230210150029
Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran
2015/2016
KATA PENGANTAR
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penulis
i
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar.......................................................................................................i
2. Daftar Isi................................................................................................................ii
3. BAB I
3.3 Tujuan..............................................................................................................2
4. BAB II
4.1 Pembahasan.....................................................................................................3
5. BAB III
5.1 Simpulan.........................................................................................................11
5.2 Saran...............................................................................................................12
6. Daftar Pustaka.......................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Terumbu karang adalah struktur hidup yang terbesar dan tertua di dunia. Untuk
sampai ke kondisi yang sekarang, terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun.
Yang ada di perairan Indonesia saat ini, paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun
silam.
Sumberdaya terumbu karang dan ekosistemnya merupakan kekayaan alam bernilai tinggi,
sehingga diperlukan pengelolaan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Terumbu karang merupakan rumah bagi 25% dari seluruh biota laut dan merupakan
ekosistem di dunia yang paling rapuh dan mudah punah. Oleh karena itu pengelolaan
ekosistem terumbu karang demi kelestarian fungsinya sangat penting.
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pembangunan suatu daerah maka eksploitasi
sumberdaya alam termasuk sumberdaya terumbu karang dan ekosistemnya yang
dilakukan secara besar-besaran tanpa mempertimbangkan kelestariannya akan berdampak
pada menurunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat di sekitar terumbu karang
berada, termasuk sumberdaya terumbu karang itu sendiri dan eksosistemnya.
Pemerintah daerah dan masyarakat di sekitar kawasan terumbu karang berada merupakan
kalangan yang paling berkepentingan dalam pemanfaatannya. Sebaliknya, kalangan ini
pula yang akan menerima akibat yang timbul dari kondisi baik maupun buruknya
ekosistem ini. Oleh karena itu pengendalian kerusakan terumbu karang sangat diperlukan
untuk menjaga kelestarian fungsi ekosistem yang sangat berguna bagi kehidupan
masyarakat pesisir. Diperlukan upaya di tiap tingkat kebijakan (maupun tiap komponen
(pengelola, pemanfaat, dan pihak terkait lainnya) untuk menjaga dan melestarikan
keberadaan sumberdaya terumbu karang dan ekosistemnya, di samping upaya
menghentikan laju degradasi terumbu karang sehingga degradasi terumbu karang
sehingga tidak semakin luas. Kesemuanya dilakukan dalam rangka menunjang
pembangunan kelautan yang berkelanjutan.
1
1.3 Tujuan Makalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Terumbu karang (coral reef) bukan sekedar menjadi tempat hidup dan berkembang biota
laut belaka. Namun terumbu karang mempunyai fungsi dan peran yang tidak bisa
diremehkan bagi lingkungan secara keseluruhan (baik di laut, pesisir, maupun darat), dan
bagi kehidupan manusia.
Secara garis besar, fungsi dan manfaat terumbu karang bagi lingkungan dan manusia
dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yakni manfaat secara ekologi, ekonomi, dan
sosial.
Ekologi dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Sehingga manfaat terumbu karang secara ekologi berarti peran dan fungsi
terumbu karang bagi lingkungan (alam sekitar) maupun bagi biota laut lainnya.
Lingkungan dapat berupa habitat di sekitar terumbu karang berada maupun secara global,
termasuk daerah pesisir dan daratan.
1. Penunjang Kehidupan
Terumbu karang, padang lamun, dan hutan bakau merupakan ekosistem yang saling
terkait dalam melindungi pantai dan daerah pesisir. Terumbu karang mampu memperkecil
energi ombak yang menuju ke daratan. Energi ini kemudian diperkecil lagi dengan
adanya padang lamun dan hutan bakau (mangrove). Sehingga ombak tidak merusak
pantai atau menyebabkan abrasi pantai. Dan ekosistem di pantai pun dapat terlindungi.
3
4. Mengurangi Pemanasan Global
Gas CO2, selain diserap oleh hutan, juga diserap oleh air laut. Malalui reaksi kimia dan
batuan karang, CO2 akan diubah menjadi zat kapur yang bahan baku terumbu. Dalam
proses yang disebut sebagai kalsifikasi ini, karang dibantu oleh zooxanthellae, tumbuhan
bersel satu yang hidup di dalam jaringan tubuh karang.
Terumbu karang, secara langsung maupun tidak langsung, menjadi sumber ekonomi bagi
masyarakat. Manfaat terumbu karang secara ekonomi tersebut antara lain :
1. Sumber Makanan
Terumbu karang menjadi tempat hidup dan berkembang biak berbagai biota laut. Tidak
sedikit diantara biota tersebut yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber makanan
oleh manusia. Seperti rumput laut yang dijadikan agar-agar, berbagai jenis ikan, udang,
kepiting, dan teripang.
Berbagai jenis alga dimanfaatkan dalam pembuatan kosmetik dan bahan pembungkus
kapsul. Berbagai hewan laut pun diketahui memiliki senyawa kimia yang berguna sebagai
bahan antibiotika, anti radang, dan anti kanker. Selain itu, diyakini, masih banyak lagi
berbagai jenis biota laut yang belum tergali potensinya.
Berbagai jenis ikan, teripang, dan rumput laut yang hidup di terumbu karang dapat
dimanfaatkan sebagai bibit untuk budidaya.
4
1. Penunjang Kegiatan Pendidikan dan Penelitian
Terumbu karang dengan keindahannya dapat dijadikan sarana rekreasi oleh masyarakat.
Itulah berbagai peran dan manfaat terumbu karang baik bagi ekologi, ekonomi, maupun
sosial. Mengingat besarnya manfaat yang dapat dirasakan oleh manusia, baik secara
langsung maupun tidak langsung, maka perlu dijaga dan dilestarikan. Pun bagi terunbu
karang yang rusak, seperti adanya pemutihan terumbu karang, perlu dilakukan upaya-
upaya rehabilitasi. Sehingga berbagai manfaat terumbu karang tersebut akan tetap dapat
dirasakan oleh manusia, saat ini dan pada masa yang akan datang.
Sebanyak 30,4 persen dari total luas terumbu karang yang dimiliki oleh Indonesia berada
dalam kondisi rusak atau tidak baik. Hanya sebesar 2,59 persen dan 27,14 persen yang
dalam kondisi sangat baik dan baik. Selebihnya, 37,18 persen dalam kondisi kurang baik.
Terumbu karang (coral reef) Indonesia merupakan yang terkaya di dunia. Luas terumbu
karang di Indonesia ini mencapai 2,5 juta hektar. Selain luas, terumbu karang Indonesia
pun memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Sedikitnya 750 jenis karang yang
termasuk ke dalam 75 marga terdapat di Indonesia.
Sayangnya, kekayaan ini nyaris hilang. Berbagai survei mencatat tingkat kerusakan
terumbu karang Indonesia yang sangat memprihatinkan. Survei terbaru dilakukan oleh
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dengan melakukan pengamatan di 1.135
stasiun, hingga 2013, tercatat 5,29 persen dalam kondisi sangat baik, sebesar 27,14 persen
masih dalam kondisi baik, dan sebesar 37,18 persen dalam kondisi cukup. Sisanya
sebesar 30,4 persen dalam kondisi tidak baik.
5
Kerusakan yang terjadi pada terumbu karang tidak serta-merta terjadi begitu saja. Tentu
ada beragam faktor yang menyebabkan karang tersebut bisa rusak dan bahkan mati.
Secara umum, faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor alam dan faktor
manusia.
A. Faktor Alam
Naiknya permukaan laut dapat menyebabkan karang tidak dapat tumbuh dan membangun
kerangka tulang mereka secara normal apabil mereka tidak mampu beradaptasi. Karena
dengan naiknya permukaan laut, maka akan bertambah pula kedalaman habitat terumbu
karang tersebut yang akan berpengaruh terhadap faktor-faktor lainnya seperti suhu dan
konsentrasi nutrien.
2. Kenaikan Suhu
Spesies karang memiliki batas toleransi terhadap suhu yang berbeda-beda, tergantung
pada lingkungan hidupnya. Perubahan suhu yang terjadi dapat menyebabkan tidak
kondusifnya habitat asli mereka. Selain itu, naiknya suhu permukaan laut berpengaruh
pula terhadap kepekaan zooxanthellae serta menyebabkan rapuhnya struktur terumbu
karang itu sendiri.
Emisi global dari efek rumah kaca dapat meningkatkan konsentrasi CO2 di atmosfir serta
di laut yang dapat mengurangi kemampuan terumbu karang untuk tumbuh dengan proses
pengapuran normal. Hal tersebut berakibat kepada melemahnya kapabilitas karang untuk
pulih dari peristiwa seperti coral bleaching.
Larva karang selalu bergerak mengikuti arus air laut. Jika pola sirkulasi lautan mengalami
perubahan, dampaknya terdapat pada pola distribusi dan perkembangan karang di seluruh
dunia.
Cuaca yang terjadi di sekitar lautan ternyata juga mampu mempengaruhi kehidupan
terumbu karang. Curah hujan dapat berpengaruh kepada kadar salinitas lingkungan
habitat mereka. Badai dan angin topan yang terjadi di laut memiliki kekuatan yang lebih
dari cukup untuk merusak karang. Umumnya, kondisi cuaca selalu berjalan mengikuti
pola yang sama setiap tahunnya. Namun, pola ini bisa berubah seiring dengan iklim dunia
yang berubah pula. Mengakibatkan pada frekuensi serta intensitas cuaca yang tidak
menentu.
6. Predatorisme
6
Karang, sebagaimana organisme laut lainnya, memiliki predator yang mampu merusak
koloni dan memodifikasi struktur terumbu itu sendiri. Terdapat dua taksa yang secara
umum merupakan predator karang yang paling dominan. Pertama adalah bintang laut,
utamanya spesies Acanthaster planci atau biasa disebut Crown-of-thorn. Bintang laut
dapat meregenerasi diri mereka secara cepat hingga dapat menjadi wabah bagi karang.
Pemangsa karang yang kedua adalah ikan-ikan yang memangsa koloni-koloni karang.
Ikan paruh kakaktua (Bolbometopon muricatum) adalah salah satu contoh ikan pemangsa
karang. Mereka memiliki gigi yang teradaptasi sehingga dapat menghancurkan bagian-
bagian karang seperti polip dengan mudah.
B. Faktor Manusia
2. Pencemaran Laut
Istilah ‘pencemaran laut’ disini bisa berarti kepada pencemaran dari pelabuhan, tumpahan
minyak, pembuangan bangkai kapal, pembuangan sampah dari atas kapal, serta kontak
fisik secara langsung yang dilakukan oleh jangkar kapal. Selama ini, banyak yang
menyangka bahwa kegiatan-kegiatan tersebut tidak akan memberikan konsekuensi
langsung pada karang, namun pada kenyataannya dampak yang dibawa bersifat lokal dan
berarti.
7
Selain itu, kegiatan perikanan yang bersifat merusak, seperti pemakaian bahan peledak
dan jaring insang, dapat membawa kerusakan yang sangat ekstensif pada terumbu karang.
Selain itu, penangkapan dengan cara sejenis ini juga menyebabkan bertambah tingginya
persentase kematian ikan-ikan yang belum dewasa.
4. Coral Bleaching
Pemutihan karang sangat dipengaruhi oleh berubahnya suhu lautan secara global.
Perubahan tersebut terjadi karena semakin maraknya fenomena global warming yang
ditimbulkan oleh efek rumah kaca. Manusia secara langsung maupun tidak turut
berpengaruh terhadap pemanasan global tersebut. Aktivitas-aktivitas seperti pembuangan
limbah dalam bentuk gas yang sembarangan dan berlebihan merupakan salah satu
contohnya. Tidak hanya manusia yang merasakan dampak dari global warming. Terumbu
karang pun merasakannya dalam bentuk fenomena coral bleaching.
8
3. Pengembangan Kelembagaan
5. Penegakan Hukum
Komponen ini dipandang sangat penting sebagai salah satu komponen kunci yang harus
dilaksanakan dalam usaha mencapai tujuan program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu
karang. Masyarakat memegang peranan penting dalam mencapai tujuan komponen
penegakan hukum. Salah satu peranan masyarakat dalam pengamanan terumbu karang
secara langsung adalah sebagai pengamat terumbu karang atau reef watcher, dimana
mereka berkewajiban meneruskan informasi kepada penegak hukum mengenai
pelanggaran yang merusak terumbu karang di daerahnya.
B. Pemulihan
Pemulihan kerusakan terumbu karang merupakan upaya yang paling sulit untuk
dilakukan, serta memakan biaya tinggi dan waktu yang cukup lama. Upaya pemulihan
yang bisa dilakukan adalah zonasi dan rehabilitasi terumbu karang.
1. Zonasi
Pengelolaan zonasi pesisir bertujuan untuk memperbaiki ekosistem pesisir yang sudah
rusak. Pada prinsipnya wilayah pesisir dipetakan untuk kemudian direncanakan strategi
pemulihan dan prioritas pemulihan yang diharapkan. Pembagian zonasi pesisir dapat
berupa zona penangkapan ikan, zona konservasi ataupun lainnya sesuai dengan
kebutuhan/pemanfaatan wilayah tersebut, disertai dengan zona penyangga karena sulit
9
untuk membatasi zona-zona yang telah ditetapkan di laut. Ekosistem terumbu karang
dapat dipulihkan dengan memasukkannya ke dalam zona konservasi yang tidak dapat
diganggu oleh aktivitas masyarakat sehingga dapat tumbuh dan pulih secara alami.
2. Rehabilitasi
Pengurangan populasi alga dapat dilakukan dengan cara membersihkan karang dari alga
dan meningkatkan hewan pemangsa alga.
Populasi ikan karang dapat ditingkatkan dengan meningkatkan rekruitmen, yaitu dengan
meningkatkan ikan herbivora dan merehabilitasi padang lamun sebagai pelindung bagi
ikan-ikan kecil, meningkatkan migrasi atau menambah stok ikan, serta menurunkan
mortalitas jenis ikan favorit.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Terumbu karang merupakan struktur hidup tertua di dunia yang memiliki sumberdaya dan
ekosistem yang tinggi, sehingga diperlukan pengelolaan yang berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan. Terumbu karang merupakan rumah bagi 25% dari seluruh biota laut
dan merupakan ekosistem di dunia yang paling rapuh dan mudah punah. Oleh karena itu
pengelolaan ekosistem terumbu karang demi kelestarian fungsinya sangat penting.
Terdapat ribuan spesies yang hidup di kawasan terumbu karang.
Terumbu karang memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia dan lingkungan,
terbagi dalam tiga kategori, yaitu manfaat dalam bidang ekologi, ekonomi, dan sosial.
Dalam bidang ekologi, contohnya penunjang kehidupan bagi ekosistemnya, sumber
keanekaragaman hayati yang tinggi, dan mengurangi pemanasan global. Dalam bidang
ekonomi, contohnya sumber makanan, objek wisata, dan mata pencaharian. Sedangkan
dalam bidang sosial, terdapat penunjang kegiatan pendidikan dan penelitian dan sarana
rekreasi.
Kerusakan terumbu karang terjadi bisa secara alami ataupun karena ulah manusia. Contoh
secara alami adalah adanya predator, naiknya permukaan laut, kenaikan suhu, dan masih
banyak lagi. Sedangkan untuk ulah manusia, bisa kita lihat manusia melakukan
pembangunan daerah pesisir, penangkapan ikan menggunakan bom, dan pencemaran laut.
Kita bisa menanggulangi semua kerusakan itu, dengan cara meningkatkan kesadaran dan
partisipasi masyarakat, pengelolaan dengan baik, pengembangan kelembagaan yang
berhubungan langsung dengan terumbu karang, dan penegakan hukum yang tegas.
Adapun cara untuk memulihkan kerusakan terumbu karang dengan cara zonasi dan
rehabilitasi yang terdiri atas megurangi alga hidup yang bebas dan meningkatkan ikan-
ikan karang.
11
3.2 Saran
Indonesia kaya akan laut dan terumbu karangnya. Ikan-ikan dan ekosistemnya akan
sangat menguntungkan jika kita dapat memanfaatkannya dengan baik. Sayang, kini
terumbu karang di Indonesia sudah terancam punah karena sudah banyak mengalami
kerusakan. Kerusakan yang terjadi diakibatkan oleh berbagaimacam aspek ada yang rusak
secara alami dan rusak karena ulah manusia sendiri. Sehingga perlu adanya kerjasama
yang baik dari berbagai pihak, yakni dari pemerintah maupun masyarakat untuk dapat
melestarikan ekosistem laut ini supaya terumbu karang bisa terjaga dan tetap lestari dan
terhindar dari ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Pelestarian-Terumbu-Karang-untuk-Pembangunan-Kelautan-Daerah-
Berkelanjutan.pdf
3. Dahuri R, Rais J, Ginting SP, Sitepu MJ. 1996. Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
4.
http://www.terangi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=78%
3At
5. http://www.goblue.or.id/tentang-terumbu-karang
6. http://pengamananhutan.blogspot.co.id/2012/05/tata-cara-pencegahan-
penanggulangan-dan.html
7. http://exploreoursea.blogspot.co.id/2014/10/rusaknya-terumbu-karang-dan-
penyebabnya.html
8. http://alamendah.org/2014/04/19/kondisi-terumbu-karang-di-indonesia/
13