Anda di halaman 1dari 58

x0X x20

4 + y 0 y = 1 dan berlaku 4 + y02 = 1 atau x02 + 4 y02 = 4

Karena titik T(2,-1) pada garis singgung, maka berlaku

2x0 4+ 4y 0
4 + y 0 = 1 atau x0 = 4 = 2 + 2y 0

Berarti (2 + 2y 0 )2 + 4y02 = 4

8y02 + 8y 0 = 0

y 0 = 0 atau y 0 =− 1

untuk y 0 = 0, kita mendapatkan x0 = 2

untuk y 0 =− 1, kita mendaptkan x0 = 0

jadi titik-titik singgungnya adalaha S 1 (2, 0)dan S 2 (0,− 1)

2x
Persamaan garis singgung di S 1 adalah 4 + 0.y = 1 atau x = 2

0x
Persamaan garis singgung di S 2 adalah 4 + y = 1 atau y =− 1

C. SIFAT UTAMA GAIS SINGGUNG PADA ELIPS

Setelah kita dapat mencari persamaan garis singgung


pada elips, kita akan melihat sifat garis singgung pada
elips.

Sifat utama garis singgung pada elips adalah sebagai


berikut: Garis singgung di suatu titik pada elips
membagi dua sama besar sudut antara garis yang
melalui titik itu dengan titik api yag satu dan garis yang
melalui titik tersebut dengan titik api lainnya. (lihat Gambar 3.4). Keberlakuan sifat ini akan kita
buktikan sebagai berikut.

x2 y2
Misalkan persamaan garis elipsnya a2 + b2
= 1 dan T (x1 , y 2 ) suatu titik pada elips

Persamaan garis singgung pada elips di titik T adalah


x1 x y1 y
a2 + b2
= 1 atau a2 y 1 y = a2 b2 − b2 x1 x

b2 x1
Berarti tg β =− a2 y 1

y1 y1
Dengan mudah kita mendapatkan tg γ = x1 − c dan tg δ = x1 − c

tg β− tg γ
Jadi, tg a2 = tg(β − γ) = 1+tgβ tgγ

b2 x1 y
− a2 y 1
−x 1 b2 (cx1 −a2 )
1−c b2
= 2 y = cy 1 (cx1 −a2 ) = cy 1
1− ( ab2 y . x −1 c )
1 1

b2
Dengan cara serupa, kita akan mmeperoleh tg a2 = cy 1 .Berarti,

tga1 = tga2 . Jadi a1 = a2 ……………..terbukti.

D. PERSAMAAN TALI BUSUR ELIPS

Perhatikan lagi Gambar 3.3. kita mempunyai dua garis singgung dan melelui satu titik T di luar
elips.

x1 x y1 y
Misalkan persamaan elipsnya a2 + b2
= 1 dan titik-titik A1 (x′.y ′) dan A2 (x′′.y ′′) merupakan titik-titik

singgung dari garis-garis singgung elips yang melalui titik T (x′.y ′) di luar elips.

x′x y ′y
Persamaan garis singgung di A1 adalah a2 + b2
=1

x′xI y ′yI
Karena T pada garis singgung maka a2 + b2
= 1……………..(1)

x′′x y ′′y
Persamaan garis singgung di A2 adalah a2 + b2
=1

x′′x y ′′y
Karena T pada garis singgung maka a2 + b2
= 1……………(2)

Dari (1) dan (2) kita dapat menyimpulkan bahwa titik-titik A1 dan A2 terletak pada garis dengan
x′x y′ y
persamaan a2 + b2
=1

Persamaan ini disebut ​Persamaan talibusur singgung ​dari titik T (x′.y ′) .


x′x y′ y
Tanpa memperhatikan letak titik T (x′.y ′). Persamaan a2 + b2
=1

x2 y2
disebut persamaan garis kutub dari T terhadap elips a2 + b2
=1

jika T di luar elips maka garis kutub menjadi tali buusr singgung

jika T pada elips maka garis kutub menjadi garis singgung

jika T di dalam elips maka garis kutub tidak memotong elips.

Beberapa sifat garis kutub pada elips:

1. Jika titik Q terletak pada garis kutub p dari titik P maka garis kutub q dari titik Q meleui P.
2. Jika suatu titik P menjalani suatu garis q, maka garis kutub dari titik P berputar pada Q, yaitu
kutub dari garis q.

Berikut ini akan kita turunkan definisi elips yang lain.

x2 y2
Misalkan T(x,y) sebarang titik pada elips a2 + b2
=1

√(x − c)
2
Maka, jarak T terhadap titik api F 1 (c,0) adalah d1 = + y2

√(x + c)
2
dan jarak T terhadap titik api F 2 (-c,0) adalah d2 = + y2

Berarti d22 − d12 = 4xc

Karena T pada elips maka d1 + d2 = 2a…………………(3)

4cx 2cx
Akibatnya ( d1 + d2 ) = 2a = a ……………………(4)

2
Dari (3) dan (4) kita memperoleh d1 = ac( ac − x)
2
d2 = ac( ac + x)

Pandang garis-garis x = ± ac

2
Maka d1 = ac( ac − x) = c
a menyatakan

a2
Jarak T ke garis x = c dan

2
d2 = ac( ac + x) = c
a menyatakan jarak

a2
T ke garis x = − c

Garis-garis kutub dari titik-titik api F 1 (c,0)dan F 2 (-c,0)adalah berturut-turut

a2 a2
x= c dan x =− c

2
Garis-garis x = ± ac disebut ​garis-garis arah atau direktris dari elips.

Jadi garis-garis arah dari elips adalah garis kutub dari titik-titik apinya. Berdasarkan hal di atas, kita dapat
mendefinisikan elips sebagai berikut.

DEFINISI 3.2

Elips adalah hinpunana titik-titik yang perbandingan jaraknya terhadap suatu titik dan suatu garis
tertentu besarnya tetap. Nilai perbandingan itu lebih kecil dari 1 dinamakan eksentristik (keeksentrikan)
numerik yang disimbolkan dengan e.

Contoh 3.5:
Tentukan persamaan elips yang titik-titik apinya simentris terhadap sumbu Y dan titik O yang
1
memenuhi syarat bahwa jarak antar kedua garis-garis arahnya 32 dan eksentristas numeriknya e = 2

Peneyelesaian.

Karena titik-titik api elips simetris terhadap simbu Y dan titik O, maka persamaan garis-garis arah
2
elips adalah x = ± ac

2
Berarti jarak antara kedua garis arah adalah 2. ac = 32 atau c = 1
16 a2

c 1 1
Karena a =e= 2 maka e = 2 a

1 1
Jadi 16 a2 = 2 a atau a2 - 8a = 0.

Karena a>0 maka a = 8 dan akibatnya c = 4, b2 = a2 − c2 = 64 – 16 = 48.

x2 y2
Jadi persamaan elipsnya adalah 64 + 48 = 1.

Sekarang kita perhatikan lagi Gambar 3.5. Pada gambar tersebut, diketahui bahwa gradien garis
a2 x1
singgung di T adalah - b2 y 1
. Berarti gradien garis normalnya, yaitu garis yang melalui T dan tegak lurus
a2 x1
garis singgung, adalah - b2 y 1

a2 x1
Jadi, persamaan garis normalnya adalah y - y 1 = b2 y 1
(x - x1 )

Misalkan D adalah titik potong garis normal dengan sumbu X, maka y D = 0 dan xD dapat dicari
sebagai berikut : - b2 x1 y 1 = a2 y 1 xD − a2 y 1 x1

(a2 −b2 )x1 y 1 c2 x1


jadi xD = a2 y 1 = a2 .

2 2
DF 1 C− Ca2 x1 c2 ( ac2 −x1 ) d1
Akibatnya: DF 2 = 2 = 2 = d2
C+ C 2 x c2 ( ac2 +x1 )
a 1

Hal ini menunujukkan bahwa dalam ∆F 2 F 1 T . garis normal adalah garis bagi sudut F 2 T F 1 .
Simpulan.

Garis normal di T ( x1 .y 1 ) pada elips membagi dua sama besar sudut antara garis hubung T dengan
titik-titik apinya.

Berikut ini kita akan memcari tempat kedudukan titik-titik yang meneuhi syarat-syarat tertentu.

x2 y2
a. Misalkan kita mempunyai persamaan elips a2 + b2
= 1 dan garis y = mx.

Akan dicari tempat kedudukan titik-titik tengah talibuusr-talibusur elips yang sejajar dengan garis y =
mx tersebut.
Pertama kita mencari titik-titik potong garis-garis y = mx + n, (n parameter) dengan elips, kemudian
(mx+n)2
kita mencari titik tengahnya. x2
a2 + b2
= 1 atau ( b2 + a2 m2 )x2 + 2a2 mnx + a2 b2 = 0.

Absis dari titk-titik potongnya adalah akar-akabr dari persamaan kuadrat dalam x yang terakhir ini,
misalnya x1 dan x2 .
Misalkan titik tengah talibusurnya adalah T, maka
x1 +x2 −2a2 mm −a2 mm
xT = 2 = 2(b2 +a2 m2 )
= b2 +a2 m2

−a2 m2 m b2 n
dan y T = mxT + n = b2 +a2 m2
= 2
b +a2 m2

yT 2
berarti xT = a−b
2m

Dengan menjelaskan koordinat titik T kita memperoleh tempat kedudukan yang kita cari, yaitu

−b2
y= a2 m x

Persamaan ini memperlukan persaman suatu garis tengah elips.

−b2 −b2
Garis-garis tengah y = mx dan y = a2 m x disebut garis-garis tengah sekawan, m1 . m2 = a2 <0
sehingga m1 dan m2 berlawanan tanda. Jadi garis-garis tengah sekawan elips dipisahkan oleh
sumb-sumbu koordinat.

b. Akan dicari tempat kedudukan titik-titik potong garis-garis singgung pada elips
x2 y2
a2 + b2
= 1 yang salingg tegak lurus

Misalkan gradien garis singgungnya adalah m, maka persamaan garis singgungnya adalah

y = mx ±√a2 m2 + b2
1
Garis singgung yang tegak lurus pada garis singgung ini mmepunyai gradien - m . sehingga

√ + b2
1 a2
persaanan garis singgunya adalah y = - m x± m2

karena m suatu paramter , maka tempat kedudukan titik-titik potong kedua garis singgung itu kita
peroleh dengan mengeliminasi m darii kedua esamaan diatas

y – mx = ±√a2 m2 + b2

my + x = ±√a2 + b2 m2

setelah kedua persaman dikuadratkan dan kemudian diijumlahkan kita memeperoleh:


(1+ m2 )y 2 + (1+ m2 )x2 =(1+ m2 )a2 +(1+ m2 )b2 atau x2 +y2 = a2 + b2
Jadi, tempat kedudukan yang kita cari mempunyai persamaan x2 +y2 = a2 + b2 persamaan ini adalah

persamaan lingkar an dengan pusat O(0,0) dan jari-jari √a2 + b2


lingkaran ini disebut ​Lingkaran Orthoptis atau lingkaran Monge

c. Akan dicari tempat kedudukan titik-titik potong garis-garis singgung pada elips
x2 y2
a2 + b2
= 1 dengan garis-garis yang tegak lurus pada garis singgung tersebut dan melalui titik-titik

apinya.
Mislakan gradien garis singgung adalah m, maka persaman garis singgungnya adalah

y = mx ±√a2 m2 + b2
1
Persamaan garis yang melalui titik api dan tegak lurus garis singgung di atas adalah y = - m (x ± c)

Karena m suatu parameter, maka tempat kedudukan titik-titik potong garis-garis di tas dapat dicrai
dengan mengeliminasi m dari kedua persaman diats.

y – mx = ±√a2 m2 + b2

my + x = ±√a2 + b2 m2

Setelah kedua persamaan dikuadratkan dan dijumlahkan kita memperoleh:


(1+ m2 )y 2 + (1+ m2 )x2 =(1+ m2 )a2 atau x2 + y 2 = a2
Jadi, tempat kedudukan yang kita cari mempunyai persamaan x2 +y2 = a2
persamaan ini adalah persamaan lingkar an dengan pusat O(0,0) dan jari-jari a.
lingkaran ini disebut ​Lingkaran titik kaki.

x2 y2
Jika kita mmepunayi garis tengah elips a2 + b2
=1, maka kita dapat menetukan titik-titik ujungnya.

sekarang akan kita cari uujung-ujung garis tengah sekwannya.


Misalkan P 1 ( x1, y 1 ) dan Q1 (− x1 ,− y 1 ) ujung-ujung tengah itu. Persamaan garis singgung di
x1 x y1 y
P 1 adalah a2 + b2
=1
−b2 x1 x1
Berarti gradienny aadlah m1 = a2 y 1 sedangkan P 1 Q1 adalah m2 = y1

−b2
jadi, m1 m2 = a2

Hal ini menujukkan bahwa garis singgung di P 1 sejajar dengan garis tengah yang sekawan dengan
P 1 Q1 .
Misalkan P 2 Q2 garis tengah yang sekawan dengan P 1 Q1 .M aka persamaan garis P 2 Q2
x1 x y1 y
adalah a2 + b2
=0

Koordinat-koordinat P 2 dan Q2 merupakan titik potong P 2 Q2 dengan elips.


y −x1 bx x2 −x1 bx
Dari persaman garis P 2 Q2 kita merupakan b = a2 y 1 sehingga a2 + ( a2 y 1 )2 = 1 atau
x11 b2
(1 + a2 y 21 ) =1

karena P 1 ( x1, y 1 ) terletak pada elips, maka x11 b2 + a2 y12 = a2 b2


x2 a2 b2
Jadi, a2 . a2 y 21 = 1 atau x1.2 = ± ba y 1

Sehingga y 1.2 = ± ab x1
a b
Jadi, P 2 = (− b y1 , a x1 ) dan Q2 = ( ba y 1 ,− b
a x1 )

Misalkan O P 1 = a1 dan O P 1 = b1 maka


b2
a12 + b12 = (x12 + y12 ) + ( ba2 y12 +
2
a2 x12 )
b2 a2
= x12 (1 + a2 ) + y12 (1 + b2
)

x2 y 21
= (a2 + b2 )( a12 + )
b2

= a2 + b2

Jadi, 4 a12 +4 b12 = 4 a2 + 4b2 .


Uraian tersebut merupakan bukti dari dahlil berikut ini.

Dahlil I (dari Apollonius)


Jumlah kuadrat dari dua garis tengah sekawan sama dengan jumlah kuadrat sumbu-sumbunya.

perhatikan Gambar 3.6. Dari gambar tersebut dapat ditentukan bahwa


γ = β − α sehinggasin γ = sin (β − a) = sin βcos α − cos β sin α

y2 x1 x2 y1 x1 y 2 −x2 y 1
= b1
. a1
- b1
. a1
= a1 b1

Luas jajaran genjajng O P 1 A P 2= a1 b1 sin γ

x1 y 2 −x2 y 1
= a1 b1 . a1 b1

= x1 y 2 - x2 y 1

= x1 ( ab x1 ) - ( −a
b y 1 )y 1

b a
= a x12 + b y12

x2 y 21
= ab ( a12 + )
b2
= ab

Jadi, luas jajaran genjang ABCD = 4a.b.

Urian tersebut adalah buukti dari dahlil II berikut ini!

Dahlil II (dari Apollonius)

Luas jajaran genjang yang mengelilingi elips yang sis-sisinya sejajar dengan garis-garis tengah
sekawan sama dengan luas persegi panjang yang sisi-sisinya sejajar dengan sumbu-sumbu elips.

LATIHAN!

Uraikan memperdalam pemahaman Anda mengenai materi diatas kerajakanlah latihan berikut!

1. Tentukan persamana elips yang titik-titik apinya terletak pada sumbu X dan simetris terhadap O yang
memenuhi syarat jarak kedua titik apinya adalah 4 dan jarak kedua garis adalah 5!
x2 y2
2. Tentukan titik-titik pada elips 100 + 36 = 1 yang jarakanya dari titik api sebelah kanan adalah 14!
2
3. Tentuakan persamaan elips yang eksentrisitas e = 3 , salah satu dari apinya F (2,1) dan persamaan
garis arah yang bersesuian dengan titik api ini adalah x – 5= 0!
x2 y2
4. Tentukan nilai m sehingga garis y = -x + m menyinggung elips 20 + 5 = 1!
x2 y2
5. Tentukan titik M pada elips 18 + 8 = 1 yang terdekat dengan garis 2x – 3y + 25 = 0!

Pertunjuk Jawaban Latihan!

Apabila anda mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal latohan tersebut, Anda dapat
mengikuti petunjuk peneyelesaian sebagai berikut:

1. Jarak kedua titik api adalah 2c = 4, berarti c = 2.


a2 5
Karena jarak kedua garis arahnya adalah 2 c = 5 maka a2 2 c dan
5
Karena c = 2 maka a2 2 .2 = 5.
pada elips berlaku b = a2 − c2 , maka b2 = 5 – 4 =1.
2

Karena titik-titik api elips terletak pada sumbu X dan simetris terhadap O
x2 y2
maka persamaan elips berbentuk a2 + b2
=1
x2 y2
Jadi persamana elips yang ditanyakan adalah 5 + 1 = 1.

y2
2. Persamaan elips x2
100 + 36 = 1, berarti a2 = 100, b2 = 36.
karena c2 = a2 - b2 dan c > 0 ← maka c =8
Jadi, titik api sebelah kanan adalah F (8,0)
Misalkan T( x0, y 0 ) titik pada elips yang menenuhi TF = 14
2
Maka √(x0 − 8) + y02 = 14 atau y02 = 196 − (x0 − 8)2
x20 y 20
Karena T pada elips maka berlaku 100 + 36 = 1 atau
36 x02 + 100y02 =3600.
Berarti absis titik T memenuhi persamaan
36 x02 + 100 {196 – ( x0 - 8)2 } = 3600
-64 x02 + 1600 x0 + 96000 = 0
- x02 + 25x0 + 150 = 0
(- x0 + 30 )(x0 + 5) = 0

Jadi, x0 = 30 atau x0 =− 5

Karena a = 10 maka pncak elips yang paling kanan adalah (10,0)

Berarti tidak ada titik pada elips yang absisnya 30

Jadi, x0 = − 5 sehingga y 0 = ±√196 − 169 = ± 3 √3

jadi, tiik-titik yang dimaksud adalah (-5,3 √3 ) dan (-5, -3 √3).

3. Mislakan T ( x1, y 1, ) suatu titik pada elips


Maka berdasarkan definisi 2 berlaku TF = c, jarak T ke garis arah x – 5 = 0
x1−5
Berarti √(x 1 − 2)2 + (y 1 − 1)2 = 2
3 ǀ 1 ǀ

Setelah kedua ruas dikuadratkan kita memperoleh :


(x1 − 2)2 + (y 1 − 1)2 = 4
9 (x – 5)2
9{x12 - 4x + 4 + y12 - 2 y 1 +1} = 4 ( x12 − 10x1 + 25)
5x12 + 4x1 + 9y12 − 18y 1 − 55 = 0.

Dengan menjalankan koordinat titik T kita memperoleh persamaan elips yang dimaksud yaitu
5x12 + 4x + 9y 2 − 18y 1 − 55 = 1.

4. Gradien garis y = -x + p adalah -1


Persaman garis singgung dengan gradien -1 adalah

√20.(− 1)

y = -x ± 5.y =− x ±5

Jadi, haruslah p = ±5

5. Titik M merupakan titik singgung dari garis singgung yang sejajar garis 2x – 3y + 25 = 0 dan terdekat
dengan garis tersebut.
2
Gradien garis 2x – 3y + 25 = 0 adalah m = 3
2
Berarti persamaan garis singgung yang gradiennya 3 adalah

√18.
2 4
y= 3 x± 9 + 8
2
y= 3 x± 4
2 x2 ( 23x−4))2
Absis titik singgung S dari garis singgung y = 3 x ± 4 memenuhi persamaan 18 + 8 =1
8 x2 +18 ( 94 x2 + 16
3x + 16) = 144
8 x2 +96x +9 = 0
x2 +6x + 9 = 0
x =− 3

2
Berarti y = 3 (− 3) + 4 = 2, sehingga S 1 (− 3, 2)
2
Absis titik singgung S 2 dari garis singgung y = 3 x − 4 memenuhi persamaan
x2 ( 23x−4))2
18 + 8 =1
Setelah dijabarkan seperti di atas, diperoleh x = 3.
2
Berarti y = 3 (3) -4 = -2, sehingga S 2 (3,− 2)
Jarak S 2 Ke garis 2x – 3y + 25 = 0 adalah
d1 = | −6−6+25
√4+9
|= 13
√13
= √13
Jarak S 2 ke garis 2x – 3y + 25 = 0 adalah
d1 = | 6+6+25
√4+9
|= 37
√13

Jadi titik M yang dimaksud adalaj (-3,2).

RANGKUMAN

x2 y2
Persamaan pusat dari elips berbentuk a2 + b2
= 1. Pusat elips di O(0,0) titik-titik api F 1 (c,0) dan

F 2 (-c,0) dengan c2 = a2 - b2 .

c
Eksentrisitas numerik e = a < 1.

Sumbu panjang = 2a dan sumbu pendek = 2b

Untuk elips dengan pusat P ( α, β ) dan sumbu-sumbunya sejajar dengan sumbu-sumbunya

(x− α)2 (y− β)2


koordinat persamaannya adalah : a2 + b2
= 1.

x2 y2
Persamaan garis singgung pada elips a2 + b2
= 1:

a) dengan gradien m, adalah y = mx ±√a2 m2 + b2 .

x1 x y1 y
b) dengan titik singgung T (x1, y 1 ) adalah a2 + b2
= 1.

Sifat utama garis singgung

Garis singgung di suatu titik pada elips membagi dua sama bsar sudut antara garis yang melalui titik
itu dengan titik api yang satu dan garis yang melalui titik api tersebut dengan titik api lainnya.

x1 y1 x1 x y1 y
Persamaan garis kutub dari T( (x1, y 1 ) terhadap elips a2 + b2
= 1. (x1, y 1 ) adalah a2 + b2
= 1.adalah
x1 x y1 y
a2 + b2
= 1.

Sifat-sifat garis kutub:

a) Jika titik Q terletak pada garis kutub p dari titik P maka garis kutub q dari titik Q melalui P.
b) Jika suatu titik P menjalani garis q,maka garis kutub p dari titik p berputar pada titik Q, yaitu kutub
dari garis q.

x1 y1
Persamaan garis arah (direktriks) dari elips a2 + b2
= 1 adalah

2
x = ± ac . Titik-titik pada elips bersifat bahwa perbandingan jaraknya terhadap suatu titik api dari garis
c
arah yang bersesuaian tetap besarnya. yaitu e = a < 1.

Garis nornal di T membagi dua sama besar sudut antara garis-garis penghubung T dengan titik-titik api.

Tempat kedudukan titik-titik tengah talibusur-talibusur yang sejajar dengan garis y= mx adalah suatu

−b 2
gars dengan persamana y = a2 m x.

−b 2
Garis-garis y = mx dan y = a2 m x disebut garis-garis tengah

−b 2
sekawan m dan a2 m disebut arah-arah sekawan.

Tempat kedudukan titik-titik potong garis-garis singgung pada elips yang saling tegak lurus adalah

berupa lingkaran dengan persamaan x 2 + y 2 = a 2 + b 2 ​lingkaran orthoptis dari Monge.

Tempat kedudukan titik-titik potong garis singgung pada elips dengan garis-garis yang tega lurus
padanya yang ditarik dari titik-titik api adalah berupa lingkaran dengan persamaan x 2 + y 2 = a 2
lingkaran ini disebut ​Lingkaran titik kaki.

Dalil I (dari Apollonius)

Jumlah kuadrat dari dua garis tengah sekawan satu dengan jumlah kuadrat smbu-sumbunya.
Dalil II dari Apollonius)

Jumlah jajaran genjang yang mengelilingi elips pada garis-garis tengah sekawan sama dengan luas
persegi pada sumbu-sumbunya.

TES FORMATIF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

x2 y2
1) Dari titik C (10,-8) dibuat garis yang menyinggung elips 25 + 16 = 1. Persamaan tali busur yang
menghubungkan kedua titik singgung itu ialah....
A. 4x + 5y – 4 = 0
B. 4x + 5y – 4 √2 = 0
C. 4x – 5y = 10
D. 4x – 5y + 10 = 0

2) Garis x – y – 5 = 0 menyinggung elips yang titik-titik apinya F 1 (− 3, 0) dan F 2 (3, 0). Persamaan
elips yang memenuhi syarat tesebut adalah......
x2 y2
A. 17 + 8 =1

x2 y2
B. 9 + 8 =1

x2 y2
C. 17 + 9 =1

x2 y2
D. 8 + 9 =1

x2 y2
3) Persamaan garis singgung pada elips 30 + 24 = 1 yang sejajar dengan garis 4x – 2y + 23 = 0
adalah.....
A. y = -2x – 12
B. y = 2x – 12
C. y = 4x + √504
D. y = -4x + √504

x2 y2
4) Persamaan talibusur elips 8 + 4 = 1 yang dibagi dua sama panjang oleh titik A (2,1) adalah .....
1
A. y = 2 x
B. y = 2x
C. y – x – 3 = 0
D. y + x – 3 = 0

x2 y2
5) Dari titik api sebelah kanan 45 + 20 = 1 dipancarkan sinar yang mengapit sudut α(tgα = − 2) .
dengan sumbu X positif. Persamaan garis ynag dilalui sinar pantulannya tersebut adalah....
A. y = -2
B. 2x + 11y – 10 =0
C. y = 4
D. x + 2y – 5 = 0

x2 y2
6) Luas jajaran genjang yang dua titik sudutnya adalah titik-titik api dari elips 9 + 5 = 1. dan dua titik
lainnya berimpit dengan ujng-ujung sumbu pendek dari elips adalah.....
A. 5√8
B. √5
C. 4 √5
D. 2 √5

2
7) Eksentrisitas dari elips adalah e = 5 dan jarak dari titik M pada elips ke salah satu garis arahnya
adalah 20. jarak dari M ke titik api yang bersesuaian dengan garis arah ini adalah....
A. 8
B. 20
C. 50
D. 16

8) Suatu elips menyinggung sumbu x di titik A {3,0} dan menyinggung sumbu Y di B {0,-4}. Jika
sumbu-sumbu simetrisnya sejajar sumbu-sumbu koordinat maka persamaan elipsnya adalah....
x2 y2
A. 9 + 16 =1
(x−3)2 (y+4)2
B. 9 + 16 =1

x2 y2
C. 16 + 9 =1

(x+4)2 (y−3)2
D. 16 + 9 =1

x2 y2
9) Dari titik P (-16,9) dibuat garis singgung pada elips 4 + 3 = 1. Jarak dari titik P ke garis yang
menghubungkan titik-titik singgung tersebut adalah....
A. 38
3
B. 7 5

C. 18
D. 90

10) Persamaan elips yang sumbu-sumbunya berimpit dengan sumbu koordinat dan yang menyinggung
dua garis 3x – 2y – 20 = 0 dan x + 6y – 20 = 0 adalah.....
x2 y2
A. 40 + 10 =1

x2 y2
B. 100 + 40 =1

x2 y2
C. 10 + 40 =1

x2 y2
D. 40 + 36 =1

Cocokkanlah jawaban Anda denga Kunci jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Arti tingkat penguasaan: 90 – 100% = baik sekali
80 – 90% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%. Anda harus mengulangi
materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.

Kegiatan Belajar 2

Hiperbola
Pada kegiatan Belajar 2 ini, kita akan mempelajari hiperbola dan siafat –sifatnya. Berikut ini
batasan (definisi) dari hiperbola.

Definisi 3.3

Hiperbola adalah himpunan titik-titik yang selisih jaraknya terhadap dua titik tertentu besarnay
tetap. Jika jarak kedua titik tertentu tersebut adalah d, maka selisih jarak tersebut lebih kecil dari d.
Berdasarkan definisi di atas kita dapat melukis hiperbola titik demi titik. Untuk setiap titik T berlaku
|T F 1 − T F 2 | = d.

Keterangan :

1) Tetapkan titik-titik F 1 dan F 2 dan panjang d.


2) Tentukan titik-titik A dan B pada ruas garis sehingga F 1 F 2 sehingga
|F 2 A| = |BF 1 | = 21 (|F 1 F 2 | − d).
3) Titik-titik diperoleh sebagai berikut:
a) Buat lingkaran dengan pusat F 1 dan jari-jari r1 > |F 2 A|
b) Dari F 2 busurkan lingkaran dengan jari-jari r1 − d
c) Perpotongan a) dan b) adalah titik-titik T 1
d) Lakukan hal yang sma denagn mengganti peran F 1 dan F 2
e) F 1 dan F 2 disebut titik-titik api
f) A dan B disebut titik-titik puncak.
A. PERSAMAAN STANDAR (PUSAT) HIPERBOLA

Berdasarkan definisi 3.3, kita mencari persamaan hiperbola. Misalkan titik-titik api F​1​(-c,0),
F​2​(c,0) pada sumbu-x dan sumbu dari F​1​F​2 ​adalah
sumbu Y. Jika |F 1 F 2| ​ ​= 2c maka F​1​(c , 0) dan F​2​(-c , 0).
Misalkan selisih jarak yang tetap tersebut adalah 2a, dengan a < c. Ambil T(x , y)
sebarang titik dari himpunan yang dicari, maka dipenuhi |T F 2| -​ |T F 1| =
​ 2a.

Berarti √(x + c) 2
+ y 2 -​ √(x + c) 2
+ y 2 = 2a

√(x + c) 2
+ y 2 = 2a + √(x + c) 2
+ y2

Setelah kedua ruas dikuadratkan dan dijabarkan diperoleh

cx – a2 =
​ a √(x + c) 2
+ y 2 . kemudian kedua ruas dari persamaan dikuadratkan lagi dan
diajabarkan sehingga kita memperoleh
( c2 − a2 ) x​2 ​– a2 y 2 = a2 ( c2 – a2 ).....................(**)
Karena a < c maka c2 − a2 > 2 2 2
​ 0 sehingga dapat dituliskan c − a = b d​ an persamaan

(**) menjadi b2 x2 –​ a2 y 2 = 2 2
​ a b .

Karena T sebarang titik pada himpunan, maka setiap titik dari himpunan tersebut
berlaku:
y2
b2 x2 - a2 y 2 ​= a2 b2 atau x2
a2
- b2
= 1.

Persamaan diatas disebut persamaan hiperbola.


Titik O(0 , 0) sebagai titik pusat hiperbola.
Titik-titik F​1 ​dan F​2 ​disebut titik-titik api.
Sumbu x dan sumbu y disebut sumbu-sumbu simetri.

Karena titik titik potong hiperbola dengan sumbu x adalah nyata, maka sumbu x disebut
sumbu nyata. Sedangkan titik potong hiperbola dengan sumbu y adalah khayal, sehingga sumbu
y disebut sumbu khayal.
C
Bilangan e = a
> 1 disebut ​eksentrisitas numerik.
B. PERSAMAAN HIPERBOLA DENGAN PUSAT P( α, β)
Persamaan hiperbola yang pusatnya P( α, β) dan sumbu-sumbunya sejajar dengan
sumbu-sumbu koordinat diperoleh dengan cara sebagai berikut :
Adapun translasi susunan sumbu sedemikian sehingga O’ berimpit dengan P.

Karena O’ merupakan pusat hiperbola maka persamaan hiperbola terhadap susuanan sumbu
2
x′2 y′
X’O’Y’ adalah a2
+ b2
= 1.

(x−α)2 (y−β)2
Jadi, persamaan hiperbola terhadap susunan sumbu XOY adalah a2 - b2
= 1.

x2 y2
Sekarang kita mencari Titik-titik potong hiperbola a2
+ b2
= 1. ​dengan garis y = mx.

Absis-absis titik potongnya dapat kita peroleh dari persamaan


x2 m2 x2
a2
+ b2
= 1 atau ( b2 − a2 m2 ) x2 = a2 b2
ab mab
Berarti x = ± Sehingga y = ±
√b2 −a2 m2 √b2 −a2 m2
Jadi koordinat-koordinat titik potong adalah
ab
( . mab ) dan ( 2−ab . −mab )
√b2 −a2 m2 √b2 −a2 m2 √b −a2 m2 √b2 −a2 m2

Jika b​2​ – a​2​m​2​ > 0 maka ada dua titik potong yang berlainan

Jika b​2​ – a​2​m​2​ < 0 maka tidak ada titik potong atau titik potongnya khayal
Jika b​2​ – a​2​m​2​ = 0 maka titik potongnya di jauh tak terhingga.

Hal ini terakhir menyatakan bahwa jika m = ± ba , maka garis y = mx menyinggung


hiperbola di jauh tak ​berhingga.​ Garis=garis y = ± ba x disebut ​asimtot-asimtot
hiperbola.
x y y
Persamaan ​asimtot-asimtot d​ apat dinyatakan juga sebagai a
− b = 0 dan x
a + b = 0,
x2 y2
sehingga persamaan susunan asimtotnya adalah a2 − b2
= 0.

Berikut ini akan kita turunkan definisi hiperbola yang lain. Misalkan P( x1, y 1 ) sebarang titik
x2 y2
pada hiperbola a2 − b2
= 1.

Maka jarak P terhadap titik api F 1 (c, 0) adalah d1 =


√(x 1 − c)2 + y12 dan jarak P terhadap titik

api F 2 (c, 0) adalah d1 =


√(x 1 − c)2 + y12

Berarti d21 − d21 = 4x1 sedangkan d1 - d1 =2a..............................(1)


2cx1
maka d2 + d1 = a ........................................................................(2)

c a2
Dari (1) dan (2) kita mmeperoleh d1 = a (x1 − c)
c a2
d2 = a (x1 − c)

2
Pandang garis-garis x = ± ac
c a2 c a2
Maka, d1 = a (x1 − c) = a jarak P ke garis x = c
c a2 c a2
Maka, d2 = a (x1 − c) = a jarak P ke garis x = c
2
Garis-garis x = ± ac disebut ​garis-garis arah atau direktriks​ dari hiperbola
Berdasarkan hal di atas dapat mendefinisikan hiperbola sebagai berikut.

Definisi 3.4
Hiperbola adalah tempat kedudukan titik-titik yang perbandingan jaraknya terhadap suatu
titik dan suatu garis tertentu tetap besarnya dan perbandingan ini lebih besar dari 1. Titik itu
tersebut dinamakan titik api dan garisnya dinamakan garis arah (direktrik).

Contoh 3.6
Carilah persamaan hiperbola, jika titi-titik apinya terletak pada suumbu X, simetris terhadap O dan
Persamaan asimtotnya y = ± 34 x, sedangkan jarak antara kedua titik-titik apinya 20.

Penyelesaian!
x2 y2
Misalkan persamaan hiperbola itu a2 − b2
= 1.

Karena persamaan asimtotnya y = = ± 34 x, maka b


a = 4
3 dan karena jarak antara kedua titik-titik apinya
20 maka 2c = 20 atau c = 10.
Pada hiperbola berlaku b2 = c2 − a2 dan b > 0
Jadi, b2 = 100 − 9 2
16 b atau b = 8
Berarti a = ( 43 .8) = 6.
x2 y2
Jadi, persamaan hiperbola yang dimaksud adalah 36 − 64 = 1.

Contoh 3.7
Carilah persamaan hiperbola, jika titi-titik apinya terletak pada suumbu X, simetris terhadap O dan
Persamaan asimtotnya y = ± 34 x, sedangkan jarak antara kedua titik-titik apinya 12 54 .

Penyelesiana!
x2 y2
Misalkan persamaan hiperbola itu adalah a2 − b2
= 1.

Karena persamaan asimtotnya y = ± 43 x maka b


a = 3
4 atau b = 3
4 a.
2
Jarak kedua garis arahnya adalah 2 ac = 12 54 atau c = 5
32 a2 .
5 2 2
Berarti ( 43 a)2 = ( 32 a ) - a2
5 2 25
atau ( 32 ) a4 - 16 a2 = 0
25 32 2
a2 = 0 atau a2 16 .( 5) = 4.16 = 64

jadi, b2 = 9
16 .64 = 36.
Jadi persamaan hiperbola yang dimaksud adalah
x2 y2
64 − 36 = 1.

C. PERSAMAAN HIPERBOLA SINGGUNG HIPERBOLA


Selanjutnya, kita dapat mencari persamaan garis singgung pada hiperbola dengan jalan yang
sama seperti mencari persamaan garis singgung pada ellips.
x2 y2
Persamaan garis singgung pada hiperbola a2
− b2
= 1. dengan koefisien arah m adalah

2 2
(x−α) (y−β)
Jika persamaan a2
− b2
= 1 , maka persamaan garis singgung dengan koefisien arah m,
adalah

x2 y2
Persamaan garis singgung parabola a2 − b2
= 1 di titik singgung (x​1​ , y​1​) adalah

2 2
(x−α) (y−β)
Jika persamaan hiperbolanya a2
− b2
= 1 , maka persamaan garis singgung di titik

(x​1​ , y​1​) adalah

Berikut ini akan diberikan sifat utama garis singgung pada hiperbola.

Sifat Utama Garis Singgung


Garis singgung pada suatu titik pada hiperbola membagi dua sama besar sudut-sudut antara
garis-garis yang menghubungkan titik singgung dengan titik api.
Misalkan T(​(x​1 , y​1​) sebarang titik pada hiperbola dan misalkan d​1 =
​ TF​1​, d​​ 2 = TF​2 dengan
F​1​(c,0) dan F​2​(-c,0).
a2
2
TF1 d1 c
a (x1 − c )
x1 − ac
Maka TF2 = d2 = c a2
= 2
a (x1 − c ) x1 − ac

Persamaan garis singgung di T adalah


Misalkan titik potng garis singgung ini dengan sumbu x adalah P, maka
a2
koordinat-koordinatnya y​p​ = 0 dan x​p​ = x1
a2 2
PF1 C− x1 cx1 −a2 x1 − ac
Berarti PF2
= a2
= cx1 +a2
= 2
C+ x1 x1 − ac

PF1 TF1
Jadi PF2
= TF2

Perbandingan terakhir ini, berarti TP adalah garis bagi sudut dalam segitiga TF​1​F​2 atau
​ F​2​TP
< F 1 T P =< F 2 T P (terbukti).
Seperti pada elips, kita memepunyai dua garis singgung yang melalui satu titik T di luar
elips, demikian juga pada hiperbola.
x1 x x1 x
Tanpa memperhatikan letak titik T(x​1, y​
​ 1​), persamaan a2
− b
2 =1
x2 y2
disebut persamaan garis kutub dari T terhadap hiperbola a2
− b2
= 1.

Jika T di luar hiperbola maka garis kutub menjadi tali busur singgung.
Jika T pada hiperbola maka garis kutub menjadi garis singgung.

Jika T di dalam hiperbola maka garis kutub berupa garis yang tidak memotong hiperbola.

Contoh 3.8

x2 y2
Tentukan persamaan garis singgung pada hiperbola yang sejajar garis 8
− 32
= 1 yang
sejajar garis 10x – 3y + 9 = 0.

Penyelesaian
10
Gradien garis 10x – 3y + 9 =0 adalah m = 3
, is singgungnya adaamaka gradiien garis
10
singgungnya adalah 3
. Jadi persamaan garis singgungnya adalah

√16.
10 100
y= 3 x± 9 − 64

10
y= 3
x± 32
3

y = 10x±32

Contoh 3.9
x2 y2
Dari titik C (1, -10) dibuat garis singgung pada hiperbola 8
− 32
= 1.
Tentukan persamaan garis yang menghubungkan kedua titik singgungnya.

Penyelesaian:
Garis yang menghubungkan kedua titik singgung itu adalah garis kutub. Persamaan garis
kutub dari titik C (1, -10) terhadap hiperbola
x2 y2 1.x (−10)y
8
− 32
= 1 adalah 8
− 32
=1

atau
32
y= 10
(1 − 8x )

10y = 32 − 4x

5y + 2x − 16 = 0.

x2 y2
Berikut ini akan dicari syarat agar garis y = mx memotong garis lengkap a2
− b2
=− 1 .
Absis-absis titik potong dapat dicari sebagai berikut:
2
x2
a2
− m2 x
b2
=− 1 atau (b2 − a2 m2 ).x2 =− a2 b2
ab
Berarti x = ±
√a2 m2 −b2
x2 y2
Jadi garis y = mx dan garis lengkung a2
− b2
=− 1 akan:

(i) berpotongan di dua titik jika a2 m2 − b2 > 0, yaitu m > a


b
atau m < - b
a
;

(ii) tidak berpotongan jika a​2​m​2​ – b​2​ < 0, yaitu - b


a <m < b
a ;
b
(ii) menyinggung di jauh tak hingga jika m = ± a

x2 y2
Persamaan a2
− b2
=− 1 adalah persamaan suatu hiperbola yang tidak memotong sumbu X tetapi
memotong sumbu Y di titik-titik (0 , b) dan (0 , -b).
Berarti sumbu X sumbu khayalnya. Sedangkan persamaan asimtot-asimtotnya adalah
b b
y= a
x dan y =− a
x

Titik-titik apinya adalah ​F​1​(0, c)


dan F​2​(0, -c) dan garis-garis
b2
arahnya adalah y = a
x dan
b2
y =− a
.

Eksentrisitas numeriknya adalah


c
c= b
x2 y2 x2 y2
Hiperbola-hiperbola a2
− b2
= 1 dan a2
− b2
=− 1 pada suatu susunan sumbu disebut ​hiperbola
sekawan.
Jika suatu hiperbola a = b, maka hiperbola ini disebut hiperbola sama sisi dan mempunyai
persamaan x​2​ – y​2 ​= a​2​.
Karena asimtot-asimtotnya saling tegak lurus, maka hiperbola ini disebut juga ​hiperbola
orthogonal.

Contoh 3.10
Tentukan persamaan hiperbola yang titik-titik apinyaterletak pada sumbu Y dan simetris
1
terhadap titik O yang memenuhi syarat bahwa jarak kedua garis arahnya 7 7
dan mempunyai
sumbu 2b = 10.

Penyelesaian:
b2 50 7 2
Jarak kedua arahnya adalah 2 c
− 7
atau c = 25
b
Karena 2b = 10 maka b 5 dan c = 7
Sehingga a​2​ = c​2​ – b​2​ = 49 -25 = 24
x2 y2
Jadi persamaan hiperbola adalah 24
− 25
=− 1.
Selanjutnya berikut ini kita akan mencari tempat kedudukan titik-titik yang memenuhi
syarat-syarat tertentu.
x2 y2
a) Misalkan kita mempunyai persamaan hiperbola a2
− b2
= 1 dan garis y = mx
Akan dicari tempat kedudukan titik-titik tngah talibusur-talibusur hiperbola yang sejajar
dengan garis y = mx sebagai berikut:
Mula-mula kita mencari titik-titik potong garis-garis y = mx + n, (n parameter) dengan
hiperbola, kemudian kita mencari titik tengahnya.

2
(mx+n)
x2
a2
− b2
= 1 atau (b2 − a2 m2 )x2 − 2a2 mnx − a2 n2 − a2 b2 = 0.

Absis dari titik-titik potngnya adalah akar-akar dari persamaan kuadrat dalam x tersebut.
Misalkan titik tengah talibusurnya adalah T, maka
x1 −x2 2a2 mn a2 mn
xT = 2
= 2(b2 −a2 m2 )
= b2 −a2 m2

dan
2 nb2
y T = mxT + n = m( b2a−amn
2 m2
)+n= 2
b −a2 m2

yT b2
Berarti​ xT
= a2 m2

Dengan menjalankan koordinat titik T, kita memperoleh tempat kedudukan titik-titik yang kita
cari, yaitu
b2
y= a2 m2
x

Persamaan ini merupakan persamaan suatu garis tengah hiperbola.


b2
Garis-garis tengah y = mx dan y = a2 m2 x disebut garis-garis tengah sekawan dengan m​1 = m dan m​2 =
b2
a2 m2 disebut araharah sekawan.

b) Dengan cara yang serupa seperti pada elips, kita memperoleh persamaan tempat kedudukan
x2 y2
titik-titik potong garis-garis singgung pada hiperbola a2 − b2
= 1 ​yang tegak lurus sesamaanya,

yaitu x​2​ + y​2​ = a​2​ – b​2​.

Persamaan ini adalah persamaan lingkaran dengan pusat O(0,0) dan berjari-jari √a2 − b2 .
Lingkaran ini disebut ​lingkaran orthoptis dari Monge.
c) Dengan cara yang serupa seperti yanag dilakukan pada elips, kita memperoleh persamaan temat
x2 y2
kedudukan titik-titik potong dari garis-garis singgung pada hiperbola a2 − b2
= 1 ​dengan garis-garis

yang tegak lurus padanya dan melalui titik-titik api, yaitu x​2​ + y​2​ = a​2​.
Persamaan ini adalah persamaan lingkaran dengan pusat O(0,0) dan berjari-jari a.
Lingkaran ini disebut ​lingkaran titik kaki​.

Lingkaran orthoptis dari suatu hiperbola orthogonal berupa lingkaran titikdan garis-garis singgung
pada hiperbola itu yang saling tegak lurus adalah asimtot-asimotnya.

x2 y2
Misalkan P​1​(x​1​. y​2​) dan Q​1​(-x​1​. –y​1​) ujung-ujung garis tengah hiperbola a2 − b2
= 1 . Akan kita cari

ujung-ujung garis tengah sekawannya.

x2 y2 x1 x y1 y
Persamaan garis singgung di P​1​(x​1​. y​2​) pada hiperbola a2 − b2
= 1 adalah a2 − b2
= 1. Berarti, gradien

garis singgung di P​1​ adalah


b2 x1 y1
m1 = a2 y 1 , sedangkan gradien P​1​Q​1​ adalah m2 = x1 .

b2
Jadi, m1 m2 = a2

Hal ini menunjukkan bahwa garis singgung di P​1 sejajar dengan garis tengah yang sekawan dengan garis
tengah P​1​Q​1​.

b2 x1
Persamaan garis tengah yang sekawan dengan adalah P​1​Q​1​ adalah y = a2 y 1 x.

Absis titik-titik garis inu dengan hiperbola dicari sebagai berikut.

b4 x2
b2 x2 − a2 ( a4 y21 )x2 = a2 b2 atau (a2 y12 − b4 x12 )x2 = a4 y12
1

`Karena pada hiperbola maka

b4 x21 a2 y 21
x2 = a4 y 21 = b2
atau x = ± ba y 1 i, dengan i = √− 1

Berarti, titik-titik potongnya khayal, yaitu ( ba y 1 i, b


a x1 i, ) dan ( −a
b y 1 i,
−b
a x1 i, )

Akan tetapi dapat diperiksa bahwa P​2 ( ba y1, b


a x1 )
dan Q​2 ( −ab y1, −bx )
a 1

x2 y2
terletak pada hiperbola sekawan a2 − c2 =− 1 .

Jika suatu garis tengah tidak memotong hiperbola, maka yang dimaksud dengan ujung-ujungnya
adalah titik-titik potongnya dengan hiperbola sekawannya.

Misalkan OP​1​ = a​1​ dan OP​2​ = a​2​. Maka diperoleh

OP 12 = a12 = x12 + y12 dan

b2 2
OP 22 = b12 = a2 2
y
b2 1
+ a2 x1

b2 x21 −a2 y 21 a2 x21 −b2 y 21


Berarti a12 − b12 = b2 + a2

Jadi, 4a12 − 4b12 = 4a2 − 4b2

Uraian tersebut membuktikan dalil-dalil berikut ini.


Dalil I (dari Apollonius):

Selisih kuadrat garis-garis tengah sekawan suatu hiperbola sama dengan selisih kuadrat
sumbu-sumbunya.

Untuk dalil II dari Apollonius dapat Anda berikut sendiri seperti pada elips.

Dalil II (dari Apollonius):

Luas setiap jajaran genjang pada garis-garis tengah sekawan sama dengan luas persegi panjang
pada sumbu-sumbunya.

LATIHAN

Untuk mmeperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerajakanlah latihan berikut:

1) Eksentrisitas numerik dari suatu hiperbola adalah e = 2 dan jarak titik M dari salah satu titik apinya
adalah 16. Hitunglah jarak titik M ke garis arah yang bersesuaian dengan titik api ini!
x2 y2
2) Dari titik P (2, 3) dibuat garis-garis singgung pada hiperbola 16 − 9 = 1. Tentukan persamaan garis
ynag menghubungkan kedua titik singgungnya!
x2 y2
3) Tentukan titik-titik pada hiperbola 64 − 36 = 1. yang jaraknya dari titik api sebelah kanan adalah 4 21 !
4) Tentukan persamaan hiperbola yang titik-titik apinya terletak pada sumbu X, simetris terhadap O dan
melalui titik M(-5, 3) dan eksentristas numeriknya e = √2!
5) Tentukan persamaan hhiperbola yang jarak puncak-puncaknya 24 dan titik-titik apinya F​1​(-10, 2)
F​2​(16, 2)!

Pertunjuk Jawaban Latihan

Apabila Anda menemui kesulitan dalam mengerjakan soal-soal latihan tersebut. anda dapat mengikuti
penyelesaian berikut!

1) Mislakan titik apinya F dan d = jarak M ke garis arah yang bersesuaian dengan F. Berdasarkan
definisi hiperbola yang kedua, berlaku
MF = c.d
16 = 2.d
Berarti d = 8
Jadi jarak M ke garis yang bersesuaian dengan titik api F adalah 8.
2) Garis yang menghubungkan kedua titik singgung itu daalah garis kutub dari P terhadap hiperbola
2x 3y
yaitu 16 − 9 = 1 atau 3x − 8y = 24.
3) c = √64 + 36 = 10
Titik api hiperbola sebelah kanan F (10, 0)
x21 y 21
Misalkan 64 − 36 = 1 dan M F 2 = (x1 − 10)2 + y12 = 81
4
x21 ( 81 2
4 −(x1 −10) )
Berarti 64 − 36 =1
Setelah dijabarkan diperoleh 5x12 − 64x1 + 140 = 0.
Berarti ( 5x12 − 14)(x1 − 10) = 0 yaitu x1 = 14
5 atau x1 = 10.
Karena puncak-puncak hiperbola adalah (-8,0) dan (8,0), maka tidak ada titik pada hiperbola yang
14
absisnya 5 jadi haruslah x​1​=10 dan y​1​= ± 29 .
Jadi titik-titik yang ditanyakan adalah (10, 29 ) dan (10, −9
2 )
x2 y2
4) Persamaan hiperbola yang ditanyakan berbentuk a2 − b2
= 1.

Titik M (-5,3) pada hiperbola, berarti 25


a2 − 9
b2
= 1 atau 25b2 = a2 b2 + 9a2 .

Karena e = c
a = √2 maka c2 = 2a2 .
Pada hiperbola berlaku c2 = a2 + b2 maka a2 = b2 .
Akibatnya 25b2 = b2 + 9a2 atau b2 = 16 sehingga a2 = 16.
x2 y2
Jadi persmaan hiperbola yang ditanyakan adalah 16 − 16 = 1 . atau x2 − y 2 = 16.
5) Jarak puncak-puncak hiperbola adalah 2a, = 24. Berarti a = 12.
Titik tengah F​1​F​2​ adalah O’(3, 2) yang merupakan pusat hiperbola.
1
Sedangkan c = 2 F 1 F 2 = 13.
Pada hiperbola berlaku c2 = a2 + b2 , maka b2 = 169 − 144 = 25.

(x−3)2 (y−2)2
Jadi persamaannya hiperbola adalah 144 − 25 = 1.

RANGKUMAN

Definisi
Hiperbola adalah tempat kedudukan titik-titik yang selisih jaraknya terhadap dua titik tertentu
besarnya a tetap. Titik tertentu itu adalah titik-titik api.

Persamaan pusat dari hiperbola adalah

Pusat hiperbola di O(0,0). Titik-titik api F​1​(c, 0) dan F​2​(-c, 0) dengan c​2 = a​2 + b​2​. Eksentristis
c
numerik e = a > 1.

Sumber panjang = 2a dan sumbu pendek = 2b.

Untuk hiperbola dengan pusat P (α, β) dan sumbu-sumbunya sejajar dengan sumbu-sumbu koordinat,
persamaannya adalah

x2 y2
Pada hiperbola dengan persamaan a2 − b2
= 1, maka

a) Persamaan asimtot-asimtot hiperbola adalah y = ± ab x


2
b) Persamaan garis garis arah hiperbola adalah x = ± ac .

Definisi

Hiperbola adalah tempat kedudukan titik-titik yang perbandingan jaraknya terhadap suatu titik dan
garis tertentu besarnya tetap dan perbandingan ini lebih besar dari 1. Titik tertentu ini adalah titik api dan
garis tertentu ini adalah garis arah yang bersesuaikan dengan titik apainya.

(x−α)2 (y−β)2
Persamaan garis singgung pada hiperbola a2 − b2
= 1.

a) dengan gradien m

y − β = m(x − α)±√a2 m2 − b2
b) dengan titik singgung T
(x1 −α)(x−α) (y 1 −β)(y−β)
a2 − b2
= 1.
Sifat utama garis singgung:

Garis singgung di suatu titik pada hiperbola membagidua sama besar sudut-sudut antara garis-garis
yang menghubungkan titik singgung dengan titik-titik api.

Persamaan garis kutub dari titik T (x​1,​ y​1​) terhadap hiperbola

(x−α)2 (y−β)2 (x1 −α)(x−α) (y 1 −β)(y−β)


a2 − b2
= 1 adalah a2 − b2
= 1.

x2 y2
Hiperbola a2 − b2
=− 1 tidak memotong sumbu X tetapi memotong sumbu Y di titik (0, b) dan (0, -b).

2
Persamaan asimmtotnya y = ± ab x, sedangkan persamaan garis-garis arahnya y = ± bc dan e = c
b,

titik-titik apinya F​1​(0, c) dan F​2​(0, -c).

x2 y2 x2 y2
Hiperbola-hiperbola a2 − b2
= 1 dan a2 − b2
=− 1 pada satu susunan sumbu disebut ​hiperbola sekawan.​

x2 y2
Tempat kedudukan titik-titik tengah talibusur-talibusur hiperbola a2 − b2
= 1 yang sejajar dengan
b2
garis y = mx adalah satu garis dengan persamaan y = a2 m x .

b2 b2
Garis-garis tengah y = mx dan y = a2 m x .disebut garis-garis tengah seawan, m dan a2 m disebut
arah-arah sekawan.

Tempat kedudukan titik-titik potong dari garis-garis singgung pada hiperbola


x2 y2
a2
− b2
= 1 yang tegak lurus sesamanya adalah suatu lingkaran dengan persamaan x​2 + y​2 = a​2 ​-
b​2​. Lingakaran ini disebut ​lingkaran orthopis dari morge.
Tempat kedudukan titik-titik potong dari garis-garis singgung pada hiperbola
x2 y2
a2
− b2
= 1 dengan garis-garis yang tegak lurus padanya dan melalui titik-titik api adalah suatu
lingkaran dengan persamaan x​2​ + y​2​ = a​2​. Lingakaran ini disebut ​lingkarantitik kaki.

Dalil I (dari Apollonius):


Selisih kuadrat garis-garis tengah sekawan suatu hiperbola sama dengan selisih kuadrat
sumbu-sumbunya.
Dalil II (dari Apollonius):
Luas jajaran genjang paad garis-garis tengah sekawan sama dengan luas persegi panjang pada
sumbu-sumbunya.

TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Titik-titik A(-3, -5) terletak pada hiperbola yang salah satu titik apinya F(-2, -3) dan garis
arah yang bersesuaian dengan titik api ini adalah x + 1 = 0. Persamaan hiperbola yang
memenuhi syarat di atas adalah.....
A. x​2​ – 4y – 14x – 40y + 131 = 0
B. –x​2​ + 4y​2​ + 6x + 24y + 47 = 0
x2 y2
C. 1
− 4
=1
2 2
(x−7) (y+5)
D. 80
− 20
=1

x2 y2
2) Agar garis y = x + p menyinggung hiperbola 9
− 36
= 1 maka nilai p adalah.....
9
A. 2

B. 9
C. 5
5
D. 2

x2 y2
3) Persamaan garis singgung pada hiperbola 20
− 5
= 1 yang tegak lurus garis 4x + 3y – 7 = 0
adalah.....
A. y = 43 x − 10
4 10
B. y = - 3
x− 3

C. 3x + 4y + 10 = 0
D. 3x – 4y – 10 = 0
x2 y2
4) Titik M pada hiperbola 24
− 18
= 1 yang terdekat ke garis 3x + 2y + 1 = 0 adalah....
A. M (6, -3)
B. M (-6, -3)
C. M (-6, 3)
D. M (6, 3)

5) Jika garis 2x – y – 4 = 0 menyinggung hiperbola yang titik-titik apinya F​1​(-3, 0) dan F​2​(3, 0)
maka persamaan hiperbolanya adalah.....
x2 y2
A. 5
− 4
=1
x2 y2
B. 9
− 4
=1
x2 y2
C. 4
− 5
=1
x2 y2
D. 5
− 9
=1

x2 y2
6) Luas daerah segitiga yang dibentuk oleh asimtot-asimtot hiperbola 4
− 9
= 1 dan garis 9x +
2y – 24 = 0 adalah....
A. 24
B. 12
C. 18
D. 9

x2 y2
7) Titik-titik api suatu hiperbola berimpit dengan titik-titik api elips 25
− 9
= 1 . Jika
eksentrisitas numerik e = 2 maka persamaan hiperbolanya adalah...
x2 y2
A. 4
− 12
=1
x2 y2
B. 1
− 15
=1
x2 y2
C. 12
− 4
=1
x2 y2
D. 15
− 1
=1
x2 y2
8) Persamaan hiperbola yang titik-titik apinya pada puncak-puncak elips 100
− 64
= 1 dan
garis-garis arahnya melalui titik-titik api dari elips in adalah....
x2 y2
A. 36
− 40
=1
x2 y2
B. 60
− 36
=1
x2 y2
C. 100
− 40
=1
x2 y2
D. 60
− 40
=1

9) Persamaan hiperbola yang sumbu-sumbunya berimpit dengan sumbu koordinat dan


menyinggung dua garis 5x – 6y – 16 = 0 dan 13x – 10y – 48 = 0 adalah....
x2 y2
A. 20
− 16
=1
2
x2 y
B. 20
− 4
=1
x2 y2
C. 16
− 4
=1
x2 y2
D. 4
− 16
=1

x2 y2
10) Persamaan talibusur hiperbola 16
− 4
= 1 yang dibagi dua sama panjang oleh titik B(6,2)
adalah....
A. 4y – 3x + 10 = 0
B. 3y – 4x + 24 = 0
C. 3y – 3x + 6 = 0
D. 4y – 3x – 26 = 0

Cocokkanlah jawaban Anda denga Kunci jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Arti tingkat penguasaan: 90 – 100% = baik sekali
80 – 90% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%. Anda harus mengulangi
materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.

KEGIATAN BELAJAR 3

Parabola

Pada Kegaiatan Belajar 3 ini, kita akan mempelajari parabola dan sifat-sifatnya. berikut ini
batasan (definisi) dari parabola.
Definisi 3.5

Parabola adalah himpunan titik-titik yang berjarak sama dari suatu titik dan suatu garis
tertentu.

Berdasarkan definisi di atas, kita dapat melukis parabola dengan menempatkan titik demi
titiknya sebagai berikut:

Keterangan:

1. Tetapkan garis g dan titik F.


2. Buat garis melalui titik F tegak lurus g sehingga garis ini memotong g di A.
3. Titik O pada garis AF sehingga |AO| = |OF |.
4. Dari F busurkan lingkaran dengan jari-jari r > OF.
5. Lakukan langkah d dari titik A sehingga memotong AF di B​1​.
6. Buat garis melalui B​1 tegak lurus AF sehingga memotong busur lingkaran pada langkah d di
C​1​.
7. C​1​ titik pada parabola.
A. PERSAMAAN STANDAR (PUNCAK) PARABOLA

Mislakan titik tertentu itu adalah titik F garis tertentu itu adalah garis g. Untuk mencari
persamaan parabola, kita buat sumbu X melalui F dan tegak lurus garis g.

Misalkan perpotongan garis g dan sumbu X adalah titik A. Sumbu Y dibuat melalui titik
tengah |AF | dan tegak lurus sumbu X.

Misalkan jarak |AF | = p, maka F ( 12 p, 0) dan persamaan garis g adalah x = - 12 p. Mislakan T


(x, y) sebarang titik pada parabola, maka berlaku |T F | = jarak T ke garis g, yaitu

√(x— − 1 2
2 p) + y 2 = x + 12 p.

Setelah kedua ruas dikuadratkan dan dijabarkan kita memperoleh y 2 = 2 xp. Persamaan ini
dipenuhi oleh setiap titik pada parabola, maka persamaan parabola adalah y = 2 px. Persamaan
ini disebut persamaan puncak parabola.

1
Titik F disebut titik api. Titik O disebut puncak parabola. Garis x = - 2
p. disebut garis arah atau
direktris.​ Sumbu X merupakan sumbu simetri dari parabola, dan p disebut ​parameter parabola.​
Berdasarkan definisi parabola, eksentrisitas parabola adalah e = 1.

B. PERSAMAAN PARABOLA DENGAN PUNCAK P( α, β )

Dengan menggunakan translasi susunan sumbu, kita dapat menjabarkan bahwa


persamaan parabola yang puncaknya P( α, β ) dan sumbu simetrinya sejajar sumbu X adalah (y –
β )​2​ = 2p(x – α).

Contoh jika sumbu simetri berimpit dengan sumbu X, titik puncak parabola berimpit
dengan titik asal, tetapi parabolanya terletak di tengah bidang sebelah kiri (Gambar 3.12) maka
persamaan parabolanya adalah y​2​ = - 2px.
Jika sumbu simetri berimpit dengan sumbu Y, titik puncak parabola berimpit dengan titik
O dan parabolanya terletak di setengah bidang sebelah atas (Gambar 3,13) maka persamaan
parabolanya adalah x​2​ = 2 py.

Jika sumbu simetri berimpit dengan sumbu Y, titik puncak parabola berimpit dengan
titik O dan parabolanya terletak di setengah bidang sebelah bawah (Gambar 3.14) maka
perasamaan adalah x​2​ = - 2 py.

Contoh 3.11:

Tentukan persamaan parabola yang puncaknya di O, sumbu simetrinya berimpit dengan sumbu
X dan parabolanya terletak di setengah bidang bagian kiri dan melalui titik (-1, 2).

Penyelesaian:

Misalkan persamaan parabolanya y2​ ​ = - 2 px.

Karena titik (-1, 2) pada parabola maka 4 = 2p atau p = 2.

Jadi persamaan parabola yang ditanyakan adalah y​2​ = - 4x

Contoh 3.12:

Tentukan perasamaan parabola yang titik apinya F(7, 2) dan persamaan garis arahnya x – 5 = 0.
Penyelesaian:

Mislakan titik T(x​1​, y​1​) suatu titik pada parabola.

Maka berdasarkan definisi parabola harus dipenuhi TF = jarak T ke garis x-5=0, yaitu

√(x 1 − 7)2 + (y 1 − 2)2 = |x1 − 5|

Kedua ruas dikuadratkan sehingga menjadi

( x1 − 7)2 + ( y 1 – 5 )2

x21 – 14 x1 + 49 + y 21 - 4 y 1 + 4 = x21 - 10 x1 + 25

y 21 - 4 y 1 - 4 x1 + 28 = 0

Hubungan ini berlaku untuk setiap titik pada parabola.

Jadi persamaan parabola yang ditanyakan adalah y 2 - 4y 4x + 28 = 0

C. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA

​Selanjutnya kita akan mencari persamaan garis singgung pada parabola dengan gradien m.

Misalkan persamaan parabola y 2 = 2px dan persaman garis yang gradiennya m adalah y =
mx + n, dengan n parameter. Absis titik-titik potong garis dan parabola tersebut diperoleh
dari persamaan (mx + n )2 = 2px atau m2 x2 + (2mn – 2p)x + n2 = 0

Garis akan menyinggung parabola, jika kedua titik potongnya berimpit atau absis kedua titik
potongnya sama.

p
Ini berarti ini kita memperoleh n = 2m
.

p
Jadi persamaan garis singgung pada parabola ( y 2 = 2px) dengan gradien m adalah y = mx + 2m
.
Jika persamaan parabolanya (y - β)2 = 2p (x – α ), maka persamaan garis singgung dengan
p
gradien m adalah (y – β ) = m(x- α ) + 2m
.

Berikut ini akan dicari persamaan garis singgung pada parabola y 2 = 2px di titik
singgung T( x1 , y 1 ) . Misalkan ypersamaan garis singgung y = mx + n. maka absis titik
singgungnya dapat diperoleh dari persamaan (mx + n )2 = 2px atau m2 x2 + (2mn – 2p)x +
n2 = 0. Karena hanya ada satu titik singgung maka absisnya adalah

−(2mn−2p) p−mn
x1 = 2m2
= m2
…………………… (i)

Dan ordinatnya adalah

y 1 ​= m
​ ( p−mn
m2
) +n= p
m
………...............…..(ii)

p
Jadi gradien garis singgungnya adalah m = y1
.

y1
Dari persamaan (i) dan (ii) dan y 21 = 2p x1 , kita meperoleh n = 2
.

Jadi persamaan garis singgung pada parabola y 2 = 2px di T ( x1 , y 1 ) adalah

p y1
y= y1
x + 2
atau y 1 y = px + y 21 atau y 1 y = p (x+ x1 ).

Ternyata persamaan garis singgung dapat di peroleh dengan aturan ​Joachim Sthal.

Jika persamaan parabolanya (y – β)2 = 2p (x – α) , maka persamaan garis singgungnya di T(


x1 , y 1 ) adalah ( y 1 – β) (y – β ) = p(x + x1 - 2 α) .

p
Karena gradien garis singgung di T ( x1 , y 1 ) adalah y1
maka gradien normalnya adalah
−y 1
p
. jadi persamaan garis normal di T (x1 , y 1 ) adalah

Sekarang kita akan mencari persamaan garis singgung pada parabola y 2 = 2px yang melalui T (
x1 , y 1 ) di luar parabola.
Misalkan titik singgungnya S ( x0 , y 0 ) . Maka persamaan garis singgung di S adalah y 0 y = p (x -
x0 ) . Karena garis singgung ini melalui titik T (x1 , y 1 ) maka harus memenuhi ( y 0 , y 1 ) = p
(x1 + x0 ) …………....................................................................... (iii)

Karena ( x0 , y 0 ) pada parabola, maka y 20 = 2p x0 ………………… (iv)

Dari persamaan (iii) dan (iv) dapat dicari ( x0 , y 0 ) sehingga di peroleh juga persamaan garis
singgung yang melalui titik T di luar parabola.

Contoh 3.13:

Tentukan persamaan garis singgung yang melalui titik T(-2,-3) pada parabola y 2 = 8x.

Penyelesaian:

Misalkan titik singgungnya S ( x0 , y 0 ) . Maka persamaan garis singgung di S adalah y 0 y = 4 (x -


x0 ) . Karena titik T (-2,-3) pada garis singgung, maka harus memenuhi -3 y 0 = 4 (-2 + x0 )
atau 4 x0 + 3 y 0 - 8 = 0

Karena S pada parabola maka y 20 =8 x0 atau x0 = 18 y 20

Berarti, 4 ( 18 y 20 ) + 3 y 0 - 8 = 0 atau y 20 + 6 y 0 - 16 = 0.

Jadi y 0 = -8 atau y 0 = 2

1
Untuk y 0 = -8 dipeeroleh x0 = 8 dan untuk y 0 = 2 diperoleh x0 = 2
.

Jadi persamaan garis singgung di S 1 = (8,-8) adalah -8y = 4 (x + 8) atau x + 2y + 8= 0

Persamaan garis singgung di S 2 = ( 12 , 2) adalah 2y = 4 (x + 1


2
) atau 2x –y +1 = 0
​ ntoh 3.14
Co

Tentukan titik A pada parabola y 2 = 8x yang terdekat dengan garis 2x + 2y – 3 = 0

Penyelesaian:

Gradien 2x + 2y – 3 = 0 adalah m = -1. Titik A yang dicari adalah titik singgung dari garis
singgung pada parabola yang sejajar dengan garis 2x + 2y – 3 = 0. Persamaan garis singgung
pada parabola yan gradiennya m = -1 adalah y = -x – 2. Absis titik potong garis singgung dan
parabola harus memenuhi (-x – 2 )2 = 8x atau (x – 2 )2 = 0, berarti x = 2 dan y = -2 – 2 = -4

Jadi titik singgung A (2, -4)

Titik A (2, -4) ini merupakan titik pada parabola y 2 = 8x yang terdekat dengan garis 2x + 2y – 3 =
0

Misalkan persamaan parabola y 2 = 2px. Titik-titik S (x1 , y 1 ) dan T (x2 , y 2 ) merupakan


titik-titik singgung dari garis-garis singgung yang di tarik dari titik P ( x0 , y 0 ) di luar parabola.
Persamaan garis singgung di S dan di T adalah berturut-turut.

y 1 y = p (x + x1 ) dan y 2 y = p (x + x2 )

Karena garis-garis singgung tersebut melalui P maka berlaku

( y 1 , y 0 ) = p (x + x0 ) dan ( y 2 , y 0 ) = p (x + x2 ).

Ini berarti titik-titik S dan T memenuhi persamaan y 0 y = p (x + x0 ).

Persamaa ini disebut persamaan garis kutub dari P terhadap parabola y 2 = 2px.

Jika P pada parabola, maka garis kutub menjadi garis singgung.

Jika P di luar parabola, maka garis kutub menjadi tali busur singgung.

Jika P di dalam parabola, maka garisanutub tidak memotong parabola.


Selanjutnya akan kita tinjau sifat utama dari garis singgung pada parabola

SIFAT UTAMA GARIS SINGGUNG

Garis singgung di suatu titik yang menghubungkan titik singgung dengan titik api dan
garis yang melalui titik singgung yang sejajar dengan sumbu X.

Bukti

Misalkan persamaan parabola y 2 = 2px dan titik singgungnya T (x1 , y 1 ) .

p
Persamaan garis singgung di T adalah y 1 y = p (x + x1 ). Jadi tg φ = y1
.

Perhatikan gambar 3.15

y1 2y 1
tg α = x 1 p
= 2x1 − p
2

<BTF = α − φ
2y 1 p
tg α−tg φ 2x1 − p − y 1
tg( α − φ ) = 1+tg α tg φ = 2y p
1+ x −1p . y
1 1

p(2x1 + p) p
= y 1 (2x1 + p) = y1

Jadi tg φ = tg( α − φ ).

Berarti φ = α − φ atau < TBF = < BTF

Karena AT // BF maka < ATB = < TBF

Jadi, < ATB = < TBF atau garus singgung di suatu titik pada parabola membagi dua sama besar
sudut antara garis yang menghubungkan titik singgung dengan titik api dan garis yang
melalui titiksinggung sejajar dengan sumbu X.

Berikut ini kita akan mencari persamaa tempat kedudukan titik-titik yang memenuhi
syarat-syarat tetentu.

a. Akan dicari tempat kedudukan titik-titik tengah talibusur- talibusur yang sejajar dengan

garis yang gradiennya m.

Misalkan persamaan parabola y 2 = 2px dan persamaan talibusur- talibusurnya y =mx +


n, dengan n parameter. Absis titik potong parabola dan talibusur memenuhi persamaan
(m + n )2 = 2px atau m2 n2 + (2mn – 2p)x + n2 = 0
−(2mn – 2p)= 0 2(p−mn)
Berarti ( x1 + x2 ) = m2
= m2
..
dan y T = m xT + n atau n = y T - m xT .
p−m( y T − mT )
Berarti, xT = = m2
atau m2 xT = p - m y T .
p
Jadi, y T = m
Dengan menjalankan koordinat titik T kita memperoleh persamaan tempat kedudukan
titik-titik tengah talibusur- talibusur yang sejajar dengan garis yang gradiennya m adalah
p
y= m

b. Akan dicari tempat kedudukan titik-titik potong garis-garis sinngung pada parabola yang

tegak lurus sesamanya.

Misalkan y 2 = 2px.
p
Persamaan garis singgung dengan gradiennya m adalah y = mx + 2m
1 mp
Persamaan garis singgung yang tegak lurus garis singgung di atas adalah y = m
x 2
.
Absis titik potong kedua garis singgung di atas harus memenuhi
p 1 mp
mx + 2m
= - m
x 2
1 1 p
atau (m + m
) x = - (m + )
m m
1
berarti x = - 2
p.
jadi persamaan tempat kedudukan titik-titik potong dari garis-garis pada singung
hiperbola yang tegak lurus sesamanya adalah garis
1
x=- 2 p.
persamaan ini merupakan persamaan garis ​orthoptis dari​ ​Marge​.
c. Akan dicari persamaan tempat kedudukan titik-titik potong garis-garis yang melalui titik

Misalkan persamaan parabola y 2 = 2px, maka titik apinya ( 12 p,0).


Persamaan garis singgung yang gradiennya m adalah
p
y = mx + 2m

persamaan garis melalui F dan tegak lurus garis singing tersebut adalah
1 1
y=- m
(x − 2
p) .
Dari kedua persamaan tersebut kita peroleh
p
mx + 2m
= - m1 (x − 1
2
p) atau (m + 1
m
) x=0
berarti = 0.
jadi, tempat kedudukan tiik-titik potong garis-garis singing melaui titik api dan tegak
lurus garis-garis singgung pada parabola adalah garis x = 0 atau sumbu Y. Garis ini juga
disebut ​garis titik kaki
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kejakanlah latihan
berikut!
1) Tentukan titik api dan persamaan garis arah parabola y​2 = ​24x!

2) Carilah persamaan garis yang menghubungkan titik M dan titik api parabola y​2 = 20x, jika

absis titik M adalh 7!

3) Dari parabola A (5,9) dibuat garis singgung pada parabola y​2 ​= 5x.

Tentukan persamaan talibusur yang menghubungkan titik-titik singgungnya!


4) Te ntukan nilai k sehingga garis y = kx + 2 menyinggung parabola y​2 ​= 4x!

5) Diketahui puncak parabola adalah A (6, -3) dan persamaan garis arahnya 3x – 5y = 1 = 0.

Tentukan titik api dari parabolanya!

Petunjuk jawaban latihan

Jika Anda menemui kesulitan. Anda dapat mengikuti penyelesaian berikut ini.

1) Persamaan parabola y​2 = ​24x. berarti p = 12

Jadi koordinat titik apinya F (6,0) dan persamaan garis arah parabola x = 6.
2) Persamaan parabola y​2 = ​2x. berarti p = 1 dan F

Karena titik M pada parabola dan absisnya 7, maka ordinat titik M adalah y = ± √14 .
berarti M​1 (7,

√14 ) dan M​2 (7,
​ − √14 ) .
x− 1
y 2
Persamaan garis M​1​F adalah √14
= 7− 1 atau
2

13y = 2 √14 x - √14


x− 1
y
Dan persamaan garis M​2​F adalah √14
= 7−
2
1 atau 13y = -2 √14 x - √14
2

3) Persamaan talibusur yang menghubungkan titik-titik singgungnya adalah persamaan

garis kutub dari A terhadap parabola, yaitu


5
9y = 2
( x + 5 ) atau 18y = 5x + 25.
4) Misalkan S ( x1 , y 1 ) titik singgung pada parabola.

2x 2x1
Maka persamaan singgung di S adalah y 1 y = 2(x + x1 ) atau y = y1
+ y1

Agar garis y = kx + 2 menyinggungkan parabola maka harus dipenuhi


2 2x1
y1
= k dan y1
= 2. Berarti x1 = y 1 .
1
Karena S pada parbola x1 = y 1 maka y 1 = 4. Jadi k = 2

5) Titik api parabola terletak pada garis yangn yang melalui puncak parabola tegak lurus

garis arah dan jarak puncak ke titik api sam dengan jarak puncak kea rah garis.

Jarak A ke garis arah adalah d = | 18+15+1


√9+25
| = √34

Persamaan garis melalui titik A dan tegak lurus garis arah adalah
5 5
y+3=- 3
(x – 6) atau y = - 3
x+7
misalkan F ( x1 , y 1 ) titik api parabola.

Maka y 1 = - 53 x1 + 7 dan AF √(x 1 − 6 )2 + (y 1 + 3 )2 = √34

Berarti √(x 1 − 6 )2 + ( − 5
3 x1 + 7 + 3 )2 = √34

Setelah kedua
Ruas dikuadratkan dan dijabarkan kita memperoleh
x21 + 12 x1 + 27 = 0

Jadi x1 = 9 atau x1 = 3
Untuk x1 = 9 diperoleh y 1 = -8 jadi C(9, -8)
Untuk x1 = 3 diperoleh y 1 = 2 jadi D(3,2)
Karena titik D (3,2) terletak pada garis arah 3x -5y + 1 = 0
Maka titik apinya F (9, -8).

RANGKUMAN
Definisi
Parabola adalah kedudukan tempat titik-titik yang bergerak sama dari suatu titik dan suatu
garis tertentu. Titik tetentu imi disebut titik api dan garis tertentu disebut garis-garis arah
(direkrtiks).
F ( 12 p, 0) adalah tiik api.
1
Garis x = 2 p adalah garis arah adalah (direkrtiks).
p disebut parameter parabola.
Eksentrisitas numeric parabola adalah e = 1.
Untuk parabola dengan puncak P( α, β ) dan sumbu simetrinya sejajar sumbu X,
persamaannya adalah ( α, β )​2 ​= 2p( x − α ).
Jika sumbu simetri berimpit dengan sumbu X, titik puncak parabola berimpit dengan
titik asal dan parabolanya terletak pada setengah bidang sebelah kiri sumbu Y, maka
persamaan parabolanya y​2 ​= -2px
Jika sumbu simetri berimpit dengan sumbu Y, titik puncak parabola berimpit dengan
titik O dan parabolanya terletak pada setengah bidang sebelah atas sumbu X, maka
persamaan parabolanya y​2 ​= 2py.
Jika sumbu simetri berimpit dengan sumbu Y, titik puncak parabola berimpit dengan
titik O dan parabolanya terletak pada setengah bidang sebelah bawah sumbu X, maka
persamaan parabolanya y​2 ​= -2py.
parabola ( y − β )​2 ​= 2px ( x − α ).
p
a) Dengan gradien m adalah (y − β ) = m(x − α ) + 2m

b) Dengan titik singgung T( x1 , y 1 ) adalah

( y 1 − β ) (y − β ) = p (x – x1 – α)
Persamaan garis kutub dari P ( x1 , y 1 ) terhadap parabola y​2 ​= 2px adalah y 1 y = p(x –
x1 )

Sifat utma garis singgung


Garis singgung disuatu titik pada parabola membagi dua sama besar sudut antara garis
yang menghubungkan titik singgung dengan titik apsumbi dan garis yang melalui titik singgung
sejajar dengan sumbu X.

Tempat kedudukan titik-titik tengah talibusur-talibusur pada parabola y​2 ​= -2px yang sejajar
dengan garis yang gradiennya m adalah suatu garis yang sejajar sumbu X denga persamaan
p
y= m
.

Tempat kedudukan titik potong garis-garis singgung pada parabola y​2 ​= 2px yang saling
1
tegaj lurus dengan persamaan x = - 2
p.

Persamaan ini merupakan persamaan garis arah parabola dan disebut juga garis
orthoptis​ da​ri Monge.

Tempat kedudukan titik-titik potong garis-garis yang melalui titik api dan tegak lurus
garis singgung pada parabola adalah garis x = 0 atau sumbu Y. garis ini disebut juga ​garis
titik kaki​.

TES FORMATIF 3

Pilih satu jawaban yang paling tepat!

1) Persamaan parabola denganpuncak titik asal, simetris terhadap OX dan melalui titik A (9,6)

adalah ……

A. x​2​ = 4y

B. y​2 ​= 4x

C. y​2 ​= 2x

D. x​2 ​= 2y

2) persamaan parabola yang puncaknya O, terletak di tengah-tengah bidang atas, simetris


1
terhadap OY, dan parameternya p = 4
adalah …….
A. x​2 ​= y​

B. y​2 ​= 2x
1
C. x​2 ​= 2
y

1
D. y​2 ​= 2
x

3
3) dari titik api parabola y​2 ​= 12x dipancarkan sinar yang membentuk sudut lancip α (tg α = 4

) dengan sumbu X positif. Persamaan garis yang dilalui sinar pantul tersebut adalah …….

A. y = 2

B. x = 18

C. x = 12

D. y = 18
1
4) persamaan garis singgung pada parabola y​2 = 6x yang tegak lurus garis y = 3
x + 2 adalah

…….
1
A. y = -3x - 2

B. y = -3x – 1
1 9
C. y = 3
x+ 2

D. y = - 13 x - 9
2

5) dari titik A(-1, 2) dibuat garis-garis singgung pada parabola y​2 = 10x. persamaan garis yang

menghubungkan titik-titik singgungnya adalah ….


5
A. y = - x - 4

1
B. y = - 2 x–5

C. –y = 2x + 2

D. 2y =5x – 5
6) Persamaan parabola yang titik apinya F(4,3) dan garis arahnya y + 1 = 0 adalah …

A. y​2​ = 8x

B. x​2​ = 2x

C. 8y = x​2 ​– 8x + 24
1
D. y = 8
x​2​ – x + 3 14

7) titik-titik pada parabola y​2​ =16x yang jaraknya 13 dari titik api adalah ……….

A. M​1 (3,
​ -12) dan M​2 (3,
​ 12)

B. M​1 ​(12, 9) dan M​2 ​(-12, 9)

C. M​1 ​(9, 13) dan M​2 ​(9, -13)

D. M​1 (9,
​ 12) dan M​2 (9,
​ -12)

8) Titik M parabola y​2​ = 64x yang terdekat dengan garis 4x + 3y – 14 = 0 adalah ….

A. M (3, -16)

B. M (9, -24)

C. M (9, 0)

D. M (3, 16)

9) Dari titik P ( -3, 12) dibuat garis singgung pada parabola y​2 = 10x. jarak titik P ke garis yang

menghubungkan titik-titik singgung tersebut adalah …

A. 174

B. 11 13

5
C. 13 13

7
D. 11 13
10) Persamaan parabola yang puncaknya adalah A (-2, 1) dan persamaan garis arahnya x + 2y -1

= 0 adalah..

A. y​2 ​+ 34y - 4xy + 4x​2​ + 32x + 89 = 0

B. y​2 ​+ 34y + 4x​2​ + 32x + 89 = 0

C. y​2 ​= - 4x​2​ - 32x - 89

D. 4x​2​ + 32x + 34y + 89 = 0

Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 3 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar 3.

Arti tingkat penguasaan: 90-100 % = baik sekali

80- 89 % = baik

70-79 % = cukup

<70 % = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan
modul selanjutnya. ​Bagus! ​Jika masih di bawah 80 % , Anda harus mengulangi materi kegiatan
belajar 3, terutama bagian yang belum dikuasai.
Kunci jawaban tes formatif

Tes formatif 1

1) C Gunakan rumus persamaan garis kutub dari suatu titik

2) A Gunakan rumus garis singgungnya yang gradiennya m.

3) B Gunakan rumus garis singgungnya yang gradiennya m.

4) D Gunakan rumus garis-garis tengah sekawan.

5) B Gunakan sifat utama garis singgungnya pada elips.

6) D Gunakan titik-titik api dan titik-titik ujung sumbu pendwk dari elips.

7) A Gunakan definisi 3.2

8) B Tentukan pusat elips, sumbu panjang dan sumbu pendeknya.

9) C Gunakan garis persamaan garis kutub dari suatu titik kemudian hitung jarak dari titik ke

kutub garis tersebut.

10) A Gunakan rumus garis singgung yang panjangnya gradiennya m.

Tes formatif 2

1) B Gunakan definisi 3.4.


5
2) A Gunakan rumus garis singgung yang gradiennya m = 2
.

3
3) D Gunakan rumus garis singgung yang gradiennya m = 4
.

4) C Cari titik singgung dari garis singgung yang sejajar garis 3x + 2y + 1 = 0

5) A Pusat hiperbola di O dan sumbu-sumbu simetrinya berimpit dengan sumbu-sumbu

koordinat. Carilah a dan b dari garis singgung 2x – y – 4 = 0


6) B Carilah persamaan asimtot-asmtotnya, kemudian carilah perpotongan amitot tersebut

dengan garis 9x + 2y = 0.

7) A tentukan titik-titik api hiperbola, kemudian carilah a dan b dari hubungan c​2 ​=a​2 + b​2 dan c

= 2.

8) D Carilah c dari puncak-puncak elips dan carilah garis-garis arahnya. Carilah a dari rumus
a2
arah a = ± c
kemudian carilah b dari hubungan c​2​ = a​2​ + b​2​.

x2 y2
9) C Persamaan hiperbola berbentuk a2
- b2
= 1 dan a, b dicari dari persamaan garis singgung

5 13
yang gradiennya m1 = 6 dan m2 = 10
.

10) A Gunakan runus garis-garis tengah sekawanya.

Tes formatif 3

1) B Subtitusikan A (9,6) kedalam rumus persamaan parabola.


1
2) C Substitusikan p = 4
ke dalam rumus persamaan gelombang.

3) D Gunkan sifat utama garis singgung pada parabola.

4) A Gunakan runus garis singgung yang gradiennya m = -3.

5) D Gunakan rumus garis kutub dari titik A.

6) C Gunakan definisi 3.5.

7) D Carilah titik api parabola kemudian gunaka jarak dua titik.

8) B Carilah titik singgung dari garis singgung yang sejajar dengan garis 4x + 3y -14 = 0

9) C Carilah garis kutub dari P terhadap parabola, kemudian carilah jarak P ke garis kutub

tersebut.

10) A Gunakan definisi 3.5 setelah mendapatkan titik apinya.


Daftar Pustaka

Kletenic D. (TT). ​Problems in Analytic Geomertry.​ Moscow: Peace Publisher.

Moeharti. (1974). ​Ilmu Ukur Analitik Bidang II.​ Yogyakarta. FKIE IKIP

Yogyakarta.

Edwin J. Pucell, I Nyoman Susila, dkk. (1987). ​Kalkulus dan Geometri

Analitik Jilid 2.​ Jakarta: Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai