Bab 3 ini akan membahas tentang kekongruenan dua segitiga. Ada beberapa
syarat kekongruenan yang dapat digunakan dalam menunjukkan dua bangun segitiga
kongruen. Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat mengidentifikasi
syarat-syarat kekongruenan dua bangun segitiga serta mampu membuktikan teorema
ataupun memecahkan permasalahan yang memerlukan konsep kekongruenan
3.1 Pendahuluan
Definisi 3.1
setiap tiga titiknya tak segaris. Jika dibuat ruas garis T1T2 , T2T3 ,…
∠ Tn disebut sudut poligon, titik persekutuan dari dua buah sisi disebut titik
sudut. Ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut dan bukan merupakan
sisi disebut diagonal. Jika T1T2 ≅ T2T3 ≅…≅ Tn −1Tn ≅ Tn T1 dan m ∠ T1 = …
27
Definisi 3.2
Sudut bersesuaian dari dua poligon adalah dua sudut yang titik sudutnya
merupakan pasangan elemen-elemen bersesuaian dalam suatu pemasangan
antara titik sudut dua poligon
Definisi 3.3
Sisi bersesuaian dari dua poligon adalah dua sisi yang titik ujungnya
merupakan pasangan elemen-elemen bersesuaian dalam suatu pemasangan
antara sudut-sudut dua poligon.
A C D F
(a) (b)
Gambar 3.1
Misalkan akan dilakukan pemasangan satu-satu ABC ↔ DEF pada kedua poligon di
atas. Tanda “↔” menyatakan pemasangan satu-satunya. Pada pemasangan tersebut
ada elemen-elemen yang bersesuaian yakni A ↔ D, B ↔ E dan C ↔ F . Dengan
demikian akan diperoleh pasangan sudut yang bersesuaiannya adalah ∠ A dengan
∠ D, ∠ B dengan ∠ E dan ∠ C dengan ∠ F. Sementara itu, sisi-sisi yang
Definisi 3.4
Segitiga adalah poligon yang hanya memiliki tiga buah sisi.
Sementara itu, ada yang mendefinisikan segitiga itu sebagai gabungan ketiga ruas
garis hubung dua-dua titik dari tiga titik yang tak segaris. Suatu segitiga biasanya
dinyatakan dengan lambang “∆”. Panjang masing-masing sisi dapat menggunakan
huruf kecil sesuai dengan huruf yang dipakai menamai titik sudut dihadapan sisi
tersebut.
28
Definisi 3.5
1. Suatu segitiga disebut sama kaki jika dan hanya jika ada dua sisi yang kongruen.
2. Suatu segitiga disebut samasisi jika dan hanya jika pada ketiga sisi segitiga
tersebut, setiap pasangan dua sisinya kongruen.
3. Suatu segitiga disebut lancip jika dan hanya jika ketiga sudut segitiga tersebut
lancip.
4. Suatu segitiga disebut segitiga siku-siku jika dan hanya jika salah satu sudut
segitiga tersebut siku-siku.
5. Suatu segitiga disebut tumpul jika dan hanya jika salah satu sudut segitiga
tersebut tumpul.
6. Sudut luar di C pada ∆ ABC adalah sudut yang berdampingan dan menjadi
pelurus ∠ C.
7. Garis bagi suatu sudut (bissectrice) segitiga adalah ruas garis yang terletak pada
garis bagi sudut tersebut yang ujung-ujungnya terletak pada titik sudut tersebut
dan pada sisi di depan sudut tersebut.
8. Garis Berat (Median) pada suatu titik sudut segitiga adalah ruas garis yang
berujung di titik sudut tersebut dan di titik tengah sisi dihadapan sudut tersebut.
9. Garis Tinggi pada suatu titik sudut segitiga adalah ruas garis yang berujung di
titik sudut tersebut dan di sisi depannya atau perpanjangannya dan tegak lurus
garis pemuat sisi depan tersebut.
B B
F G
•
•
. .
D E A C D A E C
(b)
(a)
Gambar 3.2
Pada Gambar 3.2 di atas, ∠ DAB adalah sudut luar di A pada ∆ ABC. BE adalah
garis tinggi ∆ ABC pada B, pada Gambar 3.2 (a), AF adalah garis bagi ∠ A dan
3. Diketahui ∆ ABC dan ∆ DEF. Ada berapa banyak pasangan satu-satu yang
dapat dibentuk untuk menyatakan pasangan sudut dan sisi yang bersesuaian.
Cobalah buat generalisasi untuk segi-n.
4. Diketahui ∠ A ≅ ∠ B, ∠ C ≅ ∠ F dan ∠ E ≅ ∠ D. Tulislah korespondensi
antara poligon AEC dan BFD sedemikian hingga korespondensi tersebut
menyatakan korespondensi sudut-sudut yang kongruen.
5. Diketahui AB ≅ DE , BC ≅ EF dan CA ≅ FD . Tulislah korespondensi
antara poligon BAC dan EFD sedemikian hingga korespondensi tersebut
menyatakan korespondensi sisi-sisi yang kongruen.
Teorema 3.1
Sudut luar salah satu sudut segitiga sama dengan jumlahan kedua sudut yang
tidak bersisian dengan sudut luar tersebut.
B
2
1
A
.
C D
Gambar 3.3
30
Bukti
Melalui C tarik garis yang sejajar AB . ∠ A = ∠ C1 (Karena sehadap), ∠ B = ∠ C2
(Sudut dalam berseberangan). ∠ BCD = ∠ C1 + ∠ C2 = ∠ A + ∠ B.
Sudut luar salah satu sudut segitiga lebih besar daripada salah satu sudut yang
tidak bersisian dengan sudut luar tersebut.
Teorema 3.2
Jika pada dua buah segitiga ada dua pasang sudut yang sama besar, pasangan
sudut yang satunya lagi pastilah sama besar.
Latihan 3.2
Definisi 3.6
Dua poligon disebut kongruen (sama dan sebangun) jika dan hanya jika ada
pasangan satu-satu antara titik-titik sudut kedua poligon sedemikian hingga
semua sisi bersesuaiannya kongruen dan semua sudut bersesuaiannya
kongruen. Untuk menyatakan dua poligon kongruen digunakan lambang “ ≅ “
31
Dari definisi di atas, untuk menunjukkan bahwa dua buah segitiga kongruen
kita harus menunjukkan keenam unsur segitiga yang bersesuaian adalah kongruen
(pasangan sudut yang bersesuaian ukurannya sama besar, pasangan sisi yang
bersesuaian sama panjang). Jadi, harus ditunjukkan adanya kekongruenan pada 6
pasang unsur kedua segitiga tersebut. Namun, nyatanya jika hanya tiga pasangan
unsur segitiga yang bersesuaian kongruen, di bawah kondisi yang tertentu kita dapat
menyimpulkan bahwa kedua segitiga itu kongruen. Hal ini dijamin oleh teorema-
teorema kekongruenan dua segitiga seperti yang akan kita bahas berikut. Untuk
pembahasannya akan dilakukan dengan mengacu pada dua postulat versi SMSG
yakni Postulat 12 tentang Pembentukan Sudut dan Postulat 15 berikut.
Jika pada dua segitiga berlaku dua buah sisinya sama panjang dan sudut yang
dibentuk kedua sisi tersebut sama besar, kedua segitiga itu kongruen.
B E Jika :
AC ≅ DF (S)
m ∠ A = m ∠ D (Sd)
. . AB ≅ DE (S)
A D maka
C F ∆ ABC ≅ ∆ DEF
Gambar 3.4
Dari postulat di atas, dapat diturunkan beberapa teorema seperti berikut. Ada empat
teorema yang dapat digunakan untuk menunjukkan kekongruenan dua segitiga
seperti diuraikan berikut ini.
Jika pada dua segitiga berlaku salah satu sisinya sama panjang dan dua sudut
yang terletak pada sisi tersebut masing-masing sama besar, kedua segitiga itu
kongruen.
32
B E
Jika
m ∠ A = m ∠ D (Sd)
.. .. AC ≅ DF (S)
A
. D
. m ∠ C = m ∠ F (Sd)
C F maka
∆ ABC ≅ ∆ DEF
Gambar 3.5
Bukti :
Buktinya akan selesai jika syarat Postulat S-Sd-S terpenuhi yakni dengan
menunjukkan AB ≅ DE atau BC ≅ EF . Andaikan AB dan DE tidak kongruen.
Tanpa kehilangan umumnya bukti, misalkan AB > DE. Dengan demikian ada titik
sebutlah B’ pada AB sehingga AB ' ≅ DE . Menurut Postulat S-Sd-S maka ∆
AB’C ≅ ∆ DEF. Hal ini berakibat m ∠ ACB’ = m ∠ DFE. Karena diketahui pula
m ∠ ACB = m ∠ DFE maka tentulah m ∠ ACB’ = m ∠ ACB. Hal ini bertentangan
Jika pada dua segitiga berlaku salah satu sisinya sama panjang, salah satu
sudut yang terletak pada sisi tersebut sama besar serta sudut dihadapan sisi
tersebut sama besar, kedua segitiga itu kongruen.
B E Jika
AC ≅ DF (S)
. . m ∠ A = m ∠ D (Sd)
m ∠ B = m ∠ E (Sd)
.. .. maka
A D ∆ ABC ≅ ∆ DEF
C F
Gambar 3.6
Bukti :
Menurut Teorema 3.2 pastilah m ∠ C = m ∠ F. Buktinya akan selesai jika syarat
33
Teorema 3.5
Pada suatu segitiga sama kaki, kedua sudut alasnya sama besar.
Bukti :
B Melalui B buat garis bagi ∠ B. Perhatikan
∆ ABD dan ∆ CBD
• •
AB ≅ CB
m ∠ ABD = m ∠ CBD
. BD ≅ BD
A D C
sehingga menurut Postulat Sd-S-Sd
Gambar 3.7 ∆ ABD ≅ ∆ CBD
1. Pada segitiga sama kaki, garis bagi sudut yang dibuat dari titik sudut yang diapit
oleh sisi sisi yang kongruen sekaligus menjadi garis tinggi dan garis berat.
2. Sudut-sudut alas segitiga sama kaki adalah lancip.
3. Ketiga sudut suatu segitiga sama sisi sama besar yakni 60o
4. Ketiga garis bagi sudut suatu segitiga sama sisi sekaligus merupakan garis tinggi
dan garis berat.
Teorema 3.6
Jika pada suatu segitiga ada dua sudut yang sama besar, segitiga tersebut
sama kaki
Bukti : buat garis bagi sudut dari sudut yang tidak diketahui. Teorema terbukti
menurut Teorema S-Sd-Sd.
Teorema 3.7
Jika pada suatu segitiga ketiga sudutnya sama besar, segitiga tersebut sama
sisi
34
Bukti : buat garis bagi sudut dari salah satu sudut. Lakukan proses ini dari sudut
yang lainnya lagi. Teorema terbukti menurut Teorema S-Sd-Sd.
Teorema 3.8
Pada suatu segitiga, jika dua sisinya tidak sama panjang, dihadapan sisi yang
terpanjang terletak sudut yang terbesar.
B
Bukti :
C
A
Gambar 3.8
Diketahui BC > AB. Akan dibuktikan m ∠ BAC > m ∠ ACB. Karena BC > AB
maka ada D pada BC sehingga AB = BD. ∆ ABD sama kaki sehingga m ∠ BAD =
m ∠ BDA Perhatikan bahwa m ∠ BDA = m ∠ DAC + m ∠ ACB dan m ∠ BAC =
m ∠ BAD + m ∠ DAC. Karena m ∠ BAD = m ∠ BDA maka m ∠ BAC = m
∠ DAC + m ∠ ACB + m ∠ DAC. Kesimpulannya, m ∠ BAC > m ∠ ACB.
Teorema 3.9
Jika dua buah sudut segitiga tidak sama besar, dihadapan sudut yang terbesar
terletak sisi yang terpanjang.
B
Bukti :
A C
Gambar 3.9
35
BC = AB maka m ∠ A = m ∠ C. Hal ini tak mungkin karena bertentangan dengan
yang diketahui. Salah satu kemungkinan yang pasti terjadi adalah BC > AB.
Teorema 3.10
Panjang salah satu sisi segitiga lebih pendek daripada jumlahan panjang
kedua sisi lainnya
Bukti : B
A D C
Gambar 3.10
BD suatu garis tinggi yang membagi ∆ ABC menjadi dua segitiga siku-siku ∆ BCD
dan ∆ ABD. Menurut Akibat teorema di atas, AD < AB dan DC < BC.
Akibatnya, AD + DC < AB + BC atau AC < AB + BC.
Teorema 3.11
Panjang salah satu sisi segitiga lebih panjang daripada selisih panjang dua sisi
lainnya
B
Bukti :
C
A
Gambar 3.11
36
Perhatikan ∆ ABC di atas. AB = BD dan DC = BC – BD. ∆ ABD sama kaki
sehingga m ∠ BAD = m ∠ BDA dengan ∠ BAD dan ∠ BDA lancip sehingga ∠
ADC tumpul. Pada ∆ ADC berlaku m ∠ DAC < m ∠ ADC sehingga CD < AC.
Karena DC = BC – BD maka BC – BD < AC atau BC – AB < AC
Teorema 3.12
Jika dari suatu titik pada daerah interior segitiga dibuat ruas garis ke kedua titik
sudut segitiga, jumlah panjang kedua ruas garis yang terbentuk lebih kecil
daripada jumlah panjang kedua sisi lainnya.
Bukti : B
T.
C
A
Gambar 3.12
Pada ∆ ABD berlaku : AD < AB + BD atau (AT + TD) < AB + BD. Pada ∆ CDT
berlaku TC < TD + DC. Akibatnya, AT + TD + TC < AB + BD + TD + DC atau
AT + TC < AB + BD + DC Karena BC = BD + DC maka diperoleh
AT + TC < AB + BC.
37
Bukti
Bukti.
C.
S. R
F
.
P
A
. .
B D E
Gambar 3.14
Karena m ∠ CAB > m ∠ FDE, ada suatu titik P pada daerah dalam ∠ CAB dengan
Sekarang kita akan bahas satu teorema lagi yang menyangkut kekongruenan
dua segitiga seperti dinyatakan pada teorema berikut.
38
Teorema 3.14 (S-S-Sd-[Sd sejenis])
Jika pada dua segitiga berlaku dua buah sisi yang bersesuaian sama panjang,
salah satu sudut dihadapan sisi tersebut sama besar serta satu sudut lain
dihadapan sisi tersebut sejenis, kedua segitiga itu kongruen.
Jika
B E AB ≅ DE (S)
BC ≅ EF (S)
# m∠C= m∠F (Sd)
#
∠ A , ∠ D (Sd sejenis)
A . D . maka
C F ∆ ABC ≅ ∆ DEF
Gambar 3.15
Bukti :
Diketahui AB ≅ DE , BC ≅ EF serta pasangan ∠ C dan ∠ D sejenis. Ada tiga
kasus yang mungkin untuk pasangan ∠ C dan ∠ D yakni lancip, siku-siku atau
tumpul. Selanjutnya, melalui hal-hal yang diketahui akan ditunjukkan salah satu dari
empat cara untuk menunjukkan berlakunya kekongruenan dua segitiga terpenuhi .
(a) Jika diketahui ∠ A dan ∠ D berjenis siku-siku maka m ∠ B = m ∠ E yang
mengakibatkan Teorema Sd-S-Sd dapat digunakan.
(b) Jika diketahui ∠ A dan ∠ D lancip. Buktinya akan diarahkan agar dapat
ditunjukkan AC = DF atau m ∠ B = m ∠ E. Kita akan tunjukkan bahwa
kondisi m ∠ B = m ∠ E terpenuhi dengan menggunakan bukti tak langsung.
Andaikan, m ∠ B ≠ m ∠ E, dan tanpa kehilangan umumnya bukti misalnya
m ∠ B > m ∠ E. Kondisi ini memenuhi hipotesis dari Teorema Hinge.
Akibatnya, AC > DF sehingga ada G pada AC sedemikian hingga m ∠ BGC
39
(c) Jika diketahui ∠ A dan ∠ D tumpul, melalui pengandaian seperti langkah pada
bagian (b) diperoleh ∆ ABG sama kaki sehingga ∠ A dan ∠ BGA pastilah
berjenis lancip. Hal ini bertentangan dengan yang diketahui bahwa ∠ A tumpul.
Syarat sudut lain dihadapan sisi tersebut harus sejenis, mutlak diperlukan. Hal
ini untuk mengantisipasi kondisi-kondisi seperti berikut.
D D D
# # #
A B C A B A C
Gambar 3.16
Dua segitiga siku-siku kongruen jika sisi-sisi miringnya kongruen dan salah
satu pasangan kaki yang bersesuaian kongruen.
Bukti :
C F
# #
A B D E
Gambar 3.17
40
Teorema 3.16
Suatu titik berada pada suatu garis sumbu jika dan hanya jika titik tersebut
jaraknya sama dari kedua ujung ruas garis.
Bukti : s
.P
A. .B
C
Gambar 3.18
(a) Diketahui ruas garis AB , garis sumbu s. P adalah sembarang titik pada s. Akan
ditunjukkan AP = BP. Menurut definisi garis sumbu, s ⊥ AB sehingga m ∠
merupakan garis sumbu dari AB . Jadi, P berada pada suatu garis sumbu.
Teorema 3.17
Ketiga garis sumbu sisi-sisi suatu segitiga kongkuren.
Bukti :
Misalkan A, B dan C adalah tiga titik berlainan yang tak segaris. Yang harus
ditunjukkan adalah ketiga garis sumbu sisi-sisi ∆ ABC melalui satu titik sebutlah
misalnya titik P.
41
l1
l2
.P
. .
A C
.
B
.
D
Gambar 3.19
Misalkan l1 dan l2 masing-masing garis sumbu dari AB dan BC . Kita klaim, (1)
ada P yang merupakan perpotongan l1 dan l2 . Andaikan tidak ada titik potong maka
l1 // l2. Karena AB berpotongan dengan l1 dan l1 // l2 maka AB haruslah memotong
l2 misalnya sebutlah di D. Maka haruslah BD = DC dan D titik tengah dari BC .
Karena BC suatu ruas garis yang memuat D, dan menurut teorema, dari A hanya
dapat dibuat satu garis, sebutlah m yang tegak lurus l1. m pastilah memuat B, D dan
C. Akibatnya, A, B, C kolinier. Bertentangan dengan yang diketahui. P berada pada
garis sumbu AB dan juga berada pada garis sumbu BC , akibatnya PA = PB dan
PB = PC. Jadi, PA = PB = PC. Karena PA = PC, menurut Teorema 3.17 maka P
haruslah berada pada garis sumbu dari AC .
Latihan 3.3
1. Garis yang menghubungkan puncak suatu segitiga sama kaki dengan suatu titik
pada sisi alasnya lebih pendek daripada salah satu kaki segitiga tersebut.
2. Garis tinggi dari A ke BC dalam ∆ ABC lebih pendek dari ½ jumlah sisi b dan c
3. Pada ∆ ABC garis berat dari C ke c lebih panjang dari ½ c jika dan hanya jika
∠ C lancip.
4. Pada ∆ ABC garis berat dari C ke c lebih pendek dari ½ c jika dan hanya jika ∠
C tumpul.
42
5. Pada ∆ ABC garis berat dari C ke c sama dengan ½ c jika dan hanya jika ∠ C
siku-siku.
6. Pada ∆ ABC dibuat garis tinggi AD dan garis tinggi BE . Jika F adalah titik
pertengahan AB , buktikan FD = FE
7. Pada ∆ ABC, F adalah perpotongan garis bagi ∠ B dan ∠ C. Melalui F dibuat
12. Pada ∆ ABC dibuat garis bagi AD . Dari D dibuat garis sejajar AB yang
13. Pada ∆ ABC garis bagi luar ∠ C sejajar dengan alas AB . Buktikan kedua sudut
alas segitiga tersebut besarnya sama.
14. Dari pertengahan garis alas suatu segitiga sama kaki dibuat garis-garis yang
tegak lurus ke sisi tegaknya. Buktikan kedua garis tersebut sama panjang.
15. Pada kedua kaki ∠ XPY terletak titik A dan B sama jauh dari P. Dalam daerah
interior sudut tersebut juga ada titik C sedemikian hingga AC = BC. Buktikan
bahwa PC garis bagi dari ∠ XPY.
16. ∆ ABC sama kaki. Pada sambungan garis alas BC ditentukan CD = AC.
43
17. Pada ∆ ABC AB > AC. Pada AB ditentukan AD = AC. Selanjutnya D
dihubungkan dengan D. Buktikan :
(a) m ∠ ACD = ½ ( m ∠ ACB + m ∠ ABC )
(b) m ∠ BCD = ½ ( m ∠ ACB – m ∠ ABC )
18. Pada segitiga lancip ABC diketahui AB < AC. Dari A dibuat garis tinggi AD
dan garis bagi AE . Buktikan :
(a) m ∠ CAD – m ∠ BAD = m ∠ B – m ∠ C
3.4 Melukis
44
dengan tujuan agar dapat digunakan untuk melukis secara akurat. Untuk kepentingan
tersebut, terlebih dahulu kita definisikan dulu lingkaran.
Definisi 3.6
Lingkaran adalah himpunan titik yang berjarak sama terhadap suatu titik
tertentu. Titik tertentu tersebut dinamakan pusat lingkaran.
Ruas garis yang menghubungkan pusat lingkaran dengan sembarang titik pada
lingkaran disebut jari-jari lingkaran. Pengertian jari-jari lingkaran kadangkala juga
mengacu pada jarak antara pusat dengan titik pada lingkaran. Suatu lingkaran dapat
kita lukiskan dengan menggunakan jangka. Kita sepakati dulu bahwa L(A,r)
menyatakan suatu lingkaran yang berpusat di A dengan jari-jari r. Jika A dan r sudah
tertentu, kita dapat melukis lingkaran tersebut dengan menggunakan jangka.
Lukisan 1
Melukis garis sumbu suatu ruas garis AB .
Prosedur melukis :
1. Melalui A dan B berturut-turut buatlah L(A,AB) dan L(B,AB). Kedua
lingkaran akan berpotongan sebutlah di C dan D.
2. Garis yang melalui C dan D (sebutlah s) adalah garis sumbu yang dimaksud.
E
A B
Gambar 3.20
Lukisan 2
Melukis garis tegak lurus melalui suatu titik di luar garis yang diketahui
Prosedur melukis :
1. Misalkan garis yang diketahui kita sebut m dan satu titik di luar m kita sebut P.
45
2. Buat L(P,r) untuk suatu r sehingga memotong m di dua titik, sebutlah A dan B.
3. berturut-turut buatlah L(A,AP) dan L(B,AP). Kedua lingkaran akan berpotongan
sebutlah di P dan Q.
4. Buat garis n yang melalui P dan Q. Garis inilah yang dicari
.P
C
. . m
A B
.Q
Gambar 3.21
Lukisan 3
Melukis garis tegak lurus melalui suatu titik pada garis yang diketahui.
Prosedur melukis :
1. Misalkan garis yang diketahui kita sebut m dan titik P berada pada m.
2. Buat L(P,r) untuk suatu r sehingga memotong m di dua titik, sebutlah A dan B.
3. berturut-turut buatlah L(A,s) dan L(B,s) dengan s > BP. Tentukan satu titik
potong kedua lingkaran ini sebutlah di R.
4. Buat garis n yang melalui R dan P. Garis n inilah yang dicari
.R
. .P . m
A B
Gambar 3.22
46
Lukisan 4
Melukis garis bagi suatu sudut
Prosedur melukis :
1. Misalkan diberikan suatu sudut ∠ ABC.
Bukti :
A BD = BE
.
DF = EF
D .
∆ BDF ≅ ∆ BEF menurut S-S-S.
. F
B . Akibatnya, m ∠ DBF = m ∠ EBF
E
. .
C
Gambar 3.23
Lukisan 5
↔
Misalkan diberikan suatu sudut ∠ ABC. Pada garis PQ akan dibuat sudut yang
47
A
. T2
D .
. . .
. P S Q
B
.
E . T1
C
(a) (b)
Gambar 3.24
Lukisan 6
Melukis garis sejajar dengan suatu garis yang diketahui melalui suatu titik di luar
garis yang diketahui.
Prosedur :
1. Diketahui garis m dan titik P di luar m.
2. Melalui P buat garis g sehingga memotong m di A.
3. Buat L(A,r) sehingga memotong m di D dan memotong g di E.
4. Buat L(P,r) sehingga memotong g di S.
5. Buatlah L(S,DE) sehingga memotong L(P,r) di F
6. Hubungkan P dengan F. Inilah garis yang dicari.
S . .G
.
F
.
P
.E
m
. .
D A
Gambar 3.25
48
Latihan 3.4
Latihan 3.1
Latihan 3.2
49