Anda di halaman 1dari 80

TUGAS AKHIR

PENGARUH BENCANA BANJIR TERHADAP KAWASAN PARIWISATA


STUDI KASUS : DANAU TAJWID (KAJUID)
KECAMATAN LANGGAM KABUPATEN PELALAWAN

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna


Mendapatkan Gelar Sarjana Pada Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau

NURUL AINI
NPM. 163410767

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah

daerah dan pemerintah pusat. Kepariwisataan di perlukan untuk mendorong

pemerataan, kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu

menghadapi tantangan hidup lokal, nasional dan global. Maka dengan demikian

seharusnya pihak-pihak yang bertanggung jawab dan memiliki peran dalam

pengembangan pariwisata memberikan perhatian yang lebih terhadap pariwisata, baik

itu dukungan fasilitas maupun layanan terhadap wisatawan (Undang-Undang No 10

Tahun 2009 tentang Kepariwisataan).

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan

dampak psikologis. Bencana dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu bencana

alam, bencana non alam dan bencana sosial. Bencana alam adalah bencana yang

diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam

yang berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan

dan tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau rangkaian peristiwa non alam yang berupa kegagalan teknologi, kegagalan

2
modernisasi, epidemi dan wabah penyakit. Sedangkan bencana sosial adalah bencana

yang diakibatkan oleh manusia seperti konflik sosial antar kelompok atau antar

komunitas masyarakat dan terror. (UU No 24 Tahun 2007)

Pariwisata adalah sebuah industri yang sangat bergantung pada keunikan alam

dan budaya. Daya tarik utama sebuah destinasi wisata adalah bentangan alam dan

kekayaan budaya suatu daerah yang berbeda dari daerah lainnya. Sehingga jika

terjadi kerusakan ataupun degradasi pada sebuah destinasi, baik akibat krisis maupun

bencana, maka akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan industrinya. Dapat

dikatakan pula bahwa industri pariwisata sangat rentan terhadap bencana dan krisis.

Berbicara tentang pariwisata dan bencana, berarti mengupas keduanya dari dua sisi

yang berbeda. Bencana bisa berpengaruh positif maupun negatif terhadap pariwisata.

Pengaruh negatif muncul karena adanya kerusakan dan penurunan jumlah

pengunjung, sementara pengaruh positif justru timbul saat bencana itu sendiri

dijadikan sebagai komoditi pariwisata. Ada beberapa fakta di lapangan yang

menunjukan hal unik terkait pariwisata dan bencana. Secara konseptual bencana akan

mempengaruhi permintaan industri pariwisata. Pada beberapa kejadian, justru

menunjukan sebaliknya. Mungkin belum hilang dari ingatan kita bagaimana erupsi

yang terjadi di Gunung Bromo telah menarik banyak wisatawan untuk melihatnya

atau bagaimana wisatawan malah berbondong-bondong untuk melihat keadaan Kali

Urang paska-erupsi Gunung Merapi. Untuk itu para pakar termasuk Prideaux (2003)

sepakat kalau industri pariwisata memerlukan penanganan khusus dalam perencanaan

dan pemulihan paska-bencana. Kedua akibat bencana tersebut, baik negatif maupun

3
positif, tetap membutuhkan penanganan sebelum, saat, dan sesudah terjadinya

bencana. (www.jejakwisata.com)

Riau adalah sebuah provinsi yang terletak dibagian tengah Pulau Sumatera

disepanjang pesisir Selat Malaka. Salah satu sumberdaya alam yang dikembangkan di

Provinsi Riau yaitu kawasan pariwisata yang terletak di Kecamatan Langgam

Kabupaten Pelalawan. Berdasarkan dokumen Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2016-2021, Kabupaten Pelalawan memiliki empat

jenis wisata unggulan diantaranya yaitu Ombak Bono di Kecamatan Teluk Meranti,

Tesso Nilo di Kecamatan Ukui, Hutan Suaka Margasatwa di Kecamatan Kerumutan,

dan Danau Tajwid (Kajuid) di Kecamatan Langgam.

Danau Tajwid (Kajuid) memiliki keunikan nama karena dari sejarahnya danau

ini memiliki bentuk seperti tanda tajwid menurut aksara Arab, seperti huruf Nun dan

Sukun. Danau ini merupakan dari limpasan Sungai Kampar, secara tipologi lahan

basah ini dikenal dengan istilah “oxbow”. Danau oxbow merupakan danau yang

terbentuk melalui pemutusan aliran sungai yang terjadi akibat proses yang alami

berupa erosi dan juga pengendapan lumpur atau bahan-bahan lainnya yang diduga

berlangsung puluhan tahun yang lalu. Danau Tajwid (Kajuid) mempunyai kondisi

alam yang sangat alami, unik serta bentang alam yang masih bersifat asri.

Keberadaan Danau Tajwid (Kajuid) sebagai objek wisata diharapkan dapat

meningkatkan wisatawan setiap tahun serta dapat meningkatkan pendapatan daerah

dan memperoleh keuntungan, mengembangkan sosial ekonomi, memenuhi rekreasi

masyarakat dan mengoptimalkan sumberdaya yang ada. Pola konsumsi wisatawan

untuk berwisata tidak hanya untuk melihat keindahan yang ada melainkan juga

4
adanya kegiatan yang dilakukan seperti berfoto, bermain wahana juga adanya atraksi

yang disuguhkan dan membeli souvenir sebagai kenang-kenangan yang dapat dibeli

di danau tersebut. ( Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

tahun 2016-2021, Kabupaten Pelalawan )

Bencana alam terjadi tidak hanya di kota kota besar tetapi juga terjadi di

berbagai wilayah di Indonesia seperti kawasan pariwisata yang terletak di Danau

Tajwid (Kajuid) yang merupakan kawasan pariwisata terbentuk melalui pemutusan

air sungai Kampar yang rentan terhadap banjir. Banjir terjadi karena adanya aliran air

yang berlebihan sehingga tidak mampu lagi diserap oleh tanah. Banjir juga

diakibatkan karena volume air di sungai Kampar berlebih sehingga meluap dan keluar

dari bendungan atau batasan yang semestinya sehingga banjir sering terjadi setiap

tahunnya sehingga mengakibatkan kerusakan pada bangunan-bangunan bahkan

menelan korban jiwa. Bencana banjir yang terjadi tentunya akan menjadi hal yang

diperhitungkan bagi wisatawasan yang hendak berlibur. Seperti yang diketahui bahwa

keamanan dan kenyamanan merupakan salah satu pertimbangan seseorang dalam

memilih suatu destinasi untuk berwisata.

Banjir yang terjadi mengakibatkan banyaknya infrastruktur yang rusak

sehingga jalan tidak bisa dilewati, sarana dan prasarana yang rusak, serta berhentinya

kegiatan atau aktifitas di kawasan pariwisata tersebut. Berdasarkan keterangan diatas

maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh

Bencana Banjir Terhadap Kawasan Pariwisata ( Studi Kasus : Danau Tajwid (Kajuid)

Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan)”.

5
1.2 Rumusan Masalah

Danau Tajwid (Kajuid) memiliki potensi banjir yang sering terjadi setiap

tahunnya akibat dari meluapnya aliran sungai Kampar sehingga menjadi berdampak

pada kawasan disekitarnya. Berikut merupakan permasalahan yang terjadi apabila

banjir di kawasan wisata Danau Tajwid (Kajuid) :

1. Berhentinya pengoperasian terhadap kegiatan pariwisata

2. Rusaknya berbagai fasilitas seperti jalan yang tidak bisa dilewati akibat terendam

lumpur

3. Warung-warung yang terpaksa dibongkar.

Berdasarkan keterangan diatas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian ini

adalah :

1. Mengidentifikasi kondisi eksisting pariwisata Danau Tajwid (Kajuid) berdasarkan

elemen pariwisata ?

2. Mengidentifikasi jenis banjir yang ada di Danau Tajwid (Kajuid) ?

3. Mengidentifikasi pengaruh banjir pada kawasan pariwisata di Danau Tajwid

(Kajuid) ?

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Bencana Banjir

Terhadap Kawasan Pariwisata (Studi Kasus : Danau Tajwid (Kajuid) Kecamatan

Langgam Kabupaten Pelalawan)”.

6
1.3.2 Sasaran Penelitian

Adapun sasaran dalam penelitian ini adalah :

1. Teridentifikasi kondisi eksisting pariwisata Danau Tajwid (Kajuid) berdasarkan

elemen pariwisata.

2. Teridentifikasi jenis banjir di Danau Tajwid (Kajuid).

3. Teridentifikasi pengaruh banjir pada kawasan pariwisata di Danau Tajwid

(Kajuid).

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis

dan manfaat secara praktis, diuraikan sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Penelitian Bagi Akademik

Memberikan sumbangan akademik yang mungkin dapat memberikan

pemahaman maupun pendapat baru terhadap pentingnya sebuah perencanaan

terhadap suatu kawasan pariwisata. Melalui penelitian ini untuk melihat pengaruh

bencana banjir terhadap kawasan pariwisata juga dapat sebagai acuan maupun

referensi untuk penelitian selanjutnya, memberikan masukan maupun saran terhadap

suatu perencanaan kawasan pariwisata.

1.4.2 Manfaat Penelitian Bagi Pemerintah

7
Dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan masukan untuk pemerintah

provinsi dan kabupaten tersebut baik membantu dan merumuskan kebijakan-

kebijakan dalam penanganan penanggulangan bencana banjir.

1.4.3 Manfaat Penelitian Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti dalam penelitian ini adalah :

a. Menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan khususnya pengembangan dibidang ilmu pariwisata.

b. Memberikan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian dan

teknis penulisan yang benar.

c. Mampu membuat peneliti untuk lebih berfikir lebih kritis dan terarah.

1.5 Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini ruang lingkup dibagi menjadi dua yaitu ruang lingkup

wilayah dan ruang lingkup materi :

1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah

Lokasi penelitian yaitu di Kabupaten Pelalawan Kecamatan Langgam

merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Pelalawan, Riau,

Indonesia. Kecamatan Langgam memliki 8 (delapan) desa yang terdiri dari Kelurahan

Langgam, desa Tambak, desa Segati, desa Sotol, desa Padang Luas, desa Gondai,

desa Penarikan, dan desa Langkan. Kecamatan Langgam mempunyai jumlah

penduduk 31.971 jiwa dengan luas wilayah 1.450 Km2 dan terdiri dari 8

desa/kelurahan. Batas-batas wilayah Kecamatan Langgam yaitu :

8
Sebelah Barat : Kabupaten Kuantan Singingi

Sebelah Timur : Kecamatan Bunut

Sebelah Selatan : Kecamatan Ukui

Sebelah Utara : Kecamatan Bandar Sei Kijang

Secara Astronomis letak Kecamatan Langgam berada di kordinat garis lintang

0,2477 LS dan garis bujur 101,7195 BT dengan ketinggian dari permukaan air laut 39

m. diliat dari Topografi wilayah kecamatan langgam sebagian besar merupakan

daerah dataran rendah dan hanya kelurahan langgam saja yang dialiri sungai. Dalam

penelitian ini terletak pada Danau Tajwid (Kajuid) Langgam Kecamatan Langgam

Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Danau Tajwid (Kajuid) memiliki

keunikan nama karena dari sejarahnya danau ini memiliki bentuk seperti tanda tajwid

menurut aksara Arab, seperti huruf Nun dan Sukun. Danau ini merupakan dari

limpasan Sungai Kampar, secara tipologi lahan basah ini dikenal dengan istilah

“oxbow”. Danau oxbow merupakan danau yang terbentuk melalui pemutusan aliran

sungai yang terjadi akibat proses yang alami berupa erosi dan juga pengendapan

lumpur atau bahan-bahan lainnya yang diduga berlangsung puluhan tahun yang lain.

9
10
1.5.2 Ruang Lingkup Materi

Metode penelitian menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Metode

analisis deskriptif kualitatif yaitu menganalisis, menggambarkan dan meringkas

berbagai kondisi, situasi dari berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang

dikumpulkan berupa hasil wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang

diteliti yang terjadi di lapangan (Made Winartha, 2006).

Ruang lingkup materi yang akan dibahas dalam penelitian ini mengacu pada

dokumen RPJMD Kabupaten Pelalawan tahun 2016-2021 sebagai data awal yang

dapat mendukung pada penelitian Pengaruh Bencana Banjir Terhadap Kawasan

Pariwisata Danau Tajwid (Kajuid) Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan.

Adapun ruang lingkup materi yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Produk pariwisata terdiri dari komponen-komponen yang dapat digolongkan

menjadi atraksi, aksesibilitas, amenitas, dan aktivitas yang lebih dikenal dengan

4A. Mengenai konsep James Spillane dalam bukunya yang berjudul Pariwisata

Indonesia Siasati Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan (dalam Warang, 2015)

memberi penjelasan sebagai berikut :

a. Atraksi

Atraksi adalah daya tarik dari suatu obyek wisata atau hasil kesenian suatu

daerah sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung ke tempat wisata

tersebut.

11
b. Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah sarana yang memberikan kemudahan kepada

wisatawan untuk mencapai daerah tujuan wisata. Faktor-faktor yang penting

di dalam aksesibilitas meliputi: denah perjalanan wisata, data atraksi wisata,

bandara, transportasi darat, waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke tempat

wisata, biaya untuk transportasi, dan banyaknya kendaraan ke tempat wisata.

c. Amenitas

Amenitas adalah fasilitas pendukung demi kelancaran kegiatan pariwisata

yang juga ditujukan untuk memberikan kenyamanan kepada wisatawan.

Amenitas bukan terdapat pada daerah tujuan wisata, namun pada dasarnya

amenitas dibutuhkan pada saat wisatawan melakukan perjalanan ke tempat

tujuan wisata. Fasilitas tersebut terdiri dari akomodasi, rumah makan, pusat

informasiwisata, visitor center, toko cinderamata, pusat kesehatan, pos

keamanan, sarana komunikasi, Bank, BPW, ketersediaan air bersih dan listrik.

d. Aktivitas

Aktivitas adalah apa saja yang dilakukan wisatawan di daerah tujuan

wisata. Aktivitas yang beraneka ragam bagi wisatawan dapat meningkatkan

pengeluaran wisatawan. Selanjutnya, aktivitas usaha yang dapat dikerjakan

oleh penduduk setempat. Aktivitas usaha dapat berupa penjualan jasa atau

layanan maupun penjualan barang kepada wisatawan. Sesuai dengan prinsip

pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, pembangunan pariwisata yang

berhasil adalah pembangunan pariwisata yang dapat memberdayakan

12
penduduk setempat dengan memberikan keuntungan kepada mereka.

Keuntungan tersebut dapat berupa keuntungan ekonomi maupun sosial

budaya.

2. Banjir menurut Yuni Retnan (2010) merupakan bagian dari fenomena alam yang

biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara

sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan

luas sehingga menggenangi permukaan daratan kawasan tersebut. Bencana alam

banjir dilihat dari penyebabnya dapat dibagi menjadi beberapa macam,

diantaranya (Yuni Retnan, 2010) :

a. Banjir Air merupakan banjir yang sering sekali terjadi saat ini. Penyebab dari

banjir ini adalah kondisi air yang meluap di beberapa tempat, seperti sungai,

danau maupun selokan. Meluapnya air dari tempat-tempat tersebut yang

biasanya menjadi tempat penampungan dan sirkulasinya membuat daratan

yang ada di sekitarnya akan tergenang air. Banjir ini biasanya terjadi karena

hujan yang begitu lama sehingga sungai, danau maupun selokan tidak lagi

cukup untuk menampung semua air hujan tersebut.

b. Banjir Cileuncang, Banjir ini sebenarnya hampir sama dengan banjir air.

Tetapi banjir cileuncang ini terjadi karena hujan yang deras dengan

debit/aliran air yang begitu besar. Sedemikian sehingga air hujan yang sangat

banyak ini tidak mampu mengalir melalu saluran air (drainase) sehingga air

pun meluap dan menggenangi daratan.

c. Banjir Rob (Laut Pasang), Banjir laut pasang atau dikenal dengan sebutan

banjir rob merupakan jenis banjir yang disebabkan oleh naiknya atau

13
pasangnya air laut sehingga menuju ke daratan sekitarnya. Banjir jenis ini

biasanya sering menimpa pemukiman bahkan kota-kota yang berada di

pinggir laut, seperti daerah Muara Baru di ibukota Jakarta. Terjadinya air

pasang ini di laut akan menahan aliran air sungai yang seharusnya menuju ke

laut. Karena tumpukan air sungai tersebutlah yang menyebabkan tanggul jebol

dan air menggenangi daratan.

d. Banjir Bandang merupakan banjir yang tidak hanya membawa air saja tapi

material-material lainnya seperti sampah dan lumpur. Biasanya banjir ini

disebabkan karena bendungan air yang jebol. Sehingga banjir ini memiliki

tingkat bahaya yang lebih tinggi daripada banjir air. Bukan hanya karena

mengangkut material-material lain di dalamnya yang tidak memungkinkan

manusia berenang dengan mudah, tetapi juga arus air yang terdakang sangat

deras.

e. Banjir Lahar merupakan jenis banjir yang disebabkan oleh lahar gunung

berapi yang masih aktif saat mengalami erupsi atau meletus. Dari proses

erupsi inilah nantinya gunung akan mengeluarkan lahar dingin yang akan

menyebar ke lingkungan sekitarnya. Air dalam sungai akan mengalami

pendangkalan sehingga juga akan ikut meluap merendam daratan.

f. Banjir Lumpur, Banjir ini merupakan jenis banjir yang disebabkan oleh

lumpur. Salah satu contoh identik yang masih terjadi sampai saat ini adalah

banjir lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Banjir lumpur ini hampir

menyerupai banjir bandang, tetapi lebih disebabkan karena keluarnya lumpur

dari dalam bumi yang kemudian menggenangi daratan. Tentu lumpur yang

14
keluar dari dalam bumi tersebut berbeda dengan lumpur-lumpur yang ada di

permukaan. Hal ini bisa dianalisa dari kandungan yang dimilikinya, seperti

gas-gas kimia yang berbahaya.

4. Pengaruh banjir terhadap kawasan pariwisata Danau Tajwid (Kajuid)

menggunakan analisis statistik dengan sistem korelasi melakukan pengujian

hipotesa yaitu :

a. H0 : Tidak terdapat pengaruh antara banjir terhadap komponen pariwisata

dari segi atraksi, aksesibilitas, amenitas, aktivitas dan keramahtamahan

(hospitality) kawasan pariwisata Danau Tajwid (Kajuid).

H1 : Terdapat Pengaruh antara banjir terhadap komponen pariwisata dari

segi atraksi, aksesibilitas, amenitas, aktivitas dan keramahtamahan

(hospitality) kawasan pariwisata Danau Tajwid (Kajuid).

b. H0 : Tidak terdapat pengaruh antara banjir terhadap kawasan pariwisata

Danau Tajwid (Kajuid).

H1 : Terdapat Pengaruh antara banjir terhadap kawasan pariwisata Danau

Tajwid (Kajuid)

15
1.6 Kerangka Berpikir

Latar Belakang
1.1
Danau Tajwid (Kajuid) merupakan salah satu wisata unggulan yang terletak di Kecamatan Langgam
Kabupaten Pelalawan yang memiliki keunikan nama karena dari sejarahnya danau ini memiliki bentuk
seperti tanda tajwid menurut aksara Arab, seperti huruf Nun dan Sukun. Danau ini merupakan dari
limpasan Sungai Kampar, secara tipologi lahan basah ini dikenal dengan istilah “oxbow”.
Rumusan Masalah
Danau Tajwid (Kajuid) memiliki potensi banjir yang sering terjadi setiap tahunnya akibat dari
meluapnya aliran sungai Kampar sehingga menjadi berdampak pada kawasan disekitarnya. Akibat
terjadinya banjir tersebut menyebabkan berhentinya pengoperasian terhadap kegiatan pariwisata,
rusaknya berbagai fasilitas seperti jalan yang tidak bisa dilewati akibat terendam lumpur, dan
warung-warung yang terpaksa dibongkar.

Pertanyaan Penelitian
1. Mengidentifikasi kondisi eksisting pariwisata Danau Tajwid (Kajuid) berdasarkan
elemen pariwisata ?
INPUT

2. Mengidenifikasi jenis banjir yang ada di Danau Tajwid (Kajuid)?


3. Mengidentifikasi pengaruh banjir pada elemen pariwisata di Danau Tajwid (Kajuid)?

Teridentifikasi Teridentifikasi Teridentifikasi Pengaruh


kondisi jenis banjir Bencana Banjir Terhadap
eksisting yang ada di Kawasan Pariwisata
pariwisata Danau Tajwid Danau Tajwid (Kajuid)
Danau Tajwid (Kajuid).
(Kajuid)
berdasarkan
PROSES

Analisis Analisis Analisis Sistem


Deskriptif Deskriptif Korelasi
Kualitatif Kualitatif

Pengaruh Bencana Banjir Terhadap Kawasan Pariwisata Danau


OUTPUT
Tajwid (Kajuid) Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan

Sumber : Hasil Analisis, 2020

Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran Studi

16
1.7 Sistematika Penulisan

Secara garis besar penyusunan penelitian ini yang berjudul Pengaruh Bencana

Banjir Terhadap Kawasan Pariwisata Danau Tajwid (Kajuid) Kecamatan Langgam

Kabupaten Pelalawan ini terdiri dari 6 bab yang meliputi :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan

sasaran, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian (ruang lingkup studi

dan ruang lingkup wilayah), kerangka berpikir dan sistematika

pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORI

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain teori-teori

yang berkaitan dengan pengertian pariwisata, elemen pariwisata,

pengertian pengaruh, pengertian bencana, bencana banjir, pengaruh

bencana banjir terhadap kawasan pariwisata, pengertian analisis sistem

korelasi, sintesa teori dan penelitian terdahulu.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang pendekatan penelitian, metode penelitian, bahan dan

alat penelitian, jenis data, variabel penelitian, metode pengumpulan data,

populasi dan sampel, Teknik dan analisis data, lokasi dan waktu

penelitian, desain survei.

17
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

Bab ini berisi tentang gambaran umum Danau Tajwid (Kajuid) Kecamatan

Langgam Kabupaten Pelalawan yang terdiri dari kondisi fisik,

kependudukan, penggunaan lahan. Selanjutnya dilengkapi dengan

informasi banjir terhadap kawasan wisata Danau Tajwid (Kajuid)

Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi analisis masalah berdasarkan hasil-hasil yang didapat dari

pengolahan data pada bab sebelumnya yaitu tentang analisis dan

pemecahan masalah terhadap hasil dari pengolahan data yang dilakukan

pada penelitian ini yang terdiri dari analisis deskriptif kualitatif, kuantitatif

dengan metode statistik.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bagian ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi dalam

menentukan arahan penanggulangan bencana banjir terhadap kawasan

pariwisata Danau Tajwid (Kajuid) Kecamatan Langgam Kabupaten

Pelalawan.

18
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pariwisata

2.1.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan

pemerintah daerah. Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek

dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan

pariwisata, dengan demikian pariwisata meliputi :

1) Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

2) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata, taman rekreasi,

kawasan peninggalan sejarah, museum, pagelaran seni budaya, tata kehidupan

masyarakat atau yang bersifat alamiah seperti keindahan alam, gunung berapi,

danau, dan pantai.

3) Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata (biro

perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, konvensi, perjalanan insentif dan

pameran, konsultan pariwisata, dan informasi pariwisata). Usaha sarana

pariwisata yang terdiri dari akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata.

Secara rinci pengertian dan hal-hal yang mendukung pariwisata dijelaskan

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 terkait

kepariwisataan diantaranya, yaitu :

19
1) Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

2) Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata

3) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

dan pemerintah daerah.

4) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan

bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan

setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat

setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.

5) Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan

nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan

manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

6) Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi Pariwisata adalah

kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang

di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,

aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya

kepariwisataan.

7) Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi

pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

20
8) Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan

kegiatan usaha pariwisata.

9) Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam

rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan

dalam penyelenggaraan pariwisata.

10) Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama

pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang

mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan

ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung

lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

11) Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang

harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pekerja pariwisata untuk

mengembangkan profesionalitas kerja.

Dari beberapa definisi yang tercantum diatas dapat dinyatakan bahwa

pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan seseorang maupun kelompok

dalam waktu tertentu (bersifat sementara) dan untuk keperluan tertentu atas dasar

adanya daya tarik wisata di wilayah tersebut yang memberikan keuntungan tertentu

bagi wisatawan, misal: rekreasi, keperluan pendidikan, kesehatan, religi, olahraga,

bertugas, dan lain-lain.

21
Al-Qur’an menyatakan dalam surat Al-An’am ayat 11 yang berbunyi :

Artinya : Katakanlah: “Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah

bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu".

Berdasarkan pengertian dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ayat

ini memerintahkan melakukan perjalanan di permukaan bumi, atau yang biasa disebut

dengan berwisata. Tetapi perjalanan tersebut hendaknya, disertai dengan upaya

melihat dengan mata kepala dan hati, yakni melihat sambil merenungkan dan berpikir

menyangkut apa yang dilihat, terutama menyangkut kesudahan yang dialami oleh

generasi terdahulu yang puing-puing peninggalannya terbentang dalam perjalanan.

Koen Meyers (2009), pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan

untuk sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan

bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang-senang,

memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau waktu libur serta

tujuan-tujuan lainnya.

Menurut Leiper (1981), pariwisata adalah suatu sistem terbuka dari unsur-

unsur yang saling berinteraksi dalam suatu lingkungan yang luas, mulai dari unsur

manusia seperti wisatawan, tiga unsur geografis: negara asal wisatawan, negara yang

dijadikan tempat transit, dan daerah tujuan wisata serta unsur ekonomi, yaitu industri

wisata.

22
2.1.2 Pengertian Wisatawan

Wisatawan menurut Norval adalah setiap orang yang datang di suatu negara

yang alasanya bukan untuk menetap atau bekerja di situ secara teratur, dan

membelanjakan uang yang di dapatkannya di lain tempat. Soekadijo (2000)

menambahkan wisatawan adalah pengunjung di negara yang di kunjungi setidak-

tidaknya tinggal 24 jam dan yang datang berdasarkan motivasi :

1) Mengisi waktu senggang atau untuk bersenang-senang, berlibur, alasan

kesehatan, studi, keluarga, dan sebagainya.

2) Melakukan perjalanan untuk keperluan bisnis.

3) Melakuakan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-pertemuan atau sebagai

utusan (ilmiah, administrative, diplomatic, keagamaan, olahraga dan sebagainya).

4) Dalam rangka pelayaran pesiar, jika kalau ia tinggal kurang dari 24 jam.

Seorang ahli kepariwisataan berkebangsaan Inggris yang bernama

P.W.Ogilive, didalam buku yang ditulis oleh Oka A. Yoeti (1996), melihat pariwisata

dari segi bisnis sehingga memberikan definisi Wisatawan adalah semua orang yang

memenuhi dua syarat, pertama bahwa mereka meninggalkan rumah kediamannya

untuk jangka waktu kurang dari satu tahun dan kedua bahwa sementara mereka pergi,

mereka mengeluarkan uang di tempat yang mereka kunjungi tidak dengan mencari

nafkah di tempat tersebut.

23
2.1.3 Jenis-Jenis Pariwisata

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009

tentang kepariwisataan, daerah tujuan wisata yang juga disebut destinasi pariwisata

adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administrasi

yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,

aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya

kepariwisataan.

Menurut Prof. Mariotti dalam Oka A Yoeti (1996), daerah tujuan wisata harus

memiliki hal menarik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan. Destinasi pariwisata

harus memenuhu tiga syarat, yaitu :

1) Harus memiliki something to see, yaitu di tempat tersebut harus ada obyek dan

atraksi wisata khusus, yang berbeda dengan apa yang dimiliki daerah lain untuk

dilihat.

2) Harus menyediakan something to do, yaitu di tempat tersebut harus disediakan

fasilitas untuk melakukan kegiatan rekreasi yang dapat membuat nyaman

wisatawan

3) Harus menyediakan something to buy, yaitu tempat tersebut harus tersedia

fasilitas untuk berbelanja, terutama oleh-oleh dan barang kerajinan khas yag dapat

dibawa pulang ke tempat asal wisatawan.

Menurut Pendit dalam Yuliani (2013), ada beberapa jenis pariwisata yang

sudah dikenal, antara lain :

1) Wisata budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk

memperluas pandangan hidup seseorang dengan cara mengadakan kunjungan

24
ketempat lain atau keluar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat

istiadat mereka, cara hidup mereka, kebudayaan dan seni mereka.

2) Wisata kesehatan, yaitu perjalanan wisatawan dengan tujuan untuk menukar

keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan

beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani.

3) Wisata olahraga, yaitu wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan dengan

tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif

dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara.

4) Wisata komersial, yaitu termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-

pameran dan pecan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri,

pameran dagang dan sebagainya.

5) Wisata industri, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau

mahasiswa, atau orang-prang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian

dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.

6) Wisata bahari, yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan danau, pantai atau laut.

7) Wisata cagar alam, yaitu jenis wisata yang biasanya diselenggarakan oleh agen

atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan mengatur wisata

ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pengunungan dan

sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.

8) Wisata bulan madu, yaitu suatu penyelenggaraan perlanan bagi pasangan-

pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas khusus dan

tersendiri demi kenikmatan perjalanan.

25
9) Wisata politik perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil

bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik.

10) Wisata konvensi adalah perjalanan yang dilakukan untuk melakukan konvensi

atau konferensi. Misalnya APEC, KTT non Blok.

11) Wisata sosial merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah

untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk

mengadakan perjalanan seperti kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa,

petani dan sebagainya.

12) Wisata pertanian merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke

proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana

wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan

studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka

ragam warna dan suburnya pembibitan di tempat yang dikunjunginya.

13) Wisata buru berada ditempat atau hutan yang telah ditetapkan pemerintah Negara

yang bersangkutan sebagai daerah perburuan, seperti di Baluran, Jawa Timur

untuk menembak babi hutan atau banteng.

14) Wisata pilgrim yaitu jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat-

istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat Ini banyak

dilakukan oleh rombongan atau perorangan ketempat-tempat suci, ke makam-

makam orang besar, bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat

pemakaman tokoh atau pimpinan yang dianggap legenda.

Kualitas objek daya tarik wisata merupakan hal yang penting dalam

pariwisata. Mutu objek daya tarik wisata yang baik akan berdampak positif pada

26
besaran jumlah wisatawan dan lama tinggal di suatu destinasi wisata. Di dalam hal ini

persepsi wisatawanlah yang menjadi tolak ukur untuk melihat tingkat mutu objek

daya tarik wisata tersebut.

Menurut Oka A. Yoeti dalam Yunia dan Petrus (2015), keberhasilan suatu

tempat wisata hingga tercapainya kawasan wisata sangat tergantung pada 3A yaitu

atraksi (attraction), aksesibilitas (accessibility), dan fasilitas (amenities).

1) Atraksi (attraction)

Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang

merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu tempat

tujuan wisata. Atraksi juga merupakan sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu

agar dapat dilihat, dan dinikmati oleh wisatawan yang meliputi tari-tarian,

nyanyian kesenian rakyat tradisional, upacara adat, dan lain-lain.

2) Aksesibilitas (Accessibility)

Aksesibilitas meliputi moda transportasi untuk mencapai tempat wisata serta

prasarana meliputi jalan, jembatan, terminal, stasiun, dan bandara. Prasarana ini

berfungsi untuk menghubungkan suatu tepat dengan tempat yang lain.

Keberadaan prasarana transportasi akan mempengaruhi laju tingkat transportasi

itu sendiri. Kondisi prasarana yang baik akan membuat laju transportasi optimal.

3) Fasilitas (Amenities)

Fasilitas wisata atau amenities merupakan hal-hal penunjang terciptanya

kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.

27
2.1.4 Bentuk-Bentuk Pariwisata

Bentuk-bentuk pariwisata menurut Pendit (1994) dikatagorikan sebagai

berikut :

1) Menurut asal wisatawan. Pertama-tama perlu diketahui apakah asal wisatawan ini

dari dalam atau luar negeri. Kalau asalnya dari dalam negeri yang berarti hanya

pindah tempat sementara dinamakan pariwisata domestik /nusantara, sedangkan

jika dari luar negeri dinamakan pariwisata internasional/ mancanegara.

2) Menurut akibat terhadap neraca pembayaran, kedatangan wisatawan asing akan

membawa valuta asing dan ini berarti memberi efek positif terhadap neraca

pembayaran, ini disebut pariwisata aktif. Jika kepergian warga negara ke luar

negeri akan membawa efek negatif terhadap neraca pembayaran disebut

pariwisata pasif.

3) Menurut jangka waktu. Kedatangan wisatawan diperhitungkan menurut lamanya

ia tinggal. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata jangka panjang dan

jangka pendek.

4) Menurut jumlah wisatawan datang sendirian atau rombongan maka timbul istilah

pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan,

5) Menurut alat angkut yang digunakan. Dilihat dari alat angkut yang digunakan

oleh wisatawan, maka dapat dibagi menjadi pariwisata laut, pariwisata udara,

pariwisata kereta api, pariwisata mobil.

28
2.1.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata
A. Sarana Pariwisata

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan

pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung serta

kehidupannya banyak tergantung pada kedatangan wisatawan. Sarana kepariwisataan

dapat dibagi menjadi 3 bagian (Yoeti 1996) mengatakan :

1) Sarana pokok kepariwisataan ( Main Tourism Superstructure ) Sarana pokok

kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan sangat tergantung pada arus

kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata. Sarana pokok

kepariwisataan berfungsi dalam memberikan fasilitas pokok yang dapat

memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Perusahaan yang termasuk ke

dalam kelompok ini adalah :

a) Perusahaan yang kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan perjalanan

wisatawan atau disebut dengan receiptive tourist plan yaitu perusahaan yang

mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan tourtour bagi wisatawan

seperti Travel Agent, Tour Operator, dan lain-lain.

b) Perusahaan yang memberi pelayanan di daerah tujuan kemana itu pergi, atau

bisa disebut residential tourism plan yaitu perusahaan yang memberikan

layanan penginapan, menyediakan makanan dan minuman di daerah tujuan

wisata, misalnya : hotel, hostel homestay, cottage, pension, dan sebagainya.

2) Sarana Pelengkap Kepariwisataan ( Supplementing Tourism Suprastructure ).

Merupakan perusahaan atau tempat yang menyediakan fasilitas rekreasi yang

fungsinya melengkapi sarana pokok kepariwisataan dan membuat wisatawan

29
dapat lebih lama tinggal di suatu daerah tujuan wisata yang dikunjunginya. Yang

termasuk ke dalam kelompok ini adalah sarana/fasilitas olah raga dan sarana

lainnya.

3) Sarana Penunjang Kepariwisataan Merupakan perusahaan yang menunjang sarana

pelengkap dan sarana pokok. Fungsinya tidak hanya membuat wisatawan lebih

lama tinggal di suatu daerah tujuan wisata, tetapi mempunyai fungsi yang lebih

penting, yaitu agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat

yang dikunjunginya. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah : night club,

steam baths, casinos dan lain-lain.

B. Prasarana Pariwisata

Prasarana dalam kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan

proses kepariwisataan dapat berjalan lancar sehingga dapat memudahkan serta

memberikan pelayanan kepada wisatawan. Menurut Wahab dalam buku Yoeti,

(1982:172) mengatakan : Prasarana kepariwisataan (Tourism Infrastructures) adalah

semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan

berkembang serta dapat memberi pelayanan kepada wisatawan untuk memenuhi

kebutuhan mereka yang beranekaragam. Yang termasuk dalam kelompok prasarana

pariwisata adalah :

1) Instalasi Pembangkit Tenaga Listrik dan Instalasi Penyediaan air minum.

2) Prasarana perhubungan seperti : jaringan jalan raya, kereta api, pelabuhan

3) Sistem pengairan atau irigasi untuk kepintingan pertanian, peternakan dan lain

sebagainya.

30
2.2 Pengertian Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengaruh adalah daya yang ada atau

timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau

perbuatan seseorang. Pengertian pengaruh menurut beberapa ahli yaitu:

1. Menurut Wiryanto, pengaruh adalah tokoh formal dan informal di masyarakat

yang memiliki ciri-ciri kosmopolitan, inovatif, kompeten, dan aksesibel

dibandingkan dengan pihak yang dipengaruhi.

2. Menurut M. Suyanto, pengaruh adalah nilai kualitas suatu iklan melalui media

tertentu.

3. Menurut Uwe Becker, pengaruh adalah kemampuan yang terus berkembang

dan tidak terlalu terkait dengan usaha memperjuangkan dan memaksakan

kepentingan.

4. Menurut Norman Barry, pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan agar bertindak

dengan cara tertentu, terdorong untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman

sanksi yang terbuka tidak merupakan motivasi yang mendorongnya.

5. Menurut Robert Dahl, pengaruh diumpamakan sebagai berikut: A mempunyai

pengaruh atas B sejauh ia dapat menyebabkan B untuk berbuat sesuatu yang

sebenarnya tidak akan B lakukan.

6. Menurut Sosiologi Pedesaan, pengaruh adalah kekuasaan yang bisa

mengakibatkan perubahan perilaku orang atau kelompok lain.

7. Menurut Bartram Johannes Otto Schrieke, pengaruh adalah bentuk dari suatu

kekuasaan yang tidak dapat diukur kepastiannya.

31
8. Menurut Albert R. Roberts dan Gilbert, pengaruh adalah wajah kekuasaan

yang diperoleh oleh orang saat tidak memiliki kewenangan untuk mengambil

keputusan.

9. Menurut Jhon Miller, pengaruh adalah komoditi berharga dalam dunia politik

Indonesia.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan

sebuah hal abstrak yang tidak bisa dilihat tapi bisa dirasakan keberadaan dan

kegunaannya dalam kehidupan dan aktivitas manusia sebagai makhluk sosial.

2.3 Bencana
2.3.1 Pengertian Bencana

Menurut (Rachmahadi Purwana (2013) bencana merupakan manifestasi

perpaduan antara marabahaya (yang sebelumnya bersifat potensial) dengan manusia

(atau objek lain yang menyangkut menyatakan bahwa : Bencana tidak hanya

disebabkan oleh perilaku manusia, tetapi juga merupakan faktor lingkungan alam dan

buatan. Dampaknya menyebabkan setiap satuan unit ruang memiliki tingkat resiko

bencana yang beragam karena terdiri dari elemen-elemen pendukung yang beragam.

Setiap unit ruang atau wilayah memiliki,keunikan yang berbeda, maka ketahanan

masyarakat terhadap bencana pun beragam sesuai dengan tingkat kerentananya”.

Menurut Undang -Undang No. 24 Tahun 2007 Bencana adalah peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

32
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bahaya adalah suatu

fenomena alam / buatan yang mempunyai potensi mengancam kehidupan manusia,

kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan. Kerentanan adalah kondisi dari

suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah atau menyebabkan

ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya. Tingkat kerentanan adalah

suatu hal penting untuk diketahui sebagai salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap terjadinya bencana, karena bencana baru akan terjadi bila bahaya terjadi

pada kondisi yang rentan. Tingkat kerentanan dapat ditinjau dari kerentanan fisik

(infra-struktur), sosial kependudukan dan ekonomi.

Bencana merupakan manifestasi perpaduan antara marabahaya (yang

sebelumnya bersifat pontesial) dengan manusia (atau objek lain yang menyangkut

kepentingan manusia) sehingga menjadi keadaan darurat yang mendesak. Untuk

pedoman dalam menangani sering dipakai acuan jumlah manusia yang terkena

marabahaya sehingga menjadi keadaan darurat yang mendesak. Untuk pedoman

dalam menangani sering dipakai acuan jumlah manusia yang terkena marabahaya

sehingga menyebabkan kematian, kesakitan, dan cedera. Penanganan bencana dapat

juga berpatokan pada besar kecilnya kerusakan materi yaitu kerusakan harta-harta

serta kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan jenis dan penyebabnya bencana dapat dikategorikan menjadi tiga

yaitu bencana yang disebabkan oleh alam atau natural disaster, bencana akibat

teknologi atau technological-caused disaster dan bencana akibat manusia atau

human-caused disaster (Etkin, 2016).

33
1) Bencana alam (natural disaster)

Kejadian bencana alam diperkirakan akan terus meningkat yang disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu variasi dari siklus alam seperti solar maxima, gempa bumi

dan aktivitas vulkanik, pemanasan global yang minimal dapat meningkatkan

aktivitas badai yang mematikan dan kekeringan di beberapa wilayah,

bertambahnya variasi jenis penyakit dan penyakit akibat vector akibat pemanasan

global dan perubahan musim, kondisi cuaca serta suhu dan kelembaban ambient

yang menyebabkan dampak buruk pada cadangan makanan, produksi zat allergen

dan isu kesehatan pada manusia (Hogan & Burstein, 2007). Bencana alam

(natural disasters) dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu (Keim, 2015):

a) Bencana akibat kejadian biologis (biological disaster). Bencana ini

disebabkan oleh patogen bakteri atau virus yang dapat berbentuk

pandemic, wabah, atau epidemic penyakit menular. Dalam Dictionary of

Disaster Medicine and Humanitarian Relief disebutkan bahwa bencana

biologis adalah bencana yang diakibatkan oleh paparan/pajanan biomassa

atau organisme hidup dalam jumlah besar terhadap zat-zat beracun,

bakteri atau radiasi (S. W. A. Gunn, 2013).

b) Bencana akibat kejadian hidro-meteorologik (hydro-meteorological

disaster). Bencana ini dapat disebabkan oleh curah hujan yang tinggi atau

rendah. Yang sering terjadi adalah bencana akibat curah hujan tinggi

yaitu banjur dan badai. Bencana badai meliputi badai siklon tropis,

tornado, badai angin, dan badai salju. Sedangkan bencana akibat curah

hujan rendah antara lain: kekeringan (kadang bersamaan dengan badai

34
debu), kebakaran yang tidak terkendali seperti di hutan, dan gelombang

panas.

c) Bencana akibat kejadian geofisika (geo-physical disaster). Bencana ini

disebabkan oleh energi yang dihasilkan dari berbagai kejadian geofisika.

Bencana ini terbagi menjadi tiga yaitu (1) bencana karena energi seismic

seperti gempa bumi dan tsunami; (2) bencana karena energi vulkanik

seperti erupsi gunung berapi dan aliran larva gunung; dan (3) bencana

karena energy gravitasi seperti longsor (longsoran puing, longsor lumpur,

longsoran lahar vulkanik, dan longsoran salju.

2) Bencana akibat industri atau industrial-induced disaster merupakan bencana yang

terjadi karena proses atau kegiatan industri termasuk dalam penciptaan, uji coba,

penerapan, atau kegagalan dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengembangan teknologi menghasilkan hazard (bahaya) industri seperti limbah

dan radiasi industri serta bencana kimia. Berton-ton material berbahaya dibawa ke

pemukiman padat setiap hari, dimana setiap ton material memiliki potensi bahaya

yang mematikan (Hogan & Burstein, 2007). Contoh bencana teknologi adalah

ujicoba nuklir di Bikini Atoll kepulauan Masrshall tahun 1946, dan di Three Mile

Island Pennsylvania tahun 1976, dan di Chernobyl Ukraina tahun 1986 (A. M.

Gunn, 2008)

3) Bencana akibat manusia Bencana akibat manusia disebut juga manmade disaster

atau natural-induced disaster. (Beach, 2010). Bencana ini merupakan hasil dari

kesalahan yang dibuat manusia atau niat jahat dan kejadian apapun yang ketika

35
itu terjadi ditinggalkan oleh pelakunya dengan anggapan bahwa ketika bencana

terjadi lagi masyarakat dapat mencegahnya.

2.3.2 Jenis-Jenis Bencana Alam

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2010), jenis-jenis

bencana antara alam lain:

1) Gempa Bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi

(pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Mekanisme perusakan

terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di

permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya

bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat

memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya

yang merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan bencana

ikutan berupa , kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya

bendungan maupun tanggul penahan lainnya.

2) Tsunami diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang

ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut

bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. Kecepatan

tsunami yang naik ke daratan (run-up) berkurang menjadi sekitar 25-100 Km/jam

dan ketinggian air.

3) Letusan Gunung Berapi adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang

dikenal dengan istilah "erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan

36
dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada

batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi

sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar

(magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui

rekahan-rekahan mendekati permukaan bumi. Setiap gunung api memiliki

karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau produk yang

dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan gunung

api tetap membawa bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan gunung api memiliki

resiko merusak dan mematikan.

4) Tanah Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,

ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari

terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah

longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun

lereng.

5) Banjir dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang

begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba

yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan

hutan disepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun

menimbulkan korban jiwa.

6) Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh dibawah

kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan

lingkungan.

37
7) Angin Topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam

atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis diantara garis balik utara dan

selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa.

Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Angin

paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius

ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan

kecepatan sekitar 20 Km/jam. Di Indonesia dikenal dengan sebutan angin badai.

8) Gelombang Pasang adalah gelombang air laut yang melebihi batas normal dan

dapat menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di darat terutama daerah

pinggir pantai. Umumnya gelombang pasang terjadi karena adanya angin kencang

atau topan, perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena ada pengaruh dari

gravitasi bulan maupun matahari. Kecepatan gelombang pasang sekitar 10-100

Km/jam. Gelombang pasang sangat berbahaya bagi kapal-kapal yang sedang

berlayar pada suatu wilayah yang dapat menenggelamkan kapal-kapal tersebut.

Jika terjadi gelombang pasang di laut akan menyebabkan tersapunya daerah

pinggir pantai atau disebut dengan abrasi.

2.3.3 Pengaruh Bencana

Pengaruh bencana adalah akibat yang timbul dari kejadian bencana dapat

berupa korban jiwa, luka, pengungsian, kerusakan pada infrastruktur/asset,

lingkungan ekosistem, harta benda, gangguan pada stabilitas sosial-ekonomi. Besar

kecilnya dampak bencana tergantung pada tingkat ancaman (hazard), kerentanan

38
(vulnerability), dan kapasitas/kemampuan untuk menanggulangi bencana. Dampak

bencana menurut Benson and Clay dalam Nurjannah et.all dibagi menjadi tiga bagian

yaitu :

1) Dampak langsung (direct impact), meliputi kerugian finansial dari kerusakan

asset ekonomi, misalnya rusaknya bangunan seperti tempat tinggal dan tempat

usaha.

2) Dampak tidak langsung (indirect impact) meliputi berhentinya proses produksi,

hilangnya sumber penerimaan yang dalam istilah ekonomi disebut flow value.

3) Dampak sekunder (secondary impact) atau dampak lanjutan. Misalnya

terhambatnya pertumbuhan ekonomi, terganggunya rencana pembangunan yang

telah disusun, meningkatnya angka kemiskinan dan lain-lain.

Dampak langsung akibat bencana alam lebih mudah dilakukan dari pada

dampak tidak langsung dan dampak sekunder. Kesulitan yang ada adalah melakukan

estimasi secara tepat total kerugian padahal untuk menentukan skala bantuan yang

optimal dibutuhkan penghitungan kerugian secara tepat. Disamping dampak bencana

yang dikemukakan diatas, terdapat dampak yang sering kurang mendapatkan

perhatian yaitu dampak psikologis. Dampak bencana ini mengakibatkan

terganggunya keseimbangan kondisi psikologis seseorang.

2.4 Mitigasi Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana Alam

Mitigasi dibagi menjadi dua, yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non

struktural. Mitigasi struktural merupakan tindakan untuk mengurangi dampak yang

diakibatkan oleh bencana secara fisik, seperti penggunaan pendekatan teknologi serta

39
pembangunan infrastruktur dalam rangka meminimalisasi dampak. Sedangkan

mitigasi non struktural merupakan tindakan yang terkait dengan kebijakan,

pengembangan ilmu pengetahuan, serta peningkatan kapasitas masyarakat melalui

perencanaan kedaruratan (Rahman dalam wulan, dkk 2016). Coburn et al dalam

Wulan, dkk 2016 menggolongkan upaya mitigasi bencana sebagai berikut :

1) Konstruksi dan teknik sipil, yaitu tindakan-tindakan teknik sipil terbagi menjadi

dua yaitu: (1) tindakantindakan yang menghasilkan struktur lebih kuat dan tahan

terhadap bahaya, (2) tindakan-tindakan yang menciptakan struktur-struktur

perlindungan terhadap bencana.

2) Perencanaan fisik. Pengaruh bencana alam seperti banjir dan tanah longsor

dengan mengalokasikan pemisahan pembangunan antara sektor industri

(aktivitas-aktivitas industri yang berbahaya) dengan pusat pemukiman.

3) Ekonomi. Perlindungan yang paling baik terhadap bencana di masa mendatang

adalah ekonomi yang kuat dimana keuntungan dibagi ke seluruh masyarakat atau

bisa disebut pembangunan ekonomi yang adil.

4) Masyarakat. Masyarakat dalam hal ini berperan penting untuk menyelamatkan

diri mereka sendiri dengan kesiapsiagaan, diwujudkan melalui sejumlah cara

seperti sosialisasi ke semua lapisan masyarakat.

2.5 Siklus Penanggulangan Bencana Alam

Penanggulangan bencana dapat dikelompokkan menjadi 3 Fase, yaitu fase

sebelum bencana, saat terjadi bencana dan setelah terjadinya bencana.

40
1) Sebelum Bencana

Fase sebelum bencana merupakan upaya untuk mengurangi kerugian harta dan

korban jiwa ketika terjadinya bencana. Kesiapsiagaan berupa penyusunan rencana

pengembangan, pembuatan sistem peringatan dini & pemantauan ancaman,

pemeliharaan persediaan, dan pelatihan, gladi dan simulasi penanganan bencana;

pelatihan pencarian dan penyelamatan, evakuasi dan memasang rambu evakuasi

dan peringatan di daerah rawan bencana; Langkah – langkah kesiapan bertujuan

untuk meminimalkan korban jiwa, gangguan layanan dan kerusakan saat bencana

terjadi. Mitigasi mencakup semua langkah untuk mengurangi skala bencana

dimasa mendatang, baik efek maupun kondisi rentan terhadap bahaya itu sendiri.

Upaya mitigasi antara lain: pembangunan rumah tahan gempa, pembuatan irigasi

air, reboisasi.

2) Saat Bencana ( Tanggap Darurat)

Tanggap darurat merupakan upaya yang dilakukan segera saat bencana terjadi

untuk mengurangi dampak bencana, seperti penyelamatan jiwa dan harta benda

Upaya-upaya pada saat terjadinya bencana: Penyelamatan dan evakuasi korban

maupun harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan

pengungsi, penyelamatan serta pemulihan fasilitas dasar seperti transportasi,

listrik, pasokan air.

3) Pasca Bencana ( Recovery)

Penanggulangan pasca bencana terdiri dari 2 tindakan utama:

a) Rehabilitasi berupa perbaikan dan pemulihan aspek pelayanan publik,

pendidikan, kesehatan, kejiwaan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan,

41
lingkungan, prasarana transportasi, pada wilayah pascabencana dengan

sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek

pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.

b) Rekonstruksi; yaitu pembangunan kembali semua sarana dan prasarana,

kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan

maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya

kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,

dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan

bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.

2.6 Bencana Banjir

Banjir adalah kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering

mengakibatkan kerugian jiwa, harta dan benda. Banjir Menurut Suripin (2003) adalah

suatu kondisi di mana tidak tertampungnya air dalam saluran pembuang (palung

sungai) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang, sehingga meluap

menggenangi daerah (dataran banjir) sekitarnya. Banjir menurut Yuni Retnan (2010)

merupakan bagian dari fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang

banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan

sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menggenangi permukaan

daratan kawasan tersebut.

Sepanjang tahun 2016-2017, di Indonesia, Banjir menempati urutan teratas

dari jumlah kejadinya, yaitu sebesar 32,9% dari total bencana alam, kemudian disusul

42
oleh bencana tanah longsor yang menempati posisi 2 dengan persentase 27,1%,

putting beliung 29,1%, kebakaran hutan dan lahan 5,8%.

2.6.1 Jenis Banjir

Bencana alam banjir dilihat dari penyebabnya dapat dibagi menjadi beberapa

macam, diantaranya (Yuni Retnan, 2010):

1. Banjir Air

Banjir air merupakan banjir yang sering sekali terjadi saat ini. Penyebab dari

banjir ini adalah kondisi air yang meluap di beberapa tempat, seperti sungai,

danau maupun selokan. Meluapnya air dari tempat-tempat tersebut yang

biasanya menjadi tempat penampungan dan sirkulasinya membuat daratan

yang ada di sekitarnya akan tergenang air. Banjir ini biasanya terjadi karena

hujan yang begitu lama sehingga sungai, danau maupun selokan tidak lagi

cukup untuk menampung semua air hujan tersebut.

2. Banjir Cileuncang

Banjir ini sebenarnya hampir sama dengan banjir air. Tetapi banjir cileuncang

ini terjadi karena hujan yang deras dengan debit/aliran air yang begitu besar.

Sedemikian sehingga air hujan yang sangat banyak ini tidak mampu mengalir

melalu saluran air (drainase) sehingga air pun meluap dan menggenangi

daratan.

3. Banjir Rob (Laut Pasang)

Banjir laut pasang atau dikenal dengan sebutan banjir rob merupakan jenis

banjir yang disebabkan oleh naiknya atau pasangnya air laut sehingga menuju

43
ke daratan sekitarnya. Banjir jenis ini biasanya sering menimpa pemukiman

bahkan kota-kota yang berada di pinggir laut, seperti daerah Muara Baru di

ibukota Jakarta. Terjadinya air pasang ini di laut akan menahan aliran air

sungai yang seharusnya menuju ke laut. Karena tumpukan air sungai

tersebutlah yang menyebabkan tanggul jebol dan air menggenangi daratan.

4. Banjir Bandang

Banjir bandang merupakan banjir yang tidak hanya membawa air saja tapi

material-material lainnya seperti sampah dan lumpur. Biasanya banjir ini

disebabkan karena bendungan air yang jebol. Sehingga banjir ini memiliki

tingkat bahaya yang lebih tinggi daripada banjir air. Bukan hanya karena

mengangkut material-material lain di dalamnya yang tidak memungkinkan

manusia berenang dengan mudah, tetapi juga arus air yang terdakang sangat

deras.

5. Banjir Lahar

Banjir lahar merupakan jenis banjir yang disebabkan oleh lahar gunung berapi

yang masih aktif saat mengalami erupsi atau meletus. Dari proses erupsi inilah

nantinya gunung akan mengeluarkan lahar dingin yang akan menyebar ke

lingkungan sekitarnya. Air dalam sungai akan mengalami pendangkalan

sehingga juga akan ikut meluap merendam daratan.

6. Banjir Lumpur

Banjir ini merupakan jenis banjir yang disebabkan oleh lumpur. Salah satu

contoh identik yang masih terjadi sampai saat ini adalah banjir lumpur

Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Banjir lumpur ini hampir menyerupai banjir

44
bandang, tetapi lebih disebabkan karena keluarnya lumpur dari dalam bumi

yang kemudian menggenangi daratan. Tentu lumpur yang keluar dari dalam

bumi tersebut berbeda dengan lumpur-lumpur yang ada di permukaan. Hal ini

bisadianalisa dari kandungan yang dimilikinya, seperti gas-gas kimia yang

berbahaya.

2.6.2 Penyebab Banjir

Banjir bisa saja terjadi karena banyak faktor yang menjadi penyebabnya.

Secara umum, beberapa penyebab terjadinya banjir, antara lain (Yuni Retnan, 2010):

1. Penebangan Liar

Pohon memiliki fungsi untuk mempertahankan suatu kontur tanah untuk tetap

pada posisinya sehingga tidak terjadi longsor, selain itu pohon juga memiliki

fungsi untuk menyerap air sebagaimana telah disebutkan pada poin

sebelumnya. Jika pada wilayah yang seharusnya memiliki pohon yang rimbun

seperti daerah pegunungan ternyata pohonnya ditebangi secara liar, maka

sudah pasti jika terjadi hujan pada daerah tersebut air hujannya tidak akan

diserap ke dalam tanah tetapi akan langsung mengalir ke daerah rendah

contohnya daerah hilir atau perkotaan dan perdesaan yang menyebabkan

banjir

2. Kurangnya Daerah Resapan Air

Daerah resapan air merupakan suatu daerah yang banyak ditanami pohon atau

yang memiliki danau yang berfungsi untuk menampung atau menyerap air ke

dalam tanah dan disimpan sebagai cadangan air tanah. Akan tetapi karena di

45
daerah perkotaan seiring meningkatnya bangunan yang dibangun sehingga

menggeser fungsi lahan hijau sebagai resapan air menjadi bangunan beton

yang tentunya akan menghambat air untuk masuk ke dalam tanah. Sehingga

terjadi genangan air yang selanjutnya terjadi banjir.

3. Pendangkalan Sungai

Sungai sebagai media mengalirnya air yang tertampung dari hujan dan saluran

air menuju ke laut lepas tentunya sangat memegang peranan penting pada

terjadi atau tidaknya banjir di suatu daerah. Jika sungainya rusak dan tercemar

tentu fungsinya sebagai aliran air menuju ke laut akan terganggu dan sudah

dipastikan akan terjadi banjir. Biasanya kerusakan yang terjadi di sungai yaitu

endapan tanah atau sedimentasi yang tinggi, sampah yang dibuang ke sungai

sehingga terjadi pendangkalan, serta fungsi sempadan sungai atau bantaran

sungai yang disalah gunakan menjadi pemukiman penduduk.

4. Buruknya Saluran Air

Pada kota-kota besar kerap terjadi biasanya dikarenakan saluran air yang

mengalirkan air hujan dari jalan ke sungai sudah tidak terawat. Banyak

saluran air di perkotaan yang tertutup sampah, memiliki ukuran yang kecil,

bahkan tertutup beton bangunan sehingga fungsinya sebagai saluran air tidak

dapat berjalan sebagaimana mestinya lalu kemudian terjadi genangan air di

jalanan yang menyebabkan banjir.

5. Kesadaran Masyarakat

Sikap masyarakat terhadap lingkungan sangat berpengaruh pada resiko

terjadinya banjir. Kebiasaan masyarakat membuang sampah ke saluran-

46
saluran air seperti sungai, gorong-gorong menjadi salah satu factor yang

mengakibatkan terjadinya banjir.. Sikap peduli terhadap lingkungan perlu

dimiliki oleh setiap lapisan masyarakat, selain dapat mengurangi resiko

terjadinya banjir, sikap peduli terhadap lingkungan juga akan menciptakan

masyarakat yang sehat dan tentunya akan meningkatkan taraf hidup

masyarakatnya.

2.7 Pengaruh Banjir Terhadap Kawasan Pariwisata


Dikutip dari ekonomi.bisnis.com bencana banjir yang terjadi berpengaruh

terhadap pelaku usaha dalam memacu kunjungan wisatawan serta rusaknya berbagai

fasilitas yang tersedia di suatu kawasan pariwisata. Seperti contoh Budijanto dalam

(bisnis.com tanggal 25 Februari 2020) mengatakan bencana banjir dijakarta

mengganggu aksesibilitas masyarakat sehingga mempengaruhi mobilitas wisatawan.

Kerugian ekonomi yang didapatkan tidak hanya secara langsung tetapi juga secara

tidak langsung.

Kerugian ekonomi langsung seperti misalnya rusaknya peralatan produksi

ataupun kerugian yang diakibatkan tidak terpakainya faktor produksi seperti mesin

ataupun tenaga kerja dan kendaraan untuk logistic. Sedangkan kerugian ekonomi

tidak langsung seperti berkurangnya pendapatan pedagang warung akibat tidak

masuknya sebagian pekerja. (www.ekonomi.bisnis.com)

47
2.8 Hipotesis
Menurut Robert B. Burns (2000), hipotetis merupakan suatu jenis proposisi

yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian di uji

secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotetis menyatakan

hubungan antara dua atau lebih variabel yang didalam nya pernyataan-pernyataan

hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis ini

diturunkan atau bersumber dari teori dan tujuan literatur yang berhubungan dengan

masalah yang akan diteliti. Pernyataan hubungan antar variabel, sebagaimana

dirumuskan dalam hipotesis, hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah

yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang

digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan

menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas

masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif,

peneliti menguji hipotesis yang akan diturunkan dari teori.

2.9 Analisis Sistem Korelasi

Analisis korelasional adalah suatu analisis untuk mengetahui tingkat

hubungan antara dua variabel atau lebih variabel bebas (X i) dengan variabel

terikatnya (Yi) dimana peneliti tidak memberikan perlakuan atau treatment apa pun

pada variabel bebasnya. Akan tetapi analisis korelasi ini tidak dapat “diklaim’’ untuk

menggambarkan sebuah “sebab-akibat” seperti pendapat John Aldrich dalam

bukunya “Correlations Genuine and Spurios in Pearson and Yule” yang berbunyi :

“correlation does not imply causation”. (related to “ignoring a common cause” and

48
questionable cause) is a phrase used in science and statistics to emphasize that

correlation between two variables does not automatically imply that one causes the

other (though correlation is necessary for linear causation in the obsence of any

third and countervailing causative variable, and can indicate possible causes or

areas for further investigation; in other words, correlation can be a hint)’’.

Pendapat ini sangat jelas meningkatkan kita bahwa korelasi tidak berarti

hubungan sebab-akibat, tetapi merupakan indikasi kemungkinan penyebab atau area

untuk penyelidikan lebih lanjut, dengan kata lain, hubungan dapat menjadi sebuah

petunjuk. Dengan demikian, tampak jelas bahwa apabila peneliti melakukan analisis

korelasi dan regresi maka sebenarnya peneliti baru sampai pada tahap analisis

hubungan dalam menjawab hipotesis “seberapa besar hubungan variabel Y dapat

diprediksi oleh variabel independen (Xi)?, tetapi belum sampai pada tahap analisis

kausal yang harus menjawab pertanyaan “seberapa besar pengaruh kausal variabel-

variabel eksogenus (Xi) terhadap variabel-variabel endogen (Y) baik langsung

(direct), tidak langsung (indirect) maupun secara total. Jadi Analisa korelasi

bertujuan untuk mengukur “seberapa kuat” atau “derajat kedekatan”suatu relasi yang

terjadi antar variabel.

49
Tabel 2.1 Sintesa Teori

No Tinjauan Pustaka Sumber Pustaka Keterangan


Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
1 Pengertian Pariwisata Undang-Undang Nomor 10 termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha
Tahun 2009 yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata
Setiap orang yang datang di suatu negara yang alasanya bukan untuk
2 Pengertian Wisatawan Norval dalam Yuliani (2013) menetap atau bekerja di situ secara teratur, dan membelanjakan uang
yang di dapatkannya di lain tempat
3 Destinasi Pariwisata Prof. Mariotti dalam Oka A 1. Harus memiliki something to see
Yoeti (1996) 2. Harus menyediakan something to do
3. Harus menyediakan something to buy
Pariwisata dikategorikan berdasarkan dari asal wisatawan, neraca
4 Bentuk-bentuk Pariwisata Pendit (1994) pembayaran, jangka waktu, jumlah wisatawan, dan alat angkut yang
digunakan
1. Sarana terbagi menjadi tiga bagian yaitu sarana pokok
5 Sarana dan Prasarana 1. Yoeti 1996 kepariwisataan, sarana pelengkap kepariwisataan dan sarana
Pariwisata 2. Wahab dalam buku Yoeti, penunjang kepariwisataan.
(1982) 2. Semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan
dapat hidup dan berkembang serta dapat memberi pelayanan kepada
wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beranekaragam

Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
6 Pengertian Pengaruh KBBI membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang

50
No Tinjauan Pustaka Sumber Pustaka Keterangan
Rachmahadi Purwana (2013) Manifestasi perpaduan antara marabahaya (yang sebelumnya bersifat
7 Pengertian Bencana potensial) dengan manusia (atau objek lain yang menyangkut
menyatakan bahwa : Bencana tidak hanya disebabkan oleh perilaku
manusia, tetapi juga merupakan faktor lingkungan alam dan buatan.
Dampaknya menyebabkan setiap satuan unit ruang memiliki tingkat
resiko bencana yang beragam karena terdiri dari elemen-elemen
pendukung yang beragam.

BNPB 2010 Gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir,
8 Jenis-jenis Bencana Alam kekeringan, angin topan, dan gelombang pasang.

Rahman dalam wulan, dkk 2016 Mitigasi dibagi menjadi dua, yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non
9 Mitigasi Bencana Alam struktural. Mitigasi struktural merupakan tindakan untuk mengurangi
dampak yang diakibatkan oleh bencana secara fisik, seperti penggunaan
pendekatan teknologi serta pembangunan infrastruktur dalam rangka
meminimalisasi dampak. Sedangkan mitigasi non struktural merupakan
tindakan yang terkait dengan kebijakan, pengembangan ilmu
pengetahuan, serta peningkatan kapasitas masyarakat melalui
perencanaan kedaruratan

Bagian dari fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang
10 Pengertian Bencana Banjir Yuni Retnan (2010) banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat
didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga
menggenangi permukaan daratan kawasan tersebut.
Menurut Yuni Retnan (2010), banjir terbagi menjadi banjir air, banjir
11 Jenis-jenis Banjir Yuni Retnan (2010) cileuncang, banjir Rob (laut pasang), banjir bandang, banjir lahar, dan
banjir lumpur.

51
No Tinjauan Pustaka Sumber Pustaka Keterangan
Penebangan liar, kurangnya daerah resapan air, pendangkalan sungai,
12 Penyebab Banjir Yuli Retnan (2010) buruknya saluran air, kesadaran masyarakat.

Bencana banjir yang terjadi berpengaruh terhadap pelaku usaha dalam


13 Pengaruh Banjir Terhadap Ekonomi.bisnis.com memacu kunjungan wisatawan serta rusaknya berbagai fasilitas yang
Kawasan Pariwisata tersedia di suatu kawasan pariwisata.

Teknik analisis korelasional terutama digunakan untuk mengetahui


14 Analisis Korelasi Setyo Budiwanto kecenderungan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel
lainnya. Variabel-variabel yang dianalisis hubungannya adalah variabel
tergantung (dependent variable) dengan variabel-variabel bebas
(independent variable) (Thomas dan Nelson: 1990). Berdasarkan
jumlah variabel yang dikorelasikan, dibedakan menjadi korelasi dua
variabel (bivariat) dan korelasi ganda (multi variat). Yang perlu
ditegaskan dalam melakukan analisis korelasional ini ialah bahwa
variabel-variabel yang akan dikorelasikan harus mempunyai landasan
teori atau kerangka teori.
Sumber : Hasil Analisis, 2020

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

52
No Nama Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil
Penelitian
Analisis Kelayakan 1. Mengetahui tingkat Skala Likert atau Hasil pengharkatan (scoring) dan persentase
1 Afdia Yulesty Danau Tajwid (Kajuid) kelayakan Danau pengharkatan untuk indikator aspek atraksi alam dan
Sebagai Objek Wisata Tajwid (Kajuid) (skoring) aksesibilitas pada tingkat penilaian berada di
di Kecamatan Langgam sebagai objek wisata kelas II mendukung sehingga layak untuk
Kabupaten Pelalawan dilihat dari aspek dijadikan objek wisata. Indikator sarana dan
atraksi alam, prasarana kurang mendukung dikategorikan
aksesibilitas, sarana pada kelas III seperti tidak adanya penginapan,
dan prasarana. kurangnya rumah makan/warung makan,
2. Mengetahui perilaku fasilitas kesehatan yang agak jauh, toilet/wc
pengunjung ke Danau umum yang kurang memadai untuk digunakan,
Tajwid (Kajuid) yang tidak adanya papan informasi sebagai petunjuk
dilihat dari wisatawan arah jalan di lokasi objek wisata.
yang berkunjung.
Keragaman Hayati dan Mengetahui potensi dan direct Masyarakat sangat arif menjaga Danau Tajwid,
2 Eko Sutrisno Pola Pemanfaatan status keragaman hayati observation selain sebagai sumber mata pencaharian
dan Agus Danau Tajwid (Kajuid) yang terdapat di Kawasan tentunya keberadaan danau ini dipandang
Wahyudi di Kebupaten Danau Tajwid sebagai nilai sosial suku. Kearifan terwujud
Pelalawan dalam berbagai tingkah laku di antaranya,
memelihara pohon-pohon di pinggir danau.
Pohon-pohon besar dan kecil di pinggir danau
dipelihara dalam pengertian tidak ditebang atau
dirusak. Pohon-pohon besar yang tumbuh di
pinggir danau antara lain rengas, bungur,
cempedak hutan, sialang dan pohon non
komersil lainnya. Pohon-pohon tersebut
mempunyai akar yang banyak dan menancap
dengan kokoh yang berfungsi untuk menjaga
abrasi dan erosi.

53
No Nama Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil
Penelitian
Analisis Tingkat Menganalisis tingkat Metode analisis Berdasarkan hasil dari analisis dan pengujian
3 Renggi Disparitas Wilayah di disparitas wilayah yang kualitatif dan data yang telah dilakukan mengenai tingkat
Erwanda Provinsi Kepulauan terjadi di Provinsi kuantitatif disparitas dan faktor yang mempengaruhi maka
Siregar Riau Tahun 2013-2017 Kepulauan Riau dengan dapat diperoleh yaitu tidak adanya pengaruh
berdasarkan aspek menggunakan IPM, PAD, PDRB Perkapita terhadap disparitas
ekonomi Teknik wilayah di Provinsi Kepulauan Riau.
pengumpulan
data Triangulasi
(Gabungan)
Sumber : Hasil Analisis, 2020

54
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Pendekatan penelitian adalah rencana konsep prosedur untuk penelitian yang

mencakup langkah-langkah mulai dari asumsi luas hingga metode terperinci dalam

pengumpulan data, analisis, dan interpretasi. Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan yang bersifat deduktif dengan metode penelitian

deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang

bermula dari keadaaan umum kekeadaan yang khusus sebagai pendekatan pengajaran

yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh

khusus atau penerapan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan khusus (Sagala,

2010).

3.2 Metode Penelitian


3.2.1 Metode Kualitatif

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

(qualitative research). Metode penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan

Bogdan dan Taylor (L.J. Maleong, 2011) sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati. Selain itu, metode penelitian kualitatif menurut Syaodih

Nana, (2007) adalah cara untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara

55
individual maupun kelompok. Metode deskriptif kualitatif adalah metode penelitian

yang menggambarkan suatu hasil penelitian dengan berlandaskan pada filsafat post

positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai

lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan

sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan

dengan tri-anggulasi (gabungan) (Sugiyono, 2011).

3.2.2 Metode Kuantitatif

Menurut Sugiyono (2013), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada

umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan.

Metode kuantitatif merupakan metode yang menggunakan data yang terukur

dan dianalisis dengan cara statistik (Cresswell, 2003). Teknik analisis ini digunakan

untuk melihat pengaruh banjir terhadap kawasan wisata Danau Tajwid (Kajuid)

sebagaimana bisa diliat pengaruh terhadap pengunjung maupun pihak pengelola

kawasan tersebut. Setelah pengambilan sampel dan populasi kemudian diuji dengan

hipotesis yang ada maka akan dapat dilihat kecendrungan terhadap kawasan tersebut.

56
3.3 Bahan dan Alat Penelitian
Dalam proses pelaksanaan dan penyelesaian penelitian ini digunakan

beberapa bahan dan alat penelitian, meliputi :

1. Buku-buku yang berhubungan dengan kawasan pariwisata sebagai literature

penelitian.

2. Alat tulis (buku, pena atau pensil) digunakan pada saat survey maupun saat

pengumpulan data.

3. Kamera digital digunakan sebagai alat untuk mendokumentasikan data dari

hasil survey.

4. Komputer dan printer, untuk mengolah dan mencetak data.

3.4 Jenis Data


Menurut Lubis (2016) “Data adalah fakta-fakta yang menggambarkan suatu

kejadian yang sebenarnya pada waktu tertentu”. Lain pula menurut Anhar (2010)

“Data merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian dan merupakan

kesatuan nyata yang nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar suatu informasi”.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder,

sebagai berikut :

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian,

dalam hal ini peneliti memperoleh data atau informasi langsung dengan

menggunakan instrumen-instrumen yang telah ditetapkan. Data primer dikumpulkan

oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Pengumpulan data

57
primer merupakan bagian internal dari proses penelitian dan yang seringkali

diperlukan untuk tujuan pengambilan keputusan. Data primer dianggap lebih akurat,

karena data ini disajikan secara terperinci. Indriantoro dan Supomo dalam Purhantara

(2010)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dalam berbagai bentuk.

Biasanya sumber data ini lebih banyak sebagai data statistik atau data yang sudah

diolah sedemikian rupa sehingga siap digunakan dalam statistik biasanya tersedia

pada kanto-kantor pemerintahan, biro jasa data, perusahaan swasta atau badan lain

yang berhubungan dengan pengunaan data. ( Moehar, 2002)

Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah

tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak

dipublikasikan. Dalam penelitian ini data sekunder didapat dari lembaga maupun

perusahaan atau pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.

Indrianto dan Supomo dalam (Purhantara, 2010) ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh peneliti berkaitan dengan data sekunder, terutama

berkaitan dengan keakurasian data. Langkah yang perlu ditempuh peniliti adalah :

1. Kemampuan data yang tersedia untuk menjawab masalah atau pertanyaan

(kesesuaian dengan pertanyaan penelitian).

2. Kesesuain antara periode waktu tersedianya data dengan periode waktu yang

diinginkan dalam penelitian.

58
3. Kesesuian antara populasi data yang ada dengan populasi yang menjadi

perhatian peneliti

4. Relevansi dan konsistensi unit pengukur yang digunakan

5. Biaya yang dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder

6. Kemungkinan biasa yang ditimbulkan oleh data sekunder.

7. Dapat atau tidaknya dilkukan pengujian terhadap akurasi pengumpulan data.

Data sekunder diperlukan untuk membantu dalam menganalisis data, data

sekunder yang diperlukan meliputi sebagai berikut :

1. Dokumen-dokumen terkait kawasan wisata Danau Tajwid (Kajuid)

Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan.

2. Peta-peta yang mendukung dalam penelitian.

Data tersebut didapatkan melalui instansi-instansi terkait seperti Dinas

Pariwisata, Dinas Penataan Ruang dan lain-lain.

3.5 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Setelah mengkaji

teori dan konsep dari berbagai literatur yang ada, maka dapat ditarik sebuah

kesimpulan bahwa untuk penentuan dalam melihat pengaruh banjir terhadap kawasan

pariwisata Danau Tajwid (Kajuid) Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan dapat

dilihat pada tabel 3.1 berikut ini :

59
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
Metode
No Variabel Indikator Parameter
Analisis
1 Komponen Attraction Atraksi wisata Analisis
Pariwisata Deskriptif
Accessibility a. Akses jalan raya Kualitatif dan
b. Sarana transportasi Kuantitatif
c. Rambu-rambu
penunjuk jalan
Amenity a. Sarana penginapan
b. Informasi Wisata
c. Sarana Keamanan
d. Sarana Kebersihan
e. Sarana Komunikasi
f. Sarana Warung dan
Rumah Makan
g. Sarana Air Bersih
h. Sarana Listrik
i. Sarana Kesehatan
j. Sarana MCK
k. Sarana rest area
Activity Jasa atau layanan
terhadap kunjungan
wisatawan
2 Jenis- Jenis Banjir Jenis-Jenis Banjir a. Banjir Air Analisis
Terhadap Kawasan Menurut Yuli b. Banjir Cileuncang Deskriptif
Pariwisata Danau Retnan (2010) c. Banjir Rob (laut Kualitatif
Tajwid (Kajuid) pasang)
d. Banjir Bandang
e. Banjir Lahar
f. Banjir Lumpur
3 Pengaruh Bencana a. H0 : Tidak terdapat Analisis
Banjir Terhadap pengaruh antara Korelasi
Kawasan banjir terhadap
Pariwisata Danau komponen pariwisata
Tajwid dari segi atraksi,
aksesibilitas,
amenitas, aktivitas
kawasan pariwisata
Danau Tajwid
(Kajuid).
H1: Terdapat Pengaruh
antara banjir terhadap
komponen pariwisata
dari segi atraksi,
aksesibilitas,
amenitas, aktivitas
kawasan pariwisata

60
Metode
No Variabel Indikator Parameter
Analisis
Danau Tajwid
(Kajuid).
b. H0 : Tidak terdapat
pengaruh antara banjir
terhadap kawasan
pariwisata Danau
Tajwid (Kajuid).
H1: Terdapat Pengaruh
antara banjir terhadap
kawasan pariwisata
Danau Tajwid
(Kajuid)

c.
Sumber : Hasil Analisis, 2020

3.6 Metode Pengumpulan Data


3.6.1 Metode Pengumpulan Data Primer

Data primer merupakan data pokok yang didapat langsung dari objek

penelitian, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Survei data primer dalam

penelitian ini menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan

data. Triangulasi merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data untuk

mendapatkan temuan dan interpretasi data yang lebih akurat dan kredibel.

Penggunaan metode yang digunakan disebut triangulasi dengan teknik yang banyak

(multiple methods) yaitu penggunaan metode yang lebih dari satu tahap mulai dari

observasi tentang suatu aspek, wawancara untuk mengumpulkan informasi yang

sama, dokumentasi tentang aspek yang sama dengan aspek yang dikumpulkan

datanya melalui observasi dan interviu, penyebaran kuisioner untuk memperkuat

61
jawaban dari responden tentang aspek yang sama. (Muri Yusuf, 2017). Berikut

pengumpulan data primer yaitu sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung,

dimaksudkan untuk mencatat informasi-informasi secara langsung di

lapangan yaitu survei ke lokasi dengan melihat karakteristik kawasan

pariwisata berdasarkan Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan

dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan

sumber-sumber informasi khusus dari karangan/tulisan, wasiat, buku, undang-

undang, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi dan gambar atau foto. Tentu

masing-masing cara ini akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda,

yang selanjutnya akan memberikan pandangan yang berbeda pula mengenai

fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan

pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.

3.6.2 Metode Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pelengkap yang berisi tentang hal-hal yang

bisa mendukung dan memiliki hubungan dengan data primer. Data sekunder

dilakukan pengumpulan dari beberapa sumber sebagai bahan referensi dalam

melakukan penelitian tugas akhir ini. Literature dari beberapa dokumen, arsip,

62
majalah, jurnal ilmiah, buku modul dan laporan penelitian dilakukan untuk kajian

literature mengenai tinjauan teori yang sesuai dengan penelitian tugas akhir ini.

Dalam melakukan pengumpulan data sekunder, dilakukan survei sekunder meliputi :

1. Studi Pustaka, dilakukan melalui studi kepustakaan di buku-buku, hasil

penelitian dan peraturan yang berhubungan dengan tema penelitian

2. Survei instansi, bertujuan mencari data-data pendukung yang berhubungan

langsung dengan tema penelitian

3.7 Populasi dan Sampel


3.7.1 Populasi

Populasi dalam penelitian merupakan merupakan wilayah yang ingin di teliti

oleh peneliti. Seperti menurut Sugiyono (2011) “Populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya”.

Pendapat di atas menjadi salah satu acuan bagi penulis untuk menentukan populasi.

Populasi yang akan digunakan sebagai penelitian adalah pengunjung (wisatawan),

pegawai dan penjual yang berada di Danau Tajwid (Kajuid) Kecamatan Langgam

Kabupaten Pelalawan.

3.7.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin di teliti oleh peneliti.

Menurut Sugiyono (2011) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut.” Sehingga sampel merupakan bagian dari populasi

63
yang ada, sehingga untuk pengambilan sampel harus menggunakan cara tertentu yang

didasarkan oleh pertimbangan-pertimbangan yang ada. Dalam teknik pengambilan

sampel ini penulis menggunakan teknik sampling purposive. Sugiyono (2011)

menjelaskan bahwa: “Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu.” Dari pengertian diatas agar memudahkan penelitian, penulis

menetapkan sifat-sifat dan katakteristik yang digunakan dalam penelitian ini. Sampel

yang akan digunakan peneliti memiliki ketentuan, yaitu para pengunjung dan pekerja

serta penjual yang memiliki usia 10 tahun keatas.

Menurut Arikunto (2006) mengatakan bahwa “apabila subjeknya kurang dari

seratus, lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan populasi. Tetapi,

jika jumlah subjek besar, dapat diambil antara 10-15% atau 15- 25% atau lebih.”

Pendapat tersebut sesuai menurut Roscoe dalam Sugiyono (2011:90) “ ukuran sampel

yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.” Dari keseluruhan

keterangan diatas makanya yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah

pengunjung, pekerja dan penjual yang berada di Danau Tajwid (Kajuid) dengan

mengambil sekitar 30-50 orang.

3.8 Teknik Analisis Data


3.8.1 Analisis Eksisting Pariwisata Danau Tajwid (Kajuid)

Dalam mengidentfifikasi karakteristik eksisting kawasan wisata Danau

Tajwid (Kajuid) menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini digunakan

untuk mengungkapkan suatu keadaan atau masalah sesuai apa adanya serta

mengungkapkan fakta-fakta hubungan antara fenomena yang diteliti melalui

64
pendeskripsian, pengembangan secara sistematis faktual dan akurat. kondisi apa

adanya, tanpa memberi perlakuan atau manipulasi pada variable yang diteliti. Jenis

penelitian deskriptif kualitatif merupakan jenis penelitian dengan proses memperoleh

data bersifat apa adanya.

3.8.2 Analisis Jenis Banjir di Danau Tajwid (Kajuid)

Jenis banjir yang ada di Danau Tajwid (Kajuid) diidentifikasi menggunakan

analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan atau

melukiskan fenomena yang diteliti secara sistematis, factual dan akurat dalam bentuk

uraian penjelasan suatu kondisi atau keadaan yang ada melalui pengamatan serta

wawancara terhadap pihak-pihak pengelola kawasan serta dilihat melalui dokumen

mengenai karakteristik wisata Danau Tajwid (Kajuid).

3.8.3 Analisis Pengaruh Banjir Terhadap Kawasan Pariwisata

Dalam mengidentifikasi dalam melihat pengaruh banjir terhadap pariwisata

menggunakan analisis kuantitatif dengan metode statistik. Metode statistik digunakan

untuk melihat pengaruh dengan pengujian korelasi terhadap hipotesa yang ada.

Pengukuran korelasi sampel diperoleh dengan cara menjumlahkan hasil

perkalian X’Y’ untuk semua nilai-nilai observasi dan merata-ratakannya dengan

pembagian n.

Jika X’ dan Y’ masing-masing dinyatakan dalam unit deviasi standarnya

maka akan diperoleh pengukuran korelasi yang bebas dari unit asal. Pengukuran

tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

65
Keterangan :

∑X = Jumlah total data variabel bebas

∑X 2
= Jumlah total kuadrat data variabel bebas

∑Y = Jumlah total data variabel terikat

∑X 2
= Jumlah total kuadrat data variabel terikat

∑XY = Jumlah total perkalian variabel bebas dan terikat

n = Jumlah sampel

Uji signifikansi korelansi

H0 : p ≤ 0

H1 : p ≥ 0

Pengujian :

thitung =

ttabel = (0,95 ; n – 2 )

Kesimpulan :

Jika thitung > ttabel maka tolak H0 terima H1. Dengan demikian, korelasi antara X

dan Y adalah signifikan.

66
Hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan mengenai suatu hal, atau hipotesis

merupakan jawaban sementara suatu masalah, atau juga hipotesis dapat diartikan

sebagai kesimpulan sementara tentang hubungan suatu variabel dengan satu atau

lebih variabel yang lain. Namun menurut Prof. Dr. S. Nasution definisi hipotesis

adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang

kita amati dalam usaha untuk memahaminya. Hipotesis statistik adalah hipotesis yang

dinyatakan dengan parameter suatu populasi.

Adapun definisi dari uji hipotesis adalah suatu prosedur yang digunakan untuk

menguji kevalidan hipotesis statistika suatu populasi dengan menggunakan data dari

sampel populasi tersebut. Sedangkan fungsi Hipotesis adalah :

1. Untuk menguji kebenaran suatu teori

2. Memberikan gagasan baru untuk mengembangkan suatu teori.

3. Memperluas pengetahuan peneliti mengenai suatu gejala yang sedang

dipelajari.

Hipotesis yang baik selalu memenuhi dua pernyataan, yaitu :

1. Menggambarkan hubungan antar variabel.

2. Dapat memberikan petunjuk bagaimana pengujian hubungan tersebut.

Hipotesis statisti ini dipergunakan jika peneliti melakukan uji analisis dengan

hanya menggunakan sebagian dari keseluruhan data yang ada. Sedangkan proses

Teknik statistika yang menggambarkan pengambilan dari keseluruhan arah sebagian

populasi disebut sebagai proses inferensi. Teknik statistika dalam menganalisis ini

sering juga disebut sebagai statistika inferensial. Jika analisis keseluruhan populasi,

maka proses tersebut disebut sebagai proses generalisasi. Jika dilihat dari bentuk

67
penyajiannya, hipotesis statistik disajikan dalam bentuk rumusan matematik tentang

parameter populasi yang akan diuji sejauh mana suatu data sampel mendukung

kebenaran hipotesis tersebut.

Uji t atau t-test adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui dan

membuktikan kembali apakah hubungan yang terjadi atara variabel bebas (X) dengan

variabel terikat (Y) memang benar-benar diperoleh secara kebetulan.

Menurut Sugiyono (2004) hal ini dapat dibuktikan dengan T-test :

t-test =

Adapun langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut :

a) Menentukan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)

H0 : b ≤ 0 ini berarti secara parsial dan variabel bebas tidak berpengaruh

positif dan signifikan terhadap variabel terikatnya.

Ha : b ≥ 0 secara parsial veriabel bebas berpengaruh positif dan signifikan

terhadap variabel terikatnya.

b) Menentukan level of signifikan (α), yang mana dalam penelitian ini adalah

sebesar 5% sehingga tingkat kebenaran (significant) dalam penelitian ini

adalah sebesar 95%.

c) Penentuan df (degree of freedom) dilakukan menggunakan persamaan :

df = n – k

dimana :

df = degree of freedom

n = jumlah responden, dan

68
k = jumlah variabel bebas

d) Menentukan kriteria pengujian

H0 diterima bila thitung ≤ ttabel

H0 ditolak bila thitung ≥ ttabel

Keputusan thitung dibandingkan ttabel adalah apabila thitung lebih besar dengan ttabel

nilai maka keputusan menolak hipotesis nol (H0) dan menerima hipotesis alternatif

(Ha). Ini berarti terdapat pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat,

sebaliknya, jika nilai thitung lebih kecil dengan nilai ttabel maka keputusan menerima

hipotesis nol (H0) dan menolak hipotesis alternatif (Ha) yang berarti tidak ada

pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat (Sugiyono, 2004).

3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan Langgam Kabupaten

Pelalawan Provinsi Riau yang memiliki luas sebesar 1.450 KM 2 yang diliat dari

Topografi wilayah Kecamatan langgam sebagian besar merupakan daerah dataran

rendah dan hanya Kelurahan Langgam saja yang dialiri sungai. Waktu Pelaksanaan

penelitian ini dilakukan dimulai dari bulan Agustus 2020 hingga bulan Juli 2021

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini :

69
Tabel 3.2 Tahapan Penelitian
Bulan dan Minggu

No Pekerjaan Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April M

III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1 Persiapan
dan
Penyusunan
Proposal

2 Persetujuan
judul TA

3 Pengurusan
SK TA dan
SK
Pembimbing

4 Bimbingan Proposal Penelitian

BAB I

BAB II

BAB III

5 Seminar
Proposal

6 Perbaikan
(revisi)

7 Pengumpulan Data

70
Bulan dan Minggu
No Pekerjaan
Data
Primer

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Data
Sekunder

8 Pengelolaan Laporan Hasil Penelitian

BAB IV

BAB V

BAB VI

9 Seminar
Hasil

10 Perbaikan
(revisi)

11 Komprehens
if

Sumber : Hasil analisis, 2020

71
3.10 Desain Survei
Dalam melakukan suatu penelitian sangat diperlukan sebagai perencanaan dan

perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik

dan sistematis. Desain survey dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut

ini :

72
Tabel 3.3 Desain Survei
Metode
Data yang Meto
No Sasaran Indikator Parameter Sumber Data Sumber Instansi Pengambilan
Dibutuhkan Anal
Data

1 Teridentifikasi kondisi eksisting Elemen Pariwisata 1. Atraksi 1. Jumlah 1. RTRW Kab Dinas Pariwisata Survei Analisis
pariwisata Danau Tajwid 2. Aksesibilitas pengunjung Pelalawan Kabupaten Sekunder Deskrip
(Kajuid) berdasarkan elemen 3. Amenitas wisatawan 2. Kebijakan Pelalawan Kualitat
pariwisata 4. Aktivitas pariwisata
5. Wisatawan atau UU

Peta 1. Monografi Kantor Survei Analisis


1. Peta Kecamatan / Kecamatan Sekunder Deskrip
administrasi Profil Langgam Kualitat
2. Peta persebaran Kelurahan
titik banjir
2. Shp

2 Teridentifikasi banjir di Danau Jenis banjir 1. Banjir air - 1. Observasi - Survei Primer Analisis
Tajwid (Kajuid). 2. Banjir 2. Dokumen Deskrip
cileuncang Kualitat
3. Banjir Rob
4. Banjir bandang
5. Banjir lahar
6. Banjir lumpur

3 Teridentifikasi pengaruh banjir H0 = Tidak Pengaruh antara - 1. Observasi - Survei Primer Analisis
pada kawasan pariwisata di berpengaruh banjir dengan Korelasi
Danau Tajwid (Kajuid). kawasan
H1 = Berpengaruh pariwisata
Sumber : Hasil Analisis 2020

73
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Utama, I Gusti Bagus Rai dan Ni Made Eka Mahadewi. 2012. Metodologi Penelitian

Pariwisata dan Perhotelan. Yogyakarta : Penerbit CV Andi Offset

Riadi, Edi. 2016. Statistika Penelitian. Yogyakarta : Penerbit CV Andi Offset

Yoeti, Oka A. 2008 . Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : Penerbit

PT Pradnya Paramita

Suwena, I Ketut dan I Gusti Ngurah Widyatmaja. 2017. Pengetahuan Dasar Ilmu

Pariwisata. Denpasar : Penerbit Pustaka Larasan

Djafar, Suaib. 2015. Evaluasi Kebijakan Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Ombak

Undang-Undang

Pemerintah Indonesia. 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

2009 tentang Kepariwisataan. Lembaran RI Tahun 2009. Jakarta : Sekretariat

Negara

Skripsi

Rabby, Chaerani. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Sektor Pariwisata di Kabupaten Gowa. Skripsi Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar

74
Siregar, Renggi Erwanda. 2020. Analisis Tingkat Disparitas Wilayah di Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2013-2017. Skripsi Universitas Islam Riau

Jurnal

Sutrisno, Eko dan Agus Wahyudi. 2015. “Keanekaragaman Hayati dan Pola

Pemanfaatan Danau Tajwid di Kabupaten Pelalawan”. Dalam Jurnal Balai

Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan Vol 1 No 3, Juni 2015, ISSN

2407-8050. BPTSTH

Yulesti, Afdia. 2017. “Analisis Kelayakan Danau Tajwid (Kajuid) Sebagai Objek

Wisata di Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan”. Dalam Jurnal

Ekonomi Vol 4 No 1. Universitas Riau

Imanah, Adkhiya Fikril dan Eppy Yuliani, dkk. 2019. “Analisis Kebutuhan Sarana

dan Prasarana Pariwisata di Agrowisata Jollong”. Dalam Jurnal Teknik.

Universitas Islam Sultan Agung

Internet

https://www.gurupendidikan.co.id/pariwisata/ Diakses tanggal 16 September 2020

https://www.bnpb.co.id./Definisi-Bencana Diakses tanggal 16 September 2020

https://travel.tempo.co/read/1166197/5-dampak-bencana-pada-pariwisata-indonesia-

simak-solusinya Diakses Tanggal 20 November 2020

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/12/20-pengertian-pariwisata-menurut-

para-ahli-terlengkap.html Diakses tanggal 25 November 2020

75
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................i
DAFTAR TABEL.......................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................2
1.1 Latar Belakang................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................6
1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian........................................................................6
1.3.1 Tujuan Penelitian.....................................................................................6
1.3.2 Sasaran Penelitian....................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................7
1.4.1 Manfaat Penelitian Bagi Akademik.........................................................7
1.4.2 Manfaat Penelitian Bagi Pemerintah.......................................................7
1.4.3 Manfaat Penelitian Bagi Peneliti.............................................................8
1.5 Ruang Lingkup...............................................................................................8
1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah..........................................................................8
1.5.2 Ruang Lingkup Materi..........................................................................12
1.6 Kerangka Berpikir.........................................................................................17
1.7 Sistematika Penulisan...................................................................................18
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................................20
2.1 Pariwisata......................................................................................................20
2.1.1 Pengertian Pariwisata............................................................................20
2.1.2 Pengertian Wisatawan...........................................................................24
2.1.3 Jenis-Jenis Pariwisata............................................................................25
2.1.4 Bentuk-Bentuk Pariwisata.....................................................................29
2.1.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata...........................................................30
2.2 Pengertian Pengaruh.....................................................................................32

76
2.3 Bencana.........................................................................................................33
2.3.1 Pengertian Bencana...............................................................................33
2.3.2 Jenis-Jenis Bencana Alam.....................................................................37
2.3.3 Pengaruh Bencana.................................................................................39
2.4 Mitigasi Sebagai Upaya Penanggulangan Bencana Alam............................40
2.5 Siklus Penanggulangan Bencana Alam........................................................41
2.6 Bencana Banjir..............................................................................................43
2.6.1 Jenis Banjir............................................................................................44
2.6.2 Penyebab Banjir.....................................................................................46
2.7 Pengaruh Banjir Terhadap Kawasan Pariwisata...........................................48
2.8 Hipotesis.......................................................................................................49
2.9 Analisis Sistem Korelasi...............................................................................49
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................56
3.1 Pendekatan Penelitian...................................................................................56
3.2 Metode Penelitian.........................................................................................56
3.2.1 Metode Kualitatif...................................................................................56
3.2.2 Metode Kuantitatif.................................................................................57
3.3 Bahan dan Alat Penelitian.............................................................................58
3.4 Jenis Data......................................................................................................58
3.4.1 Data Primer............................................................................................58
3.4.2 Data Sekunder.......................................................................................59
3.5 Variabel Penelitian........................................................................................60
3.6 Metode Pengumpulan Data...........................................................................62
3.6.1 Metode Pengumpulan Data Primer.......................................................62
3.6.2 Metode Pengumpulan Data Sekunder...................................................63
3.7 Populasi dan Sampel.....................................................................................64
3.7.1 Populasi.................................................................................................64

77
3.7.2 Sampel...................................................................................................64
3.8 Teknik Analisis Data....................................................................................65
3.8.1 Analisis Eksisting Pariwisata Danau Tajwid (Kajuid)..........................65
3.8.2 Analisis Jenis Banjir di Danau Tajwid (Kajuid)....................................66
3.8.3 Analisis Pengaruh Banjir Terhadap Kawasan Pariwisata.....................66
3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................70
3.10 Desain Survei................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................75

78
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintesa Teori................................................................................................51


Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu....................................................................................54
Tabel 3.1 Variabel Penelitian......................................................................................61
Tabel 3.2 Tahapan Penelitian......................................................................................71
Tabel 3.3 Desain Survei..............................................................................................74

79
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Pelalawan...................................................9


Gambar 1.2 Peta Administrasi Kecamatan Langgam..................................................10
Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran Studi.......................................................................17

80

Anda mungkin juga menyukai