NIM : 185080200111040
Kelompok : 13
Kelas : P01
Asisten : Rovifah Mawarida
Disusun Oleh :
NAMA : KHOFIFAH LAIFATUL FAJRIYAH
NIM : 185080200111040
KELOMPOK : 13
KELAS : P02
Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator Asisten Asisten Pendampng
Tingkah Laku Ikan
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan nikmat-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Tingkah Laku Ikan. Laporan
ini dibuat sebagai salah satu syarat lulus kegiatan Praktikum Mata Kuliah
Tingkah Laku Ikan. Laporan ini saya buat berdasar pada praktikum yang telah
kami lakukan.
Setiap bab telah disusun secara sistematis berisi teori dasar praktikum,
metode praktikum, alat dan bahan dan prosedur kerja dan hasil pengamatan
yang telah kami analisis.
Penulis merasa laporan praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan masukan dari pembaca untuk
penyempurnaan dan perbaikan laporan akhir praktikum ini. Terima kasih.
.
Penulis
BAB 1. PENDAHULUAN...................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 87
LAMPIRAN ........................................................................................................ 96
Gambar Halaman
1. Katsuwonus pelamis (Fishbase, 2019) ............................................................ 5
2. Decapterus macrosoma (Fishbase, 2019) ...................................................... 6
3. Thunnus sp.(Fishbase, 2019) .......................................................................... 7
4. Skema Kerja Identifikasi Morfologi dan Morfometri Ikan................................. 52
5. Skema Kerja Fish Length Frequency ............................................................. 52
6. Skemakerjahubungan Panjang berat ............................................................. 53
7. Skema kerja Food and feeding habit.............................................................. 53
8. Skemakerjaaspekreproduksiikan (TKG & IKG) .............................................. 54
9. Skema Kerja Pengambilan data ikan di PPP Pondokdadap ........................... 54
Tabel Halaman
1. Alat Praktikum Lapang Tingkah Laku Ikan ........................................................................... 49
2. Bahan Praktikum Lapang Tingkah Laku Ikan ...................................................................... 51
3. Identifikasi hasil tangkapan ikan ........................................................................................... 55
4. Hubungan bentuk tubuh dan ekor terhadap tipe renang ikan ........................................... 56
5. Pengamatan warna tubuh terhadap jenis ikan berdasarkan habitat ................................ 57
6. Pengukuran lenght frequency (lf) ........................................................................................... 58
7. Pengukuran Lenght & Weight Relationship ......................................................................... 59
8. Pengamatan Fish Food & Feeding Habit ............................................................................. 63
9. Pengamatan Tingkat Kematangan Gonad Ikan .................................................................. 64
10. Pengukuran indeks kematangan gonad ikan 65
Lampiran Halaman
1. Dokumentasi Praktikum Lapang ............................................................................................ 96
Sebaran densitas ikan pelagis kecil dapat dipengaruhi oleh waktu yang
akan mempengaruhi tingkah laku ikan. Tingkah laku kelompok ikan dapat
lingkungan abiotik, serta kehadiran spesies lain yang parameter itu dapat
pelagis kecil pada waktu siang hari membentuk kelompok dan malam hari
akan menyebar sebagai bentuk penyesuaian terhadap kondisi gelap dan terang
di lingkungan. Secara temporal, tingkah laku ikan pelagis pada siang hari
lebih banyak ditemukan pada waktu malam dan rembang fajar. Densitas ikan
pelagis kecil lebih dipengaruhi oleh faktor kedalaman renang dan perubahan
oksigen, cahaya, salinitas dan faktor lingkungan lainnya. Faktor internal adalah
dibidang penangkapan ikan antara lain meningkatkan efisiensi alat tangkap dan
ikan melakukan pemijahan, kapan ikan tersebut telah dewasa maka pengturan
di bidang perikanan. Selain itu, informasi tentang tingkah laku ikan dapat
antara lain yakni respon ikan dalam mengetahui perlakuan yang diberikan
akan disesuaikan dengan keingintahuan dari ikan tersebut, ikan akan merespon
semua itu akan mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung
Pengetahuan tentang alat tangkap dan tingkah laku ikan yang menjadi sasaran
laku ikan adalah ketajaman penglihatannya, jarak penglihatan yang jelas, kisaran
maupun morfometri.
1.2.4 Mahasiswa mampu mengetahui Food and Feeding Habit pada ikan.
1.2.6 Mahasiswa mampu memahami hubungan tingkah laku ikan terhadap alat
penangkap ikan.
Universitas Brawijaya dan Pantai Sendang Biru Desa Tambak Rejo, Kecamatan
1.4.2 Mengetahui hubungan panjang dan berat ikan melalui distribusi normal
1.4.3 Mengetahui hubungan antara FFH dan TKG terhadap tingkah laku ikan
1.4.4 Mengetahui apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkah laku
pada ikan dengan penggunaan cahaya untuk menarik perhatian ikan dan
mengkonsentrasikan ikan.
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Katsuwonus
punggung yang pertama berjari-jari keras, kedua berjari -jari keras dan
berjari-jari lemah. Badan cakalang berbentuk cerutu dan tidak bersisik kecuali
tongkol karena berasal dari genus yang sama. Perbedaan ikan cakalang dan
tongkol adalah langit-langit pada mulut ikan cakalang yang tidak bergerigi
Bentuk tubuh ikan cakalang seperti torpedo. Mempunyai gill rakers (tapis
insang) sekitar 53-63 buah. Mempunyai dua sirip punggung yang terpisah. Sirip
pertama terdapat 14-16 jari-jari dan pada sirip kedua terdapat 7-9 finlet sirip dada
pendek. Terdapat dua flops diantara sirip perut. Memepunyai sirip anal yang
diikuti dengan 7-8 finlet. Badan tidak bersisik kecuali pada bagian barut badan
(corselets). Bagian punggung terdapat warna biru kehitaman dan perut berwarna
keperakan dan terdapat garis-garis yang berwarna hitam pada bagian samping
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Genus : Decapterus
Bentuk tubuhnya memanjang dan dapat mencapai 30 cm. Ikan layang memiliki
dua sirip punggung, dua sirip tambahan di belakang sirip punggung kedua dan
satu sirip tambahan di belakang sirip dubur. Ikan layang memiliki finlet yang
berkelompok dilaut yang jernih dan bersalinitas tinggi.Memiliki sisik yang sangat
halus, dua buah finlet (sirip tambahan) yang terletak pada belakang sirip
punggung dan sirip dubur. Makanan ikan layang sangat tergantung pada
Klasifikasi ikan tuna menurut Saanin (1984) dan FAO (2011) dalam Dewi
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Teleostei
Subkelas : Actinopterygi
Ordo : Perciformes
Subordo : Scombroidae
Famili : Scombridae
Genus : Thunnus
Menurut Collette (1994) dalam Muqsit (2016), ikan tuna sirip kuning
(Thunnus albacares) termasuk jenis ikan berukuran besar, mempunyai dua sirip
dorsal dan sirip anal yang panjang. Sirip dada (pectoral fin) melampaui awal sirip
punggung (dorsal) kedua, tetapi tidak melampaui pangkalnya. Ikan tuna jenis ini
bersifat pelagic oceanic, berada di atas dan di bawah termoklin. Ikan tuna sirip
pada kedalaman kurang dari 100 meter. Ukuran panjang Yellowfin dapat
mencapai lebih dari 200 cm dengan rata-rata 150 cm, berat badan maksimal
200kg.
Tuna adalah ikan laut pelagik yang termasuk bangsa Thunnini, terdiri
dari beberapa spesies dari famili skombride, terutama genus Thunnus. Ikan
ini adalah perenang andal (pernah diukur mencapai 77 km/jam). Tidak seperti
kebanyakan ikan yang memiliki daging berwarna putih, daging tuna berwarna
merah muda sampai merah tua. Hal ini karena otot tuna lebih banyak
lebih besar, seperti tuna sirip biru Atlantik (Thunnus thynnus), dapat
menaikkan suhu darahnya di atas suhu air dengan aktivitas ototnya. Hal ini
menyebabkan mereka dapat hidup di air yang lebih dingin dan dapat
Suhu perairan yang disukai untuk ikan cakalang berada pada kisaran
29,5° sampai 31°C. Ikan cakalang yang tertangkap sebagian besar berada pada
tangkapan ikan cakalang berkisar 2.290 ekor, dengan kisaran suhu 29-32°C,
Sumatra, Selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara), perairan Indonesia bagian
timur (Laut Sulawesi, Maluku, Arafuru, Banda, Flores dan Selat Makassar) dan
Samudera Pasifik. Ikan cakalang bermigrasi jarak jauh dan menempati perairan
daerah pertemuan arus air laut, yang umumnya terdapat di sekitar pulau-pulau.
Suhu yang ideal untuk ikan cakalang adalah 26°C – 32°C dan salinitas 33%. Ikan
cakalang menyebar luas diseluruh perairan sub tropis dan tropis, Anatara lain
lautan Hindia, Atlantik dan Pasifik kecuali lautan Mediterania. Ikan cakalang
perairan yang dimana terjadinya pertemua antara masa air panas dan dingin,
tidak tetap.
tubuh seperti cerutu tetapi agak pipih. Sirip dada lebih pendek dari panjang
jambu, dan pada bagian belakang tutup insang terdapat totol hitam. kan laying
merupakan ikan perenang cepat yang hidup berkelompok di Laut yang jernih dan
bersalinitas tinggi. Ikan layang juga termasuk dalam ikan stenohalyn yang dapat
hidup dengan memakan plankton adalah salah satu jenis ikan pelagis yang
tangkap antara lain bagan, jaring insang (gillnet), payang, dan pukat cincin.
terkonsentrasi pada sebaran suhu 30.03 - 30.50 oC, dengan frekuensi hasil
tangkapan tertinggi terdapat pada kisaran suhu 30.03 - 30.19 oC yaitu 60.14 %
(Decapterus sp) terdistribusi kisaran klorofil-a 0.17 - 0.25 mg/m3. Hal ini sesuai
dengan pendapat Gower bahwa konsentrasi klorofil-a diatas 0.2 mg/m3 dapat
hidup ikan.
Makassar, Selat Karimata, Selat Malaka, Laut Flores, Laut Arafuru, Selat Bali
dan Perairan Selatan Pulau Jawa. Selain itu, ikan layang juga memiliki sifat
adalah jenis tuna besar, bisa berenang dengan cepat, beruaya sangat jauh
(highly migratory), dan merupakan jenis ikan pelagis besar. Warna tubuh ikan
SBT memiliki warna tersendiri dari warna jenis ikan tuna lainnya, yaitu pada
punggung ikan memiliki warna biru tua agak kehitam-hitaman sedangkan bagian
bawah atau perutnya memiliki warna putih terang tetapi agak keperakperakan.
daripada suhu air yang ditempati, hal ini terjadi merupakan akibat dari aktivitas
otot-otot dalam tubuhnya. Pada kondisi ini memungkinkan ikan tuna sirip biru
dapat bertahan hidup di perairan bersuhu dingin dan mampu mendiami habitat
yang lebih luas di laut daripada jenis ikan lainnya. Ikan tuna sirip biru juga dapat
mempertahankan suhu tubuh antara 24 - 35 °C, di air dingin bersuhu 6 °C. Akan
tetapi, ikan jenis ini tidak sama dengan hewan endotermik tertentu, misalnya
pada mamalia atau burung, ikan tuna menjaga suhu tubuhnya tidak dalam
kolom perairan. Ikan Tuna (Thunus sp) mempunyai daya jelajah yang sangat
jauh, yaitu antar samudera. Ikan Tuna (Thunus sp) yang ada di perairan
indonesa banyak sekali jenisnya, namun yang bernilai ekonomis tinggi adalah
yellow fin tuna (Thunus sp) (madidihang) dan southern blue fin tuna (Thunus
sp). Pada southern blue fin tuna (Thunus sp) merupakan ikan yang sangat
mempunyai nilai ekonomis tinggi jika menuju pasar internasional atau diekspor.
membulat. Gigi-giginya kecil dan berbentuk kerucut dalam seri tunggal.Ikan ini
memiliki tapis insang 53-62 buah. Bagian punggung hingga dada berwarna biru
agak violet, dan bagian perut berwarna keputih-putihan hingga kuning muda. Ciri
yang paling khas dari ikan cakalang adalah terdapatnya 4-6 garis-garis warna
hitam yang memanjang pada bagian samping badan. Ikan cakalang memiliki dua
sirip punggung yang terpisah dengan jarak yang kecil (Pundoko et al., 2014)
perairan tropis hingga perairan sub tropis. Spesies ini melakukan beberapa kali
pemijahan pada daerah dimana suhu permukaan laut lebih tinggi dari 24 ºC.
gonad terdapat beberapa ukuran oosit. Keadaan ini seperti yang terjadi pada
ikan tuna sirip kuning. Cakalang melakukan pemijahan sepanjang tahun dan telur
dikeluarkan secara bertahap dalam waktu yang panjang (Jatmiko et al., 2015)
arus konvergensi yang banyak terjadi pada daerah yang mempunyai banyak
pulau. Cakalang memiliki tubuh yang padat, penampang bulat, linea lateralis
dan berbentuk segitiga. Warna tubuh pada saat ikan masih hidup adalah biru
berwarna putih hingga kuning muda, garis-garis vetikal evanescent muda tampak
Ukurannya sekitar 15 cm meskipun ada pula yang bisa mencapai 25 cm. Ciri
khas yang sering dijumpai pada ikan layang ialah terdapat sirip kecil (finlet) di
belakang sirip punggung (dorsal fin) dan sirip dubur(anal fin) dan terdapat sisik
berlingin yang tebal (lateral scute) pada bagian garis sisi. Bagian punggung ikan
layang memiliki warna biru kehijauan. Ikan ini memiliki ciri khas yakni memiliki
sirip ekor yang berwarna merah, sirip kecil di belakang sirip punggung dan sirip
Menurut Umar et al. (2019), Ikan layang yang memiliki dua ciri kunci
khusus yakni pertama sirip kecil terpisah-pisah yang terdapat dibelakang sirip
punggung dan sirip anal/dubur yang disebut finlet dan kedua, memiliki sisik
berlingir yang tebal yang tebal (lateral scute) pada bagian sisi (lateral line).
Ikan layang memiliki ciri warna kekuningan terang pada dorsal, anal dan
sirip ekor. Ukurannya sekitar 15 cm meskipun ada pula yang bisa mencapai 25
cm. Ikan layang tergolong ikan stenohaline (diatas 30‰) menyukai perairan
dengan salinitas 32‰ – 34 ‰. Ikan ini memiliki ciri-ciri sebagai ikan pelagis yang
perairan jernih, banyak tertangkap pada perairan sejauh 20 – 30 mil dari pantai.
memiliki sirip ekor (caudal) yang berwarna merah, sirip kecil (finlet) di belakang
sirip punggung dan sirip dubur dan terdapat gurat sisi (lateral line)
Ikan tuna (Thunnus sp) tergolong ikan berkualitas baik dan merupakan
penghasil devisa dari sumber hayati perikanan Indonesia. Menurut James (1992)
ikan tuna mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : tubuhnya kaku dengan sisik-sisik
kecil di seluruh tubuhnya, sirip belakangnya kecil dan tubunya panjang. Ikan tuna
torpedo, berwarna kebiru-biruan atau biru tua, mempunyai dua sirip punggung,
sirip depan biasanya pendek dan terpisah dari sirip belakang, serta mempunyai
jari-jari sirip tambahan (finlet) di belakang sirip punggung dan dubur. Sirip dada
terletak agak ke atas, sirip perut kecil, sirip ekor bercagak agak dalam dengan
Ikan tuna sirip kuning mempunyai tubuh yang gemuk dan kuat. Ikan ini
mempunyai sirip punggung kedua dan sirip dubur yang melengkung panjang ke
arah ekor yang ramping dan runcing yang berbentuk sabit. Pada bagian ujung
sirip dada berakhir pada permulaan sirip dubur, dan semua sirip yang ada pada
ikan jenis ini mempunyai warna kuning keemasemasan cerah yang pada bagian
pinggir dan ujungnya berwarna hitam yang tajam. Pada badan bagian atas
Ikan Tuna (Thunus sp) mempunyai ciri khusus yang spesifik tergantung
dari spesies masing-masimg, misalnya yellow fin tuna (Thunus sp) atau
madidihang mempunyai ciri khusus, yaitu sirip berwarna kuning cerah pada sirip
bagian dorsal belakan dan sirip anal. Ikan madidihang memiliki garis berwarna
yang rakus. Ikan jenis ini sering bergerombol yang hampir bersamaan
melakukan ruaya disekitar pulau maupun jarak jauh dan senang melawan arus.
Ikan ini biasa bergerombol diperairan pelagis hingga kedalaman 200 m dan
Ciri-ciri ikan cakalang adalah ikan perenang cepat, yang hidup diperairan
ikan ini dapat mencapai 50 km/jam. Kemampuan renang ini merupakan salah
yang rakus. Ikan jenis ini sering bergerombol yang hampir bersamaan melakukan
ruaya disekitar pulau maupun jarak jauh dan senang melawan arus. Kecepatan
renang ikan ini dapat mencapai 50 km/jam. Kemampuan renang ini merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan penyebarannya dapat meliputi skala ruang
Menurut Sangadji (2015), Ikan layang termasuk jenis ikan perenang cepat,
bersifat pelagis, tidak menetap dan suka bergerombol. Jenis ikan ini tergolong
Ikan layang yaitu jenis ikan yang bergerombol. Biasanya gerombolan ikan
layang ini terdiri dari ratusan atau ribuan ikan layang. Ikan layang termasuk jenis
ikan perenang cepat, bersifat pelagis, tidak menetap dan suka bergerombol.
perairan jernih. Ikan layang banyak tertangkap di perairan yang berjarak 37-56
berbagai jenis perikanan yang dapat dijadikan sumber penghasilan bagi nelayan
terutama jenis–jenis ikan pelagis besar yang ada di perairan Indonesia termasuk
Bengkulu antara lain : ikan cakalang, tuna, tongkol, kakap, salmon dan tenggiri,
Ciri-ciri ikan cakalang adalah ikan perenang cepat, yang hidup diperairan lepas
dan bergerombol (schooling) sewaktu mencari makan. Kecepatan renang ikan ini
dapat mencapai 50 km/jam. Kemampuan renang ini merupakan salah satu factor
geografis) yang cukup luas, termasuk diantaranya beberapa spesies yang dapat
primadona ekspor ikan laut konsumsi asal Indonesia. Ikan tuna merupakan
pengembara lautan yang luas yang mampu bermigrasi dalam rentang yang jauh.
Salah satu ciri dari ikan tuna adalah mempunyai kecepatan berenang mencapai
50 km/jam, ukurannya raksasa, dan mempunyai panjang rata-rata lebih dari 1,5
Ikan tuna memiliki pola renang dengan mengandalkan pergerakan sirip ekor
saja, pergerakan ke samping hanya terjadi pada peduncle dan sirip ekor. Tuna
merupakan salah satu jenis ikan pelagis yang dalam kelompok ruayanya muncul
diatas lapisan termoklin menjelang matahari terbit dan saat matahari akan
tenggelam pada sore hari. Kelompok tuna bluefin beruaya tidak pada perairan
frekuensi panjang berarti terdapat lebih dari satu kohort. Bila terdapat lebih dari
yang sering digunakan adalah kurva frekuensi panjang ikan. Penentuan umur
ikan dengan frekuensi panjang pertama kali digunakan oleh Petersen. Metode
Petersen merupakan salah satu yang dapat diterapkan secara luas diseluruh
panjang sangat jelas untuk ikan yang berumur 1 - 4 tahun (Harteman, 2015).
tersebut untuk mengetahui bentuk tubuh dari ikan yaitu adalah panjang tubuh
ikan. Setelah pengukuran selesai di lakukan kemudian data yang didapat di ubah
pengukuran tersebut bertujuan agar mengetahui rata-rata panjang dan umur ikan
reproduksi ikan rono dan menyatakan ikan ini memiliki karakteristik reproduksi
yang unik dan spesifik, yakni ikan berukuran kecil mengasuh anak dengan
mengerami telur di bawah sirip perutnya sampai menetas. Sampai saat ini belum
ada yang melaporkan aspek hubungan panjang bobot dan faktor kondisi ikan
rono. Padahal informasi tersebut penting sebagai salah satu dasar pertimbangan
dalam mempelajari populasi sumber daya ikan rono, khususnya di Danau Poso.
beberapa jenis ikan di danau ini kini telah mengalami penurunan jumlah populasi
yang sangat drastis dan bahkan terancam punah. Hingga saat ini studi tentang
berbagai aspek biologi ikan asli Danau Poso masih sangat kurang.
diperoleh panjang rata-rata dari tiap kelempok umur. Nilai panjang rata-rata
Tingkah laku ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
dengan mendapatkan data frekuensi panjang ikan kita dapat mengetahui tingkah
laku dari ikan itu sendiri. Hubungan ini menghasilkan ikan herbivora cenderung
memiliki badan yang lebih panjang dibandingkan ikan karnivora, hal ini
disebabkan panjang usus dari ikan herbivora lebih panjang dari pada tubuhnya
sendiri. Panjang usus relatif untuk ikan karnivora adalah 1, untuk ikan omnivora
yaitu antara 1-3, sedangkan untuk ikan herbivora adalah > 3. Selanjutnya dari
hasil diatas juga dapat mengetahui dari jenis gigi ikan, ikan karnivora memiliki
gigi jenis canine sedangkan ikan herbivore biasanya memiliki ikan molariform.
panjang dan berat suatu organisme yang dapat dilihat dari perubahan ukuran
panjang dan berat dalam satuan waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh
kualitas dan kuantitas pakan, umur dan kualitas air. Hasil dari analisis sidik
dan laju pertumbuhan spesifik (SGR) ikan nila gesit tidak berpengaruh nyata
(P>0,05) pada penggunaan sistem akuaponik. Hal ini diduga ketiga perlakuan
memiliki kemampuan yang sama dalam proses resirkulasi air dalam media
optimal pada setiap perlakuan sehingga menghasilkan kualitas air yang baik di
dalam media pemeliharaan ikan nila gesit dan pemberian pakan dalam jumlah
panjang atau bobot tubuh ikan dalam waktu tertentu. Laju pertumbuhan ikan
sangat bervariasi karena sangat bergantung pada berbagai faktor, baik secara
Pertumbuhan pada ikan nila sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas
perairan banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain yaitu ukuran
makanan yang dimakan, ukuran ikan di perairan, jenis makanan yang dimakan,
serta kualitas lingkungan dan kondisi ikan (umur, keturunan, dan genetik).
ketersedian pakan alami dan jenis ikan yang memanfaatkannya. Pada masing-
masing ikan memiliki tingkat pertumbuhan yang beragam tergantung dari faktor-
faktor yang memepengaruhi baik faktor internal atau eksternal. Faktor yang
ikan yang meliputi kuantitas dan kualitas. Pertumbuhan ikan juga dipengaruhi
dari penambahan nutrisi dalam pakan. Perlakuan tersebut diberikan pada kondisi
budidaya ikan.
yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar, adapun faktor dari dalam meliputi sifat
makanan, sedangkan faktor dari luar meliputi sifat fisika, kimia dan biologi
ikan baik dalam berat, panjang maupun volume selama periode waktu tertentu
yang disebabkan oleh perubahan jaringan akibat pembelahan sel otot dan tulang
mematikan ikan. Untuk menjaga agar pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan
tetap baik maka kandungan oksigen dalam air diusahakan harus tetap baik untuk
airsangat dibutuhkan untuk proses respirasi, baik oleh tumbuhan air, ikan atau
dan faktor dari luar. Adapun faktor dari dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan
faktor dari luar meliputi sifat fisika, kimia dan biologi perairan. Kualitas dan
kuantitaf pakan juga sangat penting dalam budidaya ikan. Kualitas pakan yang
baik adalah pakan yang mempunyai gizi yang seimbang baik protein, karbohidrat
maupun lemak serta vitamin dan mineral. Komposisi makanan yan diberikan
pertumbuhan sisa organ tubuh lainnya. Pada situasi yang demikian perubahan
ukuran tubuh tidak disertai dengan perubahan bentuk tubuh atau bentuk luar
organisme tersebut.
dipengaruhi oleh kondisi fisiologi dan lingkungan, seperti suhu, pH, salinitas, dan
artinya bisa diukur. Ada dua tipe pertumbuhan yaitu allometric dan isometric.
dan berat dan dapat bersifat sementara. Selanjutnya ada dua tipe dari allometric
Cilacap menunjukkan rasio 1.1 dan H. adactyla Kebumen menunjukkan rasio 1.2.
Rasio ini menunjukkan bentuk morfologi H. adactyla di Cilacap sedikit lebih lebar
jantan dan betina di kedua populasi memiliki perbedaan dalam hal pola
penting untuk diketahui, karena dengan adanya informasi ini dapat diketahui pola
hidup, produktivitas, kondisi fisiologis ikan, dan tingkat kesehatan ikan secara
umum.Berat adalah variasi berat harapan untuk panjang tertentu dari ikan secara
sangat berguna untuk mengkaji variasi bentuk akibat adanya perbedaan. Selain
bentuk tubuh secara genetis, dan di dalam suatu spesies hubungan panjang-
bentuk tubuh ikan dapat berubah sepanjang hidupnya dan berat jenis jaringan
tubuh dapat berubah. Hubungan panjang dan berat ikan memberikan suatu
petunjuk keadaan ikan. Baik itu dari kondisi ikan itu sendiri dan kondisi luar yang
Jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi suatu spesies ikan biasnaya
bergantung pada umur, tempat, dan waktu. Perubahan pola makan dari waktu ke
dapat timbul karena pengaruh warna dan bau makanan, selain itu juga ikan
tertarik pada objek yang bergerak didalam air. Kebiasan makan ikan juga
dipengaruhi ukuran makanan, warna makanan dan selera makan ikan terhadap
makan tersebut. Kebiasan makan ikan meliputi kenis, kuantitas dan kualitas
tubuh ikan juga dijumpai pada ikan tembang di perairan Ujung Pangkah.
pertumbuhan dan kondisi ikan di suatu perairan. Food and Feeding Habbit
adalah makanan dan kebiasaan makan dari ikan. Kebiasaan makanan dan pola
memakan ikan secara alami bergantung pada lingkungan tempat ikan itu hidup.
Pola makanan juga dapat berubah sesuai dengan perubahan umur, musim, dan
trofik yaitu tingkat pemanfaatan makanan dan energi pada organisme. Masing-
dalam arti luas tetatpi tidak memakan daun-daun rumpon tersebut. Ikan di sekitar
suatu area makan dan dimulai dengan tumbuhnya bakteri dan mikroalga ketika
makanan ikan yang lebih banyak dibandingkan luar rumpon. Kemudian makhluk
renik ini bersama dengan hewan-hewan kecil lainnya menarik perhatian ikan-ikan
dilihat dari perbedaan stadia umur bahwa waktu respon rata-rata kepiting usia
muda lebih cepat jika bibandingkan kepiting usia dewasa. Kepiting muda
melakukan respon lebih cepat ketika bau umpan mulai menyebar danmenarik
hati, kepiting dewasa memilih berdiam diri terlebih dahulu, meggerakan antenulla
dan mulutnya. Hal ini diduga kepiting dewasa melakukan identifikasi terlebih
dahulu pada bau umpan. Perilaku ini diperkiraka sebagai bentuk kewaspadaan
kepiting yang memoliki sifat agresif dan sensitif terhadap bau umpan. Frekuensi
kepiting bakau masuk dalam alat tangkap salah satunya karena faktor kandunga
kimia umpan, diantaranya kandungan lemak dan protein yang cukup tinggi
Tingkah laku ikan berdasarkan food and feeding adalah tingkah laku ikan
ikan punya cara sendiri untuk mendapatkan makanannya, ada yang bergerak
untuk mendapatkan mangsanya atau bisa dibilang aktif dan ada yang hanya
menunggu saja hingga mangsa buruannya mendekat lalu menyerang secara tiba
tiba, ikan yang biasa menggunakan cara ini biasanya diawali dengan kamuflase.
hidup pada beberapa variasi jenis makanan, ikan stenophagic yaitu ikan yang
hidup pada saat satu variasi jenis makanan dan ikan monophagic adalah ikan
kali panjang tubuhnya, sedangkan panjang usus ikan karnivora lebih pendek dari
panjang badannya dan panjang usus ikan omnivora hanya sedkit lebih Panjang
dari total badannya. Panjang usus realtif untuk ikan karnivora adalah 1, untuk
ikan omnivora yaitu antara 1-3, sedangkan untuk ikan herbivora adalah >3. Indek
panjang relative ikan karnivora memiliki panjang usus 0.2 – 2.5, ikan omnivore
kebiasaan makan (Feeding Habit) ikan dapat diketahui. Pengamatan isi lambung
memanjang seperti kantong dengan usus yang juga memanjang . Usus ikan
Seluang memiliki panjang sekitar satu setengah panjang badan Jika dilihat dari
perbandingan panjang usus dengan panjang badan ikan seluang termasuk jenis
Katagori sifat makanan ikan tergantung dari perbandingan relative panjang usus
dengan badan yaitu ikan karnivora 1, omnivora 1-3 dan herbivor >3.
karnivora, herbivora dan omnivora. Ikan herbivora mempunyai usus yang paling
panjang. Hal ini dikarenakan dalam proses pencernannya ikan ini memerlukan
tenaga dan proses yang ekstra sehingga usus ikan tipe ini cenderung panjang.
pencernaan yang lebih lama dibandingkan dengan ikan karnivora. Pada ikan
terlalu bekerja keras. Untuk ikan omnivora yang fungsi kerja ususnya mencerna
tumbuhan atau daging maka ususnya tidak terlalu panjang ataupun pendek.
Menurut Nuraini et.al (2014), Organisme yang ditemukan pada tubuh ikan
tuna sirip kuning berukuran besar didominasi oleh organisme ikan sebagai
makan utamanya, dan sedikit jumlah organisme udang. Hal ini dimungkingkan
bahwa ikan tuna sirip kuning yang berukuran besar memakan organisme ikan
sebagai makanan utamanya dikarenakan bukaan mulut ikan tuna besar. Ukuran
mulut ikan. Semakin besar ukuran tubuh ikan dan bukaan mulut ikan, maka
semaikn besar ukuran pakan. Ikan tuna sirip kuning pertumbuhannya bersifat
ikan herbivora. Ikan baronang sesuai dengan morfologis dari gigi dan saluran
pencernaannya yaitu mulut yang berukuran kecil, dinding lambung agak tebal,
usus halus panjang dan mempunyai permukaan yang luas, sehingga ikan ini
mampu memakan makanan apa saja yang diberikan seperti pakan buatan. Pada
dan dalam memanfaatkan makanan yang tersedia. Sesuai dengan morfologi dari
gigi dan saluran pencernaan ikan baronang yaitu mulut yang berukuran kecil,
usus halus panjang dan mempunyai permukaan yang luas, ikan ini juga tidak
mempunyai lambung yang benar yaitu bagian usus dengan dinding halus dan
Perbedaan ikan karnivora dan herbivora jika dilihat dari sisi morfologinya
adalah pada gigi, usus, lambung, sisik, dan gill racker. Gigi ikan karnivora adalah
canine sedangkan untuk herbivora molar, villiform, incisor. Usus ikan karnivora
lebih pendek dibandingkan ikan herbivora. Lambung ikan karnivora lebih besar
adalah ctenoid, sedangkan ikan herbivora umumnya sisiknya adalah cycloid. Gill
racker ikan karnivora cenderung tajam dan renggang, sedangkan ikan herbivora
tingkat kematangan gonad (TKG IV), yaitu pada pertengahan percobaan dan
tidak ditemui induk yang melepaskan telur. Kemudian pada hari ke-70, nilai
indeks gonad somatik (IGS) mulai menurun Indeks gonad somatik (%)
bahwa induk ikan telah selesai melakukan ovulasi atau pelepasan telur pada
besar terdiri atas dua tahap yaitu tahap pertumbuhan dan tahap pematangan
(Lagler et al., 1977). Selain secara morfologi, preparat histologi jaringan gonad
ikan merupakan salah satu cara untuk menentukan tingkat kematangan gonad
yaitu dilihat dari bentuk, panjang, bobot, warna, dan perkembangan ovari melalui
perkembangan oosit.
stadium III (terdapat globula pada kuning telurnya); stadium IV (stadium matang
telur, ditandai dengan bergeraknya inti sel dari tengah ke tepi) dan stadium V
(disebut stadium atretis; gonad berbentuk kecil, telur belum dapat dibedakan oleh
matang gonad merupakan salah satu factor penting dalam siklus reproduksi ikan.
Ikan dengan spesies yang sama pada waktu pertama kali matang gonad memiliki
ukuran yang berbeda-beda. Hal ini terlihat dari ikan yang spesiesnya sama jika
tersebar pada lintang yang perbedaannya lebih dari lima derajat maka akan
ikan, ukuran dan umur. Ciri-ciri Tingkat Kematangan Gonad pada betina yaitu
memiliki ovari yang seperti benang, panjang sampai ke depan rongga tubuh,
warnanya jernih dan permukaannya lebih licin. Ukuran ovari pada betina lebih
Kematangan Gonad pada Jantan yaitu memiliki testis seperti benang, lebih
licin. Ukuran testis lebih besar, berwarna putih susu. Permukaan testis tampak
bergerigi, warna makin putih jika testis makin besar. Testis bagian belakang
bilamana organisme itu akan memijah, baru memijah dan sudah memijah, maka
gonad. Semakin meningkatnya tingkat kematangan gonad pada ikan tentu akan
meningkatkan pula volume gonad dan akan menambah berat individu ikan
tersebut. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya ukuran diameter telur dan
ini maka akan sangat memungkinkan untuk memperkirakan kapan waktunya ikan
tersebut memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Mengetahui ukuran
ikan untuk pertama kali gonadnya menjadi masak, ada hubunganya dengan
bahwa selama perubahan yang terjadi di dalam ovarium dan testis, maka terjadi
pula perubahan bobot dan volume gonad yang menjadi tolak ukur dalam
tersebut. Hal ini karena bahan dasar dalam pembentukan sel telur dan sel
sperma tersebut berasal dari hasil metabolism dari pakan yang diberikan,
serutama untuk ikan betina proses pematangan ini dikenal dengan proses
faktor dalam. Faktor luar meliputi suhu, dan makanan. Faktor dalam meliputi
umur, jenis kelamin, sifat sifat fisiologis, dan lain-lain. Apabila makanan yang
dimakan oleh ikan mengandung bahan dasar seperti karbohidrat, lemak dan
2.5.3 GSI
ikan kerapu sunu yang ditemukan berada dalam keadaan matang gonad bahkan
yang terjadi didalam gonad secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan indeks
IKGjantan dan betina, dimana IKG betina lebih besar dari IKG ikan jantan pada
nilai dalam persen yang merupakan hasil dari perbandingan antara bobot gonad
dan bobot tubuh ikan tersebut. Nilai indeks ini akan berjalan seiring dengan
maksimum pada saat akan terjadi pemijahan dan setelah itu akan menurun
aktivitas yang terjadi di dalam gonad. Ikan betina memiliki nilai IKG yang relatif
perairan tropis memiliki nilai IKG yang kecil dan dapat memijah sepanjang tahun.
Gonad Somatik Indeks (GSI) merupakan salah satu aspek yang memiliki
peran penting dalam biologi perikanan. Nilai GSI digunakan untuk memprediksi
kapan ikan tersebut akan siap dilakukannya pemijahan. Nilai GSI tersebut akan
2.6.1 Longline
salah satu alat tangkap yang sangat efektif untuk menangkap tuna dan
merupakan alat tangkap yang selektif. Kegiatan observasi di atas kapal telah
dilakukan selama Oktober 2002 – Februari 2003 pada 31 kapal dan pada
Oktober-November 2011 pada 1 kapal yang beroperasi di Laut Banda. Data yang
dicatat selama observasi berupa data trip kapal, setting, waktu setting (mulai dan
selesai), jumlah pancing yang digunakan tiap setting dan hasil tangkapan
Benoa dibagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe yang bersifat permukaan (surface tuna
Longline), pertengahan (middle tuna Longline) dan dalam (deep Longline). Tipe
beroperasi pada kisaran kedalaman antara 100 - 175 m, tipe rawai tuna
pertengahan (12 pancing antar pelampung) pada kisaran kedalaman 125 - 350 m
dan tipe rawai tuna dalam (18 pancing antar pelampung) pada kisaran
Long line adalah rangkaian tali yang memanjang yang terdiri dari main
line, branch line, mata pancing, tali pelampung, pelampung, dan pertanda (radio
bouy). Satu unit Long line biaasanya mengoperasikan 1000-2000 mata pancing
untuk sekali turun. Long line biasa digunakan untuk menangkap ikan pelagis
besar. Alat tangkap ini bersifat pasif dalam pengoperasiannya, menanti umpan
dimakan oleh ikan sasaran, sehingga alat ini tidak merusak sumber daya hayati
yang ada di perairan. Ada beberapa jenis Long line. Ada yang dipasang didasar
perairan serta tetap dalam jangka waktu tertentu dikenal dengan nama rawai
proses setting, immersing, dan hauling. Proses setting yaitu proses dimana alat
meliputi pengurusan surat-surat kapal seperti Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP),
Surat Izin Penangkapan (SIPI), Surat Ukur, Pas Tahunan dan Surat Izin Berlayar,
kapal, kesiapan alat tangkap, alat bantu penangkapan maupun umpan. Setelah
umpan, baik umpan asli maupun umpan buatan yang berfungsi untuk menarik
perhatian ikan. Umpan asli dapat berupa ikan, udang, atau organisme lainnya
yang hidup atau mati, sedang umpan buatan dapat terbuat dari kayu, plastik dan
penting untuk menarik perhatian ikan agar dapat mendekati alat tangkap rawai
kehidupan.
time, dan hauling. Persiapan terdiri dari: persiapan alat tangkap, pengecekan
kondisi kapal, persiapan umpan, kesediaan surat izin, pengisian bahan bakar,
fishing ground. Tahap hauling terdiri dari: penurunan alat tangkap (main line,
branch line, mata pancing, pelampung), lalu di rendam selama kurang lebih 8
jam. Setelah 8 jam alat tangkap di angkat dan diambil hasil tangkapannya, dan
terakhir simpan bersama es balok supaya ikan hasil tangkapa tidak mudah
busuk..
yang dikenal dengan sebutan hasil tangkap sampingan (HTS atau by-catch)
menganalisis hubungan interaksi ikan hasil tangkap sampingan dengan ikan tuna
sebagai tangkapan utama (target spesies) pada perikanan rawai tuna di bagian
operasi penangkapan 7 kapal rawai tuna komersial dengan selama 226 hari
jenis penyu dimana target utama terdiri dari 4 jenis ikan (26,11%) dan hasil
spesies), jenis cucut dan pari (elasmobranchii, 10 spesies), jenis teleostei dan
spesies utama (target spesies) dan spesies bukan utama. Hasil tangkapan utama
tuna Longline di Indonesia diantaranya adalah tuna mata besar atau bigeye tuna
albakora atau albacore (Thunnus alalunga), tuna sirip biru selatan atau southern
bluefin tuna (Thunnus maccoyii), jenis ikan paruh panjang (billfish) atau swordfish
(Xiphias gladius), setuhuk loreng atau striped marlin (Tetrapturus audax) dan
setuhuk hitam atau black marlin (Makaira indica). Sedangkan hasil tangkapan
menjadi 2, yaitu disimpan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi (by-product)
dan dibuang karena dianggap tidak memiliki nilai ekonomis (discard). Dan ada
juga beberapa jenis HTS yang memiliki nilai ekonomis tinggi diantaranya adalah
ikan setan atau escolar (Lepidocybium sp.) dari famili Gempylidae, bawal sabit
atau sickle pomfret (Taractichthys sp.) dari famili Bramidae dan ikan opah
(Lampris sp.) dari famili Lampridae, HTS yang tidak memiliki nilai ekonomis
diantaranya ikan naga atau lancetfish (Alepisaurus sp.) dan ikan pari (Dasyatis
Hasil tangkapan yang diperoleh terdiri atas hasil tangkapan utama (target
species), yaitu tuna (Thunnus spp.) dan hasil tangkapan sampingan (by-catch)
dimana hasil tangkapan sampingan ini terdiri atas hasil tangkapan yang memiliki
nilai ekonomis (by-product) seperti ikan berparuh atau setuhuk/marlin ikan pari
lumpur dan ikan naga. Hasil tangkapan Longline tidak hanya tuna, melainkan
terdapat ikan lainnya. Hasil tangkapan selain tuna tersebut adalah Cakalang
Menurut Bahtiar et al. (2015), Tuna mata besar aktif mencari makan
sepanjang siang hingga sore hari (pukul 13:00-18:00) dan banyak tertangkap
Taktik penangkapan tuna mata besar melalui pengejaran secara vertikal adalah
hari dan melakukan hauling pada sore hari. Taktik penangkapan melalui
pengejaran tuna secara vertikal didasarkan pada suhu dan kedalaman migrasi
tuna mata besar. Tuna mata besar aktif makan sepanjang hari, pada siang hari
aktif mencari makanan di lapisan yang lebih dalam dan pada malam hari naik ke
lapisan perairan yang lebih atas. Ikan tuna merupakan salah satu jenis ikan
pelagis yang dalam kelompok ruayanya akan muncul di atas lapisan termoklin
menjelang matahari terbit dan saat matahari akan tenggelam pada sore hari.
Pada saat malam hari gerombolan tuna akan menyebar di antara lapisan
permukaan dan termoklin. Pada kedalaman lebih dari 300 m, semua jenis tuna
Menurut Rikza et al. (2013), Waktu pengoperasian rawai pada malam hari
lebih efektif dari pada siang hari karena ikan kakap merah yang tertangkap pada
setiap mata pancing memiliki berat rata-rata yang berbeda. Mata pada ikan
merupakan salah satu indera yang sangat penting untuk mencari makan dan
kakap merah umumnya termasuk ikan buas, karena pada umumnya merupakan
predator yang senantiasa aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal).
Diduga ikan nokturnal lebih banyak menggunakan indera perasa dan penciuman
cahaya tertentu, tetapi tidak untuk intesitas cahaya yang kuat. Berat rata-rata
ikan kakap merah yang tertangkap pada malam hari lebih besar dari pada waktu
siang hari. Hal ini menunjukkan bahwa semakin malam waktu pengoperasian
maka hasil tangkapan akan semakin banyak, begitu juga semakin siang maka
malam hari mungkin disebabkan karena ikan kakap merah merupakan ikan
dapat menarik ikan target yang bersifat karnivora. Ikan yang bersifat karnivora
memanfaatkan indra penglihatan dan penciuman yang tinggi, maka dari itu di
perlukan umpan segar agar dapat dicium oleh ikan dari kejauhan dan dapat di
lihat. Ikan targer pada alat tangkap Longline adalah jenis ikan yang melakukan
migrasi. Maka dari itu pemasangan alat ini harus memperkirakan arah migrasi
sistem kerja yang sangat mengandalkan keberadaan dan kekuatan fisik manusia
sebab pada saat menarik, cincin dan jaring bertumpuh pada tali sehingga beban
tarikan menjadi semakin berat, cepat lelah dan adanya keluhan muskuloskeletal.
cidera akibat kerja. Berdasarkan hasil wawancara nelayan soma pajeko, hauling
adalah aktivitas yang dirasakan paling berat dan beresiko tinggi terjadinya
kecelakaan kerja. Pada tahap ini tetap membutuhkan tenaga manusia untuk
menarik jaring walaupun terdapat teknologi winch untuk membantu menarik tali
cincin mini sesuai dengan slfat rkan pelagrs yang suka bergerombol (schoolrng),
material nylon merupakan pilihan yang tepat untuk pukat cincin, oleh karena
material nylon memliki kekuatan dan lebih baik serta mudah melepaskan air
dibanding bahan dari kuralon, teteron maupun polyester. Secara umum terdapat
dua tipe pukat cincin yang telah dikembangkan di Indonesia, yaitu, pukat cincin
tipeAmerika dan tipe Jepang. Letak perbedaan kedua tipe tersebut adalah pada
menjadikan pukat cincin teluk apar dikategorikan sebagai pukat cincin tipe
2016)
Pukat cincin (Purse Seine) adalah alat penangkap ikan dari jaring yang
seperti mangkuk pada akhir proses penangkapan ikan. Alat tangkap ini
kemudian tali kolor (purse line) ditarik ke dan dari kapal hingga bentuk jaring
menggunakan serok atau scoop. Purse Seine disebut juga pukat atau jaring
kantong, karena bentuk jaring pada saat dioperasikan menyerupai kantong. Alat
tangkap ini disebut juga jaring kolor, karena pada bagian bawah jaring dilengkapi
dengan tali kolor yang berfungsi untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu
jaring dikerutkan sehingga ikan tujuan penangkapan akan terkurung dan pada
akhirnya terkumpul pada bagian kantong. Dengan kata lain memperkecil ruang
lingkup gerakan ikan, sehingga ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya
ikan terlebih dahulu, yaitu di sekitar rumpon rumpon yang telah dipasang.
tangkap. Setelah jaring selesai di turunkan dan juga pecilen sudah melakukan
tugasnya, cahaya lampu akan difokuskan kepada satu titik. Kemudian tahap
selanjutya adalah surounding;. Pursing, yaitu menarik tali kerut pada bagian
bawah jaring agar jaring membentuk seperti kantong dan menjebak ikan di
dalamnya. Tahapan akhir adalah hauling, yaitu menaikan jaring ke kapal, lama
proses ini tergantung pada gerombolan ikan yang berhasil di kurung. Jika hasil
tangkapan yang ada di jaring terlalu banyak sehingga tidak dimungkinkan untuk
menarik jaring bersama ikan, maka cara yang dilakukan adalah menyerok ikan
ke atas kapal terlebih dahulu sampai sekiranya sudah mampu untuk dilakukan
penarikan jaring, kemudian baru jaring di angkat ke atas kapal. Lalu terahir Ikan
Cara pengoperasian alat tangkap pukat cincin (Purse Seine) yaitu pertama
Setelah mendapat lokasi yang dikira banyak terdapat ikan, kapal segera labuh
jangkar dan menunggu malam. Pada dini hari dilakukan pemasangan rumpon,
hanya satu kali dalam sehari. Selanjutnya adalah tahap pengambilan hasil
ikan dengan jaring, kemudian bagian bawah jaring dikerutkan sehingga ikan
tujuan penangkapan akan terkurung dan pada akhirnya terkumpul pada bagian
kantong. Dengan kata lain memperkecil ruang lingkup gerakan ikan, sehingga
ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Pada bagian bawah
harus segera tengelam dan bagian atas tetap bertahan dipermukaan, sehingga
kawanan ikan pelagis segera terkurung. Alat tangkap ini harus segera dapat
mengurung kawanan ikan tersebut dan segera menarik tali kerutnya, sehinga
ikan tidak dapat meloloskan diri baik secara vertikal maupun horizontal. Jaring
lingkar dengan tali kerut biasanya dibuat dari lembaran jaring dengan besar mata
konstruksi alat tangkap Purse Seine ‘Gardan’ di PPP Muncar Banyuwangi, target
utama tangkapan yaitu ikan yang berukuran kecil yaitu berkisar 10-30 cm, hal
sampai Desember didominasi oleh hasil tangkapan Ikan Lemuru dan Layang,
sedangkan pada bulan Januri sampai dengan bulan Maret didominasi oleh hasil
tangkapan Ikan Layur dan Layang. Walaupun hasil tangkapan yang dihasilkan
Maka dari itu target utama tangkapan nelayan Purse Seine yaitu Ikan Lemuru.
Hasil tangkapan dari Purse Seine biasanya berasal dari ikan-ikan pelagis.
Ikan-ikan pelagis yang dimaksud adalah Ikan tongkol, ikan kembung, ikan laying,
ikan salem dan lainnya. Hasil tangkapan dengan menggunakan Purse Seine
lebih dominan tertangkap yaitu ikan-ikan yang suka bergerombol. Ikan yang lebih
dominan didapat yaitu jenis ikan tongkol. Spesies ikan yang tertangkap, termasuk
spesies yang memiliki nilai ekonomi. Penggunaan light fishing sebagai alat bantu
memanfaatkan lampu petromaks untuk memikat ikan agar ikan lebih mudah
berkumpul pada satu area sehingga ikan – ikan akan naik dan berkumpul pada
cahaya tersebut.Pengoperasian alat tangkap Purse Seine pada waktu siang hari
menggunakan alat bantu rumpon sebagai tempat berkumpulnya ikan pada satu
daerah tertentu dengan tujuan agar ikan hasil tangkapan lebih banyak
tertangkap.
intensitas cahaya optimum untuk mencari makan dan kegiatan lainnya, dan
disorientasi dan imobilisasi karena tingkat cahaya yang tinggi dan di sekitarnya
kondisi gelap. Reaksi ikan inilah yang dimanfaatkan untuk menangkap ikan
permukaan dan masuk ke dalam area tangkapan alat tangkap yang digunakan.
adalah ikan yang mempunyai tingkah laku hidup bergerombol di permukaan air,
baik bergerombol dalam jenis dan ukuran yang sama ataupun bergerombol
dalam jenis berbeda ukuran. Jenis-jenis ikan yang termasuk ke dalam pelagic
sardin, tembang, lemuru, layang, selar, teri dan jenis ikan lain yang sejenis.
tujuan penangkapan dengan Purse Seine dapat memberikan manfaat yang baik,
karena memungkinkan dapat menangkap dalam jumlah yang banyak, tetapi akan
walaupun sudah terkurung, hal inilah yang menjadikan kegagalan dalam operasi
adalah dari jenis ikan kembung sebesar 16,25% dan terendah pada ikan tongkol
lisong sebesar 8,65% (Gambar 3A). Komposisi ikan tertinggi pada rumpon laut
madidihang sebesar 11,72% (Gambar 3B). Kantun dan Amir (2016) di perairan
Teluk Bone mempero-leh komposisi hasil tangkapan pada daerah sekitar rumpon
sebanyak 494 ekor (46,69%), tongkol komo Eu-thynus affinis sebesar 109 ekor
(10,30%), tongkol krai Auxis thazard sebesar 121 ekor (11,44%), tongkol lisong
Auxis rochei sebesar 137 ekor (12,95%), ikan cakalang Katsuwonus pelamis
ekor yang terdiri dari 138 ditangkap di rumpon laut dangkal dan 145 pada
rumpon laut dalam. Distribusi ukuran yang ditangkap pada rumpon laut dangkal
berkisar 25-120 cm dan tertinggi pada kelas 70-75 dengan frekuensi 10,14%
(914 ekor) dan terendah pada kelas 25-30 cm sebesar 1,45% (2 ekor).
Sementara itu, yang ditangkap pada rumpon laut dalam berkisar 80-160 cm
dengan frekuensi tertinggi diperoleh pada kelas 120-125 cm sebesar 11,72% (17
ekor) dan terendah pada kelas 80-85% sebesar 2,07% (3 ekor). Sementara itu,
tuna madidihang yang ditangkap pada sore hari berkisar 25-180 cm dengan
ukuran dominan ditangkap pada tengah kelas 110-115 cm dan panjang rataan
113,50 ± 3,80 cm. Kantun dan Amir (2016) di perairan Teluk Bone memperoleh
distribusi ukuran tuna madidihang yang ditangkap pada kisaran pan-jang cagak
40-160 cm, dominan pada ukuran 65-70 cm (7,66%). Kantun et al. (2014) di
pada rumpon laut dangkal berkisar 30-120 cm, rataan 64,64 ± 2,26 cm dengan
bobot berkisar 0,4-35 kg dan rumpon laut dalam berkisar 105-170 cm dengan
dalam bergerombol. Ikan yang memiliki sifat biologi suka bergerombol akan
sejenis atau berbeda jenis dari ukuran yang sama akan membentuk gerombolan
baru. Gerombolan ini akan membentuk komposisi jenis dan distribusi ukuran
ngan ukuran, siklus biologi dan kemampuan biologi yang sama dalam suatu
kelompok. Pada bagian lain, kemampuan ikan berkoordinasi ini merupakan ciri
khas populasi ikan yang suka hidup bergerombol dan bergerak cepat secara
bersamaan dan beriringan . Tingkah laku bergerombol dan suka ber-migrasi ini
juga akan berdampak pada berku-rangnya sediaan sumberdaya pada suatu tem-
pat tertentu dan melimpah pada tempat yang lain . Jenis hasil tangkapan ikan
adalah ikan berukuran sedang dari familia Skombride (tuna). Dari hasil
ekor. Jenis ikan hasil tangkapan Purse Seinedalam penelitian ini didominasi oleh
macarellus); sedangkan tiga jenis lainnya sebagai bycatch, yaitu sunglir (Elagatis
dan akan berdampak negatif terhadap ketersediaan stok di perairan. Oleh karena
dan lain-lain untuk dapat memberikan saran kepada Pemerintah Daerah dalam
tangkapan yang termasuk dalam kategori tidak layak tangkap dengan demikian
ukuran mata jaring (mesh size) yang digunakan oleh nelayan payang, serta
tangkap pukat teri ini adalah jenis ikan yang hidupnya bergerombol (scholing )
seperti : ikan tongkol, ikan tenggiri dan jenis ikan lainnya, karena sifat alat
tangkap ini mengelilingi gerombolan ikan sehingga hasil tangkapan lebih banyak
oleh alat tangkap pukat teri pada waktu sebelum dan sesudah tengah malam
secara umum didominasi oleh jenis ikan teri, dimana pada waktu sebelum tengah
malam hasil tangkapan ikan teri sebanyak 100 kg, sedangkan setelah tengah
malam yaitu 293 kg, inidisebabkan karena ikan teri (Stolephorus Sp) adalah
target utama para nelayan pukat teri di desa kwala Gebang dan musim ikan teri
lagi dalam keadaan bagus. Persentase dari hasil tangkapan secara keseluruhan
yang diperoleh oleh nelayan Pukat teri selama penelitian pada waktu sebelum
tengah malam 146 kg dan pada waktu sesudah tengah malam yaitu 375 kg. Jika
dilihat dari hasil tangkapan per hari nampak ikan teri adalah jenis hasil tangkapan
terbanyak pada hasil tangkapan yang terjadi pada waktu setelah dan sesudah
tengah malam. Ini disebabkan ikan teri adalah ikan target utama kapal pukat teri,
perbedaan tingkah laku pada masing-masing jenis ikan. Ada jenis ikan yang
tertarik secara langsung terhadap sinar atau sering disebut sebagai ikan
berfototaktis positif, suka ada di sekitar area penangkapan yang terang, dan
yang kedua adalah jenis ikan yang tidak suka kepada cahaya lampu dan
ikan tersebut menyebar ke dalam kolom air dan mencari lapisan yang lebih
dalam, sedangkan ikan demersal biasanya menyebar ke dalam kolom air selama
malam hari. Dengan mengetahui ruaya ikan secara vertical harian suatu jenis
Berikut ini adalah langkah kerja yang dilakukan dalam materi identifikasi
Lakukan Pembedahan Pada Perut Ikan Menggunakan Sectio set Untuk Melihat Organ
Dalamnya
Ambil Dan Gunting Secara Perlahan Gonad Pada Ikan Yang Akan Diidentifikasi
Setelah itu, Letakkan Organ dan Tubuh Ikan Pada Alat Ukur
Hitung dan Perhatikan Nilai Yang Tertera Pada Alat Pengukuran Tersebut
Berikut ini adalah langkah kerja yang dilakukan dalam materi Fish Length
Frequency:
Perhatikan Nilai Yang Tertera Dari Anterior Kepala Sampai Posterior Sirip Ekor
Persiapan
Mencatat hasil
Persiapan
Mencatat hasil
Gambar 9. Skema Kerja Pengambilan data ikan di PPP Pondokdadap
Pada praktikum Tingkah Laku Ikan shift 1 tanggal 8 november 2019 tidak
terdapat kegiatan bongkar muat kapal sehingga tidak ditemukan ikan di TPI
untuk diidentifikasi.
ikan lemuru
3
ikan lemadang
Ikan salem
6
Ikan cakalang
Sumber : Fishbase, 2019
bentuk tubuh dan bentuk ekor untuk mengetahui hubungan bentuk tubuh dan
ekor ikan terhadap tipe renang ikan. Hasil dari pengamatan bentuk tubuh dan
bentuk ekor ikan yang dilakukan pada saat praktikum lapang adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. Hubungan bentuk tubuh dan ekor terhadap tipe renang ikan
NO NAMA IKAN FOTO IKAN (Bentuk ANALISIS TINGKAH
Tubuh) BENTUK LAKU TIPE
EKOR RENANG
IKAN
Ikan Bentuk tubuh Prolonged
Cakalang fusiform dan
(Katsuwonus bentuk ekor
1 pelamis) lunate
Pada saat praktikum lapang tingkah laku ikan dilakukan pengamatan warna
warna tubuh ikan berdasarkan habitatnya. Hasil dari pengamatan warna tubuh
terhadap jenis ikan berdasarkan habitat yang dilakukan pada saat praktikum
Putih
Gelap keperak- Pelagis
perakan
3 Ikan Layang
(Decapterus
macrosoma)
Putih
Gelap keperak- Pelagis
perakan
Pada saat praktikum lapang tingkah laku ikan dilakukan pengukuram length
frequency untuk mengetahui pola persebaran panjang tubuh ikan. Hasil dari
pengukuran length frequency yang dilakukan pada saat praktikum lapang adalah
sebagai berikut:
Pada saat praktikum lapang tingkah laku ikan dilakukan pengukuram length
ikan. Hasil dari pengukuran length and weight relationship yang dilakukan pada
Pada saat praktikum lapang tingkah laku ikan dilakukan pengamatan fish’s
food and feeding habits untuk mengetahui makanan dan kebiasaan makan dari
ikan sampel. Hasil dari pengamatan fish’s and feeding habits yang dilakukan
hal yang perlu diamati adalah mengamati bentuk tubuh, ekor, tipe sirip, cara
berenang dan warna tubuh. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan
pengamatan terhadap bentuk tubuh dan ekor pada ikan tongkol lisong.Setelah itu
Untuk mengambil dan mengukur total length, maka langkah pertama yang
dilakukan yaitu meletakkan ikan di atas penggaris kayu atau measuring board
kemudian ukur panjangnya mulai dari ujung mulut sampai ujung ekor (caudal).
step pertama nyalakan timbangan digital sampai muncul angka 0 pada layar
timbangan, setelah itu letakkan ikan sampel pada timbangan digital. Amati layar
terhadap tipe sirip dan cara berenang ikan. Lalu dilakukan pengamatan warna
tubuh pada ikan yang diamati. Catat hasil yang didapat pada form kemudian di
dokumentasikan.
yang akan diukur panjang tubuhnya. Objek yang diukur adalah ikan Tuna
yang digunakan untuk mengukur panjang ikan. Ikan lalu diletakkan diatas
penggaris L. Bagian tubuh ikan yang diukur adalah total length atau dari bagian
adalah menuliskan hasil pengukuran panjang ikan pada form yang telah
0,3-0,4 dan 0,8-0,9 nilai TL ke atas. Data sebaran frekuensi panjang digunakan
panjangnya.
Excel yaitu blok kolom jumlah ikan – pilih chart kolom (2D coloum) – pilih pada
bagian horizontal – klik kiri - klik kanan pada sumbu x – pilih select data - pilih
ok – ok. Pada bagian bawah pojok kanan atas – pilih axis title – beri nama
panjang ikan – vertical (jumlah ikan (ekor)). Klik bagian grafik – desain – warna
abu-abu. Klik gaist – klik kanan – format gits lines – line style – pilih nomer 4 –
pilih nama dash. Pada angka skala vertical value axis – klik kanan – pilih format
axis – line style – grid types – pilih yang tanda panah kesamping. Terakhir,
dibuat.
Pada praktikum Tingkah Laku Ikan pengukuran panjang dan berat ikan
yang dilakukan pertama kali adalah menyiapkan alat dan bahan. Bahannya
berupa ikan Tuna (Thunnus sp), Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Ikan
yang akan diukur. Pertama adalah mengukur panjang ikan dengan Penggaris L
diukur dari ujung mulut sampai ujung ekor yang mana akan diperoleh Total
Lenght dan hasilnya bisa ditulis pada form lapang yang telah disediakan. Untuk
pengukuran berat ikan dengan timbangan digital. Ambil ikan yang telah diukur
panjang nya lalu taruh di timbangan digital. Sebelum itu tekan tombol on/off
tunggu sampai muncul angka 0 lalu tekan tare untuk memberi angka 0 pada
berat objek (menetralkan nilai timbangan). Amati angka yang muncul terakhir
setelah itu catat hasilnya pada form lapang. Hubungan panjang berat bertujuan
pada Microsoft Excel yaitu pada skala vertical – klik kanan – format axis – line
style – dijadikan 2 – end type (panah ketiga). Judul garis X = panjang ikan (cm), y
= berat ikan (gr). Klik grafik – klik kanan – abd tyen line – power (karena ingin
habbit dari ikan layang, ikan lemuru, ikan tongkol lisong, dan ikan cakalang. Pada
praktikum ini alat yang digunakan untuk identifikasi adalah pisau untuk
membedah isi dari labung ikan, nampan sebagai wadah dari ikan, sarung tangan,
masker serta form identifikasi untuk mengisi data hasil praktikum dan bahan yang
digunakan dalam praktikum adalah ikan ikan layang, ikan lemuru, ikan tongkol
lisong, dan ikan cakalang. Sebelum melakukan proses identifikasi terlebih dahulu
ikan laut yang diantaranya adalah ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis), ikan
ikan diletakkan pada nampan yang telah disediakan, kemudian ikan-ikan ini
dilihat bentuk gigi dan letak mulutnya untuk menentukan habitat dan jenis
makanan ikan tersebut. Adapun cara untuk mengetahui food and feeding habit
dari ikan dengan cara membedah lambung dari ikan tersebut. Pertama-tama ikan
melalui lubang duburnya hingga lambungnya dapat terlihat dan diambil. Setelah
lambungnya. Amati dan catat hasil yang dilihat pada form lapang yang telah
yang pertama dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Adapun alat yang
kebersihan dan membuat kita tetap steril, Nampan sebagai tempat dan wadah
Timbangan digital untuk mengukur berat dari sampel ikan, dan Surgical blade
ikan laut yang diantaranya adalah ikan Tongkol lisong dan Ikan Cakalang
dari anus keatas lalu kedepan lurus dengan linea leteralis sampai belakang
operculum lalu kebawah sampai perut secara hati-hati agar isi perut ikan tidak
hancur. Buka bagian yang dipotong tadi kemudian amati gonad ikan tersebut
apakah gonad tersebut jantan atau betina. Setelah gonad diamati, selanjutnya
menggunakan timbangan digital. Catat hasil dari jenis kelamin dan berat masing
index kematangan gonad dan lakukan analisis berdasarkan hasil yang didapat,
𝐵𝑔
IKG = X 100%
𝐵𝑡
𝐵𝑔
IKG = X 100%
𝐵𝑡
Tingkat kematangan gonad bermula dari tahap 1 dimana gonad ikan masih
belum terbentuk, hingga tahap 5 dimana gonad ikan telah matang dan siap
dibuahi. Gonad ikan jantan akan berwarna lebih pucat, sedangkan gonad ikan
yang sedang bongkar muat dengan mencatat setiap spesies yang diangkut oleh
ABK tiap basket. Lalu mendata berapa jumlah basket yang diangkut. Mencari
tahu berat setiap 1 basket yang berisi hasil tangkapan tadi. Sesudah itu
tangkap yang digunakan. Tetapi pada saat praktikum lapang Tingkah LakuIkan
morfometri ikan, didapatkan hasil ikan cakalang memiliki corak warna hitam
gelap pada bagian dorsal, abu-abu perak pada bagian tengah tubuhnya dan
warna putih pada bagian pectoralnya. Bentuk tubuh ikan cakalang membulat
atau memanjang (torpedo). Ciri khas dari ikan ini terdapat corak bergaris-garis
hitam pada bagian pectoral. Ikan ini memiliki bentuk mulut superior. Memiliki
bentuk gigi canine-like yang berarti ikan ini termasuk ikan karnivora (pemakan
daging). Ikan cakalang memiliki bentukan ekor lunate yang menyerupai bulan
sabit dengan tipe renangnya yaitu prolonged. Berat ikan cakalang yang
digunakan saat praktikum yaitu 2171. Sample ikan cakalang yang diamati
memiliki Panjang total tubuh (PT) yaitu 49 cm, Tinggi badan (TB) yaitu 21,85 mm,
Tinggi kepala (TK) yaitu 69,4 mm, Panjang standar (PS) yaitu 45,7 cm, Panjang
kepala (PK) yaitu 140,15 mm, Diameter mata (DM) yaitu 20,25 mm.
berkisaran antara 6-8 cm. Untuk panjang kepala bagian lateral ikan SBT yaitu
panjang berkisaran antara 46-54 cm. Tinggi badan ikan SBT di awal sirip
didapatkan panjangnya berkisaran antara 38-47 cm. Tinggi badan ikan SBT di
akhir sirip anus (anal) berkisaran antara 34-39 cm. Tinggi batang ekor ikan SBT
berkisaran antara 4-5 cm. Panjang dari pangkal ekor sampai sirip punggung
(dorsal) ikan SBT berkisaran antara 53-63 cm. Panjang pangkal ekor anal ikan
SBT yaitu pengukuran dari pangkal ekor sampai sirip anus (anal) atau sebaliknya
Memiliki 2 sirip punggung, sirip depan biasanya pendek dan terpisah dari sirip
belakang. Ikan tuna memiliki jari-jari sirip tambahan (finlet) dibelakang sirip
punggung. Berat ikan tuna yang digunakan saat praktikum yaitu 3051 g. isi
lambung ikan tuna saat dilakukan pembedahan yaitu berupa udang-udang kecil.
Sample ikan tuna yang diamati memiliki Panjang total tubuh (PT) yaitu 60 cm,
155 cm hingga yang terpanjang yang pernah tercatat 210 cm. Ikan tuna
merupakan pemakan ikan kecil, crustasea, moluska. Ikan Tuna yang berukuran
bukaan multnya ikan tuna mempunyai bukaan mulut yang besar. Tubuh ikan
tuna memanjang seperti torpedo memiliki 2 sirip pungggung, sirip depan yang
biasanya pendek dan terpisah dari sirip belakang yang agak tegak menjulang
keatas. Mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) dibelakang sirip punggung dan
morfometri ikan, didapatkan hasil ikan layang memiliki bentuk memanjang dan
pipih (Compressed). Bentuk mulut ikan layang adalah terminal. Ikan layang
memiliki warna kepereakan dibagian tubuhnya. Memiliki titik hitam pada bagian
dekat operculum. Panjang total tubuh ikan layang yaitu 15 cm, Tinggi badan (TB)
yaitu 31,35 mm, Tinggi kepala (TP) yaitu 27,4 mm, Panjang kepala (PK) yaitu
Indonesia dan biasanya hidup bergerombol dengan ikan lain seeprti lemuru,
lembang,kembung dan selar. Moncong ikan layang 3x kepala, rahang atas tidak
kuningan. Tubuh bagian atas kehijau-hijauan dan bagian bawah putih, dan
bagian belakang tutup insangnya bertotol hitam. Tinggi tubuh ikan layang
mendekati 4,8-5,5 cm. Bentuk tubuh ikan layang adalah memanjang dan pipih
dengan panjang tubuh berkisar 15-25 cm yang ditutupi oleh sisik lingkaran
didapatkan dengan menentukan jumlah selang kelas, lebar selang kelas dan
ditentukan dalam selang kelas yang sama kemudian diplotkan dalam sebuah
grafik. Ada beberapa bulan yang mempunyai modus sama yaitu pada Februari,
April, Juni, Juli, dan Oktober dengan nilai 25-26 cm FL (25,5 cm ML), nilai modus
21-22 cm FL (21,5 cm ML) ditemukan pada Maret dan September, nilai modus
sedangkan nilai modus pada ukuran ikan yang lebih panjang ditemukan pada Juli
yaitu 37-38 cm FL (37,5 cm ML). Distribusi frekuensi panjang dari bulan Februari
sampai Desember mempunyai nilai modus pada kisaran 25-26 cm FL. Modus
bulannya.
mendekati 1) dengan nilai 0,7984 dan dapat dinyatakan valid atau akurat, Grafik
3.137371781, Setelah itu dilakukan uji T hitung sebesar 1.410077547 dan T tabel
sebesar 1.968922324 yang berarti T hitung <T tabel yang berarti H0 terima H1 dan
komposisi ukuran, hubungan panjang berat dan faktor kondisi. Sampel ikan yang
di ukur selama penelitian berjumlah 1715 ekor ikan yang terdiri dari bulan
November (448 ekor), Desember (451 ekor) dan Maret (401) dan April (415).
Ikan yang diukur memiliki kisaran ukuran panjang 37-81mm dan berat dengan
kisaran 0,35 – 4,51g. Ukuran rata-rata ikan yang tertangkap payang adalah
57,24 mm. Cara untuk mendapatkan nilai dugaan awal panjang infiniti (L∞)
modus terjadi pada panjang 53-56 mm, kemudian modus bergeser menjadi 57-
60 mm pada bulan Desember 2013. Pada bulan Maret 2014 modus terjadi pada
panjang 49-55 mm dan bergeser menjadi 53-56g pada bulan April 2014. Hasil
sebesar 3,125. Nilai b yang diperoleh lebih dari 3 sehingga termasuk alometrik
positif. Interval panjang ikan selama penelitian adalah 37- 81mm dengan rata-
rata panjang 57,24 mm dan rata-rata berat 1,59 g. Nilai faktor kondisi ikan
A. Ikan Cakalang
mulut terminal dengan bentuk gigi canine. Gigi canine menandakan bahwa ikan
cakalang termasuk golongan ikan karnivora. Pada isi lambung ikan cakalang
terdapat udang kecil yang masih utuh. Komposisi makanan yang terdapat di
maupun pelengkap dari ikan tersebut. Ada 3 jenis ikan berdasarkan jenis
setiap jenis makanan bervariasi, dapat diduga bahwa ikan Cakalang tidak
lambungnya yakni, ikan, udang, dan cumi. Menurut Biswas (1993) ada 3 jenis
berbeda dan europagik, yang makanannya sangat bervariasi. Hal ini sesuai
dengan keterangan Hotta & Ogawa dalam Hida (1973), bahwa Cakalang
termasuk tuna tidak selektif di dalam kebiasaan makannya, karena itu akan
memakan apa saja yang dijumpai bahkan dapat memakan jenis-jenisnya sendiri.
B. Ikan Layang
mulut terminal dan bentuk gigi viliform. Isi lambung ikan layang kosong karena
ikan layang termasuk ikan golongan plankton feeder. Artinya ikan ini memakan
plankton. Isi lambung ikan layang kosong karena plankton mudah di degradasi
atau dicerna, selain itu karena plankton hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
Menurut Hatta dan Sri Mulyani (2019), Hasil identifikasi isi lambung
menunjukkan bahwa ikan teri dan ikan tembang merupakan ikan pemakan
zooplankton saja. Ikan pepetek, ikan layang dan ikan kembung memakan
plankton dan beberapa jenis larva ikan kecil dan udang-udangan sehingga
digolongkan sebagai ikan omnivor. Ikan selar termasuk ikan karnivor karena
didalam ususnya ditemukan berbagai jenis ikan kecil, udang dan berbagai hewan
C. Ikan Tuna
Berdasarkan praktikum tingkah laku ikan tanggal 8 November 2019 yang
mulut superior dengan bentuk gigi canine. Ikan tuna merupakan ikan karnivora,
ketika lambung ikan tuna dibelah, didalam isi lambung terdapat daging ikan yang
sudah tidak utuh lagi. Dilihat dari isi lambung ikan tuna termasuk ikan karnivora.
memakan hanya satu jenis makanan; stenopagik, yang memakan beberapa jenis
ikan tuna sirip kuning berukuran besar didominasi oleh organisme ikan sebagai
makanan utamanya, dan sedikit jumlah organisme udang, hal ini dimungkinkan
bahwa ikan tuna sirip kuning yang berukuran besar memakan organisme ikan
sebagai makanan utamanya dikarenakan bukaan mulut ikan tuna sirip kuning
mempunyai bukaan mulut yang besar, dimana menurut Affandi (1992), ukuran
mulut ikan. Semakin besar ukuran tubuh ikan dan bukaan mulut ikan, maka
komponen yang ada dapat dikatakan hanya 3 komponen utama yang merupakan
fase pematangan dimana 2/3 dari perut ikan tertutup oleh gonad. Pada fase ini
gonad pada ikan cakalang sudah terbentuk secara sempurna dan dapat sudah
dapat dibedakan antara ikan dengan gonad jantan maupun ikan dengan gonad
betina. Ikan jantan memiliki warna gonad merah muda sampai pucat dengan
serat – serat pembuluh darah yang terlihat jelas. Gonad ikan betina sendiri
memiliki warna yang lebih cerah seperti kuning ke jingga-an. Pada gonad betina
tampak bulatan – bulatan kecil yang merupakan bakal telur dari ikan cakalang.
Didapatkan hasil tingkat kematangan gonad pada ikan tuna berada di fase
istirahat. dimana ovari belum mulai berkembang dan ukurannya masih sangat
kecil. Pada fase ini gonad pada ikan tuna belum terbentuk secara sempurna dan
dapat sudah dapat dibedakan antara ikan dengan gonad jantan maupun ikan
dengan gonad betina. Ikan jantan memiliki warna gonad merah muda sampai
pucat dengan serat – serat pembuluh darah yang terlihat jelas. Gonad ikan
betina sendiri memiliki warna yang lebih cerah seperti kuning ke jingga-an. Pada
gonad betina tampak bulatan – bulatan kecil yang merupakan bakal telur dari
ikan tuna.
macrosoma) berada pada fase pematangan yang artinya 2/3 dari perut ikan
tertututp oleh gonad. Pada fase ini gonad pada ikan layang sudah terbentuk
secara sempurna dan dapat sudah dapat dibedakan antara ikan dengan gonad
jantan maupun ikan dengan gonad betina. Gonad ikan jantan memiliki warna
Gonad ikan betina memiliki warna yang lebih cerah yaitu kuning kejinggaan
semui kehijauan. Pada gonad betina tampak bulatan – bulatan kecil yang
kuning jantan didominasi oleh ikan TKG I, begitupun dengan ikan betina.
Frekuensi tertinggi ikan jantan TKG I terdapat pada bulan Mei 2017 sebanyak 28
ekor. Meningkatnya TKG dicirikan oleh warna, ukuran, dan bentuk. Pada ikan
jantan dipakai tanda-tanda seperti bentuk testes, besar kecilnya testes dan
warna testes. Sedangkan pada ikan betina didasarkan pada bentuk ovarium,
besar kecilnya ovarium, warna ovarium, halus tidaknya permukan ovarium, serta
ukuran telur didalam ovarium. Berdasarkan pengamatan Ikan selar kuning yang
berada pada TKG I memiliki kisaran bobot 15- 47 gr, TKG II berkisar 20 - 44 gr,
TKG III berkisar 21- 45 gr dan pada TKG IV berkisar 34- 48 gr. Adanya
kecenderungan semakin tinggi TKG maka kisaran oanjang dan berat tubuh
semakin tinggi. Selain iyu dijumpai pula ikan dengan ukuran kisaran panjang dan
berat yang sama tidak mempunyai TKG yang sama. Hal ini dapat disebaskan
oleh kondisi lingkungan dimana ikan tersebut hidup, ada tidaknya ketersediaan
selanjutnya bahwa perbedaan awal mula suatu individu ikan mengalami matang
membandingkan antara berat gonad dengan berat tubuh yang berisi gonad
dapat dipergunakan sebagai penduga status reproduksi ikan, ukuran dan umur
yang terjadi pada gonad pada setiap kematangan secara kuantitatif. Sejalan
bertambah besar mencapai ukuran maksimum ketika ikan akan memijah dan
menurun lagi ketika ikan telah memijah. Ikan cakalang jantan memiliki nilai IKG
IKG:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑢𝑏𝑢ℎ
𝐼𝐾𝐺 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐺𝑜𝑛𝑎𝑑 𝑥100%
adalah ikan-ikan pelagis besar seperti ikan cakalang, tuna, dan lain sebagainya.
Tidak jarang juga nelayan mendapatkan ikan-ikan pelagis kecil seperti ikan
laying, lemuru, teri dan sebagainya. Namun ketika praktikum lapang tingkah laku
ikan di Sendang Biru pada 8 November 2019, kondisi TPI telah kosong dan tidak
Jenis ikan hasil tangkapan pancing ulur yang menggunakan umpan ikan
menggunakan umpan ikan tenggiri adalah 6,8 kg (6 ekor). Dari data hasil
menggunakan umpan ikan parang-parang dan ikan tenggiri yaitu ikan kurau
sp), ikan kakap (Lutjanus sp), ikan debuk (Arius Thalassinus), ikan pari (Trygon
sephen) Ikan-ikan yang tertangkap pada penelitian ini adalah jenis ikan karnivor
yang menyukai ikan-ikan yang lebih kecil dari badannya. Matsuoka dalam
dimulai pada saat pancing dioperasikan kemudian berlanjut kepada ikan mulai
4.3.8 Analisa Tingkah Laku Ikan berdasarkan Alat Tangkap yang Digunakan
A. Purse Seine
kebanyakan alat tangkap yang digunakan yaitu purse seine, rata-rata hasil
tangkapan adalah ikan-ikan pelagis kecil dan besar, antara lain layang, tuna dan
mengelilingi gerombolan ikan. Untuk ikan tuna, yang bersifat agresif dan
perenang cepat, alat tangkap yang digunakan adalah pancing ulur. terdapat
perbedaan tingkah laku ikan yang ditangkap menggunakan alat tangkap purse
seine. Ikan Layang akan lebih cepat meloloskan diri jika tertangkap oleh alat
tangkap purse seine karena bentuk tubuhnya yang kecil ikan layang dapat
Ikan layang (Decapterus macrosoma) adalah salah satu jenis ikan pelagis
layang ditangkap dengan menggunakan alat tangkap antara lain bagan, jaring
insang (gillnet), payang, dan pukat cincin (purse seine). ikan layang ini
sebagai target utama hasil tangkapan (Prihartini, 2004 dalam Dahlan et al., 2015)
B. Pancing ulur
ikan dan menggunakan kail agar ikan terkail. Alat tangkap ini biasa menargetkan
ikan pelagis dan predator tertarik dengan atraktan dari umpan pada kail. Karena
Ikan ini biasa memangsa ikan kecil sebagai makanannya maka umpan berupa
ikan runcah akan sangat menarik perhatian ikan ini. Baby tuna sering berenang
dengan ikan yang ukurannya sama membuat ikan ini juga ikut tertangkap
umumnya menggunakan alat tangkap pancing tonda, pancing ulur, dan huhate
untuk menangkap ikan tuna. Ketiga jenis pancing tersebut merupakan alat
tangkap yang sangat selektif terhadap ukuran ikan karena ukuran mata pancing
yang digunakan sangat menentukan ukuran ikan yang tertangkap). Namun, alat
tangkap pancing tidak selektif terhadap jenis ikan yang tertangkap. Tingkah laku
ikan tuna yang melakukan schooling dengan ukuran yang sama menyebabkan
(Menard et al., 2000). Hal tersebut menyebabkan baby tuna tertangkap oleh
ikan maka dapat membuat rancangan alat tangkap yang efektif dan efisien, kita
ikan memijah. Dengan mengetahui tingkah laku ikan proses penangkapan dapat
berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal. Tingkah laku ikan
juga dapat menjadi acuan untuk penelitian mengenai morfologi dan sifat ikan itu
sendiri.
dalam pembuatan suatu alat tangkap adalah tingkah laku ikan. Pengetahuan
mengenai tingkah laku ikan menjadi penting karena ikan tidak begitu saja mudah
untuk masuk dalam area penangkapan apalagi untuk tertangkap karena dapat
karena itu, bila tingkah laku ikan terhadap alat penangkapan serta hubungannya
dengan berbagai faktor dapat kita ketahui, maka dapat dilakukan cara-cara
tertentu untuk meningkatkan efisiensi dan kegunaan dari alat tangkap tersebut.
tentang tingkah laku ikan juga dapat digunakan untuk melakukan manajemen
terhadap sumberdaya ikan seperti penangkapan ikan untuk jenis dan ukuran
berbagai faktor lain seperti jenis makanannya untuk ikan yang ditangkap dengan
penelitian yang lebih jauh tentang hal ini agar upaya penangkapan dengan hasil
5.1 Kesimpulan
morfometri merupakan tampilan fisik ikan yang dapat diamati dengan kasat
mata. Ikan cakalang memiliki morfologi yang khas yaitu terdapat variasi garis
diperut berjumlah 4-6 bua. Ikan tuna memiliki mmorfologi yang khas yaitu
terdapat sirip pectoral yang Panjang. Dan ikan laying memiliki morfologi yang
pengukuran dengan panjang total terbesar 21.5 cm dengan berat total 131
gram dan ukuran Panjang terkecil adalah 11 cm dengan berat total 27 gram.
pola pertumbuhan dari suatu kelompok ikan. Berdasarkan data yang didapat,
pola pertumbuhan ikan layang yaitu isometric (b=3) yang menandakan bahwa
Food and feeding habit dari ikan cakalang, tuna, dan layang dapat diketahui
dengan pengamtan secara langsung. Berdasarkan gigi ikan cakalan dan tuna
yaitu canine-like, ikan ini termasuk ikan karnivora yang berarti pemakan
daging. Ikan cakalang dan tuna termasuk ikan yang rakus sehingga umpan
menangkap ikan ini. Sedangkan ikan layang tidak memiliki gigi yang
(Katsuwonus pelamis) dapat diketahui bahwa gonad betina berada pada IKG
fase III (5-10%) atau masak akhir, yang berarti ikan belum siap untuk
memijah.
2/3 dari perut ikan tertutup oleh gonad. Pada fase ini gonad pada ikan
dibedakan antara ikan dengan gonad jantan maupun ikan dengan gonad
betina.
tersebut apakah ikan yang menjadi target tangkapan utama mencari makan
pada saat tertentu saja atau tidak. Selain itu, untuk mengetahui pola
5.2 Saran
praktikum lebih diperhatikan lagi baik dari segi daya tampung atau yang lainnya.
Untuk barang bawaan individu ataupun kelompok mohon lebih di seleksi lagi, bila
DAFTAR PUSTAKA
Amanda, Lita. 2014. Evaluasi Kesesuaian Lahan Tambak Untuk Budidaya Udang
Terhadap Hasil Tangkapan Purse Seine di TPI Ujong Baroh, Aceh Barat,
(3):389-395.
Bahtiar, A., A, Barata., D, Novianto. 2015. Taktik Penangkapan Tuna Mata Besar
Indian Ocean Based On Hook Timer And Minilogger Data. J. Lit. Perikan
Indonesia. 19 (47-53).
Bahtiar, A., Barata, A., Dan Nugraha, B. 2014. Kedalaman Renang dan Waktu
Perikanan.
Defandi, F. 2015. Sifat Fisiko kimia Minyak Ikan dari Limbah pengolahan Ikan
Dewi Shela R. 2015. Teknik Pengolahan Ikan Tuna (Thunnus sp.) Beku di PT.
Tridaya Eramina Bahari, Muara Baru Ujung Jakarta Utara. Praktek Kerja
Fadhil, Rahmad., Muchlisin, Zainal., Sari, Widya. Hubungan Panjang - Berat dan
Handayani, S.N. Wisudo, S.H, Iskandar.B.H dan Haluan.J. 2014. Intensitas Kerja
Jatmiko, I., Hety Hartaty, dan Andi Bahtiar. 2015. Biologi Reproduksi Ikan
Karman, A., dkk. 2016. Basis Biologi Cakalang Sebagai Landasan Pengelolaan
KhairunTernate
Kuncoro, E.B dan F.E. Ardi Wiharto. 2009. IKAN AIR LAUT. ENSIKLOPEDIA
Utara.
Laitupa, F.S., Sahril, K., M. Askar Laitupa, Umar Tangke. 2015. PENDUGAAN
Mahiswara. Budiarti, T.W dan Baihaqi. 2013. Karakteristik Teknis Alat Tangkap
Mamuaja Christine F., Yuannita Aida. 2014. Karakteristik Gizi Abon Jantung
Day And The Night In The Sasak Jorong Pasa Lamo Ranah
294
Mulqan, M., dkk. 2017. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila
Faktor Kondisi, dan Faktor Kondisi Relatif Kepiting Pasir (Hippa adactyla)
Eggert, dari Pantai Pulau Rupat. Jurnal Perikanan Dan Keluatan. VoL 21
Ikan Target Perikanan Rawai Tuna Bagian Timur Samudera Hindia. Vol. 5
(2): 119-127
Novianto D., Nugraha B. 2014. Komposisi Hasil Tangkapan Sampingan Dan Ikan
Rikza, C., Asriyanto., T, Yulianto. 2014. Pengaruh Perbedaan Umpan dan Waktu
2 (152-161).
Pertanian Bogor.
Sharfina, M., 2014. Dinamika populasi dan biologi reproduksi ikan selar kuning
IPB. Bogor.
Sudarman. 2015. Perikanan Cakalang Dengan Pancing Pole And Line (Huhate).
Sukendi., Ridwan, M.P, dan Nur, A. 2014. Pematangan Gonad Calon Induk Ikan
25-30.
Kepiting Bakau (Scylla Serrata) Pada Umpan Dan Stadia Umur Yang
sirip biru selatan (Thunnus maccoyii) Hasil Tangkapan Kapal Rawai Tuna
Syahdan, M. 2018. Kajian Tingkah Laku Ikan Terhadap Alat Tangkap Gill Net.
Umar, Y., Fransine B.M dan Ruddy M. 2019. OTOLIT DAN POLA
– 187.
Yusuf, H.N., Ronny I.W., Budhi H.S.I, dan Deni A.S. 2016. FAKTOR - FAKTOR
A. Ikan Cakalang
B. Ikan Tuna
A. Ikan cakalang
B. Ikan Tuna
C. Ikan Layang
A. Ikan Cakalang
A. Ikan Cakalang
C. Ikan Layang