Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI

KEMARITIMAN

Ekosistem Terumbu Karang, Lamun, dan Mangrove

Dosen Mata Kuliah: Tri Yulianto S.Pi., MPSDA

Disusun oleh:

Nama: Syarifah Miftahuli Ulfah


NIM : 190384205040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TAHUN AJARAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekosistem utama di daerah pesisir adalah ekosistem mangrove yang biasa
terdapat di pesisir pantai ataupun pesisir sungai, ekosistem lamun yang berada di
perairan dangkal dan ekosistem terumbu karang yang berada di perariran dangkal dan
lama. Tidak selalu ketiga ekosistem tersebut dapat dijumpai, namun apabila ketiganya
dijumpai maka terdapat keterkaitanantara ketiganya. Masing-masing ekosistem
mempunyai fungsi sendiri yang memiliki fungsi dan kegunaannya tersendiri baik
alam maupun makhluk hidup. Kelangsungan suatu fungsi ekosistem sangat
menentukan kelestariannya. Sehingga untuk menjamin sumberdaya alam diperlukan
pelestarian dan konservasi ekosistem tersebut.

Ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove memiliki peran yang saling
mendukung bagi keutuhan ekosistem masing-masing. Mangrove memiliki peranan
sebagai penangkap unsur hara dan sedimen, pelindung daratan dari abrasi dan intrusi
air laut dan menjadi tempat berlindung bagi banyak organisme laut. Ekosistem lamun
memiliki peranan yaitu mengurangi energi gelombang, menstabilkan substrat
sehingga mengurangi kekeruhan, menjebak zat hara, serta menjadi tempat bertelur
dan mencari makan. Sedangkan terumbu karang mempunyai peranan yaitu memecah
gelombang menjadi dua sehingga gelombang yang diterima lebih kecil, juga
memperkokoh daerah pesisir secara keseluruhan dan menjadi habitat bagi banyak
jenis organisme laut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ekosistem terumbu karang, lamun, dan mangrove?
2. Apa fungsi dari ekosistem terumbu karang, lamun, dan mangrove?
3. Sebutkan jenis-jenis habitat dari ekosistem terumbu karang, lamun, dan
mangrove?
4. Jelaskan apa saja manfaat dari ekosistem terumbu karang, lamun, dan mangrove?

1.3 Manfaat dan Tujuan

1. Dapat mengetahui tentang jenis-jenis habitat apa saja dari ekosistem terumbu
karang, lamun dan mangrove, khususnya di indonesia.

2. Dapat mengetahui tentang fungsi apa saja dari ekosistem terumbu karang, lamun
dan mangrove.

3. Dapat mengetahui tentang manfaat apa saja dari ekosistem terumbu karang,
lamun dan mangrove.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ekosistem Terumbu Karang

2.1.1 Pengertian Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem di bumi yang paling produktif
dan paling kaya dari keanekaragaman hayati. Ekosistem terumbu karang sangat
penting untuk dijaga, dilindungi, serta dikonversikan dengan baik, karena ekosistem
terumbu karang sangat produktif dan dapat mendukung kehidupan nelayan setempat.
Jika habitat terumbu karang dapat berfungsi secara optimal, maka produksi ikan-ikan
karang akan dapat dimanfaatkan dan akan memberikan keuntungan secara sosial dan
ekonomi bagi masyarakat. (Yuliani, et al, 2016).

Sebagian besar terumbu karang di Indonesia dalam keadaan rusak. Kerusakan


terumbu karang Indonesia mencapai angka 60% yang terbagi dari 30,76 persen
terumbu karang di 1.076 lokasi dalam kondisi rusak berat. Sementara kerusakan
kategori sedang 30,90 persen dan sisanya 26,95 persen masih dalam kondisi baik.
Hanya 5,58 persen terumbu karang di Indonesia yang dinyatakan dalam kondisi
sangat baik. (Miftahudin, 2017).

Gambar 1.1 Ekosistem terumbu karang


2.1.2 Fungsi Ekosistem Terumbu Karang

1.      Pelindung ekosistem pantai. 


Terumbu karang akan menahan dan mencegah energi gelombng sehingga
mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan disekitarnya.
2.      Terumbu karang sebagai penghasil oksigen 
Terumbu karang memiliki kemampuan untuk memproduksi oksigen sama seperti
fungsi hutan di daratan, sehingga menjadi habitat yang nyaman bagi biota laut.
3.      Rumah bagi banyak jenis mahluk hidup.
Terumbu karang menjadi tempat bagi hewan dan tanaman yang berkumpul untuk
mencari makan, berkembang biak, membesarkan anaknya, dan berlindung. Bagi
manusia ini artinya terumbu karaang mempunyai potensial perikanan yang sangat
besar, baik untuk sumber makanan maupun mata pencaharian mereka. Diperkirakan
terumbu karang yang sehat dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahunnya. Sekitar 300
juta orang di dunia menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang.
4.      Sumber obat-obatan. 
Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang diperkirakan bisa
menjadi obat bagi manusia. Saat ini sudah banyak dilaakukan berbagai penelitian
mengenai bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan untuk mengobati berbagai
penyakit.
5.      Objek wisata
Terumbu karang yang baru akan menarik minat wisatawan pada kegiatan diving,
karena variasi terumbu karang yang berwarna-warni dan bentuk yang memikat
merupakan atraksi tersendiri bagi wisatawan baik asing maupun domestik.
Diperkirakan sekitar 20 juta penyelam, menyelam dan menikmati terumbu karang per
tahun. Hal ini dapat memberikan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar.
6.      Daerah Penelitian  
Penelitian akan menghasilkan informasi penting dan akurat sebagai dasar
pengelolaan yang lebih baik. Selain itu, masih banyak jenis ikan dan organisme laut
serta zat-zat yang terdapat di kawasan terumbu karang yang belum pernah diketahui
manusia sehingga perlu penelitian yang lebih intensif untuk mengetahuinya.
7.      Mempunyai nilai spiritual  
Bagi banyak masyarakat, laut adalah daerah spiritual yang sangat penting. Laut
yang terjaga karena terumbu karang yang baik tentunya mendukung kekayaan
spiritual ini.
Menurut Moberg and Folke (1999) dalam Cesar (2000) menyatakan bahwa fungsi
ekosistem terumbu karang yang mengacu kepada habitat, biologis atau proses
ekosistem sebagai penyumbang barang maupun jasa. Untuk barang merupakan yang
terkait dengan sumberdaya pulih seperti bahan makanan yaitu ikan, rumput laut dan
tambang seperti pasir, karang. Sedangkan untuk jasa dari ekosistem terumbu karang
dibedakan :
1. Jasa struktur fisik sebagai pelindung pantai.
2. Jasa biologi sebagai habitat dan dan suport mata rantai kehidupan.
3. Jasa biokimia sebagai fiksasi nitrogen.
4. Jasa informasi sebagai pencatatan iklim.
5. Jasa sosial dan budaya sebagai nilai keindahan, rekrasi dan permainan

2.1.3 Jenis dan Habitat Terumbu Karang

2.1.3.1 Habitat Terumbu Karang

Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih
terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe
terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun
terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak
membentuk karang.

Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat


sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas,
sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian
halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda
perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching)
yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Selama peristiwa pemutihan
tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 °C di atas suhu
normal.
2.1.3.2 Jenis Terumbu Karang

Berikut ini adalah beberapa jenis terumbu karang beserta ciri-cirinya, antara lain:

1. Mycedium elephantotus adalah jenis terumbu karang yang hidup di perairan


dangkal dengan kedalaman sekitar 3 m hingga 20 m. Karang ini tersebar di
perairan Indonesia, Filipina, Papua Nugini hingga Australia.
2. Oxypora lacera adalah jenis terumbu karang yang hidup di perairan dangkal
dengan kedalaman 3 m hingga 15 meter. Wilayah perairan yang menjadi
habitatnya adalah laut Indonesia, Filipina, Papua Nugini dan Australia.
3. Pectinia paeonia adalah jenis terumbu karang yang hidup di perairan dangkal
dengan kedalaman 5 m hingga 15 m. Karang ini mampu bertahan di arus laut
yang deras. Sebarannya terdapat di perairan Indonesia, Filipina, Papua Nugini
hingga Australia.
4. Pectinia lactuca adalah jenis terumbu karang yang berbentuk seperti bunga
dan hidup di perairan dengan kedalaman 3 m hingga 15 m. Perairan dangkal
Indonesia, Filipina, Papua dan Australia merupakan habitat alami jenis karang
ini.
5. Galaxea Fascicularis adalah jenis terumbu karang yang hidup di kedalaman 3
m hingga 15 m di wilayah perairan Indonesia, Filipina, Papua Nugini dan
Australia.
6. Lobophyllia hemprichii adalah jenis terumbu karang yang tersebar di perairan
Indonesia, Jepang, Madagaskar, Tanzania dan sekitarnya. Habitatnya berada di
kedalaman 3 m hingga 15 m.

2.1.4 Manfaat Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam,
baik secara ekologi maupun ekonomi. Jenis-jenis manfaat yang terkandung dalam
terumbu karang, dapat didefinisikan menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat
tidak langsung:
a. Pemanfaatan secara langsung oleh manusia adalah pemanfaatan sumber daya
ikan (kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning), batu karang, pariwisata,
penelitian daan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya.
b. Pemanfaatan secara tidak langsung adalah seperti fungsi terumbu karang sebagai
penahan abrasi pantai, keanekaragaman hayati dan lain sebagainya.
Menurut Suprihayono (2000) beberapa aktivitas pemanfaatan terumbu karang yaitu :
1.      Perikanan terumbu karang
Masalah perikanan merupakan bagian dari ekosistem bahkan keanekaragaman
karang dapat mencerminkan keanekaragaman jenis ikan. Semakin beragam jenis
terumbu karang akan semakin beraneka ragam pula jenis ikan yang hidup di
ekosistem tersebut. Oleh karena itu masalah perikanan tidak bisa diabaikan pada
pengelolaan ekosistem terumbu karang. Dengan meningkatnya jumlah penduduk
saaat ini maka jumlah aktivitas penangkapan ikan di ekosistem terumbu karang juga
meningkat. Apabila hal ini dilakukan secara intensif, maka kondisi ini memungkinkan
terjadinya penurunan stock ikan di ekosistem terumbu karang. Keadaan ini akan
memakan waktu lama untuk bisa pulih kembali. Pengelolaan yang efektif harus
didasarkan pada pengetahuan biologis target spesies, sehingga teknik penangkapan
yang tepat dapat ditentukan. Pengelolaan terumbu karang ini cenderung lebih banyak
ditekankan pada pengambilan karang atau aktivitas manusia seperti pengeboman ikan
karang, dan yang lainnnya secara tidak langsung dapat merusak karang.
2.      Aktivitas Pariwisata Bahari
Untuk menjaga kelestarian potensi sumberdaya hayati daerah-daerah wisata
bahari, maka di Indonesia telah dibentuk suatu kerja sama pengembangan
kepariwisataan (Touris Development Cooperation) yang modalnya berasal dari para
investor lokal, pemerintah lokal dan regional dan masyarakat Badan Kerjasama
Pariwisata dapat dijumpai di Nusa Dua Bali dan Manado. Adapun tugas badan ini
diantaranya adalah

a. Menjaga daya tarik masyarakat terhadap pengembangan pariwisata.


b. Membantu pengusaha menempati kebijaksanaan pemerintah.
c. Pengadaaan dana pinjaman untuk pembangunan infra struktur.
d. Pemanfaatan taman laut untuk tujuan wisata pada umumnya diperoleh melalui
agen-agen pariwisata dan scuba diving. Namun kedua agen atau arganisasi
tersebut lebih mementingkan profit daripada harapan konservasi yaitu pelestarian
sumberdaya alam laut. Sebagai akibatnya aktivitas mereka sering menimbulkan
hal hal yang tidak diinginakan atau bertentangan dengan nilai estetika atau
carrying capacity lingkungan laut.
3.      Aktivitas Pembangunan Daratan
Aktivitas pembangunan di daratan sangat menentukan baik buruknya kesehatan
terumbu karang. Aktivitas pembangunan yang tidak direncanakan dengan baik di
daerah pantai akan menimbulkan dampak terhadap ekosistem terumbu karang.
Beberapa aktivitas seperti pembukaan hutan mangrove, penebangan hutan,
intensifikasi pertanian, bersama-saa dengan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS)
yang jelek umumnya akan meningkatkan kekeruhan dan sedimentasi di daerah
terumbu karang.

4.      Aktivitas Pembangunan di Laut


Aktivitas pembangunan di laut, seperti pembangunan darmaga pelabuhan,
pengeboran minyak, penambangan karang, pengambilan pasir dan pengambilan
karang dan kerang untuk cinderamata secara langsung maupun tidak langsung akan
memebahayakan kehidupan terumbu karang. Konstruksi pier dan pengerukan alur
pelayanan menaikkan kekeruhan demikian juga dengan eksploitasi dan produksi
minyak lepas pantai, selain itu tumpahan minyak tanker juga membahayakan terumbu
karang seperti yang terjadi di jalur lintasan international.

Gambar 1.2 Ekosistem terumbu karang


2.2 Ekosistem Lamun

2.2.1 Pengertian Ekosistem Lamun

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae)


yang berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun,
bunga dan buah. Jadi sangat berbeda dengan rumput laut (algae).
Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah kutub.
Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut.
Hewan yang hidup di padang lamun ada yang sebagai penghuni
tetap dan ada pula yang bersifat sebagai pengunjung. Ada hewan
yang datang untuk memijah seperti ikan dan ada pula hewan yang
datang mencari makan seperti sapi laut (dugong-dugong) dan
penyu (turtle) yang makan lamun Syriungodium isoetifolium dan
Thalassia hemprichii.
Di daerah padang lamun, organisme melimpah, karena lamun
digunakan sebagai perlindungan dan persembunyian dari predator
dan kecepatan arus yang tinggi dan juga sebagai sumber bahan
makanan baik daunnya maupun epifit atau detritus. Jenis-jenis
polichaeta dan hewan–hewan nekton juga banyak didapatkan pada
padang lamun. Lamun juga merupakan komunitas yang sangat
produktif sehingga jenis-jenis ikan dan fauna invertebrata melimpah
di perairan ini. Lamun juga memproduksi sejumlah besar bahan
bahan organik sebagai substrat untuk algae, epifit, mikroflora dan
fauna (Husni, 2003).
Gambar 1.3 Ekosistem lamun

2.2.2 Fungsi Ekosistem Lamun

Ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang


kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, peranan
tersebut sebagai berikut :
1. Sebagai produsen primer : Lamun memiliki tingkat
produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan
ekosistem lainnya yang ada dilaut dangkal seperti ekosistem
terumbu karang.
2. Sebagai habitat biota : Lamun memberikan tempat
perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan
tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun
(seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang
pengembalaan dan makanan berbagai jenis ikan herbivora
dan ikan-ikan karang (coral fishes) (Kikuchi dkk, 1977).
3. Sebagai penangkap sedimen : Daun lamun yang lebat akan
memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak,
sehingga perairan disekitarnya menjadi tenang. Disamping
itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat
sedmen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar
permukaan. Jadi, padang lamun disini berfungsi sebagai
penangkap sedimen dan juga dapat mencegah erosi.
4. Sebagai pendaur zat hara : Lamun memegang peranan
penting dalam pendauran berbagai zat hara dan elemen-
elemen yang langka dilingkungan laut. Khususnya zat-zat
hara yang dibutuhkan oleh algae epifit (Saleh, 2003).

2.2.3 Jenis dan Habitat Lamun

2.2.3.1 Habitat Lamun

Mangrove mempunyai habitat yang biasa terdapat di pesisir laut ataupun pesisir
sungai di Indonesia. potensi tumbuh mangrove di muara sungai dapat mencapai 95%,

sehingga banyak pesisir pantai atau sungai diperkirakan memiliki potensi yang tinggi
untuk pertumbuhan dan pengembangan hutan mangrove. Hutan mangrove merupakan
ekosistem yang sangat penting bagi kelangsungan ekosistem wilayah pesisir dan laut.
(Tanjung, 2017)

Tumbuhan mangrove secara umum biasa berkembang dalam lingkungan yang


mempunyai kondisi kurang baik, tetapi setiap tumbuhan mangrove mempunyai
kemampuan yang berbeda untuk dapat mempertahankan atau beradaptasi terhadap
kondisi fisik dan kimia lingkungannya. Parameter fisik yang penting bagi kehidupan
mangrove adalah substrat dasar, pasang surut air laut, dan salinitas air. Parameter
tersebut akan menjadi faktor pembatas bagi persebaran mangrove. (Tanjung, 2017)

2.2.3.2 Jenis Lamun

Di Indonesia ditemukan sekitar 12 jenis diantaranya sebagai berikut :

1. Cymodocea rotundata

Cymodocea rotundata adalah salah satu dari beberapa jenis lamun yang terdapat
diperairan kita. Tumbuh-tumbuhan ini terdapat tepat di bawah air surut rata-rata pada
pasut purnama pada pantai pasir dan pasir lumpuran. Geragih (runne atau stolon)
yang kuning dengan selingan hitam antar ruas terpendam di pasir. Daunnya yang
seperti pita dan berwarna hijau, lebar 0,5 cm dan panjang 20 cm, tetap terendam pada
pasang tinggi normal. Memiliki rizhoma yang halus dan bersifat herbaceous, tunas
pendek dan tegak lurus pada setiap node, helaian daunnya berkembang baik dan
berwarna ungu muda, ujung daunnya licin (halus) membulat dan tumpul dan
terkadang berbentuk seperti hati, terdapat lingula

2. Cymodocea serrulata

Memiliki rizhoma yang halus, tiap-tiap tunas terdiri dari dua sampai lima
helaian daun, daunnya membentuk segitiga yang lebar, dan menyempit pada bagian
pangkalnya, daunnya berwarna ungu pada tumbuhan yang masih hidup, tepi daunnya
tampak jelas.

3. Enhalus acotoides

Enhalus acoroides adalah perdu bawah air yang mempunyai akar kuat dan
diselimuti oleh benang–benang hitam yang kaku. Daun–daunnya terdapat dalam
pasangan dua atau tiga dalam pelepah bonggol (basal sheatai). Tumbuh–tumbuhan ini
terdapat di bawah air surut rata–rata pada pasut purnama pada dasar pasir lumpuran.
Mereka tumbuh subur di tempat yang terlindung di pinggir bawah dari mintakat pasut
dan di batas atas mintakat bawah-litoral. Bunga jantan putih dan sangat kecil,
sedangkan bunga betina soliter dan lebih besar. Ujung daun membulat kadang-kadang
terdapat serat-serat kecil yang menonjol pada waktu muda,tepi daun seluruhnya jelas,
bentuk garis tepinya seperti melilit, tumbuh diperairan dangkal dengan substrat
berpasir dan berlumpur atau kadang-kadang diterumbu karang.

4. Halophila decipiens

Memiliki daun yang berpasangan, helai-helai daunnya berbulu, tembus cahaya


dan tipis menyolok, pada bagian tengah daun terdapat enam sampai Sembilan pasang
tulang yang menyilang, tepi daun bergerigi, rhizomanya berbulu dan sering tampak
kotor karena sedimen yang menempel.

5. Halophila minor

Jenis ini serta helaian daunnya sangat mirip dengan Halophila monir tetapi lebih
kecil (0,7 - 1,4 cm) dan jumlah urat daun juga lebih sedikit (3-8 pasang) (atas).
Rimpang tipis dan mudah patah. Mampu hidup di perairan yang berlumpur. Di Teluk
Kuta, Halophila minor, tidak pernah hidup berdampingan dengan lamun Enhalus
acoroides yang predominan. Lebih sering dijumpai hidup berdampingan dengan
vegetasi lamun yang tidak menutup penuh permukaan sedimen, seperti jenis
Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, Halodule uninervis, Halodule pinifolia,
Cymodocea rotundata, dan Cymodocea rotundata.

6. Halophila ovalis

Seperti tanaman semanggi, daunnya memiliki sepasang tangkai, daunnya


mempunyai 10-25 pasang tulang daun yang menyilang, bagian tepi daun halus,
rhizomanya tipis mudah dan halus, permulaan akarnya berkembang baik di pangkal
pada setiap tuna.

7. Halophila spinulosa

Daun berbentuk bulat panjang, setiap kumpulan daun terdiri dari 10-25 helaian
daun yang saling berlawanan, tepi daun tajam, rhizomanya tipis dan kadang-kadang
“berkayu”.

8. Halodule pinifolia

Daunnya lurus dan tipis, tulang daunnya tidak lebih dari tiga, biasanya pada
bagian tengah dari tulang-tulang daun mudah robek menjadi dua pada ujungnya, pada
ujung daun terdapat tiga titik yang jelas.

9. Halodule uninervis

Tulang daun tidak lebih dari tiga, daun selalu berakhir pada tiga titik, yang jelas
pada ujung daun, ujung dau seperti trisula, bagian tengah tulang daun yang hitam
biasanya mudah robek menjadi dua pada ujungnya.

10. Syringodium isoetifolium

Rhizomanya tipis dan bersifat herbaceous, pada setiap node terdapat tunas tegak yang
terdiri dari dua sampai tiga helai daun, daun-daunnya dengan mudah dikenali,
daunnya berbentuk silindris, terdapat ligula.

11. Thalassodendrom ciliatum

Rhizomanya sangat keras dan berkayu, daun-daunnya berbentuk sabit dimana agak
menyempit pada bagian pangkalnya, ujung daun membulat seperti gigi, tulang daun
lebih dari tiga.

12. Thalassia hemprichii

Thalassia hemprichii merupakan salah satu jenis lamun yang tumbuh di perairan
tropik dan penyebarannya cukup luas (Thomascik et. al, 1997). Menurut Kiswara
(1992) lamun jenis ini sangat umum dan banyak ditemukan di daerah rataan terumbu,
baik yang tumbuh sendiri-sendiri (monospesifik) maupun yang tumbuh bersama-sama
dengan lamun jenis lain atau tumbuhan lain (mixed vegetasi).

Fortes (1993 dalam Latuconsina, 2002) mengatakan bahwa T. hemprichii


mempunyai rimpang (rhizoma) yang berwarna coklat atau hitam dengan ketebalan 1 –
4 mm dan panjang 3 – 6 cm. Setiap nodus ditumbuhi oleh satu akar dimana akar
dikelilingi oleh rambut kecil yang padat. Setiap tegakan mempunyai 2 – 5 helaian
daun dengan apeks daun yang membulat, panjang 6 – 30 cm dan lebar 5 – 10 mm.

Sebaran kedalam relatif sempit, dari daerah eulitoral sampai kedalaman 4 – 5m,
walaupun juga ditemukan pada kedalaman 30 m. sering merupakan spesies yang
melimpah di daerah intertidal rataan terumbu karang yang menerima hempasan energi
yang tinggi dengan substrat pasir dan pecahan-pecahan karang yang kasar (Thomascik
et al, 1997). Philips dan Menez (1988) dalam Latuconsina (2002) mengemukakan
bahwa pada prinsipnya jenis ini didapatkan di daerah sub tidal dari pasang rendah
sampai kedalaman 5 m. juga dapat tumbuh di daerah intertidal samapai pinggiran
mangrove.

2.2.4 Manfaat Lamun

Lamun tidak hanya mempunyai manfaat bagi hewan dan sekitarnya, tetapi juga
memiliki fungsi ekologis dan fungsi ekonomis yang sangat penting bagi manusia.
fungsi ekologis padang lamun adalah: sumber utama produktivitas primer, sumber
makanan bagi organisme dalam bentuk detritus, penstabil dasar perairan dengan
sistem perakarannya yang dapat menangkap, sediment (trapping sediment),tempat
berlindung bagi biota laut, tempat perkembangbiakan (spawning ground), pengasuhan
(nursery ground), serta sumber makanan (feeding ground) bagi biota-biota perairan
laut, pelindung pantai dengan cara meredam arus, penghasil oksigen dan mereduksi
CO2 di dasar perairan. (Wulandari, et al, 2013)

Lamun juga mempunya nilai ekonomis tersendiri yaitu sebagai daerah tangkapan
ikan, karena keberadaan lamun dapat meningkatkan produktivitas ikan. Selain itu,
lamun juga dimanfaatkan sebagai bahan kerajianan dan obat. Padang lamun
merupakan habitat bagi beberapa organisme laut. Hewan yang hidup dan tinggal
didalam padang lamun terdapat dua macam, yaitu penghuni tetap dan ada yang
bersifat sebagai pengunjung. (Wulandari, et al, 2013)

2.3 Ekosistem Mangrove

2.3.1 Pengertian Ekosistem Mangrove

Ekosistem mangrove adalah suatu lingkungan yang mempunyai ciri khusus


karena lantai hutannya secara teratur digenangi oleh air yang dipengaruhi oleh
salinitas serta fluktuasi ketinggian permukaan air karena adanya pasang surut air laut
(Duke, 1992). Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forestcoastal
woodland, vloedbos dan hutan payau (Kusmana dkk., 2005) yang terletak di
perbatasan antara darat dan laut, tepatnya di daerah pantai dan di sekitar muara sungai
yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Sumaharni, 1994). Menurut Kusmana
dkk., (2005) hutan mangrove adalah suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang
surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang
waktu air laut pasang dan bebas dari genangan pada saat air laut surut, yang
komunitas tumbuhannya toleran terhadap garam. Adapun ekosistem mangrove
merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme yang berinteraksi dengan faktor
lingkungan di dalam suatu habitat mangrove.
Gambar 1.4 Ekosistem mangrove

2.3.2 Fungsi Mangrove

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan, mempunyai


peranan fungsi multi guna baik jasa biologis, ekologis maupun ekonomis. Peranan
fungsi fisik mangrove mampu mengendalikan abrasi dan penyusupan air laut (intrusi)
ke wilayah daratan, serta mampu menahan sampah yang bersumber dari daratan, yang
dikendalikan melalui sistem perakarannya. Jasa biologis mangrove sebagai sempadan
pantai, berperan sebagai penahan gelombang, memperlambat arus pasang surut,
menahan serta menjebak besaran laju sedimentasi dari wilayah atasnya. Selain itu
komunitas mangrove juga merupakan sumber unsur hara bagi kehidupan hayati (biota
perairan) laut, serta sumber pakan bagi kehidupan biota darat seperti burung, mamalia
dan jenis reptil. Sedangkan jasa mangrove lainnya juga mampu menghasilkan jumlah
oksigen lebih besar dibanding dengan tetumbuhan darat.

Peranan fungsi ekologis kawasan mangrove yang merupakan tempat pemijahan,


asuhan dan mencari makan bagi kehidupan berbagai jenis biota perairan laut, di sisi
lain kawasan mangrove juga merupakan wahana sangtuari berbagai jenis satwa liar,
seperti unggas (burung), reptil dan mamalia terbang, serta merupakan sumber
pelestarian plasma nutfah.

2.3.3 Jenis dan Habitat Mangrove

2.3.2.1 Jenis Mangrove


Sejauh ini di Indonesia tercatat setidaknya 202 jenis tumbuhan mangrove,
meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44
jenis efipit, dan 1 jenis paku. Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis ditemukan sebagai
mangrove sejati, sementara jenis lain ditemukan disekitar mangrove dan dikenal
sebagai mangrove ikutan (Noor dkk, 2006).
Yang termasuk mangrove sejati menurut Noor dkk (2006), meliputi :
Acanthaceae; Pteridaceae, Plumbaginaceae, Myrsinaceae, Laranthaceae,
Avicenniaceae, Rhizophorzceae, Bombacaceae, Euphorbiaceae, Asclepiadaceae,
Sterculiaceae, Combretaceae, Arecaceae, Nyrtaceae, Lythraceae, Rubiaceae,
Sonneriatiaceae, Meliaceae. Sedangkan untuk mangrove tiruan meliputi :
Lecythidaceae, Guttiferae, Apocynaceae, Verbenaceae, Leguminosae, Malvaceae,
Convolvulaceae, Melastomataceae.
Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis yang palng banyak di
temukan adalah Avicennia sp., Rhizophora sp., Bruguiera sp. dan Sonneratia sp.
Jenis-jenis mangrove ini merupakan kelompok mangrove yang menangkap, menahan
endapan dan menstabilkan atanah habitatnya (Irwanto, 2006).

2.3.2.2 Habitat Mangrove

Hutan mangrove menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di
sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika. Luas hutan
mangrove di Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang
terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia
(0,97 ha) (Nontji, 1987).

2.3.4 Manfaat Mangrove

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif dan dapat


dimanfaatkan terutama sebagai penghasil kayu untuk bahan kontruksi, kayu bakar,
bahan baku untuk membuat arang dan juga dibuat bubur kertas (pulp), di samping itu
ekosistem mangrove di manfaatkan sebagai pemasok larfa ikan dan udang (Bengen,
2001). Menurut Soegiarto dan Polunin (1982) dalam Prayitno (2002) ada beberapa
manfaat penting dari ekosistem mangrove diantaranya adalah :
1. Kayunya dapat dipakai sebagai kayu bakar, karena nilai kalorinya tinggi maka kayu
mangrove dapat dipakai sebagai arang. Selain itu beberapa jenis mangrove
mempunyai kualitas kayu yang baik sehingga dapat digunakan sebagai bahan
bangunan.

2. Kulit kayu merupakan sumber tanin yang biasa digunakan untuk menyamak kulit
dan mengawetkan jala ikan.

3. Daunnya dapat digunakan sebagai makanan ternak. Beberapa jenis tertentu


digunakan sebagai obat tradisonal, bahkan ada pula yang dipakai sebagai pengganti
untuk teh dan tembakau.

4. Buah - buahnya ada yang dimakan, beberapa dari buah tersebut ada yang beracun
bagi ikan antara lain dari jenis Barringtonia spp.

5. Akar - akarnya efektif untuk menangkap sedimen, memperlambat kecepatan arus


dan mencegah erosi pantai.

6. Tempat mencari dan berlindung bagi ikan dan hewan air lainnya.

7. Bunga-bunganya merupakan sumber madu.

8. Hutan mangrove merupakan suatu penyanggah antara komunitas darat dan

Manfaat ekonomis mangrove, juga cukup memegang peranan penting bagi


masyarakat, karena merupakan wahana dan sumber penghasilan seperti ikan, ketam,
kerang dan udang, serta buah beberapa jenis mangrove dapat dimanfaatkan sebagai
bahan makanan. Manfaat lainnya merupakan sumber pendapatan masyarakat melalui
budidaya tambak, kulit mangrove bermanfaat dalam industri penyamak kulit, industri
batik, patal dan pewarna jaring, serta sebagai wahana wisata alam, penelitian dan
laboratorium pendidikan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan organisme yang sangat peka terhadap perubahan-


perubahan yang terjadi pada lingkungan di sekitar nya, dengan sifat nya menjadikan
organisme ini sangat rentan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh manusia
maupun  secara alami.
Ekosistem terumbu karang di laut sangat penting. Karena terumbu karang
merupakan tempat hidup dan tempat mencari makan dari berbagai jenis ikan yang ada
di laut. Terumbu karang juga menjaga kelestarian dari luat, bila terumbu karang rusak
maka ekosistemnya akan rusak. Pemulihan terumbu karang yang rusak sangatlah lama
memerlukan waktu ratusan taun untuk menumbuhkan terumbu karang agar dapat
menjadi tempat yang baik untuk hidup ikan.

3.1.2 Lamun

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah :


1. Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu
(monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi sangat
berbeda dengan rumput laut (algae).
2. Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme
laut.
3. Di daerah ekosistem lamun, organisme melimpah, karena lamun
digunakan sebagai perlindungan dan persembunyian dari
predator dan kecepatan arus yang tinggi dan juga sebagai
sumber bahan makanan baik daunnya mapupun epifit atau
detritus.
4. Ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat
khusus dan berbeda dengan ekosistem mangrove dan terumbu
karang..
5. Peranan ekosistem padang lamun adalah sebagai produsen
primer, sebagai habitat biota, sebagai penangkap sedimen dan
sebagai pendaur zat hara.
3.1.3 Mangrove

Adapun kesimpulan dari makalah tentang ekosistem mangrove ini yaitu :

Ekosistem Hutan Mangrove sangat berperan penting terhadap kehidupan


makhluk hidup. Bila keseimbangan ekosistem Hutan Mangrove terganggu ataupun
dengan sengaja dirusak, maka secara langsung hal tersebut akan berdampak pada
kelangsungan hidup makhluk hidup, baik manusia, tumbuhan maupun hewan, sebab
beberapa makhluk hidup bergantung pada ekosistem Hutan Mangrove. Komponen
penyusun dari ekosistem mangrove yaitu komponen biotik dan komponen abiotik.
Ekosistem mangrove memiliki penanan biologis, ekologis, dan ekonomis
DAFTAR PUSTAKA

Dahuri R, Rais Y, Putra S, G, Sitepu, M.J, 2001. Pengelolaan Sumber Daya Pesisir
dan Lautan secara Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta
Guilcher Andre.  1988. Coral reef Geomorphology.  John Willey & Sons.Chhichester
Azkab, M.H. 1988. Pertumbuhan dan Produksi Lamun, Enhalus
acoroides di rataan Terumbu di Pari Pulau Seribu. Jakarta :
Balai Penelitian Biologi Laut Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi-LIPI.
Bengen, D.G. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam
Pesisir. Institut Pertanian Bogor : Pusat Kajian Sumberdaya
Pesisir dan Lautan.
Fahruddin. 2002. Pemanfaatan, Ancaman, dan Isu-isu Pengelolaan
Ekosistem Padang Lamun. Institut Pertanian Bogor :
Program Pasca Serjana.
Kikuchi dan J.M. Peres. 1977. Consumer Ecology of Seagrass Beds,
pp. 147-193. In P. McRoy and C.Helferich (eds). Seagrass
ecosystem. A scientific perspective. Mar.Sci.Vol 4. New York :
Marcel Dekker Inc.
Husni. 2003. Ekosistem Lamun Produsen Organik Tinggi. Pusat
Penelitian Oseanografi : Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI).
Rahmawaty, 2006. Upaya Pelestarian Mangrove Berdasar Pendekatan Masyarakat.
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan
Soerianegara, I. dan A. Indrawan. 1998 Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1067/1/06008763.pdf
https://staff.blog.ui.ac.id/tarsoen.waryono/files/2009/12/22-restorasimangrove.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20200/5/Chapter%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai