PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014
PENDAHULUAN Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos yaitu habitat" dan logos yaitu "ilmu". Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi berkaitan dengan pembahasan ekosistem dengan komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Wilayah pesisir dan laut secara ekologi merupakan tempat hidup beberapa ekosistem yang unik dan saling berhubungan, dinamis dan produktif. Ekosistem utama yang umumnya terdapat di wilayah pesisir meliputi ekosistem mangrove, ekosistem lamun, dan ekosistem terumbu karang.Ekosistem ini saling berinteraksi membentuk suatu konektivitas dengan menjalankan fungsinya masing-masing.
Gambar 1. Ekosistem penyusun lingkungan pesisir Secara prinsip ekosistem pesisir mempunyai 4 fungsi pokok bagi kehidupan manusia, yaitu: sebagai penyedia sumberdaya alam, penerima limbah, penyedia jasa- jasa pendukung kehidupan, dan penyedia jasa-jasa kenyamanan. Sebagai suatu ekosistem, perairan pesisir menyediakan sumberdaya alam yang produktif baik yang dapat dikonsumsi langsung maupun tidak langsung, seperti sumberdaya alam hayati yang dapat pulih (di antaranya sumberdaya perikanan, terumbu karang dan rumput laut), dan sumberdaya alam nir-hayati yang tidak dapat pulih (di antaranya sumberdaya mineral, minyak bumi dan gas alam). Sebagai penyedia sumberdaya alam yang produktif, pemanfaatan sumberdaya perairan pesisir yang dapat pulih harus dilakukan dengan tepat agar tidak melebihi kemampuannya untuk memulihkan diri pada periode waktu tertentu. Demikian pula diperlukan kecermatan pemanfaatan sumberdaya perairan pesisir yang tidak dapat pulih, sehingga efeknya tidak merusak lingkungan sekitarnya. Ekosistem pesisir juga merupakan tempat penampung limbah yang dihasilkan dari kegiatan manusia. Sebagai tempat penampung limbah, ekosistem ini memiliki kemampuan terbatas yang sangat tergantung pada volume dan jenis limbah yang masuk. Apabila limbah tersebut melampaui kemampuan asimilasi perairan pesisir, maka kerusakan ekosistem dalam bentuk pencemaran akan terjadi. Dari keempat fungsi tersebut di atas, kemampuan ekosistem pesisir sebagai penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan dan penyedia kenyamanan, sangat tergantung dari dua kemampuan lainnya, yaitu sebagai penyedia sumberdaya alam dan penampung limbah. Dari sini terlihat bahwa jika dua kemampuan yang disebut terakhir tidak dirusak oleh kegiatan manusia, maka fungsi ekosistem pesisir sebagai pendukung kehidupan manusia dan penyedia kenyamanan diharapkan dapat dipertahankan dan tetap lestari. Pada makalah ini akan lebih dibahas mengenai ekosistem lamun dan proses ekologi yang terjadi didalamnya.
TINJAUAN PUSTAKA
PENGERTIAN LAMUN Lamun adalah salah satu jenis tanaman tumbuhan air tetapi jenis ini berbeda dengan rumput laut, enceng gondok, atau tanaman tumbuhan air lainnya. Dimana lamun adalah termasuk kelompok dari tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang secara penuh mampu beradaptasi di lingkungan laut, hidup di habitat perairan pantai yang dangkal, mampu beradaptasi dalam perairan asin, mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam, mereka mempunyai tunas, berdaun tagak, dan tangkai-tangkai merayap yang efektif untuk berkembang biak serta mampu bersaing atau berkompetensi dengan organisme lain di bawah kondisi lingkungan yang kurang stabil (Fachrul, 2008). Selanjutnya secara ringkas , lamun adalah tumbuhan berbunga, hidup di air laut, berpembulu, berdaun, berimpang, berakar, berbiak dangan biji dan tunas (Den Hartog, 1977). Nontji (2002) , menyatakan bahwa lamun (sea grass) adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam dalam laut. Dimana rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar, serta berbuku- buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga. Pada buku tumbuh pula akar. Dengan rhizome akarnya inilah, tumbuhan tersebut dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap hempasan gelombang dan arus. Sebagian besar lamun berumah dua, yang artinya dalam satu tumbuhan hanya ada bunga jantan saja atau bunga betina saja. Sistem pembiakannya bersifat khas karena mampu melakukan penyerbukan di dalam air (hydrophilous pollination). Buahnya pun terendam di dalam air. Selanjutnya, sebagian besar memiliki daun-daun panjang, tipis mirip pita yang mempuyai saluran-saluran air (Fachrul, 2008). Padang lamun merupakan hamparan luas tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut, daerah perairan dangkal agak berpasir. Selanjutnya menjelaskan bahwa padang lamun merupakan suatu hamparan tumbuhan lamun yang menutupi suatu area pesisir atau laut dangkal, terbentuk dari satu jenis lamun atau lebih dengan kerapatan padat atau jarang . Di perjelas lagi dimana kadang-kadang ia membentuk komunitas yang lebat hingga merupakan padang lamun yang cukup luas yang dimana merupakan ekosistem yang sangat tinggi produktifitas organiknya (Nontji, 2002).
Gambar 2. Ekosistem Lamun Melanjutkan, bahwa padang lamun dapat memperlambat gerakan air yang di sebabkan oleh arus dan gelombang hingga perairan di sekitarnya menjadi lebih tenang. Dengan demikian ia bertindak sebagai penangkap sedimen dan sebagai pelindung pantai, dan pencegah erosi. Ekosistem lamun merupakan suatu sistem hubungan timbal balik yang terjadi antara biotik dan abiotik pada lamun. Ekosistem padang lamun itu sendiri adalah habitat yang digunakan sebagai tempat berlindung, ruang hidup dan tempat mencari makan bagi biota laut. Dimana lamun merupakan tanaman di salah satu ekosistem perairan pesisir yang memiliki produktifitas yang tinggi dimana tanaman ini memiliki manfaat sebagai sumber makanan, tempat bertelur dan tempat memijah bagi biota laut. Diperjelas secara singkat di mana padang lamun merupakan habitat penting di daerah beriklim tropis . FUNGSI DAN MANFAAT EKOSISTEM LAMUN Ekosistem padang lamun memberikan jasa lingkungan yang begitu banyak. Secara ekologis, lamun memiliki peranan penting di perairan laut dangkal,sebagai habitat biota lainnya seperti ikan, produsen primer, melindungi dasar perairan dari erosi. Daun lamun yang lebat dapat memperlambat gerakkan air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga menyebabkan perairan disekitarnya menjadi tenang. Di samping Itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan menangkap sedimen, pendaur ulang zat hara, dan element kelumit (trace element) penting di lingkungan laut, serta berperan sebagai bioindikator logam berat. Sedangkan, secara ekonomis lamun dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan ternak, bahan baku kertas, bahan kerajinan, pupuk, dan bahan obat-obatan (Fachrul, 2008). Padang lamun mempunyai fungsi ekologis yang penting bagi wilayah pesisir, yaitu: 1. Sebagai penghasil bahan organik dan pemompa zat hara dari dasar perairan ke dalam kolam perairan, ekosistem lamun dapat menghasilkan sekitar 45,7 ton setara bahan organic kering per Ha setiap tahunnya; dengan bahan organic atau energi yang besar ini, padang lamun dapat berperan sebagai tempat pembesaran bagi berbagai jenis ikan, udang dan organism lainnya yang bernilai ekonomis tinggi. 2. Mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, berkat sistem perakarannya yang padat dan saling menyilang 3. Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi berbagai jenis biota laut. 4. Sebagai tudung pelindung yang melindungi dari sengatan matahari bagi organism padang lamun. 5. Memperluas permukaan perairan, daun lamun yang subur dapat memperluas permukaan perairan 10 hingga 20 kali sehingga menjadi substrat yang baik untuk kehidupan organisme epifit. 6. Sebagai peredam gelombang sehingga energy gelombang sudah melemah ketika sampai pada ekosistem hutan mangrove (Den Hartog, 1977) Pada mulanya, tumbuhan lamun dianggap mempunyai nilai ekonomis yang tidak terlalu penting, namun belakangan telah ditemukan beberapa bahan aktif yang berasal dari daun lamun yang dapat dimanfaatkan sebagai: 1). Tempat kegiatan budidaya laut berbagai jenis ikan, kerang-kerangan, dan tiram; 2). Tempat rekreasi atau pariwisata; 3). Sumber pupuk hijau; 4). Sumber bahan aktif untuk obat-obatan; 5). Sumber bahan pangan.
MORFOLOGI LAMUN Penyesuaian morfologi dari lamun dilakukan dengan berbagai bentuk, misalnya daun yang seperti rumput, lentur dan sistem akar dari rimpang yang meluas mampu bertahan terhadap pengaruh ombak, pasut dan pemindahan sedimen di pantai yang dangkal Lamun yang hidup di perairan yang terkena pemanasan yang intensif sehingga suhu air meniggi lebih banyak berupa varietas yang berdaun kecil (Romimohtarto, 2001). Berikut berbagai jenis lamun: Cymodocea rotundata
Cymodoceae rotundata merupakan jenis lamun dengan bentuk daun seperti pita tipis yang panjang. Akar tumbuh pada bagian rhizoma yang menjalar mendatar dan memanjang, batang berwarna coklat. Tumbuh-tumbuhan ini terdapat tepat di bawah air surut rata-rata pada pasang surut purnama pada pantai pasir dan pantai lumpuran (Nybakken,1992). Cymodocea rotundata Terdapat di daerah intertidal, umumnya dijumpai di daerah intertidal didekat hutan mangrove. Ciri ciri morfologi dari Cymodocea rotundata adalah : 1. Tepi daun halus atau licin, tidak bergerigi. 2. Akar pada tiap nodus terdiri dari 2 3 helai. 3. Akar tidak bercabang tidak punya rambut akar. 4. Tulang daun sejajar. 5. Jumlah tulang daun pada selembar daun adalah + 9 15 buah. 6. Lebar daun dari samping ke samping + 4 mm. 7. Jarak antar nodus + 1 cm. 8. Tiap nodus hanya ada satu tegakan. 9. Tiap tegakan terdiri dari 3 4 helai daun (Nybakken, 1992). Cymodocea serrulata
Spesies ini merupakan salah satu anggota dari famili Cymodoceae, yang hidup pada kedalaman antar 1-5 m, spesies ini berkembang biak dengan cara berbunga, menghasilkan benang sari, dan kemudian berbuah lalu menghasilkan biji. Biji tersebut menggunakan media air laut untuk penyebaranya, pada fase ini biji dari lamun akan terombang-ambing terbawa arus. Kemudian biji ini akan terjatuh pada suatu daerah dimana arus tidak mampu mengangkat besarnya massa dari biji tersebut, apabila jatuh di tempat yang sesuai maka pertumbuhan dari biji tersebut akan berlangsung dan menhasilkan lamun. Cymodocea serrulata terdapat di daerah intertidal, umumnya dijumpai di daerah intertidal didekat hutan mangrove.
Ciri ciri morfologi dari Cymodocea serrulata adalah : 1. Tepi daun bergerigi / seperti gergaji. 2. Akar tiap nodus banyak dan bercabang. 3. Tulang daun sejajar. 4. Lebar daun dari samping ke samping + 1 cm. 5. Jarak antar nodus + 2 cm. 6. Jumlah tulang daun pada sehelai daun antara 13 17 buah. 7. Tiap nodus hanya ada satu tegakan. 8. Satu tegakan terdiri dari 2 3 helai daun
Daftar Pustaka: Den Hartog, C.1977. Struktur, Function, and Classifification in seagrass Ecosystem: A Scientific Perspective (eds. Mc. Roy and Helfferich). Marcel Dekker Inc.p.53-87. Fahcrul. F.M. 2008. Metode sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa: M. Eidman, Koesoebiono, D.G. Bengen dan M. Hutomo. Gramedia, Jakarta.
Romimohtarto, K. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakata: Penerbit Djambatan Wikipedia.org