Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PERBEDAAN SUHU AIR TERHADAP PERTUMBUHAN


DAN KELANGSUNGAN BENIH HIDUP IKAN NILA (OREOCGROMIS
NILOTICUS)

Disusun Oleh:

ELISABETH DEBORA PINTARIA SINAGA


NIM: 220511010009

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FALKUTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2022
PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PERBEDAAN SUHU AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN


KELANGSUNGAN BENIH HIDUP IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS)

A. Latar Belakang
Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan tawar yang populer di kalangan
masyarakat. Oleh karena kepopulerannya itu membuat ikan nila memiliki prospek
usaha yang cukup menjanjikan. Apabila ditinjau dari segi pertumbuhan, ikan nila
merupakan jenis ikan yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan dapat
mencapai bobot tubuh yang jauh lebih besar dengan tingkat produktivitas yang cukup
tinggi. Faktor lain yang memegang peranan penting atas prospek ikan nila adalah rasa
dagingnya yang khas, warna dagingnya yang putih bersih dan tidak berduri dengan
kandungan gizi yang cukup tinggi, sehingga sering dijadikan sebagai sumber protein
yang murah dan mudah didapat, serta memiliki harga jual yang terjangkau oleh
masyarakat (Alyas et al., 2007).
Salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan budidaya ikan nila adalah
ketersediaan pakana. Pakan merupakan faktor pendukung dalam budidaya ikan, yakni
salah satu unsur penting untuk mendukung pertumbuhan ikan. Pakan yang diberikan
pada ikan haruslah mengandung cukup nutrisi yang lengkap untuk menunjang
pertumbuhan ikan. Namun kendala dalam budidaya ikan adalah biaya produksi pakan
yang terlalu mahal sehingga untuk mengurangi biaya produksi pada budidaya ikan
secara intensif sebaiknya dengan penggunaan pakan yang efisien sehingga pakan yang
diberikan pada ikan tepat. Penggunaan pakan secara efisien berarti jumlah pakan,
jadwal pemberian dan cara pemberian pakan sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan
makan ikan.
Faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ikan selain pakan adalah kualitas air terutama suhu. Karena suhu dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan
seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang tinggi dapat mengurangi
oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan ikan (Kelabora, 2010).
Salah satu masalah dalam budidaya ikan Nila adalah pertumbuhan ikan yang
lambat apabila terjadi perubahan kualitas air. Salah satunya adalah perubahan suhu
yang tidak stabil mempengaruhi aktivitas ikan. Meskipun ikan dapat beraklimatisasi
pada suhu yang relatif tinggi, tetapi pada suatu derajat tertentu kenaikan suhu dapat
menyebabkan kematian ikan. Dalam kondisi suhu air yang terlalu rendah dan terlalu
tinggi menyebabkan ikan mudah terserang penyakit, nafsu makan berkurang dan laju
metabolisme menurun. Hal tersebut merupakan penyebab lambatnya pertumbuhan
serta tingginya mortalitas ikan. Oleh karena itu penyebaran organisme pada air tawar
sangat dipengaruhi oleh suhu.
Dalam rangka meningkatkan kelangsungan hidup dan mempercepat proses
pertumbuhan serta kelangsungan hidup ikan Nila, maka perlu dilakukan penelitian
mengenai suhu terbaik untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan Nila.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perbedaan suhu
terhadap pertumbuhan an kelangsungan hidup ikan Nila dan suhu yang terbaik dalam
menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Nila
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah disampaikan, permasalahan yang penulis ajukan
dalam pembuatan proposal penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana suhu air bisa mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan
benih hidup ikan nila (oreochromis niloticus)?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan permasalahan yang dihadapi tidak terlalu
luas serta sesuai dengan tujuan yang dicapai, maka ditetapkan batasan terhadap sistem
yang diteliti, sehingga masalah yang dibahas pada proposal ini hanya terpusat pada
pengelolaan data khususnya pengolahan data dari pengukuran panjang ikan nila,
pengukuran berat ikan nila, kelangsungan hidup ikan nila dan kualitas air.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi pengaruh perbedaan suhu air pada pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan nila.
2. Mengetahui suhu air yang terbaik untuk pertumbuhan dan kelangsungan
hidup ikan nila.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penyusunan proposal penelitian ini
adalah:
1. Bagi pembaca bisa menambah wawasan mengenai ikan nila dan bisa
mengetahui cara pemeliharaan atau pengelolaan ikan nila.
2. Bagi penyusun diharapkan dapat menambah pengetahuan terapan dan
mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapat dengan kondisi yang ada di
lapangan.
F. Kajian Pustaka
Untuk lebih “menikmati”, kita perlu memahami istilah-istilah yang terdapat
dalam penelitian ini. Dengan kajian pustaka dari istilah-istilah tersebut, serta
dicantumkannya teori-teori yang relevan, mungkin akan membantu dalam pencapaian
tujuan penelitian ini.
1. Pengertian Temperatur atau Suhu
Dikutip dari buku Fisika 1 Untuk SMP Kelas VII) (Mundilarto dan Edi Istiyono,
(2007: 27) dijelaskan bahwa konsep suhu bersifat abstrak karena tidak dapat
melihat secara langsung besaran suhu. Akan tetapi kita dapat merasakan akibat
dari adanya panas pada sebuah benda. Akibat yang ditimbulkan oleh panas
tersebut adalah suhu, wujud, ukuran, dan warna benda.
Suhu yang dimaksud dalam penjelasan ini adalah suatu besaran untuk menyatakan
ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Bukan suhu tubuh, walau masih
ada kaitannya jika dalam pengukuran.
Sebagai gambaran tentang suhu adalah saat mandi menggunakan air hangat.
Untuk mendapatkan air hangat tersebut kita mencampur air dingin dengan air
panas. Ketika tangan kita menyentuh air yang dingin, maka kita mengatakan suhu
air tersebut dingin. Ketika tangan kita menyentuh air yang panas maka kita
katakan suhu air tersebut panas. Ukuran derajat panas dan dingin suatu benda
tersebut dinyatakan dengan besaran suhu.
2. Ikan Nila
Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika,
tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan
yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia sekaligus hama di setiap
sungai dan danau Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan
dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.
Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung
ekor) mencapai sekitar 30 cm dan kadang ada yang lebih dan ada yang kurang dari
itu. Sirip punggung ( pinnae dorsalis) dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-
jari (duri lunak); dan sirip dubur (pinnae analis) dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari.
Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang
(belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak, 7-12
buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung
dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim berbiak.ada
garis linea literalis pada bagian truncus fungsinya adalah untuk alat keseimbangan
ikan pada saat berenang.
Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya. Setelah
berat badannya mencapai 50 gram, dapat diketahui perbedaan
antara jantan dan betina. Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat
pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan,
di samping lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil
meruncing sebagai saluran pengeluaran kencingdan sperma. Tubuh ikan jantan
juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang
memberi kesan kukuh, sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya
besar.
Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora), pemakan plankton,
sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat
dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air.
Ikan ini sangat peridi, mudah berbiak. Secara alami, ikan nila (dari
perkataan Nile, Sungai Nil) ditemukan mulai dari Syria di utara hingga Afrika
timur sampai ke Kongo dan Liberia; yaitu di Sungai Nil (Mesir), Danau
Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Diyakini pula bahwa pemeliharaan ikan
ini telah berlangsung semenjak peradaban Mesir purba.
Telur ikan nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan diameter sekitar
2,8 mm. Sekali memijah, ikan nila betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 300-
1.500 butir, tergantung pada ukuran tubuhnya. Ikan nila mempunyai kebiasaan
yang unik setelah memijah, induk betinanya mengulum telur-telur yang telah
dibuahi di dalam rongga mulutnya. Perilaku ini disebut mouth breeder (pengeram
telur dalam mulut).
Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak
negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Akan
tetapi mengingat rasa dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah
mencapai harga yang tinggi. Di samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan
nila sering pula dijadikan filet.
Ikan ini menjadi hama di seluruh sungai-sungai dan danau di Indonesia ketika di
tebar ke dalam sungai dan danau karena ikan ini memakan banyak tumbuhan air
dan menggantikian posisi ikan pribumi indonesia, akan tetapi ikan nila masih tetap
ditebar oleh pemerintah di sungai-sungai dan danau Indonesia tanpa
memperhatikan dampaknya.
3. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah suatu proses bertambahnya tinggi, volume atau massa tubuh
pada makhluk hidup. Proses ini bersifat kuantitatif atau dapat diukur dan dihitung
dengan angka. Pertumbuhan dapat dilihat dengan memperhatikan fisik makhluk
hidup tersebut. Contoh seperti bertambahnya tinggi badan seorang anak.
Bertambahnya tinggi badan seorang anak dapat dilihat secara nyata dan jelas.
4. Pengertian Kelangsungan hidup
Kelangsungan hidup makhluk hidup adalah kemampuan makhluk hidup untuk
menjaga keturunannya dan mempertahankan hidupnya agar tetap lestari. Namun
karena keserakahan makhluk hidup yang tingkatannya lebih tinggi dan akibat
ketidakpedulian manusia akan kelestarian lingkungannya telah banyak merusak
ekosistem yang ada. Bahkan sudah menjadi hukum alam, bahwa yang lebah akan
dimangsa makhluk hidup yang lebih kuat. Jenis makhluk hidup akan lestari
sampai saat ini karena makhluk hidup sebelumnya dapat bereproduksi dan
beradaptasi dengan lingkungannya.

5. Pengukuran Panjang Ikan


Pengukuran panjang ikan meliputi panjang total ikan dari ujung mulut sampai
ujung ekor ikan. Pengukuran panjang ikan menggunakan kertas millimeter blok.
Pertumbuhan panjang ikan diukur menggunakan rumus Effendie (1997) yaitu:
SR = Nt / No x 100 %
Keterangan :
L : Pertumbuhan Panjang Mutlak Ikan (cm)
Lt : Panjang Ikan Pada Waktu ke-t (cm)
L0: Panjang Ikan Pada Waktu ke-0 (cm)
6. Pengukuran Berat Ikan
Pengukuran berat ikan menggunakan timbangan digital. Bobot ikan yang telah di
timbang kemudian di catat. Pengukuran dilakukan setiap 7 hari. Pertumbuhan
bobot menggunakan rumus pertumbuhan menurut Effendie (1997) yaitu :
ΔW = Wt – Wo
Keterangan:
ΔW : Pertumbuhan mutlak (g)
Wt : Berat Ikan pada Waktu ke-t (g)
W0 : Berat Ikan pada Waktu ke 0 (g)
7. Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) diukur dengan menggunakan
rumus menurut Efendie (1997) sebagai berikut:
SR = Nt / No x 100 %
Keterangan :
SR : Kelangsungan hidup ikan (%)
No : Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)
Nt : Jumlah benih pada akhir penelitian (ekor)
G. Hipotesis
Menurut Sutrisno Hadi, hipotesis adalah “Pernyataan yang masih lemah
kebenarannya dan perlu dibuktikan pernyataannya”.
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan penulis adalah sebagai berikut:
“Suhu air yang diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan meningkatkan
produksi ikan nila di bawah suhu 300C”.
H. Metodologi Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2023 di
Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Manado, Calaca, Wenang,
Manado.
2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 unit akuarium ukuran 40
x 20 x 20 cm sebagai wadah pemeliharaan, aerator untuk menjaga kandungan
oksigen dalam media, pH meter untuk melihat kadar asam dan basa media uji, DO
meter untuk mengetahui kandungan oksigen, water heater untuk meyesuaikan
suhu dalam media uji, timbangan digital untuk mengukur bobot ikan, selang sifon
untuk membuang sisa metabolisme (menjaga kualitas air), tanggok untuk
menangkap ikan, baskom untuk menampung air, termometer untuk mengukur
suhu, kertas milimeter untuk mengukur panjang ikan, kamera digital, dan alat
tulis.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila berukuran ± 8-
10 cm sebanyak 10 ekor/akuarium. Total ikan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 120 ekor, air bersih yang bersumber dari air sumur dan pakan buatan
berupa pelet komersil untuk ikan nila.
3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak
3 kali ulangan, yang menjadi perlakuan dalam penelitian ini adalah perlakuan T1
dengan suhu 270C, Perlakuan T2 dengan suhu 29oC dan perlakuan T3 dengan suhu
31oC.
1. Menyiapkan Wadah
Wadah yang digunakan berupa 12 buah akuarium dengan ukuran 40 x 20 x 20 cm.
Sebelum dilakukan penelitian, wadah terlebih dahulu dibersihkan mengunakan
sunlight kemudian dicuci lalu dikeringkan dibawah sinar matahari.
2. Menyiapkan Air Media
Air yang digunakan sebagai media ikan adalah air yang berasal sumur gali,
selanjutnya diberi aerasi selama 4 hari guna meningkatkan kadar oksigen serta
melepas zat-zat yang berbahaya di dalam air sumur, Selanjutnya, aerator
dimatikan untuk membei kesempatan agar air tersebut mengendap selama 24 jam.
Air yang telah terendap kemudian dipindahkan kedalam 12 akuarium yang telah
bersih dan telah dikeringkan. Pada masing-masing akuarium diisi air setinggi 12
cm dengan volume air 10 liter.
3. Menyiapkan Ikan Uji
Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila yang berukutan ± 8-10
cm sebanyak 10 ekor/akuarium. Ikan nila yang digunakan homogen berasal dari
induk (genetik) yang sama.
Sebelum ikan dimasukkan kedalam wadah uji, terlebih dahulu ikan diadaptasi
selama 3 hari. Selama adaptasi ikan uji diberi perlakuan sama seperti pemberian
pakan pelet. Setelah adaptasi, ikan dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan untuk
menghilangkan pengaruh sisa pakan dalam tubuh ikan.
4. Menebarkan Ikan
Setelah dilakukan penebaran ikan akuarium diberikan heater terlebih dahulu dan
dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan masing-masing perlakuan agar suhu
sesuai dengan perlakuan yang diinginkan.
Ikan nila diukur panjang dan beratnya terlebih dahulu sebagai data awal
penelitian. Kemudian ikan ditebarkan kedalam akuarium masing- masing
berjumlah 10 ekor per akuarium.
5. Memelihara Ikan
Pemeliharaan ikan dilakukan selama 8 minggu dengan pemberian pakan sebanyak
dua kali sehari yakni pada pukul 09.00 dan 15.00 WIB pada masing-masing
perlakuan. Jumlah pakan yang diberikan per perlakuan sama yaitu 5% dari berat
tubuh ikan, yang membedakannya hanyalah perlakuannya.
Sistem kontrol air dilakukan dengan melakukan penyiponan setiap 3 hari sekali.
Jumlah volume air yang disifon sebanyak 10% pada wadah pemeliharaan.
Pengukuran kualitas air juga dilakukan untuk mengetahui kondisi air. Kualitas air
yang diukur adalah suhu, pH dan oksigen terlarut (DO). Pengukuran kualitas air
dilakukan setiap 7 hari sekali dengan mengatur aerator dan DO tetap konstan.
I. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
1. Pertambahan Panjang Ikan Nila
Pertambahan panjang ikan Nila selama 8 minggu pemeliharaan laju
pertambahan panjang tertinggi terdapat pada perlakuan T2 yaitu sebesar 14,8
cm dari 9,7 menjadi 14,8 cm. Kemudian diikuti dengan perlakuan T2 dari 9,8
menjadi 13,55 cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan T3 dari 9,4
menjadi 12 cm.
Pada akhir percobaan yang dilakukan didapati hasil pertambahan panjang
mutlak yaitu dari pertambahan akhir dikurangi dengan panjang awal. Dari data
pertambahan panjang rata-rata yang didapat dari setiap perlakuan terdapat
pertambahan panjang tertinggi yaitu pada perlakuan T2 sebesar 5,1 cm,
perlakuan T2 sebesar 3,7 cm dan terendah pada perlakuan T3 sebesar 2,6 cm.
2. Peningkatan Berat Ikan Nila
Peningkatan Berat ikan Nila selama 8 minggu pemeliharaan menunjukkan laju
peningkatan tertinggi terdapat pada perlakuan T1 yaitu sebesar 21,15 g dari
13,64 menjadi 34,79 g. Kemudian diikuti dengan perlakuan, perlakuan T2 dari
14,28 menjadi 31,55 g dan yang terendah terdapat pada perlakuan T3 dari
14,16 menjadi 29,43 g.
Pada akhir percobaan yang dilakukan didapati hasil peningkatan berat mutlak
yaitu dari pertumbuhan berat akhir dikurangi dengan berat awal. Dari data
peningkatan berat rata-rata yang didapat dari setiap perlakuan terdapat
peningkatan berat tertinggi yaitu pada perlakuan T1 sebesar 21,15 g, kemudian
diikuti perlakuan T2 sebesar 17,27 g dan terendah pada perlakuan T3
sebesar 15,27 g.
3. Kelangsungan Hidup Ikan Nila
Tingkat kelangsungan hidup ikan Nila selama 8 minggu pemeliharaan pada
setiap perlakuan T1, T2 dan T3 masing-masing berkisar 83,33 - 63,33%. Nilai
tertinggi terdapat pada perlakuan T1 sebesar 76,67%, kemudian diikuti
perlakuan T2 sebesar 70%, dan perlakuan T3 sebesar 63,33%.
4. Kualitas Air
Kelangsungan pertumbuhan ikan Nila sangat dipengaruhi oleh kualitas air.
Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian adalah Suhu, pH dan DO.
Hasil pengamatan kualitas air ikan Nila diperoleh dengan pH 6,6 - 7,4 dan DO
yaitu 4,0 - 5,2 mg/l.
b. Pembahasan
1. Pertambahan Panjang Ikan Nila
Menurut Pramudyas (2014) pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari
suatu proses metabolisme pakan yang diakhiri dengan penyususnan unsur-
unsur tubuh. Pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan protein dan
pakan. Kandungan nutrisi akan berpegaruh pada tingkah laku, kesehatan,
fungsi fisiologi, reproduksi, dan pertumbuhan ikan. Pertumbuhan panjang
mutlak (L) ikan Nila menunjukkan hasil tertinggi pada perlakuan T1 sebesar
5,1 cm dan terendah menunjukkan hasil sebesar 2,6 cm pada perlakuan T3.
Berdasarkan hasil pertambahan panjang ikan nila selama penelitian diketahui
bahwa pada masing-masing perlakuan menunjukkan pengaruh yang bebeda
sangat nyata terhadap pertumbuhan ikan nila. Pada perlakuan T1 pertambahan
panjang yaitu pada suhu 270C lebih cepat dibandingkan Perlakuan T2 dan T3
dikarenakan perlakuan T1 memiliki kisaran yang optimum untuk kehidupan
ikan nila. Menurut Suyanto (2002) suhu yang optimum untuk pertumbuhan
ikan Nila adalah 25-280C.
Terdapatnya perbedaan suhu air dengan tubuh ikan Nila selama penelitian
mengakibatkan pertumbuhan ikan mengalami perbedaan panjang yang
diakibatkan karena adanya ketidakstabilan suhu yang sangat berpengaruh
terhadap metabolisme ikan. Hal ini sesuai dengan Kelabora (2010) peneliti
pendahulu yang dilakukan pada ikan Mas yang menyatakan bahwa suhu air
yang tidak stabil dapat mengakibatkan sebagian besar energi yang tersimpan
dalam tubuh ikan digunakan untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan yang
kurang mendukung, sehingga dapat merusak sistem metabolisme atau
pertukaran zat. Selain itu, suhu optimum bagi ikan Nila akan meningkatkan
pertumbuhan ikan yang baik.
2. Peningkatan Berat Ikan Nila
Pertumbuhan berat ikan Nila selama 8 minggu pemeliharaan mengalami
tingkat pertumbuhan tertinggi pada perlakuan T1 yaitu sebesar 21,15 g dan
yang terendah pada perlakuan T3 sebesar 15,27 g. Suhu yang semakin tinggi
seharusnya laju konsumsi makanan lebih cepat, yang mengakibatkan
pertumbuhannya lebih cepat. Tetapi hal ini tidak terjadi pada perlakuan T3
karena ikan uji mengalami peningkatan metabolisme karena adanya kenaikan
suhu diatas suhu optimum pertumbuhan ikan nila yang mengakibatkan ikan
mengalami penurunan dalam pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan peneliti
pendahulu Stickney (1979) dalam Waruwu (2014) menyatakan bahwa pada
sebagian besar spesies ikan, laju metabolisme diatas suhu optimum akan
meningkat dan energi mulai dialihkan dari pertumbuhan untuk laju
metabolisme yang tinggi sehingga laju pertumbuhan menjadi menurun.
Berdasarkan hasil peningkatan berat ikan nila selama penelitian diketahui
bahwa pada masing masing perlakuan menunjukkan pengaruh yang bebeda
sangat nyata terhadap peningkatan berat ikan nila. Tingginya peningkatan
berat ikan pada perlakuan T1 dibandingkan dengan perlakuan T2 dan T3
dikarenakan pada perlakuan T1 memiliki kisaran suhu yang baik untuk
pertumbuhan ikan nila, yaitu kisaran suhu dimana pertumbuhan menjadi lebih
cepat dan mencapai pertumbuhan optimum. Menurut Djajasewaka dan
Djajadireja (1990) suhu yang optimum untuk selera makan ikan adalah 25-
270C. Meningkatnya jumlah pakan akan menyebabkan meningkatnya laju
pertumbuhan ikan, dan laju pertumbuhan akan bervariasi tergantung
kemampuan ikan dalam mencerna makanannya.
Suhu memberikan pengaruh yang nyata pada penggunaan energi untuk
pertumbuhan. Peningkatan suhu akan meningkatkan kebutuhan pakan karena
ikan akan bergerak lebih aktif. Meningkatnya jumlah pakan ini akan
meningkatkan laju pertumbuhan ikan (Brown et. al., 1957) hal ini tidak terjadi
dengan ikan Nila dikarenakan pada peningkatan suhu hingga 310C
mengakibatkan pertumbuhan berat ikan menjadi lambat diantara perlakuan
suhu lainnya yaitu hanya mengalami peningkatan sebesar 15,27 g. Diduga
ikan Nila menggunakan energi pakan tersebut sebagai bentuk penyesuaian diri
terhadap perubahan lingkungan. Hal ini sesuai dengan (Irianto, 2005) yang
menyatakan suhu tinggi yang masih dapat ditolerir oleh ikan tidak selalu
berakibat mematikan pada ikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status
kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stress yang menyebabkan tubuh
ikan lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal.
3. Kelangsungan Hidup Ikan Nila
Pada pemeliharaan ikan kematian ikan terjadi pada awal-awal minggu
pemeliharaan. Hal ini diduga diakibatkan karena ikan Nila mengalami stress
karena respon adaptasi terhadap lingkungan lama ke media pemeliharaan yang
baru. Tingkat kelangsungan hidup ikan Nila (Gambar 5) selama pemeliharaan
berkisar antara 63,33 – 76,67%. Menurut Mulyani (2014) menyatakan bahwa
tingkat kelangsungan hidup ≥ 50% tergolong baik, kelangsungan hidup 30-
50% sedang dan kurang dari 30% tidak baik.
Rendahnya SR ikan Nila pada pelakuan T3 yaitu 63,33% diantara perlakuan
lainnya selain stress faktor kualitas air terutama suhu diatas kirasan optimum
nila mengakibatkan ikan mati. Hal ini sesuai dengan pendapat Wardoyo
(1975) diacu Waruwu et al., (2014) menyatakan bahwa meskipun ikan
beraklimatisasi pada suhu yang relatif tinggi, tetapi pada derajat tertentu
kenaikan suhu dapat menyebabkan kematian pada ikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup (SR) ikan di akhir-
akhir minggu penelitian semakin baik. Hal ini diakibatkan karena ikan nila
memiliki kemampuan adaptasi yang baik, serta kualitas air selama
pemeliharaan yang diukur masih pada kisaran yang optimum untuk
pertumbuhan ikan Nila. Kualitas air baik dikarenakan media air dikontrol
dengan baik dengan cara pembersihan kotoran ikan dengan cara penyiponan
selama 3 hari sekali dan menggantikannya dengan air endapan sumur yang
baru. Sehinngga ikan nila dalam wadah pemeliharaan masih dapat berdaptasi
dengan baik. Hal ini sesuai Cholik et al., (1986) dalam Kelabora (2010) yang
menyatakan bahwa kualitas air yang digunakan dalam budidaya merupakan
(variabel) yang mempengaruhi kelangsungan hidup, perkembangbiakan,
pertumbuhan atau produksi ikan.
4. Kualitas Air
Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya ikan
karena diperlukan sebagai media hidup. Air sebagai lingkungan tempat hidup
organisme perairan harus mampu mendukung kehidupan dari organisme
tersebut. Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan ikan Nila
(Oreochromis niloticus) menunjukkan bahwa kisaran yang diperoleh masih
berada pada batas yang baik bagi kehidupan ikan Nila.
Suhu merupakan salah satu faktor fisika sangat penting karena bersama-sama
dengan zat/unsure yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis
air, densitas air, kejenuhan air, mempercepat reaksi kimia dan mempengaruhi
jumlah oksigen terlarut didalam air Aliza et al., (2013). Suhu juga merupakan
salah satu parameter yang mentukan keberhasilan budidaya ikan Nila, hal ini
disebakan karena ikan merupakan hewan berdarah dingin. Yang dimaksud
dengan hewan berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi
oleh suhu lingkungan. Setiap jenis ikan mempunyai toleransi tertentu terhadap
perubahan kualitas air dan perubahan yang akan langsung mempengaruhi
kehidupan ikan dan organisme yang ada (Kartamihardja, 2008).
Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter mutu air yang penting karena
nilai oksigen terlarut dapat menunjukkan tingkat pencemaran atau tingkat
pengolahan air limbah. Kelarutan oksigen dalam air dapat dipengaruhi oleh
suhu. Kelarutan oksigen berbanding terbalik dengan suhu (Nugroho, 2006).
Nilai oksigen terlarut selama pemeliharaan 8 minggu berkisar 4,0 – 5,2 mg/l.
Kisaran nilai oksigen tersebut masih layak untuk menunjang kehidupan ikan
Nila. Menurut Suyanto (2002) kisaran oksigen terlarut untuk mendukung
kehidupan ikan Nila adalah 4-9 mg/l.
Pada suhu suhu T3 oksigen terlarut cenderung lebih rendah dibandingkan
dengan suhu pada perlakuan T1 dan T2 hal ini diakibatkan karena pada
perlakuan T3 metabolisme ikan nila meningkat. Menurut Panjaitan (2004)
oksigen berhubungan erat dengan perubahan suhu dan metabolisme. Suhu
tinggi cenderung menyebabkan kandungan oksigen menurun, dilain pihak
menyebabkan konsumsi oksigen meningkat. Hubungan oksigen dengan proses
metabolisme terjadi pada proses respirasi sel didalam tubuh ikan, dimana
dalam proses respirasi keberadaan oksigen sangat dibutuhkan.
Selama penelitian nilai pH pada perlakuan berkisar antar 6,6 - 7,4 nilai ini
masih dapat ditolerir oleh ikan Nila sesuai dengan Gunadi et al., (2016) pH
terendah terdapat pada perlakuan T3 tetapi pH tersebut masih tergolong dalam
batas keadaan normal. Hal ini sesuai dengan Panjaitan (2004) kisaran pH yang
baik untuk ikan adalah 6-9, sedangkan pH 4,5-5,0 merupakan batas terendah
bagi kelangsungan hidup ikan.
J. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Pengaruh perbedaan suhu air menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila. Pertumbuhan tertinggi terdapat
pada pada perlakuan T1 (27oC) dan pertumbuhan terendah terdapat pada
perlakuan T3 (31oC).
Suhu yang terbaikuntuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yaitu suhu
270C (T1) dengan pertambahan panjang 5,1 cm, peningkatan berat 21,15 dengan
tingkat kelangsungan hidup 76,67%.
2. Saran
Untuk meningkatkan pertumbuhan dan meningkatkan produksi ikan Nila
disarankan dipelihara pada suhu 270C sehingga didapatkan pertumbuhan yang
optimal baik panjang maupun beratnya. Sehingga mampu menghasilkan ikan Nila
untuk menutupi kebutuhan pasar.
K. Sistematika Penulisan
Adapun dalam penulisan proposal ini, sistematika pembahasannya adalah sebagai
berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN yang meliputi: Judul, Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian
Pustaka, Hipotesis, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.
2. BAB II ISI yang meliputi: Pengertian Temperatur atau Suhu, Ikan Nila,
Pengertian Pertumbuhan, Pengertian Kelangsungan Hidup, Pengukuran Panjang
Ikan, Pengukuran Berat Ikan dan Kelangsungan Hidup.
3. BAB III LAPORAN PENELITIAN yang meliputi: Waktu dan Tempat Penelitian,
Alat dan Bahan dan Rancangan Percobaan.
4. BAB IV ANALISI DATA yang meliputi: Hasil dan Pembahasan.
5. BAB V PENUTUP yang meliputi: Kesimpulan, Saran dan Daftar Pustaka.
L. Daftar Pustaka
Aliyas, S. Ndobe dan Z. R. Ya’la. 2007. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan
Nila (Oreochromis Sp.) yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas. Jurnal Sains dan
Teknologi Tadulako. ISSN: 2089-8630. Vol 5(1):19-27.
Aliza, D., Winaruddin dan L. W. Sipahutar. 2013. Efek Peningkatan Suhu Air
Terhadap Perilaku, Patologi Anatomi, dan Hispatologi Insang Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal Medika Veterinaria. ISSN. 0853-1943.
Brown, M. E. 1957. The physiology of Fishes. Vol I. Academic Press Inc. Publishor
New York. 447p.
Djajasewaka dan Djajadiredja, R. 1990. Budidaya Ikan di Indonesia. Cara
Pengembangannya. Badan Litbang Pertanian. Lembaga Penelitian Perikanan Darat.
Jakarta. 48 hal.
Effendie, M. I. 1997. Metoda Perancangan Percobaan. CV Armico. Bandung. 472 hal.
Gunadi, B., lamanto dan A. Robisalmi. 2016. Analisis Pertumbuhan Benih Ikan
Srikandi (Oreochromis aureus x niloticus) pada Pemeliharaan di Kolam Tembok dan
Kolam Tanah di Air Tawar. Balai Penelitian Pemuliaan Ikan.
Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Katamihardja, E. S. 2008. Perubahan komposisi komunitas Ikan dan Faktor-faktor
pemnting yang Mempengaruhi selama 40 tahun Umur Waduk Djuanda. Jurnal
Ikhtiologi Indonesia. 8:67-68.
Kelabora, D. M. 2010. Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Berkala Perikanan Terubuk.
38(1): 71 – 81.
Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta.
Mulyani, Y. S., Yulisman dan M. Fitrani. 2014. Pertumbuhan dan Efesiensi Pakan
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Dipuasakan secara Periodik. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia. ISSN: 2303-2960. Vol 2(1):1-12.
Panjaitan, E. F. 2004. Pengaruh Suhu Air yang Berbeda terhadap Laju Pertumbuhan
dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Botia (Botia macracanthus Bleeker). Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Pramudiyas, D. R. 2014. Pengaruh Pemberian Enzim pada Pakan Komersil terhadap
Pertumbuhan dan Rasio Konversi Pakan (FCR) pada Ikan patin (Pangasius Sp.).
Skripsi. Universitas Airlangga, Surabaya
Suyanto, S. R. 2002. Nila. Penevar Swadaya, Jakarta.
Waruwu, D. K., H. Syandri dan Azrita. 2014. Pengaruh Perbedaan Suhu terhadap
kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Bujuk (Channa Lucius Cuvier).
Universitas Bung Hatta. Padang.

Anda mungkin juga menyukai