mahluk hidup dikarenakan adanya suatu reaksi kimia tertentu dalamtubuhnya. Kata
bioluminescence berasal dari 2 bahasa, yaitu bio = hidup(Yunani) dan lumen = cahaya (latin).
Bioluminescence terbentuk karena ada proses kimia sehingga menyebabkan suatu mahluk hidup
bisa menghasilkan cahaya. Bioluminescence hamper ditemukan diseluruh bagian biosfer, tetapi
hanya pada vertebrata laut, invertebrate, dan beberapa jenis tumbuhan yang ada.
Bioluminescence dapat ditemukan pada mahluk hidup seperti chepalopoda, amphipoda,
ostracoda, beberapa jenis ikan, cumi-cumi,ubur-ubur, gurita, dan plankton. Bioluminescence
yang terdapat didarat berupa serangga, kunang-kunang, ulat (glow-worm) kumbang, dan
beberapa jenis diptera. Sedangkan pada jamur yang diketahui bisa menghasilkan cahaya melaui
proses bioluminescence hanya sedikit, yaitu Almillalria mellea, Panellus stipticus, Omphalotus
nidiformis, dan Mycena sp. Bioluminescence ditemukan juga pada mikroorganisme (bakteri)
yang ada di darat maupun yang di laut. Bakteri yang ditemukan ini tergolong bakteri gram
negative, motil, berbentuk batang dan bersifat aerob dan anaerob fakultatif. Contoh bakteri
penghasil bioluminescence adalah bakteri pada genus
Bioluminesece merupakan suatu reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh suatu organisme
untuk menghasilkan cahaya yang dapat terdeteksi. Organisme atau mahluk hidup tersebut
menggunakan berbagai bahan tubuhuntuk dapat membuat dan memancarkan cahaya dalam
berbagai warna yang ada dengan tujuan yang berbeda. Proses kimia yang terjadi pada
bioluminescence berbeda dengan yang lain untuk memancarkan cahayaa (Educators Guide).
Proses kimia dalam biolum merupakan dasar konseptual yang sederhana, namun pada
proses kontrol fisiologisnya pun jauh lebih rumit. Hal-hal tersebut termasuk dalam sel yang
menghasilkan cahaya dari proses reaksi kimia yang disimpan,misalnya :
Pada bakteri Bioluminescence, reaksi kimia terjadi pada sitoplasma yang membuat mereka
terus menerus menghasilkan cahaya tanpa berkedip. Fenomena mahluk hidup yang
menghasilkan cahaya dikenal sebagai bioluminescence. Sebagian organisme yang menghasilkan
cahaya dalam tubuhnya adalah organisme yang banyak hidupnya di laut, sementara untuk
organisme penghasil cahaya hanya sedikit yang menempati daerah daratan. (Shermen Akhilesh).
Kita semua tahu bahwa fakta tentang tumbuhan hijau menerima cahaya untuk menghasilkan
energi kimia, namun fakta juga bahwa mahluk hidup mulai dari bakteri menggunakan energy
kimia untuk dapat memproduksi cahaya (Wilson dan Hastings, 1998)
(Gambar 1. Dinoflagellata (Protozoa) yang menyebabkan air laut tepi pantai bercahaya)
Sejarah Bioluminescence
1. Fenomena ini pertamakali diperkenalkan oleh Aristoteles dalam bukunya berjudul tentang
warna. Ia menyebutkan bahwa sesuatu yang alamiah menyebabkan tubuh suatu organisme
atau mahluk hidup (kepala ikan dan sotong) terlihat bercahaya.
2. Pada tahun 1987, Raphael Dubois berhasil mengisolasi lusiferin (katalis) dari paddock,
sejenis remis laut. Temuan tersebut dipopulerkan dan dilanjutkan oleh Edmund Newton
Harvey dimana senayawa luciferin dan luciferase yang ditemukan pada mahluk hidup tidak
dapat ditukar.
3. Seorang ilmuan dari Inggris bernama Robert Boyle pada tahun 1967, mempublikasikan hasil
penelitiannya tentang bioluminescence pada fungi yang memerlukan udara. Laporan
berikutnya menyebutkan bahwa oksigen dalam udara berperan penting dalam reaksi kimia
pada proses bioluminescence.
1. Kamuflase
- Beberapa jenis dekapoda, chepalopada dan ikan menggunakan hasil reaksi kimia
bioluminescence untuk dapat berkamuflase dalam menghidari suatu predator. Proses
pertahanan ini disebut sebagai penyamaran dengan sinar (kontrailuminasi) yang
membuat suatu mahluk hidup tidak dapat terlihat atau tersamarkan di antara sinar lain
di lingkunga perairan.
2. Predasi
- Dalam perairan dangkal di siang hari, hiu berenang samahalnya dengan spesies yang
menggunakan bioluminescence untuk berkamuflase, perut hiu tersebut ditutupi oleh
organ bioluminescence itu. Akibatnya, bila predator melihat hal tersebut dari bawah
hiu tersebut menghasilkan siluet ikan kecil dan bukan terlihat seperti hiu besa.
(Gambar 4 pada 06 Biolumen PdfCopy). Hal ini menarik predator besar. Pada saat
mereka bergerak untuk memangsa, hiu itu dengan cepat berputar mengarahkan
dirinya ke ikan yang lebih besar serta menjepit daging ikan tersebut dengan giginya.
- Adaptasi lain yang menarik dari bioluminescence pada ikan pemancing dan
dragonfish hitam. Ikan pemancing memiliki umpan bercahaya pada ujung embelan di
atas kepalanya. Hal tersebut menarik perhatian dari umpan dimana ikan pemacing
dekat dengan makananya. Ikan tersebut sebenarnya memiliki 2 organ bioluminescent
yang berbeda yang dapat menghasilkan cahaya biru-hijau, dan yang satunya tepat
berada di bawah mata yang menghasilkancahaya berupa lampu merah.
3. Menarik Pasangan
- Di darat, kunang-kunang memancing pasangan dari lawan jenisnya yang dengan
memvariasikan cahaya mereka. Produksi cahaya yang dihasilkan menjadi cahaya
yang terus menerus, frekuensi dengan berkedip tertentu, atau suatu rangkaian kilatan
berulang yang dapat bergantian dalam frekuensi tertentu. Cahaya sebagai sinyal
memungkinkan kunang-kunang memilih pasangan yang sesuai serta memungkinkan
mereka untuk dapat mengetahui atau membedakan kesehatan pasangan mereka
nantinya dengan intensitas atau frekuensi dari sinyal yang dapat diberikan yang dapat
diketahui melalui intensitas/frekuensi yang tinggi serta durasi menunjukkan
kesehatan yang lebih baik. (Branham, 2000)
- Pada ikan deepsea pemancing juga menggunakan teknik yang sama untuk nmenarik
pasangan. Untuk jantan lebih kecil dari betina, yang menempelkan mulut jantan ke
tubuh betina. Akhirnya aliran darah jantan yang menempel pada betina menjadi
sebuah parasite yang memproduksi spermatozoa dari betina. Dengan cara ini,
berbagai hewan bisa mengembangkan suatu adaptasi terhadap pengaruh yang
diberikan oleh bioluminescence untuk mempertahankan dir, mendapatkan makanan
serta mendapatkan pasangan.
4. Komunikasi
- Dalam suatu organisme terjadi proses komunikasi. Komunikasi yang terjadi antara
bakteri (Quorum sensing) memainkan peran dalam regulasi bioluminescence
dibanyak spesies bakteri.
- Saat mensekresikan molekul esktrasel yang digunakan mereka bisa mengaktifkan
gen untuk memproduksi cahaya ketika mereka berada di tempat yang padat.
6. Penerangan (EDIT)
Kebanyakan ikan laut dalam menghasilkan cahaya hijau atau biru untuk penglihatan di
dasar laut. karena di dasar laut abisal mengalami kegelapan abadi, sehingga hewan yang
ada di sana harus bisa menghasilkan cahaya sendiri sebagai sumber penerangan. Ikan
Black Dragonfish menghsilkan cahaya berwarna merah sebagai penglihatan terhadap
mangsanya yang memiliki pigmen merah.
Setiap makhluk hidup yang mampu menghasilkan luminesensi untuk tujuan atau fungsi
yang berbeda-beda. Sebagian makhluk hidup memanfaatkannya untuk pertahanan diri, seperti
yang dilakukan kelompok Dinoflagelata, ubur-ubur dan beberapa jenis cumi-cumi yang
Produksi cahaya yang terjadi pada organisme bioluminescence dihasilkan dari proses
konversi energy kimiamenjadi energy cahaya. Energy untuk reaksi bioluminescence
umumnya diberikan oleh reaksi kimia eksotermik. Untuk terjadinya proses kimia dalam
bioluminescence harus membutuhkan tiga bahan utama, yaitu :
Terkadang luciferin dan luciferase terikat bersama dalam satu unit yang disebut photoprotein
(serta co-faktor seperti oksigen). Molekul ini dipicu untuk dapat menghasilkan cahaya ketika
jenis ion tertentu ditambahkan ke system (misalnya kalsium).
1. Bakteri luciferin adalah fosfat riboflavin yang tereduksi (FMNH) yang teroksidasi dalam
hubungan dengan aldehida rantai panjang, oksigen dan luciferase. GABMAR
2. Dinoflagellata luciferin diduga berasal dari klorofil serta memilikin struktur yang sangat
mirip. Dalam genus gonyaulaxyang berada pada pH 8, molekul dilindungi dari luciferase
oleh protein pengikat luciferin, namun jika pH diturunkan sampai pada 6 pH maka
luciferin bebas bereaksi dan menghasilkan cahaya.
3. Firefly luciferin digunakan dalam system luciferin-luciferase yang membutuhkan ATP
sebagai kofaktor. Karena itu, bisa dijadikan sebagai bio indicator bahwa adanya energy
atau suatu kehidupan.
(Gambar 12. Struktur kimia dari berbagai luciferins) BL Web: Rincian Kimia, 2000.
Luciferins dari sumber biologis yang berbeda secara kimia tidak terkait. Mereka cenderung menjadi senyawa
aromatik polisiklik yang secara inheren bersifat neon karena orbital molekul mereka memiliki banyak tingkat
energi.
A. Bakteri luciferin, turunan riboflavin
B. Dinoflagellate luciferin, secara struktural berhubungan dengan klorofil
C. Firefly luciferin, membutuhkan ATP untuk bioluminescence.
D. Coelenterazine, luciferin yang sangat umum ditemukan pada beberapa spesies.
E. Vargulin, ditemukan pada beberapa spesies udang.
sejumlah besar energi, bukannya hilang sebagai panas seperti dalam reaksi kimia yang normal.
Energi ini disalurkan untuk mengisi produk molekul dalam keadaan tereksitasi elektronik.
Keadaan tereksitasi ini sama seperti yang diproduksi dalam molekul penyerapan radiasi,
sehingga distribusi spektral bioluminescence sering sama dengan produk fluoresensi. Warna dari
bioluminescence berkembang sesuai dengan fungsi dari emisi cahaya, yaitu untuk komunikasi,
pasangan.
Radiasi cahaya yang dihasilkan dalam rentang panjang gelombang 400-700 nm.
Bioluminescence maksimum spesies laut berkisar antara 450-510 nm, sedangkan organisme di
darat telah didominasi warna kuning-hijau. Dalam air laut, biru-hijau (400-500 nm)
maksimum visual cahaya kuning. Pigmen visual organisme laut kebanyakan paling sensitif di
daerah biru-hijau.