ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan kepadatan ikan dan volume
media terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus)
serta menentukan rasio kepadatan efektif pada pembudidayaan akuaponik teknik media bed.
Penelitian ini dilakukan pengukuran parameter diantaranya adalah laju pertumbuhan
spesifik ikan, rasio konversi pakan yang diberikan, kualitas air serta tingkat kelangsungan
hidup (survival rate). Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini yaitu
dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan (rasio tebar ikan 1 ekor/L media
bed; 2 ekor/L media bed; 3 ekor/L media bed; dan 4 ekor/L media bed) serta dilakukan tiga
kali pengulangan pada penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata panjang
ikan akhir antara 6,5 – 9,5 cm, dan rata-rata berat ikan akhir kisaran 5 – 17 gram. Nilai
kepadatan optimum dan produktivitas ikan terbaik dari penelitian ini yaitu pada P4 dengan
padat tebar 20 ekor per liter air dengan hasil yang signifikan.
Kata Kunci: Ikan nila, akuaponik, media bed, rasio tebar, pertumbuhan, kelangsungan hidup.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of differences in fish density and media volume on the
growth and survival of tilapia (Oreochromis niloticus) and to determine the effective density
in aquaponic culture using bed media techniques. In this study, parameters were measured
including the specific growth rate of fish, feed conversion ratio, water quality and survival
rate. The experimental design used in this study was a completely randomized design (CRD)
with 4 treatments (1 fish stocking ratio/L media bed; 2 fish/L media bed; 3 fish/L media bed;
and 4 fish/L media bed). ) and was repeated three times in this study. The results showed that
the average length of the final fish was between 6.5 – 9.5 cm, and the average weight of the
final fish was in the range of 5 – 17 grams. The optimum density value and the best fish
productivity from this study were at P4 with a stocking density of 20 fish per liter of water
with significant results.
Keywords: Tilapia, aquaponics, media bed, stocking ratio, growth, survival rate.
273
Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021):273 – 280, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
lingkungan (degradasi tanah dan air) (Eruca vesicaria) (Kizak & Kapaligoz,
(Avnimelech, 2006; Avnimelech, 2007; 2019), ikan Nila-Kangkung, Sawi dan Selada
Hwang et al., 2021; Soedibya et al., 2017). (Mulqan, Afdhal, et al., 2017), Red Claw
Untuk mengatasi permasalahan tersebut Crayfish- Lettuce (Lactuca sativa) dan Pak
diperlukan suatu teknis produksi pangan Choi (Brassica chinensis) (Sundar & Chen,
yang berkelanjutan. Teknologi akuaponik 2020), ikan lele (Clarias sp) dan kangkung
merupakan solusi teknis dalam mengatasi (Ipomoea aquatic) dan Pak Choi (Brassica
permasalahan-permasalahan tersebut. chinensis) (Effendi, Amalrullah Utomo, et
Teknologi akuaponik merupakan cara al., 2015).
pembudidayaan terintegrasi antara Salah satu teknik akuaponik yang
akuakultur (ikan, udang dan moluska) dan masih belum banyak dikembangkan adalah
hidroponik (tanaman sayur) secara simbiotik teknik media bed. Teknik media bed
dalam suatu sistem tertutup (Sastro, 2015; merupakan teknik pembudidayaan secara
Zalukhu et al., 2016). Teknologi ini secara hidroponik menggunakan hamparan substrat
teknis dapat diterapkan untuk meningkatkan kasar dan porous sebagai media tanam
kapasitas produksi dalam berbagai skala (Bernstein, 2011). Hamparan media tersebut
usaha, hemat lahan dan penggunaan air yang memungkinkan air tersaring secara utuh
efisien melalui resirkulasi (Simeonidou et al., dalam kondisi tenang sehingga air yang
2012; Effendi et al., 2015) dan melewati media bed dapat terfiltrasi dengan
meminimalisir dampak yang terjadi pada optimal. Teknik media bed ini mudah
lingkungan (Riolly Cahyantara & Cordova, dikelola karena memiliki mekanisme kerja
2017). yang sederhana, low maintenance, serta
Akuaponik merupakan sistem single permasalahan teknis yang minim (Somerville
recirculating system yang sangat kompleks. et al., 2014; Bernstein, 2011; E. Rakocy et
Hal ini dikarenakan terdapat tiga organisme al., 2017). Keberhasilan teknik media bed
yaitu ikan, tanaman, dan bakteri nitrifikasi sangat bergantung pada penentuan rasio
yang digabungkan dalam satu sistem antara subsistem akuakultur (kepadatan) dan
keharaan. Sistem keharaan akuaponik adalah volume media bed hidroponik.
sistem yang setimbang antara sub sistem Rasio kepadatan ikan per volume air
pemeliharaan ikan sebagai produsen hara, dengan media bed tanaman yang tidak
sub sistem tanaman sebagai pengguna, dan seimbang akan menyebabkan beberapa hal
ditengahnya adalah sub sistem mikroba seperti pertumbuhan ikan-tanaman tidak
sebagai pengurai substansi organic serta optimal, hara/nutrisi yang kurang, dan
ammonia (Somerville et al., 2014). limbah yang dihasilkan dari ikan relative
Berdasarkan praktek baik (best practices) banyak, serta proses penguraian yang tidak
pada sistem akuaponik, pakan ikan memiliki optimal (Bernstein, 2011; Somerville et al.,
nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan, akan 2014). Bernstein (2011) melaporkan bahwa
tetapi kebutuhan tersebut berbeda dengan dibutuhkan rasio 1:1 hingga 2:1 antara
kebutuhan tanaman (Roosta & Hamidpour, kepadatan/volume air dan media bed agar
2011). Perbedaan kebutuhan ini pada unit tanaman efektif mereduksi limbah
akhirnya akan sangat mempengaruhi akuakultur, sedangkan (Somerville et al.,
produktifitas sistem akuaponik. 2014) melakukan rasio dari pemberian 200
Aplikasi sistem akuaponik yang telah gram pakan/hari dengan 300 liter media bed
diterapkan meliputi kombinasi berbagai pada kedalaman 30 cm. Jumlah ikan
macam jenis ikan dan tanaman seperti; berlebih dalam subsistem akuakultur
lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) menyebabkan saluran air tersumbat dan
dan bayam (Effendi, Utomo, et al., 2015), proses penguraian tidak optimal, karena
ikan Nila (Oreochromis sp)-selada air kuantitas limbah melebihi daya dukung
(Lactuca sativa) (Effendi et al., 2017), ikan remediasi media secara fisik maupun
Gold Fish (Carassius auratus) dan Arugula kimiawi. Sedangkan jumlah ikan yang terlalu
274
Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021):273 – 280, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
sedikit juga menyebabkan masalah keharaan P2 : 10 ekor dengan media bed (rasio tebar
tanaman. Akibatnya, pembudidayaan 2:1)
berjalan tidak optimal bahkan berpotensi P3 : 15 ekor dengan media bed (rasio tebar
kegagalan produksi. 3:1)
Penelitian ini bertujuan untuk P4 : 20 ekor dengan media bed (rasio tebar
menentukan rasio jumlah ikan dan volume 4:1)
media terhadap pertumbuhan dan kelangsungan Pengambilan data kualitas air mengacu
hidup ikan nila (Oreochromis niloticus) serta pada (Azhari et al., 2018) dilakukan setiap 5
menentukan rasio tebar efektif pada hari selama 30 hari pemeliharaan, sedangkan
pembudidayaan akuaponik teknik media bed. pengambilan data pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan serta pertumbuhan
METODE PENELITIAN tanaman dilakukan di hari ke 30
Materi Penelitian pemeliharaan. Data kualitas air yang diambil
Objek Penelitian meliputi parameter oksigen terlarut (DO);
Objek dalam penelitian ini adalah Ikan derajat keasaman (pH); suhu; Total
Nila (Oreochromis niloticus) dengan bobot Ammonia Nitrogen (TAN); nitrat (NO3); dan
awal ikan 4 gram, panjang awal ikan 5 cm Total Dissolve Solids (TDS).
dan tanaman kangkung (Ipomoea aquatica) Analisis Data
yang dipelihara dalam sistem akuaponik Data pertumbuhan dan kelangsungan
media bed. hidup O. niloticus serta pertumbuhan
Alat tanaman kangkung (Ipomoea aquatica)
Alat yang digunakan pada sistem dianalisis secara ANOVA untuk mengetahui
akuaponik teknik media bed yaitu Styrofoam signifikansi antar perlakukan. Uji lanjut BNT
berukuran 80x40x40 cm dan 48x32x29 cm; dilakukan apabila hasil analisis ANOVA
pompa akuarium kapasitas 700 L/h; pipa berbeda signifikan. Hasil analisis
akuarium dan pipa keni L; pita ukur dan dideskripsikan dengan diagram batang. Data
terminal listrik. Alat yang digunakan untuk kualitas air dianalisis secara deskriptif
pengambilan data yaitu termometer; jangka menggunakan Gambar. Pengolahan data
sorong digital; DO meter; keping sechii dilakukan menggunakan software SPSS.
kecil; dan botol sampel. Data berbentuk persentase ditransformsi
Bahan arsin terlebih dahulu sebelum dianalisis.
Bahan yang digunakan pada sistem Hipotesis analisis ANOVA adalah sebagai
akuaponik teknik media bed yaitu air; pasir berikut.
malang; pakan komersil (protein 28%); test H0 : Jika nilai P<0,5 maka hasil antar
kit PF-12 (alat ukur ammonia, nitrat, nitrit, perlakuan berbeda signifikan
dan fosfat); kertas lakmus; ikan nila H1 : Jika nilai P>0,5 maka hasil antar
(Oreochromis niloticus); rockwool; dan perlakuan tidak berbeda signifikan.
tanaman kangkung (Ipomoea aquatica)
benih usia 20 hari setelah penyemaian. HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode Penelitian Hasil penelitian menunjukan bahwa
Rancangan yang digunakan dalam rata-rata panjang ikan akhir antara 6,5 – 9,5
penelitian ini adalah Rancangan Acak cm, dan rata-rata berat ikan akhir antara 5 –
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 17 gram. Nilai tertinggi dari penelitian ini
ulangan. Penelitian ini mengacu pada yaitu pada P4 dengan padat tebar 20 ekor per
penelitian (Nugroho et al., 2012) serta liter air. Bobot rata-rata awal ikan yang diuji
(Azhari et al., 2018). Penelitian ini yaitu 4 gram dengan panjang awal 5 cm.
menggunakan perlakuan yaitu: setelah dipelihara selama 30 hari, ikan
P1 : 5 ekor dengan media bed (rasio tebar mengalami pertambahan berat dan panjang.
1:1) Hasil uji anova menunjukan adanya
perbedaan signifikan antar perlakuan yang
275
Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021):273 – 280, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
dilakukan. Pengukuran panjang ikan awal signifikan antar perlakuan yang diberikan,
dan akhir tersaji pada Gambar 1. Gambar 2 hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan
menunjukan pengukuran bobot ikan awal jumlah pemberian pakan (Azhari et al,
menunjukan hasil pengukuran bobot ikan 2018). Setelah dilakukan uji BNT, diperoleh
selama 30 hari. hasil panjang ikan pada perlakuan P2 tidak
5 4 4 4 4 4 berbeda nyata terhadap P1 sedangkan pada
4 hasil berat akhir ikan pada perlakuan P1
Berat (g)
3
tidak berbeda nyata terhadap Kontrol.
2
Menurut Azhari et al, (2018), pertambahan
1
0
berat ikan tidak terlepas dari pakan yang
K P1 P2 P3 P4 diberikan.
Perlakuan Panjang kangkung pada awal pemeliharaan
yaitu 8 cm, setelah 30 hari dipelihara dalam
sistem akuaponik, kangkung mengalami
Gambar 1. Pengukuran panjang ikan awal pertambahan panjang yang berbeda-beda.
dan akhir rata-rata bobot akhir kangkung antara 5,7 –
15,7 gram (Tabel 1), rata-rata panjang
berkisar antara 44,3 – 61,25 cm, rata-rata
panjang daun akhir berkisar antara 5,6 - 6,6
cm, rata-rata lebar daun akhir berkisar antara
1,3 – 1,5 cm. data panjang awal dan akhir
kangkung dapat dilihat pada Gambar 4.
70 61.25
60 48.2 52.5 antara 2 perlakuan lainnya sangat berbeda
50 44.3
40 nyata. selain dipengaruhi oleh unsur hara
30 yang tersedia dalam air dan yang terserap
20 oleh tanaman, kerapatan dalam menanam
10
0 kangkung juga berpengaruh terhadap
P1 P2 P3 P4
pertumbuhan kangkung.
Gamba 3. Pengukuran bobot ikan awal
Perlakuan Tabel 1. Rata-rata bobot kangkung setelah
pemeliharaan selama 30 hari.
Gambar 2. Pengukuran bobot ikan akhir Perlakuan Rata-Rata Bobot
Kangkung (gram)
Berdasarkan hasil pengukuran terlihat P1 5,7a
adanya penambahan bobot dan panjang pada P2 8ab
ikan setelah 30 hari pemeliharaan. P3 10,7c
Penambahan berat dan panjang tertinggi ada P4 15,7d
pada perlakuan P4 sedangkan terendah pada Kerapatan dapat mengoptimalkan
kontrol. Berdasarkan perhitungan One Way pertumbuhan, namun di lain sisi bisa
ANOVA diperoleh hasil adanya perbedaan menyebabkan terjadinya perebutan zat hara,
276
Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021):273 – 280, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
air dan ruang tumbuh bagi tanaman (Mulqan menurut (Zalukhu et al., 2016) berkisar
et al., 2017; Widyatmoko et al., 2019). antara 6—8,5.
8 Tabel 2. Hasil pengukuran kisaran nilai suhu
6.7
7 6.3
5.7 5.8 dan pH selama 30 hari
6
5 Perlakuan Suhu (°C) pH
4 Kontrol 26-28 7,0 - 8,0
cm
dihasilkan. Menurut (Azhari et al, 2018; pertumbuhan bagian atas dan menyebabkan
Asni et al., 2020), konversi amonia menjadi tanaman mudah kekeringan.
nitrat dipengaruhi oleh kandungan oksigen Menurut hasil yang diperoleh dari
terlarut dalam air. pertumbuhan ikan dan kualitas air, sistem
Nilai amonia pada penelitian ini akuaponik ini dapat membantu ikan
diperoleh nilai kisaran 0-0,03 mg/l, hal ini menyerap pakan lebih optimal dan menjaga
diduga karena bertambahnya jumlah feses kualitas air sehingga ikan mampu bertahan
dalam air dan ikan mati yang berada di air hidup serta mengatasi permasalahan
sebelum diangkat dari air semakin ketersedian air.
menambah nilai amonia dalam air. Nilai
amonia yang masih dapat ditoleransi oleh SIMPULAN
ikan dalam budidaya adalah <0,02 mg/l Berdasarkan hasil yang didapatkan
(Zalukhu, 2016). Walaupun nilai yang pada penelitian ini, dapat disimpulkan yaitu
dperoleh pada penelitian ini lebih besar dari rasio tebar yang efektif dan produktivitas
nilai BSNI namun hasil tersebut sejalan ikan serta tanaman kangkung terbaik pada
dengan hasil penelitian dari (Zalukhu et al., akuaponik media bed adalah perlakuan P4
2016) dimana nilai amonia pada sistem dengan padat tebar ikan 20 ekor/liter air
akuaponik menggunakan ikan nila juga dengan volume media tanaman kangkung
memiliki nilai yang melebihi batas. berjumlah 4 tanaman per media.
Tabel 4. Hasil pengukuran kisaran nilai
amonia, fosfat dan DO selama 30 UCAPAN TERIMA KASIH
hari Penulis mengucapkan terima kasih
Perlakua NH3 PO4 DO kepada LPPM Universitas Jenderal
n Soedirman yang telah memberi kesempatan
Kontrol 0,00014-0,013 >2 9,6-12 penulis sehingga mendapatkan Dana Riset
Peningkatan Kompetensi tahun 2021 dengan
P1 0-0,00014 >2 4,6- nomor kontrak:
4,8 T/865/UN23.18/PT.01.03/2021. Terimakasih
P2 0-0,06 >2 4,4- kepada rekan dan mahasiswa Fakultas
4,7 Perikanan Universitas Jenderal Soedirman
P3 0,014 >2 4-4,3 yang telah banyak membantu pada penelitian
P4 0,03 >2 3,8- ini.
4,1
Nilai fosfat yang diperoleh dalam DAFTAR PUSTAKA
penelitian kali ini lebih dari 2 mg.L -1. Ade Lestari, N. A., Diantari, R., & Efendi, E.
Keberadaan fosfat menjadi salah satu (2015). Penurunan Fosfat Pada Sistem
indikator produktivitas perairan. Menurut Resirkulasi Dengan Penambahan Filter
Budi Utami et al., (2019) keberadaan fosfat Yang Berbeda. E-Jurnal Rekayasa Dan
dalam perairan budidaya berasal dari feses Teknologi Budidaya Perairan, 3(2),
ikan yang terakumulasi pada dasar perairan. 367–374.
Konsentrasi fosfat yang tinggi diduga karena https://doi.org/10.23960/jrtbp.v3i2.648p
penumpukan feses dan sisa pakan yang tidak 367-374
dimakan pada dasar perairan serta fosfar Asni, Rahim, & Marwayanti. (2020). Sistem
yang mengendap di dasar air sehingga belum Akuaponik Dapat Meningkatkan
optimal dalam menyerap fosfat dalam air Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan
(Ade Lestari et al., 2015). Menurut Budi Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio).
Utami et al., (2019) konsentrasi fosfat yang Jurnal Veteriner, 21(1), 136–142.
tinggi menyebabkan pertumbuhan akar https://doi.org/10.19087/jveteriner.2020.
menjadi lebih panjang yang menyebabkan 21.1.136
pertumbuhan akar tidak sesuai dengan Avnimelech, Y. (2006). Bio-filters: The need
278
Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021):273 – 280, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
279
Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021):273 – 280, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
280
Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021):273 – 280, p-ISSN 2301-7163, e-ISSN 2621-9638
281