BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah mengenai Ekosistem Estuari ini
adalah sebagai berikut :
- Untuk mengetahui dan memahami komposisi organisme laut di daerah
estuari
- Untuk mengetahui komponen – komponen biotik dan abiotik dalam daerah
muara ( estuari) beserta interaksi/ hubungan timbal balik yang terbentuk
didalamnya.
- Untuk mengetahui keanekaragaman organisme dan adaptasi organisme
(makhluk hidup) yang terdapat dalam daerah estuary terhadap
lingkungannya.
- Memperkenalkan dan memberikan informasi mengenai ekosistem estuari.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Salinitas
Estuaria memiliki peralihan (gradien) salinitas yang bervariasi,
terutama tergantung pada permukaan air tawar dari sungai dan air laut
melalui pasang surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi
organisme, tetapi mendukung kehidupan biota yang padat dan juga
menyangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai
perairan dengan salinitas yang rendah.
2. Substrat
Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang
berasal dari sedimen yang dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut.
Sebagian besar partikel lumpur estuaria bersifat organik, bahkan organik ini
menjadi cadangan makanan yang penting bagi organisme estuaria (Efrieldi,
1999).
3. Suhu
Suhu air di estuaria lebih bervariasi daripada diperairan pantai
didekatnya. Hal ini terjadi karena di estuaria volume air lebih kecil,
sedangkan luas permukaan lebih besar. Dengan demikian pada kondisi
atmosfer yang ada, air estuaria lebih cepat panas dan lebih cepat dingin.
Penyebab lain terjadinya variasi ini ialah masuknya air tawar dari sungai.
Air tawar di sungai lebih dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman
daripada air laut. Suhu estuaria lebih rendah pada musim dingin dan lebih
tinggi pada musim panas daripada perairan pantai sekitarnya (Dianthani,
2003; Thoha, 2003).
4. Pasang surut
Arus pasang-surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara
dan plankton. Disamping itu arus pasang-surut juga berperan untuk
mengencerkan dan menggelontorkan limbah yang sampai ke estuaria.
5. Sirkulasi air
Selang waktu mengalirnya air dari sungai kedalam estuaria dan
masuknya air laut melalui arus pasang-surut menciptakan suatu gerakan
dan bermanfaat bagi biota estuaria, khususnya plankton yang hidup
tersuspensi dalam air.
6. Kekeruhan air
Karena besarnya jumlah partikel tersuspensi dalam perairan
estuaria, air menjadi sangat keruh, kekeruhan tertinggi terjadi pada saat
8
Selain miskin dengan jumlah fauna estuari juga miskin dengan flora.
Keruhnya perairan estuari menyebabkan hanya tumbuhan yang mencuat yang
dapat tumbuh mendominasi, mungkin terdapat padang rumput laut (Zosfera
thalassia, Cymodocea) selain di tumbuhi oleh alga hijau dari Genera Ulva,
Entheromorpha dan Chadophora. Estuaria berperan sebagai perangkap nutrien
(nutrient trap) yang mengakibatkan semua unsur-unsur esensial dapat didaur
ulang oleh bermacam kerang, cacing dan oleh detritus atau bekteri secara
berkesinambungan sehingga terwujud produktivitas primer yang tinggi.
Plankton estuaria miskin dalam jumlah spesies. Dengan demikian,yang
ditemukan hanya jenis diatom dan diflagellata. Jenis diatom yang dominan
adalah Skeletonema, Asterionella dan Melosira. Sedangkan diflagellata yang
melimpah adalah Gymnodinium,Gonyaulax dan Ceratium. Banyaknya
zooplankton yang berkembang membuktikan bahwa terjadi keterbatasan
produktivitas fitoplankton.
a. Produsen Primer
Di dalam ekosistem estuari dapat dijumpai berbagai jenis produsen
primer. Pada paparan pasir atau lumpur, dapat dijumpai lamun (Enhalus
acoroides) yang merupakan tumbuhan berbunga, dan beberapa jenis algae,
antara lain algae berfilamen seperti Enteromorpha sp., dan Padina sp. Di
dalam kolom air estuari dijumpai fitoplankton, seperti diatom atau dinoflagellata.
Produktivitas primer jenis-jenis tumbuhan tersebut sudah tentu
tergantung pada sinar matahari dan suhu, serta juga dipengaruhi oleh adanya
nutrisi, terutama nitrogen dan fosfat. Begitu tingginya tingkat produktivitas
primer di estuari dibanding dengan di laut ini terutama disebabkan oleh
tingginya tingkat nutrisi di estuari. Nutrisi ini sangat banyak terdapat di perairan
estuari, baik yang datang dari laut, sungai, atau daratan di sekitar estuari. Di
dalam estuari, nutrisi itu digunakan oleh tumbuhan. Tumbuhan yang mati
kemudian didaur ulang oleh bakteri pembusuk atau dekomposer menjadi nutrisi
kembali untuk dimanfaatkan lagi oleh tumbuhan. Detritus juga memegang
peranan penting. Detritus yang terdiri dari sisa–sisa pembusukan tumbuhan
produsen primer dan mikroba, mempunyai peran penting dalam menjaga
kestabilan ekosistem estuari. Keberadaan detritus menjamin suplai makanan
sepanjang tahun dan diabsorbsinya kembali nutrisi yang telah larut.
permukaan dasar estuari, ataupun hewan lainnya yang hidup di dalam lumpur,
seperti cacing. Zooplankton biasanya berada di kolom air. Akan tetapi, adanya
arus pasang surut dan aliran sungai yang masuk ke estuari ditambah lagi
dengan keterbatasan yang ditimbulkan dari kekeruhan, membuat zooplankton
mempunyai peran kecil dalam rantai makanan estuari dibanding dengan
perannya di laut. Makanan zooplankton dan bentos kebanyakan berada dalam
bentuk partikel organik halus, apakah itu berupa fitoplankton hidup atau
macam-macam fragmen hasil pembusukan yang menjadi detritus. Konsumen
primer yang ada di ekosistem estuari antara lain:
Bentos
Bentos dalam estuari dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Yang hidup di permukaan lumpur
Contoh: Perna viridis (kerang hijau) dan siput Strombus sp
tidak lebih kecil dari 80 ųm. Biomassa cacing ini tergantung dari banyak
sedikitnya senyawa organik di dalam lumpur.
Crustacea
Meiofauna
16
c. Konsumer sekunder
Ikan
Berbagai jenis ikan ditemukan di perairan estuari. Ikan-ikan ini ada yang
menetap, ada yang datang untuk mencari makan dan bertumbuh besar, atau
untuk bertelur. Ikan-ikan ini memakan biota yang lebih kecil (pemangsa),
memakan tumbuhan (herbivor), atau menyaring busukan organik (detritus)
dengan cara memasukkan lumpur ke dalam mulutnya lalu memuntahkannya
kembali setelah menyaring fragmen-fragmen organiknya seperti yang dilakukan
oleh ikan-ikan Belanak (Mugilidae).
Avertebrata
Berbagai jenis hewan avertebrata ditemukan menghuni perairan estuari.
Sebagaimana halnya dengan ikan, avertebrata yang ditemukan di perairan
estuari sebagian merupakan penghuni tetap, sebagian lagi datang untuk mencari
makan, membesar, atau bertelur. Salah satu contoh adalah udang satang
(Macrobrachium sp.) yang datang ke perairan estuari dari hulu untuk bertelur.
Avertebrata lainnya adalah larva udang penaeid yang bergerak dari laut menuju
perairan estuaria untuk membesar.
17
Burung
Burung-burung laut yang datang mencari makan di perairan estuari
sebagian adalah burung bermigrasi. Burung bermigrasi ini mengunjungi perairan
estuari tropik selama musim dingin di tempat mereka tinggal untuk bertelur.
Jumlah hewan dan tumbuhan yang hidup di estuari lebih kecil dari yang
hidup di laut atau di air tawar. Berkurangnya jumlah jenis hewan dan tumbuhan
itu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kadar garam dan substrat. Perbedaan yang
terjadi ditunjukkan dengan berkurangnya keanekaragaman jenis, tetapi jumlah
individu tiap jenis itu dapat sangat banyak.
makanan invertebrate, spesies ikan detrivor dan semua kejadian ini dapat di lihat
di estuari (McLusky, 1989).
Produksi alami nutrient berasal dari mangrove, Reed beds, lamun
(Zostera, Thallasia), Phytoplankton dan makroalgae. Sedangkan nutrient buatan
berasal dari aliran sungai, dari limbah rumah tangga. De Sylva (1975) dalam
(Elliot, Hemmingway, 2002) mengklasifikasikan jaring-jaring makanan
berdasarkan Nekton di estuari sebagai berikut:
a. Jejaring makanan yang berasal dari phytoplankton
Jejaring makanan yang dimulai dari phytoplankton sebagai berikut :
phytoplankton zooplankton ikan pelagis planktivorous dan ikan
pelagis dasar
phytoplankton zooplankton ikan pemakan plankton ikan predator
b. Jejaring makanan yang berasal dari detritus
Jejaring makanan yang berasal dari detritus sebagai berikut :
detritus benthos ikan benthopagous
detritus benthos ikan predator besar
detritus zooplankton ikan-ikan kecil dan invertebrate ikan
besar
Salah satu bagian wilayah pesisir yang memiliki tingkat kesuburan cukup
tinggi adalah estuaria (muara sungai). Daerah ini merupakan ekosistem produktif
yang setara dengan hutan hujan tropik dan terumbu karang, karena perannya
adalah sebagai sumber zat hara, memiliki komposisi tumbuhan yang beragam
sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung sepanjang tahun, serta sebagai
tempat terjadinya fluktuasi permukaan air akibat aksi pasang surut. Kondisi
ekosistem yang produktif ini kemudian menjadikannya sebagai salah satu
wilayah yang memiliki tingkat produktifitas tinggi. Produktifitas merupakan suatu
proses produksi yang menghasilkan bahan organik yang meliputi produktifftas
primer ataupun sekunder. Produktifitas primer pada wilayah estuaria dapat di
artikan sebagai banyaknya energi yang diikat atau tersimpan dalam aktifltas
fotosintesis dari organisme produser, terutama tanaman yang berklorofil dalam
bentuk-bentuk substansi organik yang dapat digunakan sebagai bahan makanan.
Produktifftas ini dilakukan oleh organisme ‘outotroph’ seperti juga semua
tumbuhan hijau mengkonversi energi cahaya ke dalam energi biologi dengan
fiksasi karbondioksida, memisahkan molekuler air dan memproduksi karbohidrat
dan oksigen (Anonim, 2011).
kualitas, volume, dan debit air. Pengurangan debit air yang di alirkan bagi
irigasi, dapat mengubah salinitas dan pola sirkulasi air di daerah estuaria
danmenyebabkan jangkauan intrusi garam semakin jauh ke hulu sungai. Hal
ini akan mengakibatkan perubahan pada sebagian ekosistem perairan
pantai itu sendiri, juga pada ekosistem daratan di sekitar perairan tersebut
sehingga berakibat intrusi air laut pada air tanah (Anonim. 2011).
BAB III
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Supriadi Indarto Happy. 2001. Dinamika Estuaria Tropik. Oseana Volume XXVI
Nomor 4, 2001: I-II. ISSN 0216-1877