Anda di halaman 1dari 5

STRUKTUR KORALIT

Pembentukan terumbu karang dimulai adanya individu karang


(polip) yang hidup berkelompok (koloni) ataupun menyendiri (soliter).
Karang yang hidup berkoloni membangun rangka kapur dengan berbagai
bentuk, sedangkan karang yang hidup sendiri hanya membangun satu
bentuk rangka kapur. Gabungan beberapa bentuk rangka kapur tersebut
disebut terumbu. Rangka kapur yang dibentuk hewan karang sangat
kompleks. Morfologi dari rangka kapur inilah yang saat ini umumnya
digunakan untuk mengidentifikasi jenis karang. Salah satu dasar
pengamatan karang yang paling banyak digunakan adalah pengamatan
struktur koralit (Zurba,2019).
Skeleton atau cangkang yang terbuat dari kapur merupakan
penyebab dari pemberian nama karang. Berdasarkan hal tersebut, sangat
penting untuk dilakukan pengenalan terminologi karang dan khususnya
skeleton (Suharsono, 2008). Kerangka luar pada koloni karang (kumpulan
dari berjuta-juta polip penghasil bahan kapur) disebut koralit. Septum-
septum yang berbentuk sekat-sekat yang terdapat pada koralit dijadikan
acuan dalam penentuan jenis karang. Koralit diperbanyak melalui proses
yang disebut budding. Suatu koralit karang baru dapat terbentuk dari
proses budding (percabangan) dari karang. Perbedaan bentuk dan ukuran
koralit pada karang memberi informasi tentang habitat serta cara
menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Perbedaan koralit pada karang
disebabkan oleh jenis hewan karang (polip) yang berbeda-beda (Veron,
1986).
Di dalam koralit terdapat septa yang tumbuh keluar dari dasar
koralit, septa ini merupakan dasar penentuan spesies karang. Ukuran
koralit sangat bervariasi, dari yang seukuran kepala jarum sampai yang
sebesar sepatu. Umumnya ribuan polip yang terbentuk saling
berhubungan (interconnected) dalam satu koloni. Pada beberapa karang
terdapat bagian yang muncul seperti tiang pada dasar septa yang disebut
paliform lobe. Koralit digabungkan secara horizontal oleh coenesteum
(Zurba,2019).
Untuk tegaknya seluruh jaringan, polip didukung oleh kerangka
kapur sebagai penyangga (Suharsono, 1996). Lempeng dasar merupakan
lempeng yang terletak di dasar sebagai fondasi dari Septa yang muncul
membentuk struktur yang tegak dan melekat pada dinding yang disebut
Epitheca (Epiteka). Keseluruhan skeleton yang terbentuk dari satu polip
disebut Corallite (Koralit), sedangkan keseluruhan sekeleton yang
dibentuk oleh keseluruhan polip dalam satu individu atau satu koloni
disebut Corallum (Koralum). Permukaan koralit yang terbuka dimana
bagian diameter koralit yang diukur dari bagian atas septa yang berbentuk
lekukan mengikuti bentuk bibir koralit disebut Calyx (Kalik) (Suharsono,
2008).
Septa merupakan lempengan yang berdiri dan tersusun dari bahan

anorganik dan kapur yang merupakan hasil sekresi dari polip karang.
Septa dibedakan menjadi septa utama, kedua, ketiga dan seterusnya
tergantung dari besar kecilnya dan posisinya. Septa yang tumbuh hingga
mencapai dinding luar dari koralit disebut sebagai Costae (kosta). Pada
dasar sebelah dalam dari septa tertentu sering dilanjutkan suatu struktur
yang disebut Pali. Struktur yang berada di dasar dan di tengah koralit
yang sering merupakan kelanjutan dari septa disebut Columella
(Kolumela) (Nybakken, 1988).
Koralit dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan cara
terbentuknya yaitu extra tentacular jika koralit yang baru terbentuk di luar
dari koralit yang lama dan Intra tentacular jika koralit yang baru terbentuk
di dalam koralit yang lama. Cara pembentukan koloni karang yang
demikian akhirnya membentuk berbagai bentuk koloni yang dibedakan
berdasar konfigurasi koralit (Suharsono, 2008).
Terdapat beberapa pembagian bentuk koralit (Suharsono, 2008),
yaitu :
1. Placoid, dimana masing-masing koralit memiliki dindingnya masing-
masing dan dipisahkan oleh konesteum.
2. Cerioid, dimana dinding koralit saling menyatu dan membentuk
permukaan yang datar.
3. Phaceloid, dimana koralit memanjang membentuk tabung dan juga
mempunyai koralit dengan dinding masing-masing.
4. Meandroid, dimana koralit membentuk lembah dan koralit disatukan
oleh dinding-dinding yang saling menyatu dan membentuk alur-alur
seperti sungai.
5. Flabello-meandroid, membentuk lembah-lembah memanjang,
namun koralit tidak memiliki dinding bersama.
6. Dendroid, yaitu bentuk pertumbuhan dimana koloni hampir
menyerupai pohon yang dijumpai cabang-cabang dan di ujung
cabang biasanya dijumpai kalik utama.
7. Hydnophoroid, dimana koralit terbentuk seperti bukit tersebar pada
seluruh permukaan sehingga sangat mudah untuk dikenal.
DAFTAR PUSTAKA

Nabil, Zurba. 2019. Pengenalan Terumbu Karang Sebagai Pondasi Utama Laut
Kita.
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Terj. dari
Marine Biology: An Ecological Approach.
Suharsono. 1996. Jenis-jenis Karang yang Umum Dijumpai di Perairan
Indonesia. Puslitbang Oseanologi – LIPI Indonesia.
Suharsono. 2008. Jenis jenis Karang di Indonesia. Coremap-LIPI. Jakarta.
Veron, JEN. 1986. Coral of Australia and The Indopasific.

Anda mungkin juga menyukai