Ari Prastiawan
05051281419052
Universitas Sriwijaya
0
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
1
2
sistem resirkulasi air kolam yang disalurkan ke media tanaman, yang secara
mutualistis juga menyaring air tersebut sehingga saat kembali ke kolam menjadi
lebih layak untuk budidaya ikan (Nugroho et al., 2012).
Kangkung (I. reptana) merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat
diaplikasikan dalam sistem akuaponik. Berdasarkan penelitian Sulistyono (2014),
pertumbuhan dan kelulushidupan ikan mas (C. carpio) dengan kombinasi biofilter
yang berbeda dalam sistem resirkulasi akuaponik dengan kepadatan kangkung 10
batang/wadah, 20/wadah batang, 30 batang/wadah dan 40 batang/wadah
memberikan hasil terbaik pada perlakuan kepadatan 40 batang/wadah dengan
tingkat kelangsungan hidup 97,76 % (Padli, 2017). Tumbuhan kangkung
menyerap nitrat sebagai sumber nutrisi, tumbuhan kangkung juga berfungsi
sebagai filter biologis, sehingga kandungan nitrat di perairan cenderung rendah
dan stabil, kandungan ammonia yang rendah <0,5 mgL-1 sesuai dengan standar
pemeliharaan ikan nila (Bangkit et al., 2017).
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktek lapangan ini adalah untuk mengetahui manfaat sistem
akuaponik dalam meningkatkan laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan
nila (O. niloticus) di UPR Pananjung Fish Hatchery.
1.3. Manfaat
Manfaat dari praktek lapangan ini adalah untuk memberikan informasi
kepada pembudidaya ikan mengenai manfaat sistem akuaponik dalam
memanfaatkan keterbatasan lahan budidaya ikan serta fungsi akuaponik dalam
meningkatkan laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila (O. niloticus)
di UPR Pananjung Fish Hatchery.
Universitas Sriwijaya
2
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
3
4
Secara umum, ikan nila (O. niloticus) masih kerabat dekat dengan ikan
mujair (O. mossambicus). Karakteristik fisik pada ikan nila juga ada yang mirip
dengan ikan mujair. Perbedaan utama ikan nila dan ikan mujair sebenarnya dapat
dilihat dari bentuk tubuhnya. Lebar badan ikan nila umumnya sepertiga dari
panjang badannya, sedangkan lebar badan ikan mujair adalah setengah dari
panjang badannya. Ciri umum ikan nila adalah bentuk tubuhnya memanjang dan
ramping. Sisik ikan nila berukuran relatif besar. Matanya menonjol dan besar
dengan tepi berwarna putih (Wiryanta et al., 2010).
Ikan nila tergolong ikan herbivora cenderung karnivor yang dapat
diketahui dari hasil analisis makanan dalam lambung yang terdiri dari
fitoplankton, zooplankton dan serasah. Fitoplankton didominasi oleh kelompok
Cholorophyceace, Myxophyceace, dan Desmid. Sedangkan zooplankton
didominasi oleh Rotifera, Crustacea dan Protozoa (Satia et al., 2011).
Makanan ikan nila juga bisa berupa tumbuhan, daging, serangga, ikan
kecil, dan plankton. Pada masa larva setelah cadangan makanan berupa kuning
telur habis, benih ikan nila akan memakan zooplankton yang tersedia di alam.
Setelah berumur lebih dari satu minggu, anakan ikan nila juga akan memakan
lumut atau alga yang ada di lingkungannya. Pada ikan dewasa, tumbuhan air yang
ada di perairan merupakan salah satu makanannya (Wiryanta et al., 2010).
2.2. Akuaponik
Teknologi akuaponik telah dilakukan di negara-negara maju, khususnya
yang memiliki keterbatasan lahan untuk mengoptimalkan produktifitas biota
perairan. Prinsip dasar yang bermanfaat bagi budidaya perairan adalah sisa pakan
dan kotoran ikan yang berpotensi memperburuk kualitas air, akan dimanfaatkan
sebagai pupuk bagi tanaman air. Pemanfaatan tersebut melalui sistem resirkulasi
air kolam yang disalurkan ke media tanaman, yang secara mutualistis juga
menyaring air tersebut sehingga saat kembali ke kolam menjadi bersih dari
amonia dan mempunyai kondisi yang lebih layak untuk budidaya ikan
(Nugroho et al., 2012).
Budidaya menggunakan sistem akuaponik lebih ramah lingkungan karena
tidak menghasilkan limbah sehingga mengubah amonia menjadi nitrit dan nitrat.
Universitas Sriwijaya
4
5
Pada tanaman, nitrat berfungsi sebagai nutrisi. Air yang kaya nutrisi dari wadah
pemeliharaan disalurkan kepada tanaman, kemudian dimanfaatkan sebagai hara.
Oleh karena itu penggunaan teknologi budidaya akuaponik diharapkan mampu
memperbaiki kualitas air pada budidaya ikan dengan kepadatan tinggi sehingga
dapat mengurangi tingkat kematian ikan (Zidni et al., 2013). Tanaman air
memanfaatkan unsur hara yang ada dalam air media budidaya hasil perombakan
bahan organik oleh bakteri nitrifikasi berupa nitrat untuk tumbuh dan berkembang
(Muhammad et al., 2016).
Menurut Nugroho et al. (2012), sistem akuaponik akan mampu
meningkatkan kapasitas produksi pembudidaya ikan. Hal ini dapat terjadi karena
teknologi akuaponik merupakan gabungan teknologi akuakultur dengan teknologi
hydroponic dalam satu sistem untuk mengoptimalkan fungsi air dan ruang sebagai
media pemeliharaan. Teknologi tersebut telah dilakukan di negara-negara maju,
khususnya yang memiliki keterbatasan lahan untuk mengoptimalkan produktivitas
biota perairan. Prinsip dasar yang bermanfaat bagi budidaya perairan adalah sisa
pakan dan kotoran ikan yang berpotensi memperburuk kualitas air, akan
dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman air. Pemanfaatan tersebut melalui
sistem resirkulasi air kolam yang disalurkan ke media tanaman, yang secara
mutualistis juga menyaring air tersebut sehingga saat kembali ke kolam menjadi
lebih baik.
Berdasarkan penelitian pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila
Oreochromis niloticus dalam sistem resirkulasi yang telah dilakukan oleh Putra et
al. (2012) menyatakan bahwa perlakuan dengan filter selada air memberikan hasil
terbaik yaitu pertambahan berat harian mencapai 3,16% dengan tingkat
kelangsungan hidup 88% dan nilai konversi pakan 1,43. Pada perlakuan ini lebih
efisien memanfaatkan pakan sehingga mempengaruhi beban limbah yang
dikeluarkan dan masuk ke lingkungan perairan. Nilai konversi pakan (food
convertion ratio) yang diperoleh pada penelitian ini lebih baik dibandingkan yang
diperoleh oleh Rakocy et al. (2006), yaitu nilai FCR pada pemeliharaan ikan nila
sebesar 1,7 dan rata-rata pertumbuhan berat harian 4,4 g/hari dengan resirkulasi
sistem akuaponik.
Universitas Sriwijaya
5
6
Universitas Sriwijaya
6
7
BAB 3
RENCANA PRAKTEK LAPANGAN
No Bahan Spesifikasi
1. Ikan nila Ukuran 7 ± 0,5 cm
2. Pakan ikan Kadar Protein 30%
3. Benih kangkung ± 15 gram
4. Pipa Diameter 10,16 cm (4inch)
5. Rockwoll Ukuran 20x15x7,5 cm
6. Lem Pipa -
7. Gelas plastik Diameter 6cm
No Alat Spesifikasi
1. Terpal Ukuran 1x 1x1 m³
2. pH meter Ketelitian 0,1 Unit pH
3. Timbangan digital Ketelitian 0,01 gram
4. DO Meter Ketelitian 0,1 mgL-1
5. Penggaris Ketelitian 1 mm
6. Gelas Ukur Volume100 ml
8. Ember Volume 10 L
9. Termometer Ketelitian 0,1 °C
Universitas Sriwijaya
7
8
3.3. Metoda
3.3.1. Persiapan Media Pemeliharaan
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan benih ikan nila berupa kolam
terpal sebanyak 2 unit. Satu kolam digunakan untuk memelihara ikan tanpa sistem
akuaponik dan kolam satunya digunakan untuk memelihara ikan dengan sistem
akuaponik. Sebelum dilakukan penebaran, kedua kolam dibersihkan terlebih
dahulu setelah itu diisi air dengan ketinggian 60 cm. Padat tebar yang digunakan
mengacu pada penelitian Yuliati et al. (2012) sebanyak 100 ekor/m².
Universitas Sriwijaya
8
9
3.3.7. Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan cara memindahkan ikan dari kolam terpal
ke ember penampungan, setelah itu dilakukan pengukuran panjang dan bobot ikan
serta jumlah ikan pada akhir pemeliharaan. Pemanenan kangkung dilakukan
setelah berumur 25-30 hari setelah tanam, dengan cara mencabut tanaman sampai
akarnya atau memotong pada bagian pangkal tanaman sekitar 2 cm di atas
permukaan media tanam (BPTP Jambi, 2010).
Universitas Sriwijaya
9
10
Universitas Sriwijaya
10
11
Universitas Sriwijaya
11
12
BAB 4
KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK LAPANGAN
Universitas Sriwijaya
12
13
Ketua
Eko Adi Siswantoro
Sekretaris Bendahara
Ari Kusmiran Sunarno
Anggota
Universitas Sriwijaya
13
14
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Universitas Sriwijaya
14
15
non akuaponik masih dapat ditoleransi bagi kelangsungan hidup ikan nila.
Menurut Brett (1979) dalam Ayuningtyas (2010), derajat kemasaman air (pH)
merupakan faktor pengontrol, yang artinya faktor ini mempengaruhi dan
menentukan kecepatan reaksi dalam konsumsi pakan sehingga mempengaruhi
nafsu makan ikan. Semakin rendah pH media pemeliharaan menyebabkan nafsu
makan ikan menjadi menurun. Selain itu, jika pH terlalu rendah akan merusak
jaringan insang yang akan mempengaruhi proses pengambilan oksigen oleh
insang.
Nilai amonia pada kolam akuaponik lebih rendah dibandingkan dengan
kolam non akuaponik. Nilai amonia pada kolam akuaponik pada awal dan akhir
pemeliharaan adalah 0,08-0,11 mgL-1 sedangkan pada kolam non akuaponik
adalah 0,08-0,16 mgL-1. Kadar amonia yang terdapat pada kolam pemeliharaan
ikan nila adalah <0,02 mgL-1 (SNI, 2009). Ikan tidak dapat bertoleransi terhadap
kadar amonia yang tinggi karena akan dapat mengganggu proses pengikatan
oksigen dalam darah dan pada akhirnya akan menyebabkan terganggunya sistem
tubuh ikan (Nisa et al, 2013).
Universitas Sriwijaya
15
16
Berdasarkan Tabel 5.2. Hasil pertumbuhan panjang dan bobot mutlak ikan
nila pada kolam akuaponik lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
panjang dan bobot ikan nila pada kolam non akuaponik. Pertumbuhan panjang
dan bobot mutlak ikan nila pada kolam akuaponik berturut-turut yaitu 2,02 cm
dan 3,71 gram. Sedangkan pertumbuhan panjang dan bobot ikan nila pada kolam
non akuaponik berturut-turut yaitu 1,67 cm dan 2,78 gram.
Pertumbuhan merupakan proses bertambahan panjang dan berat suatu
organisme yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam
satuan waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan,
umur dan kualitas air. Pertumbuhan ikan pada kolam akuaponik lebih tinggi
dibandingkan dengan kolam non akuaponik diduga karena terjadinya proses
filterisasi yang optimal pada kolam akuaponik sehingga menghasilkan kualitas air
Universitas Sriwijaya
16
17
yang baik di dalam media pemeliharaan ikan nila dan pemberian pakan dalam
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan ikan (Mulqan et al., 2017).
Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005), bahwa pertumbuhan ikan dapat
terjadi jika jumlah nutrisi pakan yang dicerna dan diserap oleh ikan lebih besar
dari jumlah yang diperlukan untuk pemeliharaan tubuhnya. Maka dari itu,
kandungan pakan harus memiliki kandugan protein yang cukup untuk proses
pertumbuhan bagi ikan.
Universitas Sriwijaya
17
18
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Hasil akhir pemeliharaan ikan nila pada kolam akuaponik lebih baik
dibandingkan pada kolam non akuaponik. Pertumbuhan panjang, bobot mutlak
dan presentase kelangsungan hidup ikan nila pada kolam akuaponik berturut-turut
adalah 2,02 cm, 3,71 g dan 86%, sedangkan pada kolam non akuaponik berturut-
turut adalah 1,67 cm, 2,78 g dan 83%. Pertumbuhan tanaman kangkung pada
akhir pemeliharaan yaitu tinggi tanaman 42,17 cm, panjang daun 16,4 cm dan
jumlah daun 9 helai.
6.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil praktek lapangan ini kepada UPR
Pananjung Fish Hatcery yaitu dengan mengaplikasikan sistem akuaponik pada
budidaya ikan nila, sehingga produksi ikan nila yang ada di UPR tersebut dapat
terus ditingkatkan.
Universitas Sriwijaya
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Adewolu MA, Adeniji CA, Adejobi AB. 2008. Feed utilization, growth and
survival of Clarias gariepinus (Burchell 1822) fingerlings cultured under
different photoperiods. Aquaculture. 28, 64-67.
Bangkit, I., Sugandhy, R., dan Indriani, D.W., 2017. Aplikasi budidaya ikan
integratif dengan sistem akuaponik dalam pemanfaatan pelataran rumah
sebagai upaya peningkatan pendapatan masyarakat di rw 05 Desa Sayang,
Jatinangor-Sumedang. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 1(3), 145-
149.
BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Jambi. 2010. Budidaya Tanaman
Sayuran. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi
BSNI (Badan Standar Nasional Indonesia), 2009. SNI 7550-2009. Produksi Ikan
Nila (Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Pembesaran di Kolam Air
Tenang. Badan Standardisasi Nasional.
Diansari, V.R., Arini, E., dan Elfitasari, T., 2013. Pengaruh kepadatan yang
berbeda terhadap kelulushidupan dan pertumbuhan ikan nila (oreochromis
niloticus) pada sistem resirkulasi dengan filter zeolite. Journal of
Aquaculture Management and Technology. 3(2), 37-45.
DJPB (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya). 2015. Komoditas andalan
Indonesia masuki jajaran produsen ikan terbesar dunia. Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia.
Effendie, M.I., 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.
Gumelar, W.R., Nurruhwati, I., Sunarto dan Zahidah., 2017. Pengaruh
penggunaan tiga varietas tanaman pada sistem akuaponik terhadap
konsentrasi total amonia nitrogen media pemeliharaan ikan koi. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. 3(2), 36-42.
Universitas Sriwijaya
19
20
Universitas Sriwijaya
20
21
Zalukhu, J., Fitrani, M., Sasanti, A.D., 2016. Pemeliharaan ikan nila dengan padat
tebar berbeda pada budidaya sistem akuaponik. Jurnal Akuakultur Rawa
Indonesia. 4(1), 80-90.
Zidni, I., Herawati, T., dan Liviawaty, E., 2013. Pengaruh padat tebar terhadap
pertumbuhan benih lele sangkuriang (Clarias gariepinus) dalam sistem
akuaponik. Jurnal Perikanan Kelautan. 4(4), 315-324.
Universitas Sriwijaya
21
22
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
22
23
Universitas Sriwijaya
23
24
Universitas Sriwijaya
24
25
Universitas Sriwijaya
25