Anda di halaman 1dari 32

EVOLUSI VERTEBRATA

Mata Kuliah : Evolusi

Dosen Pembimbing : Azza Nuzullah Putri, M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 6

1. ANGGI ROSA ANJELIKA 1603842050


2. DEWI FITRIANI 160384205014
3. ROSY SITORUS 1503842050
4. YULIANTI 1603842050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami ucapkan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah mengenai
evolusi vertebrata.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata, kami berharap makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi bagi para pembaca.

Tanjungpinang, November 2018

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………..…………………………….……..… i

Daftar Isi…………………………………………..……………………………...…...… ii

BAB 1 : Pendahuluan ……………………………..……………………………...……. 1

1.1 Latar Belakang………………………………..………………………………..… 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………..………………………………… 2

1.3 Tujuan Penulisan ……..………………..……………………………………….... 2

BAB 2 : Pembahasan ………………………...………………..…………………….…. 3

2.1 Evolusi Chordata ………………………………………………………………… 3

2.2 Evolusi Vertebrata ………………………………………………………………. 5

BAB 3 : Penutup ...…………………………..…………..…..………..………………. 17

3.1 Kesimpulan …………….……………………………..….………….……….… 17

3.2 Saran …………………………………………………...…………………....…. 17

Daftar Pustaka …………..…………………………………………………………..... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Evolusi merupakan bangunan ilmu terbesar, dan perkembangannya sangat luas.


Meliputi pokok bahasan yang beragam dan terdapat bagian-bagian yang agak ditakutkan.
Para ahli biologi evolusi sekarang meneliti evolusi dari berbagai disiplin ilmu, seperti
genetika molekuler, morfologi dan embriologi. Mereka juga bekerja dengan peralatan
yang beragam seperti dengan larutan kimia di dalam tabung reaksi, tingkah laku hewan di
hutan rimba, fosil yang dikoleksi dari daerah-daerah purbakala dan batu-batu karang atau
gunung-gunung batu.

Ide yang mudah dimengerti dan sederhana dari evolusi adalah seleksi alam
(natural selection), karena dapat diuji secara ilmiah dalam semua lingkungan. Idea seleksi
alam ini merupakan idea yang mampu diterima semua ilmu, dan hanya teori ini yang
diklaim bisa mempersatukan pendapat-pendapat berbeda dalam biologi. Dengan teori ini
berbagai temuan fakta yang ada di hutan hujan tropik, perubahan dan macam-macam
warna yang terdapat di kebun botani, serta sekawanan hewan yang sementara bermain di
daerah peternakan, dapat dijelaskan. Teori ini juga dapat digunakan untuk memahami
asal mula kehidupan melalui kimia-bumi (geochemistry) dan proporsi gas yang ada di
atmosfer.

Evolusi artinya perubahan-perubahan dalam bentuk dan tingkah laku organisme


antara generasi ke generasi. Bentuk-bentuk organisme, pada semua level dari rantai DNA
sampai bentuk morfologi yang makroskopik dan tingkah laku sosial yang termodifikasi
dari nenek moyang selama proses evolusi.

Teori-teori ilmiah terbaru sering mendorong banyak kontroversi. Kontroversi ini


mempunyai pengaruh bermanfaat pada kemajuan ilmiah, karenanya para ilmuan dengan
pandangan-pandangan yang berbeda bekerja secara intensif untuk menemukan bukti-
bukti yang dapat mendukung idea-idea mereka. Teori evolusi organik dan teori seleksi

1
alam (natural selection) Darwin melandasi setiap aktivitas mereka. Sebagai ilmuan,
mereka berusaha mencari data-data yang dapat mendukung ataupun dapat membuktikan
bahwa teori-teori terdahulu itu mungkin saja tidak benar. Beberapa prinsip yang
digunakan Darwin yang dianggap dapat memberikan petunjuk adanya evolusi. Makhluk
hidup di alam semesta diyakini mengalami evolusi, termasuk Hewan Verterbrata.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana evolusi dari Chordata ?


b. Bagaimana evolusi dari tiap Kelas pada Vertebrata ?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui mengenai evolusi Chordata


b. Untuk mengetahui mengenai evolusi Vertebrata

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Evolusi Chordata

Secara tradisional, Chordata dipercaya berasal dari nenek moyang Deuterostomia.


Sebagian besar peneliti dalam bidang ini menyetujui bahwa Urochordata berevolusi lebih
dahulu, baru kemudian Cephalochordata dan Vertebrata. Namun, penelitian yang lebih
baru berdasarkan filogenetik molekuler, genom, dan biologi evolusi, mendemonstrasikan
bahwa Echinodermata dan Hemichordata membentuk sebuah klad, lalu Urochordata,
Cephalochordata, dan Vertebrata membentuk klad yang lain. Lebih jauh pada klad
Chordata, Cephalochordata terpisah lebih dahulu, lalu kemudian Urochordata dan
Vertebrata membentuk sister group. Pandangan ini telah menjadi konsensus yang
didukung oleh berbagai data dan argumen dari berbagai disiplin ilmu (perhatikan diagram
di bawah ini).

Gambar 1. Pohon Filogenik Chordata

3
1. Hemichordata
Subfilum Hemichordata (setengah Chordata) sering disebut adelochordata
(Chorda yang tidak tampak). Kedudukan Hemichordata dalam Chordata tidak begitu
pasti. Subfilum ini terdiri atas sejumlah hewan-hewan yang mempunyai bentuk
seperti cacing. Hemichordata berukuran kecil, hewan bertubuh lunak, dari dasar laut
yang berpasir atau berlumpur. Hewan ini memiliki celah insang yang berpasangan,
struktur pendek yang diidentifikasi sebagai notokorda dan jaringan saraf dorsal serta
ventral.

Gambar 2.3 Cacing lidah, Saccoglossus

Oleh sebab itu dianggap sebagai anggota paling rendah dari filum Chordata
oleh sebagian besar ahli zoologi. Pada individu dewasa, struktur celah insang batang
insang berkitin, dan banyak gonad mirip dengan struktur pada Amphioxus. Berbentuk
ramping dan memiliki panjang 25 sampai 2.500 mm (1 sampai 100 inci). Hewan ini
sebagian besar hidup di perairan yang dangkal tetapi beberapa spesies hidup di
perairan yang lebih dalam, bahkan mencapai 4.500 meter. Mereka menggali secara
dangkal dengan menggunakan probosis halus. Lendir lengket yang disekresikan oleh
kelenjar di kulit menyebabkan pembentukan tempat penyimpanan berbentuk pipa
dari pasir atau puing-puing lainnya tempat setiap hewan tersebut tinggal. Beberapa
cacing lidah inimemiliki aroma yang tetap dan sering tidak enak.

4
Gambar 2.4 Cacing lidah (Subfilum Hemichordata), tampilan dorsal

Tubuh terdiri atas probosis, leher, dan badan yang panjang. Di belakang leher
terdapat banyak celah insang di kedua sisi. Di bagian ventral celah insang ini terdapat
parabung lateral yang menandakan adanya gonad. Beberapa spesies memiliki perabung
transversal berpasangan, dorsal di belakang insang, yang mengindetifikasikan seka
pencernaan. Mulut membuka lebar di batas ventral anterior leher, di belakang probosis,
berikutnya rongga bukal yang berdilatasi dan kemudian faring dengan lubang berbentuk
U tinggi di kedua sisi yang menghubungkan dengan kantung insang. Usus yang lurus,
dengan seka hepatika dorsal (kantung hati) mengarah ke anus terminal.

2. Uruchordata
Subfilum Urochordata disebut juga subfilum Tunicata. Urochordata menempati
laut, kutub sampai daerah tropis dan dari perairan pantai yang dangkal hingga kedalaman
4,8 km. Beberapa spesies hidup bebas dan spesies yang lain melekat (sesil) setelah tahap
larva bebas selama beberapa waktu, beberapa soliter, yang lain berkoloni, individu-
individu mengelompok dalam penutup yang umum. Urochordata bervariasi dalam hal
ukuran mulai dari individu yang hampir mikroskopis hingga individu lainnya yang
mencapai diameter sebesar 30,5 cm. Metode reproduksi organisme ini bervariasi.
Beberapa secara seksual, beberapa secara aseksual dengan tunas. Nama kelompok
mengacu kepada “tunik” yang disekresikannya atau penutup seperti kantung yang
menyelaputi seluruh tubuh. Urochordata yang paling dikenal adalah sea aquirt atau

5
ascidian, yang ketika disentuh tiba-tiba menyemprotkan air dari lubang pada penutup
tubuh.
Urochordata dipahami dengan baik dengan mempertimbangkan pertama-tama
larva hidup bebas sari seekor ascidian dan kemudian individu dewasanya. Larva
menunjukkan karakteristik Chordata, tetapi beberapa karakteristik diantaranya tidak ada
pada individu dewasa dan larva yang lain memiliki karakteristik yang tidak jelas karena
adaptasi ke cara hidup sesil. Metamorfosisnya setelah hidup bebas selama beberapa jam
atau hari, larva kecil melekat secara ventral dengan menggunakan kelenjar adhesif ke
sebuah batu atau ke tiang dermaga. Transformasi cepat (metamorfosis mundur) terjadi
selama sebagian besar karakteristik Chordata menghilang.
Ascidian dewasa berbentuk silindris atau bulat melekat dengan menggunakan
dasar atau tangkai.

Gambar 2.5 Struktur tubuh subfilum Urochordata


Hewan ini diselaputi dengan lapisan elastis kuat, test atau tunik dari material
seperti selulosa (jarang pada hewan). Test ini dilapisi oleh mantel bermembran yang
mengandung serabut otot dan pembuluh darah. Terdapat dua lubang eksternal, sifon arus
masuk (apertura brankial) diatas dan sifon arus keluar (apertura atrial) di salah satu sisi.
Air yang masuk ke dalam sifon arus masuk. Membawa organisme kecil yang berperan
sebagai makanan dan oksigen untuk respirasi, air yang keluar melalui sifon arus keluar
membuang limbah dan sel kelamin. Di dalam test dan mantel terdapat rongga atrial yang
mengandung sebuah kantung brankial yang terdilatasi dan banyak mengandung pori.

6
Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang diikuti dengan sebuah lingkaran
tentakel sensori seperti rambut di jalan masuk ke kantung brankial. Di sepanjang dinding
midventral kantung brankial terdapat endostil, sebuah lekuk vertikal yang dilapisi dengan
silia dan sel mukus dimana makanan dan air yang masuk ditangkap dan digerakkan ke
bawah. Karena hanya memakan plankton, ascidian tidak membutuhkan embelan yang
besar untuk menangani makanan. Dari dasar kantung brankial, esofagus mengarah ke
lambung yang terdilatasi yang menghubungkan ke usus, lambung dan usus terdapat di
luar kantung brankial. Usus melengkung ke atas untuk berakhir di anus di bawah
sifonaruskeluar.
3. Cephalochordata

Cephalochordata merupakan golongan kecil dengan bentuk menyerupai ikan.


Subfilum cephalochordata biasanya hidup di daerah perairan pantai yang dangkal,
hanya menyisakan ujung anteriornya yang menonjol. Kadang kala hewan ini muncul
untuk berenang dengan menggunakan gerakan lateral tubuh yang cepat. Seperti
Amphioxus sp. Tubuh berbentuk ramping dan padat secara lateral, meruncing di
kedua ujung, tidak terdapat kepala yang jelas seperti gambar di bawah ini

Gambar 2.7 Subfilum Chepalochordata

Sirip dorsal median bawah di sepanjang sebagian besar bagian tubuh dan sirip
preanal dari atriopori sampai ke anus terdiri atas ruangan-ruangan yang mengandung
jejari sirip dari jaringan ikat. Ekor memiliki sirip bermembran. Anterior terhadap
sirip ventral, tubuh memipih di permukaan bawah dengan lipatan metapleural di

7
sepanjang setiap sisi. Mulut terletak ventral di ujung anterior, anus di sisi kiri dekat
dasar sirip ekor dan atriopori merupakan lubang ventral tambahan di depan anus.
Penutup tubuh merupakan batang ramping dari sel tinggi bergelatin yang dikelilingi
oelh selubung jaringan ikat. Struktur pendukung yang lain mencakup penguatan di
tudung oral, jejari sirip, dan batang halus dengan hubungan silang di batang insang.

Gambar fosil sejenis chordata


Meskipun demikian, untuk mengetahui seperti apa nenek moyang Deuterostomia
dari Chordata masih menjadi perdebatan. Bukti fosil dari Chordata sangat langka karena
Chordata purba tidak mempunyai tulang dan gigi. Fosil tertua dari Chordata adalah fosil
berusia sekitar 508 juta tahun yang lalu dari British Columbia, Canada, yang bernama
Pikaia gracilens. Hewan yang sudah punah ini termasuk dalam subfilum
Cephalochordata.

8
Gambar 2. Rekonstruksi Pikaia gracilens

Seperti apa nenek moyang Chordata masih menimbulkan pertanyaan, dan


berbagai hipotesis yang dikemukakan para ahli masih belum menemukan konsensus.
Akan tetapi, terdapat karakteristik kunci dari Chordata, yaitu:

1) Memiliki sebuah mulut pada ujung anterior.


2) Memiliki notokorda.
3) Memiliki tali saraf berongga pada bagian dorsal.
4) Memiliki celah insang.
5) Memiliki ekor.

Cephalochordata (lancelet) menunjukkan karakteristik kunci tersebut pada hewan


dewasa, dan mereka bercabang lebih awal pada pohon filogenetik. Penemuan ini
mengusulkan bahwa nenek moyang Chordata kemungkinan besar memiliki bentuk
seperti lancelet.

2.2 Vertebrata

Pada akhir tahun 1990an, paleontologis yang bekerja di China menemukan


koleksi beragam fosil berusia sekitar 515 juta tahun yang lalu dari Chordata mula-mula
yang bertransisi ke Vertebrata. Fosil-fosil ini terbentuk saat periode ledakan Cambrian.
Periode ini adalah periode di mana berbagai kelompok hewan mengalami diversifikasi
yang sangat cepat. Fosil yang paling primitif adalah fosil dari Haikouella yang mirip
dengan lancelet. Namun, hewan ini juga memiliki karakteristik Vertebrata (walaupun

9
belum termasuk Vertebrata), yaitu otak yang telah berkembang, mata berukuran kecil,
dan segmen-segmen otot pada tubuh, akan tetapi hewan ini tidak mempunyai tengkorak
kepala dan organ-organ telinga.

Gambar 3. Haikouella

Fosil-fosil yang lain adalah Myllokunmingia dan Haikouichthys ercaicunensis.


Myllokunmingia disebut-sebut sebagai fosil Vertebrata paling tua, namun
pengelompokkan fosil ini ke dalam subfilum Vertebrata masih diperdebatkan. Hewan ini
sudah memiliki tengkorak kepala dan disebut-sebut sebagai Chordata pertama yang
memiliki kepala (yang dapat dibedakan dengan jelas).

Gambar 4. Myllokunmingia

Vertebrata purba yang lain adalah Haikouichthys ercaicunensis, hewan ini sudah
memiliki susunan tubuh Vertebrata, yaitu notokorda, tulang belakang sederhana, kepala
dan ekor (yang dapat dibedakan dengan jelas).

10
Gambar 5. Rekonstruksi Haikouichthys ercaicunensis

Semua hewan-hewan purba di atas tidak memiliki rahang, sehingga logikanya


mereka adalah hewan penyaring yang hidup pada dasar laut.

Pohon Filogenik Vertebrata

Gambar 6. Pohon Filogenik Vertebrata versi Lama

11
Gambar 7. Pohon Filogenik Vertebrata Versi Baru

Percabangan evolusi Vertebrata dimulai dengan evolusi rahang. Kelompok


Cyclostomata (tidak berahang) yaitu Myxini dan Petromyzontida terpisah lebih awal.
Secara tradisional, Myxini tadinya tidak termasuk Vertebrata karena hewan ini tidak
memiliki tulang belakang. Akan tetapi penelitian lebih baru membuktikan bahwa Myxini
dan Petromizontida adalah sister group, dan Myxini memiliki tulang belakang primitif
(dasar). Hal ini membuat istilah Craniata menjadi sama dengan istilah Vertebrata.
Pandangan ini saat ini lebih banyak dipakai dan didukung oleh berbagai literatur.

Lalu mulailah era Vertebrata yang memiliki rahang (Gnathostomata), memiliki


rangka mineral (Chondrichthyes, Osteichthyes), memiliki paru-paru dan derivatnya
(Actinopterygii), sirip berlobus (Actinistia), memiliki kaki (Tetrapoda), telur amniotik
(Reptilia), dan kemudian susu (Mammalia).

12
1. Evolusi Pisces
a. Ikan Tak Berahang (Agnatha)

Vertebrata pertama yang ditemukan sebagai fosil adalah ikan tak berahang,
ostrakodermi. Beberapa terdapat dalam batu-batuan Ordovisium, meskipun pada
zaman Silur mereka terdapat dalam jumlah lebih banyak yaitu ikan pipih. Hidup
dengan dengan menghisap zat-zat organik dari dasar sungai. Pertukaran gas terjadi
pada pasangan-pasangan insang interna, dengan tiap insang ditunjang satu lengkung
tulang.

Agnatha merupakan vertebrata yang tidak berahang. Subfilum Agnatha meliputi


hewan–hewan mirip ikan yang telah punah disebut Ostrakoderma yang dibungkus
oleh beberapa lempengan bertulang sebagai pelindung. Agnatha umumnya berukuran
kecil dengan panjang kurang dari 50cm. Sebagian besar tidak memiliki sirip yang
berpasangan dan merupakan hewan yang tinggal di dasar perairan yang bergeliat di
sepanjang hamparan arus atau dasar laut, tetapi ada juga beberapa spesies yang lebih
aktif memiliki sirip berpasangan. Mulut mereka berbentuk bundar atau berupa bukaan
mirip celah dan tidak memiliki rahang. Sebagian besar hewan Agnatha adalah
penyedot lumpur atau pemakan suspensi yang mengambil sedimen dan serpihan
bahan organik yang tersuspensi melalui mulutnya dan kemudian meneruskannya
melalui celah insang, tempat terperangkapnya makanan.

Gambar 4. Ikan lamprey (etromyzon sp), mulut ikan lamprey

13
Satu-satunya ikan tak berahang yang sekarang masih hidup adalah Lamprey
dan ikan hag (Hagfish). Hewan-hewan ini masih merupakan ikan primitif.
Disamping tidak memiliki rahang dan tidak memiliki sirip berpasangan. Notokord
dipertahankan selama hidupnya dan tidak pernah diganti secara sempurna dengan
kerangka yang terdiri atas tulang rawan. Pada tubuhnya tidak terdapat sisik.

b. Gnastonoma

Gnastonoma berbeda dengan moyangmya Agnatha dalam 2 hal yang


mendasar, yaitu mempunyai rahang dan sirip yang berpasangan. Yang pertama
membantu dalam memangsa hewan yang lebih kecil secara aktif. Kedua
membantu lokomosi dengan menstabilkan ikan tersebut di dalam air.
Gnathostomata merupakan vertebrata yang berahang. Subfilum Gnathostomata
(mulut berahang) menggantikan sebagian besar hewan agnatha.Catatan fosil
menggambarkan adanya radiasi adaptif yang ekstensif dari ikan ini pada zaman
Devon. pertama kali muncul pada masa Silur dan awal masa Devon; brsama-sama
dengan suatu kelompok yang diberi nama plakoderma (placoderm) berkulit
lempeng yang tidak memiliki keturunan yang hidup Sebagian besar dari ikan-ikan
ini kemudian punah, tetapi beberapa diantaranya menghasilkan garis keturunan
yang mengembangkan dua kelas besar ikan masa kini yaitu, ikan tulang rawan)
dan ikan tulang sejati (Osteichthyes). Zaman Devon ditandai dengan periode-
periode ketika banyak danau dan sungai menjadi kering atau menjadi jauh lebih
kecil dan lebih hangat. Perubahan lingkungan ini menyebabkan tekanan seleksi

14
yang hebat pada ikan air tawar Zaman Devon. . Vertebrata berahang juga
memiliki dua pasang anggota badan berpasangan. Sementara itu, hewan Agnatha
tidak memiliki anggota badan yang berpasangan atau hanya memiliki sepasang.

c. Ikan Bertulang Rawan (Kelas Chondrichthyes)


Ikan bertulang rawan yang paling awal adalah hiu yang tidak jauh berbeda
dengan hiu masa kini, memperoleh namanya dari fakta bahwa kerangkanya terdiri
atas tulang rawan dan bukan tulang keras. Ikan hiu mempunyai rahang yang
berkembang dari kedua pasang pertama lengkung insang. Dalam hal ini, sepasang
celah insang tidak diperlukan lagi. Akan tetapi, lubang ini masih terdapat pada
beberapa ikan masa kini dan disebut spirakel. Di samping hiu, ikan pari, dan belut
merupakan anggota kelas ini.
Sebagian notokordnya diganti oleh vertebrae yang lengkap. Ginjalnya
bertipe mesonefros. Jenis kelamin terpisah dan fertilisasi eksternal atau internal,
ovipar atau ovovivipar. Habitat Agnatha di laut, memiliki insang tanpa
operculum. Contoh: Squalus sp (ikan hiu), Raja sp (ikan pari

Gambar 5. Ikan hiu, celah insang di sisi lateral, Ikan pari, celah insang di
sisi ventral.
d. Ikan Bertulang Sejati (Kelas Osteichthyes)
Ikan bertulang sejati menempuh cara mengatasi masalah kekeringan yan
terjadi secara berkala dengan mengembangkan sepasang kantung hasil
perkembangan faring yang berfungsi sebagai paru-paru primitif. Ikan-ikan ini
dengan cepat (masih dalam zaman Devon tepecah menjadi 3 kelompok berbeda
yaitu paleoniskoida, ikan paru-paru dan krosopterigia.

15
Zaman Devon dikatakan sebagai “Zaman Ikan” karena selama zaman ini
terjadi radiasi adaptif yang luar biasa dari kelompok ini. Baik air tawar maupn air
laut dihuni oleh mereka. Akan tetapi menjelang akhir zaman Devon timbullah
kelompok vertebrata baru. kelompok ini adalah kelompok amfibia, vertebrata
berkaki empat atau tetrapoda yang pertama. Notokorda-nya ditempati vertebrae
yang menulang, memiliki gelembung renang yang berhubungan dengan faring.
Tipe ginjalnya mesonepros. 6
Contoh: Ameiurus melas (ikan lele), Anguilla sp (belut), Scomber
scombrus (ikan tuna), Onchorhynchus sp (ikan salmon), Sardinops coerulea (ikan
sarden).

Gambar 6. Contoh-contoh ikan bertulang sejati. 1) Ikan salmon, 2) ikan tuna, 3) ikan lele
, 4) ikan bader (Perca sp), 5) ikan emas, 6) Hippocampus kuda (kuda laut).

16
2. Evolusi Amphibi

Amfibia merupakan perintis verebrata daratan. Paru-paru dan tulang anggota


tubuh yang mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan sarana untuk lokomosi
dan bernapas di udara. Atrium kedua dalam jantung memungkinkan darah yang
mengandung oksigen langsung kembali ke dalamnya untuk dipompa kembali ke seluruh
badan dengan tekanan yang penuh. Sementara pencampuran darah yang kaya oksigen
dengan darah yang miskin oksigen terjadi dalam dalam ventrikel tunggal, jantung yang
beruang 3 memberikan peningkatan yang berarti dalam efisiensi peredaran dan dengan
demikian meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan yang keras dan
lebih banyak berubah-ubah. Amfibia telah mengembangkan telinga sederhana dari
struktur yang diwarisinya dari moyang mereka. Spirakel tertutup dengan membran yang
berfungsi sebagai gendang telinga dan tulang rahang yan tidak terpakai lagi (berasal dari
lengkung insang agnatha) berguna untuk meneruskan getaran dari membran ini ke telinga
dalam.

Amfibia yang paling awal adalah Diplovertebron, panjangnya ±60 cm. Beberapa
contoh fosil berukuran ±2,5 cm. Amfibia ini hanya berjaya selama zaman Karbon. Bumi
ditutupi oleh rawa yang luas, kehidupan tumbuhan yang berlimpah, dan terdapat banyak
insekta untuk di makan oleh amfibia. Zaman ini sering disebut zaman Amphiba. Zaman
ini diikuti oleh suatu periode (Permian) ketika bumi menjadi lebih dingin dan lebih
kering. Ordo pada amfibi masa sekarang di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Ordo Caudata (Urodela)

Caudata bentuknya seperti kadal, berekor, bernapas dengan paru-paru, sebagian


ada yang bernapas dengan insang. Tubuhnya jelas terbagi dalam bagian kepala, badan,
dan ekor. Kaki-kaki sama besar. Contoh: Megalobatrachus japonius (salamander
raksasa).

17
Gambar salamander raksasa

2. Ordo Salientia (Anura)

Anura adalah bangsa katak, tidak berekor, pandai melompat. Hewan dewasa
bernapas dengan paru-paru. Kepala dan tubuh hewan ini bersatu, tanpa leher. Kaki
depannya pendek, kaki belakang besar dan kuat untuk melompat. Anura memiliki selaput
renang pada jari-jari kaki. Mengalami metamorfosis, fertilisasi eksternal. Contoh Bufo
terrestris (katak bangkong), Rana pipiens (katak hijau).

3. Ordo Apoda (Gymnophiona)

Hewan semacam cacing, tanpa kaki. Kulitnya lunak dan menghasilkan cairan
yang merangsang. Antara mata dan hidung pada terdapat tentakel yang dapat ditonjolkan.
Hewan ini mempunyai mata tanpa kelopak dan ekornya pendek. Hewan jantan memiliki
organ kopulasi yang dapat ditonjolkan. Perkembang-biakannya secara ovipar atau
ovovivipar. Hewan-hewan Anura banyak terdapat di daerah tropis. Contoh: Ichthyosis
glutinosus.

18
Gambar Contoh hewan Apoda dari familia Caecillidae, sering disebut Caecillia.

3. Evolusi Reptil

Gambar 8. Garis Evolusi Reptil

Reptilia adalah hewan pertama yang benar-benar hewan daratan. Reptilia


berkembang dari amfibia pada zaman Karbon. Kelebihan reptilia yang paling awal
“Kotiloaurus” terhadap amfibi adalah

 Perkembangan telur yang bercangkang dan berisi kuning telur (yolk) yang
dapat diletakkan di tanah tanpa kemungkinan menjadi kering
 Cangkang kedap air dan kedap terhadap sperma, sehingga perkembangan telur
yang bercangkang terjadi bersamaan dengan perkembangan fertilisasi internal.
 Embrio dilindungi oleh cairan yang terdapat dalam amnion, mendapat
makanan dari kantong kuning telur (yolk), bernapas melalui korion dan

19
alantois, dan menyimpan limbah metabolisme di dalam kantong yang
dibentuk oleh alantois.

Gambar 9. Perbandingan alat gerak Ikan, Amphibi, Reptil

Reptilia paling awal, yang kakinya pendek menjulur ke samping tubuh,


menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam air dan hanya bertelur di darat sehingga
mudah disembunyikan dari mangsa. Seiring semakin keringnya zaman Permian,
modifikasi lain untuk hidup di daratan kering berevolusi. Perkembangan kulit kering
memungkinkan mereka untuk meninggalkan air dengan aman. Tetapi kulit kering tidak
dapat digunakan untuk respirasi. Penyempurnaan paru-paru dikembangkan dengan
pembesaran rongga rusuk. Sekat ventrikel mengurangi pencampuran darah yang
mengandung oksigen dengan darah yang kurang oksigen sehingga memungkinkan
efisiensi peredaran darah. Kotilosaurus mengalami radiasi adaptif dan menghasilkan lima
garis keturunan yang utama, yaitu:

1. Pelikosaurus, menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam air dengan kaki yang
berada di bawah sehingga memungkinkan untuk berlari lebih cepat dan lebih
ringan di darat. Dari pelicosaurus inilah berevolusi sekelompok reptil di darat
yaitu terapsida. Pada awal zaman Mesozoikum terapsida merupakan reptilia yang
paling banyak jumlahnya, tapi mereka segera dilampaui oleh kelompok lain.
Namun, hal tersebut hanya bersifat sementara (± 100 juta tahun), karena
keturunan terapsida yaitu mamalia, pada akhirnya menguasai bumi ini.
2. Penyu (Ordo Chelonia), dari asal-usulnya dalam era Mesozoikum awal sampai
sekarang, sebagian besar penyu hidup di air tawar atau di lautan. Meskipun

20
habitatnya demikian, mereka tidak meninggalkan warisan adaptasi darat mereka.
Mereka bernapas dengan paru-paru dan meletakkan telur bercangkangnya di
darat. Penyu air tawar merayap ke darat untuk membuat lubang dalam pasir atau
tanah untuk bertelur. Meskipun tidak punah, penyu merupakan kelompok yang
paling menonjol, karena masih ada setelah berada di bumi selama 200 juta tahun,
dimana sebagian besar reptilia sezamannya telah punah.
3. Plesisaurus dan Iktiosaurus, merupakan anggota kedua garis keturunan reptilia
laut yang berkembang dalam periode Jura tetapi punah pada akhir zaman
Mesozoikum. Mereka pemakan ikan, hal ini sesuai dengan kehidupan di laut.
Namun kenyataanya, anggota tubuh yang menyelip di sirip sangat sesuai untuk
lokomosi di darat sehingga iktiosaurus mempertahankan telur di dalam tubuh
induk dan tidak bertelur di darat. Anak yang dilahirkan hidup dan aktif, seperti
halnya ikan hiu berenang.
4. Diapsida, merupakan garis keturunan kelima dari iktiosaurus. Disebut diapsida
karena mempunyai struktur tulang lengkung ganda yang khas di daerah temporal
tengkorak. Diapsida mempunyai adaptasi fisiologis yang penting untuk hidup di
darat yang tidak terdapat pada kelompok lain, yaitu kemampuan untuk mengubah
limbah nitrogen menjadi asam urat yang hampir tidak dapat larut. Asam urat
keluar sebagai pasta putih bersama feses. Kemampuan kelompok ini dan
keturunannya mengekresikan limbah nitrogen sehingga membebaskan mereka
hampir seluruhnya dari ketergantungan pada air minum.

Evolusi kelompok reptilia ini diikuti beberapa cabang yang menghasilkan kadal
dan ular (Ordo Squamata) dan sekelompok reptilia mirip kadal yang keturunannya masih
ada (tetapi langkah) yaitu di Selandia Baru. Kadal masa kini pertama kali timbul di
periode Jura, merupakan penghuni penting gurun pasir dan hutan daerah panas. Satu
kelompok kadal periode Kreta menjadi hewan meliang. Kaki-kaki hewan ini akhirnya
lenyap dan dengan demikian terjadilah ular (sisa kaki belakang masih dapat ditemukan
pada Boa dan Piton. Meskipun ular dapat bertahan hidup di daerah iklim sedang
(temperate) dengan cara hibernasi selama musim dingin, tetapi mereka juga berhasil di
daerah tropis dan subtropis. Tekodon merupakan cabang kedua dari reptilia darat yang
mengeksresikan asam urat. Hewan ini dapat berlari cepat di daratan dan menggunakan

21
ekor yang panjang untuk keseimbangan. Fosil dari tekodon tingkat tinggi menunjukkan
adanya penutup insulasi tubuh dan suatu histologi tulang yang menandakan bahwa
hewan-hewan ini dapat mempertahankan suhu tubuh yang relatif tinggi dan teratur baik.
Hal ini digabung dengan kecepatan dan toleransi terhadap keadaan gersang. Lima ordo
reptilia telah berevolusi dari tekodon. Anggota dari radiasi adaptif yang luar biasa ini
sering disebut reptilia yang berkuasa karena mereka mendominasi seluruh tanah dan
udara selama sisa era Mesozoikum.

Buaya dan aligator (ordo Crocodilia) meninggalkan lokomosi dengan dua kaki
dari moyang tekodonnya tetapi mempertahankan kaki belakang yang besar. Hewan ini
dapat bergerak cepat dengan mengangkat seluruh badannya di atas tanah. Hewan ini
merupakan satu-satunya keturunan reptilia tekodon yang tidak pernah punah.

Pada akhir periode Trias, muncul 2 ordo dari dinosaurus yang masing-masing
mengalami radiasi adaptif yang luar biasa. Selama sisa era Mesozoikum bumi dihuni oleh
dinosaurus dar berbagai gambaran, ukuran dan bentuk. Penemuan dan pemasangan fosil
dinosaurus merupakan cabang paleontologi yang palin aktif selama bertahun-tahun. Bila
kita melihat kerangka yang elah direkontruksi dari hewan seperti Tyrannosaurus (panjang
14,5 m dan tinggi 5,8 m) dan Brachiosaurus (bobot mendekati 90 ton). Meskipun yang
mewakili hanya 2 dari 15 ordo reptilia yang ada pada waktu itu, dinosaurus saja sudah
membuktikan bahwa era Mesozoikum sebagai “Zaman Reptilia”. Dua kelompok
Mesozoikum tersebut menjadi reptilia terbang. Cara berjalan dengan dua kaki dari
tekodon telah membebaskan kaki depan untuk digunakan sebagai sayap. Mulanya sayap
ini digunakan untuk meluncur tetapi kemudian digunakan untuk terbang lama. Salah satu
dari kelompok ini yaitu Pterosaurus, yang menguasai selama sebagian besar era
Mesozoikum. Pteranodon dengan rentangan sayap 8,2 m diduga merupakan anggota
terbesar dari ordo tersebut. Kemudian pada awal tahun 1970, fosil dari seekor pterosaurus
dengan rentangan sayap 15,5 m ditemukan di Big Bend National Park di Texas.
Kelompok kedua reptilia terbang merupakan moyang burung-burung sekarang.

22
4. Evolusi Aves

Kelompok reptilia kedua yang mengudara mengembangkan suatu modifikasi yang


tidak terdapat pada Pterosaurus yaitu bulu. Pertumbuhan bulu ini memberi permukaan
bagi sayap yang luas, ringan tetapi kuat. Bulu ini juga memberikan insulasi (penutup
hangat) bagi tubuh, sehingga membuatnya lebih kecil namun dapat mempertahankan
suhu tubuh yang relatif tinggi dan tetap meskipun di daratan beriklim dingin. Bulu
menjadi penciri utama munculnya burung pertama.

Gambar 11. Fosil Archeopteryx

Penemuan fosil Archeopteryx dalam batuan zaman Jura merupakan salah satu
contoh yang terbaik dari “mata rantai yang hilang”. Hewan ini mempunyai bulu, dengan
demikian kita menyebutnya burung. Tetapi hubungannya dengan reptilia jelas. Sayap
yang agak rudimeter mempunyai cakar, dalam mulut terdapat gigi dan mempunyai ekor
yang panjang. Ciri-ciri reptilia ini tidak ditemui lagi pada burung-burung yang masih
hidup. Meskipun hewan ini pada akhir zaman Mesozoikum sudah mantap, tetapi pada
zaman Cenozoikum burung-burung ini mengalami radiasi adaptif yang luas. Jumlah
spesies yang besar dan distribusinya yang luas membuktikan keberhasilan mereka..

Struktur dan fisiologi burung diadaptasikan untuk penerbangan yang efisien, yaitu
Sayap menjadi paling utama, memungkinkan burung terbang jarak jauh untuk mencari
makanan yang cocok dan berlimpah dan meloloskan diri dari pemangsa. yang efisien
harus ringan dan kuat. Keringanan tubuh burung diperoleh dari bulu, tulang-tulang yang

23
berongga dan gonad tunggal (pada betina) yang membesar dan aktif hanya selama musim
kawin. Hilangnya gigi mengurangi berat kepala. Fungsi gigi ini dilaksanakan oleh
empedal. Kekuatan dicapai dengan otot dada besar yang terpaut pada tulang dada yang
sangat membesar. Mempunyai jantung beruang 4 dan efisiensinya memungkinkan
perkembangan suhu tubuh yang tetap (homeotermi). Homeotermi juga memungkinkan
laju metabolisme yang tinggi pada semua suhu lingkungan. Burung dapat tetap aktif
dalam cuaca dingin. Laju metabolisme yang tinggi mencerminkan pelepasan energi yang
cepat untuk terbang.

Kelas Aves. Contoh: merpati (Columbia fasciata) dan burung hantu (Bubo virgianus)

5. Evolusi Mamalia

Mamalia pertama timbul pada akhir zaman Trias dari moyang terapsida. Mereka
merupakan hewan kecil yang sangat aktif yang makanannya terutama terdiri atas insekta.
Kemampuan yang aktif ini berhubungan dengan kemampuannya untuk memelihara suhu
tubuh yang tetap (homeotermi). Hal ini berkaitan dengan perkembangan jantung beruang
4 dan pemisahan sempurna dari peredaran darah oksigen dan sistemik. Konservasi panas
tubuh dimungkinkan dengan perkembangan rambut. Sementara mamalia yang paling
awal bertelur seperti moyang reptilia, anaknya setelah menetas diberi makan dengan susu
yang disekresikan oleh kelenjar dalam kulit induknya.

24
Berlawanan dengan moyang reptilia, gigi mamalia mengalami spesialisasi untuk
memotong (gigi seri), menyobek (gigi taring), dan menggiling (geraham) makanannya.
Bahan kelabu serebrum, yang ditutupi oleh bahan puti pada reptilia, tumbuh keluar diatas
permukaan otak. Modifikasi ini mempunyai akibat yang jauh. Evolusi mamalia yang
paling awal berlangsung mulai beberapa jalur yang berbeda. Dari kelompok tersebut
hanya tiga yang sampai sekarang masih hidup, yaitu:

Kelas Subkelas

Prototheria

Mamalia Metatheria

Eutheria

1) Monotremata, mamalia bertelur (Subkelas Prototheria)


2) Marsupialia, mamalia berkantung (Subkelas Metatheria)
3) Mamalia berplasenta (Subkelas Eutheria)

Masing–masing dibedakan dari cara merawat anak selama masa perkembangan


embrio. Monotremata tetap bertelur seperti moyang terapsidanya. Platipus paruh bebek
dan pemakan semut berduri (ekidna) merupakan satu-satunya monotremata yang ada di
bumi sekarang. Pada marsupialia anak ditahan untuk jangka waktu yang pendek di dalam
saluran reproduksi induk. Selama waktu yang pendek ini, makanan diperoleh dari
kantung kuning telur yang tumbuh di dalam uterus. Tetapi anak itu dilahirkan pada tahap
perkembangan yang sangat awal. Kemudian merayap ke dalam kantung yang terdapat di
perut induknya dan melekatkan diri pada puting yang mengeluarkan air susu. Di sini
perkembangan diselesaikan. Marsupialia yang paling awal mungkin mirip dengan
oposum. Pada bulan maret 1982 ditemukan sisa-sisa fosil marsupialia Polydolops sebesar
25 cm di pulau Seymouz (ujung utara Tanjung Antartika).

25
Mamalia berplasenta mempertahankan anaknya di dalam uterus induk sampai
berkembang dengan baik. Kuning telur hanya sedikit di dalam telur, tetapi membran extra
embrionik itu membentuk tal pusar dan plasenta sehingga anak yang sedang bertumbuh
mendapat makanannya langsung dari induknya.Selama kira-kira 70 juta tahun dalam era
Mesozoikum mamalia berplasenta hanya diwakili oleh satu ordo. Akan tetapi, pada akhir
epoh kedua, Eosin, dari era Cenozoikum, mamalia ini telah beradiasi menjadi paling
sedikit 14 ordo yang berbeda.

Contoh spesies mamalia dari beberapa ordo:

Phalanges sp (kuskus) Scalopus sp

Gakopithecus sp Pteropus edulis (kalong Jawa),

26
27
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Evolusi artinya perubahan-perubahan dalam bentuk dan tingkah laku organisme


antara generasi ke generasi. Bentuk-bentuk organisme, pada semua level dari rantai DNA
sampai bentuk morfologi yang makroskopik dan tingkah laku sosial yang termodifikasi
dari nenek moyang selama proses evolusi. Hewan verterbrata juga mengalami evolusi.
Evolusi vertebrata dimulai dari evolusi Chordata. Chordata mengalami evolusi
membentuk tulang belakang. Selanjutnya hewan bertulang belakang disebut Vertebrata.

Vertebrata paling primitive tidak memiliki rahang. Selanjutnya hewan tersebut


terus berevolusi sebagai bentuk adaptasinya. Kelas pertama yang muncul adalah Pisces.
Selanjutnya Pisces berevolusi sehingga muncul Amphibi. Amphibi adalah Vertebrata
pertama yang mampu hidup di darat. Selanjutnya Amphibi berevolusi sehingga muncul
Reptil. Muncul pula reptile bersayap sebagai nenek moyang Aves. Akhirnya muncul
mamalia.

3.2 Saran

Evolusi dapat diketahui melalui penelitian yang rumit. Diperlukan sumber-sumber yang
lebih relevan untuk memperdalam pembahasan mengenai evolusi vertebtrata. Oleh
karena itu, sebaiknya pembuatan makalah disertai dengan referensi buku yang tepat
sehingga dapat menperdalam kajian mengenai evolusi vertebrata

28
DAFTAR PUSTAKA

Kimbal, John W. 1999. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga

Lestari, Ayu. 2013. Makalah Evolusi Vertebrata. Yogyakarta : UAD

Kontributor Tentorku. 2016. Asal Usul Evolusi Chordata dan Vertebrata. Dikutip dari
https://www.tentorku.com/evolusi-chordata-vertebrata. Diakses pada 29 Nov
2018.

https://www.academia.edu/9702214/Hewan_Vertebrata

https://www.academia.edu/8799606/FILUM_CHORDATA

29

Anda mungkin juga menyukai