Anda di halaman 1dari 16

DIVERSITAS MAHLUK HIDUP TINGGAKAT TINGGI

Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah

“Evolusi”

Dosen pengampu: Nasrul Hakim, M. Pd

Disusun oleh

Kelompok 9:

1. Enturia Vahdila (1901080010)


2. TiurFebriyanti (1901080023)

TADRIS PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah evolusi yang membahas tentang “Diversitas Mahluk Hidup
Tingkat Tinggi”.

Dalam penyusunan makalah ini kami usahakan semaksimal mungkin dan


tentunya dengan bantuan berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak
lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari
segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah
evulosi ini. Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang
“diversitas mahluk hidup tinggkat tinggi” dapat diambil hikmah dan bermanfaat bagi
pembaca.

14 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2

A. Pengertian Mahkluk Hidup Tingkat Tinggi.............................................................2


B. Asal Usul Chordata..................................................................................................2
C. Asal Usul Ikan.........................................................................................................4
D. Invansi Hewan Kedaratan........................................................................................6

BAB III PENUTUP......................................................................................................12

Kesimpulan...................................................................................................................12

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keanekaragaman makhluk hidup yang terdapat dipermukaan bumi


memberikan gambaran begitu kompleksnya dunia kehidupan. Berbagai bentuk
kehidupan terjadi di bumi dalam jumlah yang luar biasa banyaknya, bahkan setiap
waktu jumlahnya terus meningkat. Carolus Linnaeus (1753) seorang ahli botani dari
Swedia mulai merintis klasifikasi secara modern. Di dalam klasifikasi, makhluk hidup
dikelompokkan dalam kelompok besar hingga kecil. Katagori yang digunakan
Linnaeus pada waktu itu adalah : Kingdom (Kerajaan), filum (keluarga besar), kelas,
ordo (bangsa), famili (suku), genus (marga), dan spesies (jenis). Seiring dengan
meningkatnya peradaban manusia terutama pengetahuan tentang manfaat makhluk
hidup diberbagai sendi kehidupan, maka keperluan akan nama makhluk hidup
semakin besar. Oleh karena itu mulai diperlukan suatu penggolongan makhluk hidup
berdasarkan pemikiran yang rasional, misalnya penggolongan berdasarkan persamaan
ciri, cara hidup, tempat hidup, dan sebagainya. Dalam makalah ini akan dibahas
dasar-dasar klasifikasi, virus dan monera, tumbuhan tingkat rendah serta tumbuhan
tingkat tinggi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian mahkluk hidup tingkat tinggi?
2. Darimana asal usul chordate?
3. Darimana asal usul ikan?
4. Bagaimana invasi hewan ke daratan?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian mahkluk hidup tingkat tinggi
2. Untuk mengetahui asal usul chordate
3. Untuk mengetahui asal usul ikan
4. Untuk mengetahui invasi hewan kedaratan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mahkluk Hidup Tingkat Tinggi


Hewan tingkat tinggi atau Vertebrata adalah hewan yang bertulang belakang.
Memiliki struktur tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan hewan
Invertebrata. Hewan vertebrta atau hewan tingkat tinggi anarata lain, oisces,
amphibia, reptilian, aves dan mamalia.

B. Asal Usul Chordate


Kata "chordata" berasal dari bahasa Latin "chorda" yang berarti "tali," yang
dimaksud dengan "tali" ini adalah notokorda (en: notochord). Notokorda merupakan
"tongkat" fleksibel terbuat dari bahan yang mirip dengan tulang rawan. Kemudian,
kata "vertebrata" berasal dari bahasa Latin "vertebratus" yang berarti "persendian
tulang belakang." Persendian tulang belakang ini mengganti notokorda (yang lebih
lunak) dengan segmen-segmen yang lebih keras (merupakan evolusi dari notokorda).
Secara tradisional, Chordata dipercaya berasal dari nenek moyang Deuterostomia.
Sebagian besar peneliti dalam bidang ini lebih menyukai skenario di mana
Urochordata berevolusi lebih dahulu, baru kemudian Cephalochordata dan Vertebrata.
Namun, penelitian yang lebih baru berdasarkan filogenetik molekuler, genom, dan
biologi evolusi, mendemonstrasikan bahwa Echinodermata dan Hemichordata
membentuk sebuah klad, lalu Urochordata, Cephalochordata, dan Vertebrata
membentuk klad yang lain. Lebih jauh pada klad Chordata, Cephalochordata terpisah
lebih dahulu, lalu kemudian Urochordata dan Vertebrata membentuk sister group.
Meskipun demikian, untuk mengetahui seperti apa nenek moyang
Deuterostomia dari Chordata masih menjadi perdebatan. Bukti fosil dari Chordata
mula-mula tersebut sangat langka karena Chordata purba tersebut (yang tidak
bertulang belakang) tidak mempunyai tulang dan gigi. Fosil tertua dari Chordata
mungkin adalah fosil berusia sekitar 508 juta tahun yang lalu dari British Columbia,
Canada, yang bernama Pikaia gracilens.

2
Gambar 1: pikaia graciens
Sumber: https://images.app.goo.gl/zSQABj1PetPFBs4c9 diakses pada tanggal
08 mei 2022 pukul 21:13

Hewan yang sudah punah ini termasuk dalam subfilum Cephalochordata.


Seperti apa nenek moyang Chordata masih menimbulkan pertanyaan, dan berbagai
hipotesis yang dikemukakan para ahli masih belum menemukan konsensus. Akan
tetapi, terdapat karakteristik kunci dari Chordata, yaitu:
 Memiliki sebuah mulut pada ujung anterior.
 Memiliki notokorda.
 Memiliki tali saraf berongga pada bagian dorsal.
 Memiliki celah insang.
 Memiliki ekor.
Cephalochordata (lancelet) menunjukkan karakteristik kunci tersebut pada hewan
dewasa, dan mereka bercabang lebih awal pada pohon filogenetik. Penemuan ini
mengusulkan bahwa nenek moyang Chordata mungkin memiliki bentuk seperti lancelet.

Gambar 2: lancelet (https://images.app.goo.gl/xhdwuPaSr4yPjzKz6 diakses pada tanggal


08 mei 2022 pukul 21:19 )

3
C. Asal Usul Ikan
Lamprey adalah ikan purba, tanpa rahang, seperti belut yang muncul sekitar
setengah miliar tahun yang lalu dan mereka telah lama memberikan wawasan tentang
evolusi vertebrata. Sekarang, para ilmuwan dari Canadian Museum of Nature,
University of Chicago dan Albany Museum di Afrika Selatan melaporkan analisis
mereka terhadap lusinan fosil kecil yang melacak tahapan kehidupan dan
pertumbuhan lamprey purba, dari tukik hingga remaja hingga dewasa.Hasil mereka
bertentangan dengan pandangan mapan bahwa larva lamprey modern yang buta dan
penyaring (disebut ammocoetes) adalah peninggalan dari nenek moyang semua
vertebrata yang hidup. Penemuan fosil baru menunjukkan bahwa tukik lamprey purba
benar-benar tidak seperti rekan larva modern mereka. "Kami pada dasarnya telah
menghilangkan lamprey dari posisi kondisi leluhur vertebrata," jelas penulis utama
Tetsuto Miyashita, Ph.D, ahli paleontologi di Canadian Museum of Nature. "Jadi
sekarang kita butuh alternatif.
Miyashita menjelaskan bahwa lamprey memiliki siklus hidup yang aneh.
"Setelah menetas, larva lamprey modern mengubur diri di dasar sungai dan
menyaring makanan sebelum akhirnya bermetamorfosis menjadi dewasa penghisap
darah. Larva sangat berbeda dari orang dewasa sehingga para ilmuwan awalnya
mengira mereka adalah spesies yang berbeda. Bahkan setelah mengetahui bahwa
mereka hanyalah seekor fase awal dalam siklus hidup lamprey, para ilmuwan melihat
gambar nenek moyang kita yang jauh dalam larva yang tampaknya primitif ini."
Fosil lamprey yang baru ditemukan. Fosil-fosil tersebut, milik empat spesies
yang telah punah, ditemukan di Afrika Selatan dan Amerika Serikat (Illinois dan
Montana) dan berusia antara 310 hingga 360 juta tahun. Para peneliti menemukan
bahwa individu terkecil, panjangnya hampir 15mm (ukuran kuku), masih membawa
kantung kuning telur, menandakan bahwa ini baru saja menetas sebelum mati.
Pemeriksaan lebih lanjut mengungkapkan bahwa anak-anak ini sudah memiliki mata
besar dan dipersenjatai dengan pengisap bergigi, karakteristik yang pada spesies
lamprey modern hanya berkembang pada orang dewasa.
Para peneliti mengatakan bahwa hasil ini bertentangan dengan narasi evolusi
150 tahun bahwa larva lamprey modern, dengan siklus hidup penasaran mereka,
menawarkan sekilas kondisi vertebrata leluhur yang dalam. Dengan menunjukkan
bahwa lamprey purba tidak pernah melalui tahap penyaring buta yang sama seperti
yang terlihat pada spesies modern, para peneliti telah memalsukan model leluhur

4
konvensional yang dibagikan dalam buku teks.Setelah pemeriksaan catatan fosil, para
peneliti sekarang percaya bahwa ikan lapis baja yang punah yang dikenal sebagai
ostracoderms mungkin mewakili kandidat yang lebih baik untuk akar pohon keluarga
vertebrata, sedangkan larva lamprey modern adalah inovasi evolusioner yang lebih
baru.

Gambar 3: ikan lapis baja (https://images.app.goo.gl/VvNfEVynCUh9655t8 )


diakses pada tanggal 14 mei 2022 pukul 21:37

Gambar 4 : lamprey (https://images.app.goo.gl/Hb9au3oF1rcmnpAt7 diakses


pada tanggal 08 mei 2022 pukul 21:26 )

Jika demikian, lalu mengapa larva lamprey modern tampak begitu primordial?
Tim menyarankan bahwa evolusi larva penyaring mungkin merupakan inovasi yang
memungkinkan lamprey mengisi sungai dan danau. Lamprey fosil yang dilaporkan
dalam studi baru semuanya berasal dari sedimen laut, tetapi lamprey modern, dengan
filter-makan, larva buta, sebagian besar hidup di air tawar. Untuk lamprey penghisap
darah purba, sungai dan danau akan menjadi lingkungan yang sulit untuk bermigrasi
karena persediaan mangsa yang terbatas dan tidak dapat diprediksi. "Lamprey
memecahkan masalah ini dengan menggali di pasir dan menyeruput partikel makanan

5
apa pun yang tersedia sampai mereka cukup dewasa untuk mulai mencari mangsa
dengan darah," kata Miyashita. "Tetapi Anda tidak perlu terlalu rumit untuk gaya
hidup seperti ini. Jadi meskipun lamprey menemukan fase larva yang memberi makan
filter ini lagi, larva itu sendiri terlihat sederhana dan primordial. Sampai sekarang
kami salah mengartikan kesederhanaan ini sebagai primitif."
Para peneliti mengatakan bahwa ini adalah jenis penemuan yang dapat
menulis ulang buku teks. "Lamprey bukanlah kapsul waktu berenang yang pernah kita
bayangkan," kata Coates. "Mereka tetap penting dan esensial untuk memahami
sejarah mendalam keanekaragaman vertebrata, tetapi kita juga perlu mengakui bahwa
mereka juga telah berevolusi dan berspesialisasi dalam hak mereka sendiri."

D. Invasi Hewan Kedaratan

Hewan darat adalah hewan yang hidup sebagian besar atau seluruhnya di darat
(misalnya, kucing, anjing, semut, laba-laba), dibandingkan dengan hewan air, yang
hidup sebagian besar atau seluruhnya di air (misalnya, ikan, lobster, gurita), atau
amfibi, yang bergantung pada kombinasi habitat air dan darat (misalnya, katak, atau
kadal air). Beberapa kelompok serangga bersifat terestrial, seperti semut, kupu-kupu,
earwigs, kecoa, belalang dan banyak lainnya, sementara kelompok lain sebagian
akuatik, seperti nyamuk atau capung yang melewati tahap larva mereka di air.
Invasi darat adalah salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah kehidupan.
Garis keturunan terestrial berevolusi di beberapa filum hewan, di antaranya artropoda,
vertebrata, dan moluska adalah perwakilan dari kelompok hewan terestrial yang lebih
sukses.
Hewan darat tidak membentuk clade terpadu ; sebaliknya, mereka hanya
berbagi fakta bahwa mereka tinggal di darat. Transisi dari kehidupan akuatik ke
kehidupan darat telah berevolusi secara mandiri dan berhasil berkali-kali oleh
berbagai kelompok hewan. Kebanyakan garis keturunan terestrial berasal di bawah
iklim ringan atau tropis selama Paleozoikum dan Mesozoikum, sedangkan beberapa
hewan menjadi terestrial sepenuhnya selama Kenozoikum. Ketika mengecualikan
parasit interna, spesies yang hidup bebas di lingkungan terestrial diwakili oleh sebelas
filum berikut:
Cacing gelang, gastrotrichs, tardigrades, rotifera dan beberapa spesies
artropoda dan annelida yang lebih kecil adalah hewan mikroskopis yang

6
membutuhkan lapisan air untuk hidup, dan karena itu dianggap semi-terestrial. Cacing
pipih, cacing pita, cacing beludru, dan annelida semuanya bergantung pada habitat
yang kurang lebih lembab. Tiga filum yang tersisa, artropoda, moluska, dan chordata,
semuanya mengandung spesies yang telah beradaptasi sepenuhnya dengan lingkungan
terestrial yang kering, dan yang tidak memiliki fase akuatik dalam siklus hidupnya.

1. Pertama kali munculnya hewan vertebrata

Vertebrata adalah makhluk hidup bertulang belakang yang menghuni bumi.


Vertebrata pertama kali muncul pada Era Paleozoikum, tepatnya pada Periode
Ordovisium. Periode Ordovisium adalah periode kedua dari Era Palaozoikum, yaitu
era di mana bumi masih berubah-ubah. Periode Ordovisium bumi terjadi sekitar 435
hingga 500 juta tahun yang lalu, di mana Gondwana sedang bergeser ke arah selatan
bumi.
Pada awal Periode Ordovisium, pergeseran Gondwana mengakibatkan
aktivitas gunung berapi yang tinggi. Gunung berapi mengemisikan gas rumah kaca
yang terkumpul di atmosfer, membuat Periode Ordovisium memiliki suhu yang
tinggi. Pada saat itu terdapat banyak invertebrata di laut. Saat suhu berangsur
mendingin, invertebrate tersebut mulai berevolusi menjadi vertebrata pertama di
dunia.
Dilansir dari Biology Libretexts, vertebrata pertama adalah ikan bertulang
belakang yang berevolusi sekitar 450 juta tahun lalu. Vertebrata pertama di bumi
disebut sebagai conodont, berupa ikan tanpa rahang (jawless fish) yang juga disebut
sebagai aganatha atau lamprey. Diketahui bahwa vertebrata pertama tersebut memiliki
kulit yang keras dan insang yang besar.
Periode Ordovisium terus mengalami fluktuasi iklim dari panas ke dingin
sepanjang pergerakan Gondwana ke selatan. Gondwana kemudian menyatu dengan
daratan di Kutub Selatan, mengakibatkan terjadinya pembentukan gletser. Akibatnya,
laut mendangkal dan permukaan laut menurun. Dilansir dari University of California
Museum of Paleontology, hal tersebut kemungkinan besar mengakibatkan kepunahan
sekitar 60% invertebrata laut dan 25% makhluk hidup di bumi. Pada kepunahan
massal tersebut, ketujuh keturunan conodont juga punah. Namun, para ilamuan
memperkirakan bahwa keturunan vertebrata yang punah tersebut telah digantikan oleh
sembilan garis keturunan yang baru.

7
Sembilan keturunan conodont bertahan hidup dan mengalami garis evolusi
selanjutnya yang mengubah mereka menjadi ikan dengan rahang. Evolusi terus
terjadi, mengubah mereka menjadi vertebrata darat seperti amfibi, reprilia, pisces,
aves, dan mamalia.

2. Contoh hewan dari laut ke daratan


1). Tetrapoda dari air ke darat
Munculnya tetrapoda di darat menandakan salah satu peristiwa evolusioner
paling berbahaya dan penting dalam sejarah hewan. Kehidupan dimulai di air.
Sistem tubuh organisme awal disesuaikan dengan cara hidup di mana air
memberikan daya apung melawan gravitasi. Pengeringan, atau pengeringan,
bukanlah masalah bagi hewan yang tubuhnya terus-menerus bermandikan cairan.
Pergerakan dari satu tempat ke tempat lain biasanya membutuhkan sedikit energi
dan sering kali hanya mengambang mengikuti arus. Reproduksi lebih mudah
ketika sperma dan sel telur bisa dilepaskan ke dalam air untuk pembuahan . Jadi
transisi dari hidup di laut ke hidup di darat mengharuskan vertebrata leluhur (yang
memunculkan tetrapoda) memiliki ciri fisik yang akan membantu mereka
melakukan perubahan ini. Tetrapoda bukanlah hewan pertama yang pindah ke
darat. Sekitar 400 juta tahun yang lalu, arthropoda primitif dengan cepat
mengikuti invasi tanaman darat pertama, seperti lumut dan lumut hati, organisme
pertama yang membangun pijakan di habitat yang lebih kering, tetapi masih
lembab, seperti sungai di garis pantai, dan rawa-rawa. Baik tumbuhan maupun
serangga terus berevolusi dan menyerang habitat yang semakin gersang dan
bervariasi. Mereka menyediakan basis makanan potensial yang penting dan
beragam untuk vertebrata darat di masa depan.

a. Sirip dan Kaki


Ahli paleontologi percaya bahwa hanya 50 juta tahun setelah tanaman pertama
meninggalkan lingkungan perairan mereka, ada dua kondisi yang membuka jalan
bagi tetrapoda pertama. Pertama, persaingan untuk mendapatkan makanan di
lautan sangat ketat. Kedua, sekelompok ikan bertulang yang disebut ikan bersirip
lobus (atau sarcopterygian) telah mengembangkan karakteristik fisik yang
diperlukan untuk transisi dari air ke darat.

8
Rhipidistians memiliki sepasang sirip depan dan belakang dengan tulang
kokoh, bukan batang tulang rawan , untuk mengistirahatkan tubuh besar mereka di
dasar laut. Sirip khusus ini diperkuat oleh susunan tulang tertentu yang
menyerupai struktur tetrapoda dalam banyak hal. Tulang tunggal yang besar dan
berat di sirip terletak paling dekat dengan tubuh dan melekat pada korset pusat,
seperti panggul.

Gambar 5: ikan Rhipidintians (https://images.app.goo.gl/UNNtn2RoAv7DNCZc6)


diakses pada tanggal 14 mei 2022 pukul 21:50

Ketika hewan darat mulai menggunakan sirip untuk berdiri dan berjalan,
tulang ikat pinggang harus menjadi lebih kuat untuk menopang tubuh pada kaki.
Tulang-tulang ini akhirnya menjadi tulang paha (tulang kaki bagian atas) dan
humerus (tulang lengan atas) dari tetrapoda. Sepasang tulang (jari-jari dan ulna
lengan, dan tibia dan fibula kaki) melekat pada tulang paha dan humerus, diikuti
oleh serangkaian tulang yang lebih kecil yang berkorelasi dengan jari-jari
tetrapoda.
Namun, ikan Rhipidistian memiliki lebih banyak jari dan tulang jari.
Hilangnya dan berkurangnya jumlah tulang hewan ini adalah salah satu cara para
ilmuwan dapat melacak hewan yang lebih modern dari yang lebih tua. Anggota
hidup modern dari kelompok ikan luar biasa ini termasuk coelacanth (dianggap
sebagai fosil hidup) dan lungfish. Ikan paru-paru tidak memiliki insang, tetapi
memiliki paru- paru primitif yang memungkinkan mereka tetap berada di luar air
untuk waktu yang lama. Struktur mulut dan tengkorak lungfish sangat mirip
dengan leluhur amfibi.

9
b. Tetrapoda dalam Catatan Fosil
Catatan fosil tetrapoda tidak lengkap. Ada banyak celah yang menghalangi
para ilmuwan untuk memahami dengan jelas hubungan antara amfibi leluhur dan
amfibi modern. Selain itu, bentuk peralihan dari hewan yang mewakili peralihan
dari amfibi ke reptil masih kurang dipahami.
Sejarah tetrapoda dimulai sekitar 400 juta tahun yang lalu ketika vertebrata
terestrial pertama (tidak lagi bergantung pada air untuk siklus hidup yang lengkap)
muncul. Pada awal periode Trias banyak amfibi yang tidak biasa menguasai
negeri itu. Sekelompok makhluk besar dan bergerak lambat, labirin, dan
lepospondil mirip kadal air dan salamander yang lebih kecil, mendominasi rawa-
rawa dan lingkungan lembab di Bumi .
Labyrinthodont diberi nama karena struktur giginya yang permukaan luar dan
dalamnya mengingatkan peneliti pada labirin, atau labirin. Gigi lepospondyl
sangat sederhana dan berbentuk kerucut dibandingkan dengan labrinthodont.
Labyrinthodont adalah beberapa amfibi terbesar yang pernah hidup. Beberapa
genera, seperti Euryops, memiliki panjang sekitar 2 meter (enam kaki).
Euryops dianggap sebagai salah satu dari banyak kemungkinan nenek moyang
amfibi modern. Keragaman besar jenis tetrapoda ini telah sangat berkurang.
Hanya salamander dan katak yang masih hidup, tetapi ditemukan di sebagian
besar dunia. Amfibi masih memiliki sifat primitif seperti ikan yang bertelur di air
dan tidak pernah kehilangan ketergantungannya pada lingkungan yang kaya air.
Karena kulit mereka tidak mempertahankan kelembapan, mereka harus tinggal di
dekat habitat basah agar tidak mengering. Mereka adalah contoh yang baik dari
hubungan tetrapoda dengan awal yang berair.

c. Di Darat dan di Laut


Perkembangan amniontelur dan pertumbuhan sisik yang mencegah kehilangan
air memungkinkan tetrapoda pindah ke lingkungan yang lebih baru dan lebih
gersang. Ledakan evolusioner kemudian terjadi yang menghasilkan nenek moyang
awal kura-kura, buaya, kadal, ular, dinosaurus, dan bahkan mamalia. Banyak
tetrapoda lain, seperti pterosaurus, juga muncul. Di lingkungan laut, beberapa
tetrapoda kembali ke laut. Reptil laut yang ganas seperti mosasaurus dan
plesiosaurus menemukan sumber makanan yang melimpah dalam stok ikan yang
sangat besar di lautan. Hewan-hewan ini, meskipun akuatik, secara struktural

10
adalah tetrapoda. Mereka mempertahankan rencana tubuh tetrapoda dari tulang
lengan atas yang tebal yang terhubung ke korset (tulang pinggul dan dada), dua
tulang yang lebih kecil, dan serangkaian tulang kecil untuk jari. Namun, alih-alih
tampak seperti lengan atau kaki, tulang-tulang itu ditutupi oleh jaringan yang
membentuk sirip.
Sekitar 65 juta tahun yang lalu pada penutupan periode Kapur, kepunahan
besar-besaran membunuh banyak bentuk kehidupan termasuk tetrapoda besar
(dinosaurus) dan spesies hewan dan tumbuhan lainnya. Namun, banyak bentuk
kehidupan tidak mati. Mamalia, reptil, dan burung selamat, dan akhirnya menjadi
tetrapoda paling melimpah di Bumi.

d. Tetrapoda modern
Kelompok tetrapoda modern yang paling dikenal adalah mamalia, termasuk
manusia. Hewan berbulu ini memulai sejarah evolusi mereka kembali dengan
permulaan dinosaurus. Mamalia awal berukuran kecil, seukuran tikus. Setelah
kepunahan besar Kapur, mamalia bertahan menjadi beberapa tetrapoda terbesar di
Bumi, termasuk gajah dan paus. Seperti yang dilakukan reptil laut, paus kembali
ke laut, mengembangkan sirip sebagai adaptasi sekunder.
Tetrapoda saat ini dapat ditemukan di hampir setiap lingkungan. Sayangnya,
karena dunia terus berubah, jumlah banyak jenis tetrapoda semakin berkurang.
Dengan meningkatnya hilangnya habitat dan polusi, banyak tetrapoda berada
dalam bahaya kepunahan. Hilangnya begitu banyak spesies burung, reptil, dan
mamalia, seperti panda, merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup
tetrapoda.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahsan yang sudah tertulis diatas maka dapat disimpulkan


bahwa mahkluk hidup atau hewan tingkat tinggi adalah hewan yang memiliki tulang
belakang atau chordate. Hewan tersebut antara lain pisces, amphibia, reptilian, aves
dan mamalia. Hewan hewan tersebut berasal dari chordate kemudian berevolusi
menjadi lamprey, yaitu sejenis ikan. Pada awal Periode Ordovisium, pergeseran
Gondwana mengakibatkan aktivitas gunung berapi yang tinggi. Gunung berapi
mengemisikan gas rumah kaca yang terkumpul di atmosfer, membuat Periode
Ordovisium memiliki suhu yang tinggi. Pada saat itu terdapat banyak invertebrata di
laut. Saat suhu berangsur mendingin, invertebrate tersebut mulai berevolusi menjadi
vertebrata pertama di dunia. hal tersebut kemungkinan besar mengakibatkan
kepunahan sekitar 60% invertebrata laut dan 25% makhluk hidup di bumi. Pada
kepunahan massal tersebut, ketujuh keturunan conodont juga punah. Namun, para
ilamuan memperkirakan bahwa keturunan vertebrata yang punah tersebut telah
digantikan oleh sembilan garis keturunan yang baru. sembilan keturunan conodont
bertahan hidup dan mengalami garis evolusi selanjutnya yang mengubah mereka
menjadi ikan dengan rahang. Evolusi terus terjadi, mengubah mereka menjadi
vertebrata darat seperti amfibi, reprilia, pisces, aves, dan mamalia.

B. SARAN
Sesuai dengan peribahasa ‘Tak ada gading yang tak retak’, kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi
pembaca umumnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.tentorku.com/evolusi-chordata vertebrata/#:~:text=Secara%20tradisional
%2C%20Chordata%20dipercaya%20berasal,baru%20kemudian
%20Cephalochordata%20dan%20Vertebrata diakses pada tanggal 12 mei 2022
pukul 19:45

https://www.inspira.my.id/2021/11/ciri-ciri-hewan-chordata-asal-usul-dan.html?m=1
diakses pada tanggal 12 mei 2022 pukul 20:07

https://darilaut.id/konservasi/kawasan-segitiga-terumbu-karang-pusat-asal-usul-ikan-
karang diakses pada tanggal 12 mei 2022 pukul 20:51

https://www-encyclopedia-com.translate.goog/science/news-wires-white-papers-and-
books/tetrapods-water land?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc,sc diakses pada tanggal 13
mei pukul 20:57

https://www.kompas.com/skola/read/2022/02/09/110022969/diakses pada tanggal 14


mei 2022 pukul 09:15

https://satwa.foresteract.com/2016/10/pengertian-hewan-tingkat-tinggi-dan.htmldiakses
pada tanggal 14 mei 2022 pukul 10:29

13

Anda mungkin juga menyukai