Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL

Disusun Oleh:

1. A.Arisa Putri L021201062


2. Elsa Theana L021201089
3. jannatul aliyah L021201086
4. Julia Salsabila L021201077
5. Muhammad Khadafi Satriadi L021201001
6. Muh Raihan Anwar L021201010
7. Mochamad Alfian Nabil Arliansyah L021201027
8. Nurul Hasfika L021201016
9. Nurul Mutiara Irwan L021201002
10.Rafly. R L021201033
11.Sitti Nur Najmia Ilham L021201004
12.Shinta Puspita Ayu Dunia L021201019

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR


MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
2020
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS PRIMER (CAHAYA)

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Makassar

Abstrak

Proses fotosintesis atau produktivitas primer sangat di pengaruhi oleh cahaya matahari. Dalam
proses tersebut cahaya memberikan peran yang cukup penting. Dalam artikel ini akan membahas
bagaimana cahaya bisah mempengaruhi produktivitas primer dan juga apa saja factor yang bisah
menghambatnya cahaya masuk kedalam kawasan perairan. Tidak kalah pentingnya, fungsi dan
peran cahaya akan dijelaskan dalam artikel ini.

Pembahasan

Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang kasat mata dengan
panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi
elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasatmata maupun yang tidak. Selain itu,
cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan
terpenting baik secara langsung maupun tidak langsung bagi organisme fotosintesis perairan
dalam menyediakan energi untuk diubah menjadi energi kimia dengan bantuan klorofil.

Peranan cahaya pada produktivitas primer adalah sebagai sumber energi dalam proses
fotosintesis, dimana jumlah energi yang diterima tergantung pada kualitas dan lama periode
penyinaran cahaya yang sangat menentukan laju produktivitas primer perairan. Periode cahaya
yang berbeda akan memberikan nilai produktivitas primer yang berbeda juga. Pengukuran
produktivitas primer dilakukan dengan memperhitukan penyinaran matahari dan juga dilakukan
inkubasi untuk memghitung besarnya produktivitas primer dalam suatu perairan.

Cahaya Matahari mempunyai pengaruh, baik langsung maupun tidak langsung dalam
suatu lingkungan (Stoeplerand Lill, 2013). Pengaruhnya pada metabolisme secara tidak langsung
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berbagai oeranisme dalam perairan (Darko et
al., 2014). Cahaya memiliki pengaruh terhadap sel mikroalga (Juneja et al., 2013), dimana
sebagian besar proses fotosintesis dan photoadaptation merupakan adaptasi terhadap rangsangan
cahaya (Lande and Lewis, 1989; Rubio et al., 2002; Teo et al., 2014). Dalam proses ini, sel-sel
alga akan mengalami perubahan dinamis dalam komposisi biokimia sel, biofisik maupun sifat
fisiologis untuk meningkatkan fotosintesis dan pertumbuhan mikroalga (Hartman, 2014).
Peranan cahaya matahari dalam fotosintesis adalah membantu menyediakan energy matahari
untuk diubah menjadi energi kimia dengan bantuan klorofil (Ort et al., 2011). Osanai et al.
(2017) mengemukakan bahwa fotosintesis merupakan proses biokimia penting pada tumbuhan
alga, dan beberapa cyanobacteria untuk mengubah energi matahari menjadi energi kimia. Energi
kimia ini akan digunakan untuk menjalankan reaksi kimia pembentukan senyawa gula atau
glukosa.

Wetzel (2001) dan Kirk (2011) menjelaskan bahwa cahaya matahari yang memasuki
suatu medium optik seperti air intensitasnya akan berkurang atau mengalami peredupan
(extinction attenuation)' seiring dengan bertambahnya kedalaman di perairan. Besarnya tingkat
peredupan ini bergantung pada materi yang terdapat pada suatu perairan. Pada kolom air yang
meiliki tingakat kekeruhan yang tinggi, maka tingkat peredupannya juga kan tinggi. Tingkat
perdupan ini disebabkan oleh materi tersuspensi, terlarut, dan partikel-partikel yanga ada di
kolom air termasuk plankton. Hal yang pertama pada proses fotosintesis adalah mengabrsorpsi
cahaya. Tidak semua radiasi elektromagnetik yang yang jatuh pada tanaman
berfotosintesis.Umumnya fotosintesis bertambah sejalan dengan peningkatan intensitas cahaya
sampai pada nilai optimum tertentu (cahaya saturasi). Di atas nilai tersebut, cahaya merupakan
penghambat bagi fotosintesis (cahaya inhibisi), sedangkan di bawahnya cahaya merupakan
pembatas sampai suatu kedalaman di mana fotosintesis sama dengan respirasi (Wetzel, 2001;
Kirk, 2011; Vallina et al., 2017). Oleh karena itu laju fotosintesis ini sangat berhubungan dengan
laju produktivitas primer di perairan, dimana laju fotosintesis yang hubungannya dengan cahaya
sama dengan hubungan cahaya dengan produktivitas primer di perairan.

Kedalaman akan berpengaruh terhadap penetrasi cahaya yang masuk ke suatu perairan.
Pada umumnya seiring dengan bertambahnya kedalaman maka penetrasi cahaya yang masuk
akan semakin berkurang, sehingga akan berdampak pada produktivitas primer di perairan. Pada
permukaan pada umumnya produktivitas primer masih kecil karena intensitas cahaya yang
masuk teralalu tinggi (Vallina et al., 2017), dan akan meningkat pada kolom perairan dengan
intensitas yang sesuai dengan klorofil pitoplankton sehingga meningkatkan produktivitas primer
(Vallina et al., 2017). Seiring bertambahnya kedalaman maka akan menurunkan penetrasi cahaya
yang semakin berkurang sehingga produktivitas primer akan berkuran. Perbedaan kedalaman
dapat mengakibatkan perbedaan nilai produktivitas primer.

Pada kedalaman 50 cm terlihat intensitas cahaya yang sampai pada kedalaman ini
64,99% dari intensitas cahaya permukaan, pada kedalaman 100 cm intensitas cahaya yang
sampai pada kedalaman ini 32,30 %, kedalaman 150 cm intensitas cahaya yang sampai pada
kedalaman ini 19,55 %, sedangkan pada kedalaman 200 cm intensitas cahaya 9,36 cm,
kedalaman 250 cm intensitas cahaya tinggal 1,40 % dari intesniats cahaya permukaan,
kedalaman 310 intensitas cahaya 0 % dari intensitas cahaya permukaan Dari nilai koefisien
peredupan per 50 cm terlihat pada kedalaman 0 – 50 cm (0,4309) lebih kecil dibandingkan pada
kedalaman 50 – 100 cm sebesar 0,6992, berikutnya kedalaman 100 – 150 cm sebesar 0,5023
lebih kecil dibandingkan kedalaman 150- 200cm sebesar 0,7364. Kedalaman berikutnya
memperlihatkan peningkatan koefisien peredupan, untuk kedalaman 200 – 250 cm sebesar
1,9024 (intensitas cahaya =1%). Penyebabnya dapat dipastikan adalah partikel anorganik, dan
organik/detritus tersuspensi.
Referensi

Yuliana, Y. (2006). Produktivitas Primer Fitoplankton pada Berbagai Periode Cahaya di Perairan
Teluk Kao, Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada, 8(2), 215-
222.

Fauziah, A., Bengen, D. G., Kawaroe, M., Effendi, H., & Krisanti, M. (2019). Hubungan Antara
Ketersediaan Cahaya Matahari dan Konsentrasi Pigmen Fotosintetik di Perairan Selat Bali.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 11(1), 37-48.

2004 Abdurrachman Baksir Posted: 27 November 2004 Makalah Falsafah Sains (PPs
702)Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor November 2004. HUBUNGAN
ANTARA PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DAN INTENSITAS CAHAYA DI
WADUK CIRATA KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

Alianto. 2006. Produktifitas primer fitoplankton dan keterkaitannya dengan unsur hara dan
cahaya di Perairan Teluk Banten. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=faktor+penghambat+cahaya+ke+perairan&btnG=#d=gs_qabs&u=
%23p%3Dlw341r1xE48J

https://www.researchgate.net/publication/321865220_PRODUKTIVITAS_PRIMER_PERAIRA
N

https://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/abdurrachman_baksir.pdf

Anda mungkin juga menyukai