaligus.
c. Underdetermined.
Ada banyak kemungkinan garis yang melalui titik 𝑀.
3.
𝐴
5 1 2
𝐵 𝐷 𝐸 𝐶
Alexander, Daniel C. & Geralyn M. Koeberlein. 2011. Elementary Geometry for College
Students “Fifth Edition”. USA: Brooks/Cole, Cengage Learning