Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH METODE ANALISIS KUALITAS

PERAIRAN LAUT

PRODUKIVITAS PERAIRAN BERDASARKAN


KELIMPAHAN MANGROVE DAN BAHAN ORGANIK
SEDIMEN

OLEH :

BARACHEL ULIANA BEATRICE BR MANURUNG


2104126417
ILMU KELAUTAN (A)
Drs. SYAHRIL NEDI M.Si

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia – Nya, sehingga penulis dapat menulis makalah
ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Metode Analisis Kualitas Perairan
Laut, dengan tema : Produktivitas Perairan Berdasarkan Kelimpahan Manggrove
dan Bahan Organik Sedimen

Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.
Syahril Nedi, M.Si., selaku dosen mata kuliah Metode Analisis Kualitas Perairan
Laut, yang telah mengarahkan secara jelas tentang pembuatan makalah ini.

Terlepas dari hal tersebut, penulis menyadari bahwa paper ini masih
memiliki kekurangan. Baik dari segi penulisan ataupun format yang dipilih dan
digunakan. Oleh karena itu penulis menerima segala bentuk kritik dan saran dari
pembaca, agar selanjutnya penulis dapat memperbaiki kesalahan tersebut dan
menjadikan saran tersebut menjadi jalan untuk meningkatkan kualitas menulis
makalah.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Pekanbaru, 22 Oktober 2022

Barachel Uliana Beatrice Br Manurung

i
DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................ ii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1


1.2 Tujuan........................................................................................... 3
1.3 Manfaat........................................................................................ 3

II. TINJAUN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mangrove .................................................................... 3

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengambilan Sampel....................................................... 6

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan................................................................................... 7
4.2 Saran............................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA

ii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perairan umum adalah perairan di permukaan bumi yang secara permanen
atau berkala digenangi oleh air, baik air tawar, air payau, maupun air laut, mulai
dari garis pasang terendah ke arah daratan dan air tersebut terbentuk secara alami
maupun buatan. Perairan umum tersebut diantaranya adalah perairan sungai,
danau, waduk, rawa dan genangan air lainnya (UU No.7/2004 tentang
Sumberdaya Air). Sekitar 75% dari permukaan bumi ditutupi perairan, terutama
perairan asin. Sedangkan sisanya adalah perairan tawar dan perairan payau.
Ekologi perairan adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang ada
dalam perairan dengan lingkungan perairan tersebut. Air merupakan kebutuhan
mutlak bagi makhluk hidup, termasuk plankton, benthos dan nekton. Perikanan
dapat dipandang sebagai sesuatu yang tersusun dari tiga unit yang saling
mempengaruhi yaitu biota, habitat dan manusia (Aziz, 1989).
Biota meliputi tumbuh tumbuhan dan hewan yang termasuk ke dalam
perikanan. Biota ini antara lain meliputi semua ikan, plankton, benthos, moluska,
krustacea, dan reptilia. Habitat adalah komponen fisik dan semua faktor yang
saling mempengaruhi seperti kualitas air, substrat, morfometri dan geografi
perikanan. Komponen ketiga adalah manusia yang meliputi semua pemakaian dan
manipulasi sumberdaya yang dapat diperbaharui sebagai akibat kegiatan manusia.
Pengaruh manusia terhadap habitat dan biota dapat disebabkan oleh pemancingan
untuk rekreasi, penangkapan ikan secara komersial, kegiatan-kegiatan industri,
pertanian dan domestik
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang terletak diantara laut dan
daratan yang berfungsi sebagai zona penyangga alami yang harus
dilestarikan.vegetasi mangrove terdiri dari tumbuhan yang hidup di habitat berair,
lumpur atau rawa pantai pada daerah pasang surut
Hutan Mangrove terluas di dunia dengan strukturnya yang bervariasi dan
keragaman hayati terbesar dimiliki oleh Indonesia. Hingga tahun 2005, luasan
Mangrove di Indonesia mencapai 19% (sekitar 3.062.300 ha) dari total Hutan

1
Mangrove di dunia. Angka tersebut jauh di atas Australia yang hanya 10% dan
Brazil 7% (Putra, Irviana, & Joko, 2017). Mangrove biasanya tumbuh pada area
yang mengalami akumulasi bahan organik dan memiliki karakteristik substrat
berlumpur. Pertumbuhan mangrove tidak terlepas dari kondisi lingkungan habitat
mangrove itu sendiri, kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan mangrove ialah karakteristik sedimen dan kandungan bahan organik
(Lestari, 2018). Sedimen merupakan total akumulasi butiran organik dan
anorganik dari batuan yang mengalami pelapukan (Sinulingga, Max, & Siti,
2017). Sedangkan bahan organik merupakan partikel-partikel yang asalnya dari
tumbuhan yang telah mati atau hewan di tanah dan telah mengalami perombakan
secara berulan g. Siklus kehidupan ekosistem pesisir dapat berjalan secara optimal
dengan peranan bahan organik yaitu sebagai sumber makanan serta sumber
vitamin (Saru, Amri, & Mardi, 2017).
Ekosistem mangrove berperan penting pada siklus ekologi karena mangrove
memiliki banyak fungsi diantaranya ialah tempat produksi nutrien yang dapat
berguna dalam kesuburan ekosistemnya serta di sekitar lingkungan mangrove itu
sendiri. Serasah yang dihasilkan oleh mangrove seperti ranting, daun, buah,
batang kemudian diuraikan oleh mikroorganisme tanah sehingga menjadi bahan
organik. Produksi bahan organik dari serasah mangrove sangat berperan bagi
ekosistem di sekitarnya dimana rantai makanan utama pada jaring-jaring makanan
ekosistemnya ialah bahan organik (Salafiyah, 2020)
Sedimen merupakan salah satu unsur penyusun kawasan perairan,
mempunyai peranan penting bagi kehidupan Gastropoda dan Bivalvia untuk
menentukan pola hidup, ketiadaan dan tipe organisme.
Bahan organik dan tekstur sedimen menentukan keberadaan Gastropoda dan
Bivalvia, dimana sedimenmerupakan tempat untuk hidup, sedangkan bahan
organik merupakan sumber makanan, jenis sedimen berpengaruh terhadap
kandungan bahan organik.
Produksi suatu perairan erat kaitannya dengan kesuburan perairan, maka
dalam rangka pengembangan dan peningkatan produksi perlu diketahui
produktivitas primer suatu perairan. Karena produktivitas primer merupakan salah
satu indikator dalam menentukan kesuburan perairan.

2
Pengetahuan tentang produktivitas primer sangat penting karena merupakan
salah satu indicator dalam menentukan kesuburan perairan. Pengetahuan tentang
produkti-vitas perairan sangat penting karena merupakan dasar untuk menentukan
potensi yang bisa digali dari suatu perairan. Dengan melakukan pengukuran
produktivitas primer, maka maximum sustainable Yield di suatu perairan dapat di
duga (Steele di dalam Goldman and Alexander, 1983).
Salah satu cara yang dilakukan untuk pengelolaan sumberdaya alam
khususnya perairan yang meliputi pula suatu pembentukan lingkungan yang dapat
menunjang kehidupan ikan serta kemampuan perairan menyediakan dan
mempertahankan kualitas dan kuantitas produksinya untuk keseimbangan
ekosistem agar sumberdaya perairan berdaya guna dan tetap lestari, maka
pemanfaatan perairan lebih lanjut perlu memperhatikan tingkat kesuburan
perairan (Davis, 1955). Kesuburan suatu perairan salah satunya ditentukan oleh
produktivitas dari fitoplankton sebagai produser di perairan. Kehadiran
fitoplankton dalam suatu perairan tergantung pada kandungan nutrien dalam suatu
perairan dan daya tahan fitoplankton itu sendiri. Penurunan kadar nutrien dalam
suatu perairan bisa disebabkan oleh Blooming diatom sehingga menyebabkan
pemutihan pada alga, Porphyra sp (Matsuoka et al., 2005; Fujiwara and
Komai,2009). Berdasarkan hasil penelitian salah satu jenis plankton yang
mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan kualitas air adalah
Coscinodiscus (Aziz et al, 2012).

1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kandungan bahan
organik disetiap jenis mangrove yang dominan dan mengetahui konsentrasi bahan
organik di sedimen kaitannya dengan kerapatan dan penutupan jenis mangrove
1.3 Manfaat
Manfaat hasil dari makalah ini dapat memberi informasi tentang perbedaan
kandungan bahan organik sedimen pada jenis mangrove serta memberikan
gambaran tentang kaitan kandungan bahan organik dengan kerapatan dan
penutupan jenis mangrove

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mangrove


Ekosistem mangrove adalah ekosistem pantai yang disusun oleh berbagai
jenis vegetasi yang mempunyai bentuk adaptasi biologis dan fisiologis
secaraspesifik terhadap kondisi lingkunganyang cukup bervariasi. Ekosistem
mangroveumumnya didominasi oleh beberapa spesies mangrove sejati
diantaranya Avicennia sp., Sonneratia sp., Rhizophora sp., Bruguiera sp. Spesies
mangrove tersebut dapat tumbuh dengan baik pada ekosistem perairan
dangkal,karena adanya bentuk perakaran yang dapat membantu untuk beradaptasi
terhadap lingkungan perairan, baik dari pengaruh pasang surut maupun faktor-
faktor lingkungan lainnya yang berpengaruh terhadap ekosistem mangrove seperti
:suhu, salinitas, sedimen, pH, arus dan pasang surut (Saru, 2013). Menurut
Nybakken (1992), hutan mangrove adalah secara umum yang digunakan untuk
menggambarkan suatu komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa
jenis pohon-pohon yang khas atau semak-semak yangmempunyai kemampuan
untuk tumbuh pada perairan asin. Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan
semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genus tumbuhan
berbunga: Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus,
Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda dan Conocarpus
(Bengen, 2000). Menurut Watson (1928), pembentukan mangrove dimulai dengan
pengendapan lumpur di daerah pantai yang dibawa oleh aliran sungai, bercampur
dengan pasir sebagai hasil erosi pantai. Watson juga mengatakan bahwa jenis
mangrove yang pertama tumbuh adalah jenis Avicennia, kemudian disusul jenis
Sonneratia. Penyebaran jenis Sonneratia umumnya dibantu oleh air dan
berkembang pada tanah yang banyak mengandung bahan organic bercampur
lumpur. Vegetasi berikutnya yang berkembang adalah jenis Bruguiera, Rhizopora
dan Casuarina.
Ekosistem hutan mangrove bersifat kompleks dan dinamis, dikatakan
kompleks karena ekosistemnya disamping dipenuhi oleh vegetasi mangrove, juga
merupakan habitat berbagai satwa dan biota perairan. Jenis tanah yang berada di

4
bawahnya termasuk tanah perkembangan muda (saline young soil) yang
mempunyai kandugan liat yang tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan kapasitas
tukar kation yang tinggi. Kandungan bahan organik, total nitrogen, dan
ammonium termasuk kategori sedang pada bagian yang dekat laut dan tinggi pada
bagian arah daratan (Kusmana, 2002). Bersifat dinamis karena hutan mangrove
dapat tumbuh dan berkembang terus serta mengalami suksesi sesuai dengan
perubahan tempat tumbuh alaminya.
Hutan mangrove ini kaya akan zat hara yang merupakan sumber bahan
organik yang diperlukan oleh produsen primer (fitoplankton). Menurut Ricard di
dalam Burhanuddin (1980), hutan mangrove yang ada di daerah pantai
merupakan sumber yang dapat meninggikan produktivitas dari fitoplankton.
Tingginya Produktivitas primer lingkungan mangrove disebabkan banyak daun
daunnya yang gugur ke dalam air, daun daun ini akan dihancur oleh bakteri dan
jamur menjadi senyawa senyawa inorganik yang merupakan sumber hara penting
bagi biota perairan termasuk fitoplankton.
Perbedaan kedalaman juga dapat mengakibatkan perbedaan nilai
produktivitas primer. Hal ini disebabkan perbedaan intensitas cahaya matahari
yang dapat menembus setiap kedalaman pada umumnya menurun seiring dengan
bertambahnya ke dalaman perairan, sehingga aktifitas fotosintesis akan menurun,
dan menurunkan pula nilai produktivitas primer pada setiap kedalaman.
Perbedaan produktivitas primer juga disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan
organik

5
III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposive yaitu di tempat
tempat tertentu yang dianggap penting dan dapat mewakili keadaan perairan
kawasan hutan mangrove secara keseluruhan. Pengambilan sampel dilakukan
pada 3 stasiun dan masing masing stasiun dilakukan pengulangan sebanyak dua
kali. Stasiun 1 ( mewakili perairan kawasan hutan mangarove dilakukan pada saat
air pasang), stasiun 2 (mewakili perairan berlumpur pada saat air pasang dan
surut), stasiun 3 (mewakili perairan muara sungai, dilakukan pada saat air pasang
dan surut). Produktivitas primer digunakan dengan metode botol gelap-terang.
Pengambilan sampel plankton menggunakan alat plankton net dan kualitas air
dilakukan analisis terhadap Produktivitas primer di laboratorim. Kualitas air yang
dianalisis adalah TSS, TDS, fosfat, nitrat dan TOM

6
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Nilai kesuburan primer perairan kawasan hutan mangarove termasuk dalam
tingkat kesuburan Mesotropix sampai dengan Eutropik, yaitu perairan dengan
tingkat kesuburan sedang sampai tinggi.
4.2 Saran
Adanya keseimbangan antara kegiatan penangkapan dan produksi dari
perairan tersebut untuk pengelolaan terhadap sumberdaya alam yang ada di
perairan kawasan hutan mangrove

7
DAFTAR PUSTAKA

Azian, M. ANALYSIS ORGANIC MATERIALS AND COMMUNITY


STRUCTURE IN THE MANGROVE SWAMP OF
MAKROZOOBENTHOS IN ROKAN HILIR REGENCY.

Aziz, A., M. Rahman, and A. Ahmed. 2012. Diversity, distribution and density of
marine phytoplankton in the sundarban mangrove forest, Bangladesh.
Bangladesh J. Bot., 41(1):87-95.
Bengen, D.G. 2000. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem dan Sumber daya
Pesisir (Prosiding Pelatihan Untuk Pelatih Pengelolaan Wilayah Pesisir
Terpadu, Bogor 13-18 November 2000. Pusat Kajian Sumber daya Pesisir
dan Lautan IPB)
Davis C.C., 1955. The Marine And Freshwater Plankton. Michigan State
University Press. USA. 526
El Fajri, N., & Kasry, A. (2013). Kualitas perairan muara sungai siak ditinjau dari
sifat fisik-kimia dan makrozoobentos. Berkala Perikanan Terubuk, 41(1),
37-52.
Fujiwara, T. and Y. Komai. 2009. Nutrient dynamics in coastal seas.
Aquabiology, 31:134-140
Goldman C.R. and Alexander J. Home, 1983. Lymnology. MC Graw-Hill
Internasional Book Company. London. 464 P
Koesoebiono, D.G. Begen, M. Hutomo, dan S. Sukardjo (penerjemah).
Terjemahan dari: Marine Biology: An Ecological Approach. PT Gramedia.
Jakarta.
Lestari, A. (2018). Konsentrasi Bahan Organik dalam Sedimen Dasar Perairan
Kaitannya dengan Kerapatan dan Penutupan Jenis Mangrove di Pulau
Pannikiang Kecamatan Balusu Kabupaten Barru. Makassar: Universitas
Hasanuddin.

8
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Eidman, M.,
Putra, Irviana, N., & Joko, S. (2017). Hubungan pH dan Kandungan Bahan
Organik Sedimen Terhadap Kerapatan Vegetasi Mangrove di Kecamatan
Saru, A., Amri, K., & Mardi. (2017). Konektivitas Struktur Vegetasi Mangrove
dengan Keasaman dan Bahan Organik Total pada Sedimen di Kecamatan
Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar. Spermonde, 1-6.
Saru, A. 2013. Mengungkap Potensi Emas Hijau di Wilayah Pesisir. Masagena
Press. Makassar.
Sinulingga, H. A., Max, & Siti. (2017). Hubungan Tekstur Sedimen dan Bahan
Organik dengan Makrozoobenthos di Habitat Mangrove Pantai Tirang
Semarang. Journal of Maquares, 247-254

Anda mungkin juga menyukai