Dewasa ini, tidak dapat kita pungkiri bahwa terdapat berbagai banyak masalah yang dihadapi ummat
jaman sekarang khususnya umat Islam. Berbagai macam pendapat yang telah terlontarkan oleh para
pakar peneliti dan ilmuan tentang masalah atau gejala sosial yang terjadi ditengah-tengah ummat Islam
sehingga tak jarang ditemukan ada yang mengatakan bahwa masalah inilah yang menyebabkam
keterpurukan ummat Islam dimasa kini. Menurut Hudzaifah, tema ini adalah suatu upaya untuk
menggambarkan akan keadaan dunia Islam kontemporer (saat ini) dengan segala kelebihan dan
kekurangan-kekurangannya. Kondisi umat Islam saat ini penuh dengan kelemahan-kelemahan.
Kelemahan-kelemahan itu terkait dengan kapasitas intelektual dan problematika moral. Kelemahan
dalam kapasitas intelektual (Al Jahlu). Kelemahan umat Islam yang terkait dengan kapasitas intelektual
meliputi:
- Dho'fut Tarbiyah (lemah dalam pendidikan). Kelemahan dalam aspek pendidikan formal dan informal
(pengkaderan) sangat dirasakan oleh umat Islam masa kini. Jika pendidikan juga pembinaan dan
pengkaderan lemah maka akan mustahil melahirkan anasir-anasir dalam nadhatul umat (kebangkitan
umat).
- Dho'fut Tsaqofah (lemah dalam ilmu pengetahuan). Dewasa ini sedang sangat pesat perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi umat Islam terasa tertinggal bila dibandingkan umat yang
lainnya, ini disebabkan karena wawasan umat Islam yang sempit dan terbatas juga lemah dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan ini disebabkan kemauan umat untuk menuntut ilmu sangat rendah.
- Dho'fut Takhthith (lemah dalam perencanaan-perencanaan). Umat Islam sekarang ini tidak memiliki
strategi yang jelas. Rencana perjuangannya penuh dengan misteri. Hal tersebut disebabkan umat Islam
tidak diproduk dari pembinaan-pembinaan yang baik dan tidak memiliki wawasan ilmu pengetahuan
yang memadai.
- Dho'fut Tanjim (lemah dalam pengorganisasian). Sekarang ini terjadi gerakan-gerakan yang
mengibarkan bendera kebathilan, mereka membangun pengorganisasian yang solid sementara umat
Islam lemah dalam pengorganisasian sehingga kebathilan akan di atas angin sedangkan umat Islam akan
menjadi pihak yang kalah. Sesuai perkataan khalifah Ali ra "Kebenaran tanpa sistem yang baik akan
dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisasi dengan baik".
- Dho'ful Amniyah (lemah dalam keamanan). Masa kini umat Islam lengah dalam menjaga keamanan diri
dan kekayaan baik moril dan materil sehingga negeri-negeri muslim yang kaya akan sumber daya alam
dirampok oleh negeri-negeri non muslim. Begitu pula dengan Iman, umat lslam tidak lagi menjaganya
tidak ada amniyah pada aqidah dan dibiarkan serbuan-serbuan aqidah datang tanpa ada proteksi yang
memadai.
- Dho'fut Tanfidz (lemah dalam memobilisasi potensi-potensi diri). Umat Islam dewasa ini tidak
menyadari bahwa begitu banyak nikmat-nikmat yang Allah SWT berikan dan tidak mensyukurinya. Jika
umat Islam mersyukuri segala nikmat Allah dari bentuk syukur itu akan muncul kuatut tanfidz yaitu
kekuatan untuk memobilisir diri dan sekarang umat Islam lemah sekali dalam memobolisir diri apalagi
memobilisir secara kolektifitas.
Lebih jelas lagi Huzaifah menuturkan gejala yang terjadi dalam ummat Islam mengenai kelemahan
dalam problematika moral (Maradun Nafs). Kelemahan-kelemahan dalam problematika moral yang
terjadi pada umat Islam sekarang yaitu:
• Adamus Saja'ah (hilangnya keberanian). Umat Islam tidak seperti dahulu yang berprinsip laa marhuba
illalah (tiada yang ditakuti selain Allah) sehingga tidak memiliki keberanian seperti orang-orang
terdahulu yakni Rasulullah dan para sahabatnya yang terkenal pemberani. Sekarang ini umat Islam
mengalami penyakit Al Juban (pengecut). Rasa takut dan berani itu berbanding terbalik sehingga jika
seorang umat Islam takut kepada Allah maka ia akan berani kepada selain Allah tetapi sebaliknya jika ia
takut kepada selain Allah maka ia akan berani menentang aturan-aturan Allah SWT.
• Adamus Sabat (hilangnya sikap teguh pendirian). Umat Islam mulai memperlihatkan mudah
mengalami penyimpangan-penyimpangan dan perjalanan hidupnya karena disebabkan oleh :
Salah satu illutrasi hilangnya sabat (keteguhan) ini adalah prinsif-prinsif hidup kaum muslimin tidak lagi
dipegang hanya sering diucapkan tanpa dipraktekan. Sebagai contoh Islam mengajarkan kebersihan
sebagian dari Iman tetapi di negari-negeri kaum muslim kondisinya tidak bersih menjadi pemandangan
pada umumnya.
Dalam Islam lupa diri sebab utamanya ialah karena lupa kepad Allah. Umat Islam dzikirullah-nya lemah
maka mereka kehilangan identitas mereka sendiri sebagai Al Muslimum. Sebagaimana Allah berfirman
dalam Qs. Al Hasyr ayat 19 "Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik".
• Adamus Sabr (hilangnya kesabaran). Kesabaran merupakan salah satu pertolongan yang paling pokok
bagi keberhasilan seorang muslim, sesuai firman Allah Qs.2:153 "Hai orang-orang beriman mintalah
pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat sesungguhnya Allah bersama orang-
orang yang sabar".
Kesabaran meliputi:
• Adamul Ikhlas (hilangnya makna ikhlas). Ikhlas tidak identik dengan tulus. Tulus artinya melakukan
sesuatu tanpa perasaan terpaksa padahal bisa saja orang itu ikhlas walaupun ada perasaan terpaksa.
Contohnya pada seseorang yang melakukan shalat subuh yang baru saja jaga malam sehingga sanat
terasa kantuk tetapi karena shalat adalah suatu kewajiban perintah Allah swt ia tetap mengerjakannya
dsb.
• Adamul Iltizam (hilangnya komitmen). Dewasa ini kaum muslimin kebanyakan tidak istiqomah
berkomitmen terhadap Islam bahkan tidak sepenuhnya sadar bahwa Islam harus menjadi pengikat
utama dalam hidupnya sehingga mereka banyak menggunakan isme-isme yang lain.
Manusia yang menggunakan akal dengan semestinya pasti akan lebih peka
terhadap hal-hal yang bergejolak dalam pemikiran dan pemahaman yang
menyimpang dari apa yang seharusnya menjadi landasan umat islam yakni AlQuran
dan Hadits. Realita saat ini akan banyaknya perbedaan yang marak dalam ajaran
islam sendiri diantaranya, fundamentalisme, islam radikal, islam
terorisme, liberalisme, sekulerisme, dan masih banyak lagi dari sekian wacana yang
belum mendapatkan perhatian khusus sebagai objek pembahasan keilmuan dan
inilah yang seharusnya menjadi tugas kita untuk mengetahui lebih dalam tentang
hal-hal yang berorientasi kebaratan. Inilah problematika yang tersembunyi dibalik
gemerlap pemahaman kehidupan saat ini yang kita sebut
orientalisme yang secara tersembunyi memerangi islam sedikit demi sedikit yang
berorientasikan pada penyelewengan akan pemahaman. Bahkan permasalahan
berat pula bagi umat islam dalam mempertahankan hubungan sosial ditengah
maraknya perbedaan pemahaman.
Gejala goyahnya umat islam terlihat dari prilaku kehidupan umat islam,
apakah sudah maenjadikan nilai-nilai ajaran islam sebagai pedoman berprilaku
terlebih lagi apakah manusia telah menjalankan kehidupan secara selaras dengan
kehidupan modern tanpa menghilangkan nilai islam. Namun fakta berbicara
bertolak belakang dengan problematika umat islam saat ini sangat bertolak
belakang dengan. Semua karena umat islam sendiri yang terlalu cinta dengan dunia
sehingga selalu tertindas dalam kemodern, sesunguhnya inilah yang telah diprediksi
oleh Rosul SAW bahwa di zaman yang akan datang manusia akan ada dalam
keadaan umat islam yang merosot jauh dari nilai-nilai Al quran dan Hadits sebagai
tanda semakin dekatnya hari kiamat.
Ada yang berpendapat bahwa berdakwah itu hukumnya fardhu kifayah, dengan menisbatkan pada
lokasi-lokasi yang didiami para dai dan muballigh. Artinya, jika pada satu kawasan sudah ada yang
melakukan dakwah, maka dakwah ketika itu hukumnya fardhu kifayah. Tetapi jika dalam satu kawasan
tidak ada orang yang melakukan dakwah padahal mereka mampu, maka seluruh penghuni kawasan itu
berdosa di mata Allah. Dengan demikian sebenarnya dakwah merupakan kewajiban dan tugas setiap
individu. Hanya dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi di lapangan.
Jadi pada dasarnya setiap muslim wajib melaksanakan dakwah Islamiyah, karena merupakan
tugas ‘ubudiyah dan bukti keikhlasan kepada Allah SWT. Penyampaian dakwah Islamiyah haruslah
disempurnakan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga cahaya hidayah Allah SWT tidak
terputus sepanjang masa.
Para rasul dan nabi adalah tokoh-tokoh dakwah yang paling terkemuka dalam sejarah umat manusia,
karena mereka dibekali wahyu dan tuntunan yang sempurna. Dibanding mereka, kita memang belum
apa-apa. Akan tetapi sebagai dai dan muballigh, kita wajib bersyukur karena telah memilih jalan yang
benar, yakni bergabung bersama barisan para rasul dan nabi dalam menjalankan misi risalah Islamiyah.
Konsekuensi dari pilihan itu kita harus senantiasa berusaha mengikuti jejak para nabi dan rasul dalam
menggerakkan dakwah, amar ma’ruf nahi munkar, dalam kondisi dan situasi bagaimanapun.
Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat
internal maupun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern,
seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan (entertainment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas,
yang semakin membuka peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika.
Kerawanan moral dan etik itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong
oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping VCD,
jaringan Internet, dan sebagainya.
Kemaksiatan itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti maraknya perjudian,
minum minuman keras, dan tindakan kriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang atau
malam, yang semua itu diawali dengan penjualan dan pendangkalan budaya moral dan rasa malu.
Tidak asing lagi, akhirnya di negeri yang berbudaya, beradat dan beragama ini, kemaksiatan yang
berhubungan dengan apa yang dinamakan sex industry juga mengalami kemajuan, terutama setelah
terbukanya turisme internasional di berbagai kawasan, hingga menjamah wilayah yang semakin luas
dan menjarah semakin banyak generasi muda dan remaja yang kehilangan jati diri dan miskin iman dan
ilmu. Hal yang terakhir ini semakin buruk dan mencemaskan perkembangannya karena hampir-hampir
tidak ada lagi batas antara kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi dalam eforia kebebasan yang
tak kenal batas.
Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita biarkan
lewat begitu saja. Kita harus berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat benteng
pertahanan aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi. Tidak sedikit korban yang berjatuhan yang
membuat kemuliaan Islam semakin terancam dan masa depan generasi muda semakin suram. Apabila
kita tetap lengah dan terbuai oleh kemewahan hidup dengan berbagai fasilitasnya, ketika itu pula
secara perlahan kita meninggalkan petunjuk-petunjuk Allah yang sangat diperlukan bagi hati nurani
setiap kita. Di samping itu kelemahan dan ketertinggalan umat Islam dalam meng-akses informasi dari
waktu ke waktu, pada gilirannya juga akan membuat langkah-langkah dakwah kita semakin tumpul tak
berdaya.
Bertolak dari faktor-faktor tersebut, agar problematika dakwah tidak semakin kusut dan berlarut-larut,
perlu segera dicarikan jalan keluar dari kemelut persoalan yang dihadapi itu. Dalam konsep pemikiran
yang praktis, Prof. Dr. H. M. Amien Rais,MA. dalam bukunya Moralitas Politik
Muhammadiyah, menawarkan lima ‘Pekerjaan Rumah’ yang perlu diselesaikan, agar dakwah Islam di
era informasi sekarang tetap relevan, efektif, dan produktif.
Pertama, perlu ada pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru-juru dakwah dengan pembagian
kerja yang rapi. Ilmu tabligh belaka tidak cukup untuk mendukung proses dakwah, melainkan
diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu-ilmu teknologi informasi yang paling mutakhir.
Kedua, setiap organisasi Islam yang berminat dalam tugas-tugas dakwah perlu membangun
laboratorium dakwah. Dari hasil “Labda” ini akan dapat diketahui masalah-masalah riil di lapangan,
agar jelas apa yang akan dilakukan.
Ketiga, proses dakwah tidak boleh lagi terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan
dakwah bil-hal, bil-kitaabah (lewat tulisan), bil-hikmah (dalam arti politik), bil-iqtishadiyah (ekonomi),
dan sebagainya. Yang jelas, actions,speak louder than word.
Keempat, media massa cetak dan terutama media elektronik harus dipikirkan sekarang juga. Media
elektronik yang dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam. Bila udara
Indonesia di masa depan dipenuhi oleh pesan-pesan agama lain dan sepi dari pesan-pesan Islami, maka
sudah tentu keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi peningkatan dakwah Islam di tanah air.
Kelima, merebut remaja Indonesia adalah tugas dakwah Islam jangka panjang. Anak-anak dan para
remaja kita adalah aset yang tak ternilai. Mereka wajib kita selamatkan dari pengikisan aqidah yang
terjadi akibat ‘invasi’ nilai-nilai non islami ke dalam jantung berbagai komunitas Islam di Indonesia.
Bila anak-anak dan remaja kita memiliki benteng tangguh (al-hususn al-hamidiyyah) dalam era
globalisasi dan informasi sekarang ini, insya Allah masa depan dakwah kita akan tetap ceria.
Menyimak uraian-uraian di atas, dapat diprediksi bahwa missi dan tantangan dakwah tidaklah pernah
akan semakin ringan, melainkan akan semakin berat dan hebat bahkan semakin kompleks dan
melelehkan. Inilah problematika dakwah kita masa kini. Oleh sebab itu semuanya harus dimenej
kembali dengan manajemen dakwah yang profesional dan dihendel oleh tenaga-tenaga berdedikasi
tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal.
Mengingat potensi umat Islam yang potensial masih sangat terbatas, sementara kita harus
mengakomodir segenap permasalahan dan tantangan yang muncul, maka ada baiknya kita coba memilih
dan memilah mana yang tepat untuk diberikan skala prioritas dalam penanganannya, sehingga dana,
tenaga, dan fikiran dapat lebih terarah, efektif, dan produktid dalam penggunaanya.
Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan dan petunjuk agar kita tidak salah pilih
dan tidak terlambat, insya Allah.