EKOLOGI PERAIRAN
DISUSUN OLEH :
JULIA SUHAIMI
E1E021027
DosenPembimbing :
Farhan Ramdhani S.Pi., M.Si
Ester Restiana Endang G, S.Pi., M.Si
Bs Monika Arfiana S.Tr.Pi., M.Si
Dyah Muji Rahayu S.Pi., M.Si
Puji syukur atas berkat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan mata kuliah
Ekologi Perairan tepat pada waktunya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada dosen pembimbing dan pembimbing lapangan serta semua pihak yang telah
terlibat untuk membantu penulis dalam menyelesaikan laporan mata kuliah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh
dari kata kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian
penulis telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik. Penulis mengharapkan adanya kritikan dan
saran yang membangun dari pembaca agar kedepannya dapat menjadi lebih baik
lagi. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat menambah pengalaman
pembaca.
JULIA SUHAIMI
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.3 Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 3
BAB III.................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7
3.1 Tipe-Tipe Ekosistem Perairan Beserta Komponen Biotik Abiotik ............... 7
3.2 Proses Interaksi Yang Terlibat Dalam Ekosistem Perairan ......................... 10
3.3 Pemanfaatan Organisme Dalam Manajemen Lingkungan .......................... 12
3.4 Pemanfaatan Habitat Perairan Sebagai Area Budidaya............................... 14
3.5 Keterkaitan Antara Hasil Pengukuran Oceanografi Dengan Hasil Tangkapan
........................................................................................................................... 16
BAB IV ................................................................................................................. 19
KESIMPULAN ..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
LAMPIRAN .......................................................................................................... 21
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Ekosistem dibagi menjadi dua jenis yaitu : teresterial (daratan) dan akuatik
(perairan). Dan yang akan saya bahas disini adalah ekosistem akuatik. Ekosistem
akuatik adalah ekosistem di dalam dan di sekitar badan air yang berbeda dengan
ekosistem darat. Ekosistem akuatik merupakan ekosistem yang lingkungannya
sebagian besar adalah air, yang menjadi tempat tinggal makhluk hidup yang hidup
di air serta amfibi yang hidup di dua alam. Sekalipun demikian, ekosistem akuatik
masih memiliki daratan sebagai pelengkap.
Ekosistem perairan terdiri dari bioma hidup yang bergantung satu sama lain
dan lingkungannya. Dua jenis utama ekosistem perairan adalah ekosistem laut
(marine) dan ekosistem air tawar (freshwater). Di samping itu, berdasarkan
komponen penyusunnya, ekosistem terdiri dari faktor biotik (hidup) dan abiotik
(tidak hidup). Makhluk hidup (komponen biotik) dalam ekosistem perairan dibagi
dalam beberapa kelompok antara lain Plankton, Nekton, Neuston, Bentos, dan
Perifiton.
1
1.2 Tujuan
Tujuan dan manfaat dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui tipe tipe ekosistem perairan dan komponen biotik dan
abiotiknya
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ekologi perairan ini adalah sebagai berikut:
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hanya 3% air di permukaan bumi ini adalah air tawar. Sebagian besar dapat
membeku dalam glasier dan es atau terbenam dalam akuifer. Sisanya terdapat
dalam danau, kolam, sungai, dan aliran. Perairan tawar kebanyakan berupa perairan
pedalaman. Susunan dan kadar garam terlarutnya relative rendah atau dapat
diabaikan. Ekosistem perairan tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu air tawar
mengalir (lotik) dan ait tawar diam (lentik). Air tawar mengalir terdiri dari air
bergerak yang mengalir terus-menerus kea rah tertentu, termasuk semua sungai dan
aliran dengan segala ukuran. Sedangkan periaran tawar lentik terdediri dari air
tergenang, seperti danau, kolam, dan rawa.
3
perubahan besar dalam suhu. Air tawar tergenang terdiri dari tiga jenis berdasarkan
keadaan haranya, yaitu oligotrofik, yang miskin hara dan humus. Distrofik, yang
miskin hara tetapi kaya humus; dan eutrofik, yang airnya kaya hara dan humus.
4
tumpuan hidup para nelayan, sehingga tidak dapat dihindari terjadinya pemukiman
di pinggiran muara sungai. Tidak hanya itu, karena muara sungai ini juga menjadi
penghubung daratan dan lautan yang sangat praktis, maka manusia
menggunakannya sebagai media perhubungan. Daerah yang terlindung juga
menjadi tempat berlabuh dan berlindung kapal, terutama di saat saat laut berombak
besar. Perkembangan industri pantai menambah padatnya wilayah estuari ini oleh
kegiatan manusia karena daratan estuari merupakan akses yang bagus buat kegiatan
industri itu, khususnya tersedianya air yang melimpah, baik itu untuk pendingin
generator maupun untuk pencucian alat alat tertentu dan tidak dapat dihindari nafsu
untuk membuang limbah ke lingkungan akuatik.
Sifat fisik ekosistem estuarin mempunyai variasi yang besar dalam banyak
parameter yang sering kali menciptakan suatu lingkungan yang sangat menekan
bagi organisme. Mungkin inilah yang menyebabkan mengapa jumlah spesies yang
hidup didaerah estuarin lebih sedikit dibanding dengan di habitat laut lainnya.
Faktor fisik seperti salinitas, suhu, aksi ombak dan arus, kekeruhan, oksigen. Yang
pertama adalah salinitas dimana salinitas merupakan faktor dominan. Secara
definitif, sutu gradient salinitas akan tampak pada suatu saat tertentu. Tetapi pola
gradient bervariasi bergantung pada musim, topografi estuaria, pasang surut dan
jumlah air tawar.
Dari perspektif ekologis, lautan dapat dibagi menjadi daerah neritik di atas
paparan benua (continental shelf) dan kedalaman oseanik yang terletak setelah
paparan benua yang relative dangkal. Bagian neritik yang terletak di lepas pantai
disebut zona litoral. Karena arusnya dan penetrasi sinar matahari penuh akibat
kedangkalannya, zona litoral sangat kaya akan hewan dan tumbuhan. Lebih dekat
lagi dengan pantai dari pada zona litoral disebut zona antarpasang (intertidale zone,
zona pasang surut), yang secara periodic tertutup oleh air saat pasang naik dan
terbuka saat pasang surut. Kedalaman-kedalaman laut dibagi menjadi zona pelagic
yang kaya plankton dan zona abisal yang lebih dalam lagi.
5
muara, dan dii daerah tropic dan subtropik, ada rawa mangrove dan gosong karang.
Lautan yang relative dangkal dan meluas ke pinggiran selat benua dinamakan zona
neritik. Zona oseanik terdapat di atas lembah lautan.
6
BAB III
PEMBAHASAN
1. Ekosistem Rawa
Ekosistem rawa merupakan daerah rendah yang tergenang air, baik air tawar
mapun air payau, permukaannya selalu dibawah atau sama dengan permukaan laut.
Perairan rawa juga menjadi salah satu ekosistem yang kaya keanekaragaman
hayatinya. Rawa sering ditemukan didataran rendah, dan biasanya ditumbuhi oleh
tumbuhan yang khas yaitu melaleuca. Kemudian klasifikasi rawa berdasarkan jenis
air yaitu rawa air tawar yang dmana terbentuk dari air tawar dengan kadar garam
yang rendah, terbentuk didekat hutan dengan danau atau sungai sehingga air nya
tergenang. Kemudian rawa air asin merupakan lahan basah yang tergenang saat air
asin mengalami pasang. Terbentuk didaerah pesisir pantai tropis berupa lumpur dan
gambut. Kemudian rawa air payau terbentuk didaerah muara. Kemudian klasifikasi
rawa berdasarkan lokasinya yaitu rawa pantai, rawa sungai, rawa cekungan, rawa
danau, dan raya payau.
Gambar 1. rawa
Komponen abiotik pada ekosistem ini juga sama seperti yang ada pada
ekosistem lainnya. Terdiri atas suhu, udara, cahaya, tanah, batu dan hal-hal lainnya
7
yang tidak bernafas. Sedang untuk komponen biotiknya menyangkut seperti
ganggang, eceng gondok, katak, belalang, dan segala mahluk hidup yang mendiami
rawa tersebut.
2. Ekosistem Danau
Danau merupakan suatu tempat yang luas dan mempunyai air yang relatif
tetap, jernih atau beragam dengan aliran tertentu. Ekosistem danau termasuk habitat
air tawar yang memiliki perairan tenang yang diciran dengan adanya arus yang
sangat lambat. Kemudian danau juga dapat ditentukan berdasarkan 3 kategori yaitu
sebagai berikut :
Gambar 2. danau
Ekosistem danau terdiri dari komponen abiotik dan biotik.
Komponen abiotik meliputi cahaya matahari, batu, angin, suhu, dan sebagainya
yang tidak hidup tapi berperan penting dalam ekosistem. Sedangkan komponen
biotik meliputi alga, enceng gondok, ikan, fitoplankton .
8
3. Ekosistem Sungai
Ekosistem sungai adalah suatu habitat yang dihuni oleh organisme aquatik
(makhluk hidup air) yang keberadaannya dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Ekosistem sungai termasuk kedalam ekosistem air tawar yang airnya
mengalir/lotik. Sungai merupakan habitat organisme aquatik yang dimana airnya
mengalir dari hulu dan bermuara ke laut.
Gambar 3. sungai
9
disalurkan ke ekosistem darat melalui air sungai dan mengisi kebutuhan
nutrisi tanaman di daerah aliran sungai.
• Regulasi Iklim
Sungai berperan dalam menjaga keseimbangan iklim regional. Sungai
mampu menyimpan dan mengalirkan air, mempengaruhi kelembaban udara
di sekitarnya, serta memberikan efek penyejukan di sekitar sungai. Hal ini
dapat membantu mengatur suhu udara, mengurangi kekeringan, dan
memengaruhi pola cuaca lokal.
Komponen abiotik disebut juga dengan komponen tidak hidup yang dimana
berkebalikan dengan komponen biotik. Komponen abiotik berbentuk benda-benda
mati atau tidak hidup yang dimana keberadaannya dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup dari komponen biotik. Contoh dari komponen abiotik yang ada
di sungai, yaitu cahaya matahari, batu, suhu, kelembaban udara dan kandungan
kimiawi seperti oksigen dan mineral.
10
memperoleh sumber makanan sebanyak-banyaknya menyebabkan terjadinya
persaingan. Kompetisi merupakan satu pola interaksi yang menyebabkan kerugian
bagi salah satu pihak yang kalah bersaing.
11
• Simbiosis parasitisme Simbiosis parasitisme adalah interaksi antara dua
jenis makhluk hidup berbeda, dimana satu individu diuntungkan (parasit)
sedangkan satu individu lainnya dirugikan (inang atau host). Contoh
simbiosis parasitisme diantaranya: Tumbuhan benalu (sebagai parasit) pada
pohon mangga (sebagai inang), benalu mendapat tempat hidup sekaligus
mengambil air dari pohon mangga, sedangkan pohon mangga sebagai
tumbuhan inang akan terhambat pertumbuhannya bahkan lama kelamaan
akan mati karena kekurangan air. tali putri (sebagai parasit) pada tumbuhan
beluntas (sebagai inang), tali putri mendapat tempat hidup dan makanan dari
tumbuhan beluntas, sedangkan tumbuhan beluntas akan merugi, karena
makanannya diambil oleh tali putri.
Interaksi yang terjadi pada suatu lingkungan pada dasarnya terjadi karena
faktor kebutuhan energi setiap organisme yang hidup dalam lingkungan itu.
Kebutuhan energi itu dapat dipenuhi jika masing-masing organisme mendapatkan
zat-zat makanan. Namun, tidak semua organisme di alam ini dapat menyediakan
atau membuat makanannya sendiri, kecuali tumbuhan hijau. Karbohidrat dan
oksigen hasil fotosintesis menjadi sumber energi yang akan dimanfaatkan
organisme lain yang tidak mampu membuat makanan sendiri. Makanan tersebut
diperoleh melalui proses makan dan dimakan. Proses makan dan dimakan sebagai
proses perpindahan zat makanan dan energi dapat dilihat dalam beberapa bentuk,
di antaranya: Rantai makanan, Jaring-jaring makanan, dan Piramida ekologi.
12
jamur, ganggang, hewan bersel satu atau protozoa, dan virus. Mikroorganisme
umumnya terdapat di mana-mana, seperti di dalam tanah, di lingkungan akuatik,
berkisar dari aliran air sampai lautan, dan atmosfer. Mikroorganisme sangat erat
kaitannya dengan alam dan kehidupan manusia, beberapa diantaranya bermanfaat
dan yang lain merugikan. Bakteri dapat dimanfaatkan untuk membantu
membersihkan air limbah. Bakteri ini akan memakan zat-zat yang terkandung
dalam air limbah dan mengubahnya menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi
lingkungan. Selain itu, beberapa jenis alga dapat dimanfaatkan untuk mengurangi
polusi air dan meningkatkan kualitas air. Alga ini dapat menyerap zat-zat yang
terkandung dalam air dan mengubahnya menjadi senyawa yang tidak berbahaya.
Organisme lain seperti ikan dan udang juga dapat dimanfaatkan dalam manajemen
lingkungan perairan, seperti dalam program restorasi ekosistem perairan.
Selain bakteri, jamur, dan alga, ada beberapa organisme lain yang dapat
dimanfaatkan dalam manajemen lingkungan perairan. Misalnya, beberapa jenis
tanaman air seperti eceng gondok, bakau, dan mangrove dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas air dan memperbaiki ekosistem perairan. Selain itu,
beberapa jenis mikroorganisme seperti protozoa dan rotifera juga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber makanan bagi ikan dan udang dalam budidaya
perikanan. Selain bakteri, jamur, alga, tanaman air, dan mikroorganisme, ada
beberapa organisme lain yang dapat dimanfaatkan dalam manajemen lingkungan
perairan. Misalnya, beberapa jenis plankton dapat dimanfaatkan sebagai sumber
makanan bagi ikan dan udang dalam budidaya perikanan. Selain itu, beberapa
jenis kerang dan tiram juga dapat dimanfaatkan untuk membersihkan air dan
mengurangi polusi. Penggunaan filter alami seperti karang juga dapat membantu
mengurangi polusi air dan meningkatkan kualitas lingkungan perairan.
13
3.4 Pemanfaatan Habitat Perairan Sebagai Area Budidaya
Upaya memanfaatkan sumber daya alam berupa air untuk tempat
pemeliharaan ikan, baik perairan laut maupun tawar sangat baik untuk perbaikan
stok alam dan kebutuhan pangan manusia. Ekosistem di perairan sangat mendukung
kegiatan budidaya dimana ekosistem yang baik akan memberikan kesempatan
hidup yang baik bagi biota budidaya.
Sistem budidaya ikan adalah suatu fungsi atau interaksi komponen yang
terdiri atas biota, pakan dan lingkungan. istilah sistem budidaya ikan dikenal
dengan akuakultur (aquaculture). Jadi, akuakultur adalah kegiatan untuk
memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka
mendapatkan keuntungan (profit). Akuakultur berasal dari bahasa Inggris
aquaculture (aqua = perairan; culture = budidaya) dan diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi budidaya perairan atau budidaya perikanan. Oleh karena
itu, akuakultur dapat didefinisikan menjadi campur tangan (upaya-upaya) manusia
untuk meningkatkan produktivitas perairan melalui kegiatan budidaya. Kegiatan
budidaya yang dimaksud adalah kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak
(reproduksi), menumbuhkan (growth), serta meningkatkan mutu biota akuatik
sehingga diperoleh keuntungan. Suatu perairan (laut, sungai, danau atau waduk)
memiliki produktivitas (bobot biomassa biota per satuan volume air) alamiah
tertentu dan dapat ditingkatkan puluhan hingga ribuan kali melalui kegiatan
akuakultur. Sebagai ilustrasi, suatu perairan waduk yang memiliki luas 100.000 m2
dan kedalaman 10 m atau volume 1.000.000 m3 , ketika dikuras habis dan ikannya
ditangkap semua diperoleh produksi 1.000 kg ikan maka produktivitas alamiah
waduk tersebut adalah 1.000 kg/1.000.000 m3 atau 0,001 kg/m3 . Ketika di perairan
waduk tersebut dibangun karamba jaring apung berukuran (1 1 1) m atau volume 1
m3 dan dari karamba tersebut melalui teknologi akuakultur bisa diproduksi ikan
sebanyak 10 kg maka produktivitas karamba tersebut adalah 10 kg/m3 .
Bandingkan dengan produktivitas alamiah waduk yang hanya 0,001 kg/m3 .
Dengan demikian, melalui akuakultur produktivitas perairan waduk dalam
memproduksi ikan bisa ditingkatkan 10.000 kali. Teknologi akuakultur pada
ilustrasi di atas mencakup kegiatan konstruksi wadah produksi, pemilihan lokasi
budidaya, penentuan pola tanam, penggunaan benih unggul dan padat penebaran
14
(stocking density) yang tepat, pemberian pakan yang sesuai jumlah, mutu, waktu,
dan cara, pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan air, pemantauan, serta
pemanenan dan penanganan pascapanen. Organisme akuatik yang diproduksi
mencakup kelompok ikan (finfish), udang (crustacea), hewan bercangkang
(mollusca), echinodermata dan alga. Organisme akuatik tersebut sering
dikelompokkan menjadi satu komoditas saja, yaitu ikan. Oleh karena itu, ikan dapat
diartikan secara luas sebagai organisme akuatik yang mencakup ikan, udang, hewan
bercangkang, echinodermata dan alga. Budidaya perikanan mencakup seluruh
organisme tersebut. Kata ikan dan perikanan yang digunakan dalam modul ini
mengandung pengertian yang luas seperti yang telah diuraikan dan terutama seperti
yang tercantum dalam UU No. 31/2004.
1. produksi makanan;
15
3.5 Keterkaitan Antara Hasil Pengukuran Oceanografi Dengan Hasil
Tangkapan
Usaha untuk penentuan atau prakiraan lokasi ikan akan sangat membantu
untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi operasi penangkapan. Fluktuasi
parameter biofisik atau oseanografi adalah faktor utama yang mungkin harus dikaji
dalam hubungannya dengan distribusi ikan tersebut. Parameter oseanografi yang
berkaitan erat dengan distribusi ikan antara lain suhu, arus, salinitas dan lainnya.
Pemanfaatan faktor ini sangat bermanfaat untuk pemanfaatan dan pengelolaan
sumberdaya ikan, terutama dalam usaha penangkapan. Pemantauan penting karena
berbagai perubahan di perairan laut dapat menyebabkan perubahan adaptasi dan
tingkah laku ikan, dimana setiap jenis ikan memiliki kisaran toleransi suhu tertentu
untuk kelangsungan hidupnya. Oleh sebab itu maka adanya perubahan suhu serta
pola arus yang terjadi akan mempengaruhi ikan dalam beraktivitas terutama dalam
mencari makan, bertelur, melakukan ruaya dan migrasi (Sahidi, et. al.,2015).
Suhu perairan memiliki pengaruh yang bervariasi diantara berbagai jenis ikan,
bahkan dalam satu jenis ikan suhu dapat memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
Laju Metabolisme Sta Standar (Standard Metabolic Rates/SMR) dari ikan. Suhu
perairan juga mempengaruhi pertumbuhan ikan, aktifitas dan ruaya, penyebaran,
kelimpahan, penggerombolan, maturasi, fekunditas, pemijahan masa inkubasi dan
penetesan telur serta kelulusan hidup larva ikan, oleh karena itu pengetahuan
tentang suhu optimum ini akan bermanfaat dalam peramalan keberadaan kelompok
ikan, sehingga dapat dengan mudah dilakukan penangkapan (Laevestu dan Hela,
16
1970). Parameter suhu mempunyai korelasi yang tidak signifikan terhadap hasil
tangkapan, ini dapat dilihat pada ujit terhadap nilai koefisien variabel suhu dengan
nilai 0.183 0.05. hubungan korelasi ini memberikan informasi bahwa kelimpahan
ikan tidak di pengaruhi oleh SPL. Hal ini disebabkan karena rata-rata perubahan
suhu perarian selama penelitian tidak terlalu besar dan semua masih dalam kondisi
yang baik untuk penyebaran ikan tenggiri 20 33 °C (FAO, 1983).
• Klorofil -a
• Kecepatan Arus
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa nilai ujit dari kecepatan arus adalah
2.000 dengan nilai signifikansinya 0.02 0.05, artinya faktor kecepatan arus secara
statistik berpengaruh nyata terhadap jumlah hasil tangkapan. Laevestu (1981),
mengemukakan bahwa arus merupakan salah satu aspek penting dalam kaitannya
dengan distribusi ikan, sehingga dapat mempengaruhi distribusi ikan dewasa secara
langsung maupun tidak langsung dan pengaruh secara tidak langsung ini
disebabkan oleh agregasi makanan ikan pada lokasi tertentu. Mekanisme arus ini
mejawab mengapa tuna di temukan pada perairan yang berarus karena aliran arus
akan membawa agregat makanan hal tersebut berpengaruh terhadap ikan tuna
dimana ikan tuna akan beruaya. mengikuti (Lehodey et al., 2003). sumber makanan
Laevestu dan Hayes (1981), menyatakan bahwa daerah tangkapan yang baik
17
terletak pada daerah batas arus atau daerah upwelling dan divergen. Lebih lanjut
dikatakan bahwa daerah tangkapan tuna terbaik berada pada zona yang
berhubungan dengan arus yang sama. Menurut Reddy (1993) arus konvergen
membawa agregat makanan (forage) organisme dan juga ikan kecil. Dalam batas
arus divergen nutrient dari lapisan dalam diangkat ke permukaan dan menyebabkan
tingginya produksi bahan organik dan disertai oleh konsentrasi ikan.
18
BAB IV
KESIMPULAN
Tipe ekosistem terbagi menjadi dua yaitu ekosistem darat dan perairan.
Ekosistem darat yaitu hutan dan ekosistem perairan meliputi danau, sungai, dan
rawa . Ekosistem rawa merupakan daerah rendah yang tergenang air, baik air tawar
mapun air payau, permukaannya selalu dibawah atau sama dengan permukaan laut.
Ekosistem danau termasuk habitat air tawar yang memiliki perairan tenang yang
diciran dengan adanya arus yang sangat lambat. Ekosistem sungai adalah suatu
habitat yang dihuni oleh organisme aquatik (makhluk hidup air) yang
keberadaannya dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Proses interaksi yang
terjadi dalam setiap ekosistem dapat berupa persaingan (kompetisi), pemangsaan
(predasi), kerjasama (simbiosis), dan antibiosis. Peran mikroorganisme sangat
penting dalam siklus kehidupan air. Kontribusi mikroorganisme ini mampu
menguraikan bahan-bahan organik dan mempercepat kemungkinan kembalinya
unsur-unsur anorganik penting ke dalam siklus zat organik baru.
19
DAFTAR PUSTAKA
Clapham, WB 1973. Ekosistem Alam. Mac Millian Publishing Co, Inc, New York.
Hadie Wartono, Dkk. Sistem Budidaya Ikan Modul 1. Diakses pada 09 Desember
2023.https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/LUHT421503-
M1.pdf.
20
LAMPIRAN
21