Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH TINGKAT INTENSITAS CAHAYA TERHADAP KEAKTIFAN HEWAN

AKUATIK BERSIFAT NOKTURNAL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Intensitas cahaya merupakan faktor yang mempengaruhi penyebaran ikan.
Intensitas cahaya bagi organisme akuatik berfungsi sebagai alat orientasi yang akan
mendukung kehidupan organisme tersebut. Intensitas cahaya matahari juga
mempengaruhi produktivitas primer. Apabila intensitas cahaya matahari berkurang
maka proses fotosintesis akan terhambat sehingga oksigen dalam air akan
berkurang, dimana oksigen dibutuhkan organisme akuatik untuk metabolisme
(Barus, 1996). Proses fotosintesis juga sangat bergantung pada konsentrasi CO2
terlarut dalam temperatur perairan (Michael, 1994). Laju fotosintesis akan meningkat
2-3 kali lipat bila terjadi kenaikan termperatur sebesar 100 Cahaya merupakan unsur
penting dalam kehidupan ikan. Cahaya dibutuhkan ikan untuk mengejar mangsa,
menghindarkan diri dari predator, membantu dalam penglihatan, proses
metabolisme dan pematangan gonad. Secara tidak langsung peranan matahari
dalam kehidupan ikan adalah melalui rantai makanan Rifai et al (1983). C (Barus,
1996). Michael (1994), menyatakan bahwa intensitas matahari mempengaruhi
produktifitas primer. Hasil perubahan energi matahari menjadi energi kimia dapat
diperoleh melalui proses fotosintesis oleh tumbuhan hijau. Proses fotosintesis
sangat tergantung pada intensitas matahari,konsentrasi CO2 Jika intensitas cahaya
matahari menurun maka akan mempengaruhi proses fotosintesis salam suatu
perairan dimana jumlah plankton dapat mengalami penurunan sehingga
menyebabkan keterbatasan tersedianya nutrisi bagi ikan. Selanjutnya cahaya juga
mempengaruhi produktivitas ikan pada danau.
Ikan yang aktif pada siang hari (diurnal) biasanya mengambil makanan pada
malam hari. Ikan yang aktif pada malam hari (noktural) akan bergerak ke perairan
yang dangkal karena air dangkal lebih tinggi di malam hari. Organisme noktural pada
intensitas cahaya memaksimumkan dirangsang untuk melakukan gerakan untuk
mencari perlindungan, sedangkan bagi organisme diurnal intensitas cahaya yang
kuat akan memberikan reaksi sebaliknya, organisme tersebut akan melakukan
berbagai aktivitas (Barus, 1996).
Penetrasi cahaya sangat mempengaruhi keberadaan plankton di suatu badan
perairan, sebab penetrasi cahaya sangat menentukan proses fotosintesis dan
reproduksi yang dilakukan plankton masih dapat berlangsung. Menurut Nybakken
(1992) bahwa kedalaman penetrasi cahaya yang merupakan kedalaman di mana
produksi fitoplankton masih dapat berlangsung, bergantung pada beberapa faktor,
antara lain absorpsi cahaya oleh air, panjang gelombang cahaya, kecerahan air,
pemantulan cahaya oleh permukaan laut, lintang geografik dan musim. Menurut
Barus (2004) bahwa kedalaman penetrasi cahaya akan berbeda pada setiap
ekosistem air yang berbeda. Bagi organisma air, intensitas cahaya berfungsi
sebagai alat orientasi yang akan mendukung kehidupan organisme tersebut dalam
habitatnya.
Bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan
indikasi produktifitas. Kejernihan dapat diukur dengan alat yang amat sederhana
yang disebut dengan cakram Secchi (Odum, 1994). Prinsip penentuan kecerahan air
dengan keping sechii adalah berdasarkan batas pandangan ke dalam air untuk
melihat warna putih yang berada dalam air. Semakin keruh suatu badan air akan
semakin dekat dengan batas pandangan, sebaliknya kalau air jernih akan jauh batas
pandangan tersebut. Keping sechii berupa suatu kepingan yang berwarna hitam
putih yang dibenamkan ke dalam air (Suin, 2002).
Ikan sidat dan lele merupakan ikan nokturnal, yang aktif bergerak dan
mencari makan di malam hari (Kordi, 2005). Cahaya (intensitas, panjang gelombang
dan fotoperiode) akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung
terhadap pergerakan, tingkah laku, dan pola makan ikan. Cahaya memegang
peranan penting bagi pertumbuhan dan kelulushidupan larva ikan. Pengaruh cahaya
terhadap larva ikan tergantung jenis spesiesnya. Cahaya dapat mempengaruhi pola
makan, variasi intensitas, panjang gelombang, polarisasi, dan variasi diurnal
(Mahyuman, 2008).
Pemberian cahaya dapat memberikan pengaruh terhadap keaktifan ikan
dalam mencari pakan, sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan. Hasil peneliti (Belly Maishela dkk, 2010), mengatakan
bahwa dari 5 perlakuan fotoperiode yang berbeda terhadap ikan lele menunjukan
bahwa semakin lama waktu gelap (fotoperiode 0 jam terang 24 jam gelap) maka
pertumbuhan semakin tinggi.
Menurut Wulangi (1993), cahaya (intensitas dan panjang gelombang) akan
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap pergerakan,
tingkah laku, dan pola makan ikan. Hal tersebut terbukti bahwa pada fotoperiode 0
jam terang dan 24 jam gelap merupakan perlakuan terbaik bagi ikan sidat dan lele
yang merupakan ikan nokturnal, yang aktif bergerak dan mencari makan pada
lingkungan gelap. Pada fotoperiode 0 jam terang dan 24 jam gelap, ikan mengalami
pola makan yang maksimal sehingga ikan mendapatkan cukup asupan energi dan
kebutuhan pokok terpenuhi yaitu mempertahankan hidup dan untuk pemeliharaan
tubuhnya.

1.2 Tujuan
Penelitian mengenai ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh intensitas
cahaya terhadap ikan yang disimulasi baik dalam keadaan diam maupun bergerak.
DAFTAR PUSTAKA

Belly, M, dkk, 2003. Pengaruh Fotoperiode Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele. e-Jurnal
Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. Volume I No 2 Februari 2013. ISSN:
2302-3600.
Kordi, K.M.G.H. 2005. Budidaya Ikan Patin di Kolam Terpal. Lily Publisher. Jakarta.
Wulangi, K.S. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. DepDikBud. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai