PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Kata Pengantar
Segala puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang maha esa.Sehingga makalah ini
dapat berhasil untuk disusun.
Adapun pembahasan makalah ini berisi tentang Dampak Kegiatan Manusia Terhadap
Ekosistem Perairan. Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas presentasi mata kuliah
Ekologi. Penulis berharap makalah ini menjadi bahan referensi dan juga bermanfaat bagi teman-
teman yang ingin membahas mengenai topik yang sama dengan penulis bahas berikut.
Semoga makalah yang sederhana ini ada manfaatnya dan kami tahu banyak kelemahan
dari pembuatan makalah ini,sehingga penulis mohon kritik dan sarannya untuk perbaikin
makalah ini selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km
memiliki wilayah pesisir yang membentang dari pulau Sabang sampai Merauke. Menurut
Nontji (2002), wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut, ke arah
darat meliputi bagian daratan yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang
surut, angin laut dan intrusi garam dan ke arah laut mencakup bagian laut yang masih
dipengaruhi oleh proses alami yang ada di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar serta
daerah yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan. Wilayah pesisir
Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman hayati serta ekosistem.
Pengelolaan wilayah pesisir sendiri telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2007. Pengelolaan wilayah pesisir di Indonesia dilakukan karena pentingnya untuk menjaga
keanekaragaman serta ekosistem yang terdapat di wilayah pesisir. Wilayah pesisir
mempunyai tiga karakteristik, yaitu merupakan wilayah pertemuan antara berbagai aspek
yang ada di darat, laut dan udara, yang merupakan bentuk dari hasil keseimbangan dinamis
suatu penghancuran dan pembangunan dari ketiga unsur tersebut,berfungsi sebagai zona
penyangga (buffer zone) dan habitat dari berbagai jenis sumberdaya hayati dan memiliki
tingkat kesuburan yang tinggi karena merupakan sumber zat organik yang penting dalam
rantai makanan laut. `
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampaknya terhadap degradasi pantai
2. Bagaimana dampaknya di lingkungan mangrove
3. Bagaimana dampaknya terhadap terumbu karang
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang kerusakan degradasi pantai
2. Menjelaskan hutan kerusakan mangrove
3. Menjelaskan tentang kerusakan terumbu karang
BAB II
PEMBAHASAN
Perairan wilayah pantai merupakan salah satu ekosistem yang sangat produktif di perairan
laut. Ekosistem ini dikenal sebagai ekosistem yang dinamik dan unik, karena pada wilayah ini
terjadi pertemuan tiga kekuatan yaitu yang berasal daratan, perairan laut dan udara. Kekuatan
dari darat dapat berwujud air dan sedimen yang terangkut sungai dan masuk ke perairan pesisir,
dan kekuatan dari batuan pembentuk tebing pantainya. Kekuatan dari darat ini sangat beraneka.
Sedang kekuatan yang berasal dari perairan dapat berwujud tenaga gelombang, pasang surut dan
arus, sedangkan yang berasal dari udara berupa angin yang mengakibatkan gelombang dan arus
sepanjang pantai, suhu udara dan curah hujan (Davies, 1972 dalam Soetikno, 1993)
Sementara itu kalau dilihat dari penyebab abrasi pantai, penyebab utama terjadinya abrasi pantai
adalah tidak optimalnya penahan gelombang dan banyaknya aktivitas manusia yang tidak
bertanggung jawab, seperti perusakan karang pantai, penebangan bakau, penambangan pasir,
serta bangunan yang melewati garis pantai. Secara lengkap kondisi abrasi pantai di ketujuh
lokasi dapat dilihat pada Selain itu juga di beberapa daerah faktor penyebab terjadinya abrasi
pantai tersebut adalah adanya praktek penggalian pasir di wilayah pesisir, seperti di pesisir
Tangerang Propinsi Banten. Menurut Ongkosongo (2004) proses terjadinya abrasi pantai di
wilayah yang pasir lautnya di keruk adalah ketika pada perairan pantai tersebut dikeruk pasirnya,
maka beberapa lama setelah pengerukan kubangan yang terbentuk oleh pengerukan tersebut akan
dapat memicu migrasi pasir pantai ke daerah kubangan sehingga menyebabkan erosi pantai
.
B. DAMPAK KERUSAKAN TERHADAP TERUMBU KARANG
Terumbu karang merupakan sebuah ekosistem perairan yang dihuni oleh berbagai organisme
yang berasosiasi dengan karang dan membentuk zat kapur. Terumbu karang dibentuk oleh
aktifitas hewan karang, yaitu simbiosis antara polip dengan alga Zooxanthellae, serta organisme
penghasil kapur lainnya. Terumbu karang merupakan ekosistem pesisir yang paling dominan di
daerah tropis yang terletak di sepanjang garis pantai. Salah satu penyusun ekosistem terumbu
karang adalah karang yang termasuk anggota Subphyllum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo
Scleractinia. Ekosistem terumbu karang terdapat di lingkungan perairan yang dangkal, paparan
benua dan gugusan pulau-pulau di perairan tropis. Untuk mencapai pertumbuhan maksimum,
terumbu karang memerlukan perairan yang jernih, dengan suhu perairan yang hangat, gerakan
gelombang yang besar, dan sirkulasi air yang lancar serta terhindar dari proses sedimentasi.
Terumbu karang berfungsi sebagai gudang makanan yang produktif untuk perikanan, tempat
pemijahan, bertelur, dan mencari makan berbagai biota laut yang bernilai ekonomis tinggi.
Secara fisik, terumbu karang berfungsi sebagai pemecah ombak dan pelindung pantai dari
sapuan badai, serta memiliki nilai estetika yang tinggi untuk pengembangan wisata bahari. Selain
itu ekosistem terumbu karang merupakan salah satu sistem kehidupan yang majemuk dan khas
daerah tropis yang mempunyai produktifitas dan keanekaragaman yang tinggi.
Salah satu penyebab terjadinya kerusakan terumbu karang akibat aktivitas manusia ialah:
2. Kerusakan ekosistem terumbu karang disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia.
Kerusakan yang disebabkan faktor alam misalnya: perubahan suhu air laut, topan, perubahan
iklim global, gempa bumi, letusan gunung merapi, pemangsa dan penyakit. Dampak kerusakan
ekosistem terumbu karang yang diakibatkan oleh faktor manusia lebih kronis dan tidak bersifat
sementara. Ada secara langsung maupun tidak langsung yang diakibatkan oleh manusia.
Contohnya; kegiatan perikanan, usaha penangkapan ikan hias, ikan konsumsi, pengambilan
kerang-kerang, dan udang dengan menggunakan bahan peledak, bahan kimia beracun, arus
listrik, alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti potasium, penangkapan yang
berlebihan.
C. DAMPAKNYA TERHADAP MANGROVE
Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya pada pantai yang
terlindung dari gerakan gelombang; bila keadaan pantai sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh
dengan sempurna dan menjatuhkan akarnya. Pantai-pantai ini tepat di sepanjang sisi pulau-pulau
yang terlindung dari angin, atau serangkaian pulau atau pada pulau massa daratan di belakang
terumbu karang di lepas pantai yang terlindung. Mangrove di Indonesia memiliki
keanekaragaman yang luar biasa. Mangrove sendiri dikelompokkan menjadi 2 yaitu: sejati dan
assosiasi. Mangrove sejati sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu mayor dan minor. Mangrove mayor
memiliki 34 jenis dan mangrove minor ada 20 jenis. Mangrove assosiasi adalah pohon yang
mempunyai banyak kesamaan dengan bakau, maka mangrove pun digabungkan dalam kelompok
bakau. Mangrove assosiasi memiliki 60 jenis. Di Indonesia, ada beberapa mangrove sejati,
seperti Family Rhizophoraceae, Family Sonneratiaceae dan Family Avicenniaceae.
b. Menurunnya tingkat kesuburan hutan mangrove karena pasokan zat-zat hara melalui aliran air
tawar berkurang. Pengalihan aliran air tawar, misalnya pada pembangunan irigasi.
c. Peningkatan salinitas hutan (rawa) mangrove menyebabkan dominasi dari spesies-spesies yang
lebih toleran terhadap air yang menjadi lebih asin; ikan dan udang dalam stadium larva dan
juvenil mungkin tidak dapat mentoleransi peningkatan salinitas, karena mereka lebih sensitif
terhadap perubahan lingkungan. Mengancam regenerasi stok-stok ikan dan udang di perairan
lepas pantai yang memerlukan hutan (rawa) mangrove sebagai nursery ground larva atau stadium
muda ikan dan udang.
d. Pencemaran laut oleh bahan-bahan pencemar yang sebelum hutan mangrove dikonversi dapat
diikat oleh substrat mangrove.
e. Pendangkalan perairan pantai karena pengendapan sedimen yang sebelum hutan mangrove
dikonversi mengendap di hutan mangrove
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Ada beberapa kegiatan manusia yang merusak tatanan ekosistem perairan yaitu :
1. Degradasi pantai
a) Pembukaan Hutan Manggrove Untuk Dijadikan Tambak Udang Dan Kayunya
Dijadikan Bahan Bangunan.
b) Penggunaan Plastik, Kaleng, Peptisida, Bahan Bakar Untuk Kebutuhan Aktivitas
Manusia
c) Ekploitasi Sumber Daya Alam Yang Berlebihan.
3. Kerusakan Mangrove
Zoer’aini Djamal Irawan. 1996. Prinsip-Prinsip Ekologi. Sinar Grafika Offset: Jakarta
https://id.wikipedia.org/wiki/Populasi