Anda di halaman 1dari 13

DEFINIS, POSTULAT DAN TEOREMA

Aksioma adalah sebuah pernyataan dimana pernyataan yang kita terima sebagai suatu kebenaran dan
bersifat umum, seta tanpa perlu adanya pembuktian dari kita. Bisa juga dikatakan adalah sebuah
ketentuan yang pasti atau mutlak kebenarannya.

Definisi merupakan sebuah pernyataan yang dibuat dengan menggunakan konsep yang tak terdefinisi
atau konsep yang telah terdefinisi sebelumnya. Konsep yang tak terdefinisi didalam geometri misalnya
adalah titik, garis, bidang dan ruang.

Postulat adalah sebuah pernyataan matematika yang disepakati benar tanpa perlu adanya pembuktian.
Sebagian orang mengatakan Postulat = Aksioma sehingga mereka dapat dipertukarkan, karena didalam
suatu materi terkadang telah ditentukan pernyataan yang telah disepakati kebenarannya, sehingga
disebut Aksioma.

Kumpulan Defnisi, Aksioma dan Postulat

DEFINISI 1:      Ruas garis AB adalah himpunan titik-titik dari garis yang memuat titik A dan titik B dan
semua titik diantara titik A dan B.

DEFINISI 2:      Sinar adalah himpunan titik-titik yang merupakan gabungan dari titik pangkal sinar garis
dan semua titik pada sisi yang sama terhadap titik pangkalnya.

DEFINISI 3:      Sinar-sinar yang berlawanan adalah dua sinar berlainan pada garis yang sama dan
mempunyai titik pangkal yang sama.

DEFINISI 4:      Sudut adalah himpunan titik-titik yang merupakan gabungan dua sinar dan kedua titik
pangkalnya berserikat.

DEFINISI 5:      Titik tengah dari luas garis adalah suatu titik ada ruas garis itu sedemikian membentuk dua
ruas garis yang sama ukurannya.

DEFINISI 6:      Garis bagi (bisector) dari luas garis adalah garis yang memotong ruas garis pada titik
tengahnya.

Postulat 1 :Sebuah garis paling sedikit terdiri atas 2 titik.

Postulat 2 :Sebuah bidang paling sedikit terdiri atas 3 titik nonkolinear.

Postulat 3 :Melalui 2 titik akan terbentuk tepat satu garis.

Postulat 4 :Melalui 3 titik akan terbentuk tepat satu bidang.

Postulat 5 :Jika dua titik berada pada  satu bidang , maka garis yang menghubungkannya akan berada
dalam bidang  tersebut.

Postulat 6 :Jika dua bidang salaing memotong, maka perpotongannya adalah sebuah garis
Teorema 1 :Jika dua bidang saling memotong, maka  perpotongannya adalah sebuah titik .

Teorema 2 :Jika sebuah titik berada di luar garis,  maka terdapat tepat satu bidang yang melalui garis
dan titik tersebut.

Teorema 3 : Jika dua garis salaing memotong, maka terdapat tepat satu bidang yang melalui kedua garis
tersebut.

Postulat 7 (Postulat Penggaris):

Setiap titik pada sebuah garis dapat dipasangkan dengan satu bialngan nyata  yang disebut koordinat .
Jarak  antara kedua titik adalah selisih positif dari koordinatnya

Postulat 8 : (Postulat Penjumlahan ruas garis):

jika B berada di antara  A  dan C pada sebuah garis, maka AB + BC = AC

Teorema 4 : Sebuah ruas garis mempunyai tepat satu titik tengah.

Teorema 5 : ika dua bidang sejajar dengan bidang yang sama, maka kedua bidang tersebut sejajar

Teorema 6 : Jika dua bidang yang tegak lurus dengan bidang yang sama, maka kedua bidang tersebut
akan berpotongan  atau sejajar.

DEFINISI 7-12:

7.      Sudut siku-siku  adalah suatu sudut dari 900.

8.      Sudut lurus adalah suatu sudut dari 1800.

9.      Sudut lancip adalah suatu sudut yang ukurannya lebih besar 0 dan lebih kecil 90.

10.     Sudut tumpul adalah suatu sudut yang ukurannya lebih besar 90 dan lebih kecil 180.

11.    Dua sudut saling berkomplemen adalah suatu sudut yang jumlah ukurannya 90.

12.    Dua sudut saling bersuplemen adalah dua sudut yang jumlah ukurannya 180.

Postulat 9 (Postulat Busur Derajat):

Misalnya O adalah titik pada   dan semua sinar garis dengan titik ujung O terletak pada  satu sisi  . Setiap
sinar garis bias dipasangkan dengan satu bilangan antara 00 dan 1800. Selisih posistif antara dua
bilangan yang menunjukan dua sinar yang berbeda adalah ukuran sudut yang sisi-sisinya adalah dua
sinar itu.

Portulat 10  (Postulat Penjumlahan Sudut):

                               Jika berada diantara  dan , maka mÐ AOB + mÐBOC = mÐAOC

Teorema 7 :        Suatu sudut yang bukan sudut lurus hanya mempunyai satu garis bagi sudut.

Teorema 8 :                      Semua sudut siku-siku sama.

Teorema 9 :                      Sudut-sudut bertolak belakang mempunyai ukuran yang sama.


Teorema 10 :    Jika dua sudut merupakan sudut penyiku yang sama, atau sudut yang besarnya sama,
maka keduanya akan sama besar.

Teorema 11 :    Jika sisi berbeda dari  dua sudut berdampingan terletak pada  sebuah garis maka kedua
sudut itu adalah sudut pelurus.

Teorema 12 :    Jika dua  sudut merupakan pelurus sudut yang sama atau yang ukurannya sama, maka
keduanya mempunyai ukuran sudut yang sama.

Teorema 13 :    Jumlah sudut dalam setiap segitiga adalah 1800.

Teorema 14 :    Besar sudut luar segitiga sama dengan jumlah dua sudut dalam yang tidak berdampingan
dengan sudut tersebut.

Teorema 15 :    Setiap sudut segitiga sama sudut memiliki sudut yang sama, yaitu yang berukuran 600.

DEFINISI 13:        Dua garis saling tegak lurus adalah dua garis yang saling berpotongan membentuk
sudut siku-siku.

DEFINISI 14:        Garis bagi suatu sudut adalah suatu sinar sedemikian hingga titik pangkalnya titik sudut
itu dan membentuk dua sudut yang sama ukurannya dengan kaki sudut itu.

DEFINISI 15:        Ruas-ruas garis yang kongruen adalah ruas-ruas garis yang mempunyai ukuran sama.

DEFINISI 16:        Sudut-sudut yang kongruen adalah sudut-sudut yang mempunyai ukuran sama.

DEFINISI 17:        Jumlah dari dua ruas garis  dan  adalah  jika dan hanya jika B diantara A dan C; dapat
dilambangkan .

DEFINISI 18:         terletak diantara ruas garis  dan  yang berlainan jika dan hanya jika C diantara A dan B;
dilambangkan:

DEFINISI 19:        Sinar PB terletak diantara sinar PA dan PC berarti u<="" span="" u

DEFINISI 20:        Jumlah dari dua sudut,  diantara dan ; dapat dilambangkan :

DEFINISI 21:        diantara  dan ; dapat dilambangkan:

DEFINISI 22:        Dua sudut  bertolah belakang adalah dua sudut sedemikian rupa hingga kaki-kaki dari
dutu  itu yang satu merupakan sinar yang berlawanan  dengan kaki-kaki sudut yang lain.

DEFINISI 46:        Sudut eksterior (luar) pada suatu polygon adalah suatu sudut yang bersisihan dan
bersuplemen terhadap suatu polygon tersebut.

DEFINISI 47:        Garis-garis yang sejajar adalah dua garis yang sebidang dan tidak berpotongan. Garis a
sejajar dengan b dinotasikan dengan a//b.

DEFINISI 48:        Suatu transversal adalah suatu garis yang memotong dua garis lain di dua titik yang
berlainan.

DEFINISI 49:        Sudut-sudut berseberangan dalam (alternateangles) adalah dua sudut yang dibentuk
oleh transversal yang memotong dua garis; kedua sudut tersebut pada daerah eksterior di sisi yang
berlawanan dari transversal, dan titik sudut titik sudutnya berlainan.
DEFINISI 50:        Sudut-sudut berseberangan luar (alternate exterior) adalah dia sudut yag dibentuk oleh
transversal yang memotong dua garis; kedua sudut tersebut pada daerah eksterior di sisi yang
berlawanan dari transversal, dan titik sudut titik sudutnya berlainan.

DEFINISI 51:        Sudut-sudut yang sehadap adalah dua sudut yang dibentuk oleh transversal yang
memotong dua garis; sudut-sudut tersebut titik sudut titik sudutnya beralainan, satu terletak di daerah
interior dan yang lain pada daerah eksteroir tetapi kedua sudut tersebut sepihak dengan trasversal.

Postulat 11(Postulat Sejajar):

                        Jika dua garis sejajar terpotong oleh garis melintang, maka besar sudut-sudut sehadap
yang terbentuk adalah sama.

Teorema 16 :    Jika dua garis sejajar terpotong oleh garis melintang, maka sudut dalam berseberangan
besarnya sama.

Teorema 17 :    Jika dua garis sejajar terpotong oleh garis melintang, maka sudut-sudut luar
berseberangan besarnya sama.

Teorema 18 :    Jika dua sejajar terpotong oleh garis melintang, maka sudut-sudut dalam sepihaknya
akan berupa sudut pelurus (jumlahnya 1800).

Teorema 19 :    Jika dua garis sejajar terpotong oleh garis melintang, maka sudut-sudut luar sepihaknya
akan berupa sudut pelurus.

Teorema 20 :    Jika dua garis sejajar terpotong oleh sebuah garis meintang, maka setiap pasang sudut
yang terbentuk  akan sama atau berupa sudut pelurus.

Teorema 21 :    Jika sebuah garis melintang tegak lurus dengan salah satu dari dua garis sejajar, maka
akan juga tegak lurus dengan garis yang satunya.

Postulat 12 :        Jika  dua garis dan sebuah garis melintang membentuk sudut-sudut sehadap yang sama
besarnya, maka dua garis-garis tersebut sejajar.

Teorema 19 :    Jika dua buah garis dan sebuah garis melintang membentuk sudut-sudut dalam
berseberangan yang besarnya sama, maka kedua garis tersebut sejajar.

Teorema 20 :    Jika dua buah garis dan sebuah garis melintang membentuk sudut-sudut luar
berseberangan yang besarnya sama, maka kedua garis tersebut sejajar.

Teorema 21 :    Jika dua buah garis dan sebuah garis melintang membentuk sudut-sudut dalam sepihak
yang saling berpelurus, maka kedua garis tersebut sejajar.

Teorema 22 :    Jika dua buah garis dan sebuah garis melintang membentuk sudut-sudut lluar sepihak
yang saling berpelurus, maka kedua garis tersebut sejajar.

Teorema 23 :    Pada sebuah bidang jika dua garis sejajar dengan garis yang ketiga, maka kedua garis
tersebut saling sejajar.
Teorema 24 :    Pada sebuah bidang, jika dua garis tegak lurus dengan garis yang sama, maka kedua garis
tersebut saling sejajar.

POLYGON

DEFINISI 23:        Polygon adalah gabuang himpunan titik-titik P1, P2, P3, . . . P n – Pn dengan ruas-ruas
garis: P1 P2,P2P3, . . . . P n –Pn P1, sedemikian rupa hingga jika dua sebarang dari ruas garis
berpotongan, bertitik potong salah satu dari titik P1, P2, P3 . . .  , P n – 1, Pn dan tidak ada titik lain.

DEFINISI 24:        Korespodensi(hubungan) sudut-sudut dari dua polygon adalah dua sudut dengan titik
sudut dengan titik sudutnya berapasangan, yang merupakan korespondensi unsure-unsur yang
bersesuian diantara titik sudut-titik sudut dua polygon.

DEFINISI 25:        Korespodensi(hubungan) sisi-sisi dari dua polygon adalah dua sisi dengan titik ujung titik
ujungnya berpasangan yang merupakan korespodensi unsure-unsur yang bersesuaian diantara titik
sudut-titik sudut dari dua polygon.

DEFINISI 26:        Dua polygon adalah kongruen, jika ada korespodensi 1-1 diantara titik-titiknya
sedemikian rupa hingga: (1) semua sisi yang korespondensi kongruen, dan (2) semua sudut yang
korespondensi kongruen.

SEGITIGA

DEFINISI 27:        Segitiga adalah polygon yang bersisi tiga.

Teorema 65 (Teorema Pythagoras):

                        Pada setiap segitiga  siku-siku, jumlah kuadarat kaki-kakinya sama dengan  kuadrat garis
miringnya (kaki2 + kaki2 = sisi miring2). Lihat Gambar 7-6 untuk bagian-bagian segitiga siku-siku.

Teorema 66 :    Jika sebuah segitiga mempunyai sisi-sisi dengan panjang a, b, dan c, di mana c adalah sisi
yang terpanjang dan c2 = a2 + b2,  maka segitiga tersebut adalah segitiga siku-siku dengan c sebagai sisi
miringnya.

Teorema 67 :    Jika a, b dan c mewakili panjang sisi-sisi segitiga dengan c sebagai sisi yang terpanjang,
maka segitiga tersebut adalah segitiga tumput jika c2 > a2 +  b2, dan segitiga lancip jika c22 + b2.

DEFINISI 28-31 tentang:

                                          Segitiga sama sudut, segitiga siku-siku segitiga sama sisi, dan segitiga sama kaki.
(sebagai latihan).

DEFINISI 32 A: Interior (sudut dalam) dari sebuah sudut adalah suatu himpunan titik-titik sedemikian
rupa hingga jika sebuah sinar yang titik pangkalnya adalah verteks  sudut tersebut, ditarik melalui
sembarang sebuah titik pada himpunan titik-titik itu, senar akan terletak diantara sisi-sisi sudut tersebut.

DEFINISI 32 B: Interior (sudut dalam) pada suatu segitiga adalah himpunan titik-titik yang merupakan
persekutuan sembarang dua interior-interior sudut segitiga tersebut.

DEFINISI 33:        Garis tinggi pada suatu segitiga adalah suatu segmen yang ditarik dari sembarang
verteks ( titik sudut ), tegak lurus terhadap sisi dihadapan sisi dihadapannya (dapat diperpanjang, jika
diperlukan) pada segitiga tersebut.
DEFINISI 34:        Garis berat pada suatu segitiga adalah suatu segmen yang ditarik  dari sembarang
verteks  ke titik tengah sisi dihadapan sudut tadi.

DEFINISI 35:        Garis bagi pada suatu segitiga adalah suatu segmen yang membagi dua sama ukurannya
sembarang sudut pada segitiga dan berujung pada sisi hadapannya.

KESEBANGUNAN

Postulat 13(Postulat SSS):

                               Jika setiap sisi sebuah segitiga sama dan sebangun dengan sisi setiap segitiga yang lain,
maka segitiga-segitiga itu adalah segitiga kongruen

Postulat 14(S,Sd,S):

                               Jika dua sisi dan sebuah sudut  yang di apit dari sebuah segitiga sama dan sebangun
dengan bagian-bagian yang sama dari segitiga yang lain, maka kedua segitiga tersebut kongruen.

Postulat 15(Sd,S,Sd):

                               Jika dua sudut dan yang sisi di apitnya dari sebuah segitiga sama dan sebangun dengan
bagian-bagian yang sama dari segitiga yang lain, maka kedua segitiga tersebut kongruen

Teorema 28(Teorema SdSdS):

                               jika dua sudut dan sisi yang tidak diapit dari sebuah segitiga sama dan sebangun
dengan bagian-bagian yang sama dari segitiga yang lain, maka kedua segitiga tersebut kongruen

Postulat 16(Postulat MK):

                               Jika sisi miring dan kaki sebuah segitiga siku-siku sama dan sebangun dengan  bagian-
bagian yang sama dari segitiga siku-siku yang lain,  maka kedua segitiga tersebut kongruen.

Teorema 29(MSc Teorema):

                               Jika sisi miring dan sebuah sudut lancip dari sebuah segitiga sama dan membangun
dengan bagian-bagian yang sama dari segitiga siku-siku yang lain, maka kedua segitiga tersebut
kongruen

Teorema 30(Theorema KK):

                               Jika kaki-kaki sebuah segitaga siku-siku sama dan sebangun dengan bagian-bagian
segitiga siku-siku yang lain, maka kedua segitiga tersebut kongruen

Teorema 31(TeoremaKSd):

                               jika satu kaki dan satu sudut sebuah segitiga siku-siku sama dan sebangun dengan
bagian-bagian yang sama segitiga siku-siku yang lain, maka kedua segitiga tersebut kongruen

Teorema 32 :    Jika dua sisi sebuah segitiga sama, maka sudut-sudut yang berlawanan dari sisi-sisi
tersebut juga sama.
Teorema 33 :    Jika sebuah segitiga sisinya sama, maka sudut segitiga tersebut juga sama.

Teorema 34 :    Jika dua sudut sebuah segitiga sama, maka sisi-sisi yang berlawanan  dengan sudut-sudut
tersebut juga sama.

Teorema 35 :                  Jika sebuah segitiga sama sudut, maka sisi segitiga itu juga sama.

Teorema 36 :    Jika dua sisi segitiga tidak sama, maka ukuran sudut-sudut yang berlawanan dengan sisi-
sisi tersebut juga tidak sama. Sudut yang lebih besar akan berlawanan dengan sisi yang lebih besar.

Teorema 37 :    Jika dua  sudut segitiga  tidak sama,  ukuran sisi-sisi yang berlawanan dengan sudut-
sudut tersebut juga tidak sama.  Sisi yang lebih panjang akan  berlawanan dengan  sudut yang lebih
besar.

Teorema 38(Teorema Ketidaksamaan Segitiga):    

Jumlah panjang setiap dua sisi segitiga lebih besar dibandingkan dengan panjang yang ketiga.

Teorema 39 :    Jika segi banyak cembung mempunyai jumlah sisi n, maka jumlah  sudut dalamnya dicari
dengan persamaan berikut: S=(n-2)x1800.

Teorema 40 :    Jika sebuah segi banyak cembung, maka jumlah sudut-sudut luarnya adalah 3600.

Teorema 41 :    Sebuah diagonal membagi jajaran genjang menjadi dua segitiga sama dan sebangun.

DEFINISI 52:        Suatu segi empat adalah polygon yang bersisi empat.

DEFINISI 53:        Jajar genjang adalah segi empat dengan sisi-sisi yang berhapan sejajar.

DEFINISI 54:        Persegi panjang adalah jajar genjang yang salah satu sudutnya siku-siku.

DEFINISI 55:        Persegi adalah persegi panjang dengan dua sisi bersisihannya kongruen.

DEFINISI 56:        Belah ketupat adalah jajar genjang dengan dua sisi bersisihannya kongruen.

DEFINISI 57:        Trapesium adalah segi empat yang mempunyai satu dan hanya satu pasang sisi sejajar.

DEFINISI 58:        Trapezium sama kaki adalah trapezium yang kedua sisi tidak sejajarnya kongruen.

Teorema 42 :                  Panjang sisi-sisi jajaran genjang yang berlawanan adalah sama.

Teorema 43 :                  Besar sudut-sudut jajaran genjang yang berlawanan  adalah sama.

Teorema 44 :                  Sudut-sudut dalam sepihak jajaran genjang adalah pelurus.

Teorema 45 :                  Diagonal-diagonal jajaran genjang saling membagi.

Teorema 46 :    Jika kedua pasang sisi segi empat yang berlawanan sama, maka segi empat ini adalah
jajaran genjang.

Teorema 47 :    Jika kedua pasang sudut segi empat yang berlawanan sama, maka segi empat ini adalah
jajaran genjang.

Teorema 48 :    Jika semua pasang sudut dalam sepihak sebuah segi empat adalah pelurus, maka segi
empat ini adalah jajaran genjang.
Teorema 49 :    Jika sepasang sisi segi empat yang berlawanan sama dan sejajar, maka segi empat ini
adalah jajaran genjang.

Teorema 50 :    Jika diagonal-diagonal sebuah segi empat saling membagi, maka segi empat ini adalah
jajaran genjang.

Teorema 51 :                  Panjang diagonal-diagonal  persegi panjang adalah sama.

Teorema 52 :    Diagonal-diagonal belah ketupat  membagi sudut-sudut yang berlawanan sama besar.

Teorema 53 :                  Diagonal-diagonal belah ketupat saling tegak lurus.

Teorema 53 :                  Besar sudut-sudut alas trapezium sama kaki alalah sama.

Teorema 54 :                  Panjang diagonal-diagonal trapezium sama kaki adalah sama.

Teorema 55 :    Garis berat setiap trapezium mempunyai dua sifat: (1) sejajar pada setiap alasnya(2)
panjangnya setengah dari jumlah panjang alasnya.

Teorema 56 (Teorema Titik Tengah):

                        Ruas garis yang menghubungkan titik-titik tengah dua sisi segitiga sejajar dengan sisi yang
ketiga dan setengah panjang sisi yang ketiga.

Teorema  57 (Teorema Pembagi Sisi):

                        Jika sebuah garis sejajar dengan salah satu sisi segitiga dan memotong dua sisinya, garis ini
akan membagi kedua sisi  dengan perbandingan sama.

Teorema 58 (Teorema Sudut bagi):

                        Jika  sebuah sinar garis membagi sebuah sudut segitiga, maka sinar garis tersebut akan
membagi sisi berlawanan menjadi bagian-bagian garis yang sebanding dengan sisi-sisi yang membentuk
sudut.

Teorema 59 :    Jika dua segitiga  sebangun,  maka rasio setiap dua garis yang searah (seperti tinggi, garis
berat, atau garis bagi) sama dengan rasio setiap dua sisi yang searah.

Teorema 60 :    Jika dua segitiga sebangun mempunyai factor skala  a : b,  maka rasio kelilingnya adalah a
: b.

Teorema 61 :    Jika dua segitiga yang sama mempunyai  factor skala a : b, maka rasio luas mereka adalah
a2 : b2.

Teorema 62 :    Tinggi yang ditarik ke sisi miring sebuah segitiga siku-siku  menghasilkan dua segitiga
siku-siku sebangun yang masing-masing sebangun dengan segitiga siku-siku aslinya.

Teorema 63 :    Jika satu garis tinggi ditarik ke sisi miring sebuah segitiga siku-siku, maka masing-masing
kaki adalah meangeometri di antara sisi miring dan bagian garis miring yang menyentuhnya.

Teorema 64 :    Jika satu garis tinggi ditarik ke sisi miring sebuah segitiga siku-siku, maka mean
geometrinya berada di antara bagian-bagian garis pada sisi miring.

LINGKARAN
DEFINISI 36:        Suatu lingkaran adalah suatu himpunan titik sedemikian rupa hingga segmen garis-
segmen garis yang ditarik dari masing-masing titik pada himpunan tersebut ke titik tetap adalah
kongruen.

DEFINISI 37:        Jari-jari suatu lingkaran adalah segmen garis yang ditarik dari sembarang titik pada
lingkaran tersebut ke pusat lingkaran.

DEFINISI 38:        Sinar PB terletak diantara sinar-sinar PA dan PC berarti bahwa u<=""

DEFINISI 39:        Sudut-sudut ABC dan  yang terletak diantara dan .

DEFINISI 40:        Jarak antara dua bangun geometri adalah ukuran garis hubung yang terpendek
diantaranya.

Teorema 68 :    Dalam sebuah lingkaran, jika dua sudut pusat mempunyai ukuran yang sama, maka
busur kecilnya mempunyai ukukran sama.

Teorema 69 :    Dalam sebuah lingkaran, jika dua busur kecil mempunyai ukuran yang sama, maka sudut-
sudut pusatnya mempunyai ukuran sama.

Teorema 70 :    Besar sudut keliling pada suatu lingkaran sama ukurannya dengan setengah ukuran
busur berhadapannya.

Teorema 71 :    Jika dua sudut keliling pada sebuah lingkaran menghadap busur yang sama atau busur
dengan ukuran yang sama, maka kedua sudut keliling tersebut mempunyai ukuran yang sama.

Teorema 72 :    Jika sebuah sudut keliling menghadap ke setengah lingkaran, maka ukurannya 900.

Teorema 73 :    Jika sebuah garis singgung dan diameter bertemu pada satu titik singgung, maka
keduanya akan saling tegak lurus.

Teorema 74 :    Jika sebuah tali busur tegak lurus dengan garis  singgung pada titik singgung, maka tali
busur tersebut adalah diameter.

Teorema 75 :    Besar sudut yang terbentuk oleh dua tali busur yang saling  berpotongan di dalam
lingkaran, sama degnan setengah dari jumlah ukuran busur-busur yang  berhadapan dengan sudut itu
dan sudut bertolak  belakangnya.

Teorema 76 :    Besar sudut yang terbentuk oleh sebuah garis singgung dan tali busur yang bertemu di
titik singgung adalah setengah dari ukuran busur berhadapan.

Teorema 77 :    Besar sudut yang terbentuk oleh dua tali busur yang  di luar lingkaran sama dengan
setengah  dari selisih ukuran  busur-busur berhadapannya.

Teorema 78 :    Pada sebuah lingkaran, jika dua tali busur berukuran sama, maka busur  kecilnya juga
berukuran sama.

Teorema 79 :    Pada sebuah lingkaran jika dua busur kecil berukuran sama, maka tali busurnya juga
berukuran sama.

Teorema 80 :    Jika sebuah diameter tegak lurus dengan tali busur, maka diameter tersebut akan
membagi dua tali busur  dan busurnya.
Teorema 81 :    Pada lingkaran, jika dua tali busur mempunyai ukuran yang sama, maka keduanya
berjarak sama dengan pusatnya.

jika AB = CD, maka dengan Teorema 81, OX =OY.

Teorema 82 :    Pada lingkaran, jika dua tali busur berjarak  sama dengan  pusatnya, maka kedua tali
busur tersebut mempunyai ukuran  yang sama.

jika OX = OY, maka dengan Teorema 82, AB = CD.

Teorema 83 :    Jika dua tali busur berpotongan dalam lingkaran, maka hasil kali satu tali busur, sama
dengan hasil kali bagian tali busur yang lain.

Teorema 84 :    Jika dua bagian garis potong berpotongan di luar lingkaran, maka hasil kali garis potong
dengan bagian garis luarnya sama dengan hasil kali garis potong yang  lain dengan bagian luarnya.

Teorema 85 :    Jika satu bagian garis singgung dan  satu bagian garis potong berpotongan di luar
lingkaran, maka kuadarat bagian garis singgung sama dengan hasil kali ukuran bagian garis potong
dengan bagian luarnya.

Teorema 86 :    Jika dua bagian garis singgung berpotongan  di luar lingkaran, maka ukuran kedua bagian
garis singgungnya sama.

Teorema 87 :                  Luas sisi tegak yang dinyatakan dengan S, tinggi dengan t, dan keliling dengan p
menghasilkan rumus berikut ini.

Sprisma siku-siku = (p)(t) satuan2

Teorema 88 :                  Luas keseluruhan  prisma siku-siku LK, dengan luas sisi tegak LS dan luas alas
dengan LA menghasilkan rumus sebagai berikut.

LKprisma siku-siku = LS + 2LA atau LKprisma siku-siku

 = (p)(t) + 2LA

Teorema 89 :                  Volume prisma siku-siku V, dengan luas alas LA, dan tinggi, t, menghasilkan
rumus sebagai berikut.

Vprisma siku-siku = (LA)(t) satuan3

Teorema 90 :                  Luas sisi tegak LS dari sebuah silinder  lingkaran siku-siku dengan keliling alasnya
K, dan tinggi t, akan menghasilkan rumus berikut ini.

LSsilinder lingakaran siku-siku = (K)(t) satuan2

                                                 =(2pr)(t) satuan2

Teorema 91 :                  Luas keseluruhan, LK sebuah silinder siku-siku degan luas sisi tegak LS dan luas
alas LA menghasilkan rumus berikut ini.

LKsilinder lingkaran siku-siku = LS + 2LA satuan2

                                                                                       =(2pr)(t) + 2pr2 satuan2


                                                                                       =2pr (t + r) satuan2

Teorema 92 :                  Volume silinder siku-siku, V dengan alas A dan tinggi t menghsilkan rumus
berikut.

Vsilinder  lingkaran siku-siku = (LA)(t) satuan3

                                                                          =(pr2)(t) satuan3

Teorema 93 :                  Luas samping, LS dari limas dengan tinggi miring / dan keliling alas k
menghasilkan rumus beikut ini.

LSlimas =1/2(k)(l)satuan2

Teorema 94 :                  Luas keseluruhan, LK dari limas beraturan dengan luas selimut LS dan luas alas A
menghasilka rumus berikut ini.

LKlimas =LS + LA satuan2

                                                                            =1/2(k)(l) + LA satuan 2

Teorema 95 :                  Volume, V, sebuah limas beraturan dengan luas alas LA, dan tinggi t,
mengahasilkan rumus berikut ini.

Vlima =1/3(LA)(t) satuan3

Teorema 96 :                  Luas selimut LS kerucut dengan keliling alas K dan tinggi miring / menghasilkan
rumus sebagai berikut.

LSkerucut = ½(K) (l) satuan2

                                                                             =1/2 (2p)(r)(l) satuan2

                                                                             =pr/ satuan2

Teorema 97 :                  Luas keseluruhan LK kerucut dengan luas selimut LS dan luas alas LA
menghasilkan rumus sebagai berikut.

LKkerucut =LS + LA satuan2

                                                                             =prl + pr2 satuan2

                                                                             =pr(l + r) satuan2

Teorema 98 :                  Volume V, kerucut dengan luas alas LA, dan tinggi t, menghasilkan rumus berikut
ini.

Vkerucut =1/3(LA)(t) satuan3

                                                                           =1/3(pr2)(t) satuan 3

Teorema 99 :                  Luas permukaan, LP sebuah bola dengan jari-jari r menghasilkan rumus berikut
ini.

LPbola =4pr2 satuan2


Teorema 100 :              Volume bola, V dengan jari-jari r menghasilkan rumus sebagai berikut.

Vbola = pr3 satuan3

Teorema 101 : jika koordinat 2 titik adalah (x1, y1) dan (x2, y2)maka jarak (d) dari kedua  titik tersebut
bisa dicari dengan menggunakan rumus berikut ini.

                               (Rumus jarak)

                               d = akar[(x2-x1)2 + (y2-y1)2 ]

Teorema 102 : Jika koordinat A adalah (x1, y1) dan (x2, y2)maka titik tengah (T) dari AB bisa dicari
dengan menggunakan rumus berikut ini (rumus titik tengah)

Teorema 103: Jika 2 garis yang tidak vertical saja, maka keduanya mempunyai kemiringan yang sama

Teorema 104 : jika kedua garis memiliki kemiringan yang sama, maka keduanya pasti garis tidak vertical
yang tidak sejajar. jika kedua garis saling tegak lurus dan keduanya tidak vertical, maka satu garis akan
mempunyai kemiringan posotif dan garis yang lain mempunyai kemiringan negatif.nilai absolute
kemiringannya juga merupakan kebalikan.

Teorema 105 : jika 2 garis tidak vertical saling tegak lurus maka kemiringannya saling berlawanan, atau
hasil kali dari kedua kemiringannya adalah -1.

Teorema 106 : jika kemiringan dua garis saling berlawanan atau hasil kemiringan adalah -1 , maka garis-
garis tersebut adalah garis-garis tidak vertical saling tegak lurus.

SHARE TO:GOOGLE+FACEBOOKTWITTER

Related Articles :

DEFINIS, POSTULAT DAN TEOREMA

Aksioma adalah sebuah pernyataan dimana pernyataan yang kita terima sebagai suatu kebenaran dan
bersifat umum, seta tanpa perlu adanya ...

Postulat dan Teorema

Sekarang saya mau memberi gambaran atau sedikit penjelasan tentang kata-kata tersebut dan kata kata
lainnya. Waidgrup akan menjelaskan ...

Definisi dalam Geometri

DEFINISI 1:Ruas garis AB adalah himpunan titik-titik dari garis yang memuat titik A dan titik B dan semua
titik diantara titik A dan B ...

Pembuktian Rumus Luas Segitiga "L= √(s (s-a )(s-b)(s-c))"


Rumus luas segitiga "L= √(s (s-a )(s-b)(s-c))" ?Kita Akan Membuktikan Rumus diatasKita proyeksikan
bahwa rumus luas ∆AB ...

MEMBUKTIKAN RUMUS PHYTAGORAS

Rumus Matematika yang satu ini tentunya tidak asing lagi dikalangan para pelajar. Rumus apakah itu?
Dia adalah Rumus pythagoras.Apa si ...

Newer Post Older Post Home

POPULAR POSTS

DEFINIS, POSTULAT DAN TEOREMA

Aksioma adalah sebuah pernyataan dimana pernyataan yang kita terima sebagai suatu kebenaran dan
bersifat umum, seta tanpa perlu adanya pembu...

Postulat dan Teorema

Sekarang saya mau memberi gambaran atau sedikit penjelasan tentang kata-kata tersebut dan kata kata
lainnya. Waidgrup akan menjelaskan secar...

Pembuktian rumus deret geometri

Jika a, ar, ar 2 , ar 3 , … ar n-1  merupakan suatu barisan geometri, maka a + ar + ar 2  + ar 3  +  … ar n-1
merupakan deret geometri. ...

Anda mungkin juga menyukai