Anda di halaman 1dari 72

PRAKTEK IBADAH DAN MENTORING AGAMA ISLAM

Untuk Perguruan Tinggi

Penyusun :
Rahmat Fadhil
Nur Pramayudi
Taufik Hidayat

Pewajah Sampul dan Isi :


dilsaja@live.com

Diproduksi terbatas untuk kalangan internal oleh :


Unit Pengembangan Program Pendamping Mata Kuliah Agama Islam (UP3AI)
Universitas Syiah Kuala
Masjid Jami’ Kampus Darussalam Lantai I, Darussalam Banda Aceh

® UP3AI Unsyiah, Februari 2014


KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan
kasih sayang-Nya, sehingga memberikan kami kekuatan, ketabahan, ketekunan dan
kelapangan di tengah kesempitan untuk menyelesaikan Diktat Pengajaran Praktek
Ibadah dan Mentoring Agama Islam untuk Perguruan Tinggi ini. Buku ini merupakan
bagian dari bahan pengajaran bagi para mentor dalam mengisi materi di mentoring-
mentoring Agama Islam, khususnya untuk kalangan mahasiswa muslim.

Buku Diktat Pengajaran Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam untuk Perguruan
Tinggi ini berisi 4 materi untuk praktek ibadah dan 8 materi Mentoring. Disusun sesuai
dengan jumlah jadwal pertemuan tatap muka sebanyak 12 kali pertemuan, yang
disela-selanya diisi dengan evaluasi berupa ujian tes tertulis yang disebut dengan
ujian midtest ditengah program dan ujian final di akhir program.

Kami para penyusun menyadari akan kelemahan dan kekurangan dari buku ini,
sehingga masukan dan nasehat dari para pembaca sangat kami harapkan, sehingga
di masa yang akan datang, buku ini dapat lebih disempurnakan.

Banda Aceh, 3 Februari 2014


Wassalam
Rahmat Fadhil
Nur Pramayudi
Taufik Hidayat

iii
SAMBUTAN REKTOR
UNIVERITAS SYIAH KUALA
Segala puja dan puji bagi Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya
kepada kita. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammmad SAW.

Saya sangat bersyukur, berkat kerja keras pengurus UP3AI Unsyiah berhasil
menyelesaikan Diktat Pengajaran Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam untuk
Perguruan Tinggi. Tidak dipungkiri walaupun Provinsi Aceh memiliki julukan Negri
Syariat, namun masih banyak anak-anak muda aceh yang belum memiliki
pemahaman keislaman yang benar. Unsyiah sebagai jantong hatee rakyat aceh
merasa bertanggung jawab untuk membina mahasiswa aceh khususnya dan
mahasiswa unsyiah secara umum menjadi pribadi-pribadi yang shaleh dan shalehah.

Saya selaku pimpinan Universitas Syiah Kuala akan terus mengupayakan agar Unit
Pengembangan Program Pendamping Mata Kuliah Agama Islam (UP3AI) Universitas
Syiah Kuala menjadi garda terdepan untuk membentuk mahasiswa Unsyiah menjadi
mahasiswa yang berkarakter, memiliki pemahaman keislaman yang benar, dan
menjadi tauladan bagi masyarakat.

Saya ucakan terima kasih atas kerja keras pengurus UP3AI Unsyiah yang dengan
ikhlas terus berupaya menjadikan Universitas Syiah Kuala menjadi kampus madani.
Semoga Allah membalas amal kebaikan kita dengan pahala yang berlipat ganda.
Amin.

Banda Aceh, 5 Februari 2014


Prof. Dr. Samsul Rizal, M.Eng

iv
SAMBUTAN KETUA UP3AI
UNIVERITAS SYIAH KUALA
Alhamdulillah atas segala rahmat dan nikmat yang dianugerahkan Allah SWT kepada
kita semua sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk menambah amal shaleh
di sisa hidup yang diberikan-Nya.

Kami merasa sangat berbahagia atas terbitnya Diktat Pengajaran Praktek Ibadah dan
Mentoring Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Buku ini menjadi suatu bahan
materi yang sangat bermanfaat bagi kami di Unit Pengembangan Program
Pendamping Mata Kuliah Agama Islam (UP3AI) Universitas Syiah Kuala. Sebelum buku
ini lahir, telah ada buku Mentoring dan Praktek Ibadah yang dibuat di tahun 2004,
dan kehadiran buku ini kami menyambutnya sebagai bagian untuk melengkapi dan
memperbaharui referensi dalam pengajaran praktek ibadah dan mentoring dari
sebelumnya yang telah kami gunakan di Unsyiah. Buku ini menjadi penting sebagai
sebuah bahan untuk para mentor dalam menyampaikan pengajarannya di pertemuan
setiap pekanannya. Pembahasan yang singkat tetapi lengkap menjadi salah satu hal
yang cukup menarik dari buku yang disusun ini. Harapannya tentu kami di UP3AI
Unsyiah dapat memanfaatkannya dengan sebaik mungkin, sehingga proses
pengajaran mentoring akan berjalan lebih baik lagi dari masa-masa sebelumnya.

Akhirnya kami mengucapkan jazakumullah khairan katsiran, kepada semua pihak


yang telah mendukung dan memberikan andil bagi pengembangan dakwah kampus
di berbagai perguruan tinggi, khususnya di Universitas Syiah Kuala. Semoga segala
amal kebaikan kita menjadi pemberat timbangan hasanah (kebaikan) kita semua di
akhirat kelak. Amin.

Banda Aceh, 5 Februari 2014


Dr. Ir. H. Komala Pontas

v
DAFTAR ISI

Kata Pengantar iii


Sambutan Rektor Unsyiah iv
Sambutan Ketua UP3AI Unsyiah v
Daftar Isi vi
Silabus Praktek Ibadah 1
Silabus Mentoring 3
01. Praktek Taharah 7
02. Praktek Shalat 11
03. Amalan Ibadah 16
04. Tajhiz Mayit 22
05. Allah Ghayatuna 27
06. Rasulullah Qudwatuna 36
07. Islam Way of Life 41
08. Back to Al-Qur’an 44
09. Pergaulan Muda Mudi dalam Islam 51
10. Ghazwul Fikri 53
11. Problematika Ummat 58
12. Tarbiyah Islamiyah 62
Profil Penyusun 64

vi
*
-----------------
SILABUS
PRAKTEK IBADAH

01. Praktek Taharah


Sub Bahasan
1. Praktek wudhu (niat, do’a setelah wudhu’)
2. Mandi (niat dan do’a)
3. Praktek tayamum
Tujuan
1. Peserta hafal niat dan do’a setelah wudhu’, niat mandi wajib, dan niat tayamum
2. Peserta mampu mempraktekkan wudhu’
3. Peserta mampu mempraktekkan mandi wajib
4. Peserta mampu mempraktekkan tayamum
Sumber Rujukan
1. Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq
2. Sifat Wudhu Rasul, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin

02. Shalat Fardhu


Sub Bahasan
1. Praktek adzan dan iqamah (do’a seteah adzan dan iqamah)
2. Praktek shalat (bacaan shalat)
3. Praktek shalat berjamaah (posisi, masbuk, menegur imam)
Tujuan
1. Peserta hafal lafadz adzan dan iqamah
2. Peserta hafal do’a setelah adzan dan iqamah
3. Peserta hafal bacaan shalat fardhu
4. Peserta mampu mempraktekkan shalat fardhu
5. Peserta mampu mempraktekkan shalat berjamaah
Sumber Rujukan
1. Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq
2. Sifat Wudhu Rasul, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin

11
Silabus Praktek Ibadah

03. Amalan Ibadah


Sub Bahasan
1. Shalat dhuha (2x/pekan)
2. Tilawah Al-Qu’ran (10 halaman/pekan)
3. Shalat tahajud (1x/pekan)
4. Shaum + Ifthar (1x/bulan)
5. Shalat berjama’ah (2 waktu/hari)
6. Shalat Jum’at (1x/pekan)
Tujuan
1. Peserta komitmen melaksanakan shalat dhuha minimal 2x/pekan
2. Peserta komitmen melaksanakan tilawah harian minimal 10 halaman/pekan
3. Peserta komitmen melaksanakan shaum + ifthar jama’i minimal 1x/bulan
4. Peserta komitmen melaksanakan shalat berjama’ah minimal 2x/hari
5. Peserta komitmen melaksanakan shalat Jum’at setiap hari jum’at
Sumber Rujukan
Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq

04. Praktek Tajhiz Mayit


Sub Bahasan
1. Memandikan
2. Mengkafankan
3. Mengusung dan menguburkan
4. Bacaan shalat jenazah laki-laki, perempuan, dan anak-anak
Tujuan
1. Peserta mampu memandikan jenazah
2. Peserta mampu mengkafankan jenazah
3. Peserta mampu mengusung dan menguburkan jenazah
4. Peserta hafal bacaan niat dan bacaan shalat jenazah untuk laki-laki dan perempuan
5. Peserta mampu mempraktekkan shalat jenazah
Sumber Rujukan
1. Fiqh Sunnah, karya Sayyid Sabiq
2. Shalat Jenazah, Syekh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin

2
**
-------------
----
SILABUS
MENTORING

05. Allahu Ghayatuna


Tujuan Umum
Peserta dapat mengenal dan mencintai Allah SWT serta menjadikan Allah sebagai satu-
satunya tujuan dalam hidupnya sehingga segala tindak tanduknya dapat terjaga karena
senantiasa dipantau oleh Allah SWT.
Tujuan Instruksional Khusus
1. Peserta mengetahui urgensi mengenal Allah SWT.
2. Peserta memahami cara yang tepat dalam mengenal Allah SWT.
3. Peserta dapat termotivasi untuk mentauhidkan Allah karena menyadari kebesaran dan
keagungan-Nya.
4. Peserta dapat menghindari hal-hal yang dapat menjadi penyebab untuk menghalangi
dalam mengenal Allah SWT.
Kisi-kisi
1. Definisi dan hakikat mengenal Allah SWT
2. Urgensi mengenal Allah SWT
3. Metode dalam mengenal Allah SWT
4. Hal-hal yang dapat menghalangi dari mengenal Allah SWT

06. Rasulullah Qudwatuna


Tujuan Umum
Peserta berkomitmen untuk meneladani Nabi Muhammad SAW dalam semua aktifitas,
terutama aktifitas ibadah dan da'wah.
Tujuan Instruksional Khusus
1. Peserta mengetahui urgensi mengenal Rasul
2. Peserta meyakini wajibnya beriman dan mengetahui konsekuensi atas keimanannya
tersebut
3. Peserta mengetahui bentuk-bentuk keteladanan Rasulullah SAW sehingga diharapkan
semakin mencintainya dan bersemangat untuk mengikuti sunnahnya dalam kehidupan
sehari-hari
4. Peserta berkemauan menjadi da'i untuk meneruskan perjuangan Nabi Muhammad SAW.
Kisi-kisi
1. Definisi Rasul
2. Urgensi dan konsekuensi beriman kepada Rasul
3. Kewajiban beriman kepada Rasulullah SAW
4. Bentuk-bentuk keteladanan Rasulullah SAW

33
Silabus Mentoring

07. Islam Way of Life


Tujuan Umum
Peserta menyakini dan memahami bahwa Islam adalah sebagai satu satunya sistem
kehidupan untuk dijadikan pedoman dalam menata kehidupan dari tingkat individu,
keluarga, masyarakat, negara bahkan dunia dan mempraktekkan dalam kehidupannya
sehari-hari
Tujuan Instruksional Khusus
1. Peserta mengetahui urgensi ber-Islam dengan benar
2. Peserta menyakini dan memahami secara utuh tentang ajaran Islam yang sempurna
3. Peserta memiliki rasa kebanggaan yang besar terhadap agamanya karena telah terbukti
unggul diatas ajaran agama lain dan optimis akan kebangkitannya
4. Peserta diharapkan termotivasi untuk menjalankan ajaran Islam secara kaffah dan memiliki
komitmen untuk menda’wahkannya
Kisi-kisi
1. Urgensi ber-Islam
2. Pemahaman secara utuh terhadap Islam (syumuliatul Islam)
3. Bukti kebenaran dan keagungan ajaran Islam diatas ajaran lain
4. Menjadi muslim sejati

08. Back to Al Qur’an


Tujuan Umum
Peserta menjalin hubungan yang kuat dan akrab dengan kitab Allah SWT dengan selalu
membaca, mentadaburi, menghafal dan mengamalkan serta menda’wahkannya yang
didasari oleh pemahaman, kecintaan, penguasaan serta terikat dengan arahan-arahannya.
Tujuan Instruksional Khusus
1. Peserta mengetahui urgensi kembali kepada Al-Qur’an
2. Peserta mengetahui dan memahami Al-Qur’an secara benar dan termotivasi meraih
keutamaan-keutamaannya
3. Peserta mengetahui dan memahami serta mampu menjelaskan bagaimana cara/konsep
untuk kembali kepada Al-Qur’an secara benar
4. Peserta termotivasi untuk selalu mengkaji Al-Qur’an secara mendalam dan bersemangat
untuk menerapkannya dalam kehidupan.
Kisi-kisi
1. Urgensi kembali pada Al Qur’an
2. Definisi Al Qur’an
3. Karakterisitik dan fungsi Al Qur’an
4. Keutamaan-keutamaan Al Qur’an
5. Bagaimana kembali pada Al Qur’an

09. Pergaulan Muda Mudi dalam Islam


Tujuan Umum
Menyadari batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim.
Tujuan Instruksional Khusus
1. Peserta memahami tujuan dan hakekat pergaulan antara pemuda dan pemudi
2. Peserta memahami batasan-batasan pergaulan antara pemuda dan pemudi.
3. Peserta termotivasi untuk menjaga batasan-batasan dalam bergaul antara pemuda dan
pemudi

4
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

Kisi-kisi
1. Etika bergaul yang baik menurut ajaran Islam.
2. Hal yang harus dijaga agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas.

10. Ghazwul Fikri


Tujuan Umum
Menyadari tipu daya dari musuh-musuh Islam untuk menghancurkan peradaban dan
nilai-nilai masyarakat muslim dengan berbagai sarana ghazwul fikri terutama bidang
ekonomi, politik dan pendidikan.
Tujuan Instruksional Khusus
1. Peserta menyadari keberadaan ghazwul fikri dalam dunia Islam sekarang dan
ancaman bahayanya terhadap kaum muslimin
2. Peserta mampu menganalisa sarana-sarana dan cara-cara yang digunakan musuh
Islam dalam rangka ghazwul fikri dan mampu mnyebutkan contoh-contohnya
4. Peserta menyadari dan mewaspadai bahaya ghazwul fikri terhadap diri, keluarga
dan lingkungan masyrakatnya
5. Peserta memiliki komitmen untuk menyiapkan bekal tsaqafah dalam
mengantisipasi dampak ghazwul fikri
Kisi-kisi
1. Definisi ghazwul fikri
2. Target/sasaran/tujuan ghazwul fikri
3. Metode dan sarana ghazwul fikri
4. Dampak yang terjadi akibat ghazwul fikri
5. Solusi menyikapi ghazwul fikri

11. Problematika Kaum Muslimin


Tujuan Umum
Peserta memahami problematika yang dihadapi umat Islam dan memiliki komitmen
yang kuat untuk memberikan kontribusi dalam penyelesaian problematika umat.
Tujuan Instruksional Khusus
1. Peserta mengetahui potensi-potensi yang dimiliki umat Islam
2. Peserta mengetahui sebab-sebab kemunduran umat Islam
3. Peserta mengetahui solusi dari problematika umat Islam
Kisi-kisi
1. Potensi yang dimiliki umat Islam
2. Sebab kemunduran umar Islam
3. Solusi problematika umat Islam

12. Tarbiyah Islamiyah


Tujuan Umum
Peserta memiliki komitmen untuk mentarbiyah dirinya secara benar guna
mewujudkan syaksiyah islamiyah dan syaksiyah da’iyah
Tujuan Instruksional Khusus
1. Peserta mengetahui urgensi tarbiyah islamiyah dalam membentuk khairu ummah
dan menyadari dampak yang terjadi akibat ketiadaan tarbiyah
2. Peserta menyadari bahwa dengan terwujudnya pola tarbiyah yang benar dapat
memberikan kenikmatan yang besar dalam kehidupan umat
3. Peserta mengetahui sarana-sarana dan bekal yang harus dimiliki dalam tarbiyah

5
Silabus Mentoring

4. Peserta memahami dan menyadari bahwa tercapainya kesuksesan tarbiyah ini


dapat meningkatkan komitmennya terhadap da‘wah dan harakah
Kisi-kisi
1. Kenyataan umat dewasa ini
2. Urgensi tarbiyah islamiyah
3. Definisi tarbiyah islamiyah
4. Tujuan dan karakteristik tarbiyah islamiyah
5. Sarana/fasilitas dalam tarbiyah islamiyah
6. Bekal yang harus dimiliki dalam tarbiyah islamiyah
7. Ciri-ciri muslim sukses hasil tarbiyah islamiyah

6
01
PRAKTEK TAHARAH

TUJUAN
- Peserta hafal niat dan do’a setelah wudhu’, Niat Mandi Wajib, dan Niat Tayamum
- Peserta mampu mempraktekkan whudu
- Peserta Mampu Mempraktekkan Mandi Wajib
- Peserta mampu mempraktekkan tayamum

RINCIAN BAHASAN
A. WUDHU
I. Rukun Wudlu
1. Niat wudlu, yaitu :
Contoh:

Artinya : “Saya berniat wudlu untuk menghilangkan hadats kecil hanya karena Allah
semata”
2. Membasuh muka sampai batas keluarnya rambut
3. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
4. Mengusap kepala
5. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
6. Tertib

II. Sunnah-sunnah Wudlu


1. Memulai dengan Basmalah
2. Menggosok gigi atau siwak
3. Mencuci dua telapak tangan ketika hendak wudhu
4. Berkumu-kumur 3x
5. Memasukkan air ke hidung kemudian mengeluarkannya
6. Menyilang-nyilangi jenggot
7. Menyiang-nyilangi anak-anak jari
8. Membasuh tiga-tiga kali
9. Tayamun, mendahulukan yang kanan dari yang kiri
10. Menggosok anggota wudhu ketika berwudhu
11. Muwallat, berturut-turut tidak menyela dengan kegiatan lain
12. Meyapu kedua telinga
13. Memanjangkan cahaya, melebihkan/melewati batas anggota wudhu ketika membasuh
14. Sederhana, tidak boros memakai air
15. Berdo’a setelah wudhu

7
01. Praktek Thaharah

Artinya : “Saya bersakti tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi nabi Muhammad
adalah hamba dan sekaligus Rasul-Nya. Ya Allah, jadikanlan saya termasuk orang-orang
yang bertaubat, jadikanlan saya termasuk orang-orang yang mensucikan diri dan
jadikanlan saya termasuk golongan hambamu yang sholeh”.

III. Hal-Hal Yang Membatalkan Wudhu


1. Apa saja yang keluar dari kemaluan dan dubur
2. Tidur nyenyak hingga tiada kesadaran lagi, tanpa tetapnya piinggul di atas lantai
3. Hilangnya kesadaran akal karena mabuk atau sakit.
4. Memegang kemaluan dengan telapak tangan/tanpa alat.

B. Mandi Jinabah (Besar)


I. Sebab-Sebab Seseorang Berhadats Besar
1. Melakukan hubungan kelamin
2. keluar mani disertai syahwat
3. Selesai menjalani masa haid dan nifas (bagi wanita)
4. Orang Islam yang meninggal dunia (kecuali mati syahid)
5. Seorang kafir yang baru masuk Islam.

II. Rukun Mandi Jinabah


1. Niat

Artinya: “sengaja aku mandi untuk menghilangkan hadas besar karna Allah ta’ala”.
2. Meratakan air ke seluruh tubuh
3. Tertib, artinya dilaksanakan dengan berurutan.

III. Rukun Mandi Jinabah


1. Memulai dengan mencuci tangan 3x
2. Membasuh kemaluan
3. Berwudhu terebih dahulu
4. Menuangkan air ke atas kepala 3x sambil menyelang-nyelangi rambut
5. Mengalirkan air ke seluruh tubuh dengna memulai sebelah kanan lalu sebelah kiri
tanpa mengabaikan ketiak, telinga, pusat,, dan jari-jari serta menggosok anggota tubuh
yang dapat di gosok

C. T A Y A M U M
I. Syarat-Syarat Tayamum
1. Sudah masuk waktu shalat

8
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

2. Kesulitan mendapatkan air atau berhalangan memakai air karena sakit.


3. Dengan tanah atau debu (sebagian ulama membolehkan dengan batu atau pasir)
4. Tanah atau debu tersebut harus suci dari najis

II. Rukun Tayamum


1. Niat
2. Mengusap muka dengan tanah/atau debu
3. Mengusap tangan sampai siku-siku.

III. Sebab-Sebab Tayamum


1. Sakit yang tidak boleh terkena air
2. Berada dalam perjelanan jauh yang sulit mendapatkan air.
3. Tidak mendapatkan air untuk wudlu.

IV. Cara Bertayamum


1. Niat bertayamum karena hendak mengerjakan shalat. Niat cukup dilaksanakan dalam
hati tetapi disunnahkan untuk melafadzkan niat tersebut. Niat tayamum adalah sebagai
berikut :

Artinya : “Saya niat tayamum agar dapat melaksanakan shalat fardu karena Allah
semata”
2. Menghadap kiblat, kemudian tebarkan kedua telapak tangan satu kali pada dinding,
kaca, atau benda lain yang diyakini ada debu

3. Tiup kedua telapak tangan

9
02. Praktek Thaharah

4. Usapkan telapak tangan satu kali pada wajah.

5. Usapkan kedua tangan sampai pergelangan secara bergantian dari bagian dalam ke
bagian luar dimulai dari tangan kanan yang diusap.

V. Yang Membatalkan Tayamum


1. Semua hal yang membatalkan wudlu (buang air besar/kecil, hilang akal, menyentuh
kemaluan)
2. Mendapatkan air (sebelum melaksanakan shalat).

REFERENSI
 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah.
 Ari Atmiyanto. Buku Panduan Ibadah Praktis.

10
02
PRAKTEK SHALAT

TUJUAN
- Peserta hafal lafadz Azan dan Iqamah
- Peserta hafal Do’a setelah Azan dan Iqamah
- Peserta Hafal Bacaan Shalat Fardhu
- Peserta mamapu mempraktekkan shalat fardhu
- Peserta mampu mempraktekkan shalat berjamaah

RINCIAN BAHASAN
A. ADZAN DAN IQAMAH
Adzan adalah panggilan muadzin kepada muslimin untuk menunaikan ibadah shalat
berjama’ah dimasjid. Hukum adzan ada yang menyatakan sunah, tetapi sebagian ulama
mengatakan fardhu kifayah sebagai syiar Islam.
Lafadz Adzan sebagai berikut:

Allah Maha Besar. Allah Maha Besar

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah

Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah

Marilah mendirikan shalat

Marilah meraih kemenangan

Allah Maha Besar .Allah Maha Besar

Tiada Tuhan Selain Allah

11
02. Prakteh Shalat

Lafadz Iqamah sebagai berikut:

Allah Maha Besar. Allah Maha Besar

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah

Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah

Marilah mendirikan shalat

Marilah meraih kemenangan

Sesungguhnya shalat akan segera didirikan


Keterangan :
1. Ketika muadzin mengumandangkan adzan, orang yang mendengarnya hendaklah
membaca sebagaimana yang dibaca oleh muadzin, kecuali pada ucapan :
Allah Maha Besar .Allah Maha Besar َ
‫ي عَ لَى ْال َفالَح‬
َّ َ‫ ح‬dan ‫صالَة‬ َّ ‫ي عَ لى ال‬
َّ َ‫ح‬
Yang mendengar menjawab :
‫الَ حَ وْ َل وَ الَقُ َّو َة االَّ باهلل‬
Terjemah: “tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Tiadapertolongan
Tuhan Selain Allah”. Allah
2. Pada waktu adzan shubuh, setelah menyerukaan kalimah :
‫ي عَ لَى ْال َفالَح‬َّ َ‫ح‬
Muadzin Mengucapkan :

َّ ‫َال‬
‫صالَةُ خَ يْرٌ مِّنَ النَّوْ م‬
Terjemah: “Shalat lebih baik daripada tidur”.

Dan yang mendengar menjawab :


َ‫ص َد ْقتَ وَ بَرَ ْكتَ وَ َانَا عَ لى ذلكَ منَ الشَّاهديْن‬
Terjemah : “Kebenaran dan keberkatan atasmu dan akupun atas yang demikian
termasuk orang-orang yang menyaksikan”.

12
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

Do’a Setelah Adzan dan Iqamah

Artinya:
“Ya Allah Tuhan yang memiliki panggialan ini,yang sempurna dan memiliki shalat yang di
dirikan.Berilah junjungan kami Nabi Muhammad SAW,waisalh dan keutamaan serta
kemulian dan derajat yang tinggi,dan angkatah ia ke tempat yang terpuji sebagaiman Engkau
telah janjikan,sesungguhnya Engkau ya AAllah Dzat Yang tidak akan mengubah janji”

B. SHALAT FARDHU
I. Kriteria Wajib Menunaikan Shalat
1. Beragama Islam
2. Suci dari hadats ,haid dan nifas
3. Sudah dewasa (baligh)
4. Berakal sehat
5. Sadar, tidak tidur atau pingsan
6. Dakwah Islam sudah sampai kepadanya

II. Syarat Sah Shalat


1. Suci dari hadats kecil dan hadats besar
2. Suci badan, pakaian dan tempat dari najis
3. Menutup aurat
4. Telah masuk waktu shalat
5. Mengetahui tata cara shalat
6. Menghadap kiblat (ka’bah)

III. Rukun Shalat


Rukun shalat adalah perbuatan dalam shalat yang harus diker jakan,meninggalkan salah
satu rukun shalat,maka shalatnya tidak syah. Rukun shalat tersebut adalah :
1. Niat
Contoh lafazh niat:
a. Niat Shalat Subuh

b. Niat Shalat Dzuhur

13
02. Prakteh Shalat

c. Niat Shalat Ashar

d. Niat Shalat Maaghrib

e. Niat Shalat ‘Isya

2. Berdiri bagi yang mampu


3. Takbiratul Ihram
4. Membaca surat Al-fatihah
5. Rukuk dengan tuma’ninah
6. I’tidal dengan tuma’ninah
7. Sujud dua kali dengan tuma’ninah
8. Duduk diantara dua sujud dengan tuma’ninah
9. Membaca tasyahud (tahiyat) akhir
10. Membaca shalawat Nabi Muhammad SAW dan keluarga Nabi Muhammad SAW
11. Mengucapkan salam pertama
12. Tertib (berurutan)

IV. Sunnah Shalat


Sunnah shalat adalah perbuatan dalam shalat berupa bacaan dan gerakan yang akan
menambah kesempurnaan shalat, yang jika dikerjakan mendapat pahala dan jika
ditinggalkan tidak berdosa. Sunah shalat antara lain :
a. Berupa bacaan
1. Membaca do’a iftitah
2. Membaca amiin,setelah surat al-fatihah
3. Membaca salah satu surat Al-qur’an setelah al-fatihah
4. Membaca takbir setiap perpindahan gerakan
5. Membaca tasbih ketika rukuk
6. Membaca do’a I’tidal
7. Membaca tasbih ketika sujud
8. Membaca do’a ketika duduk diantara dua sujud
9. Membaca salam kedua sambil menoleh muka ke kiri
10. Membaca shalawat Nabi ketika tasyahud awal
b. Berupa gerakan
1. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratulihram, akan rukuk, dan bangun dari
tahiyat awal
2. Bersedekap saat berdiri
3. Melihat ketempat sujud
4. Duduk iftirasy pada tahiyat awal
5. Duduk tawarruk pada tahiyat akhir

14
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

V. Yang Membatalkan Shalat


1. Meninggalkan salah satu rukun dengan sengaja
2. Meninggalkan salah satu syarat
3. Berkata-kata selain bacaan shalat dengan sengaja
4. Makan atau minum dengan sengaja

Shalat Berjama’ah

Menyambung Jamaah untuk Masbuk

Imam

Imam

Jamaah Wanita Imam sejajar


dengan makmum

REFERENSI
 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah.
 Ari Atmiyanto. Buku Panduan Ibadah Praktis.

15
03
AMALAN IBADAH

TUJUAN
- Shalat Dhuha (2x/Pekan)
- Tilawah Al-Qur’an (10 halaman/pekan)
- Shalat Tahajud (1x/pekan)
- Shaum + Ifthar (1x/bulan)
- Shalat Berjama’ah (2 waktu/hari)
- Shalat Jum’at (1x/pekan)

RINCIAN BAHASAN
A. Shalat Dhuha
Dari Buraidah Radhiallahu ‘Anhu, “Aku mendengar bahwa Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda:
"Dalam tubuh manusia terdapat 360 tulang. Ia diharuskan bersedekah untk
tiap ruas tulang itu.” Para sahabat bertanya: “Siapa yang mampu melakukan itu ya
Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dahal yang ada di masjid lalu ditutupnya dengan tanah,
atau menyingkirkan gangguan dari jalan, atau sekali pun tidak mampu maka shalatlah dua
rakaat pada waktu dhuha.”
Dari Zaid bin Aslam, dia berkata, “Aku melihat Abdullah bin Umar berkata kepada
Abu Dzar: “Berwasiatlah kepadaku wahai pamanku!” Abu Dzar menjawab, “Aku pernah
meminta kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam seperti apa yang kamu minta
kepadaku.” Lalu dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa yang menunaikan shalat dhuha sebanyak dua rakaat, dia tidak ditulis
termasuk golongan orang-orang yang lalai. Barangsiapa yang menunaikan empat rakaat
dia dicatat termasuk golongan ahli ibadah. Barangsiapa menunaikan enam rakaat, maka
dia tidak menemukan dosa pada hari itu. Barangsiapa yang menunaikan delapan rakaat,
dia ditulis sebagai orang-orang yang tunduk kepada Allah. Dan, barangsiapa yang
menunaikannya sepuluh rakaat, maka Allah akan membangunkan sebuah rumah baginya
di surga.”

Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, dia berkata: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melakukan
shalat dhuha empat rakaat dan dia menambahkannya sesuai yang Allah kehendaki.”
Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, dan Ibnu Majah.

B. Keutamaan Tilawah Al-Qur’an

             

  

16
03. Amalan Ibadah

Orang-orang yang Kami datangkan al-kitab kepadanya, mereka membacanya dengan


sebenar-benar bacaan, merekalah yang beriman kepadanya dan barang siapa
mengingkarinya maka mereka termasuk orang-orang merugi (QS Al Baqarah : 121)

“Perumpaan seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Al-
Atrujah : aromanya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mu`min yang tidak
membaca Al-Qur`an adalah seperti buah tamr (kurma) : tidak ada aromanya namun rasanya
manis. Perumpamaan seorang munafiq namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti
buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit. Sedangkan perumpaan seorang
munafiq yang tidak rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah : tidak memiliki
aroma dan rasanya pun pahit.” [Al-Bukhari dan Muslim]

C. Keutamaan Shalat Tahajud


Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan di dalam Al-Qur’an pada banyak ayat dan
juga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak hadits tentang besarnya pahala
yang diperoleh dari melaksanakan shalat malam. Bahkan, shalat yang paling baik setelah
shalat wajib adalah shalat malam, dan hal ini telah menjadi ijma' (kesepakatan) ulama.
Ayat-ayat tentang keutamaan shalat malam dan anjurannya di dalam banyak ayat, Allah
Subhanahu wa Ta’ala menganjurkan kepada Nabi-Nya yang mulia untuk melakukan shalat
malam. Antara lain adalah:

            
"Dan pada sebagian malam hari shalat Tahajjud-lah kamu...." [Al-Israa'/17: 79]

          
"Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan di akhir-akhir malam mereka memohon
ampun (kepada Allah)." [Adz-Dzaariyaat/51: 17-18]

            

            
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Rabb-nya
dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkah-kan sebagian dari rizki yang Kami
berikan ke-pada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk
mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata, sebagai
balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." [As-Sajdah/32: 16-17]

Dibolehkan shalat tahajud dengan berjamaah,


“Pada suatu malam aku shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau
memulai shalat dengan membaca surat Al Baqarah. Aku katakan, ‘Beliau ruku’ setelah
membaca seratus ayat pertama, kemudian meneruskan hingga selesai.’ Aku katakan,
‘Beliau shalat dengan (membaca semua ayat itu) dalam satu rakaat, lalu melanjutkan!’ Aku

17
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

katakan, ‘Setelah itu beliau ruku’ dengannya, kemudian shalat lagi membaca surat An Nisa,
lalu Ali Imran. Dia membaca pelan-pelan, jika membaca ayat tasbih ia bertasbih, jika
melewati ayat permohonan ia memohon, jika membaca ayat perlindungan ia berta’awudz.
Kemudian ruku’ seraya berkata, ‘Subhana rabbiyal ‘azhim’, ruku’nya sama panjangnya
dengan berdirinya, kemudian berkata, ‘Sami’ Allahu liman hamidah’, kemudian berdiri lama
seperti lamanya ruku’. Kemudian bersujud seraya berkata, ‘Subhana rabbiyal a’la’ dan
lamanya waktu sujud mendekati lamanya waktu berdiri.”(HR. Muslim)

D. Puasa Sunah dan Ifthar


Allah Ta’ala telah berfirman :
''Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali shaum, sesungguhnya shaum itu untuk
Aku dan Aku sendiri yang akan memberi balasannya. Dan shaum itu adalah benteng (dari
api neraka), maka apabila suatu hari seorang dari kalian sedang melaksanakan shaum,
maka janganlah dia berkata rafats dan bertengkar sambil berteriak. Jika ada orang lain yang
menghinanya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah dia mengatakan ‘Aku orang
yang sedang shaum’. Dan demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sungguh
bau mulut orang yang sedang shaum lebih harum di sisi Allah Ta’ala dari pada harumnya
minyak misik. Dan untuk orang yang shaum akan mendapatkan dua kegembiraan yang dia
akan bergembira dengan keduanya: Apabila berbuka dia bergembira dan apabila berjumpa
dengan Rabnya dia bergembira disebabkan ibadah shaumnya itu''.(HR.Bukhari dan Muslim)

Adapun macam-macam puasa sunnah beserta keutamaannya masing-masing yaitu :


1. Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
Baik dilakukan secara berturutan ataupun tidak. Keutamaan puasa romadhon yang diiringi
puasa Syawal ialah seperti orang yang berpuasa selama setahun (HR. Muslim).

2. Puasa Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah


Yang dimaksud adalah puasa di sembilan hari yang pertama dari bulan ini, tidak termasuk
hari yang ke-10. Karena hari ke-10 adalah hari raya kurban dan diharomkan untuk berpuasa.

3. Puasa Hari Arafah


Yaitu puasa pada hari ke-9 bulan Dzuhijjah. Keutamaan: akan dihapuskan dosa-dosa pada
tahun lalu dan dosa-dosa pada tahun yang akan datang (HR. Muslim). Yang dimaksud dengan
dosa-dosa di sini adalah khusus untuk dosa-dosa kecil, karena dosa besar hanya bisa dihapus
dengan jalan bertaubat.

4. Puasa Muharram
Yaitu puasa pada bulan Muharrom terutama pada hari Assyuro’. Keutamaannya adalah
bahwa puasa di bulan ini adalah puasa yang paling utama setelah puasa bulan Romadhon
(HR. Bukhari)

5. Puasa Assyura’
Hari Assyura’ adalah hari ke-10 dari bulan Muharrom. Nabi shalallahu ‘alaihi wasssalam
memerintahkan umatnya untuk berpuasa pada hari Assyuro’ ini dan mengiringinya dengan
puasa 1 hari sebelum atau sesudahnhya. Hal ini bertujuan untuk menyelisihi umat Yahudi

18
03. Amalan Ibadah

dan Nasrani yang hanya berpuasa pada hari ke-10. Keutamaan: akan dihapus dosa-dosa
(kecil) di tahun sebelumnya (HR. Muslim).

6. Puasa Sya’ban
Disunnahkan memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban. Keutamaan: bulan ini adalah bulan
di mana semua amal diangkat kepada Robb semesta alam (HR. An-Nasa’i & Abu Daud,
hasan).

7. Puasa pada Bulan Haram (bulan yang dihormati)


Yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Dianjurkan untuk memperbanyak
amal ibadah pada bulan-bulan tersebut termasuk ibadah puasa.

8. Puasa Senin dan Kamis


Namun tidak ada kewajiban mengiringi puasa hari Senin dengan puasa hari Kamis atau
sebaliknya. Keduanya merupakan hari di mana amal-amal hamba diangkat dan diperlihatkan
kepada Allah.

9. Puasa 3 Hari Setiap Bulan


Disunnahkan untuk melakukannya pada hari-hari putih (Ayyaamul Bidh) yaitu tanggal 13, 14,
dan 15 setiap bulan. Sehingga tidaklah benar anggapan sebagian orang yang menganggap
bahwa puasa pada harai putih adalah puasa dengan hanya memakan nasi putih, telur putih,
air putih, dsb.

10. Puasa Daud


Yaitu puasa sehari dan tidak puasa sehari. Kemudian puasa sehari dan tidak puasa sehari.
Keutamaannya adalah karena puasa ini adalah puasa yang paling disukai oleh Allah (HR.
Bukhari-Muslim).

Ketentuan dalam Melakukan Puasa Sunnah


Pertama: Boleh berniat puasa sunnah setelah terbit fajar jika belum makan, minum dan
selama tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Berbeda dengan puasa wajib
maka niatnya harus dilakukan sebelum fajar.

Keutamaan memberi makanan berbuka


“Barangsiapa yang memberi makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, maka baginya
pahala yang semisal orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang
berpuasa tersebut sedikit pun.” (HR. At Tirmidzi, Beliau Berkata, “Hadits Hasan Shahih”)

E. Keutamaan Shalat Jum’at


Shalat jum’at adalah sebuah kewajiban bagi ummat Islam, khususnya laki-laki dewasa.
Kewajiban ini dituangkan di dalam firman Allah;

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka
bersegeralah kalian kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.( Al-Jumu’ah: 9)

19
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

Adapun kewajiban itu bagi kaum muslim laki-laki berdasarkan kepada hadis nabi; Dari Thariq
bin Syihab ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Shalat Jumat itu adalah kewajiban bagi setiap muslim dengan berjamaah, kecuali (tidak
diwajibkan) atas 4 orang. [1] Budak, [2] Wanita, Anak kecil dan Orang sakit.” (HR Abu Daud)

Dalil-dalil tersebut menunjukkan kewajiban melakukan shalat jum’at bagi lelaki muslim. Jika
kewajiban itu ditinggalkan, maka ia mendapatkan dosa besar.

Barangsiapa meninggalkan shalat jum’at tiga kali tanpa udzur dan tanpa sebab (yang syar’i)
maka Allah akan mengunci mata hatinya (HR Malik)

Barangsiapa meninggalkan shalat jum’at tiga kali karena meremehkannya maka Allah akan
mengunci mata hatinya (HR at-Tirmidzi)

Ibnu Abbas mengatakan :


Barangsiapa meninggalkan shalat Jum’at tiga kali berturut-turut maka ia telah
melemparkan ikatan Islam ke belakang punggungnya (HR Abu Ya’la dari kata-kata Ibnu
Abbas)

REFERENSI
 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah.
 Imam Ibnul Qayyim, Zaadul Ma’ad

Lampiran :
Buku Catatan Praktek Ibadah dan Mentoring

Catatan :
Buku Catatan Praktek Ibadah dan Mentoring ini diisi oleh Mentor dan Amalan Ibadah diisi
oleh para peserta sebagai bahan evaluasi setiap pertemuan mingguan. Buku catatan ini
menjadi bahan evaluasi bagi mentor dan peserta, sehingga pengisiannya sangat diharapkan
dilakukan dengan tertib dan baik.

20
03. Amalan Ibadah

BUKU CATATAN PRAKTEK IBADAH DAN MENTORING UP3AI UNSYIAH


Fakultas Pertemuan ke Waktu Rencana
Jurusan/Prodi Tanggal Waktu Realisasi

No Amalan Pekanan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Inisial Peserta


1 Kehadiran (  / i / s / a )        1.
2 Terlambat Hadir (dalam menit ) 2.
3 Shalat berjama’ah di masjid (14 x/pkn) 3.
4 Tilawah (10 halaman / pkn ) 4.
5 Shalat Dhuha (2x/pkn) 5.
6 Shaum sunnah + Ifthar ( 1x / bulan ) 6.
7 Qiyamullail/shalat Tahajud (1 x / pkn ) 7.
8 Shalat Jum’at (Khusus lelaki) (1 x / pkn) 8.
9 Membaca R Shalihin ( 1 hadits / pkn ) 9.
10 Ziarah kubur (  / pkn ) 10.
11 Berita nasional (  / pkn ) 11
12 Berita internasional (  / pkn )        12
13 Berita dunia Islam (  / pkn )       
Olah Raga (Riyadlah)
16 Jalan kaki ( mnt / pkn )
17 Lari ( mnt / pkn )
18 Pemainan OR khusus ( x / pkn )
Kegiatan Keluarga
21 Membantu Orang Tua/Famili (  / pkn )
22 Membantu Tetangga (  / pkn )

Realisasi Agenda
No AGENDA TEMA/PENJELASAN PETUGAS KETERANGAN
1 Iftitah/Pembukaan
2 Tilawah
3 Tadabbur/Kultum
4 Materi PI/Mentoring
5 Diskusi & Evaluasi
6 Taklimat
7 Berita
8 Infaq
9 Ikhtitam/Penutup

Catatan Pertemuan
No Catatan

___________________
Mentor

21
04
Tajhiz Mayit

TUJUAN
1. Peserta mamapu memandikan jenazah
2. Peserta mamapu mengkafankan jenazah
3. Peserta mampu mengusung dan menguburkan jenazah
4. Peserta hafal bacaan niat dan bacaan Shalat Jenazah untuk laki-laki, perempuan, dan
anak-anak
5. Peserta mampu mempraktekkan shalat jenazah

RINCIAN BAHASAN
A. Memandikan Jenazah
a. Yang memandikan Jenazah
- Muslim
- Disunahkan orang yang terpercaya, amanah, dan mengetahui hukum-hukum
memandikan
- Mayat laki-laki dimandikan oleh orang laki-laki dan mayat perempuan dimandikan
oleh orang perempuan kecuali suami/istrinya jumhur ulama membolehkan.
- Anak-anak di bawah tujuh tahun boleh dimandikan oleh laki-laki/perempuan
*Yang memandikan wajib berniat, karna ia yang terpanggil untuk memandikannya

b. Cara memandikan Jenazah


- Meletakkan mayat di tempat yang tinggi (lebih utama), ditanggalkan pakaiannya, dan
ditaruh diatasnya sesuatu yang dapat menutup auratnya.
- Mengangkat kepala mayat hingga mendekati posisi duduk, kemudian mengurut
perutnya agar keluar apa yang seharusnya keluar darinya. Saat itu perbanyak
menyiram air kepadanya agar apa yang keluar segera tersapu bersih.
- Petugas yang memandikan membukus tangannya dengan kain yang agak kasar llalu
membersihkan kemaluan mayat dan menyiramnya dengan air.
- Kemudian petugas mulai niat memandikan dan membaca basmalah, lalu
mewudhukan mayat sebagaimana wudhu untuk shalat, kecuali untuk berkumur dan
istinsyaq (memasukkan air ke hidung) cukup dengan membersihkannya dengan kain
yang sudah dibasahi.
- Kemudian membasuh kepala dan jenggotnya dengan busa sidr atau sabun, lalu basuh
bagian kanan tubuhnya dimulai dari belahan kanan lehernya, lalu tangan kanan
hingga punggungnya. Kemudian dada sebelah kanannya, pinggang kanannya, paha
kanannya, betis kanannya dan seluruhbagian kaki kanannya. Kemudian balikkan di
atas sisi kiri dan basuh bagian punggung kanannya. Setelah itu mandikan bagian kiri
stubuhnya seperti bagian kanannya. Gunakan sidr atau sabun saat membasuh.
- Jika mayat itu wanita, disunahkan menguraikan rambutnya lalu dicuci dan dijalin
kembali dengan dilepaskan dibelakangnya
- Disunahkan saat memandikan, petugas membungkus tangannya dengan kain.
- Jika dengan sekali basuhan sudah bersih, maka yang wajib adalah satu kali,
sedangkan sunahnya tiga kali. Jika belum bersih dengan sekali basuhan, maka
basuhannya ditambah hingga bersih sampai tujuh kali basuhan.
22
04. Tajhiz Mayit

- Setelah dimandikan, tubuh mayat dikeringkan dengan dengan kain atau handuk yang
bersih agar kain kafannya tidak basah, lalu ditaruh diatasnya minyak wangi.
- Jumhur ulama menganggap makruh memotong kuku, mencabut rambut kumis,
rambut ketiak, atau rambut kemaluan mayat, walau hanya sehelai. Tapi ibnu Hazmin
membolehkannya.

B. Mengkafankan Jenazah
- Mengafani mayat dengan apa saja yang menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain
adalah fardhu Kifayah.
- Hal-hal yang diutamakan:
1. Hendaklah bagus, bersih, dan menutup seluruh tubuh.
2. Hendaklah putih warnanya.
3. Hendaklah diasapi dengan kemenyan dan wangi-wangian.
4. Bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedang bagi wanita lima lapis.
- Langkah – langkah mengafani jenazah:
1. Potong kain kafan sesuai dengan panjang jenazah ditambah sekitar tiga jengkal atau
70 cm untuk tempat mengikat. Untuk jenazah laki-laki, tiga lembar sama panjang
sedangkan untuk wanita dua lembar sama panjang, satu lembar kain panjang
(bawahan), satu lembar baju, dan satu lembar kerudung. Atau tiga lembar sama
panjang, satu lembar baju panjang/ gamis dan satu lembar kerudung (semuanya lima
lembar).
2. sediakan lima helai atau lebih (yang penting ganjil) tali pengikat yang dibuat atau
dipotong dari setiap sisi kain kafan. Setelah itu lalu kita bentangkan kain kafan satu
per satu di atas dipan/ keranda/tikar dengal tempat untuk posisi kepala mengarah
kiblat. Jangan lupa, di bawah kain-kain tersebut sudah diletakkan tali pengikatnya.
Lalu kita taruh kapas di atas kafan
3. terutama untuk bagian dubur dan taburi kain kafan itu dengan kapur barus halus dan
minyak wangi secukupnya. Setelah semua siap, kita pun bisa mengangkat jenazah
dan meletakkan di atasnya. Kita lapisi bagian qubul, seluruh persendian, luka-luka
(kalau ada) dengan kapas yang sudah ditaburi kapur barus halus, lalu lipat selembar
demi selembar, dimulai dapi bagian kanan jenazah. Lalu kita ikat jenazah dengan
ikatan yang mudah dibuka di bagian sebelah kiri dengan tujuan agar pengubur
mudah melepaskan ikatan tersebut di dalam liang lahat.
4. Cara mengikat tali-tali pengikat pada kain kafan, Mulailah dengan mengikat tali
bagian atas kepala mayyit dan sisa kain bagian atas yang lebih itu dilipat kewajahnya
lalu diikat dengan sisa tali itu sendiri. Kemudian ikatlah tali bagian bawah kaki dan
sisa kain kafan bagian bawah yang lebih itu dilipat kekakinya lalu diikat dengan sisa
tali itu sendiri.
Setelah itu ikatlah kelima tali yang lain dengan jarak yang sama rata. Perlu
diperhatikan, mengikat tali tersebut jangan terlalu kencang dan usahakan ikatannya
terletak disisi sebelah kiri tubuh, agar mudah dibuka ketika jenazah dibaringkan kesisi
sebelah kanan dalam kubur.

C. Menshalatkan Jenazah
- Sayarat-syaratnya
Syarat-syarat shalat jenazah sama seperti shalat fardhu, kecuali waktunya. Khusus
untuk waktu, sebahagian ulama berpendapat makruh melakukan shalat jenazah

23
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

pada waktu terbit matahari, waktu istiwa’ dan saat terbenamnya, kecuali jika di
khwatirkan mayatnya membusuk.

- Rukun-rukunnya
1. Berniat
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Empat kali takbir
a. Takbir pertama membaca Alfatihah
b. Takbir kedua membaca Shalawat atas nabi
c. Takbir ketiga Membaca Do’a untuk mayat
d. Takbir keempat membaca Do’a untuk mayat
4. Memberi salam
5. Tertib
- Sunah-sunahnya
1. Mengangkat kedua tangan tiap kali takbir
2. Membaca ta’awwuz sebelum membaca Alfatihah
3. Tidak mengeraskan bacaan
4. Berhenti sejenak antara takbir keempat sebelum salam
5. Meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya
6. Menoleh ke kanan ketika salam.
- Tata Caranya
1. Imam atau orang yang shalat berdiri di bagian dada jika mayatnya laki-laki dan di
sisi tengah jika mayatnya perempuan, sedangkan makmum di belakang imam
dan disunahkan membuat tiga .
2. Selanjutnya dimulai dengan niat, takbiratul ikhram , dan seterusnya sesuai
dengan rukunnya dan sunahnya.
- Contoh Bacaan-bacaan dalam shalat jenazah
Lafadz niat

Artinya: “Aku niat menshalatkan mayit ini, karna Allah ta’ala”

24
04. Tajhiz Mayit

Bacaan Shalawat Nabi

Bacaan Do’a Pada Takbir Ketiga

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkanlah dia, ampunilah
kesalahannya, muliakanlah kematiannya, lapangkanlah kuburnya, cucilah
kesalahannya dengan air, es dan embun sebagaimana mencuci pakaian putih dari
kotoran, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, gantilah keluarganya
dengan keluarga yang baik, gantilah istrinya dengan istri yang lebih baik,
hindarkanlah dari fitnah kubur dan siksa neraka”.

Note: Jika mayatnya perempuan “Hu” diganti menjadi “Ha”

25
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

Bacaan Do’a Pada Takbir Keempat

Artinya: “Ya Allah, janganlah Engaku haramkan permohonan kami untuk kebajikannya dan
janganlah Engkau membiarkan kami di timpa fitnah setelah ketiadaannya dan ampunkanlah
kami dan dia juga rakan kami yang terdahulu beriman dan janganlah Engkau sematkan
perasaan hasad dengaki ke dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Tuhan
kami, sesungguhnya Engkau bersifat pengasih dan penyayang”.

D. Mengusung dan Menguburkan Jenazah


- Disyariatkan mengantar jenazah dan turut memikulnya. Disunahkan berkeliling
disekitar keranda, hingga seseorang akan memikulnya dari semua pinggirannya.
- Menyegerakan penyelenggaraannya
- Berjalan di depan atau dibelakangnya
- Tata cara menguburkan mayat:
1. Mayat wajib dikuburkan ditempat yang aman dari binatang buas. Mayat
dihadapkan ke kiblat, semakin dalam kuburnya semakin baik.
2. Lebih utama jika kuburnya mengunakan lahad; yaitu lubang yang digali
kesamping di dasar kubur dan mengarah ke kiblat.
3. Jika alasan tertentu dibolehkan tidak menggunakan liang lahad; caranya dengan
menggali lubang kebawah di tengah dasar kubur untuk mayat. Misalnya jika
tanah mudah runtuh.
4. Mayat diletakkan di atas pinggang kanannya dan menghadap kiblat.
5. Setelah mayat diletakkan di lahad, letakkan papan di atas lahad dan tambal sela-
selanya dengan tanah yang lembek agar tanah tidak langsung menimbun mayat
(secara langsung).
6. Setelah itu kubur ditimbun
7. Tidak dibolehkan menguburkan dalam tiga waktu:
a. Tatkala matahari terbit hingga setinggi tombak.
b. Tatkaa matahari persis berada di atas hingga tergelincir
c. Jika matahari tinggal seukuran tombak sebelum terbenam hingga terbenam.
8. Orang kafir tidak dikuburkan di pemakaman kaum muslimin. Mereka juga tidak
dimandikan, tidak dikafani, dan tidak dishalatkan. Akan tetapi dikuburkan
ditanah yang tak bertuan, kecuali jika ia dibawa pulang ke negerinya.

REFERENSI

 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah.


 Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al-Jarullah. Tata Cara Mengurus Jenazah.

26
05
ALLAH GHAYATUNA
(Allah Tujuan Kami)

TUJUAN
 Peserta mengetahui urgensi mengenal Allah,
 Peserta memahami cara yang tepat dalam mengenal Allah SWT,
 Peserta dapat termotivasi untuk mentauhidkan Allah karena menyadari kebesaran dan
keAgungan-Nya,
 Peserta dapat menghindari hal-hal yang dapat menjadi penyebab untuk menghalangi dalam
mengenal Allah

METODE PENDEKATAN
 Ceramah dan diskusi

RINCIAN BAHASAN
A. Makna Ma'rifatullah
 Ma'rifatullah berasal dari kala ma’rifah dan Allah. Ma'rifah berarti mengetahui,
mengenal. Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi mengenal-Nya lewat tanda-
tanda kebesaranNya (ayat-ayatNya).

B. Pentingnya Mengenal Allah


 Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya dan tidak tertipu oleh
dunia . Firman Allah (QS 51:56)

      


Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku.

 Ma’rifatullah merupakan ilmu yang tertinggi yang harus difahami manusia (QS 6:122)

              

          
Dan apakah orang yang sudah mati[502] Kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-
tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap
gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah kami jadikan orang
yang kafir itu memandang baik apa yang Telah mereka kerjakan.
[502] maksudnya ialah orang yang Telah mati hatinya yakni orang-orang kafir dan
sebagainya.

27
05. Allah Ghayatuna

Hakikat ilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma’rifatullah


adalah ilmu yang tertinggi sebab jika difahami memberikan keyakinan mendalam.
Memahami Ma’rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan
kepada cahaya hidayah yang terang [6:122]
.
 Berilmu dengan ma’rifatullah sangat penting karena:
a) Berhubungan dengan obyeknya, yaitu Allah Sang Pencipta.
b) Berhubungan dengan manfaat yang diperoleh, yaitu meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan, yang dengannya akan diperoleh keberuntungan dan kemenangan.

C. Jalan untuk mengenal Allah


1. Lewat akal:
 Ayat Kauniyah / ayat Allah di alam ini:
- fenomena terjadinya alam (52:35)
        
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan
(diri mereka sendiri)?

- fenomena kehendak yang tinggi(67:3)

              

     


Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?

- fenomena kehidupan (24:45)

               

                 


Dan Allah Telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan
itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang
sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

- fenomena petunjuk dan ilham (20:50)

         
Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang Telah memberikan kepada tiap-tiap
28
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

sesuatu bentuk kejadiannya, Kemudian memberinya petunjuk[925].


[925] Maksudnya: memberikan akal, instink (naluri) dan kodrat alamiyah untuk
kelanjutan hidupnya masing-masing.

- fenomena pengabulan do’a (6:63)

            

    


Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan
di laut, yang kamu berdo’a kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang
Lembut (dengan mengatakan: "Sesungguhnya jika dia menyelamatkan kami dari
(bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur"".

 Ayat Qur'aniyah/ayat Allah di dalam Al-Qur’an:


- keindahan Al-Qur' an (2:23)

             

      


Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada
hamba kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu
dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
[31] ayat Ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran
Al Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan
bahasa Karena ia merupakan mukjizat nabi Muhammad s.a.w.

- pemberitahuan tentang umat yang lampau [9:70]

            

           

   


Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum
mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-
negeri yang Telah musnah?[649]. Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan
membawa keterangan yang nyata, Maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka,
akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
[649] 'Aad adalah kaum nabi Hud, Tsamud ialah kaum nabi Shaleh; penduduk Madyan
ialah kaum nabi Syu'aib, dan penduduk negeri yang Telah musnah adalah kaum nabi
Luth a.s.

- pemberitahuan tentang kejadian yang akan datang (30:1-3, 8:7, 24:55)


29
05. Allah Ghayatuna

             
1. Alif laam Miim
2. Telah dikalahkan bangsa Rumawi[1161],
3. Di negeri yang terdekat[1162] dan mereka sesudah dikalahkan itu akan
menang[1163]
[1161] Maksudnya: Rumawi timur yang berpusat di Konstantinopel.
[1162] Maksudnya: terdekat ke negeri Arab yaitu Syria dan Palestina sewaktu menjadi
jajahan kerajaan Rumawi Timur.
[1163] bangsa Rumawi adalah satu bangsa yang beragama Nasrani yang mempunyai
Kitab Suci sedang bangsa Persia adalah beragama Majusi, menyembah api dan berhala
(musyrik). kedua bangsa itu saling perang memerangi. ketika tersiar berita kekalahan
bangsa Rumawi oleh bangsa Persia, Maka kaum musyrik Mekah menyambutnya
dengan gembira Karena berpihak kepada orang musyrikin Persia. sedang kaum
muslimin berduka cita karenanya. Kemudian turunlah ayat Ini dan ayat yang berikutnya
menerangkan bahwa bangsa Rumawi sesudah kalah itu akan mendapat kemenangan
dalam masa beberapa tahun saja. hal itu benar-benar terjadi. beberapa tahun sesudah itu
menanglah bangsa Rumawi dan kalahlah bangsa Persia. dengan kejadian yang demikian
nyatalah kebenaran nabi Muhammad s.a.w. sebagai nabi dan Rasul dan kebenaran Al
Quran sebagai firman Allah.

            

          
Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua
golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa
yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah[597] yang untukmu, dan Allah
menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan
memusnahkan orang-orang kafir,
[597] maksudnya kafilah abu Sofyan yang membawa dagangan dari Siria. sedangkan
kelompok yang datang dari Mekkah dibawah pimpinan Utbah bin Rabi'ah bersama abu
Jahal.

          

            

              

 
Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama
30
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

yang Telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap
menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang
yang fasik.

2. Lewat memahami Asma’ul Husna:


- Allah sebagai Al-Khaliq (40:62)

             
Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu, tiada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia; Maka bagaimanakah kamu dapat dipalingkan?

- Allah sebagai pemberi rizqi (35:3, 11:6)

              

         


Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang
dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi ? tidak ada Tuhan selain Dia;
Maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?

               

  


Dan tidak ada suatu binatang melata[709] pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya[710]. semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
[709] yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah yang
bernyawa.
[710] menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan tempat berdiam di sini ialah
dunia dan tempat penyimpanan ialah akhirat. dan menurut sebagian ahli tafsir yang lain
maksud tempat berdiam ialah tulang sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim.

- Allah sebagai pemilik (2:284)

               

               

Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika
kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya
Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah
mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya;
dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
31
05. Allah Ghayatuna

D. Hal-hal yang menghalangi ma’rifatullah


 Kesombongan (QS 7:146; 25:21).

              

                

     


Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa
alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. mereka jika melihat tiap-tiap
ayat(Ku)[569], mereka tidak beriman kepadanya. dan jika mereka melihat jalan yang
membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat
jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. yang demikian itu adalah Karena mereka
mendustakan ayat-ayat kami dan mereka selalu lalai dari padanya.
[569] yang dimaksud dengan ayat-ayat di sini ialah: ayat-ayat Taurat, tanda-tanda kebesaran
dan kekuasaan Allah.

 Dzalim (QS 4:153) .

               

              

         


153. Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah Kitab
dari langit. Maka Sesungguhnya mereka Telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari
itu. mereka berkata: "Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata". Maka mereka
disambar petir Karena kezalimannya, dan mereka menyembah anak sapi[374], sesudah
datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata, lalu kami ma'afkan (mereka) dari yang
demikian. dan Telah kami berikan kepada Musa keterangan yang nyata.
[374] anak sapi itu dibuat mereka dari emas untuk disembah.

 Bersandar pada panca indera (QS 2:55).


              

55. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu
sebelum kami melihat Allah dengan terang[50], Karena itu kamu disambar halilintar, sedang
kamu menyaksikannya[51]".
[50] Maksudnya: melihat Allah dengan mata kepala.
[51] Karena permintaan yang semacam Ini menunjukkan keingkaran dan ketakaburan
mereka, sebab itu mereka disambar halilintar sebagai azab dari Tuhan.

32
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

 Dusta (QS 7:176) .

              

              

   


176. Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-
ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah,
Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan
jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-
kisah itu agar mereka berfikir.

 Membatalkan janji dengan Allah (QS 2: 27) .

              

      


27. (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan
memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan
membuat kerusakan di muka bumi. mereka Itulah orang-orang yang rugi.

 Berbuat kerusakan/Fasad .
 Lalai (QS 21:1-3).

               

              

      


1. Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka
berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).
2. Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan) dari Tuhan
mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main,
3. (lagi) hati mereka dalam keadaan lalai. dan mereka yang zalim itu merahasiakan
pembicaraan mereka: "Orang Ini tidak lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu,
Maka apakah kamu menerima sihir itu[951], padahal kamu menyaksikannya?"
[951] yang mereka maksud dengan sihir di sini ialah ayat-ayat Al Quran.

 Banyak berbuat ma’siyat .


 Ragu-ragu (QS 6:109-110)

33
05. Allah Ghayatuna

                 

              

    


109. Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh
jika datang kepada mereka sesuatu mu jizat, Pastilah mereka beriman kepada-Nya.
Katakanlah: "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu Hanya berada di sisi Allah". dan apakah
yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila mukjizat datang mereka tidak akan
beriman[497].
110. Dan (begitu pula) kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum
pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan kami biarkan mereka
bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.
[497] Maksudnya: orang-orang musyrikin bersumpah bahwa kalau datang mukjizat, mereka
akan beriman, Karena itu orang-orang muslimin berharap kepada nabi agar Allah menurunkan
mukjizat yang dimaksud. Allah menolak pengharapan kaum mukminin dengan ayat ini.

Semua sifat diatas merupakan bibit-bibit kekafiran kepada Allah yang harus dibersihkan dari
hati. Sebab kekafiranlah yang menyebabkan Allah mengunci mati, menutup mata dan
telinga manusia serta menyiksa mereka di neraka. (QS 2:6-7)

               

          


6. Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak
kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
7. Allah Telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka[20], dan penglihatan mereka
ditutup[21]. dan bagi mereka siksa yang amat berat.
[20] yakni orang itu tidak dapat menerima petunjuk, dan segala macam nasehatpun tidak
akan berbekas padanya.
[21] Maksudnya: mereka tidak dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al Quran
yang mereka dengar dan tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah
yang mereka lihat di cakrawala, di permukaan bumi dan pada diri mereka sendiri.

REFERENSI
Said Hawwa, Allah Jalla Jalaluhu
Aqidah Seorang Muslim 1, Al-Ummah

34
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor menyampaikan pengantar dan sasaran 5’
materi
Diskusi Mentor mengajukan pertanyaan tentang logika 5’
Pendahuluan keberadaan Allah
Ceramah Mentor menguralkan isi materi 30’
Diskusi Mentor menyediakan forum diskusi dan tanya 10’
jawab
Penutup Mentor merangkum/menyimpulkan isi materi 10’
sekaligus menutup dengan do’a

35
06
RASULULLAH QUDWATUNA
(Rasulullah Tauladan Kami)
TUJUAN
 Peserta mengetahui urgensi mengenal Rasul
 Peserta menyakini wajibnya beriman dan mengetahui konsekuensi atas keimanannya
tersebut
 Peserta mengetahui bentuk-bentuk keteladanan Rasulullah sehingga diharapkan
semakin mencintainya dan bersemangat untuk mengikuti sunahnya dalam kehidupan
sehari-hari
 Peserta berkemauan menjadi da'i untuk meneruskan perjuangan Nabi Muhammad SAW

METODE PENDEKATAN
 Games
 Ceramah dan diskusi

RINCIAN BAHASAN
A. Makna Risalah dan Rasul
 Risalah: Sesuatu yang diwahyukan A11ah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah,
aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
 Rasul: Seorang laki-laki (21:7) yang diberi wahyu oleh Allah SWT yang berkewajiban
untuk melaksanakannya dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada manusia.

               
7. Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa
orang-laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, Maka tanyakanlah olehmu kepada
orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada Mengetahui.

B. Pentingnya iman kepada Rasul


 Iman kepada para rasul adalah salah satu Rukun Iman. Seseorang tidak dianggap muslim
dan mukmin kecuali ia beriman bahwa Allah mengutus para rasul yang
menginterprestasikan hakekat yang sebenarnya dari agama Islam, yaitu Tauhidullah .
 Juga tidak dianggap beriman atau muslim kecuali ia beriman kepada seluruh rasul, dan
tidak membedakan antara satu dengan yang lainnya.

C. Tugas para Rasul


1. Menyampaikan (tablig) [5:67, 33:39].

                 

          


67. Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak
36
06. Rasulullah Qudwatuna

kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia[430]. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
[430] Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh nabi Muhammad s.a.w.

              
39. (yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah[1222], mereka takut
kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan
cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.
[1222] Maksudnya: para Rasul yang menyampaikan syari'at-syari'at Allah kepada manusia.

Yang disampaikan berupa:


 Ma'rifatullah [6:102] (Mengenal hakikat Allah) .
                   

102. (yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada
Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah Dia; dan dia adalah
pemelihara segala sesuatu.

 Tauhidullah [21:25] [Mengesakan Allah] . 

               
25. Dan kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan kami
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka
sembahlah olehmu sekalian akan aku".

 Basyir wa nadzir [6:48] (Memberi kabar gembira dan peringatan)

              

 
48. Dan tidaklah kami mengutus para Rasul itu melainkan untuk memberikan kabar
gembira dan memberi peringatan. barangsiapa yang beriman dan mengadakan
perbaikan[474], Maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka
bersedih hati.
[474] Mengadakan perbaikan berarti melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik untuk
menghilangkan akibat-akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.

2. Mendidik dan Membimbing [62:2]

            

        

37
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

3. Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka,
yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-
benar dalam kesesatan yang nyata,

D. Sifat-sifat para Rasul


1. Mereka adalah manusia (QS. Al Kahfi:110)

                 

       


110. Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh
dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

2. Ma'shum [terjaga dari kesalahan] [3:161, 53:1-4]

                   

   


161. Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang.
barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, Maka pada hari kiamat ia
akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, Kemudian tiap-tiap diri akan diberi
pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka
tidak dianiaya.

                 

  


1. Demi bintang ketika terbenam.
2. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.
3. Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.
4. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

3. Sebagai suri teladan [33:2l, 6:89-90]

                 

21. Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.
38
06. Rasulullah Qudwatuna

               

                 

    

89. Mereka Itulah orang-orang yang Telah kami berikan kitab, hikmat dan kenabian jika
orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya, Maka Sesungguhnya kami akan
menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya.
90. Mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah
petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan
(Al-Qur’an)." Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat.

REFERENSI
 Kelompok Studi Al-Ummah, Aqidah Seorang Muslim, hal. 60-71
 Al-Asyqor, Dr. Limar Sulaiman, Para Rasul dan Risalahnya, Pustaka Mantiq

ALOKASI WAKTU

Langkah Uraian Waktu


Pendahuluan Mentor menyampaikan pengantar dan sasaran materi 5’
Games Mentor memberikan games dan hikmahnya 10’
Ceramah Mentor menerangkan isi materi 30’
Diskusi Mentor membuka forum diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya 5’
dengan do’a

G AMES

A. Judul : Games Ilmu


B. Skema/ Gambar / Contoh :

39
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

C. Media & Bahan :


1) 1 naskah pembahasan
2) Serangkaian petunjuk
3) 3 lembar kertas bujur sangkar per orang atau kelompok
4) 1 buah gunting atau cutter

D. Langkah-langkah .

 Instruksi: Peserta diminta membuat sejumlah lubang (minimal 6) yang berjarak sama
antara satu lubang dengan lainnya, juga jarak setiap lubang dari titik pusatnya.

Tahap 1
Mentor memberikan instruksi tanpa memberikan keterangan tambahan.

Tahap2
Mentor memberikan instruksi dan memberikan keterangan tambahan secara lisan sebagai
berikut:
A. Lipat kertas 2 X, sehingga membentuk bujur sangkar
B. Lipat bagian kertas yang ujungnya bersatu sehingga menutupi 2/3 bagiannya.
C. Lipat juga 1/3 bagian sisanya
D. Lipat lagi kertas dengan bagian yang sama sampai saling menutupi
E. Lubangi bagian yang ujungnya bersatu menggunakan gunting atau cutter
F. Lipat, apakah didapatkan lubang-lubang sesuai instruksi

Tahap 3
Mentor memberikan instruksi sambil mencontohkan setiap langkah secara terperinci.
Sehingga didapatkan hasil sesuai instruksi.

E. Hikmah:
1. Pentingnya Rasul sebagai penyampai dan penjelas risalah Islam sekaligus mencontohkan
bagaimana Islam diterapkan dalam hidup keseharian.
2. Rasul sebagai utusan Allah harus kita kenal dan kita taati agar segala aspek kehidupan
kita menjadi ibadah.

40
07
ISLAM WAY OF LIFE

TUJUAN
1. Peserta mengetahui urgensi ber-Islam dengan benar
2. Peserta menyakini dan memahami secara utuh tentang ajaran Islam yang sempurna
3. Peserta memiliki rasa kebanggaan yang besar terhadap agamanya karena telah terbukti
unggul diatas ajaran agama lain dan optimis akan kebangkitannya
4. Peserta dan termotivasi untuk menjalankan ajaran Islam secara kaafah dan memiliki
komitmen untuk menda’wahkannya

METODE PENDEKATAN
 Ceramah dan diskusi

RINCIAN BAHASAN
A. Ad-din menurut Al-Qur’an
 Dinullah, DinuI Islam [48:28, 61:9] Dinullah dibawa oleh semua Rasul dan nabi untuk
keselamatan manusia. Disebut juga dengan dinul haq (dinus samaawi).

              


28. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar
dimenangkan-Nya terhadap semua agama. dan cukuplah Allah sebagai saksi.

              
9. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar
agar dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci.

 Dinul ghairu dinullah, bukan dari Allah. Jumlahnya lebih dari satu (QS. 48;28) hasil
rekayasa pikiran manusia, biasa disebut agama budaya (dinul ardli)

              



28. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar
dimenangkan-Nya terhadap semua agama. dan cukuplah Allah sebagai saksi.

B. Ciri-ciri dinullah/dinus-Samawi
 Bukan tumbuh dari masyarakat, tapi diturunkan untuk masyarakat. Disampaikan oleh
manusia pilihan Allah (utusan-Nya), utusan itu hanya menyampaikan bukan
menciptakan.
41
07. Islam Way Of Life

 Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.


 Konsep tentang Tuhannya adalah Tauhid.
 Pokok-pokok ajarannya tidak pernah berubah dengan perubahan masyarakat
penganutnya.
 Kebenarannya universal dan sesuai dengan fitrah manusia

C. Ciri-ciri Dinul Ardhi :


 Tumbuh dalam masyarakat.
 Tidak disampaikan oleh Rasul Allah.
 Umumnya tidak memilki kitab suci, walaupun ada sudah mengalami perubahan-
perubahan dalam perjalanan sejarah.
 Konsep Tuhannya dinamisme, animisme, politheisme, dll.
 Ajarannya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan masyarakat penganutnya .
 Kebenaran ajarannya tidak universal, yaitu tidak berlaku bagi segenap manusia, masa
dan keadaan

D. Pengertian Islam secara Etimologi/ Bahasa :


 Tunduk patuh, berserah diri (al-istislaam) [3:83].

            

 
83. Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-
lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.

 Damai (as-silm) .
 Bersih (as-saliim)
 Aturan Illahi yang diberikan kepada manusia yang berakal sehat untuk kebahagiaan
hidup mereka di dunia dan akhirat..
 Ajaran lslam :
 Sesuai fitrah manusia QS. Ar Rum: 30 Kepentingan seluruh manusia QS Al
Ambiya:107

                

        


30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui[1168],
[1168] fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai
naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal
itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh
lingkungan.

42
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

     


107. Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.

 Rahmat seluruh alam QS 21;107

     


107. Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.

 Untuk meningkatkan kualitas hidup manusia QS. 2;179

        


179. Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-
orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.

 Sangat sempurna QS. 5:3

              

       


...........pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu...

REFERENSI
Diktat agama IPB, Uts. Didin Hafidhuddin

ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pendahuluan Mentor membuka pertemuan dan menerangkan tujuan 5’
materi
Games Mentor memberikan games dan hikmahnya 10’
Ceramah Mentor menerangkan isi materi 30’
Diskusi Mentor membuka forum diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan materi dan menutupnya dengan do’a 5’

43
08
BACK TO AL-QUR’AN

TUJUAN
 Peserta mengetahui definisi Al-Qur’an secara bahasa dan istilah
 Peserta mengetahui nama-nama dan karakteristik Al-Qur’an
 Peserta memahami fungsi Al-Qur’an dan akhlak terhadapnya
 Peserta termotivasi untuk membaca, mempelajari dan mengamalkan Al-Qur'an

METODE PENDEKATAN
 Ceramah dan diskusi

RINCIAN BAHASAN
A. Definisi AL-Qur’an
 Secara bahasa berarti "bacaan”.
 Secara istilah berarti "Kalam Allah SWT yang merupakan mu'jizat yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW dan membacanya merupakan ibadah"

B. Nama-nama Al-Qur’an
 Al-Qur’an/ Bacaan [17:9] .

             

  


9. Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa
bagi mereka ada pahala yang besar,

 Al-Kitab/ Buku [21:10].

         

10. Sesungguhnya Telah kami turunkan kepada kamu sebuah Kitab yang di dalamnya
terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?

 Al-Furqan/ Pembeda [25:1]

         

1. Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar
dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam[1052],
[1052] maksudnya jin dan manusia.

44
08. Back To Al-Qur’an

 Adz-Dzikr/ Pengingat [15:9].

       


9. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-
benar memeliharanya[793].
[793] ayat Ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-
lamanya.

 An-Nur/ Cahaya [4:174]

           

174. Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu.
(Muhammad dengan mukjizatnya) dan Telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang
benderang (Al Quran).

C. Karakteristik Al-Qur' an
 Diturunkan bukan untuk menyusahkan manusia [ 20:2].

     


2. Kami tidak menurunkan Al Quran Ini kepadamu agar kamu menjadi susah;

 Bacaan yang teramat mulia dan terpelihara [56: 77-78] .

       


77. Sesungguhnya Al-Qur’an Ini adalah bacaan yang sangat mulia,
78. Pada Kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),

 Tidak seorang pun yang dapat menandingi keindahan dan keagungan Al-Qur’an [2:23,
17:88] .

              

     


23. Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada
hamba kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
[31] ayat Ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al Quran
itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa Karena ia
merupakan mukjizat nabi Muhammad s.a.w.

              

    

45
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

88. Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".

 Tersusun secara terperinci dan rapi [11:1] .

           
1. Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan
secara terperinci[707], yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha
tahu,
[707] Maksudnya: diperinci atas beberapa macam, ada yang mengenai ketauhidan, hukum,
kisah, akhlak, ilmu pengetahuan, janji dan peringatan dan lain-lain.

 Mudah difahami dan diambil pelajaran [54: 17]

       


17. Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, Maka Adakah
orang yang mengambil pelajaran?

D. Fungsi Al-Qur’an
 Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT
 Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan
 Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu
 Sebagai mukjizat Rasulullah SAW

E. AkhIak Terpuji Terhadap Al-Qur’an


 Membaca ta'awudz sebelum membaca Al-Qur’an [16:98] .

        


98. Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah
dari syaitan yang terkutuk.

 Membaca Al-Qur’an secara tartil perlahan-lahan [73:4] .

      


4. Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.

 Lapang dada menerima Al-Qur’an [7:2]

             
2. Ini adalah sebuah Kitab yang diturunkan kepadamu, Maka janganlah ada kesempitan di
dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan Kitab itu (kepada orang
kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.

46
08. Back To Al-Qur’an

 Mendengarkan baik-baik pembacaan Al-Qur’an [7:204] .

        


204. Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu mendapat rahmat[591].
[591] Maksudnya: jika dibacakan Al Quran kita diwajibkan mendengar dan memperhatikan
sambil berdiam diri, baik dalam sembahyang maupun di luar sembahyang, terkecuali dalam
shalat berjamaah ma'mum boleh membaca Al Faatihah sendiri waktu imam membaca ayat-
ayat Al Quran.

 Bcrgetar hatinya dan bertambah imannya [8:2-4]

             

            

          

2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama
Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
3. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki
yang kami berikan kepada mereka.
4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.
[594] Maksudnya: orang yang Sempurna imannya.
[595] dimaksud dengan disebut nama Allah ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan
dan memuliakannya.

F. Akhlak tercela terhadap Al-Qur’an .


 Keunggulan Al-Qur’an
 Menyombongkan diri dan berpaling [31:7] .

               

 
7. Dan apabila dibacakan kepadanya[1179] ayat-ayat kami dia berpaling dengan
menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di
kedua telinganya; Maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.
[1179] yang dimaksud dengan kepadanya ialah kepada orang yang mempergunakan
perkataan-perkataan yang tidak berfaedah untuk menyesatkan manusia.

47
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

 Menertawakan peringatan ini [53:59-62] .

            

   
59. Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini?
60. Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis?
61. Sedang kamu melengahkan(nya)?
62. Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).

 Tidak memperahatikan Al-Qur’an [47:24]

       


24. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?

G. Keunggulan Al-Qur’an .
 Al-Qur’an adalah mukjizat yang abadi [4:74].

              

        


74. Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan
kehidupan akhirat[316] berperang di jalan Allah. barangsiapa yang berperang di jalan
Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan Maka kelak akan kami berikan
kepadanya pahala yang besar.
[316] orang-orang mukmin yang mengutamakan kehidupan akhirat atas kehidupan dunia
ini.

Allah menghendaki agar Al-Qur’an berlaku umum (mencakup permasalahan) dan


bersifat universal. Maka, disusun dan dikumpulkan Al-Qur’an itu dengan sistematika
yang memperlihatkan universalitas dan kekekalannya dan dijauhkan dari susunan yang
bersifat temporer, yang hanya memperlihatkan urgensi pada suatu masa saja, yaitu
ketika turunnya.
 Keunggulan Al-Qur’an secara ilmiah
Pemikiran modern dalam berbagai bidang disiplin ilmu dewasa ini telah menetapkan
bahwa Al-Qur’an merupakan kitab ilmiah yang menghimpun segala disiplin ilmu dan
filsafat. Ilmu itu datang dari Allah SWT, sebagai tanda kemuliaanNya dan ketinggian ilmu-
Nya.[96:1-5] .

               

        


1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
48
08. Back To Al-Qur’an

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,


4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

 Jaminan kemurnian Al-Qur’an.


Allah sendiri yang menjamin kemurnian Al-Qur’an [6:115, 15:9] .

             
115. Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan
adil. tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan dia lah yang Maha
Mendenyar lagi Maha Mengetahui.

 Al-Qur’an bersifat umum dan universal.


Umum : Mencakup seluruh bidang/permasalahan manusia. [6:38]

                 

      


38. Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang
dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. tiadalah kami alpakan
sesuatupun dalam Al-Kitab[472], Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.
[472] sebahagian Mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz dengan
arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz.
dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Qur’an dengan arti: dalam Al-Qur’an itu
Telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan
pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk
pada umumnya.
Universal : Berlaku selamanya dan untuk seluruh kaum. [25:1]

         
1. Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya,
agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam[1052],
[1052] maksudnya jin dan manusia.

REFERENSI
 Paket BP NF 'Keunggulan Al-Qur’an’
 Ibnu Qoyim, Mahabatullah, (Bab I)
 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Quran , hal 18

49
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan 5’
tujuan materi
Ceramah Mentor menyampaikan isi materi 40’
Diskusi Saat untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya 5’
dengan do’a

50
09
PERGAULAN MUDA MUDI
DALAM ISLAM
TUJUAN
- Peserta memahami makna akhlak
- Peserta memahami pentingnya akhlak Islami
- Peserta termotivasi untuk merubah akhlak yang baik dan Islami

METODE PENDEKATAN
Ceramah dan diskusi

RINCIAN BAHASAN
A. Pergaulan Dengan Teman Sebaya
Hal-hal yang dapat kita lakukan dalam rangka bergaul dengan teman
sebaya di antaranya sebagai berikut:
1. Saling memberi salam setiap bertemu dan berpisah dengan mereka dan dilanjutkan
saling berjabat tangan, kecuali jika mereka itu lawan jenis kita. Salam ini hanya kita
peruntukkan khusus yang seagama dengan kita, dan tidak perlu kita mengucapkan
salam kepada yang tidak seagama. Sedangkan berjabat tangan hanya diperuntukkan
kepada yang sejenis saja. Kepada yang lain jenis tidak diperbolehkan berjabat tangan,
kecuali terhadap isteri/suami atau terhadap mahram (orang yang merupakan
kerabat dekat)-nya.
2. Saling menyambung tali silaturrahim dengan mereka dengan mempererat
persahabatan dengan mereka.
3. Saling memahami kelebihan dan kekurangan serta kekuatan dan kelemahan masing-
masing, sehingga segala macam bentuk kesalahfahaman dapat dihindari.
4. Saling tolong-menolong. Yang kuat menolong yang lemah dan yang memiliki
kelebihan menolong yang memiliki kekurangan.
5. bersikap rendah hati dan tidak boleh bersikap sombong kepada teman-teman sebaya
kita.
6. Saling mengasihi dengan mereka, sehingga terhindar dari permusuhan yang dapat
menghancurkan hubungan persahabatan di antara teman yang seumur.
7. Memberi perhatian terhadap keadaan mereka, apalagi jika mereka benarbenar
berada dalam kondisi yang memprihatinkan.
8. Selalu membantu keperluan mereka, apalagi jika mereka meminta kita untuk
membantu.
9. Ikut menjaga mereka dari gangguan orang lain.
10. Saling memberi nasihat dengan kebaikan dan kesabaran.
11. Mendamaikan mereka bila berselisih.
12. Saling mendo’akan dengan kebaikan.

B. Tatacara bergaul dengan lawan jenis


Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam rangka bergaul dengan
orang-orang yang menjadi lawan jenis kita adalah:

51
09. Pergaulan Muda Mudi dalam Islam

1. Tidak melakukan khalwat, yaitu berdua-duaan antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan yang tidak mempunyai hubungan suami isteri dan tidak pula mahram tanpa
ada orang ketiga. Termasuk dalam pengertian khalwat adalah berdua-duaan di tempat
umum yang di antara mereka tidak saling mengenal, atau saling mengenal tetapi tidak
ada kepedulian, atau tidak mempunyai kontak komunikasi sama sekali sekalipun berada
pada tempat yang sama, seperti di pantai, pasar, restoran, bioskop, dan tempattempat
hiburan tertutup lainnya. Nabi SAW. melarang kita melakukan khalwat dengan
sabdanya: Artinya: “Jauhilah berkhalwat dengan perempuan. Demi (Allah) yang diriku
berada dalam genggaman-Nya, tidaklah berkhalwat seorang laki-laki dengan seorang
perempuan kecuali syetan akan masuk di antara keduanya.” (HR. al-Thabarani).
2. Tidak melakukan jabat tangan, kecuali terhadap suami atau isterinya, atau
terhadap mahramnya. Berjabat tangan kepada lawan jenis yang bukan suami/isteri atau
mahram akan membuka pintu syahwat yang dapat menjurus kepada hal-hal yang lebih
berbahaya, yakni perzinaan.
3. Mengurangi pandangan mata, kecuali yang memang benar-benar perlu Pandangan yang
melebihi batas juga dapat menjurus ke arah perzinaan.
4. Tidak boleh menampakkan aurat di hadapan lawan jenisnya dan juga tidak
boleh saling melihat aurat satu sama lain. Aurat harus ditutup untuk menjaga dirinya dan
menjaga pandangan orang lain. Aurat yang terbuka akan memancing syahwat orang lain
yang pada akhirnya juga dapat menjurus ke arah perzinaan. Bahkan dengan sesama jenis
saja, melihat aurat juga dilarang. Terkait dengan hal ini, Nabi SAW. bersabda: “Tidak
dibolehkan seorang laki-laki melihat aurat (kemaluan) seorang laki-laki lain, begitu juga
seorang perempuan tidak boleh melihat kemaluan perempuan lain. Dan tidak boleh
seorang laki-laki berselimut dengan laki-laki lain dalam satu selimut baju, begitu juga
seorang perempuan tidak boleh berselimut dengan sesama perempuan dalam satu
baju.” (HR. Muslim).
5. Tidak melakukan hal-hal yang menjurus kepada perzinaan, seperti bergandengan
tangan, berciuman, berpelukan, dan yang sejenisnya, apalagi sampai melakukan
perzinaan. (QS. al-Isra’ (17): 32).

         


32. Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. dan suatu jalan yang buruk.

REFERENSI
 Marzuki, Pergaulan Muda Mudi

ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pendahuluan Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan 5’
tujuan materi
Ceramah Mentor menyampaikan isi materi 40’
Diskusi Mentor membuka forum diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya 5’
dengan do’a

52
10
GHAZWUL FIKRI

TUJUAN
- Peserta memahami makna dan hakikat Ghazwul fikri
- Peserta memahami sarana, metode dan hasil-hasil dari Ghazwul Fikri

METODE PENDEKATAN
- Games
- Ceramah dan diskusi

RINCIAN BAHASAN
A. Pengertian Ghazwul fikri
 Secara bahasa
Ghazwul Fikri terdiri dari dua kata; ghazwah dan Fikr. Ghazwah berarti serangan, serbuan
atau invasi. Fikr berarti pemikiran. Serangan atau serbuan di sini berbeda dengan serangan
dan serbuan dalam qital (perang).

Serangan / Serbuan
Qital Ghazwah
 Saling mengetahui, siapa lawannya  Sepihak, yang lain tidak menyadari kalau
diserang
 Banyak korban jiwa  Relatif tidak ada
 Membutuhkan dana yang besar  Relatif membutuhkan dan yang sedikit
 Hasilnya belum tentu berhasil  Hasilnya nyata terlihat & berhasil
 Efeknya terbatas  Efeknya dalam dan luas

 Secara Istilah
Penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat Islam guna merubah apa yang
ada di dalanmya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang benar karena
telah tercampur aduk dengan hal-hal tak islami.

B. Sasaran Ghazwul fikri


1. Menjauhkan umat Islam dari Din (agama)-nya. QS. 17:73 ; QS. 5:49

             



73. Dan Sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang Telah kami
wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan
kalau sudah begitu tentu|ah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia.

               

53
10. Ghazwul Fikri

                 

 
49. Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah
kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang
Telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang Telah diturunkan
Allah), Maka Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan
mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya
kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.

2. Berusaha memasukkan yang sudah kosong Islamnya ke dalam agama kafir. QS. 2;217,
QS. 2;120

                 

               

              

             

 
217. Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah:
"Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan
Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya
dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah[134]. dan berbuat fitnah[135] lebih besar
(dosanya) daripada membunuh. mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai
mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka
sanggup. barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam
kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka
Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
[134] jika kita ikuti pendapat Ar Razy, Maka terjemah ayat di atas sebagai berikut:
Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar, dan (adalah berarti) menghalangi
(manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah dan (menghalangi manusia dari)
Masjidilharam. tetapi mengusir penduduknya dari Masjidilharam (Mekah) lebih besar lagi
(dosanya) di sisi Allah." pendapat Ar Razy Ini mungkin berdasarkan pertimbangan, bahwa
mengusir nabi dan sahabat-sahabatnya dari Masjidilharam sama dengan menumpas agama
Islam.
[135] fitnah di sini berarti penganiayaan dan segala perbuatan yang dimaksudkan untuk
menindas Islam dan muslimin.

54
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

                 

                
120. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang
benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan
datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

3. Memadamkan cahaya (agama) Allah. QS. 61;8, QS. 9;32

           
8. Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah
(justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya".

              



32. Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-
ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayanya,
walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.

C. Metode Ghazwul fikri


1. Membatasi supaya Islam tidak tersebar luas.
 Tasykik (pendangkalan/peragu-raguan)
Gerakan yang berupaya menciptakan keragu-raguan dan pendangkalan kaum
muslimin terhadap agamanya.
 Tasywih (Pencemaran/pelecehan)
Upaya orang kafir untuk menghilangkan kebanggaan kaum muslimin terhadap Islam
dengan menggambarkan Islam secara buruk.
 Tadhlil (penyesatan)
Upaya orana kafir menyesatkan umat mulai dari cara yang halus sampai cara yang
kasar.
 Taghrib (pembaratan/westernisasi)
Gcrakan yang sasarannya untuk mengeliminasi Islam, mendorong kaum muslimin
agar mau menerima seluruh pemikiran dan perilaku barat.

2. Menyerang Islam dari dalam


 Penyebaran faham sekuralisme
Berusaha memisahkan antara agama dengan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
 Penyebaran faham nasionalisme
Nasionalisme mmbunuh ruh ukhuwah Islamiyah yang merupakan azas kekuatan
umat Islam. (Hadits 1) .

55
10. Ghazwul Fikri

 Pengrusakan akhlak umat lslam terutama para pemudanya.

D. Sarana Ghazwul fikri


 Mass Media : cetak dan elektronika
 Media Sosial : FB, Tweeter dll

E. Hasil Ghazwul fikri


1. Umat Islam menyimpang dari Al-Qur’an dan As-Sunnah QS 25:30

         
30. Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu
yang tidak diacuhkan".

2. Minder dan rendah diri QS 3:139

         
139. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.

3. Ikut-ikutan QS 17:36

                 
36. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.

4. Terpecah-belah QS 30:32

            
32. Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka[1169] dan mereka menjadi
beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka.
[1169] Maksudnya: meninggalkan agama tauhid dan menganut pelbagai kepercayaan
menurut hawa nafsu mereka.

Catatan
 Hadist 1: “Bukan dari golonganku orang yang mengajak pada ashobiyah dan bukan
golonganku orang yang berperang atas dasar ashobiyah dan bukan dari golonganku
orang yang mati karena ashobiyah”

REFERENSI
 Materi Mentoring tahun 94/95
 Daud Rasyid, M.A, AL-Ghazwu Al-Fikri dalam sorotan Islam.
 Prof. Abdul Rahman H. Habanakah, Metode merusak akhlaq dari Barat,
56
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

 Abu Ridha, Pengantar Memahami AL-Ghazwu Al-Fikri

ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan 5’
tujuan materi ghozwul fikri
Games Mentor melakukan simulasi sebagai pengantar 10’
materi GF
Ceramah Mentor membahas hikmah menguraikan materi GF 40’
Penutup Mentor menyimpulkan materi GF sekaligus menutup 5’
mentoring dengan do’a

Games 1
Membedakan dua benda yang amat berlainan (Misalnya kapur dan tissue)
 Langkah 1
Para mad'u harus menyebutkan dengan cepat setiap benda yang diangkat oleh Mentor
(dilakukan beberapa kali).
 Langkah 2
Sekarang benda ditukar namanya. Jika kapur diangkat, peserta harus menyebutnya
sebagai tissue, begitu pula sebaliknya. Pada awalnya peserta akan mengalami kesulitan
karena belum terbiasa. Tapi lama kelamaan akan terbiasa.
 Hikmah
Itulah Gazwul fikri. Pada awalnya nilai-nilai keislaman itu sudah jelas dan pasti. Tetapi
musuh Islam berusaha menghilangkan nilai keislaman dari umat Islam secara perlahan-
lahan. Maka disodorkanlah pada muslimin nilai yang tidak Islami. Mulanya umat Islam
tidak menerimanya (tidak terasa) tapi lama kelamaan karena usaha mereka yang terus-
menerus ditambah umat Islam yang malas mengkaji Al-Qur’an dan Sunnah, maka umat
Islam akan larut dan tenggelam dengan nilai-nilai non Islam tersebut, bahkan nilai-nilai
yang menyimpang dengan Islam sudah danggap biasa. Dan sebaiknya ketika disodorkan
nilai-nilai Islam mereka tidak mau menerima Islam dan menjauh, seperti yang terjadi
sekarang ini.

Games 2
Al-Qur’an ditengah karpet. (Al-Qur’an di ganti dengan buku, anggap Buku tersebut adalah
Al-Qur’an)
 Langkah 1
buku (Anggap sebagai Al-Qur’an) diletakkan di tengah-tengah karpet yang lebar. Peserta
diperintahkan untuk mengambil buku tadi tanpa menyentuh karpet (Sulit/tidak bisa).
 Langkah 2
Peserta diberitahu cara untuk mencapai buku tanpa harus menginjak karpet, yaitu
dengan cara menggulung karpet sampai tengah dan dapat mengambil buku tersebut.

Hikmah
Usaha musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam tidak lagi dengan 'menginjak-injak'
kaum muslimin melainkan dengan mengambil jiwa Al-Qur’an dalam jiwa mereka dengan
cara perlahan-lahan dan membuai serta tahap demi tahap tanpa disadari oleh umat Islam.

57
11
PROBLEMATIKA UMAT

TUJUAN
- Peserta mengetahui potensi-potensi yang dimiliki umat Islam
- Peserta mengetahui sebab-sebab kemunduran umat Islam
- Peserta mengetahui solusi dari problematika umat Islam

METODE PENDEKATAN
Ceramah dan diskusi

RINCIAN BAHASAN
A. Potensi yang dimiliki umat Islam:
 Syariah/peraturan (Al-Qur’an). Peraturan yang dimiliki ummat Islam ini sudah lengkap
dan menyeluruh.
QS. 15:9  tentang kemurnian Al-Qur’an

       


9. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-
benar memeliharanya[793].
[793] ayat Ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-
lamanya.

QS. 2:2  Al-Qur’an adalah petunjuk .

         


2. Kitab[11] (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa[12],
[11] Tuhan menamakan Al Quran dengan Al Kitab yang di sini berarti yang ditulis,
sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
[12] takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-
perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan
takut saja.

 Kekayaan alam
Kekayaan terbesar hampir sebagian besar (65 %) berada di negeri-negeri muslim.
Cadangan minyak bumi 65 % berada di negeri muslim.
 Jumlah umat Islam. Sebagian besar penduduk dunia adalah muslim.
 Janji Allah untuk memenangkan umat Islam
QS. 61:9  Allah memenangkan umat lslam

              
9. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar
agar dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik
58
11. Problematika Umat

membenci.

QS. 2:214  Sesungguhnva pertolongan Allah amatlah dekat

              

               

 
214. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-
macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:
"Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu
amat dekat.

 Sejarah Islam yang penuh dengan kejayaan.

B. Sebab-sebab kemunduran umat Islam:


 Faktor intemal (dari dalam lubuh umat Islam sendiri) :
1. Jauh dari Al-Qur’an dan sunah Rasul.
2. Mempelajari Islam hanya karena mengikuti. QS.12:1O8

                 

 
108. Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku
tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

3. Terpecah belah karena adanya perbedaan masa1ah furu.


QS. 8:63 Allah yang mempersatukan hati

              

       


63. Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman)[622]. walaupun
kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat
mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah Telah mempersatukan hati mereka.
Sesungguhnya dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana.
[622] penduduk Madinah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj selalu bermusuhan
sebelum nabi Muhammad s.a.w hijrah ke Medinah dan mereka masuk islam, permusuhan
itu hilang.

59
Praktek Ibadah dan Mentoring Agama Islam

4. Rendah diri; tidak tsiqoh pada Islam


QS. 63:8 kekuatan itu milik Allah, Rasul dan orang-orang mu'min

            

     


8. Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita Telah kembali ke Madinah[1478], benar-
benar orang yang Kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya."
padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang
mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada Mengetahui.
[1478] Maksudnya: kembali dari peperangan Bani Musthalik.

QS. 3:139 orang akan tinggi derajatnya jika beriman

         
139. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-
orang yang beriman.

5. Gejala taqlid dengan semua yang datang dari Barat


6. Tertinggal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

 Faktor ekstemal (dari luar umat Islam) :


Adanya Ghazwul Fikri (perang pemikiran dan harakatul Irtidad (gerakan pemurtadan)
dari musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam dan umatnya.)

C. SoIusi untuk meraih kemenangan:


1. Umat Islam harus menerapkan syariat Islam da1am seluruh aspek kehidupan.
2. Mendidik generasi Islam dengan manhaj pendidikan yang syamil (sempurna) dan
mutakamil (menyeluruh).
3. Menyiapkan kekuatan semaksimal mungkin untuk menghadapi musuh.
4. Perjuangan dan pengorbanan.

REFERENSI
 Panduan Aktivis Harokah (hal79), Pustaka Al-Ummah
 Rencana Penghapusan Islam dan Pembantaian Kaum Muslimin di Abad Modern (hal.48),
Nabil bin Abdurrahman

60
11. Problematika Umat

ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan 5’
tujuan materi
Ceramah Mentor menguraikan isi materi 40’
Diskusi Mentor membuka kesempatan diskusi dan tanya 10’
jawab
Penutup Mentor merangkum/menyimpulkan isi materi dan 5’
menutupnya dengan do’a

61
12
TARBIYAH ISLAMIYAH
(Pembinaan Islam)
TUJUAN
- Peserta memahami makna dan hakikat pendidikan Islam
- Peserta memahami sebab-sebab pentingnya pendidikan Is1am
- Peserta termotivasi untuk mengikuti pendidikan Islam

METODE PENDEKATAN .
- Ceramah
- Diskusi Kelompok

RINCIAN BAHASAN
A. Makna dan Hakikat Pendidikan Islam
 Dalam bahasa Arab pendidikan Islam disebut At-Tarbiyah Al-Islamiyah
 Secara bahasa, tarbiyah memiliki beberapa arti:
- Raba - Yarbu = tumbuh berkembang
- Rabiya - Yarba = tumbuh secara Alami
- Rabba - Yarubbu = memperbaiki, meningkatkan
Berarti proses pendidikan Islam seharusnya menumbuhkembangkan secara alami,
juga sebagai proses perbaikan peningkatan diri bagi orang yang terubat di dalamnya.
Pendidikan Islam bukan hal yang mengada-ada, dia memang ada.

 Secara istilah makna tarbiyah adalah:


1. Menyampaikan sesuatu sampai pada tingkat sempurna sedikit demi sedikit (Al-
Baydawi)
2. Menumbuhkan sesuatu sedikit demi sedikit sampai dengan tahap sempurna (Al-
Asmahadi)

B. Mengapa Pendidikan Islam diperlukan?


 Melihat kondisi nyata umat Islam
- Umat Islam tidak memahami Islam itu sendiri
- Akibatnya: umat terjebak dalam kondisi kebodohan, kelemahan dan kehinaan
- Umat Islam berada dalam kerusakan
- Penyebabnya:
1. Kecintaan kepada dunia yang berlebihan dan takut mati
2. Saling berpecah-belah
3. Mengkotak-kotakkan ajaran Islam
4. Meninggalkan jihad

 Hakikat jiwa manusia


- Memiliki kecenderungan untuk berbuat fujur (dosa)
- Terbuka untuk menerima hidayah (petunjuk)

62
12. Tarbiyah Isamiyah

Solusi : melihat kondisi umat saaat ini serta memperhatikann hakikat jiwa manusia maka
dibutuhkan sebuah pendidikan Islam bagi umat Islam.

C. Sifat-Sifat Pendidikan Islam (Tarbiyah Islamiyah):


 Kontinu (Mustamirah)
 Membentuk syahsiyah Islamiyah bukan sekedar transfer ilmu (Takwiniyah)
 Bertahap /terprogram (mutadarrijah)
 Menyeluruh tidak parsial (Kaafah)

REFERENSI
 Abu Ridho; Tarbiyah Islamiyah

ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan mengutarakan 5’
tujuan dan materi yang akan disampaikan materi
Diskusi Mentor mngutarakan kondisi umat Islam pada saat 10’
pendahuluan ini dan mengajukan pertanyaan kepada saat ini dan
mengajukan pertanyaan kepada peserta kira-kira apa
yang menjadi penyebabnya
Ceramah Mentor menguraikan isi materi 30’
Diskusi Mentor membuka kesempatan diskusi dan tanya 10’
jawab
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutup 5’
pertemuan dengan do’a

63
***
PROFIL PENYUSUN

RAHMAT FADHIL, adalah seorang Dosen di Prodi Teknik Pertanian


Universitas Syiah Kuala. Selain itu beliau juga sebagai Sekretaris Jenderal
Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Propinsi Aceh.
Pernah menjabat sebagai Sekretaris UP3AI Universitas Syiah Kuala tahun
2006-2008. Dikenal juga sebagai penceramah, motivator dan trainer.
Dapat di hubungi di rahmat.fadhil@unsyiah.net

NUR PRAMAYUDI, merupakan seorang Dosen di Prodi Agroteknologi


Universitas Syiah Kuala. Sehari-hari beliau juga menjabat sebagai
Koordinator Mata Kuliah Agama Islam di UPT MKU Universitas Syiah
Kuala. Saat ini di amanahkan sebagai Wakil Ketua II UP3AI Universitas
Syiah Kuala. Komunikasi dengan beliau dapat dilakukan melalui alamat
email nur_pramayudi@yahoo.com.

TAUFIK HIDAYAT, merupakan alumni Pendidikan Matematika Fakultas


Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unsyiah, sekarang menjadi PNS di
Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Aceh Tamiang sejak tahun 2014.
Sebelumnya pernah menjadi Wakil Sekretaris II UP3AI Unsyiah tahun
2012-2013 dan Wakil Ketua UP3AI FKIP Unsyiah tahun 2011-2012.
Sillaturahmi dengan beliau dapat melalui fanspage Taufik Hidayat, Twitter
@T4ufikhidayat, atau email berandataufikhidayat@gmail.com

64
65

Anda mungkin juga menyukai