Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL

Disusun Oleh:

1. A.Arisa Putri L021201062


2. Elsa Theana L021201089
3. Jannatul Aliyah L021201086
4. Julia Salsabila L021201077
5. Maqfira Zaki L021201041
6. Muhammad Arif Fauzan Musakir L021201038
7. Muhammad Isa Sudirman L021201064
8. Muhammad Khadafi Satriadi L021201001
9. Muh Raihan Anwar L021201020
10. Mochamad Alfian Nabil Arliansyah L021201027
11. Nurul Hasfika L021201016
12. Nurul Mutiara Irwan L021201002
13. Rafly. R L021201033
14. Sitti Nur Najmia Ilham L021201004
15. Shinta Puspita Ayu Dunia L021201019

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR


MSDP 2020
TIPOLOGI PERAIRAN BERDASARKAN PRODUKTIVITAS
PRIMER (MESOTROFIK)

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Makassar

Abstrak

Proses alami yang terjadi di suatu perairan dan kegiatan manusia di sekitar
perairan (seperti pertanian, pemukiman, peternakan, budidaya ikan) menjadi
penyebab terjadinya perubahan status trofik perairan. Status trofik berguna untuk
memonitor kualitas air (Leitão, 2012) melalui pemahaman terhadap siklus nutrien
dan interaksinya dengan jejaring makanan dalam suatu ekosistem. Gambaran status
trofik suatu perairan dapat diperoleh dengan menghitung kandungan nitrat dan
fosfat serta kelimpahan plankton. Nitrat dan fosfat dalam keadaan normal
merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan produsen primer di perairan.
Penggolongan status trofik meliputi oligotrofik, mesotrofik dan eutrofik. Pada
Artikel kali ini khususnya akan membahas tentang status trofik Mesotrofik.

Pembahasan

Status trofik perairan merupakan tingkatan kesuburan suatu perairan. Tingkat


kesuburan pada suatu perairan memiliki peranan penting bagi kehidupan biota laut
maupun kegiatan pada warga pesisir yang khususnya menggantungkan
kehidupannya pada perairan seperti (nelayan, ataupun pembudidaya). Tingkat
kesuburan pada suatu perairan sifatnya tidak tetap dan dapat berubah seiring dengan
adanya pengaruh dari alam maupun dari aktivitas manusia itu sendiri. Aktivitas
manusia yang dapat membuat perubahan kualitas pada perairan yaitu seperti
pembangunan yang berdekatan dengan laut, pemberian limbah pakan yang
berlebihan, pemakaian pupuk yang berlebihan, serta irigasi sawah yang langsung
mengarah kelaut. Semua kegiatan yang dilakukan manusia menentukan kualittas
perairan yang berada disekitarnya.

Pengukuran yang dapat dilakukan untuk melihat kualitas suatu perairan


dengan melihat kelimpahan serta komposisi fitoplankton yang berada pada perairan
tersebut. Fitoplankton dijadikan sebagai indikator biologis untuk mengukur tingkat
kesuburan serta kualitas perairan. Fitoplankton merupakan organisme yang
memanfaatkan unsur hara yang ada dilaut (nitrogen dan fosfor) untuk tumbuh dan
berkembang biak, maka hubungan fitoplankton dengan zat hara yang ada dilautan
sangat terikat, jika pada suatu perairan tingkat kemelimpahan fitoplankton itu tinggi
maka dapat dikatakan bahwa kualitas perairan tersebut terbilang baik sedangkan
jika tingkat kemelimpahan fitoplankton rendah maka kualitas perairan tersebut
terbilang kurang baik. Jumlah bentuk total P dan total N di perairan adalah dugaan
potensial untuk kesuburan suatu perairan. (Moss, 1998).

Pengelompokkan perairan berdasarkan kualitasnya terbagi menjadi

1. Tingkat oligotrofik

Pada tingkat perairan jenis ini memiliki tingkat kejernihan air yang sangat tinggi
yang dapat mencapai hingga 8 meter, namun pada tingkatan ini sangat kurang akan
nutrient yang membuat kepadatan jumlah plankton sangat rendah tetapi jumlah
spesiesnya tinggi.

2. Tingkatan Mesotrofik

Pada tingkat perairan jenis ini merupakan tingkat peralihan antara oligotrofik dan
eutrofik sehingga kejernihan air terbilang sedang mencapai kedalaman 4-8 meter.

3. Tingkatan eutrofik

Pada tingkat perairan jenis ini memiliki tingkat kejernihan air yang kurang
disebabkan karena pada tingkatan ini terdapat fitoplankton yang sangat produktif
sehingga terjadi blooming alga, juga membuat cahaya sulit menembus hingga dasar
perairan.

Perairan dengan tingkatan mesotrofik merupakan perairan peralihan antara


perairan oligotrofik dan eutrofik, pada perairan ini ditemukan bahwa tingkat
kesuburannya sedang. Tingkat kesuburan pada perairan mesotrofik dapat dihitung
melalui klasifikasi berdasarkan perubahan biomassa fitoplankton yang kisaran
perbandingannya maksimum dan minimum sedang (tidak terlalu tinggi), yakni
sekitar 30 : 1, dalam kurun waktu musim (satu tahun). Pada perairan mesotrofik
memiliki kemelimpahan fitoplankton yang berkisar antara 2000 – 15.000 ind/ml
(Landner, 1978). Sedangkan menurut (Goldman and Home, 1994) kemelimpahan
fitoplankton pada perairan mesotrofik berkisar anatara 500 ind/ lt. Perubahan-
perubahan ini disebabkan oleh adanya pembatasan nutrient (bahan organik) yang
masuk, serta sinar dan suhu yang disebabkan adanya perubahan iklim atau musim.

Sebagai contoh, pada danau di daerah dingin, fitoplankton mencapai


maksimum pada musim panas dan minimum pada musim dingin, atau mungkin
pula maksimum terjadi pada awal musm semi.

Pengukuran perubahan biomassa fitoplankton ini umumnya memerlukan


waktu yang cukup lama. Maka pakar menggunakan kandungan fosfat terlarut
sebagai penduga kesuburan perairan. Selain fosfat terlarut, parameter yang sering
digunakan adalah Nitrogen (N) anorganik, perbandingan antara nitrogen dan fosfat
(N:P), perbandingan antara karbon, nitrogen dan fosfat (C:N:P), kandungan bahan
organik, kecerahan dan kekeruhan perairan.

Klasifikasi tingkat kesuburan perairan mesotrofik mencapai 200-750


mg/m3/hari. Produktivitas primer nilainya dapat diketahui dengan cara mengukur
perubahan kandungan DO yang dihasilkan melalui proses fotosintesis. Produksi
oksigen merupakan dasar pengukuran kesetaraan yang kuat antara O 2 dan pangan
yang dapat dihasilkan.
Daftar Pustaka

Latuconsina, H. (2019). Ekologi Perairan Tropis : Prinsip Dasar Pengelolaan


Sumber Daya Hayati Perairan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mustofa, A. (2015). Kandungan Nitrat dan Pospat Sebagai Faktor Tingkat


Kesuburan Peraairan Pantai. Jurnal DISPROTEK Vol 6 No.1.

Naila, Z., & Aisyah. (2013). Status Trofik Perairan Rawa Pening ditinjau dari
Kandungan Unsur Hara (NO3 dan PO4) Serta Klorofil-a. Jurnal BAWAL
Vol 5 No. 3, 189-199.

Prof. Dr. Almasdi Syahza, S. M., Dr. Suwondo, M., Dr. Baharuddin, M., &
Darmadi, S. M. (2017). Implementasi Pengendalian Kerusakan Daaerah
Tangkapan Air Sebagai Upaya Pengendalian dan Pengelolaan Ekosistem.
Pekanbaru: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
(LPPM) Universitas Riau.

Sebaran Klorofil-a, Nitrat, Fosfat dan Plankton Sebagai Indikator Kesuburan


Ekosistem Di Mangrove Tapak Tugurejo Semarang. (2018). Jurnal Ilmu
Lingkungan, 68-77.

Suryanto, A. M., & S., H. U. (2009). Pendugaan Status Trofik dengan Pendekatan
Kelompahan Fitoplankton dan Zooplankton di waduk Sengguruh,
Karangkates, Lahor, Wlingi Raya, dan Wonorejo Jawa Timur. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan Vol 1 No. 1.

Sahabuddin. 2017. Produktifitas dan Kesuburan Perairan.


https://bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2017/04/PLT-Unhas-
Produktivitas-dan-Kesuburan-Perairan.pdf retrieved pada 2 desember 2020 pukul
13.00

Anda mungkin juga menyukai