Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TENTANG PENYU

Disusun Oleh :
Siti Auliyanti
Erlin
Umaeti
Rohman
Ridwan
Nurpaiji

SMK BINA BANGSA CIKULUR


TAHUN PELAJARAN 2017-2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Cikulur, 07 November 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2


2.2 Pengertian Penyu ........................................................................................ 2
2.2 Manfaat Kandungan Nutrisi Penyu dan Telur Penyu ................................ 6
2.3 Upaya Pelestarian Penyu dan Telur Penyu ................................................ 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 9


3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 9
3.2 Saran ........................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Penyu telah mendiami bumi kita ini lebih dari 250 juta tahun. Mereka
termasuk hewan purba. Penyu adalah hewan yang selalu bermigrasi bahkan
mereka terkadang melintasi batas negara sehingga akan melibatkan banyak pihak
mulai dari individu, kelompok masyarakat, instansi pemerintah hingga negara
akan terlibat di dalamnya. Walaupun termasuk reptile laut, namun penyu bernapas
dengan paru-paru, mereka hidup di laut lepas dan naik ke permukaan air untuk
bernafas dan mencari makan, selain itu penyu betina yang sedang mengandung
akan mendekati perairan dangkal. Penyu sepanjang hidupnya akan tetap tinggal di
laut, dan bagi penyu betina hanya naik ke daratan untuk bertelur.
Eksploitasi terhadap penyu dan telur penyu sampai saat ini tidak pernah
berhenti. Penyu yang mendarat ke pantai untuk bertelur atau mendekati wilayah
perairan dangkal biasanya dimanfaatkan oleh manusia untuk ditangkap dan
diambil daging serta kerapasnya untuk dijual. Hal-hal seperti itulah yang kini
menjadikan populasi penyu makin berkurang bahkan langka. Selain itu banyak
juga orang-orang mengambil telur-telur penyu yang sedang dalam masa penetasan
untuk dijual karena mempunya banyak manfaat untuk kesehatan dan barang seni.
Dengan adanya tindakan eksploitasi seperti ini berarti keberadaan hewan
reptil ini akan terbatas dan akhirnya akan berada disuatu titik kepunahan. Oleh
karena itu, dalam makalah ini kami selain hanya membahas tentang manfaat
kandungan nutrisi dari penyu dan telur penyu kami pula membahasan tentang
bagaimana mengembangbiakan penyu agar keberadaannya di bumi tidak punah
seiring dengan keserakahan manusia.

I.2 Perumusan Masalah


Adapun beberapa perumusan masalah dalam makalah ini yaitu
1. Apakah manfaat dari kandungan nutrisi penyu dan telur penyu
2. Bagaimana cara mempertahankan keberadaan penyu agar tidak punah

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyu


Ada beberapa jenis penyu yang menghuni wilayah perairan di Indonesia,
diantaranya yaitu :
Penyu Hijau (Chelonia Mydas)
1. Penyu Hijau merupakan jenis penyu yang paling sering ditemukan dan hidup di
laut tropis. Dapat dikenali dari bentuk kepalanya yang kecil dan paruhnya yang
tumpul. Dinamai penyu Hijau bukan karena sisiknya berwarna Hijau, tapi warna
lemak yang terdapat di bawah sisiknya berwarna Hijau. Tubuhnya bisa berwarna
abu-abu, kehitam-hitaman atau kecoklat-coklatan. Daging jenis penyu inilah yang
paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia terutama di Bali.
2. Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)
Penyu Sisik atau dikenal sebagai Hawksbill turtle karena paruhnya tajam dan
menyempit/meruncing dengan rahang yang agak besar mirip paruh burung elang.
Demikian pula karena sisiknya yang tumpang tindih/over lapping (imbricate)
seperti sisik ikan maka orang menamainya penyu sisik. Ciri-ciri umum adalah
warna karapasnya bervariasi kuning, hitam dan coklat bersih, plastron berwarna
kekuning-kuningan. Terdapat dua pasang sisik prefrontal. Sisiknya (disebut bekko
dalam bahasa Jepang)banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri
kerajinan tangan terutama di Jepang untuk membuat pin, sisir, bingkai kacamata
dll. Sebagian besar bertelur di pulau-pulau terpencil.
3. Penyu Pipih (Natator depressus)
Penyu Pipih atau dalam bahasa Inggris Flatback Turtle. Dinamai flatback turtle
karena sisik marginal sangat rata (flat) dan sedikit melengkung di sisi luarnya.
Biasa pula dinamai Australian flatback karena species ini hanya ditemui bertelur
di Australia meskipun kadang-kadang dijumpai di perairan Indonesia, meskipun
tidak bertelur di sini. Hal ini mungkin saja terjadi karena kedekatan geografis
kedua negara. Di awal abad 20, species ini sempat agak ramai diperdebatkan oleh
para ahli. Sebagian orang memasukkannya ke dalam genus Chelonia, namun
setelah diteliti dengan seksama para ahli sepakat memasukkannya ke dalam genus

2
Natator, satu-satunya yang tersisa hingga saat ini. Jenis ini carnivora sekaligus
herbivora. Mereka memakan timun laut, ubur-ubur, kerang-kerangan, udang dan
invertebrata lainnya.
4. Penyu Tempayan (Caretta caretta)
Disebut dalam bahasa Inggris Loggerhead turtle. Warna karapasnya coklat
kemerahan, kepalanya yang besar dan paruh yang bertumpuk (overlap) salah satu
ciri mengenali penyu tempayan. Disamping itu terdapat lima buah sisik di kepala
bagian depan (prefrontal), umumnya terdapat empat pasang sisik coastal. Lima
buah sisik vertebral. Plastron berwarna coklat muda sampai kuning. Sebagian
besar bertelur di daerah sub-tropis. Kadang-kadang ditemukan di perairan
Indonesia namun tidak ditemukan bertelur di sini. Penyu Tempayan termasuk
jenis carnivora yang umumnya memakan kerang-kerangan yang hidup di dasar
laut seperti kerang remis, mimi dan invertebrata lain. Penyu tempayan memiliki
rahang yang sangat kuat untuk menghancurkan kulit kerang.
5. Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Olive Ridley turtle. Penampilan penyu
Lekang ini adalah serupa dengan penyu Hijau tetapi kepalanya secara komparatif
lebih besar dan bentuk karapasnya lebih langsing dan besudut. Tubuhnya
berwarna Hijau pudar, mempunyai lima buah atau lebih sisik lateral di sisi
sampingnya dan merupakan penyu terkecil diantara semua jenis penyu yang ada.
Diperkirakan ada 1000 sarang yang ditemukan. saat ini. Seperti halnya penyu
tempayan, penyu Lekang juga carnivora. Mereka juga memakan kepiting, kerang,
udang dan kerang remis.
6. Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea)
Penyu Belimbing adalah satu-satunya penyu yang tidak bersisik dan merupakan
penyu terbesar. Dinamai leatherback turtle karena tubuhnya diselimuti oleh
lapisan tipis, lunak namun sangat kuat lagi elastis layaknya kulit. Demikian pula
karena di tubuhnya terdapat tonjolan bergaris seperti belimbing sebanyak tujuh
garis sehingga kita menamainya penyu belimbing. Penyu ini memiliki
kemampuan menyelam yang sangat luar biasa. Tercatat mampu menyelam sampai
kedalaman 1,000 meter. Sangat fantastis. Berbeda dengan jenis penyu lainnya,
penyu belimbing tidak memiliki rahang yang cukup kuat untuk memecahkan biota

3
laut yang keras. Mereka umumnya hanya memakan ubur-ubur saja. Penyu
Belimbing tergolong phylum Chordata, bertulang belakang (subphylum
Verterbrata), kelas Reptilia, ordo Testudines, dari Family Dermochelyidae,
spesies Dermochelys coriacea. Nama ilmiah Family Dermochelys berasal
daripada dua perkataan Yunani Greek yaitu derma (kulit) and chelys (penyu).
Nama spesies pula berasal daripada perkataan Yunani corium (kulit lembu
leather). Oleh karena itu nama ilmiah penyu Belimbing, Dermochelys coriacea
bererti penyu berkulit seperti kulit lembu leather.
7. Penyu Lekang Kempii (Lepidochelys kempii)
Tubuhnya mirip dengan penyu lekang hanya sedikit lebih besar. Di depan
namanya disebut Kemps untuk mengenang Richard Kemp yang telah meneliti
jenis ini sehingga bisa dibedakan dengan penyu lekang. Seperti halnya Olive
ridley turtle, Kemps ridley turtle memiliki tiga kata untuk penyebutan namanya.
Tidak seorangpun tahu makna kata ridley di tengah nama mereka. Sebagian
orang berpendapat kata tersebut mungkin berasal dari kata riddle atau
riddler (teka-teki) karena memang teka-teki selalu ditimbulkan oleh penyu
jenis ini. Tidak ada yang tahu dari mana mereka datang dan di mana feeding
ground mereka. Genus Lepidochelys ini sering kali melakukan peneluran secara
bersama-sama dalam jumlah yang sangat besar yang dikenal dengan sebutan
arribada (Spanyol) yang berarti arrival (Inggris). Pada 1947, Kemps ridley turtle
melakukan peneluran yang sangat spektakuler dengan jumlah induk sekitar 40
ribu ekor bertelur secara bersamaan di pantai sepanjang 300 km di Rancho Nuevo
(Mexico) di siang hari, kemungkinan bertujuan untuk memastikan sebahagian
telur akan terselamat walaupan sebahagian lagi akan dimakan pemangsa. Seperti
halnya penyu tempayan, penyu Lekang Kempii termasuk jenis carnivora. Mereka
juga memakan kepiting, kerang, udang dan kerang remis. Penyu lekang Kempii
ini phylum Chordata, bertulang belakang (subphylum Verterbrata), kelas Reptilia,
ordo Testudines, suborder Crypyodira, superfamily Cheloniidae, Family
Cheloniidae, spesies Lepidochelys kempii.
8. Penyu Hitam (Chelonia aggassizii)
Dinamai penyu Hitam (Black turtle) karena tubuhnya berwarna kelabu atau hitam.
Hingga kini masih dipertentangkan orang apakah sub species penyu Hijau atau

4
species tersendiri. Tubuhnya mirip penyu Hijau namun sedikit lebih kecil. Hanya
ditemui di Samudera Pasifik sebelah timur (Galapagos), bertelur di pantai
Michoacan dan Baja, Mexico. Ketika penyu Hitam masih muda mereka makan
berbagai jenis biota laut seperti cacing laut, udang remis, rumput laut juga alga.
Ketika tubuhnya mencapai ukuran sekitar 20-30 cm, mereka berubah menjadi
herbivora dan makanan utamanya adalah rumput laut.1
Hampir 99 % masa hidup penyu akan dihabiskan dilaut dan hanya 1 % penyu
akan berada didarat untuk menghantarkan telurnya. Tidak semua pantai menjadi
daerah persarangan penyu, karena penyu akan memilih pantai dimana ia
dilahirkan dengan krakteristik pantai yang berpasir halus, lantai, gembur, bersih,
jauh dari ancaman bahaya serta memiliki vegetasi pantai.
Penyu bersarang disebagian pantai daratan Sumatera Barat serta beberapa pulau
yang memiliki pantai berpasir, jauh dari keramaian dan aktivitas
nelayan/penduduk. Hingga kini beru tercatat sebanyak 32 lokasi persarangan
walaupun sudah ada beberapa tambahan titik lokasi pendaratan. (Harfiandri,
2000)2
Penyu mengalami bertelur yang beragam, dari 2 - 8 tahun sekali. Sementara
penyu jantan menghabiskan seluruh hidupnya di laut, betina sesekali mampir ke
daratan untuk bertelur. Penyu betina menyukai berpasir yang sepi dari manusia
dan sumber bising dan cahaya sebagai tempat bertelur yang berjumlah ratusan itu,
dalam lubang yang digali dengan sepasang tungkai belakangnya. Pada saat
mendarat untuk bertelur, gangguan berupa cahaya ataupun suara dapat membuat
penyu mengurungkan niatnya dan kembali ke laut.
Penyu yang menetas di perairan pantai ada yang ditemukan di sekitar kepulauan.
Penyu diketahui tidak setia pada tempat kelahirannya.
Tidak banyak yang dihasilkan seekor penyu. Dari ratusan butir telur yang
dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak hanya belasan tukik (bayi
penyu) yang berhasil sampai ke laut kembali dan tumbuh dewasa. Itu pun tidak
memperhitungkan faktor perburuan oleh manusia dan alaminya seperti di pantai,
serta ikan besar begitu tukik tersebut menyentuh perairan dalam.3
Sebagai daerah pesisir yang berbatasan langsung dengan samudera di dukung oleh
banyaknya pulau-pulau kecil merupakan kawasan peneluran penyu yang potensial

5
dan juga merupakan alur strategis bagi migrasi ikan diantara dua daratan pulau
Sumatera dan Mentawai yang berjarak lebih kurang 85 mil.
Enam jenis penyu hidup di kawasan perairan Indo Pasifik termasuk Indonesia,
tiga diantara di temukan di wilayah perairan Sumatera Barat yaitu Penyu
Hijau/Daging, Penyu Sisik/Karah dan Penyu Belimbing. Jenis penyu hijau dan
penyu sisik yang umum ditemukan bertelur di wilayah Sumatera Barat, sedangkan
akhirakhir ini penyu belimbing sudah jarang ditemukan bertelur disepanjang
patai Sumatera Barat.
Penyu Belimbing yang akhir-akhir ini ditemukan pada tahun 1998 di perairan
Painan 1 ekor, tahun 2000 ditemuan 1 ekor yang sempat masuk jaring nelayan
pantai Kota Pariaman. Awal tahun 2005 ditemukan lai telur penyu belimbing
dipedagang telur pantai Muara Padang sebanyak 60 butir yang berasal dari Kota
Pariaman. Penyu belimbing sudah jarang ditemukan akan tetapi daerah yang
menjadi lokasi persarangannya adalah Pulau Kasiak Pariaman. Populasinya sudah
di terancam musnah, kerana tidak banyak lagi penyu jenis ini yang dapat kita
temukan.

2.2 Manfaat Kandungan Nutrisi Penyu dan Telur Penyu


Penyu adalah reptilia laut. Penyu ditemukan di semua di dunia. Menurut
data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman (145 - 208 juta tahun
yang lalu). Pada masa itu, hewan ini berukuran panjang badan enam meter, dan
telah berenang di laut purba seperti penyu masa kini.
Penyu memiliki sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung yang
memberinya ketangkasan berenang di dalam air. Walaupun seumur hidupnya
berkelana di dalam air, sesekali hewan kelompok vertebrata, kelas reptilia itu
tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk mengambil napas. Itu karena
penyu bernapas dengan paru-paru. Penyu pada umumnya bermigrasi dengan jarak
yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3.000kilo meter
dapat ditempuh 58 - 73 hari.
Hampir semua jenis penyu termasuk ke dalam daftar hewan yang
dilindungi karena dikhawatirkan akan punah disebabkan oleh jumlahnya makin
sedikit. Di samping penyu belimbing, dua spesies lain, penyu Kemps Ridley dan
penyu sisik juga diklasifikasikan sebagai sangat terancam punah oleh The World

6
Conservation Union (WCU). Penyu hijau (Chelonia mydas), penyu lekang atau
penyu abu-abu (Lepidochelys olivacea), dan penyu tempayan atau loggerhead
(Caretta caretta) digolongkan sebagai terancam punah. Hanya penyu pipih
(Natator depressus) yang diperkirakan tidak terancam.
Sebagian orang menganggap penyu adalah salah satu yang memiliki
banyak kelebihan. Selain yang menarik untuk cendramata, dagingnya yang lezat
ditusuk jadi sate penyu berkhasiat untuk obat dan ramuan kecantikan. Terutama di
Tiongkok dan Bali, penyu menjadi bulan-bulanan ditangkap, disantap, tergusur
dari pantai, telurnyapun diambil. Meski sudah ada Peraturan Pemerintah tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, yang melindungi semua jenis penyu,
perburuan terhadap hewan yang berjalan lamban ini terus berlanjut. Untuk
mencegah kepunahan penyu, terutama penyu belimbing, beberapa negara telah
melindungi tempat bertelur penyu. Salah satunya adalah diJamursba, yang terletak
di pantai utara Irian. Pantai itu baru-baru ini ditetapkan sebagai wilayah
konservasi.

2.3 Upaya Pelestarian Penyu dan Telur Penyu


Upaya pelestarian pengelolaan penyu haruslah memerlukan peraturan dan
undang-undang serta perda yang kuat dan legal. Serta sarana dan prasarana yang
memadai serta didukung oleh bantuan dana didalam penyelamatkan dan
pemeliharaan penyu.
1. Langkah pelestarian untuk masyarakat lokal Sumatera Barat ada beberapa
aturan dan kebiasaan lokal yang menjadi dasar dalam upaya pelestarian.
Dasar Agama ; dimana masyarakat umumnya adalah beragama islam, dimana
penyu adalah termasuk hewan yang hidup didua tempat (reptilia) yang secara
hukum islam adalah dilarang unutk mengkonsumsinya.
2. Dasar Budaya ; dimana penyu tidaklah menjadi salah satu syarat didalam adat
dan tradisi baik untuk kegiatan perkawinan, pendirian rumah, dan acara budaya
lainnya
Dua hal tersebut datas dapat menjadi dasar kearifan lokal dalam upaya
pelestarian dan perlindungan penyu. Tak diragukan lagi, telur mempunyai
kandungan protein tinggi (lihat Tabel 1). Bahkan di dalam peristilahan gizi ada
satuan yang disebut Protein Senilai Telur (PST). Dalam hal ini protein di dalam

7
telur dijadikan standar dan diberi nilai maksimal yaitu 100, bahan pangan lainnya
kemudian disetarakan dan umumnya mempunyai nilai di bawah 100. Sumber gizi
telur sebenarnya lebih banyak pada kuning telurnya dibandingkan bagian yang
berwarna putih. Sebaliknya, zat besi dan vitamin A justru hampir seluruhnya
terkonsentrasi pada kuning telur.
Anak dalam masa pertumbuhan sebaiknya mengonsumsi satu butir telur
sehari sebagai jaminan asupan gizi yang optimal untuk menopang pertumbuhan
fisik dan kecerdasannya. Sebagian orang tua bahkan sering memberikan telur
setengah matang kepada anak-anaknya. Telur matang sebenarnya justru lebih
mudah dicerna tubuh. Mengapa? Karena proteinnya telah terdenaturasi dan
ikatannya menjadi longgar. Hal ini memudahkan enzim pencernaan untuk
memecahnya menjadi bagian-bagian kecil untuk kemudian diserap tubuh.
Pada sebagian orang telur terkadang ditakuti karena kandungan kolesterolnya
yang tinggi. Mungkin hal ini benar untuk orang-orang dewasa di atas usia 40
tahun yang sudah terdeteksi rawan kolesterol tinggi. Namun bagi anak-anak
(terutama balita), kolesterol ini justru sangat dibutuhkan sebagai salah satu bahan
dasar untuk menopang kecerdasan. Kebutuhan kolesterol rata-rata per hari adalah
300 mg. Pada Tabel dapat dilihat perbandingan kandungan kolesterol telur dan zat
lain.

8
BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyu adalah kelompok hewan vertebrata yang masuk dalam spesies reptil dan
telah hidup ribuan tahun yang lalu. Penyu hidup didalam air dengan
mengandalkan sepasang tungkainya untuk tetap berenang didalam air dengan
memakan jenis plankton tertentu hidup di air baik itu berupa fitoplankton.
Keberadaan penyu saat ini telah mengkhawatirkan karena banyaknya perburuan
liar yang tidak bisa diatasi bahkan melalui Peraturan Pemerintah seperti yang ada
pada Negara Tiongkok dan Bali. Bukan hanya itu, maraknya perburuan liar pada
hewan ini menjadikan hewan ini sebagai salah satu hewan terlangkan di dunia dan
ini telah menuai perhatian dari lembaga pemerhati lingkungan dunia. Penyu dan
telur penyu memiliki segudang manfaat diantaranya sebagai obat dan kecantikan
selain itu telur penyu juga banyak mengandung protein yang mampu untuk
mempertahankan kebugaran tubuh dan vitalitas.

3.2 Saran
Adapun beberapa saran yang perlu diperhatikan yaitu
1. Sebaiknya pemerintah merespon dengan baik akan keberadaan penyu dan telu
penyu ini sehingga dapat menyediakan tempat budidaya khusus untuk biota laut
ini
2. Sebaiknya khasiat penyu dan telur penyu ini perlu dikaji lagi untuk
memperoleh khasiat lainnya
3. Sebaiknya khasiat penyu dan telur penyu diproduksi dalam jumlah banyak
agar masyarakat dapat juga merasakan khasiatnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.e-smartschool.com
2. www.universitasbunghatta.com
3. http://www.berita8.com
4.Yudha,Adiputra.2005.Komunitas Penyu dan Telur Penyu. Lampung :
Universitas Lampung.

10

Anda mungkin juga menyukai