PENDAHULUAN
Masyarakat sangat menyukai ikan air tawar, terutama ikan nila. Ikan nila
Ikan nila memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan dapat mencapai bobot tubuh
yang jauh lebih besar, serta memiliki produktivitas yang tinggi (Aliyas et al.,
2016).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) telah menjadi salah satu hasil perikanan
air tawar yang terjangkau dan unggul sebagai komoditas nasional dalam penjualan
pada pasar domestik maupun luar negeri (Ardita et al., 2015). Peningkatan
permintaan pasar ikan nila yang semakin tinggi memerlukan adanya sebuah usaha
untuk meningkatkan hasil produksi ikan nila. Adapun salah satu usaha yang
2007).
karakteristik yaitu terdapat pakan tambahan dan kepadatan ikan yang tinggi
(Nasution et al., 2014). Tingkat kepadatan ikan yang tinggi dapat menyebabkan
penumpukan limbah budidaya dan jika tidak diatasi dapat meracuni ikan (Alfia et
al., 2013). Sumber limbah amonia tersebut berasal dari tumpukan sisa pakan dan
hasil eksresi ikan. Kondisi tersebut, jika dibiarkan akan mengakibatkan proses
berada pada kondisi lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan dan kehidupan ikan
menurunkan konsentrasi zat pencemar atau polutan ke tingkat yang lebih aman.
terbagi dalam dua jenis yaitu yang berisfat alami dan yang bersifat buatan atau
Bioaugmentasi dapat menjadi salah satu upaya untuk menjaga kondisi kualitas
pembudidayaan ikan nila. Kondisi perairan dengan kualitas yang baik dapat
membantu pertumbuhan dan sintasan ikan nila yang dibudidayakan. Kualitas air
lain yaitu Saniswan et al. (2021), dengan judul studi mengenai "Pengaruh
budidaya ikan mas dan mengetahui nilai dosis probiotik yang paling menunjang
laju pertumbuhan benih ikan mas. Rancangan penelitian tersebut terdiri dari empat
perlakuan yaitu tanpa probiotik, probiotik 0,5 ml/L, probiotik 1 ml/L, dan
probiotik 1,5 ml/L dengan tiga ulangan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
bahwa ikan mas memiliki laju pertumbuhan spesifik 5,74%, efisiensi pakan
63,24±4,25, dan tingkat kelangsungan hidup 80,5%, serta dosis terbaik probiotik
digunakan, sedangkan dalam budidaya ikan nila masih sedikit yang menerapkan-
nya. Pada penelitian ini, akan dilakukan uji coba pemanfaatan bakteri dalam
ikan nila. Salah satu cara untuk mengontrol kualitas air media budidaya ikan nila
Pengendalian kualitas air ini penting karena ikan nila termasuk ikan yang sensitif
akan perubahan kualitas air dalam media pemeliharaan, khususnya gas beracun
seperti amoniak (NH3) (Siegers, 2019). Penulis tertarik untuk melakukan
efektif untuk pengendalian mutu air pada media budidaya ikan nila
sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti, dari hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah
dalam meneliti dan sebagai langkah awal dalam penerapan ilmu pengetahuan
2. Bagi Pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan menjadi salah
satu sumber informasi, wawasan, dan pengetahuan serta sebagia acuan bagi
peneliti berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pengelompokannya dengan jenis ikan lain. Klasifikasi ikan nila adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidae
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis niloticus (Siregar, 2003; Mustarip, 2019)
Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah jenis ikan yang berasal dari
negara lain. Balai Penelitian Budidaya Air Tawar merupakan pembawa pertama
kali bibit ikan nila ke Indonesia pada tahun 1969. Setelah masa penelitian dan
adaptasi, ikan ini diberikan kepada petani di seluruh Indonesia. Niloticus atau ikan
nila berasal dari danau-danau yang terhubung dengan sungai Nil (Mustarip, 2019).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat berkembang dua hingga tiga kali
lipat lebih cepat dari generasi sebelumnya. Tubuh ikan nila panjang, ramping, dan
memiliki sisik berukuran besar. Mata besar, menonjol, dan berwarna putih di
bagian tepinya. Di bagian tengah badan, gurat sisi (linea lateralis) terputus, tetapi
letaknya lebih ke bawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada.
Ada 34 sisik pada gurat sisi. Sirip pungung dan sirip dada berwarna hitam, dan
sirip perut dan dubur memiliki jari-jari yang lemah, mengeras, dan tajam seperti
berbagai tumbuhan), dan mungkin digunakan untuk mengontrol gulma air. Ikan
ini dapat berbiak dengan cepat. Ikan nila (dari perkataan Nile, Sungai Nil) secara
alami ditemukan dari Syria di utara hingga Afrika timur hingga Kongo dan
Nigeria, dan Kenya. Orang-orang telah memelihara ikan ini sejak zaman Mesir
kuno. Habitat ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah sungai, danau, waduk, atau
air tawar lainnya, namun karena toleransinya yang luas terhadap salinitas
(euryhaline), mereka juga dapat hidup baik di air payau maupun laut. Salinitas
yang ideal untuk pertumbuhan nila adalah antara 0 sampai 35 ppt, tetapi yang
dapat hidup dengan salinitas 31–35 ppt, tetapi pertumbuhannya lambat. Selain itu,
pH air yang ideal untuk budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah 6-8;
dapat ditolelir nila 5-11. Nila tumbuh paling baik pada 25-30 oC; mereka masih
dapat memijah pada 22oC, dan pada 37oC. Jika suhu lebih rendah dari 14 oC atau
lebih tinggi dari 38oC, maka ikan nila akan mati. Suhu tempat yang
dapat mematikan ikan nila adalah 6oC dan 42oC. Ikan nila (Oreochromis niloticus)
dapat hidup di kolam tadah hujan dan air tergenang lainnya dengan tingkat
oksigen yang rendah, seperti kolam terpal. Namun, ikan nila ini lebih baik
berkembang di perairan dengan tingkat oksigen tidak kurang dari 3 ppm (part per
Ikan nila, atau Oreochromis niloticus, adalah jenis ikan yang memakan
segalanya atau omnivora. Ikan ini dapat berkembang biak dengan berbagai jenis
diberikan pakan buatan, atau pelet, yang mengandung protein antara 20 sampai 25
persen. Saat menjadi dewasa, ikan nila harus diberikan makanan tambahan, seperti
pelet dan daun talas. Pada perut ikan nila (Oreochromis niloticus) ditemukan
dan larva Chironomus. Makanan yang dikonsumsi oleh ikan nila (Oreochromis
Copepoda, dan Clodocera, adalah makanan favorit benih ikan. Ikan dewasa
mempunyai kemampuan dalam menggunakan lendir atau mucus pada mulutnya
gumpalan partikel, sehingga sulit untuk dikeluarkan. Di perairan alami, ikan kecil
lebih besar mencari makanan di daerah perairan yang dalam (Mustarip, 2019).
2.4 Probiotik
Probiotik adalah bagian sel mikroba yang digunakan pada pakan atau
2003). Ikan atau inang tidak dapat mencerna probiotik, tetapi probitoik
lain, penambahan probiotik dalam pakan telah meningkatkan populasi bakteri. Ini
dan saat ini merupakan bagian penting dari manajemen budidaya perikanan
non-spesifik, kelangsungan hidup, dan resistensi penyakit ikan. (Wang & Xu,
2006). Penggunaan probiotik adalah cara yang aman dan ramah lingkungan untuk
penyakit bakteri (Thomas & Chhorn, 2011). Menurut Iribarren et al. (2012),
mengurangi biaya produksi, dan pada akhirnya dapat mengurangi dampak negatif
1. Kualitas air dan dasar kolam diperbaiki, sehingga mengurangi stres pada
merugikan
lingkungan yang buruk. Probiotik adalah agen mikroba hidup yang dapat
akuakultur, probiotik dapat diberikan secara langsung ke dalam media air. Salah
satu jenis probiotik yang digunakan dalam kegiatan budidaya ikan adalah EM4
Streptomyces sp., jamur pengurai sellulosa, dan ragi terkandung di dalam EM-4.
makanan (Surung, 2008). Salah satu jenis bakteri fotosintetik yang dapat
al., 2018).
Produk EM-4 adalah kultur dalam medium cair berwarna coklat kekuning-
ikan, sehingga kesehatan ikan akan meningkat dan tidak mudah stres. Jika EM-4
ditambahkan ke pakan dan air minum ternak, ini akan meningkatkan nafsu makan
Budidayanya yang mudah, rasanya yang disukai, dan harganya yang relatif
murah, sehingga ikan nila dianggap sebagai ikan ekonomis penting di seluruh
dunia. Ikan nila juga memiliki kandungan gizi yang sangat lengkap. Ikan nila
memiliki banyak protein juga rendah lemak dan kalori. Mereka juga memiliki
asam lemak Omega 3 dan 6, yang sangat aman dan dapat membantu dalam fungsi
neurologis dan kekuatan otak manusia. Budidaya ikan nila juga dapat memberikan
keuntungan yang cukup bagi pembudidayanya tetapi, dalam membudidayakan
ikan nila salah satu hal yang sering jadi permasalahan adalah kualitas airnya.
dosis yang tepat untuk pembudidayaan ikan nila agar dapat meningkatkan
Probiotik
METODE PENELITIAN
berikut.
4. pH meter Mengukur Ph
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2
berikut.
Prosedur kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
cm dengan volume 96 liter. Jumlah akuarium yang digunakan yaitu 12 buah dan
a) b)
c) d)
Gambar 3. Persiapan Media; a) Pencucian akuarium, b) Pengisian air, c)
Pengukuran probiotik, d) Penambahan probiotik
Setelah mempersipkan wadah, selanjutnya yaitu menyiapkan benih ikan
nila yang akan digunakan. Tahapan awal adalah penyortiran benih dengan
memilih benih yang berukuran panjang ± 3-5 cm. Setelah itu benih tersebut
(Aldianzah, 2021), sehingga total pada tebar yang diberikan pada setiap akuarium
adalah 20 ekor/akuarium.
a) b)
Gambar 4. Persiapan Benih; a) Pengukuran panjang, b) Pengukuran berat
2. Pemeliharaan
Selama pemeliharaan, ikan nila diberi pakan tiga kali sehari: pukul 08.00
pagi, 12.00 siang, dan 16.00 sore. Menurut Purnomo (2012), pakan yang
diberikan sebesar 5% dari berat tubuh ikan. Untuk mengetahui seberapa efektif
komponen probiotik EM-4, ikan uji diberi probiotik EM-4 setiap minggu sebagai
dengan pakan. Selama penelitian, media air pemeliharaan tidak diganti. Ikan nila
nitrit, dan nitrat dalam media pemeliharaan, sampel air diukur pertama kali setelah
benih didistribusikan, dan kemudian setiap tujuh hari sekali. Selama
pemeliharaan, suhu, pH, dan DO (Disolved Oxygen) diukur dua kali seminggu.
Selama pemeliharan kualitas air yang diukur adalah suhu, pH, DO, amoniak,
a. Suhu dan DO
Pengukuran suhu dan DO dilakukan setiap dua kali seminggu, pada pukul
08.00 pagi dan 16.00 sore. Pengukuran ini menggunakan alat ukur berupa DO
3) Diamati dan dicatat hasilnya yang tertera pada monitor alat hingga angka
b. pH
Pengukuran pH dilakukan juga setiap dua kali seminggu pada pukul 08.00
pagi dan 16.00 sore menggunakan alat ukur berupa pH meter. Pengukuran
c. Amoniak
Amoniak dilakukan pada awal pemeliharaan, kemudian setiap seminggu
1) Tombol “prgm” pada alat ukur ditekan, kemudian ditekan “6” dan “4” lalu
“enter”.
8) Botol yang berisi larutan blanko dimasukkan ke alat ukur lalu ditekan
tombol “zero”.
9) Botol yang berisi larutan blanko diganti dan dimasukkan botol yang berisi
hasilnya.
d. Nitrat
minggu sekali. Pengukuran nitrat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1) Tombol “prgm” pada alat ukur ditekan, kemudian tombol “5” dan “1”
6) Botol yang berisi larutan blanko dimasukkan lalu tombol “zero” pada alat
ditekan.
7) Botol yang berisi larutan blanko diganti dengan botol yang berisi sampel
e. Nitrit
pada awal penelitian dan setiap 7 hari sekali. Pengukuran nitrit dapat
1) Tombol “prgm” pada alat ukur ditekan, kemudian ditekan tombol “6” dan
6) Botol yang berisi larutan blanko dimasukkan lalu ditekan tombol “zero”.
7) Botol yang berisi larutan blanko diganti dengan botol yang berisi larutan
a b
bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul dari perlakuan
jumlah perlakuan yang tidak terlalu banyak, satuan penelitian harus homogen, dan
faktor luar yang dapat mempengaruhi penelitian harus dapat dikontrol (Mattjik,
2006).
Keterangan :
∑ij : Galat perlakuan dari pertumbuhan ikan ke-i dan ulangan ke-j12
A = Kontrol (0 %)
uji utama mencakup kandungan amoniak, nitrat, nitrit, dan oksigen terlarut, yang
nitrat dilakukan pada pagi hari sebelum pakan diberikan (Rosmaniar, 2011).
4. pH pH meter
○
5. Suhu C Termometer
6. DO Mg/l DO meter
L=¿−Lo
Keterangan:
L = Pertumbuhan panjang mutlak ikan (cm)
Lt = Panjang ikan pada akhir penelitian (cm)
W =Wt−Wo
Keterangan:
W = Pertumbuhan berat mutlak ikan (gr)
Wt = Berat akhir ikan pada akhir penelitian (gr)
Lo = Berat ikan pada awal penelitian (gr)
mutlak, pertumbuhan berat mutlak, dan kelangsungan hidup. Variasi data ini akan
Untuk uji yang lebih mendalam, uji lanjut (post hoc test) dilakukan;
namun, dalam penelitian ini penulis menggunakan uji BNt. Uji BNt (Beda Nyata
Terkecil), juga dikenal sebagai uji LSD (Least Significance Different) yang
diciptakan oleh Ronald Fisher. Nilai BNt atau nilai LSD digunakan sebagai acuan
pelarut fosfor, dan jamur fermentasi (saccharomyces sp.). Bakteri asam laktat
bermanfaat untuk memfermentasi bahan organik menjadi senyawa asam laktat dan
menyerap panas dan gas beracun dari proses fermentasi. Yeast (ragi) bermanfaat
untuk meningkatkan pertumbuhan ikan dan membantu sejumlah bekteri yang lain
dan mampu melarutkan ion mikro seperti fosfat. Bakteri pelarut fosfor bermanfaat
untuk mengurai bahan organik secara alami. Jamur fermentasi bermanfaat untuk
mutlak pada pemeliharaan ikan nila dengan sistem penjagaan kualitas air yang
2.76
3.00 2.56
2.50 1.97
2.00 1.59
1.50
1.00
0.50
0.00
A = Kontrol B = 0,5 ml/l C = 1,5 ml/l D = 2,5 ml/l
Panjang Mutlak
al. (2016) menyatakan bahwa, probiotik dapat memperbaiki kualitas air dan
Tabel 4. Analisis sidik ragam anova terhadap pertumbuhan panjang mutlak benih
ikan nila (Oreochromis niloticus)
Ftabel
SK DB JK KT FHitung F 5% F 1% Keterangan
Perlakuan 3 2.60 0.87 5.44 4.07 7.59 *
Galat 8 1.27 0.16
Total 11 3.87
*= berpengaruh nyata
mutlak benih ikan nila menghasilkan F hitung sebesar 5,46 lebih besar dari pada F
tabel 5% (4,07), dan lebih kecil dari pada F tabel 1% (7,59). F tabel 5% < F hitung
< F tabel 1%, maka pemberian probiotik EM4 pada media pemeliharaan benih
pada perlakuan D (probiotik 2,5 ml/L air). Ini mungkin karena perbedaan jumlah
dalam mendapatkan nutrisi antara bakteri dan nutrisi yang dicerna ikan. Terlalu
banyak bakteri dalam media budidaya dan saluran pencernaan ikan dapat
menyebabkan hal ini terjadi. Menurut Surianto et al. (2019), populasi bakteri yang
karena itu, uji lanjut dilakukan untuk mengetahui efek dari masing-masing
perlakuan. Tabel 6 menunjukkan hasil uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil).
Tabel 5. Uji lanjut BNT terhadap pertumbuhan panjang mutlak benih ikan nila
(Oreochromis niloticus)
C 2,76 a 0,75
D 2,56 0,2 a
dengan sistem penjagaan kualitas air dengan pemanfaatan bakteri dari awal
3.26 3.15
3.50
3.00 2.46
2.50
2.00
1.27
1.50
1.00
0.50
0.00
A = Kontrol B = 0,5 ml/l C = 1,5 ml/l D = 2,5 ml/l
Panjang Mutlak
Gambar 9. Pertumbuhan Berat Mutlak
(probiotik 1,5 ml/l air) sebesar 3,26 g, diikuti perlakuan D (probiotik 2,5 ml/l air)
sebesar 3,15 g, perlakuan B (probiotik 0,5 ml/l air) sebesar 2,46 g, dan perlakuan
media pemeliharaan dan tubuh ikan belum mencapai batas ideal. Setiawati dan M.
tidak ideal.
menguraikan bahan organik dalam air yang berasal dari feses dan sisa pakan ikan.
pemeliharaan terhadap beberapa jenis ikan juga telah dilakukan pada beberapa
mutlak ikan patin sebesar 10,71 gram yang diberi probiotik pada media
pemeliharaan dan 7,73 gram tanpa probiotik. Saniswan et al. (2021), yang
pertumbuhan tertinggi sebesar 5,74% dan laju pertumbuhan sebesar 4,51% tanpa
pemberian probiotik.
Tabel 5. Analisis sidik ragam anova terhadap pertumbuhan berat mutlak benih
ikan nila (Oreochromis niloticus)
SK DB JK KT F Hitung F 5% F 1%
Perlakuan 3 7.50 2.50 2.14 4.07 7.59
Galat 8 9.35 1.17
Total 11 16.85
pertumbuhan berat mutlak benih ikan nila. Penambahan probiotik diduga tidak
mempengaruhi pertumbuhan berat mutlak ikan nila karena genetika
memengaruhi panjang dan berat badannya, serta asupan protein untuk mendukung
presentase jumlah organisme yang hidup pada akhir pemeliharaan dalam suatu
wadah. Gambar 10 menunjukkan tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila yang
78.33
80.00
61.67
70.00
51.67
60.00
50.00
31.67
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
A = Kontrol B = 0,5 ml/l C = 1,5 ml/l D = 2,5 ml/l
Panjang Mutlak
Gambar 10. Kelangsungan Hidup
dengan dosis probiotik 0,5 ml/l, yang mencapai 78,33%; dosis berikutnya adalah
2,5 ml/l, yang mencapai 61,67%; probiotik 1,5 ml/l, yang mencapai 51,67%; dan
Tabel 6. Analisis sidik ragam anova terhadap kelangsungan hidup benih ikan nila
(Oreochromis niloticus)
SK DB JK KT F Hitung F 5% F 1%
Perlakua
n 3 3425 1141.67 2.02 4.07 7.59
Galat 8 4516.67 564.58
Total 11 7941.67
menunjukkan F hitung 2,02, yang lebih rendah dari F tabel 5% (4,07) dan F tabel
1% (7,59), sehingga data dinyatakan tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena
waktu pemeliharaan yang kurang, hasil analisis kelangsungan hidup benih ikan
nila secara statistik tidak berdampak signifikan pada perlakuan yang diberikan.
salah satu cara yang dapat mengendalikan penyakit ikan yang relatif aman dan
media pemeliharaan ikan merupakan salah satu metode dalam mengatasi masalah
untuk untuk memperbaiki kualitas air pada media budidaya dan dapat bertindak
sebagai agen pengurai berbagai unsur seperti NH 3, NO3, NO2, atau bahan organik
lain, dan mampu menekan pertumbuhan pada populasi alga biru. Jenis probiotik
yang menguntungkan antara lain yaitu jenis bakteri asam laktat seperti
Pengukuran kualitas air pada penelitian yang dilakukan meliputi suhu, pH,
DO, ammonia, nitrat, dan nitrit. Pengukuran suhu, pH, dan DO dilakukan setiap 2
kali seminggu. Parameter kualitas air lainnya seperti pengukuran ammonia, nitrat,
dan nitrit dilakukan setiap 7 hari sekali selama penelitian. Kisaran pengukuran
Perlakuan
Pustaka
Parameter A B C D
Kelayakan
Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
Suhu (○C) 26,4 28,9 26,4 28,9 26,4 28,7 26,4 28,7 25-32*
DO (mg/l) 6,6 6,4 6,7 6,4 6,6 6,4 6,6 6,5 ≥3*
Ammonia
0,7 0,2 0,2 0,4 <0,02*
(mg/l)
Nitrat
15,1 10,7 15,9 19,5 <20**
(mg/l)
Nitrit
1,6 0,9 1 1 <0,05***
(mg/l)
Keterangan: *SNI 7550:2009, **Dhiba et al. (2019), ***Sudarno (2012)
pH, DO, ammonia, dan nitrat yang sesuai dengan kebutuhan ikan nila tetapi untuk
a. Suhu
Metobolisme ikan sangat dipengaruhi oleh suhu air. Suhu yang diamati
selama penelitian pada pagi dan sore hari cenderung stabil dan tetap dalam
rentang yang ideal. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa lokasi penelitian dan
memiliki kondisi pengelolaan yang baik. Parameter kualitas air yang diukur pada
media penyimpanan penelitian ini mencapai kisaran suhu 26,4-28,9 ◦C, yang sesuai
dengan BSNI (2009), yang menyatakan bahwa suhu air yang ideal untuk
peningkatan suhu perairan akan berbanding lurus dengan laju pertumbuhan ikan.
yang tinggi.
Dalam proses budidaya ikan, suhu adalah salah satu faktor yang memiliki
pengaruh yang cukup besar. Suhu dapat memengaruhi sifat fisiologi, fisika, dan
kimia ikan. Karena berhubungan dengan kegiatan metabolisme, suhu juga dapat
memengaruhi pertumbuhan ikan. Sebagian besar jenis ikan akan memiliki laju
metabolisme yang lebih tinggi jika suhu perairan berada di atas titik terendah
oksigen terlarut. Menurut Pramleonita et al. (2018), degenerasi sel darah merah
dapat terjadi pada kondisi suhu yang tiba-tiba menurun secara mendadak, yang
kematian biota. Hasil pengukuran kadar pH yang diperoleh selama penelitian ini
masih dapat diterima selama proses budidaya ikan nila. Menurut Pramleonita et
al. (2018), nilai pH normal untuk budidaya ikan nila adalah sekitar 6,5–8,5. Jika
nilai pH meningkat di atas kisaran tersebut, maka akan berbahaya bagi biota yang
kelangsungan hidup ikan. Penelitian ini menemukan bahwa kualitas air di media
pemeliharaan masih berada di bawah batas toleransi untuk benih ikan nila. pH
ini masih berada di bawah batas toleransi untuk pemeliharaan ikan nila. Azlan
(2022) mengatakan bahwa pH yang ideal untuk menjaga ikan nila adalah 6-8,5,
biota air dipengaruhi oleh derajat keasaman. Jika kadarnya terlalu tinggi atau
sebaliknya, itu akan mempengaruhi kehidupan biota air. Fotosintesis, suhu, dan
antara 6,4-6,7 mg/l. Raharjo et al. (2016) menyatakan bahwa, konsentrasi oksigen
terlarut yang optimal untuk nila adalah 3-8 ppm. Oksigen terlarut merupakan
faktor penting dalam budidaya ikan dan untuk produksi yang lebih baik, sehingga
optimalisasi oksigen terlarut merupakan hal yang sangat penting. Baku mutu
BSNI (2009) menyatakan bahwa, nilai kandungan oksigen terlarut pada media
Salah satu cara untuk mengetahui apakah perairan tercemar adalah dengan
kualitas air terutama suhu dan kandungan oksigen terlarut, sangat memengaruhi
Sepanjang hari, tingkat konsentrasi oksigen terlarut selalu berubah. Difusi oksigen
dan fotosintesis biota berklorofil yang ada dalam perairan menyebabkan oksigen
terlarut ada dalam media budidaya atau perairan. Karena, sesuai dengan pendapat
Monalisa (2010) bahwa nilai oksigen terlarut minimal untuk budidaya ikan nila
d. Ammonia (NH3)
berkisar antara 0,2-0,7 mg/l. Hasil pengamatan untuk kadar NH 3 selama 5 minggu
didapatkan kadar NH3 yang berbeda-beda. Kadar NH3 yang terendah yaitu pada
perlakuan C pada saat minggu ke 3 sebesar 0,09 mg/l dan kadar tertinggi yaitu
pada perlakuan A minggu ke 2, ke 3, dan ke 4 yaitu sebesar 0,73 mg/l. Hal ini
sehingga bakteri pengurai ammonia tersedia dalam jumlah yang sedikit dan
dan ke 4. Hal ini diduga disebabkan karena sisa metabolisme ikan yang
maksimum kadar NH3 untuk kegpeiatan budidaya ikan nila yaitu <0,02 mg/l. Putri
et al. (2015) menyatakan bahwa ikan air tawar masih bisa bertahan hidup pada
perairan dengan kadar amoniak sebesar 0,3-1 mg/l. Kadar NH 3 pada penelitian ini
Amonia
0.8
0.7 A
0.6
0.5 B
0.4 C
0.3 D
0.2
0.1
0
Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke
0 1 2 3 4
tinggi, sedangkan perlakuan B dan C memiliki kadar ammonia yang lebih rendah.
penguraian bahan organik yang mengandung senyawa nitrogen dalam air yang
berasal dari sisa pakan yang tidak termakan ikan dan kemudian terakumulasi
dalam air. Karena tidak ada penyiponan selama penelitian, feses yang dihasilkan
ammonia yang tinggi tidak hanya berbahaya tetapi juga dapat menyebabkan stres
dan kematian ikan. Siegers et al. (2019) menyatakan bahwa, jika kadar ammonia
dalam insang cukup tinggi, maka ikan akan mengalami hiperplasia atau
menunjukkan hasil semakin meningkat hingga akhir penelitian. Hal yang berbeda
Nitrit
2
1.8
1.6 A
1.4 B
1.2 C
1 D
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Minggu ke 0 Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4
menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat yang tidak berbahaya. Putra et al. (2011)
menemukan bahwa, pada kadar 16 ppm, nitrit dalam perairan adalah konsentrasi
yang mematikan bagi ikan. Kurang dari lima ppm sudah membahayakan, dan
batas aman untuk hidup ikan nila adalah kurang dari satu ppm.
bakteri aerob menghasilkan nitrit dan kemudian nitrat. Selama tiga minggu
1,85 mg/l, yang menunjukkan bahwa konsentrasi nitrit sudah melewati ambang
batas. Konsentrasi nitrit yang tinggi dapat menjadi salah satu penyebab nilai
disebabkan oleh ammonia yang dihasilkan oleh sisa pakan dan feses, serta
Menurut Dhiba et al. (2019), penumpukan bahan organik dari sisa pakan dan feses
Nitrat
40
35
A
30
B
25
C
20 D
15
10
5
0
Minggu ke 0 Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4
Gambar 13. Nitrat
meningkat dari minggu ke minggu. Hal yang berbeda ditunjukkan pada perlakuan
fluktuasi dengan kadar nitrat yang berada pada kisaran 2,6-24,5 mg/l. Pada
pada minggu-minggu berikutnya dengan kadar nitrat yang berada pada kisaran
berada pada kisaran parameter yang melewati batas baik untuk pemeliharan ikan
nila.
Nilai nitrat pada perairan adalah sumber nutrisi untuk fitoplankton dan
tanaman air. Selama pemeliharaan, jumlah nitrat telah melampaui batas ideal,
tetapi ikan budidaya masih dapat menahan jumlah tersebut. Juliyanti et al. (2016)
menyatakan bahwa, ikan budidaya masih dapat menahan kadar nitrat dalam
kadar nitrat dapat dikontrol bahkan tanpa pergantian air. Hal ini disebabkan oleh
keberadaan bakteri heterotrof yang dapat mengurangi sisa bahan organik dari sisa
pakan dan feses ikan serta mencegah peningkatan jumlah nitrat dalam media
ini, bakteri heterotrof dapat mengurangi jumlah ammonia, nitrit, dan nitrat. Hal ini
dikarenakan bahan organik tersebut dapat digunakan sebagai sumber energi untuk
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
berikut:
perlakuan C dengan dosis 1,5 ml/l yaitu 2,76 cm dan 3,26 gram.
5.2 Saran
Perlu adanya penelitian aplikasi probiotik EM4 dengan menggunakan
wadah yang lebih besar atau membandingkan beberapa jenis probiotik terhadap
benih ikan nila (Orechromis niloticus) untuk mengetahui metode yang terbaik.