1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh bahan kimia terhadap perubahan parameter kualitas air
2. Mengetahui pengaruh bahan kimia terhadap perubahan hematologi ikan
3. Mengetahui pengaruh bahan kimia terhadap perubahan kelulushidupan ikan
4. Mengetahui pengaruh bahan kimia terhadap glukosa darah
5. Mengetahui pengaruh bahan kimia terhadap kerusakan organ ikan
1.3 Manfaat
Praktikum ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa agar
dapat mengetahui pengaruh pencemaran bahan kimia terhadap kualitas air serta
ikan yang hidup di dalamnya. Selain itu juga dapat melatih kemampuan
mahasiswa dalam melakukan pengambilan sampel darah dan pengamatan sel
darah ikan yang baik dan benar.
3
2. METODE
2.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum diantaranya:
- Ikan Nila (Oreochromis niloticus) - Aquades
- Herbisida Round-Up (Sebagai bahan pencemar) - HCl 0.1 N
- Detergen Rinso (Sebagai bahan pencemar) - Giemsa 7%
- Alkohol 70% - Strip glukosa meter
- Larutan EDTA - Larutan Turk
- pH paper - Larutan Hayem
- Larutan methanol absolute
- Minyak immersi
4
4. Metode perendaman
Perendaman dilakukan dengan metode statis selama 96 jam, dan selama
perlakuan ikan tidak diberi pakan dan aerasi, kecuali jika nilai DO <5 ppm.
Selama uji berlangsung, dilakukan pengukuran kualitas air harian secara berkala
dan dilakukan pengamatan kelulushidupan ikan. Nilai kelulushidupan ikan
ditentukan berdasarkan rumus Zonneveld et al., (1991), berikut :
5
mungkin, karena ikan dalam kondisi di luar air dapat mengalami stress respirasi
dan gangguan keseimbangan elektrolit. Darah untuk uji hematologi sebaiknya
diambil dengan menggunakan alat yang telah diberi bahan antikoagulan seperti
heparin atau EDTA (Ethylenediaminetetraacetic acid). Sampel darah dapat
diambil melalui vena (venipuncture) di bagian ekor (caudal peduncle) atau arteri.
Venipuncture pada pembuluh darah vena ini dapat dilakukan dengan atau tanpa
proses bius terlebih dahulu, selain itu pembuluh vena di vertebrata caudal dapat
diambil secara lateral maupun ventral.
Proses pengambilan sampel darah, melalui langkah-langkah dan area
pengambilan sebagai berikut:
1.Vena caudal
Sampel diambil pada garis tengah posterior dari sirip anal. Masukkan jarum
ke dalam otot tegak lurus ke permukaan ventral dari ikan sampai tulang belakang
tercapai atau darah memasuki jarum suntik. Saat jarum menyentuh tulang, spuit
sedikit ditarik menjauhi tulang. Pembuluh vena terletak sebelah ventral tulang
yang tersentuh jarum, namun pembuluh darah ini juga dapat diakses secara lateral.
2.Dorsal aorta
Pengambilan darah pada bagian ini dapat dilakukan dengan cara jarum spuit
dimasukkan pada sudut 30-40o ke garis tengah dorsal di atap mulut ikan pada
sekitar lengkung insang 3 sampai 4. Tergantung pada ukuran dan jenis ikan,
penyisipan jarum suntik diantara lengkung insang 1 dan 2 mungkin lebih sesuai.
Metode ini beresiko terjadi pendarahan pada ikan. Metode lain pada sistem ini
yaitu kateterasi yang hanya dapat diterapkan pada ikan besar.
4. Ablasi ekor
Sebelum darah diambil, pangkal ekor ikan dikeringkan terlebih dahulu.
Posterior ekor ikan diputus/dipotong ke arah sirip anak. Beberapa tetes darah
8
b. Total Leukosit
Menghitung jumlah leukosit (pengenceran 10 kalo)
Cara kerja:
1. Darah ikan diambil menggunakan spuit
2. Cawan petri diberi larutan EDTA terlebih dahulu kemudian darah
dituang ke dalam cawan petri
3. Darah diisap dengan pipet thoma leukosit hingga angka 1
4. Larutan Turk dihisap hingga angka 11
5. Selang karet pada pipet thoma dilepas, kemudian pipet dipegang pada
kedua ujungnya dengan ibu jari dan tulunjuk, dan dikocok selama ± 2
menit
6. Cairan dalam pipet diteteskan dan dialirkan ke haemositometer,
kemudian diamati di bawah mikroskop
7. Jumlah leukosit pada kotak sedang dihitung dengan rumus
Jumlah leukosit per mm3 = L/64 x 160 x 10
9
c. Total Eritrosit
Cara kerja:
1. Darah diambil dari ikan uji menggunakan spuit injeksi
2. Cawan petri diberi larutan EDTA terlebih dahulu kemudian darah
dituang ke dalam cawan petri
3. Darah diisap dengan pipet thoma eritrosit hingga angka 1
4. Llarutan Hayem diisap hingga angka 101
5. Selang karet pada pipet thoma dilepas, kemudian pipet dipegang pada
kedua ujungnya dengan ibu jari dan telunjuk, dan dikocok selama ± 2
menit
6. Cairan dalam pipet diteteskan dan dialirkan ke haemositometer,
kemudian diamati di bawah mikroskop
7. Jumlah eritrosit pada kotak kecil dihitung dengan rumus:
Jumlah eritrosit per ,mm3 = E/80 x 4000 x 100
= 5000 E
d. Hemoglobin – metode Sahli
Prinsip uji: hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna
yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu.
Alat dan bahan: Hemolet/lanset; Hemometer yang terdiri atas tabung
pengencer, pipet tetes, batang pengaduk, pipet Hb, selang penghisap, HCL
0,1 N, Aquades
Cara kerja:
1. HCl 0,1 N dimasukkan ke dalam tabung pengencer sampai tanda 2
2. Hisap darah kapiler dengan pipet Hb sampai tanda 20 µl
3. Darah yang berlebih diluar pipet dibersihkan dengan tissue
4. Darah dialirkan dari pipet ke dalam dasar tabung pengencer
5. Catat waktu/saat darah dicampurkan ke dalam HCl
6. Isap kembali isi tabung ke dalam pipet kemudian tiupkan kembali isi
pipet ke dalam tabung, lakukan hal ini 2 sampai 3 kali agar sisa-sisa
darah terbilas ke dalam tabung
7. Ditambahkan aquadest, tetes demi tetes, sambil mengaduk isi tabung
sampai diperoleh warna isi tabung sama dengan warna standar. Tepat 3
10
Cara kerja:
- Sampel darah diambil sesuai materi 3
- Sampel darah diteteskan di atas strip glukosa meter
Pengukuran glukosa darah dengan menggunakan One Touch Ultra
glukosa meter (Eames et al ., 2010). Pengukuran glukosa darah
mengikutii petunjuk pada alat. Hasil pengukuran ditambahkan dengan
faktor koreksi sebesar 11.63 mg/dl, untuk delay waktu antara
pengambilan sampel darah dan pengukuran (Eames et al ., 2010).
Kontrol 2 13.5 61 - - 3 - -
Kontrol 3 8 39.2 - - - - -
Herbisida 1 17 72.8 - 4 3 - -
Herbisida 3 15 62.2 - 5 2 - -
Kombinasi 1 10 49.8 - 2 3 2 -
Kombinasi 2 13 65 - - 3 4 -
Kombinasi 3 15 66.2 - 2 3 1 -
Deterjen 2 15 66.29 - - 2 3 -
Deterjen 3 15 64.25 - - 2 2 -
Hasil pengamatan kualitas air pada uji yang dilakukan selama 96 jam
adalah sebagai berikut:
3.2.1 Suhu
Berikut grafik pengamatan suhu pada pagi dan sore hari selama
pengamatan berdasarkan data hasil (Lampiran 1)
13
28.000
27.667 27.667
27.500 27.333 27.333 27.333
27.000 Kontrol
Herbisida
26.500 Deterjen
Kombinasi
26.000
25.500
0 24 48 72 96
28.500
28.000
28.000
27.667
27.500 27.333 27.333
27.000
27.000 Kontrol
Herbisida
26.500 Deterjen
Kombinasi
26.000
25.500
25.000
0 24 48 72 96
3.2.2 pH
Berikut grafik pengamatan pH pada pagi dan sore hari selama pengamatan
berdasarkan data hasil (Lampiran 1)
Grafik pH pagi
14
8
7.8
7.6
7.4 Kontrol
7.2 Herbisida
7 Deterjen
6.8 Kombinasi
6.6
6.4
0 24 48 72 96
7.8
7.6
7.4
Kontrol
7.2 Herbisida
Deterjen
7
Kombinasi
6.8
6.6
0 24 48 72 96
9.000
8.000
7.000
6.000
Kontrol
5.000
Herbisida
4.000
Deterjen
3.000
Kombinasi
2.000
1.000
.000
0 24 48 72 96
9
8
7
6 Kontrol
5
Herbisida
4
Deterjen
3
2 Kombinasi
1
0
0 24 48 72 96
200 192
150 124
112 114
92 97 Akhir
100 85 89
70 62 7664 74 Awal
58 54 58
50 38 32 38
0 0 0 0 0
0
K 1 K2 K3 H 1 H 2 H 3 D 1 D 2 D 3 Ko Ko Ko
1 2 3
Grafik Hemoglobin
10 9
9
8
7 6.3
6 5.5
5 5 55 5
5 4 4
3.9
4 3 3
2.8
3
2
1 0 0 0 0 0 0 0 0 00
0
K1 K2 K3 H1 H2 H3 D1 D2 D 3 Ko 1 Ko 2 Ko 3
Awal Akhir
4. PEMBAHASAN
4.2.2 pH
Kandungan pH selama pengamatan selama 96 jam diketahui berkisar
antara 7,3 – 8,0. Nilai pH tertinggi terdapat pada pelakuan dengan bahan
pencemar berupa detergen. Dari grafik (Gambar 3 dan 4) terlihat bahwa adanya
kecenderungan peningkatan pH terhadap bahan pencemar detergen, menurut
Wardhana (1995), Bahan buangan berupa detergent didalam air lingkungan akan
mengganggu, karena detergen yang menggunakan bahan non fosfat akan
menaikkan pH sampai dengan 10,5-11.
rendah pula didalam darah. Banyak faktor yang mempengaruhi rendah nya kadar
hemoglobin menurut Dellman and Brown (1989) mengatakan kadar hemoglobin
dibawah kisaran normal mengindikasikan rendahnya kandungan protein pakan,
defisiensi vitamin dan kualitas air buruk atau ikan mandapat infeksi. Sehingga
dapat diduga bahwa rendahnya nilai hemoglobin akibat buruknya kualitas air
akibat adanya bahan pencemar.
5. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Dellman, H.D. and E.M. Brown. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner 1.
Hartono (Penerjemah). UI Press. Jakarta
Kordi K. M Ghuffran H., dan Andi B.T. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta. 36-59 hal.
Megawati, I.A., Zulfikar.A dan Melani, W.R. 2014. Uji Toksisitas Deterjen
terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Manajemen
Sumberdaya Perairan FIKP UMRAH.
Salasia, S.I.O., Sulanjari, D., Ratnawati, A., 2001. Studi Hematologi Ikan Air
Tawar. Biologi 2.
Suardaya, H. 2015. Pengaruh Deterjen terhadap Perilaku dan Mortalitas Ikan Mas.
Royan, F., Rejeki S dan Haditomo,A.H. 2014. Pengaruh Salinitas yang Berbeda
terhadap Profil Darah Ikan Nila (Oreochromis niloticus).
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 3,
Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 109-117. FPIK Universitas
Diponegoro