DOSEN PENGAJAR :
Bony Irawan, M.Pd.
DISUSUN OLEH :
1. Afriliani 140384205011
2. Agus Rianti 140384205036
3. Ryanda Bima Jatra 140385205038
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan Rahmat, Karunia
serta Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
baik. Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Biologi Laut.
Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman para mahasiswa mengenai Ekosistem Subtidal dan Laut Dalam.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Bony Irawan, M.Pd selaku
dosen pengajar mata kuliah Biologi Laut, atas bimbingan dan materi yang telah
diberikan kepada Kami dalam kegiatan perkuliahan.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Dari seluruh komponen biotik yang ada, maka salah satu di antaranya
yangmenarik untuk dikaji adalah organisme subtidal, yaitu daerah yang
terletek antarabatas air surut terendah di pantai dengan ujung paparan dunia yang
di pengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan antara lain: pergerakan ombak,
salinitas, suhu, penetrasi cahaya, persediaan makanan, topograpi. Dan organisme
yang hidup pada zona subtidal diantaranya: lamun, anemone, siput laut, ganggang
coklat, ganggang merah, bintang laut dan sebagainya.
1.3 Tujuan
a. Mengetahui bagaimana keadaan lingkungan pada ekosistem subtidal.
b. Mengetahui bagaimana keadaan lingkungan pada ekosistem laut dalam .
BAB II
PEMBAHASAN
Zona Subtidal merupakan daerah yang terletak antara batas air surut
terendah di pantai dengan ujung paparan benua (continental shelf), dengan
kedalaman sekitar 200 meter. Pada skema klasifikasi ini dikenal sebagai
sublitoral. Zona paparan atau sublitoral adalah zona lentik pada paparan benua di
bawah zona pelagik neritik. Zona ini mendapat cahaya dan pada umumnya dihuni
oleh bermacam jenis biota laut yang melimpah dari berbagai komunitas, termasuk
padang lamun dan terumbu karang. Zona subtidal meliputi daerah dibawah rata-
rata level pasang surut yang rendah dan biasanya selalu digenangi air secara terus
menerus.Lamun tidak mempunyai struktur yang besar, namun dapat mereduksi
pengaruh kekuatan dan energi ombak yang menerpanya.Pada zona subtidal,
tampaknya lamun lebih tahan terhadap badai daripada terumbu karang dan bakau
(Hatcher dkk, 1989).
a) Zona ini merupakan zona fotik (masih mendapatkan cahaya). Zona Fotik atau
eufotik merupakan perairan pelagik yang masih mendapatkan cahaya
matahari. Batas bawah zona ini tergantung pada batas kedalaman tembus
cahaya, dan biasanya bervariasi berdasarkan tingkat kejernihan air. Umumnya
batas bawah zona fotik terletak pada kedalaman 100-150 meter.
b) Kedalaman sekitar 200 m. Zona subtidal berada pada bagian laut yang
terletak antara batas air surut terendah di pantai dengan ujung paparan benua,
pada kedalaman sekitar 200m. pada skema klasifikasi, daerah ini dikenal
sebagai sublitoral.
c) Terdiri dari sedimen lunak, pasir, lumpur, dan sedikit daerah dengan substrat
keras.
C. Tekanan Mekanik
Gerakan ombak mencapai puncaknya di zona intertidal. Karena itu, setiap
organisme yang hidup di daerah ini perlu beradaptasi untuk mempertahankan diri
dari pengaruh pukulan ombak. Gerakan ombak mempunyai pengaruh yang
berbeda pada pantai berbatu, dan pada pantai berpasir, sehingga membutuhkan
adaptasi yang berbeda pula. Untuk mempertahankan posisi menghadapi gerakan
ombak, organisme intertidal telah membentuk beberapa adaptasi. Salah satu
diantaranya yang ditemukan pada teritip, tiram, dan cacing polikaeta serpulida,
adalah dengan melekat kuat pada substrat. Sedangkan alga di daerah intertidal
menyatukandirinya pada dasar perairan melalui sebuah alat pelekat.
Organisme lain juga membuat alat pelekat yang kuat tetapi tidak permanen,
sehingga membatasi pergerakan. Sebagai contoh adalah benang bisal
pada Mytilus yang dapat menambatkan hewan tersebut dengan kokoh tetapi tetap
dapat putus dan dapat dibuat kembalisehingga membatasi gerakan yang lambat.
Moluska intertidal yang dominan seperti beberapa macam limpet dan kiton,
mempertahankan diri dari gerakan ombak dengan kaki yang kuat dan besar yang
diletakkan pada substrat. Organisme motil seperti kepiting tidak mempunyai
mekanisme struktural untuk mempertahankan diri dari sapuan ombak dan mereka
dapat terus hidup hanya dengan berlindung pada celah batu atau dibawah batu.
Hampir semua moluska intertidal beradaptasi terhadap serangan ombak dengan
jlan mempertebal cangkang, lebih tebal dibandingkandengan individu yang sama
yang terdapat di daerah subtidal dan mengurangi ukuran tubuhyang amat mudah
pecah bila terpukul ombak.
D. Pernapasan
E. Cara Makan
F. Tekanan Salinitas
Zona intertidal juga mendapat limpahan air tawar, yang dapat menimbulkan
masalah tekanan osmotik bagi organisme intertidal yang hanya dapat
menyesuaikan diri dengan air laut. Karena hampir semua organisme intertidal
tidak memperlihatkan adaptasi daya tahan terhadap perubahan salinitas, tidak
seperti organisme estuaria. Kebanyakan tidak mempunyai mekanisme untuk
mengontrol kadar garam cairan tubuhnya dan karena itu disebut osmokonformer.
Adaptasi satu-satunya sama dengan adaptasi untuk melindungi tubuh dari
kekeringan, misalnya untuk teritip dan moluska adalah dengan menutup valva
atau cangkang. Keadaan ini mungkin yang menyebabkan mortalitas katastrofik
pada organisme intertidal jika terjadi hujan deras atau aliran air tawar. Tetapi
nampaknya keadaan ini amat jarang terjadi sehingga mekanisme khusus tidak
terlalu dibutuhkan.
G. Reproduksi
Kebanyakan organisme intertidal hidup menetap atau bahkan melekat,
sehingga dalam penyebarannya mereka menghsailkan telur atau larva yang
terapung bebas sebagai plankton. Adaptasi reproduksi kedua yang diakibatkan
oleh posisi intertidal adalah bahwa hampir semua organisme mempunyai daur
perkembangbiakan yang seirama dengan munculnya arus pasang surut tertentu,
seperti misalnya pada waktu pasang purnama. Contohnya Mytilus edulis, gonad
menjadi dewasa selama pasang purnama dan pemijahannya berlangsung ketika
pasang perbani. PadaLittorina neritoides, telurnya diletakkan pada saat pasang
purnama.
a. Pergerakan Ombak
b. Salinitas
Salinitas di daerah ini lebih bervariasi daripada di laut terbuka atau laut-
dalam, tetapi kecuali di daerah dekat sungai-sungai besar yang mengeluarkan
sejumlah besar air tawar, salinitas tidak berubah banyak sehingga dapat
menimbulkan perbedaan ekologis.
c. Suhu
d. Penetrasi Cahaya
Penetrasi cahaya pada perairan turbulen ini lebih kecil dibandingkan dengan
daerah laut terbuka. Kumpulan partikel-partikel sisa, baik dari daratan, dari
potongan-potongan kelp dan rumput laut, ditambah kepadatan plankton yang
tinggi akibat melimpahnya nutrient, menyebabkan terhambatnya penetrasi cahaya
sampai beberapa meter.
e. Persediaan Makanan
f. Topografi.
Berdasarkan subtratnya dibagi menjadi 2 yaitu soft bottom dan hard bottom.
Soft bottom mencakup semua bidang yang tidak terkonsolidasi misalkan lumpur
dan pasir. Sebagian besar organisme subtidal soft bottom didominasi oleh
invertebrata infauna seperti cacing polychaete, krustasea, echinodermata dan
moluska epifauna umum yang ditemukan pada permukaan sedimen dapat
mencakup spesies udang, kepiting, siput, kerang, teripang, dan sand dollar.
Produsen primer pada komunitas ini adalah fitoplankton seperti diatom, mikro
alga, dan bakteri.Hard bottom memiliki subtrat yang keras dan berbatu, organisme
yang dapat ditemui adalah lamun, rumput laut, kepiting, lobster, sea urchin,
bintang laut Salah satu tanaman yang paling mencolok, kelp raksasa (Macrocystis
pyrifera), dapat membentuk kanopi permukaan yang mengambang, menciptakan
habitat vertikal, yang dapat terdiri dari beberapa lapisan ( harmer,2014)
2.1.7 Organisme yang Hidup di Zona Subtidal
1. pelagik adalah makhluk hidup yang hidup melayang pada perairan seperti
plankton dan nekton
a. Penyu hijau
Chelonia mydas, atau yang biasanya dikenal dengan nama penyu hijau
adalah penyu laut besar yang termasuk dalam keluarga Cheloniidae. Hewan ini
adalah satu-satunya spesies dalam golongan Chelonia. Penyu hijau hidup di
semua laut tropis dan subtropis, terutama di samudra atlantik dan pasifik.
Dalam ekosistem subtidal penyu hijau biasa menggunakan lamun sebagai
sumber makanannya.
Penyu laut bersifat amfibi, yaitu hidup di dua alam/habitat (air dan
darat). Sifat ini berhubungan dengan siklus hidup penyu laut. Penyu laut hidup
di perairan dangkal, dan juga muncul ke pesisir pantai untuk berjemur atau
penyu betina naik ke daratan untuk menggali sarang dan telur. Penyu laut
melakukan migrasi jauh antara tempat sumber makanan dengan lokasi
peneluran. Pada umumnya, penyu laut mencari makan di perairan yang
ditumbui oleh tanaman atau alga laut. Laut yang dihuni oleh penyu laut
memiliki karakteristik yaitu perairan karang, pantai yang landai, dan luas, atau
perairan yang bersuhu sedang dan dingin (Nuitja, 1992).
b. Dugong
Dugong dugon adalah sejenis mamalia laut yang merupakan salah satu
anggota Sirenia atau lembu laut yang masih bertahan hidup selain Manatee.
Duyung bukanlah ikan karena menyusui anaknya dan masih merupakan
kerabat evolusi dari gajah. Ia merupakan satu-satunya hewan yang mewakili
famili Dugongidae. Sama seperti penyu hijau, ikan duyung menggunakan
lamun sebagai sumber makanannya (Azkab, 1998)
Gambar 5. Dugong
c. Paus
Paus biru termasuk dalam subordo Mysticeti yang berciri tidak
memiliki gigi, melainkan baleen yaitu penyaring besar dalam mulut. Paus biru
mempunyai warna kulit biru keabu-abuan, dan bintik putih keabu-abuan
dengan sisi terang. Makanan utama paus biru adalah zooplankton, krill atau
udang-udang kecil dan organisme kecil lainnya. Paus biru mempunyai 300
hingga 400 pasang baleen berwarna hitam yang digunakan untuk menyaring
makanan dari laut. Baleen adalah struktur berbentuk sikat terbuat dari keratin
yang tersusun dalam pelat di rahang atas paus (NMFS, 1998).
Hewan ini memiliki dua buah blowhole atau lubang tiup yang terletak
di sisi atas kepala, fluke dan flipper sebagai alat gerak dan sirip dorsal
berbentuk sabit. Paus biru memiliki bentuk tubuh ramping dan memanjang
dengan aspek rasio fluke tinggi, yang mana merupakan perangkat hidrodinamik
untuk meningkatkan efisiensi daya dorong. Semakin tinggi efisiensi
memungkinkan paus menambah lebih banyak daya dorong pada area fluke
untuk menambah kecepatan, tenaga, dan gerakan fluke sambil meminimalkan
gesekan. Kecepatan ini berguna untuk penjelajahan saat mencari makan
(Woodward et al. 2006).
d. Hiu
Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi
kulit dari kerusakan, infeksi yang disebabkan oleh parasit dan juga untuk
menambah dinamika air. Celah insang hiu terletak di belakang mata pada
kedua sisi kepalanya dimana dalam melakukan pernapasan, air ditarik masuk
melalui mulut dan di pompa ke luar melalui celah insang. Sirip pada hiu
mempunyai dua fungsi utama yaitu 1) menahan hiu tidak terguling, hal ini
karena hiu mempunyai satu atau dua sirip punggung (dorsal fin) yang menjaga
keseimbangan tubuh hiu dan 2) membantu mendorong dan mengarahkan gerak
hiu, dimana sirip dada (pectoral fin) mampu mengangkat hiu pada saat
berenang dan mencegah tenggelam serta mencegah hiu terombang-ambing dan
bergerak tidak stabil, sedangkan sirip ekor (caudal fin) membantu hiu bergerak
ke depan. Hiu berevolusi sehingga mempunyai bentuk badan ramping dan sisik
dadanya yang besar berfungsi sebagai hidrofoil yang memberikan daya apung
yang cukup besar (Nontji, 1987).
Hati hiu berukuran besar, dan berminyak. Adapun organ ini menempati
25% dari total berat badan. Hati hiu mempunyai dua fungsi, pertama sebagai
penyimpan energi dimana semua cadangan lemak disimpan, kedua adalah
sebagai organ hidrostastik. Pelumas yang lebih ringan dari air disimpan di
dalam hati. hal ini untuk mengurangi kepadatan sehingga memberikan daya
apung tubuh untuk mencegah tenggelamnya hiu (Musthofa, 2011).
a. Siput Laut
Siput laut memang mirip dengan siput yang biasa kita jumpai di daratan
tapi tanpa cangkang dan memiliki variasi warna yang sungguh sangat indah.
Siput laut sering juga disebut nudibranch. Nudibranch berasal dari bahasa Latin
nudus yang berarti telanjang, dan bahasa Yunani brankhia yang berarti insang.
Nudibranch memiliki kepala bertentakel, yang sangat sensitif terhadap
sentuhan, rasa, dan bau. Rhinophore berbentuk seperti pentungan berperan
untuk mendeteksi bau (hidung). Mereka merupakan hewan hermafrodit, tetapi
jarang melakukan fertilisasi sendiri. Siput laut tertentu yang memakan karang
dan anemon laut menelan sel penyengat mangsa mereka tanpa pemakaian
mereka; ini kemudian lulus dari saluran pencernaan siput terhadap ceratia, di
mana mereka digunakan oleh siput untuk pertahanan sendiri
( Romimohtarto,2001)
Siput Laut (nudibranch) tersebar di seluruh dunia, dengan jumlah
terbesar dan jenis terbesar ditemukan di perairan tropis.Kebanyakan siput laut
memiliki dua pasang tentakel di kepala, yang digunakan untuk penerimaan
taktil dan chemosensory, dengan mata kecil di dasar sungut masing-masing.
selain itu dalam rangka kamuflase hewan ini juga dapat memanipulasi warna
tubuhnya sehingga menjadi lebih mirip dengan lingkungan sekitarnya.
Sumber : http://3.bp.blogspot.com/
b. Bintang laut
Bintang laut dicirikan oleh simetri radial, dan jumlah lengan (5 atau
dikalikan dengan 5) menjulur dari badan pusat. Mulut dan anus saling
berdekatan, anus berada di pusat disk bersama-sama dengan madreporite.
Memiliki pedicellaria yang membuat lengannya mampu bergerak bebas
Sumber : https://tse4.mm.bing.net
c . Bulu babi
Badan simetris radial dengan kerangka kitin eksternal dan terletak di pusat
rahang (disebut lentera Aristoteles) dengan gigi horny. Mulut terdiri dari
pengaturan kompleks otot dan pelat sekitarnya pembukaan melingkar. Anus
terletak di permukaan atas. Beberapa bulu babi memiliki bola, bola seperti
kloaka (untuk menyimpan feces) yang menonjol dari pembukaan dubur. Hal ini
dapat ditarik masuk ke shell.Tergantung pada spesies, duri memiliki berbagai
ukuran dan bentuk, duri melekat pada tubuh. Sering berupa duri tajam, berdiri
tegak dan dalam beberapa kasus bahkan berbisa. Memiliki penjepit pedicellaria
untuk meraih mangsa kecil. Beberapa pedicellaria juga beracun. Hidup
diantara bebatuan dan pasir. Kelimpahan bulu babi dapat menjadi tanda untuk
kondisi air yang jelek.
Bergerak dengan kaki tabung tetapi juga dapat bergerak dengan duri di
bagian bawah tubuh. Bulu babi bersifat nocturnal, pada siang hari bersembunyi
di celah karang. Namun beberapa bulu babi seperti Diadema kadang hidup di
tempat yang terbuka. Beberapa jenis bulu babi dapat menyamar. Mereka
berlindung dengan menggunakan duri dan bersembunyi di bawah
bebatuan. Beberapa bulu babi bahkan membawa karang lunak hidup atau
anemone untuk melindungi diri.Kebanyakan bulu babi adalah pemakan alga
tetapi, ada juga yang memakan spons, bryozonan dan ascidia. Ada juga yang
pemakan dentritus.Bulu babi memiliki jenis kelamin terpisah dan mudah
terbentuk secara tidak langsung oleh fusi sperma dan telur dilepaskan ke dalam
air.
Sumber : https://tse1.mm.bing.net/
d . Anemon Laut
Sumber : https://tse3.mm.bing.net/
3.Produsen
a. KELP
Kelp menempel pada substrat tidak dengan akar, tetapi dengan struktur
yang disebut Holdfast. Dari holdfast timbul batang atau cabang yang disebuut
stipe. Stipe ini diakhiri dengan satu atau lebih daun (blade) yang gepeng dan
lebar. Dipangkal daun terdapat pneumatokist atau pelampung, yang menjaga
daun tetap di permukaan. Seperti halnya fitoplankton, kelp mendapatkan
makanannya langsung dari air laut. Mereka mengandalkan gerakan air yang
melewatinya secara konstan untuk menghindari kekurangan nutrien. Karena
perairan dangkal secara konstan dipengaruhi oleh aktivitas ombak dan arus,
nutrien tersedia terus melalui turbelensi, upwelling, dan masukkan dari daratan.
Kekurangan nutrien jarang terjadi sehingga terjadi pertumbuhan yang subur,
membentuk kebun kelp.
Kelp tumbuh dan berkembang pesat di daerah yang beriklim sedang yaitu
daerah yang memiliki 4 musim, seperti Amerika, Jepang, Inggris. Kebun kelp
tidak ditemukan di daerah Indonesia, karena Indonesia beriklim tropis.
Bull kelp, Nereocystis luetkeana, sebuah spesies barat laut Amerika yang
digunakan oleh masyarakat adat untuk membuat jaring ikan.
b. Lamun
Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi antar jenis dan umur. Lamun
yang tua dapat menoleransi fluktuasi salinitas yang besar (Zieman 1986).
Ditambahkan bahwa Thalassia ditemukan hidup dari salinitas 3,5-60 /o,
namun dengan waktu toleransi yang singkat. Kisaran optimum untuk
pertumbuhan Thalassia dilaporkan dari salinitas 24-35 /0. Salinitas juga dapat
berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun dan
kecepatan pulih lamun. Pada jenis Amphibolis antartica biomassa,
produktivitas dan kecepatan pulih tertinggi ditemukan pada salinitas 42,5 /o.
Sedangkan kerapatan semakin meningkat dengan meningkatnya salinitas,
namun jumlah cabang dan lebar daun semakin menurun.
A. Tekanan Hidrostatis
B. Kadar Oksigen
Sumber oksigen utama di perairan laut dalam berasal dari air permukaan
laut di Antartika dan Arktik yang kaya Oksigen. Kadar oksigen dalam air laut
akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin
tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi,
karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses
fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar
oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen
yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik
dan anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung
pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam
keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat
bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen
dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang
kekurangan oksigen terlarut (Wardoyo, 1978).
C. Suhu
Keadaan suhu air laut dipengaruhi oleh penetrasi cahaya yang mampu
menembus kedalaman laut. Semakin dalam laut maka suhu semakin rendah
karena ketidak mampuan penetrasi cahaya matahari hingga ke laut dalam. Di laut
yang sangat dalam, suhu umumnya seragam dengan kisaran 130C (kecuali
wilayah hydrothermal vents (>80oC) dan cold hydrocarbon seeps (<1oC)).
D. Salinitas
E. Sirkulasi Air
Sirkulasi air di laut dalam Sangat lamban (< 5 cm/detik), tergantung pada
bentuk dan topografi dasar laut. Sikulasi air dan ventilasi dalam palung sangat
menentukan kadar oksigen di laut dalam.
F. Suplai Pakan
1. Adapasi morfologi
1. Warna
2. Mata
Ikan laut dalam biasanya memiliki mata yang sangat kecil atau bahkan
tidak bermata karena untuk hidup di lingkungan yang gelap gulita mata tidak
diperlukan. Namun pada beberapa ikan memiliki mata yang sangat besar.
Ikan laut dalam relatif memiliki ukuran mulut besar. Dalam mulutnya
terdapat gigi yang tajam dan melengkung ke arah tenggorokan, ini menjamin
bahwa apa yang tertangkap tidak akan keluar lagi dari mulut.
3. Bioluminescence
2. Adaptasi fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk
mempertahankan hidup dengan baik. Di ekosistem laut dalam dapat dikatakan
tidak terdapat produsen karena tidak adanya sinar matahari yang menyebabkan
tidak adanya proses fotosintesis pada ekosistem tersebut, sehingga biota laut
dalam melakukan adaptasi fisiologi. Bentuk adaptasi fisiologi biota laut dalam
adalah adalah organisme laut dalam mempunyai kapasitas untuk mengolah energi
yang jauh lebih efektif dari makhluk hidup di darat dan zona laut atas. Mereka
bisa mendaur energinya sendiri dan menentukan seberapa banyak energi yang
akan terpakai dengan stok makanan yang didapat.
a. Viperfish
b. Fangtooth
Warna dari fangtooth dewasa berkisar antara coklat gelap hingga hitam.
Sedangkan fangtooth muda berwarna abu abu cerah. Tekanan pada kedalaman 16
feet sangat lah tinggi , air juga hampir membeku, makanan juga sangat langka
sehingga fangtooth akan memakan apa saja yang dapat ia temukan.
Fangtooth ditemukan hampir ditemukan di seluruh laut dalam di dunia termasuk
di daerah tropis.
c. Dragonfish
f. Architeuthis dux
Architeuthis dux, merupakan salah satu dari hewan terbesar di bumi dengan
panjang mencapa 60 kaki sehingga Architeuthis dux sekaligus menjadi
avertebrata terbesar di dunia. Architeuthis dux masuk ke dalam kelas
cephalopoda filum molluska dan merupakan hewan karnivora ( kan memakan apa
saja yang dapat ditangkap ).
g. Harriotta raleighana
h. Bathynomus giganteus
3.1 kesimpulan
Zona Subtidal merupakan daerah yang terletak antara batas air surut terendah
di pantai dengan ujung paparan benua (continental shelf), dengan kedalaman
sekitar 200 meter. Pada skema klasifikasi ini dikenal sebagai sublitoral. Zona
paparan atau sublitoral adalah zona lentik pada paparan benua di bawah zona
pelagik neritik. Zona ini mendapat cahaya dan pada umumnya dihuni oleh
bermacam jenis biota laut yang melimpah dari berbagai komunitas, termasuk
padang lamun dan terumbu karang.