Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Ikan hias memiliki potensi yang dapat dikembangkan karena peluang pasar yang
cukup besar karena warnanya yang menarik dan sumber daya yang masih
melimpah. Ikan hias dengan warna yang menarik bentuk yang unik dan tingkah laku
yang tidak sama tiap spesiesnya dapat menjadi peluang usaha yang menjanjikan
bagi masyarakat. Pelaku usaha ikan hias juga akan mendapat keuntungan untuk
melakukan budidaya dengan melimpahnya sumber daya alam Indonesia (Renitasari
dan ihwan, 2021).

Perkembangan budidaya ikan hias laut tidak sepesat budidaya ikan hias air
tawar. Hal ini disebabkan pemahaman para pelaku usaha masih sangat
konvensional tentang budidaya ikan hias laut. Selain itu, faktor kesediaan
sumberdaya genetik ikan hias laut yang ada di perairan Indonesia yang masih
banyak dibandingkan dengan ikan hias air tawar yang umumnya telah banyak
disuplai dari hasil budidaya. Untuk meminimalisir kegagalan dalam budidaya ikan
hias diperlukan adanya kegiatan monitoring untuk memantau dan menjaga kondisi
ikan (Prsetio dan Eni, 2012).

Monitoring pertumbuhan, manajemen pakan dan Kualitas air memegang peran


penting dalam keberhasilan pemeliharaan ikan hias tersebut. Ikan hias Klown,
Capungan Banggai dan Letter Six membutuhkan lingkungan dan wadah atau
akuarium yang bersih, air laut yang mirip di alam seperti tempat hidupnya, serta
ikannya lebih rentan stress jika adanya perbedaan kualitas airnya. Pemeliharaan
yang tidak tepat akan mengalami kegagalan. Oleh karena itu perlu adanya
pemantauan pertumbuhan dan kualitas air ikan hias yang dipelihara sebagai bahan
kajian dalam pemeliharaan ikan hias (Renitasari dan ihwan 2021).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktik kerja lapang ini adalah:
1. Mengetahui cara mengukur kualitas air
2. Mengetahui hasil pengukuran kualitas air
3. Mengetahui fluktuasi kualitas air

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari praktik kerja lapang ini adalah:

1. Mahasiswa dapat mengetahui cara mengukur kualitas air

2. Mahasiswa dapat mengetahui hasil pengukuran kualitas air

3. Mahasiswa dapat mengetahui fluktuasi kualitas air


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kualitas Air

Kualitas air terdiri dari beberapa parameter, seperti parameter fisika kimia dan
biologi, hasil analisis kualitas air ini akan dibandingkan dan disesuaikan dengan
baku mutu yang sudah ditentukan Tingkat kualitas air tentunya berbeda sesuai
dengan peruntukannya. Kualitas air sangant penting untuk diteliiti untuk mengetahui
kelayakan suatu air (Sulistyorini et al, 2016)
Oksigen terlarut dalam air sangat penting untuk keberlangsungan hidup
organisme air. Oksigen terlarut juga penting digunakan untuk menguraikan bahan
bahan-bahan organik maupun anorganik pada proses aerobik dalam air. Sumber
utama oksigen terlarut adalah dari udara hasil dari proses difusi dan hasil
fotosintesis organisme perairan (Ningrum, 2018).
Derajat keasaman adalah ukuran untuk menentukan sifat asam dan basa suatu
perairan. Perubahan pH di suatu air sangat berpengaruh terhadap proses fisika,
kimia, maupun biologi dari organisme yang hidup di dalamnya. Nilai pH air
digunakan untuk menggambarkan kondisi keasaman (konsentrasi ion hidrogen) air
limbah. Skala pH berkisar antara 1–14. Kisaran nilai pH 1–7 termasuk kondisi asam,
pH 7–14 termasuk kondisi basa, dan pH 7 adalah kondisi netral (Wardhana, 2004).
Salinitas adalah konsentrasi rata–rata seluruh larutan garam yang terdapat di
dalam air laut. Perairan air laut memiliki salinitas kisaran di atas 17 ppt untuk
keperluan budidaya biota laut. Menurut Fujaya (2008) Ikan karang seperti ikan clown
hidup pada salinitas 25-40 ppt, sedangkan menurut Maddu et al., (2009), ikan badut
memiliki salinitas optimum yaitu pada salinitas 30-35 ppt.

Di perairan alam unsur nitrogen terdapat dalambermacam-macam bentuk,


tergantung pada tingkat oksidasi antara lain NH3 (amoniak), NO3 (nitrat). Nitrat
adalah salah satu bentuk senyawa nitrogen yang teroksidasi dengan tingkat oksidasi
+3, nitrat merupakan senyawa yang memiliki sifat mudah larut dalam air dan stabil.
Di perairan nitrat merupakan sumber utama sebagai nutrien bagi pertumbuhan
tanaman dan alga (Mariyam, 2007)

Sumber nitrat berasal dari buangan industri bahan peledak, pupuk, piroteknik,
dan lain-lain. Kadar nitrat secara alami agak rendah, tetapi bisa tinggi pada air yang
diberi pupuk mengandung nitrat. Kadar nitrat tidak boleh melebihi 10 mg/l. Untuk
menentukan kadar nitrat di perairan pada umumnya digunakan metode nessler
(Mariyam, 2007).

2.2 Fluktuasi Kualitas Air

Fluktuasi kualitas air merupakan suatu kondisi dimana terjadi perubahan naik
turunnya kualitas air yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang
menyebabkan perubahan kualitas air dapat berasal dari faktor fisika, kimia dan
biologi. Faktor-faktor tersebut berperan penting dalam menjaga kondisi lingkungan
tempat hidup bagi biota perairan (Aprianing dan Hermawan, 2011).

Biota air membutuhkan lingkungan yang nyaman agar dapat hidup sehat dan
tumbuh optimal. Apabila lingkungan tersebut tidak memenuhi syarat, biota air dapat
mengalami stres, mudah terserang penyakit yang akhirnya akan menyebabkan
kematian. Untuk mengantisipasi fluktuasi yang sifatnya kurang menguntungkan bagi
perairan, maka diperlukan kegiatan pengontrolan kualitas air dalam budidaya biota
air yang umumnya dilakukan terhadap parameter kimia, fisika, dan biologi (Kordi dan
Tancung, 2005).

.2.3 Clownfish

Ikan badut atau clownfish termasuk ikan hias akurium yang mempunyai
penggemar yang cukup banyak. Hingga saat ini ada sekitar 34 jenis ikan clownfish
yang telah teridentifikasi dan ditemukan di perairan dangkal maupun dalam. Ikan
clown pada umumnya mempunyai dasar dengan kombinasi warna merah-putih,
merah-hitam, dan hitam-kuning-putih. Warna kombinasi tersebut dapat digunskan
untuk mengidentifikasi jenis clownfish (Susanti dan Akhmad 2020).

Ikan clownfish tersebar luas di ekosistem terumbu karang wilayah tropis dan
subtropis. Archipelago Australia Indo termasuk india, Thailand, filipina, Myanmar,
Malaysia, Indonesia, kepulauan Solomon, Vanuatu, dan Australia merupakan
habitat bagi terumbu karang dan tentunya menjadi habitat yang sangat tepat bagi
ikan clownfish. Klasifikasi ikan clown menurut Burges, 1990 adalah sebagai berikut:

Kingdom :Animalia
Filum :Chordata
Kelas :Actymopterygii
Ordo :Perciformes
Famili :Pomacentridae
Genus:Amphiprion
Spesies :Amphiprion ocellaris

Sumber: Maison & Graham 2016


Gambar 2.1 Amphirion percula

2.4 Morfologi Clownfish

Ikan clown tergolong dalam famili Pomacentridae. Ikan dari famili ini berukuran k
ecil .berwarna terang dan gerakanya lincah. Bentuk badannya bulat. Panjang, dan pi
piuh. Ikan jenis ini memiliki jenis mulut tipe terminal yang berukuran kecil. Sisik beruk
uran besar dan stenoid. Pipi dan operkulumnya bersisik. Gurat sisi memanjang sam
pai ke belakang dasar sirip pumggung dan dapat berlanjut sampai ke dekat dasar ek
or (Poernomo etal, 2003).

Ikan clown memiliki tulang di muka dan di bawah mata tidak berduri panjang ,ber
gerigi pendek, jari-jari keras sirip punggungnya tidak sama panjang, memiliki 11 jari-j
ari pada sirip dorsal dan 17 jari-jari pada pektoral (Allen,1997).

2.5 Habitat Clownfish

Clownfish biasanya hidup di area terumbu karang hingga kedalaman 15 meter.


Ikan ini dapat ditemukan di bagian utara Australia, Asia Tenggara dan Jepang. Ikan
ini juga banyak tersebar di perairan Aceh, Belitung, Lampung, Labuan, Pelabuhan
Ratu, Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta, Bawean, Binuangeun, Jepara, Bali, Flores,
Irian Jaya, dan Maluku (Allen, 1997).
Anemon merupakan habitat dari ikan badut (Amphiprioninae) yang melakukan
hubungan simbiosis mutualisme. Semua ikan badut hidup bersimbiosis mutualisme
dengan anemon tertentu (Allen, 1991). Dalam simbiosis ini ikan mendapat proteksi
dan memakan material non-metabolik yang dikeluarkan oleh anemon. Disisi lain,
anemon dibersihkan dan dilindungi dari predator oleh ikan simbionnya.
BAB III

METODELOGI

3.1 Waktu Pelaksanaan


Kegiatan praktik kerja lapang (PKL) akan dilaksanakan di Balai Perikanan
Budidaya Laut Lombok (BPBL Sekotong) yang direncanakan pada tanggal 20 Dese
mber 2022 - 20 Januari 2022. Kegiatan ini bersifat wajib bagi mahasiswa sebelum
menempuh tugas akhir yang telah di tetapkan sesuai dengan kurikulum oleh
program studi Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura.
Praktek kerja lapang ini dilaksanakan selama 1 bulan. Peta lokasi praktik kerja
lapang ditampilkan dalam gambar 3.1 dibawah ini
Gambar 3.1 Peta Lokasi Praktik Kerja Lapang
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Tabel 3.1 Alat dan kegunaan
No Nama alat Kegunaan Keterangan
1 Pipet Memindahkan larutan

2 Tabung reaksi Tempat larutan selama


proses pengukuran

3 Rak tabung Tempat meletakkan


reaksi tabung reaksi

4 DO meter Mengukur DO

5 Refraktometer Mengukur salinitas

6 pH meter Mengukur pH
3.2.2 Bahan

Tabel 3.2 Bahan dan kegunaan


No Nama bahan Kegunaan Keterangan
1 Aquadest Membilas alat

2 Tisu Mengeringkan dan


membersihkan alat

3 Air kolam larva Bahan uji coba


4 Air kolam Bahan uji coba
pembesaran

5 Air akuarium Bahan uji coba

6 Serbuk reagen Mereaksi nitrat


Nitrat

8 Serbuk reagen Mereaksi fosfat


fosfat
9 Serbuk reagen Mereaksi amonia
Amonia

10 Serbuk reagen Mereaksi amonia


Amonia cyanurat

3.3 pengumpulan data

Data laporan PKL ini berasal dari data primer, data primer merupakan data
yang berasal dari pengukuran atau pengujian secara langsung. Data primer yang
tersaji di laporan ini berasal dari hasil pengukuran kualitas air yang dilakukan dua
kali per minggu pada hari senin dan kamis.

a. obsevasi
Kegiatan observasi dalam praktik kerja lapang digunakan untuk mengukur
dan membuat fluktuasi kualitas air. Sampel air diambil setiap pagi pada hari
senin dan kamis sebelum pergantian air. Data hasil pengukuran kualitas air
kemudian dicatat dan divisualisasikan untuk mempermudah membaca data dan
mengambil kesimpulan.
b. wawancara
Wawancara secara langsung dengan pembimbing lapang selama kegiatan
praktik kerja lapang sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
mengenai prosedur kerja laboratorium dan prosedur perawatan rutin ikan
clownfish. Wawancara juga dapat menambah informasi tambahan mengenai
lokasi praktik kerja lapang.

3.4 Kegiatan Praktik Kerja Lapang


Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) ini dilakukan di Balai Perikanan
Budidaya Laut Lombok (BPBL Sekotong) yang menjadi kajian sesuai dengan
bidang yang yang ada. Kegiatan ini dilakukan untuk memadukan ilmu yang sudah
dipelajari dikampus dengan kegiatan praktek kerja lapang. Studi dan keikutsertaan
pada kegiatan ini dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan yang sudah ditentukan
oleh pihak instansi. Kegiatan praktik kerja lapang ini dilakukan oleh mahasiswa Ilmu
Kelautan yang sudah menempuh semester 5 dengan total sks minimal 100 sks.
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh ilmu yang ada di Balai Perikanan Budidaya
Laut Lombok (BPBL Sekotong). Selama melakukan kerja praktek lapang saya akan
menaati peraturan yang sudah ditetapkan oleh pihak instansi dan kegiatan ini
dilakukan sebagai bahan penelitian dan laporan kami.
3.5 Alur Pelaporan
Alur pelaporan berguna untuk memetakan tujuan dan output yang akan dicapai
dari kegiatan praktik kerja lapang. Alur pelaporan harus sesuai dengan tujuan,
manfaat dan nantinya juga sesuai dengan kesimpulan akhir. Alur pelaporan
ditampilkan pada tabel 3.3 yang tertera di bawah ini
Tabel 3.3 Alur Pelaporan
No Tujuan Alat dan Data Output
bahan
1 Mengetahui cara  Ph meter  Ph Mengetahui
mengukur  Do meter  Do cara mengukur
kualitas air  Refrakto-  Salinitas kualitas air
meter  Kadar dengan
 Spektro- nitrat parameter fisika
fotometer  Kadar dan kimia
portabel fosfat menggunakan
 Tabung  Kadar spektrofotomete
reaksi amonia r
 Rak
tabung
reaksi
 Pipet
 Pipet ukur
10 ml
 Gelas
beker
 Aquadest
 Sample
cell 25 ml
 Tisu
 Air sampel
 Reagen
nitrat
 Reagen
fosfat
 Reagen
amonia
salisilat
 Reagen
amonia
cyanurat
 Hotplate
stirrer
 Gunting
 Botol
bekas

2 Mengetahui hasil  Spektro-  Ph Mengetahui


pengukuran fotometer  Salinitas hasil kualitas
kualitas air portabel  DO air
 Ph meter  Kadar
 Refrakto- nitrat
meter  Kadar
 Do meter fosfat
 Tisu  Kadar
 Aquadest amonia
 Gelas
beker

3 Mengetahui  Microsoft  Tabel Mengetahui


fluktuasi kualitas Excel hasil fluktuasi kualitas
air pengukur air melalui data
an angka dan
 Grafik grafik
fluktuasi
kualitas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi PKL
Balai perikanan budidaya laut Lombok atau yang biasa disingkat BPBL Lombok
merupakan tempat pengembangan budidaya laut yang betugas untuk
mengembangkan perikanan budidaya di Nusa Tenggara Barat. Lokasi BPBL
Lombok berada di Dusun Gili Genting, Desa Sekotong Barat, Kecamatan Sekotong,
Kabupaten Lombok Barat-NTB. BPBL Lombok terletak di jalan raya Sekotong yang
berjarak sekitar 29 km dari pelabuhan Gili Mas dan 59 km dari Bandara Internasional
Zainuddin Abdul Madjid. Lokasinya yang cukup jauh dari perkotaan membuatnya
terlindung dari polusi. Gambar lokasi praktik kerja lapang ditampilkan di gambar 4.1
dibawah ini

Gambar 4.1 Balai


Perikanan Budidaya Laut Lombok
Lokasi BPBL yang strategis dan terhindar dari polusi menjadikan tempat yang
tepat untuk mendukung peran BPBL sebagai tempat pengembangan budidaya
perikanan laut di NTB. Untuk mengakomodasi tugas dan peran BPBL Lombok
dibentuklah struktur organisasi yang terdiri dari kepala balai dibantu tiga pejabat
struktural yaitu:
1) kepala subbagian tata usaha;
2) kepala seksi uji terap teknik dan kerjasama;
3) kepala seksi pengujian dan dukungan teknis, serta kelompok jabatan fungsional.

4.2 Kegiatan PKL


Kegiatan praktik kerja lapang yang dilaksanakan selama satu bulan tentunya
telah banyak kegiatan yang telah dilakukan baik kegiatan pengumpulan data
maupun kegiatan partisipasi dalam kegiatan di BPBL Lombok. Tabel kegiatan
ditampilkan pada Tabel 4.1 yang tertera di bawah ini
Tabel 4.1 Kegiatan Praktik Kerja Lapang
Nomor Hari Tanggal Waktu Jenis Kegiatan
1 Selasa 21-12- 08.30- Konsultasi dengan
2021 09.00 pembimbing lapang mengenai
judul PKL yang akan diambil
09.00- Konsultasi proposal dengan
09.30 penanggungjawab lapang
2 Rabu 22-12- 08.00- Mempelajari prosedur
2021 09.00 pengujian kualitas air dengan
metode spektrofotometri
09.00- Mempraktekkan metode
10.00 pengujian kualitas air
3 kamis 23-12- 07.00- Apel
2021 07.30
07.30- Mengambil sampel air
08.00
08.00- Menguji kualitas air
09.30
4 Jumat 24-12- 07.30- Membersihkan dan merapikan
2021 09.00 peralatan laboratorium
5 Senin 27-12- 07.00- Apel
2021 07.30
07.30- Mengambil sampel air
08.00
08.00- Menguji kualitas air
09.30
6 Selasa 28-12- 07.30- Membersihkan akuarium
2021 09.00 clownfish
7 Rabu 29-12- 07.30- Membersihkan kotoran pada
2021 09.00 bak clownfish cardinal
8 kamis 30-12- 07.00- Apel
2021 07.30
07.30- Mengambil sampel air
08.00
08.00- Menguji kualitas air
09.30
9 Jumat 31-12- 07.30- Perjalanan ke keramba jarring
2021 08.00 apung
08.00- Melepas anakan clownfish ke
09.00 keramba
09.00- Perawatan clownfish dan
11.00 menghitung jumlahnya
10 Senin 03-01- 07.00- Apel
2022 07.30
07.30- Mengambil sampel air
08.00
08.00- Menguji kualitas air
09.30
11 Selasa 04-01- 07.30- Menguji kualitas air dari
2022 09.00 pengguna jasa pengujian
12 Rabu 05-01- 07.30- Mengambil sampel air
2022 08.00
08.30- Menguji kualitas air
09.30
13 Kamis 06-01- 07.00- Apel
2022 07.30
07.30- Mengambil sampel air
08.00
08.00- Menguji kualitas air
09.30
14 Jumat 07-01- 07.30- Membersihkan kotoran
2022 09.30 clownfish dan membersihkan
akuarium
15 Sabtu 08-01- 08.00- Membersihkan kotoran
2022 09.00 clownfish cardinal
09.00- Membersihkan akuarium
10.00 clownfish
16 Senin 10-01- 07.00- Apel
2022 07.30
07.30- Mengambil sampel air
08.00
08.00- Menguji kualitas air
09.30
17 Selasa 11-01- 08.00- Menguji kualitas air dari
2022 10.00 instansi lain
18 Rabu 12-01- 07.30- Menguji kualitas air dari
2022 09.30 instansi lain
19 Kamis 13-01- 07.00- Apel
2022 07.30
07.30- Mengambil sampel air
08.00
08.00- Seminar hasil
11.00
20 Jumat 14-01- 07.30- Menguji kualitas air dari
2022 09.30 instansi dan air sampel.
21 Senin 17-01- 07.00- Apel
2022 07.30
07.30- Menguji kualitas air
10.30
22 Selasa `18-01- 08.00- Mengukur kualitas air dari
2021 11.00 instansi lain

4.3 Pengukuran kualitas air


Berdasarkan metode yang telah diajarkan oleh pembimbing lapang, langkah
pertama adalah mengambil sampel air pada bak larva, bak pembesaran dan
akuarium indukan. Sampel yang telah diambil kemudian dibawa ke laboatorium
untuk mengukur kualitas air. Pengujian dilakukan secara berurutan mulai dari bak
larva, bak pembesaran dan yang terakhir akuarium. Prosedur pengujian ditampilkan
pada gambar 4.1 dibawah ini
Gambar 4.1 Prosedur pengujian kualitas air
Hasil pengukuran kemudian dicatat dan kemudian divisualisasikan. Selanjutnya
adalah pengukuran kadar nitrat, fosfat dan ammonia. Langkah pertama adalah
menyiapkan peralatan, selanjutnya memasukkan sampel sebanyak 10 ml secara
berurutan diawali dari sampel air bak larva, bak pembesaran dan akuarium. Langkah
selanjutnya adalah mencampurkan reagen nitrat, fosfat dan amonia kedalam
masing-masing sampel kemudian dihomogenkan. Sampel kemudian diambil
sebanyak 1 ml untuk diukur kadar nitrat, fosfat dan ammonia menggunakan
spektrofotometer.
4.4 Hasil Pengukuran kualitas air
Hasil pengukuran kualitas air meliputi hasil pengukuran DO, pH, salinitas nitrat,
fosfat, dan ammonia. Hasil pengukuran nantinya akan divisualisasikan dalam bentuk
grafik untuk mempermudah membaca data, membandingkan dan mengambil
kesimpulan. Hasil pengukuran ditampilkan pada tabel 4.2 sampai tabel 4.4 di bawah
ini
Tabel 4.2 Kualitas Air Pada Bak Larva
No Parameter Rata-rata Baku mutu Keterangan
1 DO 5,8 >5 Sesuai
2 pH 7,5 7-8,5 Sesuai
3 Salinitas 32 33-34 Sesuai
4 Nitrat 0,02 0,06 Sesuai
5 Fosfat 0,76 0,015 Tidak
sesuai
6 Ammonia 0,23 0,3 Sesuai

Berdsasarkan rata-rata hasil yang tertera pada tabel 4.2 diketahui pada kadar
salinitas nilainya kurang dari nilai optimal yang tertera pada bakumutu. Kadar fosfat
yang melebihi bakumutu dari bakumutu Lampiran VII PP No. 22 tahun 2021
disebabkan oleh kurangnya ketelitian pada saat pengujian di laboratorium
Tabel 4.3 Kualitas Air Pada Bak Pembesaran
No Parameter Rata-rata bakumutu Keteranaga
n
1 DO 5,9 >5 Sesuai
2 pH 7,7 7-8,5 Sesuai
3 Salinitas 32 33-34 Sesuai
4 Nitrat 0,01 0,06 Sesuai
5 Fosfat 0,489 0,015 Tidak sesuai
6 Ammonia 0,12 0,3 Sesuai
Hasil kualitas air pada bak pembesaran yang tertera pada tabel 4.3 diatas
menunjukkan nilai fosfat yang melebihi nilai bakumutu. Nilai rata-rata fosfat cukup
jauh melebihi nilai bakumutu. Hal ini disebabkan karena kurangnya ketelitian dalam
melakukan pengujian.
Tabel 4.4 Kualitas Air Pada Akuarium

No Parameter Rata-rata Bakumutu Keterangan


1 DO 5,8 >5 Sesuai
2 pH 7,7 7-8,5 Sesuai
3 Salinitas 32 33-34 Sesuai
4 Nitrat <0.01 0,06 Sesuai
5 Fosfat 0,003 0,015 Sesuai
6 Ammonia 0,14 0,3 Sesuai

Hasil yang tertera pada 4.4 diatas yang sampelnya diambil di akuarium dan
dibandingkan dengan baku mutu Lampiran VII PP No. 22 tahun 2021, diketahui
kualitas air pada akuarium sesuai dengan bakumutu. Hasil pengukuran ini
sependapat dengan Renitasari dan Ihwan (2021) yang hasil pengukuran kualitas
airnya masih dalam batas bakumutu.
4.5 Fluktuasi Kualitas Air
Hasil pengukuran kualitas air disajikan dalam bentuk grafik dan dibandingkan
berdasarkan tempat pengambilan sampelnya. Grafik yang ditampilkan adalah grafik
DO, pH, salinitas, nitrat, fosfat dan amonia secara berurutan dari grafik 4.1 sampai
4.6 dibawah ini.
Grafik 4.1 Grafik Fluktuasi DO

oksigen terlarut (mg/L)


Grafik DO
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
23-Dec 27-Dec 30-Dec 3-Jan 6-Jan 10-Jan 13-Jan 17-Jan

Hasil dari pengukuran DO selama 1 bulan dan memperoleh 8 data pada


masing-masing bak. Hasil pengukuran pada bak larva memiliki rata-rata nilai DO
sebesar 5,8 mg/L sedangkan pada bak pembesaran nilai rata-ratanya adalah 5,9
mg/L dan pada akuarium rata-ratanya adalah 5,8 mg/L. Seluruh hasil pengukuran
DO masih diatas batas aman baku mutu Lampiran VII PP No. 22 tahun 2021 2004
yang batasnya adalah >5 mg/L. Grafik Do menujukkan nilai yang cukup stabil dan
sedikit meningkat dengan nilai terkecil 4,5 mg/L dan nilai tertinggi 8 mg/L.

Grafik 4.2 Grafik Fluktuasi pH

Grafik pH
7.9
pH

7.8

7.7

7.6

7.5

7.4

7.3

7.2
23-Dec 27-Dec 30-Dec 3-Jan 6-Jan 10-Jan 13-Jan 17-Jan

Nilai rata-rata pH pada bak larva dalah 7,5 selanjutnya nilai rata-rata pH pada
bak pembesaran adalah 7,7 dan nilai rata-rata pH pada akuarium adalah 7,7. Nilai
rata-rata pada masing-masing tempat masih sesuai dengan bakumutu Lampiran VII
PP No. 22 tahun 2021 yang batas amanya berada pada kisaran 7-8,5. Dengan ini
menunjukkan bahwa kualitas air selama proses budidaya masih terjaga dengan
baik. Grafik menunjukkan fluktuasi yang sangat stabil dengan nilai terkecil pada nilai
7,4 dan nilai tertinggi 7,8. Nilai pH menurut Andria dan Sri (2018) kisaran pH yang
optimal untuk ikan adalah 6,5-8,5.

Grafik 4.3 Grafik Fluktuasi Salinitas

Grafik Salinitas
salinitas (ppt)

40

35

30

25

20

15

10

0
23-Dec 27-Dec 30-Dec 3-Jan 6-Jan 10-Jan 13-Jan 17-Jan

Hasil rata-rata salinitas pada masing-masing kolam menunjukkan nilai yang


sama yaitu 32 ppt, dan berdasarkan bakumutu pada Lampiran VII PP No. 22 tahun
2021 angka salinitas tersebut masih dibawah nilai yang tertera pada bakumutu yaitu
33-34 ppt. Grafik fluktuasi sedikit meningkat dan nilainya kurang stabil dengan nilai
terendah 26 ppt dan nilai trtinggi 38 ppt. Bak larva merupakan grafik paling fluktuatif
salinitasnya.
Grafik 4.3 Grafik Fluktuasi Nitrat

Grafik Nitrat
0.045

nitrat (mg/L
0.04
0.035
0.03
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
23-Dec 27-Dec 30-Dec 3-Jan 6-Jan 10-Jan 13-Jan 17-Jan

Grafik nitrat menunjukkan fluktuasi yang kurang stabil dan kebanyakan hasilnya
adalah <0,01 mg/L dan hanya ada 3 hasil pengukuran yang nilainya >=0,01 mg/L.
hasil ini sangat kecil dan jauh dibawah bakumutu. Kadar nitrat yang rendah ini
kemungkinan dapat disebabkan oleh proses nitrifkasi yang belum selesai, yang
berasal dar amonia menjadi nitrit dan kemudian menjadi nitrat (Renitasari dan
Ihwan, 2021).

Grafik 4.5 Grafik Fluktuasi Fosfat

Grafik Fofat
fosfat (mg/L)

1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
23-Dec 27-Dec 30-Dec 3-Jan 6-Jan 10-Jan 13-Jan 17-Jan

Grafik fosfat pada setiap tempatnya mengalami fluktuasi yang ekstrim dan nilai hasil
pengukuran juga menunjukkan nilai yang sangat fluktuatif disetiap tempatnya,
dikarenakan kurangnya ketelitian saat pengujian sampel air. Berdasarkan hasil
diskusi dengan pembimbing lapang sampel yang pengujianya dilakukan kurang teliti
akan berubah warna menjadi biru tua dan harus diulang pengujian kadar fosfatnya.

Grafik 4.6 Grafik Fluktuasi Amonia

Grafik Amonia
Aamonia (mg/L)

0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
23-Dec 27-Dec 30-Dec 3-Jan 6-Jan 10-Jan 13-Jan 17-Jan

Grafik amonia menunjukkan fluktuasi yang kurang stabil dan setiap tempat
menunjukkan perubahan grafik yang hampir mirip. Grafik amonia nilai terendahnya
adalah <0, 01 dan nilai tertinggi adalah 0,56, perbedaan nilai yang sangat signifikan
dapat dikarenakan kurangnya ketelitian. Berdasarkan bakumutu yang dimuat pada
nilai rata-rata amonia dari masing-masing tempat masih sesuai untuk biota laut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktik kerja lapang adalah
1. Cara mengukur kualitas air adalah dengan mengukur langsung dengan alat DO
meter untuk mengukur kadar oksigen terlarut, pH meter untuk mengukur derajat
keasaman, refraktometer untuk mengukur kadar salinitas dan spektrofotometer
untuk menguji kadar nitrat, fosfat dan amonia.
2. Hasil pengukuran kualitas air pada bak larva, bak pembesaran dan akuarium
secara berturut turut adalah DO 5,8 mg/L; pH 7,2; salinitas 32; nitrat 0,02 mg/L;
fosfat 0,76 mg/L dan amonia 0,23 mg/L, DO 5,9 mg/L; pH 7,7; salinitas 32; nitrat
0,01 mg/L; fosfat 0,489 mg/L; amonia 0,12 mg/L dan DO 5,8 mg/L; pH 7,7;
salinitas 32; nitrat 0,01 mg/L; fosfat 0,003 mg/L; amonia 0,14 mg/L.
3. Fluktuasi kualitas air setelah 1 bulan yang paling mencolok adalah fluktuasi
grafik nitrat, grafik fosfat dan grafik amonia

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan pada praktik kerja lapang ini agar nantinya
mahasiswa yang akan melakukan magang ataupun praktik kerja lapang tidak
mengulangi kesalahan yang sama. Saran yang dapat disampaikan adalah saat
pengambilan sampel sebaiknya lebih diperhatikan lagi agar data hasil pengukuran
lebih baik. Pengujian air di laboratorium seharusnya lebih teliti untuk meminimalisir
kesalahan.

Anda mungkin juga menyukai