Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH

“Siklus Suhu Tahunan dan Pergerakan Air dan Arus dan Aspek Kimia
Perairan Darat”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi nilai tugas mata

kuliah Biologi Perairan

Dosen Pengampu : Ibu Vifty Octanarlia Narsan, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Gesti Lestari (2001080012)


2. Indah Nursaumi (2001080013)
3. Rahmad Fajar (2001081008)

KELAS A

TADRIS PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat segala limpahan rahmad dan hidayahnya hingga kami selaku kelompok 2
dapat memenuhi tugas pada mata kuliah Biologi Perairan, untuk menyusun dan
membuat makalah dengan judul “SIKLUS SUHU TAHUNAN DAN
PERGERAKAN AIR DAN ARUS DAN ASPEK KIMIA PERAIRAN DARAT”.

Makalah ini memuat pokok bahasan tentang bagaimana suhu dansiklusnya


dalam mempengaruhi keadaan di perairan. Selain itu kami juga membahas
mengenai pergerakan air dan juga arus.

Dalam proses penyusunan tugas makalah ini kami mendapatkan banyak


bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak terutama dari dosen pengampu mata
kuliah Biologi Perairan. Untuk itu kami mengucapkan rasa terima kasih kepada Ibu
Vifty Octanarlia Narsan, M.Pd atas bimbingannya, sehingga pengetahuan kami
akan penulisan makalah dan materi yang diangkat dalam makalah ini menjadi lebih
luas dan memberikan banyak manfaat untuk kita semua.

Dengan hati yang lapang kami sangat menyadari bahwa makalah ini
tentunya masih sangat jauh dari kata sempurna, baik itu dalam hal penulisannya
ataupun pokok bahasan materi yang disediakan, namun kami sangat berharap
makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam perkuliahan dan menambah
wawasan bagi kita semua. Untuk itu kami dengan senang hati menerima baik
saran ataupun kritikan yang membangun guna memperbaiki kesalahan dimasa
depan.

Metro, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................... 2
D. Manfaat.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Siklus Suhu Tahunan............................................................................3


B. Pergerakan Air dan Arus.....................................................................14
C. Aspek Kimia Perairan.........................................................................24

BAB III PENUTUP....................................................................................... 42

A. Kesimpulan.........................................................................................42
B. Saran.................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................43

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Termometer.....................................................................................4

Gambar 2. Distribusi suhu vertikal...................................................................7

Gambar 3. Danau Great Bear Lake..................................................................11

Gambar 4. Danau Blue Lake............................................................................12

Gambar 5. Danau Great Salt Lake....................................................................13

Gambar 6. Pola aliran denritik..........................................................................15

Gambar 7. Pola aliran paralel...........................................................................16

Gambar 8. Pola aliran radial..............................................................................16

Gambar 9. Pola aliran trellis.............................................................................17

Gambar 10. Pola aliran annular........................................................................18

Gambar 11. Pola aliran senteipetal...................................................................18

Gambar 12. Pola aliran rektangular..................................................................19

Gambar 13. Danau dibawah.............................................................................19

Gambar 14. Danau diatas..................................................................................19

Gambar 15. Danau Aneuk Laot........................................................................20

Gambar 16. Arus vertikal.................................................................................22

Gambar 17. Arus horizontal.............................................................................23

Gambar 18. Arus underflow.............................................................................23

Gambar 19. DO meter.......................................................................................24

Gambar 20. CO2 analyzer................................................................................35

Gambar 21. Hardness Meter.............................................................................37

Gambar 22. pH meter....................................................................................... 41

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hubungan antara Kecepatan Angin dan Arus....................................22

Tabel 2. Kadar Oksigen Terlarut dan Pengaruhnya


Pada Kelangsungan Hidup Ikan..........................................................27

Tabel 3. Hubungan antara suhu dengan konsentrasi

oksigen terlarut maksimum pada tekanan 1 atmosfir.........................30

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua mahluk hidup membutuhkan adanya air untuk mendukung
berbagai macam aktivitas. Dimulai dari air dapat digunakan untuk
menunjang proses fotosintesis pada mahluk hidup seperti fitoplankton dan
juga tumbuhan, digunakan sebagai konsumsi air minum untuk manusia dan
hewan, dan juga dapat dimanfaatkan untuk irigasi tanaman. Dengan
demikian air sangat penting dalam kehidupan.
Dalam perairan terdapat aspek fisika, kimia, dan biologi yang saling
berhubungan dalam mempengaruhi kondisi perairan. Aspek-aspek tersebut
dapat digunakan untuk melihat apakah kondisi dalam perairan tersebut
dalam keadaan baik atau tidak. Kondisi baik dan buruknya perairan dapat
dilihat dari perubahan suhu yang ada pada air, derajat keasaman (pH),
salinitas atau kadar garam dalam air, perubahan warna, bau, rasa, dan juga
ketersediaan komposisi unsur-unsur kimia dalam peraiaran seperti oksigen
(02), karbondioksida (CO2), nitrogen (N2), dan lain sebagainya. 1
Suhu berperan besar untuk mengatur keberadaan aspek kima dan
juga aspek biologi yang ada pada perairan sebab perubahan suhu dapat
mempengaruhi kadar oksigen dalam air, hal ini berarti secara langsung
perubahan suhu dapat mempengaruhi aktivitas dan penyebaran organisme
dalam air.2 Perbedaan suhu pada perairan biasanya dikarenakan oleh adanya
gerakan air seperti misalnya arus dan turbulensi.
Unsur-unsur kimia juga memegang fungsi yang penting dalam
perairan, seperti misalnya oksigen yang berperan untuk membantu proses
pernafasan, metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan

1
Riyanda Agustira, dkk. 2013, Kajian Karakteristik Kimia Air , Fisika Air dan Debit
Sungai Pada Kawasan DAS Padang Akibat Pembuangan Limbah Tapioka. Jurnal Agroteknologi
Universitas Sumatera Utara, 1(3), 617.
2
M.Furqon A.I dan Ankiq Taufiqurohman s. 2012. Sebararan Horizontal Suhu, Salinitas
dan Kekeruhan di Pantai Dumoga, Sulawesi Utara. Jurnal Harpodon Burneo, 5(1), 51-56.
energi untuk pertumbuhan dan reproduksi serta oksidasi bahan-bahan
organik dan anorganik. 3
Dengan demikian menjadi penting bagi kita untuk mengetahui
mengenai suhu, pergerakan air, arus, dan juga aspek-aspek kimia yang
terdapat dalam perairan agar kita mengetahui keadaan perairan tersebut
dalam kondisi yang normal atau tercemar.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh siklus suhu tahunan pada perairan ?
2. Bagaimana pergerakan air dan arus dalam perairan ?
3. Apa saja aspek kimia dalam perairan darat ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh siklus suhu tahunan pada perairan.
2. Untuk mengetahui pergerakan air dan arus dalam perairan.
3. Untuk mengetahui aspek-aspek kimia dalam perairan.

D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk membantu
mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah biologi perairan, selain itu
diharapkan materi pada makalah ini membantu kita untuk dapat
mengidentifikasi keadaan perairan dilihat dari perubahan siklus suhu
tahunan, pergeran air dan arus, seta aspek-aspek kimia yang ada pada
perairan.

3
Salmin, 2005.Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) sebagai
Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal Oseanagrrafi, 30(3), 21-26

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Siklus Suhu Tahunan


1. Pengertian Siklus Suhu Tahunan
Suhu merupakan suatu besaran yang membuktikan derajat panas
dari suatu barang. Barang yang mempunyai panas hendak membuktikan
temperatur yang besar daripada barang dingin. Kerap kita mengatakan
sesuatu barang panas ataupun dingin dengan metode memegang barang
tersebut dengan perlengkapan indra kita, walaupun kita tidak bisa
merumuskan berapa derajat panas dari barang tersebut, untuk memastikan
seberapa besar temperatur barang tersebut maka digunakanlah
thermometer.4
Menurut Riyanto (2009), Suhu atau temperatur didefinisikan selaku
dimensi ataupun derajat panas dinginnya sesuatu barang ataupun sistem.
Barang yang panas mempunyai temperatur yang besar, sebaliknya barang
yang dingin mempunyai temperatur yang rendah. Pada hakikatnya,
temperatur merupakan dimensi tenaga kinetik rata- rata yang dipunyai oleh
molekul- molekul sesuatu barang. Dengan demikian temperatur
menggambarkan bagaimana gerakan- gerakan molekul barang. Sedangkan
menurut Kanginan (2007), suhu juga bisa dinyatakan sebagai besaran yang
menunjukkan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda atau suatu
ruangan. Suhu ini menerangkan ukuran rata- rata tenaga kinetik partikel-
partikel di dalam sesuatu bahan, serta terpaut dengan panasnya ataupun
dinginnya sesuatu benda. 5
Alat untuk mengukur suhu atau derajat panas
disebut thermometer. Umumnya pengukur dinyatakan dalam skala Celcius
(C), Reamur (R), serta Fahrenheit (F).

4
Gunardi Djoko Winarno, dkk.2019. Klimatologi Pertanian, Pustaka Media : Bandar
Lampung, h.94
5
Ibid. h. 94

3
Gambar 1. Termometer

Sumber : mc-tester.com

Suhu dapat dibedakan menjadi 2 macam yakni suhu panas dan


suhu dingin, masing masing suhu tersebut memiliki proses yang berbeda,
berikut penjelasannya
1) Suhu Panas adalah energi yang berpindah dari suhu yang tinggi ke
suhu yang rendah.
2) Suhu dingin adalah energi yang berpindah dari suhu yang rendah ke
suhu yang tinggi
2. Pengaruh Suhu
Suhu adalah sifat fisik air yang secara langsung mempengaruhi
keberadaan radiasi dan perambatannya dalam air. Suhu merupakan salah
satu parameter air yang sering diukur, mengingat karena kegunaannya
dalam mempelajari berbagai proses fisika, kimia maupun biologi. Suhu air
dapat berubah-ubah sesuai dengan waktu dan keadaan ruang. Suhu pada
perairan tropis umumnya lebih panas dibandingkan suhu perairan sub-
tropis. Penyebaran suhu ini utamanya pada perairan terbuka, biasanya
disebabkan oleh gerakan air, seperti pergerakan arus dan turbulensi.
Penyebaran suhu secara molekuler sangat minim terjadi bahkan hampir
tidak ada. Pada daerah tropis suhu air yang ideal berkisar antara 25°C hingga
35°C. Perubahan suhu air yang ideal antara siang dan malam adalah
maksimum 5°C, yaitu dari 25° sampai 30°C.

4
Didalam perairan suhu merupakan faktor yang mendapat
perhatian lebih sebab berkaitan dengan kehidupan organisme didalam
perairan baik hewan ataupun tumbuhan. Temperatur air dapat
mempengaruhi metabolisme dari organisme akuatik, sebab penyebaran
organisme antara di lautan dengan perairan tawar dibatasi oleh suhu
air. Temperatur air yang tinggi akan meningkatkan pertumbuhan dan
menekan kehidupan bahkan kematian dari hewan-hewan. Saat
temperatur air rendah, ikan-ikan akan lebih mudah terserang bakteri atau
jamur, namun kadar oksigen dalam air akan meningkat. Akan tetapi
suhu yang rendah dapat memperlambat laju pernafasan sertadenyut
jantung, sehingga ada kemungkinan ikan-ikan pingsan dan matiakibat
dari kekurangan oksigen didalam tubuhnya.
Kisaran suhu yang baik bagi pertumbuhan ikan-ikan pada
wilayah perairan tropis berkisar antara 25-32°C. Rentang suhu tersebut
berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara tropis sehingga
menguntunkan untuk melakukan budidaya ikan. Seperti diketahui
bahwa suhu air sangat mempengaruhi proses kimia, fisika dan biologi
didalam perairan, sehingga fluktuasi suhu pada suatu perairan akan
mengakibatkan perubahan semua proses didalam perairan. Hal tersebut
dapat dibuktikan dari peningkatan suhu air maka kelarutan oksigen akan
berkurang. Peningkatan suhu perairan misal 10°C dapat mengakibatkan
meningkatnya kebutuhan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik
sekitar 2-3 kali lipat. Sebab itulah maka suhu dikatakan berpengaruh
terhadap proses kimiawi dalam perairan. Suhu juga menyebabkan
stratifikasi atau tingkat lapisan air dimana suhu air di permukaan lebih
tinggi dibandingkan suhu air yang berada pada lapisan dibawahnya.6
Suhu air dapat dipengaruhi oleh musim, garis lintang (latitude),
ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari,
penutupan awan, serta aliran dan kedalaman air. Penambahan

6
Harlina, LIMNOLOGI Kajian Menyeluruh Mengenai Perairan Darat, Gunawan Lestari
: Makasar (2020),

5
temperatur air mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia,
evaporasi dan volatisasi serta kadar kelarutan gas-gas dalam air seperti
oksigen, karbondioksida, nitrogen, metana dan sebagainya. Selain
beberapa faktor tersebut suhu air juga dapat dipengaruhi oleh berbagai
macam hal seperti lamanya penyinaran matahari, konveksi, letak
ketinggian tempat atau geografis. Kanopi dari vegetasi tumbuhan diatas
perairan, kegiatan manusia dan lain sebagainya.
Menurut Pescod, perubahan suhu yang diakibatkan oleh
penambahan air pada perairan mengalir baiknya tidak lebih dari 2,8°C
dan untuk perairan menggenang tidak lebih dari 1,70°C. Fluktuasisuhu
sebaiknya maksimum 4°C, karena pada fluktuasi suhu 5°C atau lebih
dapat mengakibatkan gangguan pada organisme yang hidup pada
perairan tersebut. Semakin bertambahnya kedalaman maka suhu air
menunjukkan penurunan. Perbedaan suhu permukaan dan dasarperairan
rata-rata sekitar 3°C. Perubahan suhu ini tidak begitu tajam artinya tidak
terjadi stratifikasi sehingga mendukung untuk kehidupan pakan alami
dan ikan.
Suhu air dapat hilang melalui radiasi ke udara, yang digunakan
dalam penguapan dan konduksi ke tempat lain. Ini berarti secara tidak
langsung suhu dapat menentukan stratifikasi massa air dengan melalui
perubahan berat jenis air. Berat jenis maksimum pada air terjadi pada
suhu 4 ºC.
3. Stratifikasi Suhu
Stratifikasi suhu merupakan salah satu fenomena fisika yang
terjadi dalam kolom air dan memiliki peranan penting dalam pengaturan
proses kimia dan biologi dalam perairan. Suhu perairan dapat
mengalami stratifikasi secara vertikal. Perbedaan suhu ini menyebabkan
massa air terbagi menjadi 3 bagian. Lapisan tersebut yaitu sebagai
berikut:
1) Epilimnion
Eplimnion adalah lapisan permukaan air dimana hanya
dijumpai sedikit stratifikasi panas atau tidak sama sekali.

6
Keberagaman suhu pada lapisan ini biasanya disebabkan oleh
penguapan, radiasi dan konduksi pada malam hari.
2) Metalimnion
Metalimnion atau disebut juga termoklin adalah lapisan
sebelah bawah epilimnion yang menunjukkan penurunan suhu yang
lebih dominan atau penurunan suhu secara drastis secaravertikal.
Pada lapisan ini setiap penambahan kedalaman 1 meter akan
terjadi penurunan suhu air setidaknya 1°C. Lapisan ini merupakan
pemisah anatara lapisan permukaan air dan dasar perairan.
3) Hypolimnion
Hypolimnion adalah merupakan lapisan yang terletak
sebelah bawah dari metalimnion dan memanjang dari metalimnion
hingga ke dasar danau. Pada lapisan ini memperlihatkan
temperature yang relatif rendah dibanding lapisan lain dan tidak
pernah berhubungan dengan udara luar. Ciri lapisan ini adalah
perbedaan suhu secara vertikal yang relatif kecil. Massa air bersifat
tetap, tidak mengalami pencampuran. Densitas lebih besar. Pada
wilayah tropik perbedaan suhu air antara permukaan dandasar
hanya sekitar 2-3°C. Kehidupan organisme terutama tumbuhan
dalam fungsinya melakukan fotosintesis pada lapisanini bersifat
sangat kritis. Artinya bahwa oksigen yang tersedia bagipernafasan
hewan-hewan sangat kurang.
Gambar 2 : Distribusi Suhu Vertikal

Sumber : Herlina (2020)

7
Lapisan termal atau metalimnion di danau (termoklin adalah
lapisan dalam fluida bervolume besar (seperti laut, danau, atau
atmosfer) yang mengalami temperature ekstrim seiring dengan
perubahan kedalamannya. Di lautan termoklin membagi lapisan
atas dengan lapisan bawah yang memiliki air tenang. Bisa jadi
termoklin adalah fitur semi permanen dalam perairan karena
keberadaan lapisan ini sangat bergantung kepada musim, lintang
dan pencampuran turbulen oleh angin. Lapisan termoklin terbentuk
sebagai akibat adanya pemanasan atau pendinginan radiatif
permukaan air pada siang atau malam hari. Adapun beberapa faktor
yang mempengaruhi kedalaman maupun ketebalan termoklin.
Faktor tersebut meliputi varisi cuaca musiman, garis lintang dan
kondisi lingkungan sekitar, seperti pasang surut dan arus fluida.
Kedalaman termoklin bervariasi. Ini bersifat semi-
permanen di daerah tropis, variable di daerah berikilim sedang dan
dangkal hingga tidak ada didaerah kutub karena kolom air dingin
dari permukaan hingga dasar. Lapisan es laut akan bekerja sebagai
selimut insulasi. Sebuah termoklin dimana air turun pada suhu
beberapa derajat Celcius secara mendadak terkadang dapat diamati
antara dua badan air, misalnya dimana air yang lebih dingin
mengalir ke lapisan permukaan air yang lebih hangat. Fenomena ini
memberi tampilan kaca keriput yang sering digunakan untuk
mengeblurkan kaca jendela kamar mandi dan disebabkan oleh
indeks bias diubah dari kolom air dingin atau hangat. Fenomena
yang sama dapat diamati pada saat udara panas naik dari landasan
di bandara atau jalan gurun yang menimbulkan fatamorgana.
Selain di laut termoklin juga bisa diamati pada danau.
Selama musim panas, air hangat yang kurang padat akan berada di
atas air yang lebih dingin yang bersifat lebih padat. Lapisan
termoklin berada ditengah memisahkan mereka. Dalam cuaca

8
yang tenang biasanya sistem akan stabil maka pencampuran air
hangat dan air dingin akan sangat minim terjadi.
Salah satu bukti dari kestabilan ini adalah bahwa saat musim
panas terus berlangsung akan semakin sedikit kadar oksigen
dibawah termoklin karena tidak pernah bersikulasi ke permukaan
hingga organisme dalam air menghabiskan oksigenyang tersedia.
Kemudian saat mendekati musim dingin suhu air permukaan
meningkat karena adanya pendinginan malam hari yang dominan
terhadap perpindahan panas.

4. Siklus Suhu Tahunan


Pada musim tertentu danau-danau bercampur dari permukaan
hingga ke dasar setiap tahun. Danau seperti itu bersifat holomiktik, yaitu
kategori yang mencakup semua danau yang bercampur atau
bersikulasi satu kali atau lebih dalam setahun. Saat musim dingin
danau-danau tersebut ditutupi es. Sedang selama panas, terdapat
tingkatan termal, dengan indikasi perbedaan kepadatan suhu yang
diturunkan memisahkan air permukaan yang hangat (epimilion), dan air
dasar yang lebih dingin (hypolimnion).
Pencampuran tersebut biasanya terjadi selama musim semi dan
musim gugur, ketika danau dalam kondisi “isothermal” yang berarti
memiliki suhu yang sama dari atas hingga ke bawah. Suhu kepadatan
maksimum air danau mendekati 4°C jika tanpa adanya perbedaan
suhuatau kepadatan, danau siap bercampur dari atas ke bawah. Selama
musim dingin setiap pendinginan tambahan di bawah 4°C akan
menghasilkanstratifikasi kolom air.7
Setelah es mencair pada musim semi, kolom air tercampur oleh
angin. Pada danau besar, kolom air bagian atas sering berada pada
suhu dibawah 4°C saat es mencair, sehingga pegas ditandai dengan
pencampuran yang berkelanjutan melalui konveksi cahaya matahari

7
Harlina, LIMNOLOGI Kajian Menyeluruh Mengenai Perairan Darat, Gunawan Lestari
: Makasar (2020),

9
hingga kolom air mencapai 4°C. Sedangkan pada danau-danau kecil
periode pembalikan pegas bisa berlangsung singkat. Saat kolom air
bagian atas memanas melewati 4°C stratifikasi termal mulai berkembang.
Selama musim panas, panas akan berfluktuasi dari atmosfer
menuju danau hingga menghangatkan lapisan permukaan. Ini
menghasilkan danau yang memiliki stratifikasi termal yang kuat dengan
lapisan epilimnion yang hangat dan hipolimnion yang dingin dan
dipisahkan oleh metalimnion. Dalam metalimnion tersebut ada termoklin
biasanya didefinisikan sebagai wilayah yang memiliki gradient suhu
melebihi 1°C/m. Karena kepadatan stabil, termoklin dapat menghambat
poencampuran dengan cara mengurangi transport oksigen terlarut.
Selama musim panas stratifikasi pada sebagian besar danau dapat
diamati saat danau mengalami gelombang internal karena input energi
oleh angin. Jika danau kecil atau danau yang panjangnya kurang dari
5km, maka periode seiche internal diperediksi dengan baik oleh rumus
Merian. Gelombang internal periode panjang di danau yang lebih besar
dapat dipengaruhi oleh gaya Coriolis (karena rotasi bumi).
Pada akhir musim panas atau musim gugur, suhu udara turun dan
bagian permukaan danau menjadi lebih dingin sehingga menghasilkan
lapisan campuran yang lebih dalam sampai pada titik kolom air menjadi
isothermal dan umumnya tinggi oksigen terlarut. Kombinasi angin dan
suhu udara pendingin terus membuat kolom air tercampur.
Danau-danau di wilayah yang memiliki empat musim pada
musim dingin akan terlihat bahwa air membeku hanya pada permukaan
danau saja. Kejadian tersebut merupakan hasil dari anomali air,
umumnya zat-zatakan memuai jika suhunya meningkat dan menyusut
jika suhunya turun. Contohnya yaitu permukaan air raksa pada
thermometer yang naik bila berada pada suhu ruangan tinggi. Namun
sifat ini tidak berlaku sepenuhnya untuk air, karena jika suhu air
meningkat misal dari 0°C ke 4°C maka air tidak memuai tetapi malah
menyusut dan jika suhu airmenurun dari 4°C ke 0°C maka air akan
memuai. Kemudian saat suhu air diatas 4°C akan kembali normal.
Perilaku inilah yang disebut anomali air

1
Adanya percampuran atau sirkulasi pada danau menjadikan
jenis danau terbagi menjadi dua yaitu danau meromiktik dan non-
meromiktik.. Danau meromiktik adalah danau yang tidak pernah
mengalami pencampuran sama sekali hingga bertahun-tahun. Sedangkan
danau non- meromiktik adalah danau yang setidaknya satu kali dalam
setiap tahun akan mengalami pencampuran fisik antara permukaan dan
perairan dalam.
Danau holomiktik adalah danau yang memiliki suhu dan
kepadatan yang seragam dari atas ke bawah pada waktu tertentu
sepanjang tahun yang memungkinkan air danau bercampur sempurna.
Sebagian besar danau bersiat holomiktik sangat jarang sekali dijumpai
danau yang bersifatmerimiktik. Ada beberapa jenis danau holomiktik :
1) Danau monomik dingin
Danau monomik dingin adalah danau yang tertutupi es
sepanjang tahun. Es mencegah danau-danau ini bercampur di
musim dingin. Dalam musim panas yang singkat mereka, air
pada stratifikasi termal tidak signifikan. Mereka bercampur
secara menyeluruh. Danau- danau ini biasanya terletak pada
wilayah beriklim dingin. Contoh danau monomiktik dingin
adalah Danau Beruang Besar yang berada di Kanada.8
Gambar 3: Great Bear Lake

Sumber : joyfulportfolio.co.uk

8
Wayne R, dkk. "Modelling of Physical Processes and Assessment of Climate Change
Impacts in Great Bear Lake". Atmosphere-Ocean. (2012) 50 (3): 317–333.

1
2) Danau monomik hangat
Danau monomiktik hangat adalah danau yang tidak
pernah beku dan mempunyai stratifikasi termal sepanjang tahun.
Perbedaan kerapatan antara epilimnion dan hypolimnion
menyebabkan mereka tidak bisa bercampur di musim panas.
Saat musim dingin Air permukaan mendingin hingga suhunya
sama dengan air dasar sehingga tidak ada stratifikasi termal yang
signifikan. Kemudian danau-danau ini bercampur setiap musim
dingin dari atas ke bawah. Perubahan ini dapat ditandai dengan
adanya perubahan warna yang mencolok.9 Contoh danau ini
adalah Danau Biru di Australia Selatan.
Gambar 4: Blue Lake

Sumber : www.abc.net.au

3) Danau polimiktik
Dalam danau ini air beredar secara terus menerus
dimana percampuran terjadi beberapa kali dalam setahun.
Danau polimiktik biasanya memiliki perairan dangkal.
4) Danau dimiktik
Di danau dimiktik percampuran terjadi dua kali setahun
(biasanya saat musim semi dan musim gugur)
5) Danau oligomiktik
Danau oligomiktik adalah danau yang percampurannya
jarang atau lambat terjadi.
6) Danau meromiktik

9
William M. Lewis Jr. A revised classification of lakes based on mixing . Canadian
Journal of Fisheries and Aquatic Sciences. (1983). 40 (10).

1
Danau yang tidak pernah mengalami percampuran atau
bersikulasi sehingga tidak terdapat stratifiksi termal air. Danau
jenis ini mempunyai kandungan garam terlarut yang tinggi pada
lapisan bawah sehingga menyebabkan kerapatan air antara
bagian atas dan bawah yang berbeda.10 Contoh danau
meromiktik adalah danau garam besar yang letaknya di Amerika
Serikat bagian barat.
Gambar 5: Great Salt Lake

Sumber : www.newsblocker.com

Danau meromiktik biasanya dapat dibagi menjadi tiga bagian


atau lapisan. Lapisan bawah dikenal sebagai monimolimnion; air di
bagiandanau ini bersirkulasi sedikit, dan umumnya hipoksia dan lebih
asin daripada bagian danau lainnya. Lapisan atas disebut mixolimnion
dan padadasarnya berperilaku seperti danau holomik. Area di antaranya
disebut sebagai chemocline.

Danau meromiktik dapat terbentuk karena beberapa alasan:

1) Cekungan ini luar biasa dalam dan sisi curam dibandingkan


dengan luas permukaan danau
2) Lapisan bawah danau sangat asin dan lebih padat dari lapisan
atas air.

Kurangnya pencampuran antar lapisan menciptakan lingkungan


yang sangat berbeda bagi organisme untuk hidup di antara konsekuensi

10
Gunawana Lestari. Limnology : Kajian Menyeluruh Mengenai Perairan Darat.
Makassar:. (2021). hlm. 85–88.

1
stratifikasi ini, atau pelapisan yang stabil, air danau adalah bahwa lapisan
bawah menerima sedikit oksigen dari atmosfer, sehingga menjadi
kehabisan oksigen. Sementara lapisan permukaan mungkin memiliki 10
mg / L atau lebih oksigen terlarut di musim panas, kedalaman danau
meromiktik dapat memiliki kurang dari 1 mg/L. Sangat sedikit organisme
yang dapat hidup di lingkungan yang miskin oksigen.

B. Pergerakan Air dan Arus


1. Pergerakan Air
Pergerakan air ialah adanya pergerakan massa air yang berasal dari
satu bagian menuju ke bagian yang lain, dimana pergerakan air ini dapat
dilakukan dengan bergerak ke atas (vertikal) dan juga bergerak ke
samping (horizontal). Pergerakan di perairan darat terjadi pada perairan
mengalir seperti pada sungai dan anak sungai, dan juga ada pada perairan
menggenang seperti pada waduk dan danau. 11
Kecepatan pergerakan air mengalir bergantung dari kondisi dan
bentuk perairan seperti bentuk airan air yang berkelok dan lurus, jumlah
vegetasi, kecuraman lereng, jenis batuan dan tanah yang berada di
perairan dan juga penghalang. Aliran air bergerak melewati tanah dan
batuan kasar, setelahnya baru air melewati batuan yang berpori tinggi.
Sistem pergerakan air pada perairan mengalir seperti pada sungai
dan anak sungai terjadi melalui jaringan saluran yang terkumpul dan
bergerak limpasan. Limpasan terjadi ketika ada air yang berlebih yang tidak
terserap. Limpasan muncul dari air hujan, air es, dan air tanah.Limpasan air
sungai bergantung bentuk sungai, batuan, tanah dan juga kondisi tumbuh-
tumbuhan disekitarnya.
Kecepatan aliran sungai sangat mempengaruhi pergerakan aliran air,
saat dalam kecepatan yang tinggi aliran air akan memotong batuan dasar
dalam keadaan satu garis lurus, kecepatan tinggi terjadi apabilaterdapat
bebatuan yang mencukupi di sungai. Sementara itu ketika

11
Harlina, LIMNOLOGI Kajian Menyeluruh Mengenai Perairan Darat, Gunawan Lestari
: Makasar (2020), 90

1
kecepatan air rendah maka alira air akan berliku-liku mengikuti jenis batuan
dan keadaan dasar sungai.
Bentuk aliran air yang lurus lebih rentan menyebabkan pengikisan
sungai di bagian sisi-sisinya dan juga bagian dalam sungai. Pada sungai
terdapat beberapa pola aliran air yang terbentuk dari keadaan yang dilewati
oleh sungai. Pola aliran sungai tersebut diantaranya 12:
1) Pola aliran denritik
Aliran dendritik membentuk pola yang menyerupai bentuk batang
pohon yang memiliki percabangan tak teratur. Percabangan pada pola
aliran dendritik menuju berbagai arah yang kemudian pada akhirnya
bersatu menuju induk sungai. Sungai dengan pola aliran ini biasanya
melewati batuan homogen yang tak terkontrol atau pada batuan sedimen
yang memiliki lapisan horizontal. Contoh dari sungai beraliran
dendritik ini ialah sungai yang alirannya berada di atas batuanyang tidak
resisten pada erosi, yang nantinya tekstur sungai akan terbentuk menjadi
rapat. Sebaliknya apabila alirannya ada di batuan yang resisten, maka
yang terbentuk adalah sungai bertekstur renggang. Dapat ditemukan di
dataran rendah di daerah timur Sumatera dan juga Kalimantan.
Gambar 6 : pola aliran dendritik

Sumber : www.geografi.org

12
Danang primanggara dan Suprapto. “Studi Morfologi dan Mafrometis Das Way
Mesuji”. Jurnal Ilmiah Teknik Pertanian-TekTan. (2014). 6 (1), 62-63.

1
2) Pola aliran pararel
Aliran air pada sungai pararel ini antara anak sungai dan sungai utama
saling berdampingan dan hampir sejajar. Air menuju sungai utama
sebagai tempat bermuara dengan sudut yang lancip, ada juga yang
bermuara langsung ke laut. Sungai yang membentuk pola aliran pararel
melewati daerah lereng yang berstruktur dan daerah yang berdekatan
dengan pantai. Pola pararel banyak dijumpai di sungai-sungai yang
dekat dengan kawasan daratan pantai yang masi muda dan memiliki
lereng asli yang arah kemiringan lerengnya menuju ke laut.
Gambar 7 : Pola aliran pararel

Sumber : www.dosenpendidikan.co.id

3) Pola aliran radial


Pola aliran air radial membuat aliran air yang berasal dari satu titik
ketinggian tertentu bergerak menuju ke segala arah. Pola radial dapat
tercipta apabila terdapat cekungan diatas permukaan. Pola aliran radial
umumnya ada di dekat daerah yang memiliki lereng gunung berapi atau
darah yang memiliki topografi menyerupai kubah, contohnya ada pada
sungai-sungai di lereng gunung Semeru di Jawa Timur dan gunung
merapi di Yogyakarta.
Gambar 8 : Pola aliran radial

Sumber : www.geografi.org

1
4) Pola aliran trellis
Bentuk aliran pola ini panjang-panjang atau mirip dengan pola pagar,
dimana Pola trellis umunya mencirikan bahwa sungai tersebut ada di
batuan yang memiliki kemiringan kuat dan berlipat. Pola aliran trellis
terjadi karena adanya gabungan antara jenis sungai konsekuen dan
subsekuen. Tak hanya itu pola aliran ini dapat dibentuk pula pada
sepanjang lembah paralel lipatan pegunungan. Sungai-sungai yang
membentuk pola aliran ini akan bergerak melewati lembah dan akan
berjumpa di saat mencapai saluran utama. Pola ini dapat di jumpai
misalnya di daerah pegunungan lipatan yang ada di Sumatera Barat.
Gambar 9 : Pola aliran trellis

Sumber : www.geografi.org

5) Pola aliran annular


Dalam pola ini anak sungai dan sungai secara bersama-sama melingkar
dan menciptakan sudut yang hampir tegak lurus. Pola ini terbentuk
sebab aliran air sungai melewati batuan lunak dan keras yang saling
berselang seling. Pola aliran annular terdapat di daerah dome atau
kaledra staium dewasa, dapat pula di temukan di sungai jenis konsekuen,
resekuen, subsekuen, dan obsekuen.

1
Gambar 10 : Pola aliran annular

Sumber : memenangkan.com

6) Pola aliran sentripetal


Sungai dengan pola aliran ini mengalir dari beragam arah yang bertujuan
ke satu titik pusat yang membentuk cekungan. Dari pola aliran
sentripetal ini dapat berkembang berubah menjadi pola annular dan
bebrapa jenis sungai akan muncul seperti sungai obsekuen, resekuen,
dan sungai subsekuen sejajar.
Gambar 11 : Pola aliran sentripetal

Sumber : ekosistem.co.id
7) Pola Aliran Rektangular
Pola aliran ini biasanya ada di wilayah yang memiliki batuan beku,
sehingga alur aliran pada sungai akan lurus sebagaimana struktur
patahan yang ditandai dengan bentuk sungai yang tegak lurus. pola

1
aliran rektangular dapat di temui pada daerah yang memiliki batuan
berkapur, contohnya di daerah gunung kidul, Yogyakarta.
Gambar 12 : Pola aliran Rektangular

Sumber : www.geografi.org
Adapun untuk perairan menggenag seperti misalnya danau, terdapat
2 jenis danau berdasarkan aliran airnya, diantaranya :
1) Danau Aliran (running water lake)
Danau tipe ini memperoleh aliran air dari sungai, dan juga menyalurkan
air untuk sungai yang ada di bawahnya. Sehingga dalam danau ini
terdapat jalan untuk keluar (oulet) air. Salah satu contoh danau aliran
yaitu ada di danau dibawah dan danau diatas yang ada di di Kabupaten
Solok, Sumatera Barat. Dimana pintu keluar utama (outlet)pada danau
dibawah adalah sungai Lembang, dan untuk danau diatas pintu keluar
utamanya menuju ke sungai Gumati yang akan menyatu dengan sungai
Batanghari dan pada akhirnya bermuara di selat berhala yang ada di
dekat selat malaka13.
Gambar 13 : Danau Dibawah Gambar 14: Danau Diatas

Sumber : Anugerah notji, (2016) Sumber : Anugerah notji, (2016)


2) Danau tanpa jalan keluar (lake without outlet)

13
Anugerah Nontji. 2016. Danau-Danau Alami Nusantara. Lipi : Jakarta. h.48-50

1
Danau ini menerima air dari sungai, akan tetapi danau tidak dapat
mengalirkan air nya sebab tidak ada jalan keluar. Sehingga air danau
dapat berkurang hanya jika terjadi proses penguapan. Contoh danau
yang tidak memiliki jalan keluar adalah danau Aneuk Laot yang
berada di dekat Kota Sabang di Pulau Weh, Aceh. Danau ini tidak
memiliki pintu masuk untuk aliran sungai permukaan dan juga tidak
memiliki pintu keluar (outlet) yang berupa sungai. 14
Gambar 15 : Danau Aneuk Laot

Sumber : Anugerah notji, (2016)

2. Arus Air
Pada saat massa air bergerak menuju kesetimbangan yang
mengakibatkan berpindahnya massa air baik secara vertikal maupun
15
horizontal, maka ini disebut sebagai arus. Pemanasan matahari yang
berbeda-beda di setiap tempat membuat adanya perbedaan energi,
sehingga untuk menyeimbangkan energi di berbagai tempat ini maka
terjadilah arus dan juga angin. Arus dan angin saling berhubungan satu
sama lain, dimana angin juga dapat menyebabkan arus. Selain itu adaya
tekanan yang berbeda diberbagai tempat di perairan juga dapat
menimbukan arus air. Pada perairan darat baik yang menggenang maupun
yang mengalir arus air memegang peranan yang penting. Hal ini
dikarenakan proses penyebaran organisme perairan, pelarutan gas-gas dan
mineral yang ada di air berhubungan erat dengan arus air yang ada di
dalammnya.

Arus air yang terjadi di perairan mengalir bersifat turbulen.


Turbulen berarti arus air tersebar ke seluruh permukaan perairan melalui

2
gerakan yang berjalan menuju ke segala arah. Selain arus turbulen,
adapula arus laminar yang hanya bergerak ke satu arah. Keceptan arus
sangat sulit untk dibatasi sebab air dalam ekosistem akan mengalami
fluktasi yang dipengaruhi oleh aliran dan debit air serta keadaan
komponen yang ada di dalamnya. Contohnya saat hujan deras maka debit
air bertambah dan berpengaruh pada kecepatan arus air. Adapun alat yang
dapat digunakan untuk mengukur kecepatan arus adalah Current Meter.

Gambar 16 : Current Meter

Sumber : Modul Pengukuran Hidrologi

Current meter memiliki bagian-bagian sebagai berikut :

1. Baling-baling

Baling-baling pada current meter berfungsi sebagai sensor untuk


mendeteksi kecepatan arus. Bagian ini terbuat dari streamline
styling, terdapat pula bagian pelengkap yang terd propeler,
generatir, sirip pengarah dan juga kabel-kabel.

2. Contac box

Bagian ini adalah bagian yang berperan untuk mengubah putaran


dari baling-baling menjadi sebuah signal elektrik yang berupa
suara atau gerakan jarum pada kotak monitor berskala, terkadang
ada pula signal yang berupa digital.

3. Headphone

Digunakan untuk mengetahui jumlah putaran baling-baling yang

2
terdengar dari suara “klik. Terkadang bagian ini jugabisa di ganti
dengan monitor box sehingga nantinya terdapat jendela petunjuk
kecepatan aliran yang dapat dilihat secara langsung.

4. Pemberat

Pemberat dibutuhkan untuk menahan agar current meter tidak


terbawa arus air. pemberat yang digunakan dapat disesuaikan
dengan besar kecilnya debit sungai yang diukur.

Current meter bekerja dengan cara mengukur besarnya


kecepatan arus dengan mengitung jumlah putaran baling-baling
yang ada current meter tersebut.

Perhitungan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk :


Keterangan :
V = an+b
V = Kecepatan aliran

n = jumlah putaran waktu tertentu

a dan b = tetapan konstan yang telah ditentukan dengan kalibrasi alat


di labolatorium

Pengukuran arus menggunakan current meter ini dapat


dilakukan di beberapa titik dalam suatu penampang aliran.
Dikarenakan dalam prakteknya nanti distribusi kecepatan aliran
secara vertikal tidak merata maka pengukuran menggunakan current
meter ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :

1) Pengukuran pada satu titik yang umumnya dilakukan jika


kedalaman aliran kurangdan 1 meter. Alat ditempatkan pada
kedalaman 0,6 h diukur dari muka air.

2) Pengukuran pada beberapa titik, dilakukan pada kedalaman 0,2


h dan 0,8 h diukurdari muka air. Kecepatan rerata dihitung
sebagai berikut: V=0,5(V0,2 +V0,8

3) Pengukuran dengan tiga titik dilakukan pada kedalaman 0,2 H,


0,6 h dan jugapada 0,8 h. Hasilnya dirata-ratakan dengan
rumus: V = 1/ 3(V0,2+V0,6+V0,8)

2
Sementara itu pada perairan menggenang atau lentik water,
arus air sangat bergantung pada besarnya kekuatan angin. Arus air
akan semakin kuat saat tiupan angin yang ada semakin kencang, dan
membuat lapisan air akan semakin terpengaruh menjadi lebih dalam.
Schwoerbel (1987) menyatakan hubungan antara kecepatan angin
dan kecepatan arus sebagai berikut17 :

Tabel 2. Hubungan antara Kecepatan Angin dan Arus


Kecepatan angin (cm/det) Kecepatan arus (cm/det)
200 6, 66
500 11, 66
1000 17, 50

Arus di perairan yang menggenang terbagi dalam 3 kategori,


yaitu ada arus vertikal, arus horizontal, dan juga arus batik.18
1. Arus vertikal
Arus vertikal ialah arus yang muncul akibat pengaruh daritemperatur
yang tidak stabil, morfologi dan hidrostatis. Arus ini biasanya timbul
pada bagian bawah permukaan yang dalam. Arus vertikal jarang
terjadi di danau namun dapat saja terjadi di danau yang besar. Arus
vertikal akan berpengaruh pada penyebaran plankton di perairan.
Gambar 17 : Arus Vertikal

17
Ibid, 41.
18
Harlina, LIMNOLOGI Kajian Menyeluruh Mengenai Perairan Darat, Gunawan Lestari
: Makassar (2020), 93

2
Sumber : www.istockphoto.com
2. Arus horizontal
Arus horizontal pada danau terjadi sebab pengaruh dari angin atau
shoreline (basin) dari danau tersebut. Di danau arus ini sudah biasa
ada. Sekitar 5% angin yang terjadi pada danau besar akan
mengakibatkan arus horizontal, sementara itu di danau kecil
pengaruh angin dalam membuat arus horizontal ± 5%. Selain angin,
letak lintang juga berpengaruh membawa angin ± 2% yang akan
menimbulkan arus horizontal. Namun arus horizontal juga dapat
terjadi karena pengarul aliran masuk (inflow) dan juga aliran keluar
(outflow) sehingga meskipun angin tidak ada, arus horizontal masih
tetap akan muncul.
Gambar 18 : Arus Horizotal

Sumber : http://geoenviron.blogspot.com
3. Arus batik (under flow)
Arus batik terjadi sebab adanya timbunan air pada bagian expased
shore. Timbunan air muncul karena ada air yang berlebih, dan untuk
mengembalikan air ke dasar danau maka terjadilah arus batik ini.

2
Gambar 19 : Arus under flow

Sumber : www.kaskus.co.id

C. Aspek Kimia Perairan Darat


Komposisi dalam perairan dipengaruhi oleh proses-proses fisika,
kimia dan biologi yang terjadi. Air tawar berasar dari hujan atmosfor yang
mengandung bervariasi zat organik dan anorganik. Partikel-partikeltersebut
mengandung garam-garam lautan, debu, emisi industri sebagai inti dan uap
air yang mengalami kondensasi menjadi awan. Adanya hujan yang jatuh
ke daat menyebabkan aliran permukaan (run off) di atas tanah dan bantuan
yang melarutkan bermacam-macam zat sehingga kandungan mineral air
hujat akan meningkat. Tingkat mineralisasi dan tipe zat anorganik yang larut
pleh aliran geologi dan waktu kontak antara air dan bahan mineral. 19
Air melalui vegetasi juga akan melarutkan berbagai senyawa
organik. Bahan partikel baik organik maupun anorganik tersuspensi dalam
aliran permukaan. Air mengalir mencapai kolam, danau atau waktu, bahan
partikel yang lebih besar mengendap karena gerakan turbulensi kurang
cukup mensuspensi kembali. Reaksi-reaksi dapat terjadi antara air dan
lumpur dasar, antara zat=zat terlarut berbeda, antara zat-zat terlarut dan
tersuspensi karena komponen-komponen dalam sistem akuatik jarang, jika
ada, seluruhnya dalam keadaan setimbang/ekuilibrium.
Evaporasi yang berlebihan menyebabkan peningkatan konsentrasi
zat-zat terlarut. Proses biologi mengubah komposisi air melalui
pengambilan ion-ion atau gas-gas atau melelui pelepasan hasil

19
Brotowijoyo, Tribawono dan Mulbyantoro, Pengantar Lingkungan perairan dan
Budidaya Air, (Yogyakarta: Liberty, 1995), h. 176.

2
metabolisme. Beberapa hal proses biologi merupakan faktur utama yang
mengatur konsentrasi zat-zat. Contoh oksigen terlarut dan karbon dioksida
bebas dalam air kolam dipengaruhi oleh jumlah fotosistesis dan respirasi.
1. Oksigen
Oksigen (zat asam) adalah unsur kimia dalam sistem tabel
periodik yang mempunyai lambang “O” dan nomor atom 8. Oksigen
merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah
bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi
oksida). Pada temperatur dan tekanan standar, dua atom unsur ini
berkaitan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomik dengan
rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Oksigen
merupakan unsur paling melimpah ke tiga di alam semesta
berdasarkan massa dan unsur paling melimpah di kerak Bumi. Gas
oksigen diatomik mengisi 20,9% valume atmosfer bumi.20
Semua kelompok molekul struktural yang terdapat pada
organisme hidup seperti: protein, karbohidrat, dan lemak, mengandung
oksigen. Demikian senyawa anorganik yang terdapat pada cangkang,
gigi dan tulang hewan. Oksigen dalam bentuk O 2 dihasilkan dari air oleh
siano bakteri ganggang dan tumbuhab selama fotosintesis dan
digunakan pada respirasi sel oleh hampir semua makhluk hidup.
Oksigen beracun bagi organisme anaerob, yangmerupakan bentuk
kehidupan paling dominan pada masa-masa awal evolusi kehidupan.O2
kemudian mulai berakumulasi pada atmosfer sekitar 2,5 milluar tahun
yang lalu. Terdapat pula alotrop oksigen lainnya, yaitu ozon (O3).
Lapisan ozon pada atmosfer membantu melindungi biosfer dari radiasi
ultra violet, namun pada permukaan bumi ia adalah politan yang
merupakan produk samping dari asbut.
Oksigen merupakan unsur yang sangat berperan dalam
kehidupan dan penghidupan yang normal di dunia ini. Tanpa oksigen
proses respirasi dalam organisme tidak akan berjalan, sehingga tentunya
akan diikuti oleh kematian. Begitu pula bahan bakar tidak
20
Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Monografi Sumberdaya Perikanan Danau
Limboto, (Gorontalo, Departemen Kelautan dan Perikanan , (2007), h. 13.

2
akan terbakar, logam tidak berkarat dan yang penting lagi zat-zat orgnik
tidak akan terurai atau mengalami pembusukan tanpa adanya oksigen.
Oksigen terlarut adalah jumlah milligram mol oksigen perliter
atau konsentrasi kelarutan O2 dalam air. Kandungan oksigen terlarut
dalam air sangat penting bagi kehidupan dan penyebaran hewan dan
tumbuhan air yang hidup di dalamnya. Kandungan oksigen rendah
hanya didomonasi oleh beberapa spesies saja. Spesies-spesies tertent
dari kelompok makrozoobentos mempunyai tingkat penyesuaian yang
berbeda terhadap oksigen terlalut dan ada kelompok spesies yang
dapat bertahan dalam kurun waktu yang terbatas, yaitu bila
konsentrasi oksigen terlarut mencapai 1 mg/l. DO adalah jumlah
oksigen yang terlarut di dalam air. Maksimum oksigen yang terlarut
di dalam air di kenal dengan oksigen jenuh. Oksigen masuk ke dalam
air ketika permukaan air bergolak dan berasal dari fotosintesis.
Peningkatan salinitas dan suhu air akan menurunkan tingkat oksigen
jenuh di dalam air. Air yang mengandung oksigen jenuh cukup
untuk mendukung kehidupan organisme air, tetapi oksigen akan cepat
habis bilaorganisme di perairan dalam jumlah yang padat. Tingkat
oksigen terlarut di pengaruhi oleh suhu, salinitas dan ketinggian dari
permukaan laut (dpl). Oksigen dalam Seawater berperan dalam proses
penyerapan makanan oleh makhluk hidup dalam air.Semakin banyak
jumlah oksigen terlarut (DO), maka kualitas air semakin baik dan
begitu pula sebaliknya, jika terlalu rendah, maka timbul bau yang tidak
sedapakibat
degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi.
Reaksi yang terjadi pada Oksigen dalam Seawater
Adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam
menguraikan kandungan dalam air. Reaksi yang terjadi dalam
penguraian tersebut :
komponen organik + O2 + nutrien mikrooganisme CO2 + H2O + sell
baru + nutrien + energi

2
Parameter jumlah oksigen terlarut pada perairan dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 3. Kadar Oksigen Terlarut dan Pengaruhnya Pada
Kelangsungan Hidup Ikan
Kadar Oksigen Pengaruh Terhadap Kelangsungan
Terlarut (mg/l) Hidup Ikan
<03 Hanya sedikit yang bertahan
0.3 – 1.0 Akan menyebabkan kematian pada
ikan jika berlangsung lama
1.0 – 5.0 Ikan akan hidup pada kisaran ini
tetapi pertumbuhannya akan lambat,
bila berlangsung lama
>5.0 Pada kisaran ini, hampir semua
organisme akuatik menyukainnya

Sumber : Effendi (2003)

Oksigen dan karbondioksida merupakan dua bahan pentin dalam


metabolisme jasad di perairan. Jika suatu perbedaan kimia terjadi secara
biogenik maka penyebaran kedua unsur berlawanan. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya stratifikasi karbon dioksida. Jika terlarut
bertambah. Sebaliknya pada waktu proses oksidasi perombakan
mengurangi oksidasi di daerah troplitik, daerah ini diperkaya dengan
karbon dioksida. Selain itu pada malam hari atau cuaca berawan,
oksigen hilang karena perombakan dan pernafasan.
Oksigen terlarut sangat penting untuk respirasi metabolisme
sebagaian besar organisme perairan. Dinamika penyebaran oksigen di
danau dipengaruhi oleh keseimbangan antara masukan dari atmosfir dan
fotosintesus, serta hilangnya oksigen karena oksidasi biotis dan kimia.
Penyebaran oksigen penting untuk kebutuhan langsung berbagai
organisme. Mempengaruhi kelarutan dan ketersediaan unsur hara.
Oleh karena itu, akan mempengaruhi produktivitas ekosistem perairan.

2
Kelarutan oksigen menurut dengan meningkatnya suhu.
Kelarutan oksigen sedikit menurun dengan tekanan atmosfir yang lebih
rendah di daerah altitude yang lebih tinggi dan meningkat pada tekaan
hidrostatis yang lebih besar dari lapisan perairan danau bagian dalam.
Kelarutan oksigen meningkat secara eksponesial dengan meningkatnya
kandungan garam. Karena difusi oksigen dari atmosfir kedalam air dan
di dalam air itu sendiri merupakan proses yang relatif lambat,
percampuran turbulen di perlukan sebagai penyebar oksigen di
atmosfir. Selanjutnya penyebaran oksigen di air dari danau-danau
berstratifikasi panas dikendalikan oleh kombinasi kondisi larutan,
hidrodinamika, masukan dari fotosintesis dan kehilangan untuk oksidasi
metabolis dan kimia.
Oksigen sangat dibutuhkan untuk pernapasan, proses
metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi
untuk pertumbuhan dan reproduksi dan oksidasi bahan-bahan organik
dan anorganik dalam proses aerobik. 21
Salinitas, suhu dan ketinggian dpl meningkatkan maka oksigen
terlarutkan menurun. Oksigen terlarut di air laut lebih rendahdibanding
dengan air tawar. Faktor biologi yang mempengaruhi jumlahoksigen
terlarut di dalam air adalah proses respirasi dan fotosintesis. Respirasi
mengurangi oksigen ke dalam air. Dari sisi lain oksigenterlarut akan
berkurang akibat organisme aerbik yang menghancurkan bahan organik
di dalam air dan oleh respirasi berbagai organisme yang ada di dalam
air. Oksigen terlarut biasanya diukur dengan menggunakan DO-meter.
Alat ini terbagi menjdai dua, yakni DO- meter manual dan DO-meter
digital.22
Nilai DO biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini
menunjukkan jumlah oksigeb yang tersedia dlam suatu badan air.
Semakin rendah nilai DO pada air, maka air tersebut diindikasikan

21
Hasim, Yuniarti Koniyo, Faizal Kasim, “Parameter Fisik-Kimia Perairan Danau
Limboto sebagai Dasar Pengembangan Perikanan Budidaya Air Tawar,” Jurnal : Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan, Vol. 3, No. 4, Desember 2015.
22
Harlina, Limnologi, h. 100.

2
telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana
badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan
mikroorganisme.
Gambar 20 : DO Meter

Sumber : http://isw.co.id/
Cara kerja DO Meter ini pertama yaitu mengisi probe dengan
larutan garam tertentu dan memiliki membran permeable yang secara
selektif mengalirkan DO dari air menuju larutan garam. Kemudian DO
yang terdifusi dalam larutan garam akan mengubah potensi listrik
larutan tersebut. Perubahan tersebut bisa terbaca dalam DO meter.
Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air
disebabkan karena adanya zat pencemar yang adapat mengkonsumsi
oksigen. Zat pencemar tersebut terutama terdiri dari bahan-bahan
organik dan anorganik yani sumber berasal dari berbagai sumber, seperti
kotoran (hewan dan manusia), sampah organik, bahan-bahan buangan
dari industri dan rumah tangga.
Banyaknya oksigen yang larut dalam air bergantung pada:
1) Tekanan yang terdapat pada air, semakin besar tekanan gas
oksigen terhadap permukaan air, semakin besar oksigen yang larut
dalam air (berbanding lurus)
2) Suhu pada air, semakin dingin suhu air, semakin besar oksigen
yang larut dalam air (berbanding lurus)
3) Jumlah mineral yang larut dalam air, semakin besar mineral yang
terkandung dalam air semakin kecil oksigen yang larut dalam air
(berbanding terbalik).

3
Tabel 4. Hubungan antara suhu dengan konsentrasi oksigen terlarut
maksimum pada tekanan 1 atmosfir.

Suhu Konsentrasi Max Suhu Konsentrasi Max


(oC) (ppm) (oC) (ppm)
0 14.6 30 7.6
10 11.3 32 7.4
12 10.8 34 7.2
14 10.4 36 7.0
16 10.0 38 6.8
18 9.5 40 6.6
20 9.2 42 6.4
22 8.8 44 6.2
24 8.5 46 6.0
26 8.2 48 5.8
28 7.9 50 5.6

Oksigen terlarut dapat dianalisis atau ditentukan dengan 2


macam cara, yaitu :

1. Metoda titrasi dengan cara WINKLER

Metode ini lebih sering digunakan dalam penentuan dari kadar


oksigen terlarut. Dan prinsip yang digunakan yaitu berupa titrasi
iodometri. Dengan cara Winkler ini tahapan awal titrasi nya yaitu
dengan menambahkan larutan MnCl2 dan NaOH-KI, dan
menimbulkan endapan Mn02.
Reaksi kimia nya yaitu:

Cara mengukur oksigen (dengan metode winkler)

1. Cara pertama yang dilakukan yaitu dengan terlebih dahulu


mengambil air sebanyak 400cc dengan menggunakan botol
BOD
2. Pada saat pengambilan air,usahakan tidak ada udara yang
masuk atau terperangakap didalam botol.

3
3. Setelah itu tambahkan 8 tetes MnSO4 kedalam botol sampel
4. Lalu tambahakan lah 9 tetes KOH-Kj kedalam botol sampel
5. Botol sampel kemudian di gojlok/kocok yang kemudian
akan membentuk gumpalan kuning didalam larutan.
6. Tambahkan H2SO4 kedalam botol sampel yang akan
mengakibatkan semua gumpalan terlarut.(Dalam
menggunakan H2SO4 perlu kehati-hatian,gunakan apd
lengkap)
7. Tetap hitung berapakah jumlah tetesan H2SO4 yang
ditambahkan kedalam botol sehingga gumpalannya
larut/terlarut.
8. Setelah gumpalan terlarut,pindahkan sampel ke erlenmeyer.
9. Sampel kemudian di titrasi dengan Natrium Tiosulfat
Na2S2O3 hingga sampel berwarna kuning pucat.
10. Dan jangan lupa catat lah seberapa banyak titran yang
digunakan
11. Setelah berwarna kuning pucat,tambahkan indikator
amilum sebanyak 8 tetes sehingga larutan menjadi biru.
12. Titrasi kemudian dilanjutkan kembali hingga larutan
kembali menjadi tidak berwarna.
13. Dan jangan lupa mencatat banyaknya titran yang digunakan
dengan rumus sebagai berikut:

3
1. Metoda elektrokimia
Lalu untuk metode yang kedua yaitu berupa metode elektrokimia
yang mana dalam penentuan nya yaitu oksigen terlarut
menggunakan alat DO meter. Cara kerja dari metode ini adalah
menggunakan probe oksigen yang mana didalamnya terdapat
katoda dan anoda yang keduanya dicelupkan ataupun direndam
kedalam larutan elektrolit. Di alat DO meter,yang biasa digunakan
oleh probe itu berupa katoda perak(Ag) dan Anoda Timbal(Pb).
Secara menyeluruh, membran plastik yang melapisi elektroda
memiliki sifat semi permeabel pada oksigen. Reaksi kimia nya
yaitu:

Sumber oksigen di perairan yaitu:


a. Difussi oksigen dari udara ke dalam air melalui permukaan air.
Karena adanya gerakan molekul-molekul udara yang
berbenturan dengan molekul air sehingga O2 terikat di dalam
air. Kecepatan difusi oksigen dari udara,tergantung beberapa
faktor:
1) Kekeruhan air
2) Suhu
3) Salinitas
4) Pergerakan massa air dan udara seperti arus
5) Gelombang dan pasang surut
b. Adanya aliran air masuk mengakibatkan gerakan air yang
mempu mendorong terjadinya proses difusi oksigen dari udara
ke dalam air.
c. Hujan jatuh secara tidak langsung akan meningkatkan O 2 di
dalam air. Suhu air akan turun, sehingga kemampuan air
mengikat oksigen meningkat, selanjutnya bila valume air

3
bertambah dari gerakan air, akibat jatuhnya air hujan akan
mampu meningkatkan O2 di dalam air.
d. Proses asimilasi atau fotosintesis plankton dan tumbuhan air.
Tanaman air di waktu siang akan melakukan proses fotosintesis
atau asimilasi sehingga akan menambah O2 di dalam air.
Sedangkan pada malam hari tanaman tersebut menggunakan
O2 yang ada di dalam air digunakan untuk pernafasan biota dan
penguraian bahan orgnik.
Pengurangan oksigen dalam badan air disebabkan oleh:
a. Pernafasan biota
b. Penguraian bahan organik
c. Kenaikan suhu
d. Penurunan oksigen terbesar terjadi pada saat gabungan dari
sebab-sebab tersebut terjadi secara serempak.

Sebagian besar oksigen pada perairan danau dan waduk


merupakan hasil sampingan aktivitas fotosintesis. Perairan danau,
oksigen lebih banyak dihasilkan oleh fotosintesis alga yang banyak
terdapat pada zone epilimnion, sedangkan pada perairan tergenang
yang dangkal dan banyak ditumbuhi tanaman air pada zone litoral,
keberadaan oksigen lebih banyak dihasilkan oleh aktivitas
fotosintesis tanaman air.

Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator


kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses
oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Dalam kondisi
oerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan
organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang
pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Karena
proses oksidasi dan reduksi mengurangi beben pencemaran pada
perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang
ditujukan untuk memurnikan buangan industri dan rumah tangga.

3
Proses perombakan bahan organik memerlukan oksigen
sehingga konsentrasi oksigen dalam perairan akan menurun.
Konsentrasi oksigen rendah akan meningkatkan kecepatanrespirasi,
menurunkan efisiensi respirasi dan pertumbuhan yang dapat
berakibat pada kematian masal. Konsentrasi oksigen terlarut dalam
perairan bergantung pada variasi dari temperature. Oksigen
merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga jikaketersediaannya
dalam air tidak mencukupi kebutuhan ikan, maka segala aktivitas
dan proses pertumbuhan ikan akan terganggu bahkan akan
mengalami kematian. Kebutuhan oksigen mempunyai dua aspek
yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan
konsumtif yang bergantung pada keadaan metabolisme ikan.

Keseimbangan oksigen terlarut dalam air secara alamiah


akan terjadi secara berkesinambungan. Mikroorganisme sebagai
makhluk terkecil dalam air, untuk pertumbuhannya membutuhkan
sumber energi yaitu unsur karbon yang dapat diperoleh dari bahan
organik yang berasal dari tanaman, ganggang yang mati, maupun
oksigen yang berdifusi dari udara. Bahan organik tersebut oleh
mikroorganisme akan diuraikan menjadi karbondioksida dan air.
Karbondioksida selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman dalam air
untuk proses fotosintesis membentuk oksigen.

Pencemaran air yang berlebihan akan menyebabkan


oksigen terlarut dalam air pada kondisi yang kritis atau merusak
kadarkimia air. Rusaknya kadar kimia air tersebut akan
berpengaruhpada fungsi dari air. Besarnya beban pencemaran yang
ditampung oleh suat perairan, dapat diperhitungkan berdasarkan
jumlah polutan yang berasal dari berbagai sumber aktivitas air
buangan dari proses- proses industri dan buangan domestik yang
berasal dari penduduk.

3
2. Karbondioksida
Karbon dioksida (CO2) sangat larut dalam air, namun dalam
atmosfir relatif sedikit (0,003%) dan konsentrasi CO2 ekuilibrium
dalam air murni (H2O) sedikit. Karbondioksida dalam air dapat berasal
dari pengikatan langsung dari udara bebas dan melalui proses respirasi
organisme. CO2 dalam air meskipun sangat mudah larut dalam air tetapi
umumnya berada dalam keadaan terikat dengan air membentuk asam
karbonat (H2CO3). Karbondioksida dalam perairan sangat dibutuhkan
terutama oleh tumbuh-tumbuh air termasuk algae untuk fotosintesis.
Pergerakan air yang melalui vegetasoi dan tanah mengambil
karbondioksida yang lepas dari udara tanah. Karbondioksida bergabung
secara kimiawi dengan air membentuk asam karbonat yang
mempengaruhi pH air. Asam karbobat sebagaian menghasilkan
hidrogen dan bikarbonat. Ion bikarbonat terurai lebih lanjut membentuk
lebih banyak ion hidrogen serta ion karbonat. Lazimnya terdapat sekitar
0,5 ml/l sebagai karbon dioksida bebas. Sejumlah besarkarbondioksida
berada dalam bentuk bikabonat dan karbobat yang dikenal sebagai
karbondioksida gabungan, tetap atau terikat. Air dengan pH rendah,
gabungan karbondioksida diubah menjadi bentuk bebas.
Bertambahnya anion-anion beikarbonat dan karbonat, aircenderung
menjadi bersifat basa dan cenderung menahan perubahan ion hidrogen,
ini disebut tindakan penyangga dan menyebabkan fluktuasi pH yang
umum dalam sistem air tawar.
Gambar 21 :CO2 Analyzer

Sumber : Kompasiana

3
Cara mengukur CO2 terlarut :
1. Dilakukan dengan mengambil air sampel sebanyak 200cc dan
dimasukkan kedalam erlenmeyer
2. Sampel kemudian ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes
3. Lakukan titrasi pada sampel dengan NaOH sambil
di goyangkan
4. Titrasi dilakukan hingga larutan menjadi sedikit merah
muda yang sudah konstan(tidak berubah lagi)
5. Jangan lupa mencatat banyaknya titran yang digunakan
kadar CO2 yang bisa didapatkan melalui rumus:

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan karbondioksida


dalam air,diantaranya :
a. Temperatur
Temperatur perairan menjadi salah satu faktor pengaruh dalam
kelarutan CO2 dalam air. Hal ini dikarenkan dengan naiknya temperatur
akan mengakibatkan gas karbondioksida akan keluar atau lepas dari air.
Dengan keluarnya CO2 dari air maka kadar dari CO2 itu akan semakin
rendah.
b. Kandungan garam dalam air
Di dalam air (laut) bersama dengan kalsium,karbondioksida yang
terlarut akan bereaksi untuk membentuk CaCO 3 . CaCO3 atau garam
karbonat yang dihasilkan memiliki fungsi sebagai kontrol untuk
kelarutan dan pengendapan kalsium (poli,meta) fosfat dan juga sebagai
komponen penting yaitu untuk penyangga agar tidak terjadi pH
perairan. Tinggi rendahnya kadar CO2 bebas akan mempengaruhi
kandungan Ca, dan seterusnya akan mempengaruhi kadar orto-fosfat
dalam suatu perairan.
c. Derajat keasaman (pH)
Menurut Harvey (1974),jika karbondioksida dilepaskan dari air semisal
ketika tanaman melakukan proses fotosintesis atau juga dengan
menangkap udara bebas untuk masuk kedalamnya maka pH(derajat
3
keasaman)akan mengalami penambahan,tekanan parsial berkurang dan
ion karbonat akan terbentuk karena perubahan dari ion bikarbonat.
d. Lapisan minyak
Lapisan minyak dapat mempengaruhi kelarutan dari CO 2 apabila ia
menutupi permukaan air. Karena CO2 dalam air itu diperoleh dari
proses difusi udara dan dengan adanya lapisan minyak maka proses
difusi itu akan terganggu dan kadar karbondioksida dalam air pun akan
berkurang.
e. Gelombang/turbulensi
Dengan adanya gelombang/turbulensi maka akan semakin
mempermudah proses pelarutan karbondioksida dalam air. Karena CO 2
yang asalnya dari atmosfir bisa mengalami kelarutan didalam air yang
merupakaan hasil dari interaksinya pada permukaan air laut.
f. Kandungan fitoplankton
Proses respirasi dan fotosintesis yang di lakukan Fitoplankton dapat
mempengaruhi kadar karbondioksi yang ada dalam air laut.
Fotosinteisis dilakukan oleh fitoplankton pada saat siang hari dan CO 2
akan diserap oleh nya.Dengan diserapnya karbondioksida oleh
fitoplankton,maka kadar CO2 dalam air akan menurun. Dan di malam
harinya, Fitoplankton akan mengeluarkan karbondioksida kedalam air
sebagai akibat proses respirasi yang fitoplankton lakukan. Dengan
proses respirasi maka kadar karbondioksida dalam air akan
bertambah. Karbon dioksida yang dihasilkan dalam proses respirasi
ini akan bereaksi dengan air laut menghasilkan H2CO3 yang bersifat
asam. Hal ini akan menyebabkan pH air laut menjadi turun.23

Kandungan karbondioksida (CO2) dalam suatu perairan


maksimal 20 ppm. Kandungan karbondioksida bebas (CO2) pada
perairan melebihi 20 ppm, maka membahayakan biota bahkan
meracuni kehidupan organisme perairan. Kandungan karbondioksida
bebas dalam suatu perairan lebih tinggi dari 12 ppm dapat

3
membahayakan kehidupan organisme perairan dapat diasumsikan
bahwa bila dalam suatu perairan kadar karbondioksita berlebihan
dapat berdampak kristis bagi kehidupan binatang air.

3. Alkalinitas
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan
asam atau dikenal dengan acid neutralizing capacity (ANC) atau
kuantutas anion dalam air yang dapat menetralkan kation hydrogen.
Alkainitas dapat diartikan sebagagai kapasitas penyangga terhadap

3
perubahan pH perairan. Penyusun alkalinitas perairan adalah anion
bikarbonat (HCO3), karbonat (CO 2-3 ) dan hidroksida (OH-). Alkalinitas
merupakan salah satu parameter kimia yang dapat dipakai untuk
mengetahui kebasahan air. Kisaran pH suatu perairan kadang
mengalami fluktuasi atau perubahan cukup drastis. Hal ini kurang
menguntungkan, sebab akan mempengaruhi kehidupan ikan yang
dipelihara. Alkalinitas antara 0-10 ppm termasuk sangat rendah
(sangat asam), 10-50 ppm termasuk rendah, 50-200 ppm termasuk
sedang dan
>200 ppm CaCO3 termasuk tinggi (sangat alkalin).
Untuk menguji alkalinitas air cara yang digunakan yaitu
tambahkan terlebih dahulu 6 tetes Methyl Orange (MO) sebanyak 0.1%,
berwarna kuning. Selanjutnya lakukan titrasi bersama larutan kedua
yaitu H2SO4 0.02 N sampai membentuk warna orange. Catat lah
Volume dari titran yang dipakai(ml) yang digunakan dalam menghitung
volume total alkalinitas.

Gambar 22: Hardness Meter

Sumber : Helina
(2020) Alkalinitas di pengaruhi oleh:
a. pH, nilai pengukuran dapat dikatakan sangat signifikan dengan titik
akhir pH yang digunakan. Ketika alkalinitas berdasarkan
kandungan karbonat dan bikarbinat, maka nilai pH pada titik

4
setimbang titrasi ditentukan oleh jumlah karbon dioksida yang
terbentuk pada saat titrasi. Selama karbondioksida tidak dapat
membuat air tidak lebih asam dari pH 4,5 maka nilai pH tersebut
digunakan untuk penentuan titik akhir titrasi alkalinitas.23
4. Kesadahan total
Kesadahan adalah banyaknya garam-garam mineral yang larut
yang kationnya bervalensi dua. Kation tersebut umumnya terdiri dari
Ca dan Mg dengan anion CO -2
2
dan HCO -3 dinyatakan dalam MgCaCO
per liter air yang dibutuhkan. Kesadahan total merupakan karbonat
(alkalinitas) oleh karena itu alkalinitas total sedikit lebih rendah dari pada
kesadahan total. Tingkat total alkalinitas dan kesadahan air yang
diperlukan untuk budidaya ikan umumnya pada deret 20-300 mg/L. Total
alkalinitas dan kesadahan air yang lebih rendah dapat ditingkatkan
dengan pemberian kapur, sedangkan bilaterlalu tinggi belum ditemukan
cara yang praktis untuk menurunkannya.24
Kesadahan air disebabkan oleh banyaknya mineral dalam air
yang berasal dari batuan dalam tanah, baik dalam bentuk ion maupun
dalam bentuk ikatan molekul. Elemen terbesar (major element) yang
terkandung dalam air adalah kalsium (Ca++), Magnesium (Mg++). Alat
pengukur kesadahan air YD 300. Kesadahan perairan berasal dari kontak
air dengan tanah dan bebatuan.25 Air hujan sebenarnya tidak memiliki
kemampuan untuk melarutkan ion-ion penyusunan kesadahan yang
terikat di dalam tanah dan bantuan kapur (limestone), meskipun

23
Barus, Pengantar Limnologi,(Medan: USU-Press, 2002), h. 8.
24
Unus Suriawiria, Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat, Bandung:
Penerbit Alumni, 2003), h. 10.
25
Effeendi, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 17.

4
memiliki kadar karbon dioksida yang relatif tinggi. Larutnya ion-ion
yang dapat meningkatkan nilai kesadahan disebabkan oleh aktivitas
bakter di dalam tanah, yang banyak mengeluarkan karbon dioksida.
Analisa total kesadahan dapat dilakukan dengan dengan dua
cara yang bisa dilihat dengan menjumlahkan konsentrasi ion kalsium
(Ca2+) dan ion magnesium (Mg2+). Rumus perhitungannya sebagai
berikut :
Total kesadahan (as CaCO3) = 2,497 (Ca2+, mg/L)
+ 4,118 (Mg2+, mg/L).
5. Salinitas

Salinitas didefinisikan sebagai jumlah zat yang terlarut dalam


satuan kilogram air laut dengan anggapan bahwa seluruhkabonat
telah diubah menjadi oksida, semua briomida dan iodide diganti
dengan klorida dan semua briomida dan iodide diganti dengan
klorida dan semua zat organik mengalami oksida yang sempurna
(Koesbiono, 1981).26 Salinitas merupakan salah satu parameter
lingkungan yang mempengaruhi proses biologi dan secara langsung
akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan kehidupan organisme
antara lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan
yang dikonsumsi, nilai konversi makanan dan daya kelangsungan
hidup. Salinitas adalah ukuranjumlah garam yang terlarut di dalam
air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas yaitu:
a. Suhu
Suhu sangat mempengaruhi kondisi salinitas perairan,
semakin tinggi suh akan berdampak pada tingginya
salinitas. Proses evaporasi akibat suhu yang meningkat akan
meningatkan salinitas. Organisme perairan yangmempunyai
toleransi salinitas sempit dikenal dengan stenohaline seperti
ikan-ikan yang hidup di air tawar.
b. Pola sirkulasi air

26
Koesbiono, Biologi Laut, (Bogor: Fakultas Perikanan IPB, 1989), h. 4.

4
c. Penguapan
d. Curah hujan
Salinitas diatur oleh kontribusi ion melalui pencucian batuan
dan tanah serta aliran limpahan drainase cekungan, presipitasi,
konsentrasi ion-ion utama di banyak perairan permukaan dunia
cenderung beberapa pada proporsi Ca>Mg>Na>K dan CO3-
HCO3>SO4>Cl. Salinitas perairan tawar relatif rendah dan sangat
berpengaruh terhadap penyebaran biota, serta sejarah evolusinyayang
panjang dalam adaptasi fisiotlogis terhadap pengaturan ionik dan
osmotik pada lingkungan yang hipotonik-tekanan rendah-secara
ekstrim.
6. Derajat Keasaman (pH)
Derejat keasaman (pH) adalah derajat keasaman yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang
dimiliki oleh suatu larutan.27 pH didefinisikan sebagai kologaritma
aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Skala pH bukanlah skala
absolut. Skala pH bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar
yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark
Soren Peder Lauritz Sorensen pada tahun 1909. Air murni bersifat
netral dengan pH-nya pada suhu 25 ºC ditetapkansebagai 7,0. Larutan
dengan pH kurang dari pada 7 disebut bersifat asam, dan larutan
dengan pH lebih dari pada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali.
Derajat keasaman adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion
hidrogen, yang menunjukan suasana asam atau basa. Derajat
keasaman merupakan indikator baik buruknya lingkungan air,
sehingga angka pH ini digunakan untuk memperoleh gambaran
tentang daya produksi pontensial air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH air antara lain:
27
Cholok, K, Artati dan R Arifuddin, Pengelolaan Kualitas Air Di Kolam Ikan, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Perikanan, 2004), h. 27.

4
1. Sinar matahari
2. Fotosintesis
3. Suhu.
Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang besar
terhada tumbuh-tumbuhan dan hewan air sehingga sering
dipergunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya
suatu perairan bagi lingkungan hidup, walaupun baik buruknyasuatu
perairan terhantung pula pada faktor-faktor lainnya. 28
Untuk mengukur ph air yaitu Cukup dengan mencelupkan
ujung PH meter, kemudian akan muncul angka pada alat tersebut.
Angka itulah yang digunakan untuk menentukan tingkat
keasaman air. Cara mengukur PH air minum juga bisa menggunakan
PH meter digital.
Mengukur nilai pH air menggunakan PH meter digital
dapat melalui langkah – langkah berikut.
 Mengambil sampel air yang akan diuji
 Menekan tombol “On” pada PH meter.
 Memasukkan PH meter ke dalam sampel air
 PH meter akan menunjukkan angka pada display

digital Gambar 23 : pH Meter

Sumber : Serviceacjogja.pro

28
Narulita, “Analisis Tingkat Pencemaran Bakteri Coliform dan Kaitannya dengan
Parameter Oseanografi pada perairan Pantai Kabupaten Maros,” Skripsi: Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makasar, 2011.

4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Suhu mempunyai peranan yang sangat esensial pada perairan
yang dapat menunjang kehidupan biotik didalamnya. Tinggi rendahnya
temperatur suhu akan mempengaruhi jalannya hidup organisme yang
ada di perairan. Dalam perairan terdapat pergerakan air dengan
beberapa pola,diantaranya: Pola aliran dentrik,pola aliran pararel, pola
aliran radial,pola aliran trellis,pola aliran annular,pola aliran
cenntripetal dan pola aliran multibasinal.
Arus air yang terjadi pada periairan mengalir bersifat turbulen.
Arus diperairan yang menggenang terbagi dalam 3 kategori yaitu ada
arus vertikal,horizontal dan batik. Aspek kimia perairan darat yaitu:
oksigen, karbondioksida, alkalinitas, sanilitasi, kesadahan total danpH.
Aspek-aspek kimia perairan tersebut merupakan bahan penting yang
berperan dalam membantu proses metabolisme jasad di perairan dan
menjaga keseimbangan ekosistem perairan. Jika suatu perbedaan kimia
terjadi secara biogenik maka penyebaran unsur-unsur kimiamenjadi
berantakan dan mengganggu kehidupan dan ekosistemperairan.

B. Saran
Sebagai mahasiswa pendidikan biologi tentu sangat penting
untuk mempelajari dan menjaga kelestarian lingkungan sekitar.
Untuk itu mata kuliah biologi perairan sangat diperlukan untuk
dijadikan sebagai sumber pengetahuan untuk memperoleh ilmu
mengenai keadaaan perairan dan ekossitem disekitar. Dengan ilmu
ini kita bisa tahu apakah keadaan ekosistem perairan di lingkungan
dalam keadaan yang baik atau buruk sehingga apabila ada
kerusakan ekosistem kita dapat mencari solusinya dan jika memang
ekosistem sudah baik kita wajib menjaganya.

4
DAFTAR PUSTAKA

Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2007. Monografi


Sumberdaya Perikanan Danau Limboto. Departemen Kelautan dan
Perikanan : Gorontalo.
Barus Ternala Alexander . 2020, Limnologi, Makassar :
Nas Media Pustaka.
Barus. 2002. Pengantar Limnologi. USU-Press : Medan.
Effeendi. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan
Sumberdaya dan Lingkungan Perairan, Kanisius : Yogyakarta
Faizal Kasim, dkk 2015.. “Parameter Fisik-Kimia Perairan
Danau Limboto sebagai Dasar Pengembangan Perikanan Budidaya
Air Tawar,” Jurnal : Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 3(4),
130-136.
Gunawana Lestari, 2021. Limnology : Kajian Menyeluruh
Mengenai Perairan Darat. Makassar:. hlm. 85–88.
Harlina. 2020. LIMNOLOGI Kajian Menyeluruh Mengenai
Perairan Darat, Gunawan Lestari : Makasssar.
Koesbiono. 1989. Biologi Laut. Fakultas Perikanan IPB :
Bogor.
Mulbyantoro dan Brotowijoyo, Tribawono, 1995.
Pengantar Lingkungan perairan dan Budidaya Air. Liberty :
Yogyakarta
Narulita, 2011. “Analisis Tingkat Pencemaran Bakteri
Coliform dan Kaitannya dengan Parameter Oseanografi pada
perairan Pantai Kabupaten Maros,” Skripsi: Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makasar,
Nontji Anugerah.. 2016. Danau-Danau Alami Nusantara. Lipi :
Jakarta.
R Arifuddin dan Cholok, K, Artati. 2004. Pengelolaan
Kualitas Air Di Kolam Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan :
Jakarta.

4
Riyanda Agustira, dkk. 2013, Kajian Karakteristik Kimia Air
, Fisika Air dan Debit Sungai Pada Kawasan DAS Padang Akibat
Pembuangan Limbah Tapioka. Jurnal Agroteknologi Universitas
Sumatera Utara, 1(3), 615-625.
Salmin, 2005.Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan
Oksigen Biologi (BOD) sebagai Salah Satu Indikator untuk
Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal Oseanagrrafi, 30(3), 21-26
Soni Senjaya Efendi, dkk. “Efektivitas Struktur Penahan
Pasir dalam Perubahan Arus di Perairan Pantai Nusa Dua Bali,”
Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air, (2013) : 4. 1-10.
Suprapto dan Danang. 2014. “Studi Morfologi dan
Mafrometis Das Way Mesuji”. Jurnal Ilmiah Teknik Pertanian-
TekTan. 6 (1), 57-70.
Suriawiria Unus.2003. Air dalam Kehidupan dan
Lingkungan yang Sehat. Penerbit Alumni : Bandung.
Taufiqurohman.A.S., dan M.Furqon. 2012. Sebararan
Horizontal Suhu, Salinitas dan Kekeruhan di Pantai Dumoga,
Sulawesi Utara. Jurnal Harpodon Burneo, 5(1). 51-56
Wayne R, dkk. 2012. "Modelling of Physical Processes and
Assessment of Climate Change Impacts in Great Bear Lake".
Atmosphere-Ocean. 50 (3): 317–333.
William M. Lewis Jr. (1983). "A revised classification of lakes
based on mixing" . Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences.
40 (10).
Winarno Gunardi Djoko, dkk. 2019. Klimatologi Pertanian,
Pustaka Media : Bandar Lampung.

14
Ibid, h.10
15
Soni Senjaya Efendi, dkk. “Efektivitas Struktur Penahan Pasir dalam Perubahan Arus
di Perairan Pantai Nusa Dua Bali,” Kolokium Hasil Litbang Sumber Daya Air, (2013) : 4

4
Arus air yang terjadi pada perairan mengalir bersifat turbulen.
Turbulen berarti arus air tersebar ke seluruh permukaan perairan melalui
gerakan yang berajalan menuju segala arah. Selain arus turbulen, ada pula
arus lamirar yang hanya bergerak ke satu arah.

Kecepatan arus apabila yang berlebih akan sangat sulit untuk


dibatasi sebab air dalam ekosistem akan mengalami fluktuasi yang
dipengaruhi oleh aliran dan debit air serta keadaan komponen.

4
4

Anda mungkin juga menyukai