Anda di halaman 1dari 35

Nama : Silfika Alisa

NIM : 4518103014

Kelas : PGSD A

*Pertemuan Pertama*

Teori Bilangan

1. Pembungktian langsung

Misalkan P dan Q merupakan pernyataan. Pernyataan bahwa P dapat mengambil


pernyataan sebagai pernyataan yang diketahui dan pernyataan Q yang akan dibuktikan.

Contoh:

Jika n suatu bilangan bulat genap, maka suatu bilangan bulat genap.

*Bilangan genap = 2, 4, 6,8 dst.

Misalnya: 2k

k= (1, 2, 3…..) Jika n = 2k n2 = (2k) = 4

Bukti:

Misalkan n bukti, yaitu n=2k maka k bilangan bulat maka bilangan bulat.

Bukti langsung ini biasanya diterapkan untuk membuktikan teorema yang berbentuk
implikasi pq. Di sini p sebagai hipotesis digunakan sebagai fakta yang diketahui atau sebagai
asumsi. Selanjutnya, dengan menggunakan p kita harus menunjukkan berlaku q. Secara logika
pembuktian langsung ini ekuivalen dengan membuktikan bahwa pernyataan pq benar
dimana diketahui p benar.

Contoh Buktikan, jika x bilangan ganjil maka x 2 bilangan ganjil. Bukti. Diketahui x
ganjil, jadi dapat ditulis sebagai x = 2n - 1 untuk suatu bilangan bulat n. Selanjutnya, x 2 = (2n
- 1)2 = 4n 2 + 4n + 1 = 2 (2n 2 + 2) +1 = 2m + 1: m Karena m merupakan bilangan bulat maka
disimpulkan x 2 ganjil.

2. Pembungktian tidak langsung

Dalam pembungktian P Q kita akan membuktikan dengan kontraposisi yaitu ~Q 


~P
Contoh:

Jika N suatu bilangan bulat dan n adalah ganjil, maka n adalah ganjil.

Bilangan bulat n = 1, 2, 3, 4, 5

n=genap

n=2.k

maka n2 = 4k2

n2 = bukan ganjil

3. Pembungktian dengan kontradiksi

Metoda ini mempunyai keunikan tersendiri, tidak mudah diterima oleh orang awam.
Dalam membuktikan kebenaran implikasi pq kita berangkat dari diketahui p dan q.
Berangkat dari dua asumsi ini kita akan sampai pada suatu kontradiksi. Suatu kontradiksi
terjadi bilamana ada satu atau lebih pernyataan yang bertentangan. Contoh pernyataan
kontradiksi : 1 = 2, -1 < a < 0 dan 0 < a < 1, ”m dan n dua bilangan bulat yang relatif

Metode ini memiliki keunikan tersendiri, tidak mudah diterima oleh orang awan. Dalam
membuktikan kebenaran implikasi P Q kita berangkat dari diketahui p dengan Q.

Metode pembungktian ini menggunakan pernyataan bahwa jika C suatu kontradiksi


maka pernyataan P dan ~Q ekuivalen dengan P Q.

Contoh:

Misalkan a>o, maka 1/a>0

a>o

1/a>0

1/a <0, maka ¼

Misalnya

a= neagtif

l= positif

a<0 dan a> 0


3. Induksi Matematika

merupakan materi yang menjadi perluasan dari logika matematika. Logika matematika
sendiri mempelajari pernyataan yang bisa bernilai benar atau salah, ekivalen atau ingkaran
sebuah pernyataan, dan juga berisi penarikan kesimpulan. Induksi matematika merupakan
metode yang digunakan untuk membangun kevalidan pernyataan yang diberikan dalam istlah-
istilah bilangan asli. Prinsip induksi matematika menyatakan bahwa:

Misalkan S€n yang mempunyai sifat-sifat:

1. 1€N
2. K€N, maka K+1€ S

Contoh:

Berikut merupakan contoh soal agar kalian dapat lebih memahami mengenai bagaimana cara
menyelesaikan suatu pembuktian rumus dengan menggunakan induksi matematika.

Deret

Contoh 1

Buktikan 2 + 4 + 6 + … + 2n = n(n + 1), untuk setiap n bilangan asli.

Jawab :

P(n) : 2 + 4 + 6 + … + 2n = n(n + 1)

Akan dibuktikan n = (n) benar untuk setiap n ∈ N

Langkah Pertama :

Akan ditunjukkan n=(1) benar

2 = 1(1 + 1)

Jadi, P(1) benar

Langkah Kedua :

Asumsikan n=(k) benar yaitu

2 + 4 + 6 + … + 2k = k(k + 1), k ∈ N
Langkah Ketiga

Akan ditunjukkan n=(k + 1) juga benar, yaitu

2 + 4 + 6 + … + 2k + 2(k + 1) = (k + 1)(k + 1 + 1)

Dari asumsi :

2 + 4 + 6 + … + 2k = k(k + 1)

Tambahkan kedua ruas dengan uk+1 :

2 + 4 + 6 + … + 2k + 2(k + 1) = k(k + 1) + 2(k + 1)

2 + 4 + 6 + … + 2k + 2(k + 1) = (k + 1)(k + 2)

2 + 4 + 6 + … + 2k + 2(k + 1) = (k + 1)(k + 1 + 1)

Jadi, n = (k + 1) benar

Contoh 2

Gunakanlah induksi matematika untuk membuktikan persamaan

Sn = 1 + 3 + 5 +7 +…+ (2n-1) = n2 untuk semua bilangan bulat n ≥ 1.


*Pertemuan Kedua*

Keterbagian

Definisi l menytakan:

Jika a dan b adalah bilangan bulat a tidak sama dengan 0, dikatakan a membagi (habis) b jika
terdapat bilangan bulat c sedemikian hingga b=ac. Bilangan a disebut pembagi atau faktor dari
b dan dinotasikan aƖb. Sebaliknya a tidak membagi (habis) b diberi notasi aIb.

Contoh:

*Habis membagi

√27 = 0
3

27

*Tidak habis membagi

28
3
27

10
9=1

*b=a.c ≫ 27Type equation here.=3.9

* aIb =a membagi habis b

* aIb= tidak habis membagi habis

<> Sifat-sifat keterbagian:

1. aIa (Sifat refleksif)

Contoh:
= 1I1 (identitas perlakalian)

2. aIb dan bIc maka aIc (sifat transitif)

Contoh:

= 2I4 4I8 aIb=2I4

2I8 bIc=4I8

maka aIc = 2I8

3. aIb maka aImb, untuk setiap bilangan bulat m

Contoh:

2I8, jika kita + m, maka

2I8.3 (habis)

Pembungktian= 8.3 = 24

24:2 = 12

8.1 = 8

8:2 = 4

8.2 = 16

16 : 2 = 8

4. alb dan alc maka alb +c, alb-c atau albc

Contoh:

2l4 + 2l8 = 2l4 -2l8

Jadi, alb+c= 2l12

alb-c=2l-4=-2

5. ablc maka blc dan alc

Contoh:

24l2
6.4l2

6. alb dan alc maka al (bx+by) untuk setiap bilangan bulat x dan ya.

Contoh 1 :

49 cek : 4-2.9 =4-18 = -14

Contoh 2 :

alb dan alc maka al (bx+by)  2, 4, 6

al (bx+by)  al {2(2)+ 2 (4)= al12 x=2, y=4

alb = 2l4

alc = 2l6

<> Keterbagian oleh 2n

2n= 2-2-2………

Suatu bilangan habis dibagi oleh 2n jika n digit terakhir bilangan tersebut habis dibagi oleh
2n, sehingga bisa ditarik suatu keimpulan bahwa:

a) Suatu bilangan bulat dibagi 2 jika digit terakhir bilangan itu habis dibagi 2.
b) Suatu bilangan habis dibagi 4 jika 2 digit bilangan terakhir habis dibagi 4
c) Suatu bilangan habis dibagi 8 jika 3 digit bilangan terakhir habis dibagi 8
d) Suatu bilangan habis dibagi 6 jika jumlah semua digit bilangan habis dibagi 3 dan digit
satuannya gelap.
e) Suatu bilangan habis dibagi 12 jika bilangan yang dibentuk dua digit terakhir habis
dibagi 4 dan jumlah digitnya habis dibagi 3.

Contoh:

Tentukan apakah 456777788777332 habis dibagi oleh:

a) 2 2/2
b) 4 32/4
c) 8 332/8 (tidak habis)
d) 6 semua digit 3
e) 12 32/4

Keterbagian Oleh 3, 9 dan 11.

Misalkan bilangan:

1. Bilangan a habis dibagi 3 jika jumlah angka-angkanya habis dibagi 3.


2. Bilangan a habis dibagi 5 jika digit terakhirnya 5 atau 0.
3. Bilangan a habis dibagi 9 jika jumlah angka-angkanya habis dibagi 9.
4. Bilangan a habis dibagi 11 jika jumlah silang tanda ganti angka-angkanya habis dibagi
11.
5. Bilangan a habis dibagi 25 jika 2 digit terakhir habis dibagi 25.

Contoh:

1. Tentukan apakah 912333456789 dibagi


a) 2  63/3
b) 9 9/9, 1/9, 2/9, 3/9, 4/9, 5/9, 6/9, 7/9, 8/9, 9/9
c) 11 9+1-2+3-3+3-3+4-5+6-7+8-9
2. Bilangan 6 angka al989b habis dibagi oleh 72. Tentukan nilai a dan b

Jawaban:

a. 1986 b habis dibagi 72

Karena 72=8x9

maka a l98b habis dibagi 8 dan 9

Jadi nilai 89b habis dibagi 8 ganti coba ganti banyak dengan bilangan 0-9.

b. 891, 893, 895, 897, 899 tidak habis dibagi 8 karena merupakan bilangan ganjil.

c. 89018=98,75

d. 89218=99

Jadi nilai b yang memungkinkan adalah 2 karena 892 habis dibagi 8.

Jadi:

(a+1+9+8+9+b) Hbis dibagi 9

= a+9+8+9+2+1
=a+24

Nilai a yang memungkinkan adalah 3 karena (3+24)= 27 habis dibagi. Jadi


bilangan tersebut adalah 319892 dan 319892/72=4,442

<> Algoritma Pembagian

Jika a,b € B, maka r memenuhi ketaksamaan a>o, maka

∃! 𝑞, 𝑟 ∈ 𝑏 ∋ 𝑏 = 4𝑎 + 𝑟, 0 ≤ 𝑟 < 𝑎

Jika alb, maka r memenuhi ketasamaan a<r<a. Dalam situasi ini, q dinamakan hasil
bagi, r dinamakan sisa ketika b dibagi a.

1. Tentukan (4840, 1512)

Jawab :

4840 = 3 × 1512 + 304

1512 = 4 × 304 + 296

304 = 1 × 296 + 8

296 = 37 × 8 +0

Jadi (4840, 1512) = 8

5. Buktikan bahwa jika ( a, b ) = 1 dan a ⏐bc , maka a ⏐ c.

Bukti :

( a, b ) = 1 ⇒ terdapat m dan n sedemikian sehingga 1 = ma + nb.

a ⏐ bc ⇒ terdapat k sedemikian sehingga bc = ak.

Diperoleh

1 = ma + nb

c . 1 = mac + nbc c = mac + nak c = a ( mc + nk ) ⇔ a ⏐ c (terbukti)

Bukti:

(i) Adib : 43∈ 𝑏, ∈ 𝐵 dan a > 0 dapat dibetuk barisan aritmatika:

b-na, n∈ 𝐵
-. b-3a, b-2ab-2a, b-a,b,b+a,- yang mempunyai bentuk umum suku adalah b-na. Ambil
himpunan S yang anggotanya adalah suku-suku yang tidak negative yaitu:

s (b-na[ (b-na≥ 0, 𝑛 ∈ 𝐵

Menurut Prinsip urutan, s mempunyai anggota terkecil yaitu r∈ 𝑠 . 𝑀𝑎𝑘𝑎 𝑟 ≥ 𝑎 𝑟 ≥


𝑎 ↔𝑟−𝑎 ≥0

Dipihak lain r=b –qa

r-a= (b-qa)-a

= b-(q+1)a=b-na, untuk n =q+1.

(ii) Adib : 0≤ 𝑟 < 𝑎 andaikan 0≤ 𝑟 < 𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 . 𝐾𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑟 ∈


𝑠 (𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓), 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑟 ≥ 𝑎 𝑟 ≥ 𝑎 ↔ 𝑟 − 𝑎 ≥ 0 𝑑𝑖𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘 𝑙𝑎𝑖𝑛 𝑟 = 𝑏 −
𝑞𝑎 𝑟 − 𝑎 = (𝑏 − 𝑞𝑎) − 𝑎 = 𝑏 − (𝑞 + 1)𝑎 = 𝑏 − 𝑛𝑎, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑛 = 𝑞 + 1
Karena r-a≥ 𝑜 𝑑𝑎𝑛 𝑟 − 𝑎 = 𝑏 − 𝑛𝑎, 𝑟 − 𝑎 ∈ 𝑠, 𝑎 > 𝑜. 𝑀𝑎𝑘𝑎 𝑟 − 𝑎 <
𝑟 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 (𝑟 −
𝑎𝑚𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑟. 𝐻𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑑𝑖𝑘𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛
pengambilan r sebagai anggota terkecil s. Jadi terbukti bahwa 0≤ 𝑟 < 𝑎.
(iii) Adib: q dari r tunggal
Andaikan q dan r tidak tunggal, yaitu Q1, Q2, R1, R2, ∈, 𝐵 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖
b= Q2a+r2,0≤ 𝑟. < 𝑎
b=Q2a+r2,0≤ 𝑟2 < 𝑎

Sehingga:

Q1a+r2=q2a+r2

(q1-q2)a+(r1-r2)=0

(r1-r2)=(q2-q1)a

yang berate aI (r1-r2)

Dipihak lain 0≤ 𝑟, < 𝑎 𝑑𝑎𝑛 0 ≤ 𝑟2 < 𝑎

Berakibat [r1-r2]< 𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑢 − 𝑎 << 𝑟, −𝑟2 < 𝑎


 Dengan demikian alr1, r2 berakibat r1-r2=0, sehingga r1=r2 dari (r1-r2)=a (q1-q2)
diperoleh a (q1q2)=0 Karena a>
0 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 (𝑖, 𝑖𝑖, 𝑖𝑖𝑖)𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑡𝑖 𝑎𝑙𝑔𝑜𝑟𝑖𝑡𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛.

Contoh:

1. Tunjukan bahwa 2/n (nH). Vn ∈ 𝐵.


2. Tunjukan bahwa 3 2n -1 habis dibagi B, n∈ 𝐵 !

Jawaban:

1. 2/n (nH) untuk n:1


2/n : nH
=1 H
=2
2 habis dibagi n jika n=1
2. 32n-1 habis dibagi 8
untuk n=1
3 pangkat 2n-=3 pangkat 2(n)-1
=32-1=9-1
=8
*Pertemuan Ketiga*
Bilangan Bulat

Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan cacah dan negatifnya.
Bilangan bulat dapat dituliskan tanpa komponen desimal atau pecahan. Himpunan semua
bilangan bulat dalam matematika dilambangkan dengan Z, berasal dari Zahlen. Himpunan Z
tertutup di bawah operasi penambahan dan perkalian.

Bilangan bulat terdiri atas tiga yaitu:

1. Bilangan negatif (-)


2. Bilanga nol (0)
3. BIlangan positif (+)

a. Sifat-sifat bilangan bulat:

1) Misalkan a dan b adalah dua buah bilangan dengan syarat I 0. Kita menyatakan bahwa
Z= ac

Contoh:

aIb = a habis membagi b atau b habis dibagi a

b=ac

8=2.4

2) Notasi: alb jika b=c, cz dan a l 0, <2= himpunan bilangan bulat). Kadang-kadang
pernyataan Na habis membagi B pangat n ditulis juga Nb kelipatan a pangkat n.
Definisi urutan bilangan bulat untuk a-b ∈ 𝑧, 𝑎 < 𝑏 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑟𝑡𝑖 𝑏 − 𝑎 > 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏 −
𝑎. 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓.
a-b
a<b→𝑏−𝑎 >0
b-a=positif
2< 3 → 3 − 2 = 1

b. Sifat-sifat urutan dalam bilangan bulat

1. Ketertutupan Z+ ( bilangan bulat positif)


(+) tambah → 𝑍 + 𝑍+= 𝑍 +
(X) dikali → 𝑍𝑥 + 𝑍+= 𝑍
Artinya bila ada operasi itu hasilnya tetap disitu .
Contohnya: bilangan blat maka hasilnya tetap bilangan bulat.
2. Hukum Trichotomy Va∈ 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢 𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑡𝑢 ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑢𝑡:
a>0
a=0
a<0
3. Well Ordery Property (Sifat pengurtan wajah)

Setiap himpunan bilangan bulat positif (Z+) yang tidak kosong (Z+=(∅) →
𝐻𝑖𝑚𝑝𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑦𝑎𝑖 𝑒𝑙𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙, 𝑦𝑎𝑖𝑡𝑢:

b. Sifat Archimedes

Jika a dan b sembarang bilangan bulat positif maka ∋ 𝑛 ∈ 𝑁 ∋ ∀𝑎, 𝑏𝑧 + ∃𝑛 ∈ 𝑁 ∋


𝑛𝑎 ≥ 𝑏.

Contoh:

2.3<4 6<4

4-2.3>0

-2>0

2.3-4>0

6-4>0

2>0(Benar)
c. Teorema I (teorema Euciliden)

Misalkan m dan n adalah dua buah bilangan bulat dengan syarat n>0. Jika m dibagi
dengan n maka terdapat dua buah bilangan bulat unik q (quotoint, dan r (remainder),
sedemikian sehingga m=nq+r.

Contoh:

m dan n ∈ 𝑧

n>0Positif

m (dibagi) r (sisa)

n (pembagi)

g (hasil)

Misalnya:

21:6=3 (sisa 3)

m=n Q + r

21 = 6.3+3

Contoh soal:

1. Sebuah termometer menunjukkan suhu 21°C. Setelah beberapa saat dicelupkan ke dalam air
es dicampur garam, pada termometer terjadi penurunan suhu sebesar 25°C. Berapa suhu yang
ditunjukkan termometer tersebut?

Penyelesian:

Suhu mengalami penuruan/pengurangan, maka

Suhu akhir = 21°C – 25°C = – 4°C

2. Berapakah hasil dari (-22+1) / 7 ?

Penyelesaian

Selesaikan di dalam kurung kemudian lakukan pembagian

(-22+1) / 7 = (-21) / 7 = -7
3. Seorang turis menyelam hingga 68 meter di bawah permukaan laut. Kemudian turis itu naik
setinggi 25 meter. Berada pada posisi berapakah turis itu dari permukaan laut saat ini ?

Penyelesaian

Posisi penyelam mengalami pengurangan kedalaman, sehingga nilainya 68-25=43 meter

Pertemuan 4

Pembagi Persekutuan Terbesar

(FPB)

Definisi: Suatu bilangan bulat b dikatakan dapat dibagi oleh bilangan bulat a≠
0 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡 𝑐. 𝑠𝑒𝑑𝑒𝑚𝑢𝑘𝑖𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑏 =
𝑎𝑐. 𝑑𝑖𝑚𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑏. 𝑁𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑎 < 𝑏 𝑏 = 𝑎𝑐. Dinotasikan alb, notasi a<b diartikan b tidak
dapat dibagi oleh a. Jika alb dikatakan a tidak dibagi ileh a. Jika alb dikatakan a pembagi dari
b, atau a faktor dari b atau b kelipatan a.

Dalam matematika, Faktor Persekutuan Terbesar dari dua terbesar yang membagi
semua bilangan tersebut. Dalam bahasa Inggris, FPB dikenal dengan Greatest Common
Divisor, sering juga disebut sebagai Greatest Common Factor atau Highest Common Factor.

Teorema

Teorema adalah sebuah pernyataan, sering dinyatakan dalam bahasa alami, yang
dapat dibuktikan atas dasar asumsi yang dinyatakan secara eksplisit ataupun yang
sebelumnya disetujui.

Untuk bilangan a, b,c berlaku:


𝑎 1
1. al0, 1la, ala √0 → 1𝑙𝑎 √𝑎
2. al1 jika dan hanya jika a= + 1
3. Jika alb dan cld, maka aclbd
Contoh:
2l4 3l9
2.3l4
6l36
4. Jika alb dan blc, maka alc
Contoh:
2l4 4I8
2I8
5. Jika alb dan bla jika dan hanya jika a=> b= b/b-
6. Jika alb dan b≠ then lal≤ 𝑙𝑏𝑙
a<b
7. Jika alb dan alc, maka al (bx + cy)untuk
sebarang X, y ∈ 𝑍
Contoh:
2l4
2l6
2l4.4+6.5
2l16

Bukti:

(6) alb  JC∈ 𝑍 ∋ 𝑏 = 𝑎𝑐

Karena lbl = lacl = lala lcl

Karena C≠ 0, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑙𝑐 𝑙 𝑍𝑙, 𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡𝑛𝑦𝑎 𝑙𝑏𝑙 = 𝑙𝑎𝑙 𝑙𝑐𝑙 |≥ |𝑎|

(7) a|b, a|c  >r, s ∈ 𝑧 ∋ = 𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑐 = 𝑎𝑠

ɐ𝑥𝑣 ∈ 𝑧 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢 𝑏𝑥 𝑐𝑦 = 𝑎𝑟 𝑥 𝑎𝑠𝑦 = 𝑎(𝑟𝑥 + 𝑠𝑦)

Karena rx + sy ∈ 𝑧, 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖 𝑎| (𝑏𝑥 + 𝑐𝑦)

Sifat (7) dapat diperluas menjadi:

Jika a|bk untuk k= 1, z,……….n, maka a| (b, x, + b1 + b2 +…..+ bn X n) a n|, n2…….

Pembagi Persekutuan terbesar


Jika a, b, c, z, sebarang maka dc z, dilakukan pembagi persekutuan dari a dan b jika d|a
dan d|b.

Contoh:

1. 1 pembagi setiap bilangan bulat, maka 1 pembagi persekutuan dari a dan b


a. | = a
b. | = b

1|81

2. Himpunan pembagi persekutuan positif, tidak kosong.


3. Setiap bilangan bulat membagi 0. Jika a = b = 0, maka setiap bilangan bulat adalah
pembagi persekutuan dari a dan b.

Diberikan a, b, c, z, a dan b tidak keduanya 0. Pembagi persekutuan terbesar dari a dan b


adalah d c N yang memenuhi:

1. d|a dan d|b


2. Jika C|a dan c|b, maka csd
Dinotasikan d = ppb (a, b) 8, 16
2|8 2|16 2 = Ppb (8,16)

Contoh:

1. Pembagi positif dari -12 adalah 1, 2, 3, 4, 16, 12


2. Pembagi positif dari 30 adalah 1, 2, 3, 5, 6, 10, 15, 30
3. Pembagi persekutuan dari -12 dan 30 adalah 1, 2, 3, 6mPpb (-12, 30) =6
4. Ppb (-5,5) = 5, Ppb (8,17)=1, ppb (=8, -36) = 4

Contoh:

8= 1,2 , 1, 8

16 = 1, 2., 4, 8, 16

8 = Ppb (8, 16)

-8 = 1,2,4, 8

17= 1, 7

=1
-5, 5 =1,5

1,5

-8= 1,2, 4, 8

-36 = 1, 2, 3, 4, 6, 9, 12, 18, 36.

=4

Algoritma Pembagian

Jika a dan b bilangan-bilangan bulat dengan b> 0, maka ada dengan tunggal pasangan
bilangan-bilangan bulat q dan r yang memenuhi a = qb + r, degan 0 ≤ 𝑟 < 𝑏. Selanjutnya FPB
dari a dan b dapat dicari dengan mengulang-ulang algoritma pembagian ini.

Contoh:

1. Misalkan b = -7. Untuk a = 1, -2, 61, dan -59 dapat dituliskan

1 = 0(-7) + 1

2 = 1(-7) + 5

61 = (-8)(-7) + 5

-59 = 9(-7) + 4.

2. Buktikan bahwa jika b = 2, maka sisa yang mungkin adalah r = 0 dan r = 1.

Bukti :

Jika r = 0, bilangan bulat a berbentuk 2q dan disebut bilangan genap.

Jika r = 1, bilangan a berbentuk 2q + 1 dan disebut bilangan ganjil.

3. Kuadrat dari bilangan bulat mempunyai sisa 0 atau 1 jika dibagi 4.

Bukti:

a genap ➝ a = 2q ➝ a² = (2q)² = 4q² = 4k

a ganjil ➝ a = 2q+1 ➝ a² = (2q+1)² = 4q² + 4q + 1 = 4(q² + q) + 1 = 4k + 1


Pertemuan 6

Bilangan Prima

Bilangan prima adalah dalam matematika, bilangan prima adalah bilangan asli yang
lebih besar dari angka 1, yang faktor pembaginya adalah 1 dan bilangan itu sendiri. Bilangan
2 dan 3 adalah bilangan prima, sedangkan 4 bukan bilangan prima karena 4 memiliki faktor
selain 1 dan 4, yakni 2.

Sehingga semua bilangan prima kurang dari 100 yaitu 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29,
31, 37, 41, 43, 47, 53, 59, 61, 67, 71, 73, 79, 83, 89, dan 97.

Contoh:

1. Manakah dari bilangan berikut yang merupakan bilangan prima?

11, 15, 21, 37, 27, 56?

Pembahasan:

Pembagi 15 : 1, 3, 5, 15 à bukan bilangan prima.

Pembagi 21 : 1, 3, 7, 21 à bukan bilangan prima.

Pembagi 27 : 1, 3, 9, 27 à bukan bilangan prima.

Pembagi 56 : 1, 2, 4, 7, 8, 14, 28, 56 à bukan bilangan prima.

Jawaban: 11 dan 37

Bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 dan bukan bilangan prima disebut
bilangan korsposit (tersusun)
LEMMA 1.1

Setiap bilangan bulat positif yang lebih besar dan 1 dapat dibagi oleh suatu bilangan
prima.

Bukti:

Lemma dibuktikan dengan kontradiksi diasumsikan bahwa ada bilangan bulat positif
yang lebih besar dari 1 tetapi tidak punya pembagi berupa bilangan prima. Maka himpunan
dari bilangan-bilangan bulat yang lebih besar dari 1dengan pembagi bukan bilangan prima
tidak kosong. Berdasarkan sifat Wellor daring himpunan tersebut mempunyai elemen terkecil
sebuah n. Bilangan n bukan prima, sebab n|n dan n tidak mempunyai para bagi prima. Maka
dapat ditulis n = a b dengan |<a <n, dan n tidak mempunyai pembagi prima. Maka dapat ditulis
n = a.b dengan |<a<n dan 1<b<n, karena a<n, dan n terkecil yang tidak mempunyai pembagi
prima, maka a mempunyai pembagi prima sebut p, sehingga a = k.p dengan k bilangan positif.

Contoh:

n : n|n Bukan prima

n=>1

Teorema Eucides

Teorema adalah sebuah pernyataan, sering dinyatakan dalam bahasa alami, yang dapat
dibuktikan atas dasar asumsi yang dinyatakan secara eksplisit ataupun yang sebelumnya
disetujui.

Banyaknya bilangan prima tak hingga  2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19,…………

n = n! + 1

n=>1

- 1!+1 =2
- 2= 1!+ 2= 2! + 1=3
- 3 = 3!+1. 3. 2+1=1
- 4 = 4!+ 1.4.3.2!+1=25
- 5 =5! + 1 =5.4,3.2+1=121
- 6 = 6!+6, 5, 4, 3, 2!+1 =721
- 7 = 7! + 7, 6, 5, 4, 3, 2!+ 1 = 5.041
- 8 = 8! +8, 7, 6, 5, 4, 3 2!+ 1= 40,321
- 9 = 9! + 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2! + 1 =362, 881
- 10 = 10!, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2 +1= 3. 628.801

Bukti:

Mempertimbangkan bilangan bulat Qn= n! + r, n ≥ 1

menurut Lemma 1.1, menjelaskan bahwa Qn mempunyai paling tidak 1 pembagi prima,
sebut qn. Maka 4n pasti lebih besar dari pada n.

Pada pembuktian Teorema Euciledes tersebut yang menarik adalah pembentuk


bilangan bulat positif Qn sebagai hasil kali semua bilangan prima.

157 =n √157 = 12, 5 209

P = √157

P = 12. 5209

Contoh:

Tentukan apakah bilangan-bilangan berikut meru;akan bilangan prima atau majemuk?

a. 157

Penyelesaian:

157 =n √157 = 12, 5 209

P = √157

P = 12. 5209

DUGAAN GOLDBACH’S BAHKAN SETIAP BILANGAN BULAT POSITIF YANG


LEBIH BESAR SAMA DENGAN 10. MAKA DUA DAPAT DITULIS SEBAGAI
JUMLAH DARI DUA BILANGAN PRIMA.
n adalah bilangan bulat positif, sehingga n dapat ditulis sebagai n = a+b atau n = c+d.
Dengan a, b, c, d bilangan prima.

Contoh:

5, 10, 24, 34, 64

5 = 2+3

10 = 5 + 5

24 = 11 + 23

64 = 31 + 33

Teorema Dasar Aritmatika

Teori dasar aritmatika sangat penting untuk menunjukan bilangan prima yang dibangun
dari bilangan bulat.

Disini teorinya berbunyi teorema teori dasar aritmatika. Setiap bilangan bulat positif
yang lebih besar dari satu dapat dituliskan sebagai hasil bilangan prima dengan faktor prima
dalam bentuk yang tidak turun.

Contoh:
Pertemuan ketujuh (7)

Aritmatika Modulo

 Misalkan a dan m bilangan bulat (m) 0. Operasi a modm (dibaca “a modulo m”).
Memberikan a jika a dibagi m.
 Notasi = mod m= r, sedemikian sehingga a = mq + r dengan 0 ≤ 𝑟. < 𝑚
Contoh:
5 mod 2 = 1
5 = 2.2 + 1 = 2m
 m disebut modulus atau modulo dan hasil aritmatika modulo m terletak di dalam
himpunan {o, 1, 2, m 1}
Contoh 1:
Beberapa hasil operasi dengan operator modulo.
(i) 23 mod 5 = 3 ( 23 = 5.4+3
(ii) 27 mod 3 = 0 (27 = 3.9 + 0)
(iii) 6 mod 8 = 6 (6 = 8. 0+6)
(iv) 0 mod 12-0 ( 0-12.0+0)
(v) -41 mod 9-4 (-41-9 [-5] + 4)
(vi) -39 mod 13-0 (39-[-3] + 0)
 Penjelasan untuk (v) : karena a negative, bagi [a] mod m-r2 ≠ 0. 𝐽𝑎𝑑𝑖 |−41|𝑚𝑜𝑑 9 =5
sehingga -41 mod 9-9-5-4
Kongruen

Misalnya 38 mod 5-3 dan 13 mod 5-3, maka dikatakan 38 = 13 (MOD 5) [Baca : 38
kongruen dengan 13 dalam modulo 5].

Contoh:

38 = 5.7 + 3

13 = 52 +3

Misalkan a dan b bilangan bulat dan m adalah bilangan >0, maka a=b (mod m) jika m
habis membagi a-b

Contoh:

38-13 =15 habis dibagi 5.

Jika a tidak kongruen dengan b dalam modulus m, maka ditulis a+b (mod m)

Contoh 12:

17-2 (MOD 3) ( 3 habis membagi 17-2-15)

-7 = 15 (mod 11) (habis membagi -7-15-22)

12=/2 (mod 27) (7 tidak membagi 12-2-10)

7 = /15 (mod 3) (3 tidak habis membagi -7-15-22) =a=b (mod m) dalam bentuk “sama dengan
dapat dituliskan sebagai a-b | km [K adalah bilangan bulat].

Contoh 13:

17 = 2 (mod 3 17 = 2 + 5.3

-7 = 15 (mod 11) -7 =15+ (-2) 11

a mod m = 5 dapat juga ditulis sebagai a = r (mood)

Contoh 14:

(i) 23 mod 5-3  23= 3 (mod5 )


(ii) 27 mod 3-0  27 =0 (mod 3)
(iii) 6 mod 8-6  6 = 6 (mod 8)
(iv) 0 mod 12 = 0  0 =0 (mod 12)
(v) -14 mod 9=4  -41 =4 (mod 9)
(vi) -39 mod 13 = 0  -39 =0 (mod 13)

Teorema 4

Misalkan m adalah bilangan bulat positif

1. Jika a=b (mod m ) dan c adalah sembarang bilangan bulat maka


(i) (a+c) – (b+c) mod m
(ii) ac-bc (mod m)
(iii) av-bv (mod m) bilangan bulat tak egatif.
2. Jika a=b (mod m) dan c=d (mood m), maka
(i) (a+c) – (b+d) (mod m)
(ii) ac – bd (mod m)

Bukti (hanya untuk 1 (ii) dan 2 (i) saja

1. (ii) a-b (mood m) berarti:


a-b | km
a-b –km
(a-b) c-c Km
ac=bc + km
ac = bc (mood m)
2. (i) a=b (mood m)  a=b + k1m
c =d (mood m)  c-d + k2 m+
 (a+c) – (b+d) +km
 k-k1+k2)
 (a+c)-(b+d) (mod m)

Contoh 15;

Misalkan 17=2 (mod 3) dan 10 = 4 (mod 3)

maka menurut teorema 14 adalah


17+5-22-7 (mod 3) 22-7 (mod 3)

17.5-5.3 (mod 3)  85-10 (mod 3)

17 + 10 = 2+4 (mod 3)  27=6 (mod 3)

17.10-2.4 (mod 3)  170 =8 (mod 3)

Teorema 4 tidak memasukan operasi pembagian pada aritmatika modulo karena jika
kedua luas dibagi dengan bilangan bulat, maka kekongruen tidak selain dipenuhi.

Contoh 16:

10-4n(mod 3) dapat dibagi dengan 2 karena 10/2-5 dan 4/2 – 2, dan 5-2 (mod 30

14=8 (mod 6) tidak dapat dibagi dengan 2 karena 14/2-7 dan 8/2-4. tetapi 7-4 (mod 6).

Latihan soal

Jika a=b (mod m) dan c=d (mod m) adalah sembarang bilangan bulat maka buktikan bahwa
ac=bd (mod m)

Jawab:

Modulo 3 0.12 11 mod 3=2

345

678

9 10 11

modulo 4= 0123

4567

8 9 10 11

Penyelsaiannya:

a=b (mod m)  a-b+k1m


c=d (mod m)  c =d+k2m

maka

[ac=(b+k1m) (a=b+k2m)

[ ac = bd + bk2 m+ dk1 +dk1m+k1k2m2

[ac = bd +km dengan k =bk2+dk + k, k2m

[ac =bd (mod m) (terbukti)

Pertemuan 9

Balikan Modulo (Modulo nvers)

Didalam aritmatika bilangan riil, invers (inverse) dan perkalian adalah pembagian.

Contoh:

inversi 4 adalah ¼ sebab 4x1/4=1

Didalam aritmatika modulo, masalah menghitung inversi modulo lebih sukar. Jika a
dan m reatif prima dan m) maka balikan (inver) dari amodulo m ada.

Balikan dari a modulo m adalah bilangan bulat x sedemikian hingga xa + a(mod m)

Dalam motasi lainnya , a-1 (mod m) = X

Bukti”

a dan m relative prima , jadi PBB (a,m) =1, dan terdapat bilangan bulat x dan y sedemikian
sehingga;

Xa+ym=1

Yang mengimplikasikan bahwa Xa+Ym = 1( mod m), karena Ym = 0 (mod m), maka Xa= 1
(mod m) kekongruen yang terakhir imi berarti bahwa x adalah balikan dari amodulo m.

 Pembuktian diatas juga menceritakan bahwa untuk mencari balikan dari a modulo m,
kita harus membuat kombinasi lanjar tersebut merupakan balikan dari a modulo m.
 Koefisien a dari kombinasi lanjar tersebut merupakan balikan dari a modulo m.
Contoh 17:

Tentukan balika dari 4 (modulo 9), 17 (mod 7) dari 10 (m0d 10)

Solusi  4(1, 2, 4) 9 (1, 3 ,9)

Karena PBB ( 4 .9 )-1, maka balikan dari 4 (mod 9) ada dari algoritma Euciliden diperoleh
bahwa 9=24_1

susun persamaan diatas menjadi

2-4+1.9-1

Dari persamaan terakhir ini kita peroleh -9 adalah balikan dari modulo 9 periksa
bahwa-2.4-1(mod 9)

4-1,2,4

9=1 , 3, 9

9=2.4_1

1.9-2-4-1 = 1

-9 8

 17=2.7+3
1 =17. 1 +2-8
18 +1, 2, 5, 10

Catatan:

Setiap bilangan yang kongruen dengan -2 (mod 9) juga adalah invers dari 4, misalnya
7, -11, 16 dan seterusnya, karena 7 = -2 (mod 9) (9 habis dibagi 7-(2)= 9

-11=2m(mod 9) (9habis membagi -11 – (-2)=9]

16 = -2 (mod 9) ( 9 habis membagi 16- (-2)-18

karena PBB (17,7) = 1 , maka )1, 7) =1 maka balikan dari 17 (mod 7) ada. Dari
algoritma eucileden diperoleh rangkaian pembagian berikut:
(i) 17= 2.7 +3
(ii) 7 = 2.3 +1
(iii) 3.1 =0 (yang berarti PBB (17,7) +1)

Susun (ii) menjadi:

3-17n-2.7)-1.7-2. 17+4.7-2.17

atau

-2.17+15.7=1

Dari persamaan terkhir diperoleh -2 adalah balikan dari 17 (mod 7)

-2-17 =1 (mod 7) (7 habis membagi -2 17 -1- 35)

Karena PBB )18, 10) -2 maka balikan dari 18 (mod 10) tidak ada.

Cara lain menghitung balikan

Ditanya = balikan dari a mod m)

Misalkan X adalah balikan dari a (mod m) maka ax-1 (mod m) (defnisi balikan modulo) atau
dalam nilai-nilai semua dengan ax-1+km

atau

X-(1 +km)/ a

Cobakan untuk K = 0, 1, 2, 3,………k-1, 2……

Solusinya adalah semua bilangan bulat yang memenuhi.

Contoh 18:

Balikan dari 4 (mod) adalah X sedemikian sehungga 4X = 1 (mod 9)

4x-1 (mod 9)  4x-1+9k  X – (1+9k) / 4

Umtuk k-o X tidak bulat ¼

k-1 x tidak bulat 10/4 5/2

k-2 x tidak bulat 19/4

k-3 -(1+9.3)/4-7
k= -1  x – (1+9-1)/4-(`2)

Balikan dari 4 (mod 9 ) adalah 7 (mod 9) – (mod 9), dst.

Latihan soal:

Tentukan semua balikan dari 9 (mod 11). Misalkan 9-1 (mod 11) =x maka 9x=1 (mod
11) atau 9x= 1+11k atau x= (1+ 11k) /9

Mencoba semua nilai K yang bulat (k=01-1-2…., 1, 2, 3, 4….) maka diperoleh:

X= 5, semua bilangan lain yang kongruen dengan 5b(mod 11) juga merupakan so;usiyaitu –
b, 16, 27.

Kekongruen Lanjar

Kekongruen lanjar berbentuk : ax= b (mod m)

(m>0), a dan b sembarang bilangan bulat , dan x adalah perubahan bilangan bulat, dan x adalah
perubahan bilangan bulat)

Contoh 19:

Tentukan solusi

4x = 3 (mod 9) dan 2x =3 (mod 4) 4x= 3 (mod 9)

4.9=3+kg

X=3x+4

k-0 x-(3+0.9)/4-3/4 (bukan solusi)

k-1 x-(3+1.9)1/4-3

k-2  x= (3+2.9)/4=21/4 (bukan solusi)

k=3k=4 tidak menggunakan solusi


k= -5 x –(3+5.9)/4-12

k= - 1  x-(3-1. 9)/4-6/4 (bukan solusi)

k—2  x-(3-2.9)/4 –(-15/4) (bukan solusi)

k=- 3 x  x -3-3.9)/4- (-15_

k=-6x-(3-6.9)/4- (-15)

Nilai-nilai x yang memperoleh 3.12 dan -16, -15.

Cara lain menghitung solusi ax=b (mod m)

 Seperti dalam persamaan biasa


4x-12 kalikan setiap luas dengan ¼ x=3
 4xn3n(mod 9)  kalikan setiap ruamg dengan balikan dari 4 (mod 9) dalam hal ini
sudah kita hitung yaitu -2.
(-2)-4x= (-2). 3 (mod 9)  -8x =-6 (mod)
Karena -8 = 1 (mod 9), maka X =-6 (mod 9). Semua bilangan bulat yang
kongruen dengan -6 (mod 9) adalah solusinya yaitu 3, 12….. dan -6, 15……
 2x= 3 (mod 4)
x= 3+k.4/2
Karena 4k genap dan 3 ganjil maka penjumlahnya menghasilkan ganjil, sehingga hasil
penjumlahan tersebut jika dibagi dengan 2 tidak menghasilkan bilangan bulat . Dengan
kata lain, tidak ada nilai-nilai x yang memenuhi, 2x= 3 (mod 5)

Latihan:

Sebuah bilangan bulat jika dibagi dengan 3 bersisa 2 dan jika ia dibagi dengan 5 tersisa
3. Berapakah bilangan bulat tersebut?

Jawab:

Misal = bilangan bulat x

x mod 3  x =2 (mod 3) (i)

x mod 5  x = 3 (mod 5) (ii)

Terdapat sisa kongruen pertama:

x = 2 + 3k
Subtisinya (iii) kedalam (ii):

2+ 3k1= 3 (mod 5)  3k1 = 1 (mod 5) diperoleh:

K1 = 2 (m0d 5) atau k1= 2+5k2

X= 2+3kq

= 2+3 (2+5k2)

= 2+6+15k2

= 8+15 k2

atau x = 8 (mod 15)

Semua nilai X yang kongruen dengan 8 (mod 15) adalah solusinya yaitu:

X = 8, x=23, x=38……. x=-7 dan seterusnya.


Pertemuan 11

Krotopologi karakter Chiper

Dari zaman kuno, pesan sekarang rahasia telah dkirim. Klasik kebutuhan untuk
komunikasi rahasia telah dikirim. Klasik kebutuhan untuk komunikasi rahasia telah terjadi
didalam urusan diplomasi dan militer. Sekarang, dengan komunikasi elektronik yang masuk
digunakan secara luas, kerahasian telah terjadi di dalam menjadi isu penting. Baru-baru ini
dengan munculnya perbankan eletronik kerahasian telah menjadi yang diperlukan bahkan
untuk semua orang kecuali penerima yang dimaksud.

Sebelum membahas sistem keberhasilan khusus, kami mengajikan beberapa


terminologi. Disiplin yang ditujukan untuk sistem kerahasian diseret krotopologi. krotopologi
merupakan bagian dari kritopologi yang berhubungan dengan desain dan implementasi.sistem
kerahasian, sedangkan kriptananalisis bertujuan melanggar sistem ini. Sebuah nilai yang akan
diubah menjadi bentuk rahasia disebut plaintext. Chiper adalah metode untuk megubah pesan
plaintext menjadi chipertxt dengan mengubah hurufndari plaintext dengan menggunakan
transformasi.Kuncinya menetukan transformasi mungkin proses mengubah chipertext kembali
ke plaintext oleh penerima yang dituju memiliki pengetahuan tentang metode melakukan hal
ini, disebut deskripsi atau mengartikan ini tentu saja berbeda dari proses seseorang selain
penerima yang dimaksudkan digunakan untuk membuat pesan dipahami melalui pembacaan
sandi (rahasia).

Sebuah chipper yang digunakan oleh Julius Caesar didasarkan pada subtansi dimana
setiap huruf digantikan dengan tiga huruf bagian bahwa abjad, dengan tiga huruf terakhir
bergeser ketiga huruf pertma dasar alphabet. Untuk menggambarkan Chipter ini menggunakan
aritmatika modulo. Biarkan p menjadi setara numerik surat dalam plaintext dan c setara
Dumerik dari huruf Chipertext yang sesuai, kemudian

Tabel 1 Korespondasi antara plaintext dan chipertext (c=p+3 (mod 26) 0≤ 𝑐 ≤ 25

Plaintext A B C D E F G H I J K L M
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Chipertext 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
D E F G H I J K L M N O P
Plaintext N O P Q R S T U V W X Y Z
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Chipertext 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 0 1 2
Q R S T U V W X Y Z A B C

Contoh 1:

P: Jai seorang dosen

C: MDL VHRUDQ GRVHQ

Contoh 2:

P: Sehat selalu pak Jai

C: VHKDW VHODOX MDL

Contoh:

P: “This messege is top secret”

C: WHOV QMVVMAM OV VMYUMW

Plaintext A B C D E F G H I J K L M
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Chipertext 10 17 24 5 12 19 0 7 14 21 2 9 16
K R Y F M T A H O V C J Q
Plaintext N O P Q R S T U V W X Y Z
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Chipertext 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 0 1 2
Q R S T U V W X Y Z A B C

Latihan:

A 14
P November
K 11

PLAINTEXT
November

C = A.P+K(MOD26)

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5

N
=14.12+11(MOD26)
=127 (MOD26)
= 23 = X

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2
7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5 6

O =10.4+7(MOD26)
= 47 (MOD26)
= 21 = V

N O V
X V J
23 21 9

I =10.8+7(MOD26)
= 87 (MOD26)
=9=J

Anda mungkin juga menyukai