Anda di halaman 1dari 7

Keanekaragaman Protozoa pada Air Kolam Ikan Lele dan Pemurnian Nassula sp.

pada
Media Biakan Air Rebusan Jerami
Asti Wulansari, Firda Nurul Diah Ashshoffa, M. Fadhil Fahrur Rozi
Jurusan Biologi-FMIPA Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK
Protozoa merupakan hewan terkecil bersel satu yang berperan sebagai bioindikator
perubahan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman protozoa
yang ada pada kolam ikan lele dan mengkultur murnikan protozoa yaitu Nassula sp. dan
mengidentifikasi secara lebih spesifik mengenai Nassula sp.. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Taksonomi Jurusan Biologi FMIPA UNESA mulai pertengahan September 2016 selama 4 minggu.
Sasaran dalam penelitian ini adalah protozoa yang dikultur murnikan dari sampel air yaitu air kolam
ikan lele, yang ada di daerah Dusun Jabon, Desa Jabon Tegal RT 01 RW 01 Kecamatan Pungging
Kabupaten Mojokerto. Nassula sp. yang diperoleh kemudian diidentifikasi secara lebih spesifik.
Protozoa yang akan dikultur murnikan dari sampel air kolam lele kemudian ditumbuhkan pada media
pertumbuhan yang baru, yaitu air rebusan jerami. Dari hasil pemurnian protozoa, didapat biakan
murni protozoa dari spesies Nassula sp.. Nassula sp. mempunyai bentuk silindris atau memanjang,
memiliki nukleus yang belum dapat dibedakan, terdapat aparatus pharynk, vakuola makanan yang
banyak dan beraneka ragam dan adanya vakuola kontraktil yang besar dikelilingi dengan vakuola
yang lebih kecil. Nassula sp dimanfaatkan sebagai indikator organisme oligosaprobik.

Kata Kunci : Pemurnian, Protozoa, Nassula sp.

PENGANTAR
Protozoa adalah hewan terkecil bersel satu yang memiliki ukuran minimum kira-kira
7,5 mikron. Protozoa tidak hanya berperan penting sebagai parasit penyebab penyakit pada
manusia dan hewan melainkan juga sebagai dekomposer di dalam ekosistem. Protozoa
sebagai organisme yang hidup bebas atau di dalam satu kesatuan ke dalam komunitas
protozoa dalam air (Sooksmarn, 1995). Protozoa termasuk di dalam regulasi prey secara
alami yang mana membuatnya sebagai komponen kunci dalam transfer energi dari elemen
mikrobial ke tingkat trofik yang lebih tinggi dalam rantai makanan (Combes, et. al., 2012).
Lokomosi merupakan ciri penting dalam pembagian kelas pada protozoa. Sarcodina
bergerak dengan mengeluarkan tonjolan dari tubuhnya yaitu pseudopodia; Ciliata bergerak
dengan bantuan rambut-rambut sangat kecil yaitu silia yang terletak di sekitar tubuhnya;
Flagelata bergerak dengan flagela yang terletak pada ujung sel; dan Sporozoa bergerak
dengan meluncur atau dengan melenturkan tubuhnya, karena tidak mempunyai organel luar
untuk bergerak (Waluyo, 2004)
Nassula sp memiliki ciri-ciri dari kelas Ciliata adalah adanya struktur seperti rambut
yang disebut silia. Silia atau struktur senyawa silia yang menyimpan organel untuk lokomosi
atau makan atau keduanya. Berbeda dengan kelas lainnya dalam Filum Protozoa, memiliki
dua jenis nukleus yakni makronukleus dan mikronukleus (Bick, 1972). Banyak spesies
protozoa bersilia yang digunakan sebagai indikator untuk pengawasan ekologi dari kualitas
air dan digunakan pula dalam kajian ekologi habitat akuatik seperti nyamuk dan vektor lain
dan organisme perantara penyakit dengan jalan perkawinan (Bick, 1972).
Pembiakan protozoa secara umum dapat dilakukan pada air jerami, air kacang, air
daun selada ataupun air beras, untuk memperoleh biakan protozoa yang baik cahaya, suhu,
sumber makanan bagi protozoa harus diatur supaya mendukung biakan protozoa tersebut
(Kudo, 1946 (dalam Djuhanda, 1980)). Media yang digunakan tersebut haruslah mengandung
banyak zat organik dan unsur hara yang penting yang diharapkan supaya mirip dengan habitat
asli dari protozoa tersebut, salah satu media yang banyak digunakan dalam kultur protozoa
adalah air rebusan jerami padi. Penggunaan air rebusan jerami digunakan karena protozoa
mampu berkembang secara optimal (Dekker, 2004). Di Indonesia rata-rata kadar hara jerami
padi adalah 0,4% N; 0,02% P; 1,4% K, dan 5,6% Si. jerami padi dapat dikatakan memiliki
kandungan unsur hara yang cukup, dan terdapat mikroorganisme seperti bakteri yang dapat
dijadikan sebagai sumber makanan dari protozoa, maka dari itu perlu diadakan penelitian
lanjutan mengenai biakan protozoa pada media air jerami ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman protozoa
yang ada pada kolam ikan lele dan mengkultur murnikan protozoa dari data keanekaragaman
yang diperoleh yaitu Nassula sp. dan mengidentifikasi secara lebih spesifik mengenai
Nassula sp..

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan September hingga pertengahan Oktober
2016 di Laboratorium Taksonomi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Surabaya.
Penelitian ini menggunakan objek di antaranya perairan tawar yang diambil dari sampel air
kolam ikan lele, yang ada di daerah Dusun Jabon, Desa Jabon Tegal RT 01 RW 01 Kecamatan
Pungging Kabupaten Mojokerto.
Gambar 1. Tempat pengambilan sampel air
Pada penelitian isolasi protozoa meliputi 4 tahap prosedur kerja yakni tahap persiapan,
tahap pelaksanaan dan tahap pengamatan beserta tahap identifikasi. Pada tahap persiapan
dimulai dengan mempersiapkan alat yang dibutuhkan di antaranya 5 buah tabung reaksi dan
rak tabung reaksi, kasa steril, karet gelang, saringan dan bahan yang akan digunakan sebagai
media protozoa yakni jerami padi yang dipotong potong sekitar 3 cm kemudian direbus
dengan air hingga mendidih, didinginkan dan kemudian disaring. Air jerami ini dituangkan
pada keempat tabung rekasi kira-kira bagian dari tabung reaksi kemudian ditutup dengan
kain kasa dan didiamkan dua hari. Pada tahap pelaksanaan yakni pada saat pengambilan
sampel air tawar yang telah ditentukan yakni air sawah, air sungai maupun air kolam.
Pengambilan sampel air dilaksanakan sekitar pukul 06.00 WIB. Penanaman protozoa di
media air rebusan jerami dilaksanakan sekitar pukul 14.40 WIB dengan menggunakan pipet
diteteskan 10 tetes pada 2 tabung reaksi yang sudah berisi media air jerami, tabung reaksi
segera ditutup dengan kasa steril dan diikat dengan karet gelang, kemudian diberi label.
Tabung reaksi ini selanjutnya diletakkan di rak tabung reaksi dan didiamkan sekitar 5 hari.
Pada tahap pengamatan, menyiapkan alat seperti mikroskop, kaca benda dan kaca penutup,
tisu dan kamera. Pengamatan dilakukan dengan cara meneteskan sampel air (biakan
campuran) 1-2 tetes yang ada di masing masing tabung reaksi pada kaca benda dan
menutupnya dengan kaca penutup kemudian diamati di bawah mikroskop, kamera disiapkan
untuk dokumentasi dan untuk membantu dalam tahap identifikasi. Identifikasi pada penelitian
ini menggunakan buku Kehidupan dalam setetes air (oleh Tatang Djuhanda) dan web
identifikasi.
Setelah didapatkan data protozoa yang diperoleh, kemudian dilakukan pemurnian
protozoa. Cara kerja untuk mendapatkan biakan murni adalah mengambil spesies protozoa
yang akan dikultur murnikan dari biakan campuran, ambil dua pipet tetes dan pembakar
spirtus dengan cara membakar kedua ujung pipet tetes di atas api pembakar spirtus, lalu tarik
secara bersamaan hingga terbentuk ujung yang runcing memanjang dan gunting ujungnya
sedikit. Ambil satu biakan kultur murni dengan cara melihat di bawah mikroskop cahaya,
kemudian ambil dengan menggunakan pipet tetes seperti prosedur di atas. Jika dirasa pipet
tetes telah terisi satu spesies protozoa, maka pindahkan pada media pertubuhan yang baru
dengan harapan protozoa yang tumbuh homogen atau jenisnya sama. Biakan kultur murni
tersebut ditunggu satu sampai lima hari agar spesies tersebut dapat berkembang pada media
pertumbuhan yang baru, lalu amati dengan menggunakan mikroskop cahaya.
HASIL
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan 4 spesies protozoa yang
terdiri dari kelas Ciliophora dan Mastigophora dalam media air jerami. Berbagai jenis
protozoa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Protozoa yang ditemukan pada air kolam ikan lele


No. Kelas Spesies Jumlah
1 Ciliophora Paramecium sp >10
Nassula sp >20
Balantidium sp 1
2 Mastigophora Gonyaulax 2

Hasil penelitian pada praktikum ini menunjukkan bahwa pada media biakan di dapat biakan
murni Nassula sp.

Silia

Tubuh protozoa

Gambar 2. Spesimen Nassula sp.

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Phylum : Protozoa
Kelas : Ciliata
Ordo : Gymnostomatida
Famili : Nassulidae
Genus : Nassula
Spesies : Nassula sp.

PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel pengamatan, dapat diketahui bahwa protozoa yang ditemukan di air
kolam ikan lele adalah protozoa dari kelompok Ciliophora dan Mastigophora. Kelas
Ciliophora yang ditemukan adalah Paramaecium sp., Balantidium sp., dan Nassula sp.. Kelas
Mastigophora yang ditemukan adalah Gonyaulax. Hasil penelitian dari Prianto (2012)
menunjukkan ditemukannya anggota Cilliophora dan Mastigophora pada Sungai Banyuasin,
Sumatera Selatan. Hidupnya anggota kelas Cilliophora dan Mastigophora ini karena adanya
faktor lingkungan yang mendukung hidup protozoa kedua kelas ini. Faktor lingkungan yang
berpengaruh pada hidup kedua kelas tersebut antara lain nutrisi, oksigen terlarut, pH,
karbondioksida, arus (jika di sungai), kedalaman, suhu dan kecerahan. Protozoa akan hidup
pada suhu dan pH yang netral. Semakin tinggi atau banyak oksigen terlarut dan nutrisi maka
pertumbuhan protozoa tersebut akan semakin baik. Semakin rendah karbondioksida pada
perairan maka protozoa dapat hidup dengan baik di lingkungan tersebut. Kedalaman
berpengaruh pada kecerahan suatu perairan, makin tinggi Tingkat kecerahan akan
menyebabkan fitoplankton yang merupakan makanan protozoa dapat tumbuh dengan baik
dan menghasilkan banyak oksigen yang mendukung hidup protozoa (Niswanti dkk (2008) &
Prianto (2012)). Hal tersebut dikaitkan dengan banyaknya organisme tanaman kayu apu
(Pistia stratiotes) yang menutupi permukaan air kolam tersebut dimana berperan dalam
meningkatkan kadar DO dalam air.
Dari hasil pemurnian protozoa di atas, didapat biakan murni protozoa dari spesies
Nassula sp.. Nassula sp. merupakan spesies anggota dari Famili Nassulidae dimana seluruh
tubuh diselimuti silia akan tetapi pada permukaan dorsal kurang tebal diselimuti oleh silia
dibandingkan pada permukaan ventral (Bick, 1972). Nassula sp. merupakan mikroorganisme
yang hidup bebas memakan cyanobacteria berfilamen secara eksklusif (Combes, et. al., 2012)
hidup di air segar yang kaya akan kemelimpahan Oscillatoria dan tidak terlalu banyak
terkena cahaya matahari (McNally, 1926)
Menurut McNally (1926) menyatakan bahwa ciri-ciri dari Nassula sp. yakni seluruh
tubuh Nassula sp. diselimuti dengan penampakan silia dalam barisan kira-kira cenderung
secara membujur melebihi permukaan tubuhnya, memiliki tubuh yang berbentuk silindris
atau memanjang, memiliki kompleks inti yang tidak dibedakan ke dalam mikronukleus dan
makronukleus dimana inti tidak mendiami suatu posisi yang tepat tetapi bergerak berdasarkan
aliran dari protoplasma, memiliki mulut yang membuka ke dalam apparatus pharynk yang
disusun sekitar 25 batang pharynk yang terangkai membentuk potongan kerucut dengan dasar
anterior yang sebenarnya, memiliki vakuola makanannya banyak dan bermacam-macam
jumlah dan warnanya bergantung pada jumlah makanan yang tercerna dan tahap pencernaan
dari makanannya, mempunyai vakuola kontraktil diarahkan oleh aliran dari protoplasma dan
terlihat satuan besar dengan vakuola yang lebih kecil dengan bermacam-macam ukuran yang
mengelilinginya. McNally (1926) juga mengungkapkan dalam artikelnya bahwa Nassula sp.
hidup dari satu individu yang berkembang pesat berlipat ganda ketika kondisi tempat
hidupnya banyak terdapat Oscillatoria. Cara perkembangbiakannya yaitu dengan membelah
diri (aseksual) dan konjugasi (seksual). Reproduksi aseksual dengan pembelahan biner
dengan cara membagi tubuhnya secara melintang. Sedangkan reproduksi seksual dengan
konjugasi dilakukan jika terjadi ketidaksesuaian kondisi lingkungannya.
Menurut Bick (1972), Nassula sp yang termasuk ke dalam anggota dari famili
Nassulidae merupakan organisme indikator oligosaprobik. Suryanti (2008) dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa oligosaprobik adalah keadaan saprobitas perairan yang
tingkat pencemarannya ringan atau belum tercemar (Suryanti, 2008), penguraian bahan
organik sempurna, kandungan DO di dalam perairan tinggi, jumlah bakteri sangat rendah
(Utomo, 2013)
Berdasarkan data penelitian dari Combes, et. al. (2012) menunjukkan bahwa paling
sedikit satu spesies Nassula sp. bersilia memakan cyanobacteria beracun yang dapat hidup
dan tumbuh pada periode waktu yang lebih lama meskipun mencerna microcystin yakni
komponen intraseluler dari cyanobacteria yang tidak dikeluarkan dari sel hidup. Microcystin
merupakan hepatoksik dan toksisitasnya berhubungan dengan afinitas mengikat enzim
eukariotik PP1A and PP2A dan menghambat aktivitasnya dan mengakibatkan kematian sel.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa silianya secara potensial sebagai agen biotik yang
bernilai dapat mengurangi tingkat toksin pada air yang terkena polutan akibat cyanobacteria
yang bertumbuhkembang.

SIMPULAN
Dari hasil keanekaragaman air kolam ikan lele ditemukan 4 spesies protozoa di antaranya
dari Kelas Ciliophora yang ditemukan adalah Paramaecium sp., Balantidium sp., dan
Nassula sp.. Kelas Mastigophora yang ditemukan adalah Gonyaulax. Pada penelitian
pemurnian protozoa dari sampel keanekaragaman, didapat biakan murni protozoa dari spesies
Nassula sp.. Nassula sp. mempunyai bentuk silindris atau memanjang, memiliki nukleus
yang belum dapat dibedakan, terdapat aparatus pharynk, vakuola makanan yang banyak dan
beraneka ragam dan adanya vakuola kontraktil yang besar dikelilingi dengan vakuola yang
lebih kecil. Cara perkembangbiakannya yaitu dengan membelah diri (aseksual) dengan
pembelahan biner melintang dan konjugasi (seksual) ketika kondisi lingkungan tidak sesuai.
Cara hidupnya individu dan akan membentuk populasi yang cukup besar ketika kondisi
tempat hidupnya kaya akan kemelimpahan cyanobacteria seperti Oscillatoria.

KEPUSTAKAAN
Bick, Harmut. 1972. Ciliated Protozoa. Geneva: World Health Organization
Combes, Audrey, Marc Dellinger, Sabrina Cadel-six, Severine Amand and Katia Comte.
2012. Ciliate Nassula sp. grazing on a microcystin-producing cyanobacterium
(Planktothrix agardhii): impact on cell growth and in the microcystin fractions.
Aquatic Toxicology AQTOX-3355 No. 7
Mcnally, Edna. 1926. Life Cycle Of Nassula Ornata And Nassula
Elegans: Are These Species Valid?. JStor Journal. University of Chicago
Niswati, A., Dermiyati, dan Mas A.S. Arif. 2008. Perubahan Populasi Protozoa dan Alga
Dominan pada Air Genangan Tanah Padi Sawah yang Diberi Bokashi Berkelanjutan.
Jurnal Tanah Tropis. Vol. 13. No. 3, 2008: 225-231. ISSN 0852-257X.
Prianto, Eko. 2012. Komposisi Jenis dan Struktur Ekologi Zooplankton Di Sungai Banyuasin
Sumatera Selatan. Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan Dan Konservasi
Sumberdaya Ikan LIPI
Suryanti. 2008. Kajian Tingkat Saprobitas di Muara Sungai Morodemak pada Saat Pasang
dan Surut. Jurnal Saintek Perikanan 4 (1)
Utomo, Yogo. 2013. Saprobitas Peairan Sungai Juwana Berdasarkan
Bioindikator Plankton. Skripsi. Universitas Negeri Semarang
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press

Anda mungkin juga menyukai