NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
NAMA ASISTEN :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
1. PENDAHULUAN
ikan, perlu juga kita ketahui mengenai warna tubuh ikan itu sendiri serta proses
terjadinya warna tubuh ikan tersebut. Adapun tujuan lainnya yaitu untuk
serta perubahan warna pada ikan seperti cahaya atau sinar, predator dan lain
Khoo, et al. (2013) menyatakan bahwa warna pada ikan disebabkan oleh
dan fisiologis ikan. Perubahan warna tubuh ikan dapat dipengaruhi oleh
sangat cepat dalam hitungan menit atau jam ( Habibie, et. al., 2018).
Rosyidah, et al. (2009) menyatakan bahwa selain warna tubuh ikan,
identifikasi juga dapat dilakukan dengan mengamati pola tingkah laku ikan yang
Kepekaan tersebut disebut dengan fototaksis. Ikan mendekati lampu karena dua
hal yaitu ikan tersebut memang bersifat fototaksis positif dan kedua ikan tersebut
makanan. Saat siang hari umumnya dijumpai ikan yang bersifat diurnal (aktif
mencari makan pada siang hari). Ikan-ikan tersebut memiliki sifat fototaksis
positif. Ikan yang tidak menyukai adanya cahaya matahari umumnya merupakan
ikan nokturnal yang aktif pada malam hari dan ikan tersebut bersifat fototaksis
negatif.
dan memahami peranan warna tubuh (pigmen) dan fototaksis dalam kehidupan
ikan.
pada ikan dan sifat fototaksis ikan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Budidaya Ikan Divisi Reproduksi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
berwarna warni karena adanya pigmen atau warna pada kulitnya. Pembagian
a. Cromathophore
oleh adanya sel kromatofora yang terdapat pada kulit bagian dermis. Sel ini
b. Guanophore
spektrum warna yang ada pada sel sisik ikan. Pigmen iridophores mirip dengan
warna yang terlihat berpendar saat disinari spektrum dengan kadar UV tinggi
a. Internal
mempengaruhi pigmentasi pada ikan antara lain ukuran ikan, jumlah sel pigmen
warna, kedalaman pigmen warna, usia, genetik, tingkat kematangan gonad dan
jenis kelamin.
b. Eksternal
hidup di terumbu karang memiliki warna tubuh berwarna warni, sedangkan untuk
ikan pelagis warna lebih hitam pada punggungnya (Price, et al., 2008). Faktor
kedua yaitu pakan. Menurut Indarti, et al. (2012), astaxantine yang ditambahkan
pewarnaan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sembiring, et al. (2013) bahwa
ikan yang dipelihara pada kondisi terang akan memberikan reaksi warna yang
2.2 Fototaksis
2.2.1 Pengertian Fototaksis
Fototaksis adalah gerak taksis yang disebabkan oleh adanya rangsangan
berupa cahaya. Ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan dan rangsangan
melalui otak. Peristiwa tertariknya ikan pada cahaya disebut fototaksis. Ikan yang
tertarik oleh cahaya hanyalah ikan fotofilik, yang umumnya adalah ikan-ikan
pelagis dan sebagian kecil ikan demersal, sedangkan ikan yang tidak tertarik
oleh cahaya atau menjauhi cahaya biasa disebut fotofobik (Yuda, et al., 2012).
Jenis fototaksis menurut Rudin, et al. (2017) dibagi menjadi dua yaitu
fototaksis positif dan fototaksis negatif. Fototaksis positif merupakan gerak taksis
a. Faktor Internal
matang gonad, sedangkan untuk ikan jantan pada jenis yang sama akan
Penuh atau tidak penuhnya perut ikan: ikan yang sedang lapar lebih
b. Faktor Eksternal
Suhu air: ikan akan mempunyai sifat fototaksis yang kuat ketika berada
Tingkat cahaya lingkungan: kondisi diwaktu siang hari atau pada saat
bulan purnama akan mengurangi sifat fototaksis pada ikan.
Intensitas dan warna sumber cahaya: jenis ikan yang berbeda maka akan
berbeda juga cara merespon intensitas dan warna cahaya yang diberikan.
Ada atau tidaknya makanan: ada beberapa jenis ikan akan bersifat
fototaksis apabila terdapat makanan, sedangkan jenis ikan yang lain akan
a. Sel Cone
Cone (sel kerucut) berfungsi saat ada cukup cahaya, untuk memberikan
detail objek beserta warnanya. Sel kerucut hanya dapat dirangsang oleh cahaya
terang dan penting untuk melihat pada saat terang serta untuk melihat warna.
b. Sel Rod
Rod (sel batang) merupakan sel yang bekerja pada saat kondisi minimum
cahaya. Walaupun hanya ada sedikit cahaya (misal hanya satu foton) sel rod
samping) dari retina dan dirangsang oleh cahaya redup. Oleh karena itu sel rod
bekerja untuk melihat pada saat cahaya redup dan dalam gelap.
Wade dan Tavris (2008) menyatakan bahwa sel cone akan bekerja saat
cahaya terang. Mekanisme kerja sel cone yaitu apabila terdapat cahaya,
contractile myoid elemen akan menggerakkan sel cone untuk mendekati lensa
dan sel rod untuk menjauhi lensa. Sel rod akan bekerja pada saat cahaya gelap.
Mekanisme kerja sel rod yaitu saat cahaya gelap contractile myoid elemen akan
menggerakkan sel rod untuk mendekati lensa dan sel cone untuk menjauhi
lensa.
1. METODE PRAKTIKUM
a. Pewarnaan Tubuh
Toples kapasitas 3L :
Seser :
Gunting :
Kabel rol :
Selang aerasi :
Batu aerasi :
Kamera digital :
Stopwatch :
T aerator :
Akuarium :
Lampu :
Nampan :
Fitting lampu :
b. Fototaksis
Ember :
Akuarium :
Seser :
Aerator set :
Gunting :
Kabel rol :
Kamera digital :
a. Pewarnaan Tubuh
Selotip bening :
Kertas label :
Air :
Trash Bag :
Karet gelang :
b. Fototaksis
Air :
Styrofoam :
Trash bag :
Selotip bening :
Kertas label :
3.2 Skema Kerja
Toples 3 liter
Hasil
3.2.2. Fototaksis
Akuarium
-Disiapkan
- Dilapisi seluruh sisi akuarium dengan plastik gelap
- Diisi air ¾ bagian dan diberi aerasi
Hasil
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Indarti, S., M. Muhaemin dan S. Hudaidah. 2012. Modified toca colour finder (M-
TCF) dan kromatofor sebagai penduga tingkat kecerahan warna ikan komet
(Carasius auratus auratus) yang diberi pakan dengan proporsi tepung
kepala udang (TKU) yang berbeda. e-Jurnal Rekayasa Dan Teknologi
Budidaya Perairan. 1(1): 9-16
Price, A, C., C. J. Weadick, J. Shim and F. H. Rodd. 2008. Pigem patterns, and
bahvior. Zebrafish. 5(4): 297-307.
Shukla, A.N. 2009. Physiology of fishes. New Delhi. DPH. 267 hlm.
Rosyidah, I. N., A. Farid, A. Arisandi. 2009. Efektivitas alat tangkap mini purse
seine menggunakan sumber cahaya berbeda terhadap hasil tangkap ikan
kembung (Rastrelliger sp.). Jurnal Kelautan. 2(1): 50-56.
BUKU KERJA PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN AKUAKULTUR
HEMATOLOGI
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
NAMA ASISTEN :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
1. PENDAHULUAN
hematologi berguna untuk menilai kondisi kesehatan dan sebagai acuan nilai
penyakit, kerusakan struktur atau fungsi organ, pengaruh agen atau obat, dan
stres dapat diketahui dari perubahan profil darah. Keadaan komposisi darah putih
dan darah merah dari organisme dapat dijadikan acuan untuk menilai kondisi
tubuh dan memenuhi kebutuhan jaringan khusus. Peran ini dilakukan melalui
nutrien, sisa metabolisme dari satu tempat ke tempat lain. Regulasi dilakukan
melalui buffer dalam darah, protein plasma dan transpor panas. Fungsi darah
dalam pertahanan meliputi antibodi dan fagosit untuk melindungi tubuh terhadap
adaptasi. Sel fagosit bekerja tanpa memerlukan spesifikasi antigen dan tidak
memerlukan waktu yang banyak. Sel fagosit pada udang diperankan oleh
hemosit terutama sel hyalin. Sel hyalin berperan dalam proses fagositosis
mikroba yang masuk ke dalam tubuh saat terjadinya infeksi (Rozik, 2014).
1.2 Maksud dan Tujuan
struktur darah secara umum pada ikan serta mengetahui mekanisme dan alat-
melakukan pengamatan sel darah, menghitung sel darah dan mengetahui struktur
sel darah.
Reproduksi Ikan dan Laboratorium Budidaya Ikan Divisi Parasit dan Penyakit
menurut Fitria, et al. (2016) adalah ilmu yang mempelajari pemeriksaan kondisi
sel-sel darah perifer dalam kondisi normal maupun patologis. Pemeriksaan darah
Unsur cairan darah adalah plasma dan unsur-unsur pembentuk darah meliputi
eritrosit, leukosit dan trombosit. Fungsi utama darah antara lain oksigenasi
1. Granulosit merupakan sel darah putih yang memiliki butir atau granula
2. Agranulosit merupakan sel darah putih yang tidak terdapat butir atau
Sebagian besar plasma darah (90% sampai 92%) tersusun atas air dan
tubuh.
serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan
b) Sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi kuman dan benda asing oleh sel
darah putih
2.5 Sistem Peredaran Darah pada Hewan Akuakultur
Sistem peredaran pada hewan akuakultur terdapat dua macam yaitu:
melalui pembuluh darah. Hewan yang memiliki sistem peredaran darah terbuka
memiliki sistem sirkulasi darah terbuka dimana cairan darah dan sel
merupakan sel darah udang yang memiliki fungsi sama seperti sel darah putih
pada vertebrata dan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu sel hyalin,
pembuluh darah. Ikan memiliki sistem peredaran darah tunggal yakni sirkulasi
peredaran darah hanya satu kali melewati jantung. Mekanisme peredaran darah
tunggal pada ikan yaitu darah dari jantung dipompa ke insang untuk melakukan
2.7 Antikoagulan
Antikoagulan adalah zat yang dapat mencegah pembekuan darah.
Antikoagulan dibagi menjadi dua yaitu:
1. Buatan
Na-sitrat
Na-fis
Heparin
2. Alami
dua, yaitu:
Ikan memiliki sistem imun yang spesifik dan non spesifik. Sistem imun
spesifik pada ikan yaitu sel B dan sel T. Sistem non spesifik berupa sel-sel
bahwa mekanisme kerja limfosit untuk sistem kekebalan tubuh dengan cara
mengenali antigen melalui reseptor spesifik pada membran sel. Pada limfosit T,
ketika tubuh atau jaringan terpapar oleh antigen, maka limfosit T tidak mampu
mengenal antigen tanpa melalui reseptor spesifik. Sel reseptor spesifik akan
membuat sel T lebih cepat mengenali antigen yang ada sehingga langsung
antibodi alami. Antibodi alami dalam tubuh tersebut berguna untuk melawan
Sistem imun pada udang tidak sama dengan sistem imun ikan.
Ramadhani, et al. (2017) menyatakan bahwa sistem imun pada udang bertumpu
pada sistem imun nonspesifik atau innate, karena udang diyakini tidak memiliki
pada hemosit yang berperan dalam sistem imun seluler dan hormonal. Sistem
pertahanan ini akan aktif ketika menerima rangsangan berupa protein dan
Lap basah :
Nampan :
Ember :
Botol vial :
Beaker glass :
Sprayer :
Kamera digital :
Akuarium :
Object glass :
Pipet tetes :
Nampan :
Kamera digital :
Washing bottle :
Mikroskop binokuler :
c. Perhitungan Eritrosit
Haemocytometer :
Cover glass :
Mikroskop binokuler :
Nampan :
Handtally counter :
Kamera digital :
d. Perhitungan Leukosit
Haemocytometer :
Cover glass :
Mikroskop binokuler :
Nampan :
Handtally counter :
Kamera digital :
e. Perhitungan Hemoglobin
Washing bottle :
Tabung sahli :
Sahlimeter :
Pipet sahli :
Pipet tetes :
Kamera digital :
Haemocytometer :
Ember :
Alkohol 70 % :
Na Sitrat :
Tisu :
Kertas label :
Kapas :
Spuit 3 ml :
Tube 1,5 ml :
Trash bag :
Na Fis :
Giemsa :
Methanol :
Akuades :
Sampel darah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) :
Tisu :
Kertas label :
Spuit 3 ml :
Tube 1,5 ml :
c. Perhitungan Eritrosit
Larutan Hayem :
Akuades :
Tisu :
Kertas label :
Tube 1,5 ml :
Na Sitrat :
d. Perhitungan Leukosit
Larutan Turk :
Akuades :
Tisu :
Kertas label :
Tube 1,5 ml :
Na Sitrat :
e. Perhitungan Hemoglobin
HCl 0,1 N :
Akuades :
Tisu :
Kertas label :
Tube 1,5 ml :
Air :
3.2 Skema Kerja
Spuit 3 ml
-Diaseptiskan dengan alkohol 70 %
-Dibilas dengan antikoagulan (Na Sitrat) 0,1 ml
Tube 1,5 ml
-Diisi Na Sitrat 0,2 ml
Hasil
Hasil
3.2.3 Perhitungan Eritrosit
= n x 104 (sel/mm3)
Keterangan:
n: jumlah eritrosit di kotak yang diambil
104: Faktor koefisien
Hasil
= n x 50 (sel/mm3)
Keterangan:
n: jumlah eritrosit di kotak yang diambil
Hasil
Keterangan
Luas bidang
pandang
eritrosit
Luas bidang
pandang
leukosit
Tabung Sahli
-Ditambahkan HCl 0,1 N sampai skala 2
Satuan hasil G%
Hasil
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H., W. Nofiza dan Elisma. 2012. Pengaruh pemberian jus buah naga
Hylocereus undatus (Haw.) Britt&Rose terhadap jumlah hemoglobin,
eritrosit dan hematokrit pada mencit putih betina. Jurnal Sains dan
Teknologi Farmasi.17(2): 118-125.
Fitria, L., L. L. Illiy dan I. R. Dewi. 2016. Pengaruh antikoagulan dan waktu
penyimpanan terhadap profil hematologis tikus (Rattus norvegicus
Berkenhout, 1769) galur wistar. Biosfera. 33(1): 22-30.
Lessy, A., D. S. Paransa dan G. Gerung. 2013. Uji aktivitas antikoagulan pada sel
darah manusia dari ekstrak alga coklat Turbinaria ornate. Jurnal Pesisir dan
Laut Tropis. 2(1): 21-27.
Li, B., M. Gou, J. Han, X. Yuan, Y. Li, T. Li, Q. Jiang, R. Xiao and Q. Li. 2018.
Proteomic analysis of buccal gland secretion from fasting and feeding
lampreys (Lampetra morii). Proteome Science. 16(9): 1-9.
Noercholis, A., M. A. Muslim dan Maftuch. 2013. Ekstraksi fitur roundness untuk
menghitung jumlah leukosit dalam citra sel darah ikan. Jurnal EECCIS.
7(1): 35-40.
Widaswara, H., E. Purwanti dan B. Utoyo. 2012. Pengaruh terapi lintah terhadap
tekanan darah pada penderita hipertensi di Klinik Terapi Medis Purba
Kawedusan Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. 8(3): 153-
158.
BUKU KERJA PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN AKUAKULTUR
SISTEM SARAF
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
NAMA ASISTEN :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
1. PENDAHULUAN
Sel saraf adalah sel yang berfungsi untuk menjalarkan rangsang. Saat
keadaan istirahat, sel saraf berada pada keadaan polar, yaitu keadaan sedang
tidak menjalarkan rangsang. Keadaan polar ini ditandai dengan adanya muatan
yang lebih negatif disisi dalam membran dan lebih positif disisi luar membran.
Keadaan semacam itu membran saraf bersifat impermeable terhadap ion natrium
dan kalium yang tidak seimbang diantara kedua sisi membran saraf. Ion natrium
yang terdapat di luar sel lebih banyak jumlahnya daripada yang terdapat di dalam
sel. Saat keadaan istirahat membran akson bersifat impermeable terhadap ion
natrium sehingga sejumlah besar ion natrium akan tetap berada di luar sel. Hal
ini ternyata menjadi faktor penentu adanya keadaan yang lebih positif di luar sel
asetilkolin secara cepat sehingga impuls saraf dapat dihantarkan pada sel neuron
penjalaran impuls menjadi tidak normal. Beberapa jenis bahan yang diketahui
dapat menghambat transmisi sinaps ialah eugenol yang terkandung dalam obat
bius. Obat bius bisamembuat hewan mengalami gangguan fungsi saraf sehingga
tidak dapat merasakan sakit meskipun bagian tubuhnya terluka (Isnaeni, 2006).
terhadap organ tubuh ikan dan untuk mengetahui fungsi dari masing-masing
bagian otak.
Malang.
2. TINJAUAN PUSTAKA
neuron. Sel saraf (neuron) merupakan sel fungsional dan utama pada sistem
saraf, yang bekerja untuk menghantarkan sinyal atau impuls dari satu sel ke sel
lainnya sehingga menghasilkan gerak potensial. Hal ini berarti bahwa sel saraf
tubuh dan untuk menghantarkan impuls dari lingkungan menuju otak untuk
diolah. Selain itu fungsi saraf dapat dibagi menjadi dua yaitu reseptor daan
efektor. Reseptor berfungsi untuk mengenali rangsang tertentu dari luar atau
terhadap rangsang.
disebut sebagai sistem saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali adalah
sepasang simpul saraf dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan
2.4 Neuron
Neuron berdasarkan fungsinya menurut Satyanegara (2014) dibagi
menjadi:
a) Neuron sensorik, ialah sel saraf yang berfungsi membawa rangsang dari
daerah tepi (perifer tubuh) ke pusat saraf otak (otak dan sumsum tulang
b) Neuron motorik, ialah sel saraf yang berfungsi membawa rangsang dari
c) Interneuron atau saraf penghubung, ialah sel saraf yang terdapat di pusat
saraf yang menjadi penghubung antara neuron sensorik dan neuron motorik.
yaitu:
1. Saraf pusat
Saraf pusat dibagi menjadi dua yaitu otak dan medulla spinalis yang
2. Saraf tepi
rangsangan. Saraf tepi terdiri dari dua bagian yaitu sel otonom dan sel somatik.
Sel otonom yaitu saraf yang bekerja secara tidak sadar contohnya otot polos dan
otot jantung. Sedangkan sel somatik yaitu saraf yang bekerja secara sadar
Evans (1998) menyatakan bahwa pembagian otak ikan saat embrio dibagi
2.6.2 Dewasa
Sitorus (2014) menyatakan bahwa neuron terdiri dari tiga bagian yang
Bagian sel ini menyimpan inti sel (nukleus) dan anak inti (nukleolus),
b. Dendrit
c. Akson
sitoplasma yang panjang dan berfungsi untuk meneruskan impuls saraf yang
berupa rangsang dari badan sel. Akson memiliki bagian-bagian yang spesifik,
Selubung Mielin, bagian ini tersusun oleh sel-sel pipih yang disebut sel
Schwann. Selubung mielin merupakan bagian paling luar dari akson yang
berfungsi untuk melindungi akson. Selain itu, bagian ini pulalah yang
dilapisi selubung mielin. Bagian ini tersusun dari sel-sel pipih, dengan
rangsangan dari luar dan rendahnya respon gerak dari rangsangan tersebut.
1. Anestesi Alami
2. Anestesi Buatan
Toples Kapasitas 3L :
Seser :
Nampan :
Penggaris 30 cm :
Sectio set :
Lap basah :
Ember :
Pipet tetes :
Kamera digital :
Botol Vial :
Toples Kapasitas 3L :
Seser :
Nampan :
Penggaris 30 cm :
Sectio set :
Lap basah :
Ember :
Pipet tetes :
Kamera digital :
Botol Vial :
Minyak cengkeh :
Tisu :
Kertas label :
Air Tawar :
Trash bag :
Minyak cengkeh :
Tisu :
Kertas label :
Air Tawar :
Trash bag :
3.2 Skema Kerja
Toples 3L
-Disiapkan 3 buah
-Diisi air ¾ bagian
Hasil
3.2.2. Sistem Saraf Crustacea
Toples 3L
-Disiapkan 3 buah
-Diisi ¾ bagian
Hasil
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Evans, D. H. 1998. The Physiology of Fishes Second Edition. CRC Press. New
York. 282 hlm.
Hidayati, I., Abdullah dan M. Sabri. 2015. Identifikasi miskonsepsi sistem saraf
pada buku teks biologi kelas xi. Jurnal Biotik. 3(1): 39-44.
Maia, A and C. A. Wilga. 2013. Function of dorsal fins in bamboo shark during
steady swimming. Zoology. 116: 224-231.
Sahrial, Emanauli dan M. Arisandi. 2017. Karakteristik fisikokimia minyak biji teh
(Camelliasinensis) dan potensi aplikasinya. Jurnal Agroindustri. 7(2): 111-
115.
Yanto, H. 2009. Pengggunaan MS-222 dan larutan garam pada transportasi ikan
jelawat (Leptobarbus hoevenii Blkr.) ukuran sejari. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan
dan Perikanan Indonesia. 16(1): 47-54.