Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH IKAN NILA JATIMBULAN (Oreochromis Niloticus)

MATAKULIAH SELEKSI IKAN

Di Susun Oleh:

Adi Saputra 21742001

Dwi Mustika Aini 21742010

Evan Prayuda 21742012

M Nafiz Ilham 21742026

Parida Dalimunthe 21742027

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN

JURUSAN PETERNAKAN

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Budidaya Ikan
Nila Jatimbulan (Oreochromis Niloticus)”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Seleksi Ikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Ikan Nila Jatimbulan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu. Nuning Mahmudah Noor S.Pi. selaku
Seleksi Ikan, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat di sebutkan
semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari, tugas yang di tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 05 November 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila adalah salah satu komoditas ekspor ikan budidaya yang memiliki nilai jual
cukup baik dengan ukuran konsumsi 500 – 800gr/ekor dalam bentuk fillet yaitu telah diekspor ke
Amerika, Saudi Arabia, Hongkong dan Singapura. Indonesia merupakan salah satu pengekspor
ikan nila utama dunia selain China, Thailand, dan Taiwan dengan penguasaan pasar dunia
sebesar 60% dipegang oleh China.

Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi, dan kebutuhan
benih maupun ikan konsumsi ini dari tahun ke tahun cenderung meningkat seiring dengan
perluasan budidaya. Jenis ikan nila mudah dibudidayakan dan telah lama dipelihara oleh
masyarakat secara tradisional untuk konsumsi masyarakat. Selain itu ikan nila merupakan jenis
ikan omnivora, artinya tidak memerlukan pakan yang khusus dalam teknik budidaya.

Ikan Nila Jatimbulan (Nila Jawa Timur Umbulan) merupakan nila strain baru yang
memiliki kelebihan antara lain memiliki pertumbuhan yang cepat, tahan terhadap serangan
penyakit dan mudah beradaptasi pada lokasi yang berbeda kondisi lingkungannya (tawar hingga
payau). Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat rumusan masalah yaitu, bagaiman teknik
pemeliharaan induk ikan Nila Jatimbulan, masalah yang dihadapai, dan prospek usaha
pemeliharaannya.

Keberhasilan suatu usaha budidaya sangat ditentukan oleh tiga faktor yaitu bibit
(breeding), pakan (feeding), dan manajemen. Namun, jika dilihat dari total biaya produksi dalam
usaha perikanan budidaya maka kontribusi pakan adalah yang paling tinggi yakni sekitar 60%.
Pakan merupakan salah satu faktor pembatas dalam unit budidaya. Pertumbuhan dan
perkembangan serta kelangsungan hidup biota budiaya tergantung dari pakan.
1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui cara pembudidayaan ikan nila jatimbulan.


2. Untuk mengetahui permasalahan yang akan di hadapi dalam pembudidayaan ikan
nila jatimbulan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Morfologi Dan Anatomi Ikan Nila Jatimbulan

Klasifikasi Ikan Nila Jatimbulan

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Osteichtyes

Ordo : Percomorphi

Famili : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai konsumsi cukup tinggi.
Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya, dan saat ini tersebar di lima benua
yang beriklim tropis maupun subtropis. Di wilayah beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup
dengan baik.

Morfologi ikan nila jatimbulan (Oreochromis niloticus), mempunyai bentuk tubuh bulat
pipih, pada badan dan sirip ekor (caudal fin) ditemukan garis lurus. Pada sirip punggung ikan
nila ditemukan garis lurus memanjang. Ikan nila dapat hidup di perairan tawar dengan
menggunakan ekor untuk bergerak. Nila memiliki lima sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin),
sirip dada (pectoral fin) sirip perut (ventral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin).
Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup insang sampai bagian atas sirip ekor.
Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil serta sirip anus berbentuk
agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.

2.2 Kebiasaan Makan Ikan

Nila Ikan nila tergolong herbivora cenderung karnivora berdasarkan hasil analisis
makanan dalam lambung yang terdiri dari fitoplankton, zooplankton dan serasah. Fitoplankton
didominasi oleh kelompok Cholorophyceace, Myxophyceace, dan Desmid. Zooplankton
didominasi oleh Rotifera, Crustacea dan Protozoa. Jenis makanan dalam lambung ikan nila
terdiri dari Chlorophyceace, Myxophyceace, Desmid, Protozoa. Rotifera, dan Crustacea.

2.3 Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ikan dalam bobot, panjang, maupun


volume seiring dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berhubungan dengan sifat genetik ikan. Faktor
eksternal meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak serta ketersediaan makanan.
2.4 Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup adalah peluang hidup suatu individu dalam jangka waktu tertentu.
Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup terdiri dari faktor biotik dan faktor abiotik.
Faktor biotik yaitu persaingan, parasit, umur, predator, dan kepadatan. Faktor abiotik meliputi
kualitas air dan lingkungan.

2.5 Sistem Budidaya Bioflok

Teknologi bioflok merupakan teknologi penggunaan bakteri baik heterotrof maupun


autotrof. Bakteri tersebut dapat mengonversi limbah organik secara intensif menjadi kumpulan
mikroorganisme yang berbentuk flok. Flok yang terbentuk dimanfaatkan oleh ikan sebagai
sumber makanan. Di dalam flok terdapat organisme berupa bakteri, plankton, jamur, alga, dan
partikel tersuspensi yang mempengaruhi struktur dan kandungan nutrisi bioflok. Bakteri
merupakan mikroorganisme dominan dalam pembentukan flok.

2.6 Probiotik

Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi


inang melalui penyeimbang mikroflora dalam ususnya. Prinsip kerja probiotik yaitu
memanfaatkan kemampuan organisme dalam menguraikan karbohidrat, protein, dan lemak.
Kemampuan ini diperoleh karena adanya enzim khusus yang dimiliki mikroorganisme untuk
memecah ikatan molekul kompleks. Pemecahan molekul kompleks mempermudah penyerapan
pada saluran pencernaan inang. Di sisi lain, mikroorganisme pemecah ini mendapat keuntungan
berupa energi yang diperoleh dari hasil perombakan molekul kompleks. Effective
Microorganism 4 (EM4) merupakan campuran mikroorganisme menguntungkan untuk
meningkatkan kualitas air dan pertumbuhan ikan. Mikroorganisme tersebut terdiri dari 90 %
Lactobacillus sp, yaitu bakteri penghasil asam laktat, bakteri fotosintetik, dan Streptomyces sp.
2.7 Kualitas Air

Kualitas air, adalah sifat air serta kandungan makluk hidup, zat, energi, atau komponen
lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan parameter fisika, kimia dan biologi. Parameter
fisika yaitu kekeruhan, padatan terlarut, dan sebagainya. Parameter kimia terdiri dari suhu, pH,
oksigen terlarut, Kadar logam, dan sebagainya. Sedangkan parameter biologi meliputi
keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya.

2.7.1 Suhu

Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari
permukaan laut (altitude), sirkulasi udara, aliran dan kedalaman perairan. Organisme perairan
memiliki kisaran suhu tertentu bagi pertumbuhannya. Suhu air sangat berpengaruh terhadap
metabolisme dan pertumbuhan organisme. Suhu juga mempengaruhi oksigen terlarut dalam
perairan. Suhu yang baik dan optimal untuk pemeliharaan ikan berkisar antara 25-30 °C.

2.7.2 pH

Nilai pH adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen di dalam perairan. Nilai pH menentukan
sifat asam, netral, atau basa pada suatu perairan. Nilai pH netral adalah 7, jika < 7 maka perairan
bersifat asam, jika > 7 maka perairan bersifat basa (Zulius, 2017). Faktor yang mempengaruhi
pH perairan adalah aktivitas fotosintesis, suhu, serta kandungan anion dan kation. Nilai pH yang
ditoleransi untuk budidaya ikan air tawar berkisar antara 7 hingga 8,5. Nilai tersebut dapat
menghasilkan pertumbuhan ikan yang baik.

2.7.3 Oksigen Terlarut

(Dissolved Oxygen) Oksigen merupakan salah satu jenis gas terlarut di dalam air.
Ketersediaan oksigen bagi biota air berpengaruh terhadap aktivitasnya, konversi pakan, dan laju
pertumbuhan. Rendahnya oksigen berpengaruh terhadap fungsi biologis dan lambatnya
pertumbuhan, bahkan mengakibatkan kematian bagi biota air. Di tambak dan kolam, oksigen
berfungsi sebagai pengoksidasi bahan organik (Kordi dan Andi, 2010). Kadar oksigen terlarut
yang dapat ditoleransi oleh ikan air tawar berkisar antara 6,5 – 12,5 ppm.

2.7.4 Ammonia (NH3)

Pada budidaya ikan intensif padat tebar tinggi, penimbunan limbah kotoran dan sisa
pakan menimbulkan tingginya kandungan ammonia. Di perairan, ammonia terdiri dari NH4 +
dan NH3 yang beracun. NH3 dan NH4 + berada dalam reaksi kesetimbangan sebagai berikut :
NH3 + H2O NH4 ‫־‬OH+ + Tingginya kandungan ammonia menyebabkan tingginya pH di
perairan sehingga daya racun ammonia semakin meningkat.

2.8 Kepadatan Plankton

Tingkat produksi plankton di perairan dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran


air. Kondisi lingkungan perairan yang stabil ditandai dengan keragaman plankton dan jumlah
spesies yang tinggi. Kondisi perairan yang stabil juga ditandai dengan kisaran kualitas air yang
sesuai dengan pertumbuhan organisme budidaya. Plankton merupakan faktor penting bagi
kehidupan ikan baik di perairan tawar, payau, maupun laut. Plankton khususnya fitoplankton
merupakan organisme penghasil makanan yang pertama pada siklus rantai makanan.
Fitoplankton merupakan tumbuhan yang melayang dan hanyut di perairan serta mampu
berfotosintesis.
BAB III

PENUTUP

1. Pengendalian hama dan penyakit ikan sangatlah penting dalam budidaya perikanan,
karena hama dan penyakit ikan merupakan faktor pengganggu yang sangat mengancam
keberhasilan suatu usaha budidaya perikanan.
2. Ikan nila jatimbulan merupakan salah satu strain ikan nila dengan beberapa keunggulan
diantaranya pertumbuhannya yang lebih cepat dibandingkan dengan strain ikan nila
lainnya.
3. Keberlangsungan usaha budidaya khususnya pembesaran ikan nila adalah pasokan benih
ikan nila yang stabil. Produksi pada sektor perikanan khususnya ikan nila tercatat
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa
Timur (2020) permintaan dan target produksi ikan nila di jawa timur yang mengalami
peningkatan signifikan ditiap tahunnya.

Anda mungkin juga menyukai