Anda di halaman 1dari 7

USEJ 4 (2) (2015)

Unnes Science Education Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA IPA TERPADU PADA TEMA


PEMISAHAN CAMPURAN UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS

Dharis Dwi Apriliyanti  , Sri Haryani, Arif Widiyatmoko

Jurusan IPA Terpadu, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ _________________________________________________________________
SejarahArtikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan alat peraga IPA terpadu terhadap peningkatan Keterampilan
Diterima April2015 Proses Sains (KPS) pada tema pemisahan campuran. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian dan
pengembangan (R&D), dengan subjek penelitian guru IPA dan siswa kelas VII SMP N 1 Kembang. Instrumen yang
Disetujui Juni 2015 digunakan meliputi tes, angket, wawancara, lembar validasi dan lembar observasi. Data yang dianalisis berupa hasil
Dipublikasikan Juli 2015 validasi pakar dan hasil penerapan dalam pembelajaran. Hasil analisis validasi pakar menunjukkan bahwa alat peraga
yang dikembangkan layak digunakan sebagai media pembelajaran berdasarkan penilaian pakar materi maupun alat
______________ peraga dengan persentase rata-rata sebesar 96,25% dan 87,50%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga yang
Keywords: dikembangkan mampu meningkatkan KPS siswa, dengan nilai N-gain mencapai 0,71 yang termasuk dalam kriteria
Alat Peraga, KPS, tinggi. Peningkatan KPS tertinggi terjadi pada indikator mengamati sedangkan terendah pada indikator berkomunikasi.
Hasil belajar menggunakan alat peraga menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari 0% siswa tuntas
Pemisahan Campuran KKM pada pretest menjadi 85,19% pada posttest. Data observasi sikap ilmiah siswa menunjukkan bahwa pembelajaran
_________________ menggunakan alat peraga dapat merangsang keaktifan siswa dengan persentase 55,56% siswa sangat aktif dan 44,44%
siswa aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan telah memberi kesempatan siswa untuk berpartisipasi
secara aktif dan meningkatkan motivasi belajar karena dihubungkan dengan pengalaman siswa dalam kehidupan
sehari-hari.

Abstract
___________________________________________________________________
This study aims to investigate the feasibility of teaching aids for integrated natural science toward the improvement of Science Process
Skills on the theme of mixture separation. Research design used in this study was research and development (R & D), with natu ral
science teacher and seventh graders of SMP N 1 Kembang as the research subject. The instrument used in this study included test,
questionnaire, interview, validation sheet, and observation sheet. The analyzed data was in form of the result of expert validation and
the result of implementation in learning. The result of expert validation showed that the developed props was feasible to be used as
learning media based on the evaluation from material expert and props expert with average percentage of 96.25% and 87.50%. The
result of this study showed that the developed props could improve students’ Science Process Skills, with the value of N-gain reaching
0.71 that was included in high criteria. The highest improvement of Science Process Skills occurred in indicator of observing, while the
lowest occurred in indicator of communicating. The learning outcome using the props showed an improvement of students’ learning
outcome and 0% student who completed the Minimum Mastery Criteria in the pre-test became 85.19% in the post-test. The data of
students’ scientific attitude observation showed that learning using the props could stimulate students’ activeness with percentage of
55.56% very active students and 44.44% active students in learning. The implemented learning has provided an opportunity for
students to participate actively and improve learning motivation because it was connected to students’ experiences in daily life.

© 2015 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6617
Jurusan IPA Terpadu FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D7 Kampus Sekaran Gunungpati
Telp. (024) 70805795 Kode Pos 50229
E-mail: dharis.apriliyanti@gmail.com
Apriliyanti, dkk. / Unnes Science Education Journal 4 (2) (2015)
PENDAHULUAN

Peraturan tentang pembelajaran Ilmu masih bersifat abstrak, kemudian dikonkretkan


Pengetahuan Alam secara terpadu sudah diatur dengan menggunakan alat agar dapat dijangkau
dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2006 yang dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat,
menjelaskan bahwa substansi mata pelajaran IPA dipandang dan dirasakan (Arsyad, 2013). Alat
pada SMP/MTs merupakan “IPA Terpadu”. Hal peraga dapat memperjelas bahan pengajaran yang
tersebut dipertegas dengan peraturan kementrian diberikan guru kepada siswa sehingga siswa lebih
pendidikan dan kebudayaan (Permendikbud) No. mudah memahami materi atau soal yang disajikan
68 Tahun 2013 yang menjelaskan bahwa hakikatnya guru. Alat peraga juga menarik perhatian siswa dan
IPA dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam dapat menumbuhkan minat untuk mengikuti
bentuk integrated sciences dan integrated social studies. pembelajaran IPA (Prasetyarini, 2013). Alat peraga
Pembelajaran IPA diintegrasikan melalui konten yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa alat
biologi, fisika, kimia. Dalam rangka menyongsong peraga pemishan campuran metode destilasi, filtrasi,
pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013, sublimasi dan ekstraksi. Selain itu juga terdapat
khususnya untuk tingkat SMP. Pelaksanaan stiker bergambar siklus air sebagai penjelasan
pembelajaran IPA dalam bentuk integrated science konsep dari materi pemisahan campuran.
dibutuhkan bahan pendukung seperti bahan ajar, Alat peraga yang dikembangkan
perangkat pembelajaran serta media pembelajaran diharapkan dapat memvisualkan materi yang
yang terpadu. sedang dipelajari. Dengan menggunakan alat
Berdasarkan observasi yang dilakukan di peraga, tentunya siswa dapat melihat langsung
SMP Negeri 1 Kembang, salah satu materi yang bagaimana proses yang terjadi di dalamnya
dianggap sulit oleh siswa adalah materi pemisahan sehingga akan lebih memahami konsep materi dan
campuran. Hal ini ditunjukkan dari pencapaian diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar.
ketuntasan hasil belajar siswa yang hanya mencapai Hasil belajar siswa tidak hanya dapat dinilai dari
64, 17 %. Materi ini merupakan materi yang penguasaan konsep (pengetahuan) namun dilihat
cenderung abstrak bagi siswa padahal penerapannya juga dariketrampilan proses pembelajarannya.
banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Wirtha & Rapi dalam Damayanti et al (2013)
Siswa SMP cenderung tertarik dengan pembelajaran menyatakan bahwa masih banyak siswa yang hanya
yang bersifat konkret dan menyenangkan. Hal menghafal konsep-konsep tanpa memahami konsep
tersebut dapat diatasi dengan menggunakan tersebut. Keberhasilan belajar dapat diukur melalui
praktikum agar siswa dapat menemukan sendiri pemahaman konsep (produk sains) dan ketrampilan
konsep pada materi tersebut. Salah satu contoh alat (keterampilan proses sains) yang akan
praktikum yang sudah ada adalah alat destilasi. mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Hal ni
Sebenarnya ada alat destilasi yang dapat digunakan sejalan dengan pendapat Alfalobi (2010) bahwa
untuk memperjelas materi namun alat tersebut pemecahan masalah dalam KPS mencakup
berharga tinggi. Hal inimengakibatkan hanya sedikit pengetahuan dan keterampilan. Nurhemy et al
sekolah yang memiliki alat destilasi sehingga (2011) juga menyatakan bahwa ketrampilan proses
diperlukan alat peraga yang dapat digunakan untuk sains merupakan proses belajar mengajar yang
memperagakan alat tersebut. Selain mahalnya harga dirancang supaya siswa dapat menemukan fakta-
alat destilasi, kurang lengkapnya multimedia di fakta, konsep-konsep, dan teori-teori dengan
SMP N 1 Kembang merupakan alasan utama keterampilan proses yang dimiliki dan sikap ilmiah
pengembanganan alat peraga. siswa sendiri. Di SMP N 1 Kembang KPS yang
Sebagai penunjang terselenggaranya proses dimiliki siswa terbilang rendah, hal tersebut
pembelajaran yang menyenangkan perlu disediakan dikarenakan jarang diadakannya praktikum.
alat peraga yang memadai (Hartati, 2010). Alat Menurut Rustaman (2005) keterampilan proses
peraga adalah media alat bantu pembelajaran, dan perlu dikembangkan melalui pengalaman-
segala macam benda yang digunakan untuk pengalaman langsung sebagai pengalaman
memperagakan materi pelajaran. Alat peraga disini pembelajaran. Melalui pengalaman langsung
mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang seseorang dapat lebih menghayati proses atau

836
Apriliyanti, dkk. / Unnes Science Education Journal 4 (2) (2015)
kegiatan yang sedang dilakukan. Hal tersebut sesuai S post  S pre
dengan pendapat Sunarya (2013) yang menyatakan g 
bahwa salah satu metode pembelajaran yang dapat 100 0 0  S pre
digunakan untuk membekali KPS siswa adalah
metode praktikum. Keterangan:
Indikator KPS meliputi mengamati,
mengelompokkan/klasifikasi, menafsirkan, S pre
= Skor rata-rata tes awal (%)
meramalkan, mengajukan pertanyaan, merumuskan
hipothesis, merencanakan percobaan, menggunakan S post
= Skor rata-rata tes akhir (%)
alat/bahan, menerapkan konsep, berkomunikasi.
Apabila N-gain yang diperoleh mencapai kriteria
Indikator keterampilan yang akan digunakan dalam
sedang (>0,3) maka penelitian pengembangan ini
penelitian ini adalah keterampilan mengamati,
dikatakan berhasil dan terbukti adanya peningkatan
mengelompokkan, merumuskan hipothesis,
KPS siswa pada pembelajaran menggunakan alat
menerapkan konsep dan berkomunikasi.
peraga.
Diharapkan alat peraga IPA terpadutema
Analisis penilaian pakar, tanggapan guru dan siswa,
pemisahan campuran tidak hanya mengukur
serta observasi KPS dan sikap ilmiah siswa
pengetahuan siswa, namun sikap dan
dianalisis menggunakan rumus:
keterampilannya juga.
Tujuan dari penelian ini adalah untuk
mengetahui kelayakan alat peraga IPA terpadu dan (Sudijono, 2006)
pengaruh pembelajaran menggunakan alat peraga Keterangan:
IPA terpadu terhadap peningkatan Keterampilan P : persentase
Proses Sains (KPS) pada tema pemisahan campuran f : jumlah skor yang diperoleh
untuk siswa SMP. N : jumlah skor maksimal yang diharapkan
Alat peraga dikatakan layak apabila presentase yang
METODE diperoleh > 63%. Alat peraga efektif untuk
meningkatkan KPS jika presentase observasi KPS
Desain penelitian dalam penelitian ini siswa mencapai > 63% dan dapat diterima oleh
menggunakan metode penelitian dan guru dan siswa apabila presentase respon siswa dan
pengembangan (Research and Development). Metode guru terhadap alat peraga > 63%.
penelitian dan pengembangan merupakan metode
penelitian yang menghasilkan suatu produk dan HASIL DAN PEMBAHASAN
menguji keefektifan produk. Adapun langkah-
langkah penelitian dan pengembangan yang Kelayakan Alat Peraga
diadaptasi dari Sugiyono (2012) yaitu (1) identifikasi Alat peraga yang dikembangkan pada
potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) penelitian ini dapat dikatakan layak setelah melalui
desain, (4) Validasi, (5) Revisi, (6) Uji coba (uji coba penilaian kelayakan dari para pakar. Penilaian
kecil), (7) Revisi, (8) Uji pemakaian, (9) Produk kelayakan alat peraga meliputi dua aspek yaitu
final. penilaian pakar media dan penilaian pakar materi.
Data yang diambil berupa data kelayakan Pakar dalam penilaian kelayakan ini adalah dosen
alat peraga berdasarkan penilaian pakar materi dan dan guru yang dianggap ahli dalam bidangnya.
alat peraga, tanggapan siswa dan guru, hasil belajar Hasil validasi dari pakar materi dan alat peraga
(tes bermuatan konsep), serta observasi KPS dan disajikan pada Tabel 1.
sikap ilmiah siswa. Peningkatan KPS siswa setelah Tabel 1. Hasil tanggapan pakar materi dan media
mengikuti pembelajaran menggunakan alat peraga No. Pakar Nilai Kriteria
dianalisis dari hasil tes bermuatan konsep dengan Pakar Materi
1. Dosen 97,50% Sangat layak
menggunakan rumus N-gain (Hake, 1998) 2. Guru 95,00% Sangat layak
Pakar Media
3. Dosen 82,50% Sangat layak
4. Guru 92,50% Sangat layak

837
Apriliyanti, dkk. / Unnes Science Education Journal 4 (2) (2015)
pemakaian rata-rata tanggapan siswa termasuk
Validator materi pada penelitian ini yaitu dalam kriteria sangat baik. Perolehan skor rata-rata
Indah Urwatin W, M.Pd yang merupakan dosen tanggapan siswa dari uji coba skala kecil dan uji
program studi Pendidikan IPA dan Dra Sunarmi pemakaian dapat dilihat pada Tabel 3.
selaku guru mata pelajaran IPA kelas VII di SMP N
1 Kembang. Validator alat peraga yaitu Muhammad
Taufiq , M.Pd yang merupakan dosen program Tabel 3. Hasil tanggapan siswa pada uji coba skala
studi Pendidikan IPA dan Lilis M, S.Pd guru mata kecil dan uji pemakaian
pelajaran IPA kelas VII dan VIII di SMP N 1 No. Uji coba Skor Kriteria
Kembang. Hasil penilaian pakar materi 1. Uji coba kecil 86,25% Sangat baik
2. Uji pemakaian 87,50% Sangat baik
menunjukkan bahwa alat peraga pemisahan
campuran masuk dalam kriteria sangat layak
dengan presentase kelayakan sebesar 96,25% dan Terjadi peningkatan sebesar 1,25% pada uji
presentase kelayakan alat peraga sebesar 87,50%, coba skala kecil dan uji pemakaian. Meskipun
dapat disimpulkan bahwa alat peraga pemisahan perbandingan hasil tanggapan siswa tidak
campuran dapat dikatakan sangat layak untuk signifikan, namun hal tersebut dapat menunjukkan
diterapkan dalam proses pembelajaran. Hal ini bahwa alat peraga telah lebih layak untuk
disebabkan alat peraga yang dikembangkan digunakan. Siswa menyatakan bahwa alat peraga
sebelumnya telah mengalami proses revisi yang digunakan menarik, menyenangkan, dan
beberapa kali, sehingga dihasilkan alat peraga yang mudah dipahami. Siswa juga mengharapkan dapat
sangat layak menurut para pakar. Masukan dari belajar menggunakan alat peraga pada materi lain.
pakar materi yaitu penambahan metode pemisahan Berdasarkan hasil analisis angket tanggapan
campuran dalam alat peraga agar lebih lengkap dan
guru secara keseluruhan alat peraga pemisahan
sesuai dengan materi, sedangkan masukan dari
pakar alat peraga adalah desainnya lebih dilengkapi campuran termasuk dalam kriteria sangat baik yang
agar perbedaan dengan alat yang sudah ada lebih mencapai presentase sebesar 92,86%. Dilihat dari
terlihat. Selain itu, alat yang dikembangkan angket tanggapan, guru berpendapat bahwa alat
disarankan agar dapat dibongkar dan dipasang peraga pemisahan campuran dapat menambah
kembali agar keterampilan siswa dapat lebih wawasan IPA terpadu, memudahkan dalam
meningkat. pemahaman materi, mampu meningkatkan rasa
Berikut ini adalah perbedaan antara alat ingin tahu, menarik perhatian dan meningkatkan
peraga yang sudah ada dan alat peraga yang
motivasi siswa. Berdasarkan hasil wawancara, alat
dikembangkan:
peraga yang dikembangkan menarik perhatian guru
Tabel 2. Perbandingan Alat Peraga yang Ada untuk mengembangkan media pembelajaran dengan
dan yang Dikembangkan memanfaatkan bahan-bahan sederhana untuk
Alat yang sudah ada Alat yang dikembagkan pembelajaran materi lain, karena dengan alat peraga
Hanya terdapat proses Terdapat proses destilasi,
destilasi pada alat sublimasi, filtrasi dan siswa lebih dapat menikmati pembelajaran dan
Tidak terdapat siklus Terdapat gambar siklus hidrologi terbukti efektif digunakan sebagai media
hidrologi pada papan alat peraga
Tidak terdapat tempelan Terdapat beberapa tempelan yang
pembelajaran serta merangsang keaktifan siswa di
proses-proses dalam siklus bertuliskan beberapa proses dalam kelas.
hidrologi yang dapat pemisahan campuran dan siklus
ditempelkan siswa pada hidrologi, seperti filtrasi,
alat peraga evaporasi, kondensasi, dll. Siswa Keefektifan Alat Peraga dalam Meningkatkan
dapat menempelkan beberapa KPS Siswa
tempelan pada alat peraga
Alat belum terpadu (hanya Alat peraga menunjukkan Keefektifan alat peraga dalam meningkatkan
meliputi materi pemisahan keterpaduan dengan memadukan KPS diukur menggunakan tes dan non tes. Tes
campuran) materi pemisahan campuran,
perubahan wujud zat dan siklus dalam penilaian ini menggunakan KPS bermuatan
hidrologi konsep. Penilaian tes diukur dengan mengambil
nilai awal (pre-test) dan nilai setelah pembelajaran
Pada penelitian ini diambil data tanggapan (post-test) dengan menggunakan alat peraga yang
siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap alat telah dikembangkan sedangkan non tes
peraga yang dikembangkan.Dari data yang menggunakan lembar observasi KPS.
diperoleh, baik pada uji coba skala kecil maupun uji

838
Apriliyanti, dkk. / Unnes Science Education Journal 4 (2) (2015)
Pada saat pre-test presentase ketuntasan Penilaian KPS dalam penelitian ini meliputi
belajar siswa secara individu berdasarkan nilai 5 keterampilan yang dijadikan indikator untuk
KKM adalah 0% dengan nilai rata-rata kelas sebesar mengukur KPS siswa. Lima indikator tersebut
42,04, dimana nilai KKM Mapel IPA di SMP N 1 adalah mengamati, mengelompokkan, merumuskan
Kembang adalah 72. Perbedaan hasil nilai pre-test hipotesis, menerapkan konsep dan berkomunikasi.
sangat signifikan dibandingkan dengan hasil post- Pada penilaian KPS dengan metose tes yaitu dengan
test. Dari hasil post-test, rata-rata nilai siswa pre-test dan post-test, nilai KPS tertinggi didapat pada
meningkat menjadi 83,70 dan ketuntasan belajar keterampilan mengamati sedangkan keterampilan
siswa secara individu mencapai 85,19%. Terjadi mengkomunikasikan ada pada nilai terendah. Hal
peningkatan KPS pada siswa dari hasil hitung uji N- ini sama dengan penilaian menggunakan cara non
gain. tes (observasi), penilaian tertinggi didapat pada
Dari rata-rata nilai pre-test dan post-test keterampilan mengamati dan penilaian terendah
diperoleh nilai gain ternormalisasi sebesar 0,71 yang terdapat pada keterampilan berkomunikasi. Hal
masuk dalam kriteria tinggi sehingga dapat tersebut dikarenakan dalam pembelajaran
dikatakan bahwa alat peraga yang dikembangkan menggunakan alat peraga pemisahan campuran,
efektif digunakan sebagai media pembelajaran pada siswa mengamati secara langsung seluruh proses
materi pemisahan campuran. Hal tersebut pemisahan campuran, siklus air dan perubahan zat
dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan alat dengan mengumpulkan/menggunakan fakta yang
peraga siswa mengamati dan mengalami langsung telah dilihat secara langsung sehingga kemampuan
proses-proses yang terjadi. Siswa juga menyatakan mengamati pada siswa tergolong dalam kriteria
bahwa mereka lebih memilih pembelajaran sangat baik. Hasil penilaian KPS menggunakan
menggunakan alat peraga jika dibandingkan dengan metode tes dan non tes dapat dilihat pada Tabel 4.
hanya mendengarkan ceramah dari guru. Hal ini Dan Tabel 5.
sesuai dengan pendapat Rahayu et al (2011) bahwa
penerapan pendekatan keterampilan proses, Tabel 4. Hasil pre test dan post test siswa
menyebabkan siswa tidak pasif menerima dan Keterangan Pretest Post test
mengahafal informasi yang diberikan guru, tetapi Nilai terendah 30 70
Nilai tertinggi 70 95
berusaha menemukan konsep melalui pengalaman
Rata-rata 42 83,7
langsung bukan hanya sekedar mendengar dan Belum tuntas 100 % 14,81 %
menerima konsep dari apa yang disampaikan oleh Tuntas 0% 85,19 %
guru. Selain itu, alat peraga ini dapat memvisualkan n-gain 0,71
materi yang tadinya dianggap abstrak oleh siswa Kriteria Tinggi
sehingga siswa lebih tertarik, perhatian, dan lebih
fokus dalam pembelajaran, serta membuat siswa Tabel 5. Hasil observasi KPS siswa
Indikator KPS Siswa
lebih mudah memahami informasi, hal ini sejalan
dengan pendapat Keegan (2007) bahwa visualisasi Pertemuan Pertemuan Rata Kriteri
1 2 -rata a
penting dalam pembelajaran karena dapat Mengamati 95 99 97 Sangat
meningkatkan tingkat konsentrasi siswa dengan baik
Mengelom 88 96 92 Sangat
membuat pembelajaran lebih menarik dan lebih pokkan baik
merangsang siswa dalam memahami topik. Merumuskan 75 86 80,5 Baik
hipotesis
Widiyatmoko & Nurmasitah (2013) juga Menerapkan 73 86 79,5 Baik
berpendapat bahwa penerapan alat peraga penting konsep
dalam proses belajar-mengajar karena siswa dalam Mengkomu 77 81 79,5 Baik
nikasikan
menerima pengalaman belajar atau memperdalam Nilai P 80,99 89,88 85,3 Sangat
materi pembelajaran mengingat bahwa mereka 3 baik
KPS Mengamati
membutuhkan banyak objek dan kejadian nyata Tertinggi
dan mudah mengerti, lebih mengesankan dan hidup KPS Mengkmunikasikan
Terendah
lebih lama dalam memori mereka

839
Apriliyanti, dkk. / Unnes Science Education Journal 4 (2) (2015)
Diskripsi KPS dan Sikap Ilmiah siswa Selain itu konsep pemisahan campuran
Penilaian KPS untuk mengetahui diskripsi merupakan salah satu kompetensi dasar pada
KPS siswa dilakukan dengan cara observasi. Dalam sekolah menengah pertama (SMP) yang harus
penelitian ini terdapat 5 keterampilan yang benar-benar dipahami oleh siswa. Untuk
dijadikan indikator untuk mengukur KPS siswa. mempermudah siswa dalam mempelajarinya
Lima indikator tersebut adalah keterampilan digunakan proses belajar dimana siswa mengalami
mengamati, mengelompokkan, merumuskan sendiri dalam bentuk mengamati dan
hipotesis, menerapkan konsep dan berkomunikasi. mempraktikkan secara langsung. Dalam kegiatan
Presentase tertinggi terdapat pada kemampuan tersebut siswa akan benar-benar memahami materi
mengamati dan kemampuan berkomunikasi yang diajarkan. Sejalan dengan pendapat
mendapatkan presentase terendah. Sedangkan
peningkatan tertinggi terjadi pada indikator SIMPULAN
merumuskan hipotesis dan peningkatan terendah Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
pada indikator berkomunikasi. Dari data observasi dapat disimpulkan bahwa:
KPS, didapatkan rata-rata kelas adalah 85,43 yang 1. Alat peraga IPA tema pemisahan campuran
dikategorikan dalam kriteria sangat baik. Hal ini untuk siswa SMP layak digunakan sebagai
juga sesuai dengan pendapat Rustaman (2005) media pembelajaran berdasarkan validasi pakar
bahwa praktikum merupakan sarana terbaik untuk materi dan alat peraga, yaitu dengan persentase
mengembangkan KPS. Selain itu, Anidityas (2012) 96,25% dan 87,50% yang masuk dalam kategori
juga menyatakan bahwa pembelajaran sangat layak
menggunakan media pembelajaran berupa alat 2. Alat peraga IPA tema pemisahan campuran
peraga dapat memperlihatkan berbagai aktivitas yang telah diuji dengan tes dan non tes efektif
psikomotorik yang dilakukan oleh siswa. untuk meningkatkan KPS siswa yaitu dengan
Penilaian sikap ilmiah siswa dinilai selama perolehan nilai gain ternormalisasi sebesar 0,71
dua kali pertemuan. Penilaian ini dilakukan yang masuk dalam kriteria tinggi dan rata-rata
menggunakan lembar observasi yang dinilai oleh observasi KPS mencapai 85,43% yang masuk
dua observer. Pada penilain pertama, rata-rata sikap kriteria KPS sangat baik. Penggunaan alat
ilmiah siswa secara keseluruhan adalah 79,63 peraga dalam pembelajaran terbukti lebih
dengan. Kemudian pada penilaian sikap ilmiah memudahkan siswa dalam memahami materi,
yang kedua dengan penggunaan alat peraga sebab siswa merasa lebih senang dan tertarik
didapatkan rata-rata skor siswa sebesar 90,12. dengan pembelajaran menggunakan alat peraga.
Terdapat peningkatan sikap ilmiah siswa pada saat 3. Alat peraga IPA terpadu tema pemisahan
sebelum dan sesudah penggunaan alat peraga. campuran terbukti dapat merangsang keaktifan
Sedangkan rata-rata sikap ilmiah selama penelitian siswa dalam pembelajaran yaitu dengan
adalah 84,88. Dari data yang diperoleh dan tingginya rata-rata observasi KPS siswa yang
dibandingkan dengan rata-rata nilai sikap siswa dari mencapai 85,43% dan sikap ilmiah siswa yang
guru pengampu juga ditemukan peningkatan nilai mencapai 84,88%. Keterampilan dan sikap
sikap ilmiah. Nilai sikap ilmiah siswa secara umum siswa menunjukkan hasil yang sangat baik dan
telah masuk dalam kriteria baik dan sangat baik. sangat aktif setelah mengikuti pembelajaran
Dengan demikian, alat peraga yang dikembangkan melalui praktikum menggunakan alat peraga
ini terbukti dapat merangsang keaktifan siswa
dilihat dari meningkatnya KPS siswa dilihat dari
berbagai penilaian. Hasil dari penelitian ini sesuai DAFTAR PUSTAKA
dengan pendapat Nana Sudjana (2011) yang
Alfalobi, F & Akinbobola, A.O. 2010. Analysis of
menyatakan bahwa alat peraga dalam proses
Science Process Skills in West African Senior
pembelajaran memegang peranan penting yaitu Secondary School Certificate Physics
sebagai alat bantu untuk menciptakan proses Practical Examinations in Nigeria. Am-Euras.
pembelajaran yang efektif serta dapat memperbesar J. Sci. Res, vol. 5 (4) : 234-240.
minat dan perhatian siswa.

840
Apriliyanti, dkk. / Unnes Science Education Journal 4 (2) (2015)

Anidityas, N. A., Utami, N.R & Widiyaningrum P. Prasetyarini, A., Desy, S. F., & Akhdinirwanto, W.
2012. Penggunaan Alat Peraga Sistem 2013. Pemanfaatan Alat Peraga IPA untuk
Pernapasan Manusia pada Kualitas Belajar Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika
Siswa SMP Kelas VIII. Unnes Science pada Siswa SMP Negeri 1 Bulupesantren
Education Journal, vol. 1 (2). Kebumen Tahun Pelajaran 2012/2013.
Radiasi, vol 2 (1) : 7-10.
Arsyad A. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja
Grafindo Persada. Rahayu, E., Susanto, H & Yuianti, D. 2011.
Pembelajaran Sains Dengan Pendekatan
Damayanti, N.W.S., Sadia, W & Sudiatmika, Keterampilan Proses untuk Meningkatkan
A.A.I.A.R. 2013. Pengaruh Model Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir
Collaborative Teamwork Learning Terhadap Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika
Ketrampilan Proses Sains dan Pemahaman Indonesia, vol 7 : 106-110.
Konsep Ditinjau dari Gaya Kognitif. E-
Journal Program Pascasarjana Universitas Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi.
Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Malang: UM Press.
Sains, vol. (3).
Sudijono, A. 2006. Pengantar Statistika Pendidikan.
Hake, R. R. 1998. Interactive Engagment vs Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
traditional Methods: A six Tousand-student
Survey of Mechanics Test Data for Sudjana, N. 2011. Dasar-dasar Proses Belajar
Introductory Physics Course. American Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Journal of Physics, vol 66(1) : 64-74.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan
Hartati, B. 2010. Pengembangan Alat Peraga Gaya Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Gesek Untuk Meningkatkan Keterampilan Bandung: Alfabeta.
Berpikir Kritis Siswa SMA. Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia, vol 6 : 128-132. Sunarya, Y., Kurnia & Siska M. B. 2013.
Peningkatan Keterampilan Proses Sains
Keegan, S,N. 2007. Importance of visual image in Siswa SMA Melalui Pembelajaran Praktikum
lecturers: case study on tourism managemen Berbasis Inkuiri pada Materi Laju Reaksi.
students. Journal of hospitality, Leisure, Sport,& Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia, vol 1
Tourism Education. 6 (1): 58-65. (1).

Nurhemy, T. N., Santosa, S & Probosari, R. M. Widiyatmoko, A & Nurmasitah, S. 2013.


2011. Penerapan Active Learning Dengan Designing Simple Technology as a Science
Silent Demonstration Untuk Meningkatkan Teaching Aids from Used Materials. Journal
Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VIII of Environmentally Friendly Processes, vol 1 (4) :
D SMP Negeri 14 Surakarta. Jurnal 26-33
Pendidikan Biologi, vol. 3 (3) : 61-71.

841

Anda mungkin juga menyukai