Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Matematika sebagai sebuah pokok bahasa sering disajikan dengan serangkaian
prosedur teknis tanpa makna dalam berbagai silabus dan buku-buku ajar. Penyajian
semacam itu sama dengan menganggap nama, kedudukan, dan fungsi setiap tulang
kerangka manusia sebagai perwujudan kehidupan, pemikiran dan emosi makhluk yang
disebut manusia. Jika dipisahkan dari konteks filosofi dan budaya intelektual, matematika
cenderung kehilangan makna dan menjadi sangat menyimpang.

Matematika India atau juga bisa disebut Matematika Hindu muncul pada abad ke-26
SM dan berakhir pada abad ke-14 M. matematika India ini berkembang setelah
Matematika China dan berakhir tepat sebelum munculnya matematika Eropa abad
pertengahan. Matematika India dimulai sejak munculnya sebuah peradaban yang terletak
di daerah aliran sungai Indus Peradaban ini biasa disebut peradaban lembah Indus.
Pemusatan terbesar dari lembah Indus berada di timur Indus, dekat wilayah yang dulunya
merupakan sungai Sarasyati kuno. Sekitar abad ke-15 SM bangsa india diusir oleh bangsa
Arya yang datang dari Asia Tengah.
Saat ini ilmu pengetahuan , khususnya Matematika, berkiblat ke negeri barat (Eropa
dan Amerika). Kita hampir tidak pernah mendengar ahli matematika yang berasal dari
negeri timur (Arab Muslim, India, China). Yang paling popular kita dengar sebagai
matematikawan Arab Muslim yang mempunyai kontribusi terhadap perkembangan
matematika adalah Al-Khawarizmi. Beliau dikenal sebagai bapak aljabar dengan
memperkenalkan bilangan nol (0) dan penerjemah karya-karya yunani kuno.
Pengetahuan mengenai sejarah matematika mungkin membantu dalam menetukan
tujuan pengajaran pengetahuan dari pokok bahasa tersebut. Dengan pendekatan sejarah,
pokok bahasa tersebut dapat diisajikan sebagai usaha manusia untuk berkembang, yang
terbentuk secara perlahan-lahan selama ribuan tahun oleh berbagai individu. Jika
digunakan dengan tepat, bahan-bahan sejarah dapat menjelaskan arti, memberikan
wawasan, dan meningkatkan pemahaman akan matematika kitu sendiri.

1
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana Sejarah Matematika Hindu Serta Sistem Bilangannya?
2. Siapa Tokoh-Tokoh Matematika Hindu Serta Penemuannya?

1.3 Tujuan penulisan


1. Menjelaskan Sejarah Matematika Hindu Serta Sistem Bilangannya.
2. Menyebutkan Tokoh-Tokoh Matematika Hindu Serta Penemuannya.

2
BAB II
ISI

MATEMATIKA HINDU
SEDIKIT LINTASAN SEJARAH
Penggalian yang dilakukan oleh ahli purbakala yang dipimpin oleh John Marshall
menemukan pada tahun 1922 timbunan kota Mohenjo Daro dan Harappa. Bahwa kota itu
telah dirancang seperti kota-kota yang sekarang, terbukti dari jalan-jalan yang lebar, tempat-
tempat tinggal terbuat dari batu tembok memiliki kamar mandi yang diukir. Kota itu sudah
memiliki partit-parit, memiliki kolam renang.
Peradaban Hindu yang ditemukan yang ditemukan itu diperkirakan terjadi ± 2500 BC.
Bangsa yang tinggal di lembah aliran sungai Indus itu sudah memiliki sistem menulis,
menghitung, menimbang, dan mengukur. Tentu terus-terusan yang mereka gali untuk
pengairan, memerlukan mesin dan dasar Matematika. Kira-ira tahun 1500 BC bangsa itu
diusir oleh Arya yang datang dari Asia Tengah, menyebrang pegunungan Himalaya.
Selama kira-kira 1000 Tahun bangsa Arya itu menyempurnakan tulisan Hindu itu dan
bahasa Sangsekerta, ketika abad ke enam sebelum Masehi, bala tentara Darius dari Parsi
memasuki India pada itu ada ahli prasemesta bernama Panini dan guru agama Budha.
Beberapa penulis agama juga menulis sejarah matematika, karena dalam pembangunan altar
Budha direntangkan tali yang menunjukkan pengenalan akan tigaan Pythagoras.
Pada ± 326 BC Alexander Besar menduduki India Barat Laut dan menjadikan ini
sebagai propinsi Macedonia yang dikepalai seorang Gubernur. Setelah Alexandria Besar
meninggal Chandragupta Maurya mengambil kekuasaan dari gubernur, dan mendirikan
dinasti Maurya. Dari dinasti Maurya yang paling terkenal ialah raja Asoka ¿ 273-232) BC.
Raja itu mendirikan pilar-pilar besar di kota-kota penting pada masa itu. Pilar-pilar itu ditulis
dengan sejenis lambang-lambang bilangan.
Kira-kira tahun 330-375 dinasti Samudra Gupta menggantikan kekuasaan dinasti
Maurya. Masa dinasti Samudra Gupta itu disebut masa-masa keemasan Hindu purbakala.
Bahasa Sangsekerta berkembang, demikian juga seni dan pengobatan. India menjadi pusat
ilmu pengetahuan pada masa itu yang dikunjungi pelajar-pelajar. Kota-kota didirikan, dan
universitas pun dibangun.
Suatu karya astronomi dengan judul “Surya Siddhanta” (ilmu dari matahari) disusun
oleh seseorang yang tak diketahui namanya, yang ditulis kira-kira abad ke-5. Buku ini telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh E. Burgess pada tahun 1860. Matematika Hindu
terutama ditunjukkan pada astronomi. Pada abad ke-6 Varahamira menulis karya yang
berjudul Panca Siddhantika juga mengenai astronomi didasarkan pada Surya Sddhanta.
Dalam karya itu didapati ringkasan awal trigonometri Hindu, dan juga berisi tabel sinus yang
diambil tabel busur dari Ptolemeus. Tetapi tak dapat diketahui hubungan saling
mempengaruhi antara matematika Babilonia, Gerik dengan matematika Hindu.

3
ARITMETIKA
(1) Menjumlahkan
Cara menjumlahkan dua bilangan yang ditulis dari bawah ke atas mungkin berasal
dari Hindu. Tetapi mengerjakan penjumlahan itu mulai dari kiri, sedangkan yang kita
lakukan searang mulai dari kanan. Misalnya, menjumlah 4796 dengan 2879 dikerjakan
sebagai berikut:
769 1. Jumlahkan 4 dengan 2 = 6 ditulis diatas.
6583 2. Jumlahkan 8 dengan 7 = 15 dicoret 6, ditulis diatasnya, jumlah 6
4796 dengan 1 =7, dan 5 ditulis diatas 7.
2897 3. Jumlahkan 9 dengan 9 = 18, dicoret 5, ditulis di atasnya, jumlah 5 d
dengan 1 = 6 ditulis diatas 5 dan 8 ditulis diatas 9.
4. Jumlahkan 7 dengan 6 = 13, dicoret 8, ditulis di atasnya jumlah 8
dengan 1 = 9, dan 3 ditulis diatas 6.
Maka hasil penjumlahan itu ialah 7 6 9 3.
Metode menjumlah yang mirip dengan metode yang dikenal sekarang terdapat dalam
buku Lailavati oleh Bhaskara. Penjumlahan itu dilakukan mulai dari kanan. Misalnya: 478 +
195, dikerjakan sebagai berikut:
1. Jumlah satuan 8 + 5 = 13
2. Jumlah puluhan 7 + 9 = 16 ( 6 ditulis di bawah 1)
3. Jumlah ratusan 4 + 1 = 5 ( 5 ditulis di bawah 1)
Hasilnya 673

(2) Mengalikan
Seperti metode menjumlah yang pertama, pengerjaan mengalikan dimulai dari kiri dan
disusun dari bawah ke atas.
Misalnya 387 × 6 dikerjakan sebagai berikut:
3 2 1. 6 × 3 = 18, 8 ditulis diatas 3
2 2 8 2 2. 6 × 8 = 48, 18 + 4 = 22 ditulis diatas 18 dan 18 dicoret
1 8 3. 6 × 7 = 42, 28 + 4 = 32 ditulis diatas 28 dan 28 dicoret
3 8 7 6
Metode yang lebih mirip dengan cara mengalikan yang kita gunakan sekarang adalah
penggunaan kisi-kisi pada persegi panjang seperti pada gambar berikut.
Misalnya 3 4 8 × 2 7 6

4
1. Kisi pertama adalah 8
2. Kisi kedua ialah 6 + 4 + 4 = 14, 4 ditulis pada tempat kedua di kiri angka 8, sedang
puluhan 1 ditambahkan kepada kisi diagonal ketiga
3. Jumlah 1 + 6 + 5 + 8 + 2 + 8 = 30. Angka 0 ditulis ditempat ketiga di kiri angka 4 dan
3 dijumlahkan pada kisi diagonal keempat
4. Jumlah 3 + 1 + 8 + 2 + 1 + 1 = 16, 6 ditulis di kiri 0 dan 1 ditambahkan pada kisi
diagonal kelima
5. Jumlah 1 + 6 + 2 = 9 ditulis di kiri 6. Hasil perkalian itu ialah 96048

(3) Metode berkebalikan (metode invers)


Metode berkebalikan adalah operasi hitung yang dikerjakan sebagai kebalikan dari
pengerjaan yag disuruhkan. Bila disuruh membagi maka dikerjakan mengalikan. Bila disuruh
menjumlahkan maka dikerjakan mengurang dan sebaliknya.
Pengerjaan dimulai dari belakang. Kira-kira abad ke-6 Aryabhata menulis karya
astronomi dan matematika. Ia menulis suatu soal ?
sebagai berikut:
3
Suatu bilangan dikalikan dengan 3, kepada hasilnya ditambah dari hasil kali itu,
4
1
hasilnya dibagi 7, dikurangi dengan dari hasil itu, hasil itu dikalikan dengan bilangan itu
3
sendiri dan hasilnya diurangi lagi dengan 52. Tentukan akar pangkat dua dari hasilnya,
kepada hasilnya ditambah 8, kemudia dibagi 10. Hasil akhirnya adalah 2. Tentukanlah
bilangan semula.
Perhitungannya dikerjakan mulai dari suruhan terakhir:
1. Hasil kali terakhir adalah 2, setelah dibagi dengan 10. Karena suruhan adalah
membagi dengan 10, maka dikerjakan adalah mengalikan 2 dengan 10. Hasilnya 20
2. Hasil hasil ini dikurangi dengan 8, karena suruhan adalah menambah dengan 8,
hasilnya 12
3. Hasil ini dikuadratkan karena suruhan adalah menarik akar pangkat dua. Hasilnya 144
4. Hasil ini ditambah dengan 52, karena suruhan adalah mengurangi dengan 52.
Hasilnya 196
5. Ditarik akar dari hasil ini, karena suruhanmengallikan dengan dirinya sendiri atau
mengkuadratkan. Hasilnya 14
1
6. Mengurangi suatu bilangan dengan kali bilangan itu sendiri dapat diganti dengan
3
1 2 3
membagi. Misalnya a - a = a, kebalikannya adalah a. Maka 14 dikalikan
3 3 2
3
dengan menjadi 21
2
7. Hasil ini dikalikan dengan 7, karena kesuruhan adalah membagi dengan 7. Hasilnya
147

5
3
8. Menambah dengan kali bilangan itu sendiri dapat diganti dengan mengalikan.
4
3 7 4
Misalnya a + a = a, kebalikannya adalah a
4 4 7
4
Maka 147 × = 84
7
9. Hasil ini dibagi dengan 3, karena suruhan adalah mengalikan dengan 3. Hasilnya 28.
Maka bilangan yang ditanya itu adalah 28.
Demikianlah penyelesaian soal dari Aryabhata dengan metode berkebalikan.
Kesimpulan dari proses perhitungan diatas adalah:
( 2 × 10 – 8 )2 + 52
= 196 → √ 196
= 14
3 4 1
14 × ×7 × × = 28
2 7 3
Cara menyelesaian soal di sekolah-sekolah sekarang adalah dengan menyebut
bilangan itu x dan seterusnya disusun dalam bentuk persamaan.

ALJABAR
Aljabar Hindu adalah aljabar sinkopasi, atau aljabar dengan singkatan-singkatan
pengerjaan. Penjumlahan dilakukan menurut jukstaposisi. Pengurangan dengan bilangan
diberi tanda titik diatasnya.
Brahmagupta ± abad ke-7 menulis karya matematika dan astronomi. Salah satu dari
karyanya ialah Brahma-sphuta-siddhan-dhanta ditulis kira-kira pada tahun 628. Buku itu
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1817 oleh H.T. Colebrooke. Ia
menulis singkatan dari yang tak diketahui (perubah) dengan ya (Javattavat), dan singkatan
dari bilangan dengan (rupa). Jika terdapat perubahan lain diambil singkatan dari warna,
misalnya ka (kalaka = hitam).
Misalnya untuk menulis 4x + 3y – 2 ialah ya 4 ka 3 ra 2
Persamaan kuadrat diselesaikan dengan metode kuadrat sempurna, dan metode itu
disebut juga metode Hindu.
Dalam buku karya Bhaskara terdapat kesamaan

( a+ √ a2 −b )
√ a ± √b =
√ 2
±¿ ¿ ¿

Bentuk kesamaan ini terdapat juga pada buku-buku aljabar SMA sebelum kurikulum 1975.
Misalnya menarik akar dari:

√ 8 √ 60 = 8+ √ 64−60 − 8−√ 64−60


√ 2 √ 2

6
= √ 5−√ 3

Aryabhata dan Brahmagupta menyelesaikan persamaan tak tertentu ax + by = c, untuk


bilangan-bilangan bulat a, b dan c adalah bilangan-bilangan bulat. Bentuk itu kita kenal
dalam pelajaran di SL sebagai fungsi linier. Persamaan kuadrat ditulis dengan bentuk xy
2 2
= ax + by + c. Bhaskara menulis persamaan kuadrat dengan bentu y = ax + 1 a bilangan
bulat tidak bilangan kuadrat. Persamaan ini diselesaikan Lagrane pada 1766-1769.
GEOMETRI DAN TRIGONOMETRI
(1). Geometri
Geometri Hindu terutama untuk keperluan praktek. Geometri yang pertama mengenai
pendirian altar agama Hindu. Pendirian altar itu terkait dengan teorema Pythagoras. Di dalam
soal geometri terdapat juga soal membujursangkar lingkaran, dan penyelesaian yang
diberikan adalah:
(2+√ 2) a 13 d
d= dan a =
3 15
d = diameter lingkaran, a = sisi bujursangkar. Pendekatan rasional untuk √ 2 dinyatakan
dengan pecahan satuan adalah:
1 1 1
1+ + −
3 3 . 4 3 . 4. 34
Kalau diuji dengan pecahan desimal, hasilnya adalah
1 + 0,333333 + 0,083333 – 0,002450 = 1,414216
Berarti pendekatan ini benar-benar hingga lima tempat desimal. Mahavira menulis karya
matematika elementer kira-kira tahun 8850. Karyanya juga diterbitkan pada tahun 1912 oleh
M. Rangacarya. Sebagai perluasan rumus luas segitiga, ia menulis rumus luas segiempat tali
busur sebaga:
L = √ ( s−a )( s−b ) ( s−c ) ( s−d ) a, b, c, d adalah sisi segiempat itu dan s setengah
kelilingnya.
Teori Brahmagupta mengenai segi-4 tali busur dinyatakan dengan rumus berikut:
Jika m, n adalah diagonal, dan a, b, c dan d adalah sisi-sisi, maka:
( ab+cd ) (ac+ bd)
m2 =
ad +bc
( ac+ bd ) (ad +bc)
n2 =
ab+ cd
jika sisi-sisi suatu segi-4 tali busur dapat dinyatakan sebagai ap + bq + cr dengan hubungan
a2 + b2 = c2 dan p2 + q2 = r2 maka diagonalnya saling tegak lurus.

7
Segi-4 ini disebut trapesium Brahmagupta. Teorema Pythagoras dibuktikan dengan
cara pemotongan bujursangkar. Cara pemotongan yang dilakukan oleh Bhaskara adalah
seperti gambar 32.

a c
a-b
a-b

c
b
b a

Gambar 32a Gambar 32b

Potongan-potongan bujursangkar pada gambar 32a dapat disusun seperti gambar 32b.
ab
Maka c2 = 4. + (a – b)2
2
= 2ab + a2 – 2ab + b2 = a2 + b2
Bukti kedua diberikan oleh Bhaskara, dengan menarik garis tinggi pada hipotenusa, segitiga
siku-siku itu seperti gambar 33 dubawah ini.

Menggunakan kesebangunan segitiga ia


c b c a
merumuskan = , =
b m a n
b a
Atau
b2 = cm, a2 = cn
m n

Gambar 33
Maka a2 + b2 = cm + cn = c(m + n) = c2

8
(2). Trigonometri
Seperti Gerik trigonometri Hindu terutama adalah alat untuk astronomi. Trigonometri
Hindu sudah mengenal pengukuran sudut dengan derajat, menit dan detik. Mereka sudah
menyusun daftar sinus sebagai tabel setengah tali busur seperti dibuat Gerik. Juga mengenal
cosinus dan versin A = 1 – cosinus A. Sinus setengah sinus dihitung dalam hubungannya
dengan 1 – versin A.
Hindu sudah menghitung soal-soal trigonometri segitiga bidang dan segitiga bola.
Tetapi perhitungan cenderung kepada aritmetika daripada geometri. Sedang trigonometri
Gerik bersifat geometri. Memang ada perbedaan pola berpikir pada Matematika Hindu
dengan matematika Gerik. Matematika Hindu diabdikan pada praktek dan astronomi,
matematika Gerik bebas dari ilmu lain. Matematika Hindu umumnya dikembangkan oleh
kasta pendeta, matematika Gerik terbuka kepada siapa saja yang berkeampuan. Orang Hindu
pandai-pandai dalam berhitung, orang Gerik luar biasa dalam geometri, agak kurang dalam
berhitung.
Orang Hindu menyajikan matematika dengan cara yang agak terselubung melalui
syair-syair, tetapi Gerik menyajikan secara jelas dan logis. Bukti-bukti matematika Hindu
biasanya berdasar empirik, bukti matematika Gerik berusaha secara ketat dalam penjabaran.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Matematika Hindu dimulai sejak munculnya sebuah peradaban yang terletak di


daerah aliran sungai Indus yang biasa disebut Peradaban Lembah Indus pada abad
ke-26 SM dan berakhir pada abad ke-14 M. Peradaban ini merupakan sebuah
peradaban kuno yang hidup sepanjang sungai Indus dan sungai Ghaggar-Hakra yang
sekarang Pakistan dan India barat.

2.Tokoh-tokoh Matematika Hindu adalah Pāṇini, Surya Siddhanta, Aryabhata,


Brahma Gupta, dan Mādhava.
3. Sistem Bilangan Matematika Hindu adalah Angka Brahmi, Angka Gupta dan
Angka Nagari.
4. Penemuan yang berhubungan dengan Matematika Di India adalah The Sulba Sutra,
The Siddhanta Surya, Naskah Bakhshali, Nilai π, Trigonometri, Aljabar, dan
Geometri.
5. Sejarah mencatat bahwa setelah Yunani runtuh, muncul era baru, yaitu era kejayaan
Islam di tanah Arab. Kontribusi Muslim bagi perkembangan matematika adalah
terbatas pada aktivitas penerjemahan naskah Yunani kuno ke dalam bahasa Ara.

10

Anda mungkin juga menyukai