Anda di halaman 1dari 23

Bab 3

Bab 3 ini akan membahas tentang kekongruenan dua segitiga. Ada beberapa
syarat kekongruenan yang dapat digunakan dalam menunjukkan dua bangun segitiga
kongruen. Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat mengidentifikasi
syarat-syarat kekongruenan dua bangun segitiga serta mampu membuktikan teorema
ataupun memecahkan permasalahan yang memerlukan konsep kekongruenan

3.1 Pendahuluan

Sebelum membahas kekongruenan dua segitiga, terlebih dahulu akan


diperkenalkan beberapa pengertian dasar seperti diuraikan berikut ini.

Definisi 3.1

Misalkan ada n buah titik berlainan sebutlah T1 , … , Tn sedemikian hingga

setiap tiga titiknya tak segaris. Jika dibuat ruas garis T1T2 , T2T3 ,…

, Tn −1Tn , Tn T1 sehingga ruas garis-ruas garis tersebut membatasi suatu daerah


konveks. Gabungan ruas-ruas garis tersebut dinamakan poligon-n atau segi-n.
Ruas garis T1T2 , T2T3 , … , Tn −1Tn , Tn T1 disebut sisi poligon, ∠ T1 , … ,

∠ Tn disebut sudut poligon, titik persekutuan dari dua buah sisi disebut titik
sudut. Ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut dan bukan merupakan
sisi disebut diagonal. Jika T1T2 ≅ T2T3 ≅…≅ Tn −1Tn ≅ Tn T1 dan m ∠ T1 = …

m ∠ Tn , poligon tersebut disebut poligon beraturan.

27
Definisi 3.2
Sudut bersesuaian dari dua poligon adalah dua sudut yang titik sudutnya
merupakan pasangan elemen-elemen bersesuaian dalam suatu pemasangan
antara titik sudut dua poligon

Definisi 3.3
Sisi bersesuaian dari dua poligon adalah dua sisi yang titik ujungnya
merupakan pasangan elemen-elemen bersesuaian dalam suatu pemasangan
antara sudut-sudut dua poligon.

Sebagai ilustrasi, perhatikanlah gambar dan uraian berikut.


B E

A C D F
(a) (b)
Gambar 3.1

Misalkan akan dilakukan pemasangan satu-satu ABC ↔ DEF pada kedua poligon di
atas. Tanda “↔” menyatakan pemasangan satu-satunya. Pada pemasangan tersebut
ada elemen-elemen yang bersesuaian yakni A ↔ D, B ↔ E dan C ↔ F . Dengan
demikian akan diperoleh pasangan sudut yang bersesuaiannya adalah ∠ A dengan
∠ D, ∠ B dengan ∠ E dan ∠ C dengan ∠ F. Sementara itu, sisi-sisi yang

bersesuaiannya adalah AB dengan DE , BC dengan EF , dan AC dengan DF .

Definisi 3.4
Segitiga adalah poligon yang hanya memiliki tiga buah sisi.

Sementara itu, ada yang mendefinisikan segitiga itu sebagai gabungan ketiga ruas
garis hubung dua-dua titik dari tiga titik yang tak segaris. Suatu segitiga biasanya
dinyatakan dengan lambang “∆”. Panjang masing-masing sisi dapat menggunakan
huruf kecil sesuai dengan huruf yang dipakai menamai titik sudut dihadapan sisi
tersebut.

28
Definisi 3.5
1. Suatu segitiga disebut sama kaki jika dan hanya jika ada dua sisi yang kongruen.
2. Suatu segitiga disebut samasisi jika dan hanya jika pada ketiga sisi segitiga
tersebut, setiap pasangan dua sisinya kongruen.
3. Suatu segitiga disebut lancip jika dan hanya jika ketiga sudut segitiga tersebut
lancip.
4. Suatu segitiga disebut segitiga siku-siku jika dan hanya jika salah satu sudut
segitiga tersebut siku-siku.
5. Suatu segitiga disebut tumpul jika dan hanya jika salah satu sudut segitiga
tersebut tumpul.
6. Sudut luar di C pada ∆ ABC adalah sudut yang berdampingan dan menjadi
pelurus ∠ C.
7. Garis bagi suatu sudut (bissectrice) segitiga adalah ruas garis yang terletak pada
garis bagi sudut tersebut yang ujung-ujungnya terletak pada titik sudut tersebut
dan pada sisi di depan sudut tersebut.
8. Garis Berat (Median) pada suatu titik sudut segitiga adalah ruas garis yang
berujung di titik sudut tersebut dan di titik tengah sisi dihadapan sudut tersebut.
9. Garis Tinggi pada suatu titik sudut segitiga adalah ruas garis yang berujung di
titik sudut tersebut dan di sisi depannya atau perpanjangannya dan tegak lurus
garis pemuat sisi depan tersebut.

B B

F G



. .
D E A C D A E C
(b)
(a)
Gambar 3.2

Pada Gambar 3.2 di atas, ∠ DAB adalah sudut luar di A pada ∆ ABC. BE adalah

garis tinggi ∆ ABC pada B, pada Gambar 3.2 (a), AF adalah garis bagi ∠ A dan

pada Gambar 3.2 (b), AG adalah garis berat ∆ ABC pada A.


29
Latihan 3.1

1. Jenis segitiga dapat dikelompokkan berdasarkan jenis sisi atau jenis


sudutnya. Sebutkanlah pengelompokan tersebut.
2. Apakah bangun di bawah ini dapat disebut segi-4, jelaskan jawaban Anda.

3. Diketahui ∆ ABC dan ∆ DEF. Ada berapa banyak pasangan satu-satu yang
dapat dibentuk untuk menyatakan pasangan sudut dan sisi yang bersesuaian.
Cobalah buat generalisasi untuk segi-n.
4. Diketahui ∠ A ≅ ∠ B, ∠ C ≅ ∠ F dan ∠ E ≅ ∠ D. Tulislah korespondensi
antara poligon AEC dan BFD sedemikian hingga korespondensi tersebut
menyatakan korespondensi sudut-sudut yang kongruen.
5. Diketahui AB ≅ DE , BC ≅ EF dan CA ≅ FD . Tulislah korespondensi
antara poligon BAC dan EFD sedemikian hingga korespondensi tersebut
menyatakan korespondensi sisi-sisi yang kongruen.

3.2 Beberapa Teorema Pendahuluan

Teorema 3.1
Sudut luar salah satu sudut segitiga sama dengan jumlahan kedua sudut yang
tidak bersisian dengan sudut luar tersebut.
B

2
1
A
.
C D

Gambar 3.3

30
Bukti
Melalui C tarik garis yang sejajar AB . ∠ A = ∠ C1 (Karena sehadap), ∠ B = ∠ C2
(Sudut dalam berseberangan). ∠ BCD = ∠ C1 + ∠ C2 = ∠ A + ∠ B.

Akibat Teorema 3.1

Sudut luar salah satu sudut segitiga lebih besar daripada salah satu sudut yang
tidak bersisian dengan sudut luar tersebut.

Teorema 3.2

Jumlah ketiga sudut segitiga adalah 180o

Akibat 1 Teorema 3.2

Jika pada dua buah segitiga ada dua pasang sudut yang sama besar, pasangan
sudut yang satunya lagi pastilah sama besar.

Akibat 2 Teorema 3.2

Kedua sudut lancip pada suatu segitiga siku-siku saling berpenyiku.

Latihan 3.2

1. Buktikan Akibat Teorema 3.1


2. Buktikan Teorema 3.2
3. Buktikan Akibat 1 Teorema 3.2
4. Buktikan Akibat 2 Teorema 3.2

3.3 kekongruenan Dua Segitiga

Definisi 3.6

Dua poligon disebut kongruen (sama dan sebangun) jika dan hanya jika ada
pasangan satu-satu antara titik-titik sudut kedua poligon sedemikian hingga
semua sisi bersesuaiannya kongruen dan semua sudut bersesuaiannya
kongruen. Untuk menyatakan dua poligon kongruen digunakan lambang “ ≅ “

31
Dari definisi di atas, untuk menunjukkan bahwa dua buah segitiga kongruen
kita harus menunjukkan keenam unsur segitiga yang bersesuaian adalah kongruen
(pasangan sudut yang bersesuaian ukurannya sama besar, pasangan sisi yang
bersesuaian sama panjang). Jadi, harus ditunjukkan adanya kekongruenan pada 6
pasang unsur kedua segitiga tersebut. Namun, nyatanya jika hanya tiga pasangan
unsur segitiga yang bersesuaian kongruen, di bawah kondisi yang tertentu kita dapat
menyimpulkan bahwa kedua segitiga itu kongruen. Hal ini dijamin oleh teorema-
teorema kekongruenan dua segitiga seperti yang akan kita bahas berikut. Untuk
pembahasannya akan dilakukan dengan mengacu pada dua postulat versi SMSG
yakni Postulat 12 tentang Pembentukan Sudut dan Postulat 15 berikut.

Postulat 15 tentang Kekongruenan Dua ∆ Berdasarkan Sisi-Sudut-Sisi (S-Sd-S)

Jika pada dua segitiga berlaku dua buah sisinya sama panjang dan sudut yang
dibentuk kedua sisi tersebut sama besar, kedua segitiga itu kongruen.

B E Jika :
AC ≅ DF (S)
m ∠ A = m ∠ D (Sd)
. . AB ≅ DE (S)
A D maka
C F ∆ ABC ≅ ∆ DEF
Gambar 3.4

Dari postulat di atas, dapat diturunkan beberapa teorema seperti berikut. Ada empat
teorema yang dapat digunakan untuk menunjukkan kekongruenan dua segitiga
seperti diuraikan berikut ini.

Teorema 3.3 (Sd-S-Sd)

Jika pada dua segitiga berlaku salah satu sisinya sama panjang dan dua sudut
yang terletak pada sisi tersebut masing-masing sama besar, kedua segitiga itu
kongruen.

32
B E
Jika
m ∠ A = m ∠ D (Sd)
.. .. AC ≅ DF (S)
A
. D
. m ∠ C = m ∠ F (Sd)
C F maka
∆ ABC ≅ ∆ DEF
Gambar 3.5

Bukti :

Buktinya akan selesai jika syarat Postulat S-Sd-S terpenuhi yakni dengan
menunjukkan AB ≅ DE atau BC ≅ EF . Andaikan AB dan DE tidak kongruen.
Tanpa kehilangan umumnya bukti, misalkan AB > DE. Dengan demikian ada titik
sebutlah B’ pada AB sehingga AB ' ≅ DE . Menurut Postulat S-Sd-S maka ∆

AB’C ≅ ∆ DEF. Hal ini berakibat m ∠ ACB’ = m ∠ DFE. Karena diketahui pula
m ∠ ACB = m ∠ DFE maka tentulah m ∠ ACB’ = m ∠ ACB. Hal ini bertentangan

dengan postulat pembentukan sudut. Oleh karenanya haruslah berlaku AB ≅ DE


sehingga berdasarkan postulat S-Sd-S tentulah ∆ ABC ≅ ∆ DEF.

Teorema 3.4 (S-Sd-Sd)

Jika pada dua segitiga berlaku salah satu sisinya sama panjang, salah satu
sudut yang terletak pada sisi tersebut sama besar serta sudut dihadapan sisi
tersebut sama besar, kedua segitiga itu kongruen.

B E Jika
AC ≅ DF (S)
. . m ∠ A = m ∠ D (Sd)
m ∠ B = m ∠ E (Sd)
.. .. maka
A D ∆ ABC ≅ ∆ DEF
C F
Gambar 3.6

Bukti :
Menurut Teorema 3.2 pastilah m ∠ C = m ∠ F. Buktinya akan selesai jika syarat

postulat S-Sd-S terpenuhi yakni dengan menunjukan AB ≅ DE atau BC ≅ EF


menggunakan Teorema 3.3.

33
Teorema 3.5

Pada suatu segitiga sama kaki, kedua sudut alasnya sama besar.
Bukti :
B Melalui B buat garis bagi ∠ B. Perhatikan
∆ ABD dan ∆ CBD
• •
AB ≅ CB
m ∠ ABD = m ∠ CBD

. BD ≅ BD
A D C
sehingga menurut Postulat Sd-S-Sd
Gambar 3.7 ∆ ABD ≅ ∆ CBD

Akibat dari ∆ ABD ≅ ∆ CBD adalah m ∠ ADB = m ∠ CDB = 90o , AD ≅ DC

sehingga D adalah titik tengah dari AC

Akibat Teorema 3.5

1. Pada segitiga sama kaki, garis bagi sudut yang dibuat dari titik sudut yang diapit
oleh sisi sisi yang kongruen sekaligus menjadi garis tinggi dan garis berat.
2. Sudut-sudut alas segitiga sama kaki adalah lancip.
3. Ketiga sudut suatu segitiga sama sisi sama besar yakni 60o
4. Ketiga garis bagi sudut suatu segitiga sama sisi sekaligus merupakan garis tinggi
dan garis berat.

Teorema 3.6

Jika pada suatu segitiga ada dua sudut yang sama besar, segitiga tersebut
sama kaki

Bukti : buat garis bagi sudut dari sudut yang tidak diketahui. Teorema terbukti
menurut Teorema S-Sd-Sd.

Teorema 3.7

Jika pada suatu segitiga ketiga sudutnya sama besar, segitiga tersebut sama
sisi

34
Bukti : buat garis bagi sudut dari salah satu sudut. Lakukan proses ini dari sudut
yang lainnya lagi. Teorema terbukti menurut Teorema S-Sd-Sd.

Teorema 3.8
Pada suatu segitiga, jika dua sisinya tidak sama panjang, dihadapan sisi yang
terpanjang terletak sudut yang terbesar.
B
Bukti :

C
A
Gambar 3.8

Diketahui BC > AB. Akan dibuktikan m ∠ BAC > m ∠ ACB. Karena BC > AB

maka ada D pada BC sehingga AB = BD. ∆ ABD sama kaki sehingga m ∠ BAD =
m ∠ BDA Perhatikan bahwa m ∠ BDA = m ∠ DAC + m ∠ ACB dan m ∠ BAC =
m ∠ BAD + m ∠ DAC. Karena m ∠ BAD = m ∠ BDA maka m ∠ BAC = m
∠ DAC + m ∠ ACB + m ∠ DAC. Kesimpulannya, m ∠ BAC > m ∠ ACB.

Teorema 3.9
Jika dua buah sudut segitiga tidak sama besar, dihadapan sudut yang terbesar
terletak sisi yang terpanjang.
B
Bukti :

A C
Gambar 3.9

Diketahui, m ∠ A > m ∠ C. Akan dibuktikan BC > AB.


Ada tiga kemungkinan yang ada pada pasangan BC dan AB. Pertama, jika BC <
AB maka m ∠ A < m ∠ C. Hal ini bertentangan dengan yang diketahui. Kedua, jika

35
BC = AB maka m ∠ A = m ∠ C. Hal ini tak mungkin karena bertentangan dengan
yang diketahui. Salah satu kemungkinan yang pasti terjadi adalah BC > AB.

Akibat Teorema 3.9


(a) Sisi terpanjang pada segitiga siku-siku adalah sisi miringnya
(b) Sisi terpanjang pada segitiga tumpul adalah sisi dihadapan sudut tumpul
tersebut.

Teorema 3.10
Panjang salah satu sisi segitiga lebih pendek daripada jumlahan panjang
kedua sisi lainnya
Bukti : B

A D C

Gambar 3.10

BD suatu garis tinggi yang membagi ∆ ABC menjadi dua segitiga siku-siku ∆ BCD
dan ∆ ABD. Menurut Akibat teorema di atas, AD < AB dan DC < BC.
Akibatnya, AD + DC < AB + BC atau AC < AB + BC.

Teorema 3.11

Panjang salah satu sisi segitiga lebih panjang daripada selisih panjang dua sisi
lainnya
B
Bukti :

C
A
Gambar 3.11

36
Perhatikan ∆ ABC di atas. AB = BD dan DC = BC – BD. ∆ ABD sama kaki
sehingga m ∠ BAD = m ∠ BDA dengan ∠ BAD dan ∠ BDA lancip sehingga ∠
ADC tumpul. Pada ∆ ADC berlaku m ∠ DAC < m ∠ ADC sehingga CD < AC.
Karena DC = BC – BD maka BC – BD < AC atau BC – AB < AC

Teorema 3.12
Jika dari suatu titik pada daerah interior segitiga dibuat ruas garis ke kedua titik
sudut segitiga, jumlah panjang kedua ruas garis yang terbentuk lebih kecil
daripada jumlah panjang kedua sisi lainnya.

Bukti : B

T.

C
A

Gambar 3.12

Pada ∆ ABD berlaku : AD < AB + BD atau (AT + TD) < AB + BD. Pada ∆ CDT
berlaku TC < TD + DC. Akibatnya, AT + TD + TC < AB + BD + TD + DC atau
AT + TC < AB + BD + DC Karena BC = BD + DC maka diperoleh
AT + TC < AB + BC.

Teorema 3.13 (S-S-S)


Jika pada dua segitiga berlaku ketiga sisi yang bersesuaian sama panjang,
kedua segitiga itu kongruen.
B E Jika
AC ≅ DF (S)
AB ≅ DE (S)
# # BC ≅ EF (S)
maka
A D
C ∆ ABC ≅ ∆ DEF
F
Gambar 3.13

37
Bukti

Teorema di atas merupakan akibat dari teorema berikut.

Lemma 3.1 Teorema Hinge

Diberikan ∆ ABC dan ∆ DEF sedemikian sehingga AB ≅ DE , AC ≅ DF ,


dan m ∠ CAB > m ∠ FDE maka BC > EF.
(Jika dua sisi segitiga yang pertama sama dengan dua sisi segitiga yang kedua
dan sudut apit pada segitiga yang pertama lebih besar daripada sudut apit pada
segitiga yang kedua, maka sisi dihadapan sudut apit pada segitiga yang pertama
lebih panjang dibandingkan dengan sisi di hadapan sudut apit segitiga yang
kedua). (Wallace and West, 1992 : 74)

Bukti.
C.
S. R
F
.
P

A
. .
B D E

Gambar 3.14

Karena m ∠ CAB > m ∠ FDE, ada suatu titik P pada daerah dalam ∠ CAB dengan

sifat AP ≅ AC yang menyebabkan m ∠ BAP = m ∠ FDE. Karena AB ≅ DE ,

menurut Postulat S-Sd-S, ∆ ABP ≅ ∆ DEF. Misalkan AR garis bagi ∠ CAP

yang memotong BC di S. Akibatnya, ∆ ACS ≅ ∆ APS dan CS ≅ SP . Dengan


menggunakan teorema ketaksamaan sisi-sisi segitiga diperoleh BS + SP > BP.
Karena CS ≅ SP maka BS + SC > BP.

Sekarang kita akan bahas satu teorema lagi yang menyangkut kekongruenan
dua segitiga seperti dinyatakan pada teorema berikut.

38
Teorema 3.14 (S-S-Sd-[Sd sejenis])

Jika pada dua segitiga berlaku dua buah sisi yang bersesuaian sama panjang,
salah satu sudut dihadapan sisi tersebut sama besar serta satu sudut lain
dihadapan sisi tersebut sejenis, kedua segitiga itu kongruen.
Jika
B E AB ≅ DE (S)
BC ≅ EF (S)
# m∠C= m∠F (Sd)
#
∠ A , ∠ D (Sd sejenis)
A . D . maka
C F ∆ ABC ≅ ∆ DEF
Gambar 3.15

Bukti :
Diketahui AB ≅ DE , BC ≅ EF serta pasangan ∠ C dan ∠ D sejenis. Ada tiga
kasus yang mungkin untuk pasangan ∠ C dan ∠ D yakni lancip, siku-siku atau
tumpul. Selanjutnya, melalui hal-hal yang diketahui akan ditunjukkan salah satu dari
empat cara untuk menunjukkan berlakunya kekongruenan dua segitiga terpenuhi .
(a) Jika diketahui ∠ A dan ∠ D berjenis siku-siku maka m ∠ B = m ∠ E yang
mengakibatkan Teorema Sd-S-Sd dapat digunakan.
(b) Jika diketahui ∠ A dan ∠ D lancip. Buktinya akan diarahkan agar dapat
ditunjukkan AC = DF atau m ∠ B = m ∠ E. Kita akan tunjukkan bahwa
kondisi m ∠ B = m ∠ E terpenuhi dengan menggunakan bukti tak langsung.
Andaikan, m ∠ B ≠ m ∠ E, dan tanpa kehilangan umumnya bukti misalnya
m ∠ B > m ∠ E. Kondisi ini memenuhi hipotesis dari Teorema Hinge.
Akibatnya, AC > DF sehingga ada G pada AC sedemikian hingga m ∠ BGC

= m ∠ D. Menurut Teorema S-Sd-Sd, ∆ BGC ≅ ∆ EDF sehinggga GB ≅ DE .

Karena diketahui AB ≅ DE maka AB ≅ GB , artinya ∆ ABG sama kaki


dengan ∠ BAG dan ∠ BGA pastilah lancip. Karena ∠ BGA lancip pastilah
∠ BGC tumpul. Karena ∆ BGC ≅ ∆ EDF maka m ∠ BGC = m ∠ D dimana
∠ BGC tumpul dan ∠ D lancip. Hal ini tak mungkin terjadi sehingga
pengandaian salah. Yang benar adalah m ∠ B = m ∠ E

39
(c) Jika diketahui ∠ A dan ∠ D tumpul, melalui pengandaian seperti langkah pada
bagian (b) diperoleh ∆ ABG sama kaki sehingga ∠ A dan ∠ BGA pastilah
berjenis lancip. Hal ini bertentangan dengan yang diketahui bahwa ∠ A tumpul.

Syarat sudut lain dihadapan sisi tersebut harus sejenis, mutlak diperlukan. Hal
ini untuk mengantisipasi kondisi-kondisi seperti berikut.

D D D

# # #
A B C A B A C

Gambar 3.16

Perhatikan ∆ ABD dan ∆ ACD. AD = AD , BD = DC , m ∠ A = m ∠ A , tetapi


∠ ABD dan ∠ C tidak sejenis. Perhatikan, ∆ ABD dan ∆ ACD tidak kongruen.

Sekarang kita akan melihat bagaimana kekongruenan dua segitiga siku-siku

Teorema 3.15 (Sisi miring-Kaki pada Segitiga Siku-Siku)

Dua segitiga siku-siku kongruen jika sisi-sisi miringnya kongruen dan salah
satu pasangan kaki yang bersesuaian kongruen.

Bukti :
C F

# #

A B D E

Gambar 3.17

40
Teorema 3.16

Suatu titik berada pada suatu garis sumbu jika dan hanya jika titik tersebut
jaraknya sama dari kedua ujung ruas garis.

Bukti : s

.P

A. .B
C

Gambar 3.18

(a) Diketahui ruas garis AB , garis sumbu s. P adalah sembarang titik pada s. Akan
ditunjukkan AP = BP. Menurut definisi garis sumbu, s ⊥ AB sehingga m ∠

PCA = m ∠ PCB dan AC ≅ CB . Perhatikan PC ≅ PC sehingga ∆ APC ≅ ∆


BPC. Dengan demikian, AP = PC.
(b) Diketahui suatu titik P di luar AB dengan AP = PC. Akan ditunjukkan s suatu
garis sumbu. Hubungkan P dengan A dan P dengan B sehingga terbentuk ∆
APB. Melalui P buat suatu garis yang membagi ∠ P. Kita sebut garis tersebut s.
Karena AP = PC maka ∆ APB sama kaki maka m ∠ PAC = m ∠ PBC. Karena
s garis bagi sudut di P maka m ∠ APC = m ∠ BPC. Akibatnya ∆ APC ≅ ∆ BPC
menurut Teorema Sd-S-Sd. Hal ini mengakibatkan AC = BC dan m ∠ PCA =
m ∠ PCB. Karena m ∠ PCA + m ∠ PCB = 180o maka m ∠ PCB = 90o. Jadi, s

merupakan garis sumbu dari AB . Jadi, P berada pada suatu garis sumbu.

Teorema 3.17
Ketiga garis sumbu sisi-sisi suatu segitiga kongkuren.

Bukti :
Misalkan A, B dan C adalah tiga titik berlainan yang tak segaris. Yang harus
ditunjukkan adalah ketiga garis sumbu sisi-sisi ∆ ABC melalui satu titik sebutlah
misalnya titik P.

41
l1

l2
.P
. .
A C
.
B
.
D

Gambar 3.19

Misalkan l1 dan l2 masing-masing garis sumbu dari AB dan BC . Kita klaim, (1)
ada P yang merupakan perpotongan l1 dan l2 . Andaikan tidak ada titik potong maka
l1 // l2. Karena AB berpotongan dengan l1 dan l1 // l2 maka AB haruslah memotong
l2 misalnya sebutlah di D. Maka haruslah BD = DC dan D titik tengah dari BC .
Karena BC suatu ruas garis yang memuat D, dan menurut teorema, dari A hanya
dapat dibuat satu garis, sebutlah m yang tegak lurus l1. m pastilah memuat B, D dan
C. Akibatnya, A, B, C kolinier. Bertentangan dengan yang diketahui. P berada pada
garis sumbu AB dan juga berada pada garis sumbu BC , akibatnya PA = PB dan
PB = PC. Jadi, PA = PB = PC. Karena PA = PC, menurut Teorema 3.17 maka P
haruslah berada pada garis sumbu dari AC .

Latihan 3.3

1. Garis yang menghubungkan puncak suatu segitiga sama kaki dengan suatu titik
pada sisi alasnya lebih pendek daripada salah satu kaki segitiga tersebut.
2. Garis tinggi dari A ke BC dalam ∆ ABC lebih pendek dari ½ jumlah sisi b dan c
3. Pada ∆ ABC garis berat dari C ke c lebih panjang dari ½ c jika dan hanya jika
∠ C lancip.
4. Pada ∆ ABC garis berat dari C ke c lebih pendek dari ½ c jika dan hanya jika ∠
C tumpul.

42
5. Pada ∆ ABC garis berat dari C ke c sama dengan ½ c jika dan hanya jika ∠ C
siku-siku.
6. Pada ∆ ABC dibuat garis tinggi AD dan garis tinggi BE . Jika F adalah titik

pertengahan AB , buktikan FD = FE
7. Pada ∆ ABC, F adalah perpotongan garis bagi ∠ B dan ∠ C. Melalui F dibuat

garis sejajar BC sehingga memotong AB di D dan AC di E. Buktikan bahwa


DE = BD + CE.
8. Garis bagi sudut luar ∠ B suatu ∆ ABC memotong garis bagi dalam ∠ A di titik

D. Melalui D dibuat garis sejajar AB sehinggga memotong BC di E dan


memotong AC di F. Buktikan FE = AF – BE.
9. Diketahui ∆ ABC siku-siku. AD adalah garis tinggi yang dibuat ke sisi miring

BC . Buktikan m ∠ ABD = m ∠ CAD

10. Pada ∆ ABC dibuat garis-garis tinggi AD dan BE . Buktikan m ∠ CAD = m


∠ CBE
11. Pada ∆ ABC dibuat garis-garis tinggi AD dan BE serta garis bagi CF . Ketiga

garis ini berpotongan. AD memotong BE di P dan memotong CF di R. BE


memotong CF di Q. Buktikan m ∠ CQE = m ∠ ARF

12. Pada ∆ ABC dibuat garis bagi AD . Dari D dibuat garis sejajar AB yang

memotong AC di E. Buktikan m ∠ ADE = m ∠ EAD

13. Pada ∆ ABC garis bagi luar ∠ C sejajar dengan alas AB . Buktikan kedua sudut
alas segitiga tersebut besarnya sama.
14. Dari pertengahan garis alas suatu segitiga sama kaki dibuat garis-garis yang
tegak lurus ke sisi tegaknya. Buktikan kedua garis tersebut sama panjang.
15. Pada kedua kaki ∠ XPY terletak titik A dan B sama jauh dari P. Dalam daerah
interior sudut tersebut juga ada titik C sedemikian hingga AC = BC. Buktikan
bahwa PC garis bagi dari ∠ XPY.

16. ∆ ABC sama kaki. Pada sambungan garis alas BC ditentukan CD = AC.

Selanjutnya D dihubungkan dengan A dan melalui A, DA diperpanjang dengan


sembarang garis AE . Buktikan, m ∠ BAE = 3 m ∠ ADC.

43
17. Pada ∆ ABC AB > AC. Pada AB ditentukan AD = AC. Selanjutnya D
dihubungkan dengan D. Buktikan :
(a) m ∠ ACD = ½ ( m ∠ ACB + m ∠ ABC )
(b) m ∠ BCD = ½ ( m ∠ ACB – m ∠ ABC )

18. Pada segitiga lancip ABC diketahui AB < AC. Dari A dibuat garis tinggi AD
dan garis bagi AE . Buktikan :
(a) m ∠ CAD – m ∠ BAD = m ∠ B – m ∠ C

(b) AE terletak diantara AD dan AC


(c) m ∠ DAE = ½ ( m ∠ B – m ∠ C )
19. Dua buah segitiga kongruen jika sisi alasnya sama panjang, satu sudut alasnya
sama besar dan jumlah panjang sisi tegaknya sama.
20. Buktikan bahwa dalam suatu segitiga sama kaki
a. garis bagi kedua sudut alasnya sama panjang
b. garis berat pada kedua sisi tegaknya sama panjang
c. garis tinggi pada kedua sisi tegaknya sama panjang
21. Buktikan bahwa dua segitiga kongruen jika dua pasang sisinya sama panjang,
pasangan garis berat yang terletak diantara kedua sisi tersebut sama panjang.
22. Dua buah segitiga kongruen jika garis alas, sebuah sisi tegak dan garis berat dari
sudut puncaknya sama.
23. Dua buah segitiga kongruen jika satu sudut alas, sudut puncak dan garis tinggi
dari sudut puncaknya sama.
24. Dua buah segitiga kongruen jika garis alas, garis tinggi pada alas dan garis berat
dari sudut puncaknya sama.
25. Dua buah segitiga kongruen jika sudut puncak, garis tinggi dan garis bagi dari
sudut puncaknya sama.

3.4 Melukis

Setelah kita membahas materi-materi dalam Geometri Euclides sekarang kita


akan aplikasikan konsep-konsep tersebut untuk melukis beberapa komponen dalam
geometri datar dengan menggunakan jangka dan penggaris. Materi ini diberikan

44
dengan tujuan agar dapat digunakan untuk melukis secara akurat. Untuk kepentingan
tersebut, terlebih dahulu kita definisikan dulu lingkaran.

Definisi 3.6
Lingkaran adalah himpunan titik yang berjarak sama terhadap suatu titik
tertentu. Titik tertentu tersebut dinamakan pusat lingkaran.

Ruas garis yang menghubungkan pusat lingkaran dengan sembarang titik pada
lingkaran disebut jari-jari lingkaran. Pengertian jari-jari lingkaran kadangkala juga
mengacu pada jarak antara pusat dengan titik pada lingkaran. Suatu lingkaran dapat
kita lukiskan dengan menggunakan jangka. Kita sepakati dulu bahwa L(A,r)
menyatakan suatu lingkaran yang berpusat di A dengan jari-jari r. Jika A dan r sudah
tertentu, kita dapat melukis lingkaran tersebut dengan menggunakan jangka.

Lukisan 1
Melukis garis sumbu suatu ruas garis AB .
Prosedur melukis :
1. Melalui A dan B berturut-turut buatlah L(A,AB) dan L(B,AB). Kedua
lingkaran akan berpotongan sebutlah di C dan D.
2. Garis yang melalui C dan D (sebutlah s) adalah garis sumbu yang dimaksud.

E
A B

Gambar 3.20
Lukisan 2

Melukis garis tegak lurus melalui suatu titik di luar garis yang diketahui
Prosedur melukis :
1. Misalkan garis yang diketahui kita sebut m dan satu titik di luar m kita sebut P.

45
2. Buat L(P,r) untuk suatu r sehingga memotong m di dua titik, sebutlah A dan B.
3. berturut-turut buatlah L(A,AP) dan L(B,AP). Kedua lingkaran akan berpotongan
sebutlah di P dan Q.
4. Buat garis n yang melalui P dan Q. Garis inilah yang dicari

.P

C
. . m
A B

.Q

Gambar 3.21

Lukisan 3
Melukis garis tegak lurus melalui suatu titik pada garis yang diketahui.
Prosedur melukis :
1. Misalkan garis yang diketahui kita sebut m dan titik P berada pada m.
2. Buat L(P,r) untuk suatu r sehingga memotong m di dua titik, sebutlah A dan B.
3. berturut-turut buatlah L(A,s) dan L(B,s) dengan s > BP. Tentukan satu titik
potong kedua lingkaran ini sebutlah di R.
4. Buat garis n yang melalui R dan P. Garis n inilah yang dicari

.R

. .P . m
A B

Gambar 3.22

46
Lukisan 4
Melukis garis bagi suatu sudut
Prosedur melukis :
1. Misalkan diberikan suatu sudut ∠ ABC.

2. Buatlah L(B,r) sehingga memotong AB di D dan memotong CB di E.


3. Buat L(D,s) dan L(E,s) sehingga saling memotong sebutlah di F.
4. Garis yang melalui B dan F inilah garis bagi ∠ ABC.

Bukti :

A BD = BE
.
DF = EF
D .
∆ BDF ≅ ∆ BEF menurut S-S-S.
. F
B . Akibatnya, m ∠ DBF = m ∠ EBF

E
. .
C

Gambar 3.23

Lukisan 5

Misalkan diberikan suatu sudut ∠ ABC. Pada garis PQ akan dibuat sudut yang

ekuivalen dengan ∠ ABC yang titik sudutnya di P.


Prosedur :
1. Diketahui ∠ ABC.

2. Buatlah L(B,r) sehingga memotong AB di D dan memotong CB di E.



3. Buat L(P,r) sehingga memotong PQ di S.
4. Buatlah L(S,DE) sehingga memotong L(P,r) sebutlah di T1 dan T2.
5. ∠ T1PS dan ∠ T2PS adalah sudut yang kongruen dengan ∠ ABC.

47
A
. T2

D .
. . .
. P S Q
B
.
E . T1
C

(a) (b)

Gambar 3.24

Lukisan 6
Melukis garis sejajar dengan suatu garis yang diketahui melalui suatu titik di luar
garis yang diketahui.
Prosedur :
1. Diketahui garis m dan titik P di luar m.
2. Melalui P buat garis g sehingga memotong m di A.
3. Buat L(A,r) sehingga memotong m di D dan memotong g di E.
4. Buat L(P,r) sehingga memotong g di S.
5. Buatlah L(S,DE) sehingga memotong L(P,r) di F
6. Hubungkan P dengan F. Inilah garis yang dicari.

S . .G
.
F
.
P
.E
m
. .
D A

Gambar 3.25

48
Latihan 3.4

1. Buktikan kebenaran konstruksi Lukisan 1


2. Buktikan kebenaran konstruksi Lukisan 2
3. Buktikan kebenaran konstruksi Lukisan 3
4. Buktikan kebenaran konstruksi Lukisan 5
5. Buktikan kebenaran konstruksi Lukisan 6.

Kunci Jawaban Soal Terpilih

Latihan 3.1

1. Berdasarkan ukuran sisinya : sembarang, sama kaki, sama sisi. Berdasarkan


ukuran sudutnya : segitiga lancip, siku-siku dan tumpul.
2. Tidak, karena tidak konveks.
3. Ada 6 buah
4. ∆ CAE ↔ ∆ FBD
5. ∆ CAB ↔ ∆ FDE

Latihan 3.2

1. Berdasarkan ukuran sisinya : sembarang, sama kaki, sama sisi. Berdasarkan


ukuran sudutnya : segitiga lancip, siku-siku dan tumpul.
2. Tidak, karena tidak konveks.
3. Ada 6 buah
4. ∆ CAE ↔ ∆ FBD

49

Anda mungkin juga menyukai