KEMARITIMAN
Disusun oleh:
Ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove memiliki peran yang saling
mendukung bagi keutuhan ekosistem masing-masing. Mangrove memiliki peranan
sebagai penangkap unsur hara dan sedimen, pelindung daratan dari abrasi dan intrusi
air laut dan menjadi tempat berlindung bagi banyak organisme laut. Ekosistem lamun
memiliki peranan yaitu mengurangi energi gelombang, menstabilkan substrat
sehingga mengurangi kekeruhan, menjebak zat hara, serta menjadi tempat bertelur
dan mencari makan. Sedangkan terumbu karang mempunyai peranan yaitu memecah
gelombang menjadi dua sehingga gelombang yang diterima lebih kecil, juga
memperkokoh daerah pesisir secara keseluruhan dan menjadi habitat bagi banyak
jenis organisme laut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ekosistem terumbu karang, lamun, dan mangrove?
2. Apa fungsi dari ekosistem terumbu karang, lamun, dan mangrove?
3. Sebutkan jenis-jenis habitat dari ekosistem terumbu karang, lamun, dan
mangrove?
4. Jelaskan apa saja manfaat dari ekosistem terumbu karang, lamun, dan mangrove?
1. Dapat mengetahui tentang jenis-jenis habitat apa saja dari ekosistem terumbu
karang, lamun dan mangrove, khususnya di indonesia.
2. Dapat mengetahui tentang fungsi apa saja dari ekosistem terumbu karang, lamun
dan mangrove.
3. Dapat mengetahui tentang manfaat apa saja dari ekosistem terumbu karang,
lamun dan mangrove.
BAB II
PEMBAHASAN
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem di bumi yang paling produktif
dan paling kaya dari keanekaragaman hayati. Ekosistem terumbu karang sangat
penting untuk dijaga, dilindungi, serta dikonversikan dengan baik, karena ekosistem
terumbu karang sangat produktif dan dapat mendukung kehidupan nelayan setempat.
Jika habitat terumbu karang dapat berfungsi secara optimal, maka produksi ikan-ikan
karang akan dapat dimanfaatkan dan akan memberikan keuntungan secara sosial dan
ekonomi bagi masyarakat. (Yuliani, et al, 2016).
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih
terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe
terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun
terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak
membentuk karang.
Berikut ini adalah beberapa jenis terumbu karang beserta ciri-cirinya, antara lain:
Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam,
baik secara ekologi maupun ekonomi. Jenis-jenis manfaat yang terkandung dalam
terumbu karang, dapat didefinisikan menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat
tidak langsung:
a. Pemanfaatan secara langsung oleh manusia adalah pemanfaatan sumber daya
ikan (kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning), batu karang, pariwisata,
penelitian daan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya.
b. Pemanfaatan secara tidak langsung adalah seperti fungsi terumbu karang sebagai
penahan abrasi pantai, keanekaragaman hayati dan lain sebagainya.
Menurut Suprihayono (2000) beberapa aktivitas pemanfaatan terumbu karang yaitu :
1. Perikanan terumbu karang
Masalah perikanan merupakan bagian dari ekosistem bahkan keanekaragaman
karang dapat mencerminkan keanekaragaman jenis ikan. Semakin beragam jenis
terumbu karang akan semakin beraneka ragam pula jenis ikan yang hidup di
ekosistem tersebut. Oleh karena itu masalah perikanan tidak bisa diabaikan pada
pengelolaan ekosistem terumbu karang. Dengan meningkatnya jumlah penduduk
saaat ini maka jumlah aktivitas penangkapan ikan di ekosistem terumbu karang juga
meningkat. Apabila hal ini dilakukan secara intensif, maka kondisi ini memungkinkan
terjadinya penurunan stock ikan di ekosistem terumbu karang. Keadaan ini akan
memakan waktu lama untuk bisa pulih kembali. Pengelolaan yang efektif harus
didasarkan pada pengetahuan biologis target spesies, sehingga teknik penangkapan
yang tepat dapat ditentukan. Pengelolaan terumbu karang ini cenderung lebih banyak
ditekankan pada pengambilan karang atau aktivitas manusia seperti pengeboman ikan
karang, dan yang lainnnya secara tidak langsung dapat merusak karang.
2. Aktivitas Pariwisata Bahari
Untuk menjaga kelestarian potensi sumberdaya hayati daerah-daerah wisata
bahari, maka di Indonesia telah dibentuk suatu kerja sama pengembangan
kepariwisataan (Touris Development Cooperation) yang modalnya berasal dari para
investor lokal, pemerintah lokal dan regional dan masyarakat Badan Kerjasama
Pariwisata dapat dijumpai di Nusa Dua Bali dan Manado. Adapun tugas badan ini
diantaranya adalah
Mangrove mempunyai habitat yang biasa terdapat di pesisir laut ataupun pesisir
sungai di Indonesia. potensi tumbuh mangrove di muara sungai dapat mencapai 95%,
sehingga banyak pesisir pantai atau sungai diperkirakan memiliki potensi yang tinggi
untuk pertumbuhan dan pengembangan hutan mangrove. Hutan mangrove merupakan
ekosistem yang sangat penting bagi kelangsungan ekosistem wilayah pesisir dan laut.
(Tanjung, 2017)
1. Cymodocea rotundata
Cymodocea rotundata adalah salah satu dari beberapa jenis lamun yang terdapat
diperairan kita. Tumbuh-tumbuhan ini terdapat tepat di bawah air surut rata-rata pada
pasut purnama pada pantai pasir dan pasir lumpuran. Geragih (runne atau stolon)
yang kuning dengan selingan hitam antar ruas terpendam di pasir. Daunnya yang
seperti pita dan berwarna hijau, lebar 0,5 cm dan panjang 20 cm, tetap terendam pada
pasang tinggi normal. Memiliki rizhoma yang halus dan bersifat herbaceous, tunas
pendek dan tegak lurus pada setiap node, helaian daunnya berkembang baik dan
berwarna ungu muda, ujung daunnya licin (halus) membulat dan tumpul dan
terkadang berbentuk seperti hati, terdapat lingula
2. Cymodocea serrulata
Memiliki rizhoma yang halus, tiap-tiap tunas terdiri dari dua sampai lima
helaian daun, daunnya membentuk segitiga yang lebar, dan menyempit pada bagian
pangkalnya, daunnya berwarna ungu pada tumbuhan yang masih hidup, tepi daunnya
tampak jelas.
3. Enhalus acotoides
Enhalus acoroides adalah perdu bawah air yang mempunyai akar kuat dan
diselimuti oleh benang–benang hitam yang kaku. Daun–daunnya terdapat dalam
pasangan dua atau tiga dalam pelepah bonggol (basal sheatai). Tumbuh–tumbuhan ini
terdapat di bawah air surut rata–rata pada pasut purnama pada dasar pasir lumpuran.
Mereka tumbuh subur di tempat yang terlindung di pinggir bawah dari mintakat pasut
dan di batas atas mintakat bawah-litoral. Bunga jantan putih dan sangat kecil,
sedangkan bunga betina soliter dan lebih besar. Ujung daun membulat kadang-kadang
terdapat serat-serat kecil yang menonjol pada waktu muda,tepi daun seluruhnya jelas,
bentuk garis tepinya seperti melilit, tumbuh diperairan dangkal dengan substrat
berpasir dan berlumpur atau kadang-kadang diterumbu karang.
4. Halophila decipiens
5. Halophila minor
Jenis ini serta helaian daunnya sangat mirip dengan Halophila monir tetapi lebih
kecil (0,7 - 1,4 cm) dan jumlah urat daun juga lebih sedikit (3-8 pasang) (atas).
Rimpang tipis dan mudah patah. Mampu hidup di perairan yang berlumpur. Di Teluk
Kuta, Halophila minor, tidak pernah hidup berdampingan dengan lamun Enhalus
acoroides yang predominan. Lebih sering dijumpai hidup berdampingan dengan
vegetasi lamun yang tidak menutup penuh permukaan sedimen, seperti jenis
Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, Halodule uninervis, Halodule pinifolia,
Cymodocea rotundata, dan Cymodocea rotundata.
6. Halophila ovalis
7. Halophila spinulosa
Daun berbentuk bulat panjang, setiap kumpulan daun terdiri dari 10-25 helaian
daun yang saling berlawanan, tepi daun tajam, rhizomanya tipis dan kadang-kadang
“berkayu”.
8. Halodule pinifolia
Daunnya lurus dan tipis, tulang daunnya tidak lebih dari tiga, biasanya pada
bagian tengah dari tulang-tulang daun mudah robek menjadi dua pada ujungnya, pada
ujung daun terdapat tiga titik yang jelas.
9. Halodule uninervis
Tulang daun tidak lebih dari tiga, daun selalu berakhir pada tiga titik, yang jelas
pada ujung daun, ujung dau seperti trisula, bagian tengah tulang daun yang hitam
biasanya mudah robek menjadi dua pada ujungnya.
Rhizomanya tipis dan bersifat herbaceous, pada setiap node terdapat tunas tegak yang
terdiri dari dua sampai tiga helai daun, daun-daunnya dengan mudah dikenali,
daunnya berbentuk silindris, terdapat ligula.
Rhizomanya sangat keras dan berkayu, daun-daunnya berbentuk sabit dimana agak
menyempit pada bagian pangkalnya, ujung daun membulat seperti gigi, tulang daun
lebih dari tiga.
Thalassia hemprichii merupakan salah satu jenis lamun yang tumbuh di perairan
tropik dan penyebarannya cukup luas (Thomascik et. al, 1997). Menurut Kiswara
(1992) lamun jenis ini sangat umum dan banyak ditemukan di daerah rataan terumbu,
baik yang tumbuh sendiri-sendiri (monospesifik) maupun yang tumbuh bersama-sama
dengan lamun jenis lain atau tumbuhan lain (mixed vegetasi).
Sebaran kedalam relatif sempit, dari daerah eulitoral sampai kedalaman 4 – 5m,
walaupun juga ditemukan pada kedalaman 30 m. sering merupakan spesies yang
melimpah di daerah intertidal rataan terumbu karang yang menerima hempasan energi
yang tinggi dengan substrat pasir dan pecahan-pecahan karang yang kasar (Thomascik
et al, 1997). Philips dan Menez (1988) dalam Latuconsina (2002) mengemukakan
bahwa pada prinsipnya jenis ini didapatkan di daerah sub tidal dari pasang rendah
sampai kedalaman 5 m. juga dapat tumbuh di daerah intertidal samapai pinggiran
mangrove.
Lamun tidak hanya mempunyai manfaat bagi hewan dan sekitarnya, tetapi juga
memiliki fungsi ekologis dan fungsi ekonomis yang sangat penting bagi manusia.
fungsi ekologis padang lamun adalah: sumber utama produktivitas primer, sumber
makanan bagi organisme dalam bentuk detritus, penstabil dasar perairan dengan
sistem perakarannya yang dapat menangkap, sediment (trapping sediment),tempat
berlindung bagi biota laut, tempat perkembangbiakan (spawning ground), pengasuhan
(nursery ground), serta sumber makanan (feeding ground) bagi biota-biota perairan
laut, pelindung pantai dengan cara meredam arus, penghasil oksigen dan mereduksi
CO2 di dasar perairan. (Wulandari, et al, 2013)
Lamun juga mempunya nilai ekonomis tersendiri yaitu sebagai daerah tangkapan
ikan, karena keberadaan lamun dapat meningkatkan produktivitas ikan. Selain itu,
lamun juga dimanfaatkan sebagai bahan kerajianan dan obat. Padang lamun
merupakan habitat bagi beberapa organisme laut. Hewan yang hidup dan tinggal
didalam padang lamun terdapat dua macam, yaitu penghuni tetap dan ada yang
bersifat sebagai pengunjung. (Wulandari, et al, 2013)
Hutan mangrove menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di
sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika. Luas hutan
mangrove di Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang
terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia
(0,97 ha) (Nontji, 1987).
2. Kulit kayu merupakan sumber tanin yang biasa digunakan untuk menyamak kulit
dan mengawetkan jala ikan.
4. Buah - buahnya ada yang dimakan, beberapa dari buah tersebut ada yang beracun
bagi ikan antara lain dari jenis Barringtonia spp.
6. Tempat mencari dan berlindung bagi ikan dan hewan air lainnya.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.2 Lamun
Dahuri R, Rais Y, Putra S, G, Sitepu, M.J, 2001. Pengelolaan Sumber Daya Pesisir
dan Lautan secara Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta
Guilcher Andre. 1988. Coral reef Geomorphology. John Willey & Sons.Chhichester
Azkab, M.H. 1988. Pertumbuhan dan Produksi Lamun, Enhalus
acoroides di rataan Terumbu di Pari Pulau Seribu. Jakarta :
Balai Penelitian Biologi Laut Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi-LIPI.
Bengen, D.G. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam
Pesisir. Institut Pertanian Bogor : Pusat Kajian Sumberdaya
Pesisir dan Lautan.
Fahruddin. 2002. Pemanfaatan, Ancaman, dan Isu-isu Pengelolaan
Ekosistem Padang Lamun. Institut Pertanian Bogor :
Program Pasca Serjana.
Kikuchi dan J.M. Peres. 1977. Consumer Ecology of Seagrass Beds,
pp. 147-193. In P. McRoy and C.Helferich (eds). Seagrass
ecosystem. A scientific perspective. Mar.Sci.Vol 4. New York :
Marcel Dekker Inc.
Husni. 2003. Ekosistem Lamun Produsen Organik Tinggi. Pusat
Penelitian Oseanografi : Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI).
Rahmawaty, 2006. Upaya Pelestarian Mangrove Berdasar Pendekatan Masyarakat.
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan
Soerianegara, I. dan A. Indrawan. 1998 Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1067/1/06008763.pdf
https://staff.blog.ui.ac.id/tarsoen.waryono/files/2009/12/22-restorasimangrove.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20200/5/Chapter%20I.pdf