Anda di halaman 1dari 56

BIOMETRIK OTOLIT BANGGAI CARDINAL FISH (Pterapogon

kauderni) DI PERAIRAN DEPAN TPI DUDEPO


KAB. BOLAANG MONGONDOW SELATAN

PRAKTEK KERJA LAPANG


(Dalam Bidang Manajemen Sumber Daya Perairan)

Oleh :
Hellen Melani
18051101002

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2021
BIOMETRIK OTOLIT IKAN BANGGAI CARDINAL FISH (pterapogon
kauderni) DI PERAIRAN DEPAN TPI DUDEPO KAB. BOLAANG
MONGONDOW SELATAN

PRAKTEK KERJA LAPANG


(Dalam Bidang Manajemen Sumber Daya Perairan)

Oleh :
Hellen Melani
18051101002

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Hellen Melani


Nim : 18051101002
Judul : Biometrik Otolit Ikan Banggai Cardinal Fish (Pterapogon
kauderni) di Perairan Depan TPI Dudepo Kab. Bolaang
Mongondow Selatan
Tanggal Ujian :

Telah Lulus ujian dan Laporan telah diperiksa, diperbaiki dan disetujui oleh dosen
pembimbing.

Menyetujui
Pembimbing

Dr.Ir. Ari B. Rondonuwu, M.Si


NIP. 19682901 199303 1 001

Mengetahui
Ketua Program Studi

Dr. Ir. Jety K. Rangan, M.Sc


Nip : 19620117 198803 2 001
RINGKASAN

Laporan P. K. Lapangan. Biometrik Otolit Ikan Banggai Cardinal Fish (Pterapogon


kauderni) di Perairan Depan TPI Dudepo Kab. Bolaang Mongondow Selatan.
Dibimbing Oleh : Ir. Arie B. Rondonuwu, M.Si.
Kabupaten Banggai merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki luas wilaya laut
yang cukup signifikan dibandingkan dengan wilayah daratannya yang tentunya memiliki
keanekaragaman yang tinggi pula. Perairan Banggai memiliki beberapa hewan endemik yang
statusnya masuk kedalam kategori terancam punah dimana salah satunya adalah Ikan
Capungan (Banggai Cardinal Fish - BCF). IUCN (The International Union for Conservation
of Nature) sebagai badan dunia yang mengawasi keanekaragaman hayati flora dan fauna
menempatkan BCF dengan status terancam punah (threatened).
Praktek Kerja Lapangan ini dilakukan untuk mengetahui pengukuran Biometrik dari
Otolit Kiri dan Kanan pada Ikan Banggai Carnidal dan Untuk mengetahui perbandingan besar
otolit kiri dan otolit kanan di di Perairan Depan TPI Dudepo Kab. Bolaang Mongondow
Selatan.
Pengukuran otolit Ikan Banggai Carnidal bagian kiri dan kanan memiliki rata rata
Panjang (OL) 3,75-3,77 mm, Lebar (OW) 3,51-3,50 mm, Area (OA) 10,90-10,92 mm,
Perimeter (OP) 13,96-13,78 mm, FF 0,68-0,69 mm, Rnd 0,35-0,35 mm, Cir 18,96-18,42, Rec
0,79-0,79 mm. Ell 0,03-0,04 mm, Ar 1,07-1,08 mm.
Perbandingan karakter Biometrik ikan banggai kardinal antara bagian kiri dan kanan
dari jumlah 89 Ikan, diketahui bahwa Perbedaan Otolit bagian Kiri dan Kanan tidak memiliki
perbedaan.
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena

begitu besar penyertaan, bimbingan serta pertolonganNya yang selalu dirasakan setiap

langkah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kerja lapang dengan

judul “Biometrik Otolit Banggai Cardinal Fish (Pterapogon kauderni) di Perairan Depan TPI

Dudepo Kab. Bolaang Mongondow Selatan”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada, Ir. Ari B.

Rondonuwu, M.Si, sebagai dosen pembimbing, atas segala arahan dan bimbingan yang telah

diberikan; Teman-teman program studi, serta semua pihak yang telah membantu penulis

dalam penyelesaian laporan ini.

Upaya maksimal telah dilakukan, namun penulis menyadari laporan ini belum

sempurna. Namun harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi yang memerlukannya

untuk pembagunan serta pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Perikanan dan

Kelautan.

Manado, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................3

RINGKASAN..........................................................................................................4

KATA PENGANTAR.............................................................................................5

DAFTAR ISI............................................................................................................6

DAFTAR TABEL....................................................................................................8

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................9

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................10

1. PENDAHULUAN......................................................................................11

1.1. Latar Belakang....................................................................................11

1.2. Tujuan.................................................................................................12

2. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................13

2.1. Klasifikasi Pterapogon kauderni.........................................................13

2.2. Morfologi Pterapogon kauderni..........................................................14

2.3. Habitat dan Sebaran Pterapogon kauderni.........................................15

2.4. Reproduksi Pterapogon kauderni........................................................16

2.5. Kebiasaan Makanan Pterapogon kauderni.........................................17

2.6. Faktor Lingkungan Perairan Pembatas Untuk Pterapogon kauderni. 17

2.7. Biometrik Otolit Pterapogon kauderni...............................................18

3. METODE PRAKTEK KERJA LAPANG......................................................20

3.1 Tempat Pengambilan Sampel..............................................................20

3.2 Bahan dan Alat....................................................................................20

3.3 Metode Pengambilan Sampel di Laboratorium...................................21

3.4 Metode Analisis Data..........................................................................24

4. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................27

4.1 Pengukuran Biometrik Otolit Kiri dan Kanan....................................27


4.2 Perbandingan besar otolit kiri dan otolit kanan...................................29

5. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................30

5.1 Kesimpulan.........................................................................................30

5.2 Saran....................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................................39
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat dan Bahan serta kegunaannya..........................................................20


Tabel 2. Indeks Bentuk Otolit................................................................................25
Tabel 3. Indeks Perhitungan Otolit Kiri.................................................................28
Tabel 4. Indeks Perhitungan Otolit Kanan.............................................................28
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pterapogon kauderni Koumans, 1933 (Sumber: Koumans, 1933)......14


Gambar 2. Habitat Ikan Banggai Kardinal (Sumber: Rondonuwu, 2020).............16
Gambar 3. Peta Lokasi Pengambilan Sampel........................................................20
Gambar 4. Pengambilan data menggunakan Pisau Bedah dan Pinset...................21
Gambar 5. Mengolah foto menggunakan Image J.................................................23
Gambar 6. Grafik Bentuk Perbandingan Ukuran Otolit Kiri dan Kanan...............28
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Otolit Kiri (Bulu Babi).........................................39

Lampiran 2. Hasil Pengukuran Otolit Kanan (Bulu Babi).....................................41

Lampiran 3. Hasil Pengukuran Otolit Kiri (Anemon)...........................................43

Lampiran 4. Hasil Pengukuran Otolit Kanan (Anemon).......................................45

Lampiran 5. Indeks Perhitunan Otolit Kiri............................................................50

Lampiran 6. Indeks Perhitungan Otolit Kanan......................................................54

Lampiran 7. Proses Pengambilan Otolit................................................................55


1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang subur dan paling produktif di

lautan, h1l ini disebabkan oleh kemampuan terumbu untuk menahan nutrien dalam sistem

dan berperan sebagai kolam untuk menampung segala masukan dari luar. Hal ini menjadikan

ekosistem terumbu karang memiliki potensi keragaman spesies penghuninya yang bernilai

ekonoms tinggi. Salah satu penyebab tingginya keragaman spesies ini adalah karena variasi

habitat yang terdapat di terumbu, dan ikan merupakan organisme yang jumlahnya paling

banyak yang dapat ditemui (Dahuri, et.al., 2001).

Komunitas ikan karang adalah bagian penting dalam ekosistem terumbu karang

sebagai satu kesatuan ekosistem untuk menjaga keseimbangan antar komponen. Ikan karang

dapat terdiri dari sejumlah spesies yang secara permanen maupun tidak permanen di wilayah

terumbu karang atau sekitarnya, namun secara umum memanfaatkan terumbu karang sebagai

sumber makanan atau tempat memperoleh makanan (Rudi and Muchsin. 2010).

Di wilayah perairan Indonesia tepatnya di Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah

yaitu terdapat ikan karang dari famili Apogonidae, jenis Pterapogon kauderni Koumans,

1933 yang dikenal dengan nama umum banggai kardinal fish dan nama lokal ikan capungan

banggai (Kolm and Olsson, 2003; Vagelli, 2008).

Ikan ini memiliki keunikan tersendiri ditinjau dari segi tingkah laku, bentuk tubuh,

warna maupun pola hidupnya. Ikan Banggai Cardinal biasanya hidup secara berkoloni

(bergerombol) di antara terumbu karang dan kumpulan bulu babi, setiap gerombol terdiri dari

30 sampai 40 ekor. Selain itu, ikan ini sering terlihat berenang di padang lamun. Ikan

Banggai Cardinal merupakan sumberdaya ikan yang memiliki nilai komersial cukup tinggi

sebagai ikan hias (Prihatiningsih and Hartati, 2016).


Setiap individu ikan Banggai Cardinal mempunyai otolit yang terletak di dalam

rongga telinga sehingga sering kali disebut juga tulang telinga (Chulin and Chen, 2013;

Jawad et al., 2011; Valinassab et al., 2012). Otolith merupakan organ yang berfungsi

mengatur keseimbangan, pendengaran, koordinasi arah renang, dan orientasi (Bani et al.,

2013; Cabello et al., 2014; Popper et al., 2005;Valinassab et al., 2012;Yilmaz et al., 2014;

Sadighzadeh et al., 2014; Tuset et al., 2003).

Otolit ditemukan pada semua jenis ikan kecuali hiu, pari dan lamprey (Campana,

2004). Otolit tersusun dari kalsium karbonat (CaCo3) sebagai komponen utama, dimana pada

umumnya berbentuk aragonite dan deposit garam yang tersusun sebagai materi protein

anorganik (Cabello et al., 2014; Sadighzadeh et al., 2014; Valinassab et al., 2012). Otolit

menyajikan perekaman secara permanen terhadap sejarah hidup (life history) setiap individu

ikan secara terus menerus (ICES, 2004) dan akan tetap tumbuh sepanjang hidup walaupun

dalam kondisi stress (Mendoza, 2006)

1.2. Tujuan

Adapun praktek kerja lapang ini bertujuan untuk :

1) Untuk mengetahui pengukuran Biometrik dari Otolit Ikan Banggai Carnidal

2) Untuk mengetahui perbandingan besar otolit kiri dan otolit kanan


2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Pterapogon kauderni

Ikan kardinal (Apogonidae) sendiri mempunyai 41 genera dan 353 spesies (Allen

and Steene, 1995). Salah satu spesies di antaranya, Pterapogon kauderni merupakan spesies

endemik di Indonesia khususnya di Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah (Vagelli,

2011; Allen, 2000; Allen and Donaldson, 2007; Ndobe et al., 2011; Ndobe et al., 2019). Ikan

ini mulai diketahui sejak tahun 1920, dan mulai dikoleksi oleh penggemar ikan hias pada

tahun 1933. Ikan Capungan Banggai mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: bentuk tubuh agak

pipih dengan mata yang besar berwarna hitam dan bentuk mulut terminal dengan ukuran

besar, rahang bawah cenderung menonjol. Ikan Capungan Banggai memiliki dua buah sirip

punggung yang terpisah, dimana pada sirip dorsal yang pertama mempunyai 6 sampai 8 jari-

jari sirip dan pada sirip dorsal yang kedua

Klasifikasi ikan kardinal banggai adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Super Klas : Gnathostomata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Sub ordo : Percoidea

Famili : Apogonidae

Sub Famil : Apogoninae

Genus : Pterapogon

Spesies: Pterapogon kauderni (KOUMANS, 1933 (Connant,


2014, Myers et al., 2020; Froese and Pualy, 2020.)
Kata genus Pterapogon berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari “Pter” yang

berarti sirip atau sayap ; “apo” yang berarti jauh/panjang ; “gon” yang berarti cara memijah

(yang mengerami telur di mulut), sedangkan kata “kauderni” diambil dari salah seorang yang

ikut dalam ekspedisi tersebut (Allen and Steene,1995).

2.2. Morfologi Pterapogon kauderni

Pterapogon kauderni memiliki bentuk tubuh kompres, kepala besar, mata besar, dan

mulut lebar. Gigi berbentuk villiform, tidak memiliki gigi taring, dan sisik berukuran besar

berbentuk ctenoid (Koumans, 1933). Sepanjang linea lateralis ditemukan sisik sekitar 25

buah. Sirip punggung (dorsal fin) pertama memiliki 7 jari-jari keras, sedangkan dorsal kedua

memiliki 1 jari-jari keras dan 14 jari-jari lemah. Sirip dubur (anal fin) memiliki 2 jari-jari

keras (duri) dan 13 jari-jari lemah. Genus ini dibedakan dari semua Apogonidae lainnya

karena memiliki 14 jari-jari lemah pada dorsal kedua (Koumans, 1933).

Gambar 1. Pterapogon kauderni Koumans, 1933 (Sumber: Koumans, 1933)

Pterapogon kauderni memiliki bentuk badan yang tinggi, bulat pipih; mulut besar,

sampai melewati garis vertikal pertengahan pupil, memiliki dua sirip punggung “dorsal fin”

yang panjang dan indah. Gurat sisi dari ikan banggai kardinal tampak jelas dan lengkap dari

operculum sampai pangkal ekor (Kimura and Matsuura, 2003). Ukuran ikan kecil dimana

panjang total ikan dewasa hanya mencapai panjang total kurang lebih 8 - 10 cm. Sirip ekor
bercabang yang memanjang serta memiliki pola warna yang khas yaitu dasar keperakan agak

kuning kecoklatan dengan garis hitam vertikal dengan bintik-bintik putih/perak kebiruan pada

sirip-siripnya (Vagelli, 1999).

2.3. Habitat dan Sebaran Pterapogon kauderni

Populasi ikan ini dapat ditemukan pada daerah lamun “seagrass” dan terumbu

karang dimana banyak terdapat bulu babi dan anemon. Simbiosis dilakukan dengan cara

mengupayakan agar garis hitam pekat pada tubuh mereka membaur membentuk garis lurus

dengan salah satu duri bulu babi yang bertujuan untuk penyamaran dan perlindungan dari

serangan predator. Selain bulu babi, ikan ini juga memiliki tempat perlindungan lain yaitu

anemon laut dengan cara memanfaatkan tubuh mereka yang kecil agar dapat menyelinap di

antara helai anemon laut (Vagelli, 2005).

Selain di perairan Kepulauan Banggai sebagai habitat asli ikan banggai kardinal,

kajian tentang ikan ini juga telah dilakukan di beberapa lokasi lainnya, yaitu di Pelabuhan

Luwuk Provinsi Sulawesi Tengah (Vagelli et al., 2002; Bernardi and Vagelli, 2004; Allen

and Donaldson, 2007, Ndobe et al., 2019), Teluk Palu Provinsi Sulawesi Tengah (Moore and

Ndobe, 2007; Ndobe, et al., 2013), Kabupaten Konawe, Kab. Konawe Selatan dan Kota

Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Kusumawardhani, 2019), Selat Lembeh dan Tumbak

Provinsi Sulawesi Utara (Eredmann M.V. and A. Vagelli. 2001, Vagelli and Erdmann 2002;

Ndobe, 2013; Makatipu, 2018; Carlos et al., 2004).


Gambar 2. Habitat Ikan Banggai Kardinal (Sumber: Rondonuwu, 2020)

2.4. Reproduksi Pterapogon kauderni

Reproduksi bertujuan untuk melestarikan jenis, agar terhindar dari kepunahan.

Menurut Gunawan et al., (2011), ikan Capungan Banggai mengalami kematangan gonad

pertama kali pada ukuran panjang lebih dari 30 mm dan memiliki frekuensi pemijahan

berkisar 28 kali (Hutapea et al., 2009), ikan Capungan Banggai memijah sebanyak dua atau

tiga kali per musim, selanjutnya istirahat dan masa interval pemijahan berkisar 15-20 hari

(Marini 1996). Ikan Capungan Banggai memijah pada malam hari sedangkan pengamatan

Vagelli (1999), ikan Capungan Banggai banyak memijah diantara pukul 10.00-15.00.

Prihatinigsih and Hartati (2012) melaporkan bahwa jumlah telur dalam perut rerata

berkisar 12 dan 124 telur, dan telur yang dierami di dalam mulut rata-rata berjumlah 78 telur.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, jumlah telur yang dihasilkan sekitar 40-60 butir dan
jumlah larva yang berhasil dierami hingga terlepas sebagai rekrut jarang melebihi 20 butir

(Vagelli and Volpedo, 2004).

Menurut (Sugama 2008), ikan Capunga Banggai jantan mengerami telur di dalam

mulut (mouth breeder) selama 5-6 hari sampai telur menetas, setelah itu jantan mulai melepas

anaknya dengan tetap melindungi anaknya di dalam mulut selama 6 sampai 10 hari dan

selama itu ikan puasa karena di dalam mulut ikan masih banyak anaknya, setelah mencapai

ukuran juvenil induk jantan mulai melepas anaknya untuk mencari tempat perlindungan dan

makan.

2.5. Kebiasaan Makanan Pterapogon kauderni

Makanan utama dari Pterapogon kauderni adalah crustacea jenis udang yang

keberadaannya mencapai 73%, zooplankton jenis Copepoda sebagai makanan pelengkap

dengan mencapai sebesar 23%, sementara Polychaeta dan fitoplankton sebagai makanan

tambahan dengan keberadaannya kurang dari 5%. Selain fitoplankton laut, terdapat jenis

fitoplankton air tawar yaitu plagiogramma sp. (Prihatiningsih, P and Hartati, S. T. 2016)

2.6. Faktor Lingkungan Perairan Pembatas Untuk Pterapogon kauderni

Habitat natural Pterapogon kauderni bisa ditemui di perairan laut dangkal dengan

kedalaman 1 hingga 5 m, dengan pH 8, 1- 8,4 serta temperatur perairan 25- 28 oC (Vagelli,

2005). Riset yang dicoba oleh Ndobe, (2011) menciptakan kalau salinitas yang baik buat

perkembangan P. kauderni ini berkisar 24-26 ppt. Aktivitas budidaya wajib mencermati

aspek salinitas, sebab bila salinitas di dasar ataupun juga di atas dari 24- 26 ppt hingga

mungkin besar ikan ini tidak hendak bertahan hidup. Ikan ini pula hidup dalam wadah

budidaya pada salinitas 24- 26 ppt dengan pH 8, 1 hingga 8, 4 serta temperatur perairan 25

hingga 28 oC (Ndobe, 2011).


2.7. Biometrik Otolit Pterapogon kauderni

Ikan kardinal banggai Pterapogon kauderni memiliki otolit (sagita). Karena terletak

di dalam telinga sehingga seringkali disebut juga batu telinga (Jawad et al. 2011). Otolit atau

batu telinga merupakan struktur yang konsisten merekam peristiwa harian pada tahap awal

kehidupan dalam kejadian-kejadian tahunan sepanjang hidup seekor ikan. Otolit terbentuk

oleh pengendapan kalsium karbonat yang mengeras, dimana seiring dengan pertumbuhan

ikan, otolit di dalam sacculus bertambah besar. Pengendapan kalsium di sekeliling otolit

kurang rapat pada waktu ikan tumbuh cepat, tetapi pada waktu pertumbuhan lambat maka

endapan kalsium akan semakin merapat (Effendi,2002). Pertumbuhan kalsium karbonat

setiap tahunnya akan membentuk lingkaran umur, hal ini disebabkan adanya pengendapan

disekeliling batu telinga sehingga membentuk suatu lingkaran (Stevenson and Campana,

1992)

Otolit (Sagita) pada ikan berjumlah satu pasang yang proses pengambilannya dari

dalam kepala ikan lebih sulit serta memiliki kerentanan rusak besar karena tipis dan mudah

patah. Jika pertumbuhannya cepat maka pada otolith akan nampak lingkaran pertumbuhan

yang tipis dan terang. Akan tetapi jika pertumbuhan ikan ini terhambat maka pada otolit akan

nampak lingkaran pertumbuhan yang tebal dan gelap. (Putra, 2009).

Otolit terdiri dari 3 bagian yaitu sagittae, lapillus dan asteriscus (Campana, 2004;

Tuset et al., 2008), dimana sagittae mempunyai ukuran terbesar pada semua ikan, diikuti

asteriscus dan lapillus sebagai yang terkecil (Jawad et al., 2008; Seyfabadi et al., 2014;

Yilmaz et al., 2015). Sagittae relatif lebih mudah dikumpulkan (Bani et al., 2013) dan

memiliki struktur yang lebih stabil dibanding astericus dan lapillus, serta memiliki ciri-ciri

spesifik pada masing - masing spesies (Polito et al., 2011). Oleh karena itu, sagittae telah

digunakan secara luas untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dalam studi taksonomi
dan identifikasi spesies, sejarah hidup, pertumbuhan dan umur (Campana and Neilson, 1985;

Sparre and Venema, 1999; Tuset et al., 2003).


3. METODE PRAKTEK KERJA LAPANG

3.1 Tempat Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel berlokasi di perairan Depan TPI Dudepo Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan.

Gambar 3. Peta Lokasi Pengambilan Sampel

3.2 Bahan dan Alat

Dalam praktek kerja lapang ini alat dan bahan yang digunakan dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 1. Alat dan Bahan serta kegunaannya

No Alat dan Bahan Kegunaan


1 Nampan segi empat Untuk Menampung Ikan
2 Pisau bedah Untuk membedah kepala ikan
3 Pinset Untuk mengambil otolit dalam kepala ikan
4 Plastik klip uk. 3x4 Untuk menyimpan otolit yang telah di ambil
5 Spidol permanen Untuk menulis keterangan kanan dan kiri otolit
No Alat dan Bahan Kegunaan
6 Tissue Untuk membersihkan kotoran yang menempel pada
otolit
7 Stapler Untuk menggabungkan 1 pasang otolit

3.3 Metode Pengambilan Sampel di Laboratorium

Sampel ikan yang di amati, meliputi :

1) Pengambilan data menggunakan pisau bedah dan pinset

Gambar 4. Pengambilan data menggunakan Pisau Bedah dan Pinset

Proses pelaksanaan penelitian dibantu dengan menggunakan alat dan bahan seperti

yang ditampilkan pada Tabel 1. Sampel otolit diambil dengan metode open the hatch (Secor

et al., 1992), yaitu dengan membuat pola potongan dengan perlahan secara vertikal dan

horizontal di bagian atas kepala ikan hingga bagian otak terekspos sempurna.

Setelah kepala ikan sedikit terbelah selanjutnya, bagian otak dibersihkan secara

perlahan hingga tampak rongga sacculus yang berisi otolit. Kemudian otolit diambil dengan

pinset dengan bagian ujung yang lancip dan tanpa gerigi. Letakkan bagian otolit kiri dan

kanan secara terpisah, untuk memudahkan penulisan label. Selanjutnya pembersihan otolit

dilakukan dengan merendam otolit ke dalam tempayan yang berisikan air. Jika sudah terlihat

bersih kemudian otolit di keringkan dengan menggunakan tissue untuk menghilangkan

jaringan dan lendir yang tersisa.


Setelah otolit sudah dikeringkan lalu ambil otolit dan kemudian di simpan kedalam

plastik klip berukuran 3x4 yang sudah diberi label sesuai letak otolit yang di ambil.

2) Proses pemotretan menggunakan dino-lite basic digital microscope AM2111

Dino-Lite Basic AM2111 adalah Portabel Mikroskop digital USB dengan Jumlah

Led 4, Jenis Cahaya Led putih, Tingkat Pembesaran 20x-50x-200x, Resolusi VGA (640 x

480 Pixel), Koneksi USB 2.0, Sensor CMOS Warna, Frame Rate Hingga 30fps, Satuan mm,

Sistem Oprasi Windows 10,8,7,vista, dan XP, Dengan menghubungkan portabel Mikroskop

digital USB ke laptop maka sangat membantu dan mudah digunakan ketika ingin

mengidentifikasi suatu objek kecil. Untuk versi Science dan industri adalah AM2111dan

AM73915MZT.

3) Foto diolah menggunakan perangkat lunak Image-J


Gambar 5. Mengolah foto menggunakan Image J

Dalam penggunaan Image-J hal pertama yang harus dilakukan untuk menganalisis

ukuran karakter biometrik dari hasil gambar Ikan Capungan Banggai adalah dengan

membuka file terlebih dahulu dengan mengklik open lalu pilih foto yang akan di

ukur,kemudian klik image>Type>8 bit untuk mengubah warna pada foto menjadi abu-abu.

Setelah gambar sudah menjadi warna abu abu, selanjutnya gambar akan di berikan garis

terlebih dahulu untuk membuat skala pada gambar dengan memilih icon pada toolbar garis

dengan tipe “straight”, setelah itu tarik garis lurus sesuai bentuk panjang dari otolit. Jika

sudah ada garis yang telah di buat selanjutnya pilih Analyze>Set scale lalu centang global

untuk menentukan skala pada otolit. Langkah berikutnya yaitu dengan mengklik
image>Adjust>Treshold untuk mengubahnya menjadi hitam putih, usahakan di bagian otolit

tidak ada titik hitam atau titik putih, karena jika ada itu akan mempengaruhi luasan area.

Selanjutnya mengcrop bagian otolit dengan cara image lalu pilih crop. Setelah itu

menampilkan ROI Manager dengan klik Analyze>Tools>ROI Manager, jika sudah muncul

kolom ROI Manager kemudian membuat area pada otolit dengan klik icon “wand (tracing)

tool” pada toolbar lalu klik pada gambar otolit sampai ada garis kuning di bagian pinggir

gambar pada otolit, jika sudah klik “add” pada kolom ROI Manager. Selanjutnya membuat

daerah lebar pada bagian otolit dengan menggunakan garis “straight” dan menarik garis

secara horizontal kemudian langsung mengklik “add” pada kolom ROI Manager, selanjutnya

membuat daerah panjang pada otolit dengan membuat garis secara vertikal lalu klik “add”

pada kolom ROI Manager. Jika semuanya sudah terukur blok secara bersamaan lalu klik

measure dan akan keluar kolom display atau tempat nilai yang muncul dari hasil pengukuran.

3.4 Metode Analisis Data

Foto yang diperoleh dianalisis menggunakan perangkat lunak ImageJ untuk

menentukan ukuran otolit: panjang otolit (OPan), lebar otolit (OLeb), Area otolit (OAr) dan

perimeter atau keliling otolit (OPar). Berdasarkan ukuran otolit ditentukan 6 indeks bentuk

otolit (Tuset et al., 2003; Mérigot et al., 2007; Burke , et al., 2008; Agüera and Brophy, 2011;

Longmore et al., 2010; Pavlov, 2016; Avigliano, 2017; Landroit et al. 2017; Wudji, 2018),

seperti yang disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Indeks Bentuk Otolit


Simbol
Formula Kriteria
Indeks
FF 4πAO Mengestimasi keteraturan pada permukaan otolit, di
PiO2 mana FF=1 menunjukkan permukaan yang teratur
seperti lingkaran. Sedangkan Fben < 1 berarti tidak
teratur.
Rnd 4AO Membandingkan bentuk otolit terhadap bentuk
𝜋PO2 lingkaran penuh, di mana Rnd=1 menandakan bentuk
lingkaran penuh
Cir PiO2 Membandingkan bentuk otolit terhadap bentuk
AO lingkaran penuh
Rec OA Menggambarkan variasi panjang dan lebar otolit
(PiO∗LO) terhadap luas area, di mana Rec = 1 menggambarkan
otolit berbentuk persegi sempurna
Ell PO−LO Mengindikasikan terjadinya perubahan sumbu secara
(PO+LO) proporsional
Ar PO Menunjukkan bentuk otolit, di mana nilai Ar > 1
LO menandakan bentuk otolit yang cenderung
memanjang.
Ketarangan : OP= Panjang otolit; LO= Lebar otolit; PiO = Perimeter Otolit, AO = Area
otolit; Ff = Form Factor; Rnd = Roundness; Cir = Circularity; Rec =
Rectangularity; Ell = Ellipticity; dan Ar = Aspect Ratio.

Panjang otolit (PO) didefinisikan sebagai jarak mendatar terjauh antara bagian

anterior dan posterior. Lebar otolit (OW merupakan jarak terjauh secara vertikal antara

bagian dorsal dan ventral. Perimeter otolit merupakan panjang total garis terluar yang

mengelilingi otolit. Luas area otolit didefinisikan sebagai luas keseluruhan area otolit yang

dibatasi oleh garis terluar (Aguera and Brophy 2011, Zischke et al.,. 2016, Wudji et al.,

2018).
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengukuran Biometrik Otolit Kiri dan Kanan

Otolit utuh yang terkumpul dari dua habitat yang berbeda berjumlah 89 pasang.

Biometrik otolit (sagittae) telah dilakukan pada pasangan otolit kiri dan kanan. Secara umum,

statistik deskriptif otolit dari Pterapogon kauderni, meliputi panjang (PO), lebar (LO), area

(AO), serta perimeter (PiO). Indek, Ff, Rnd, dan Cir lebih menekankan pada dimensi

kebulatan/ kebundaran/lingkaran otolit dengan proporsi antara ukuran area (OA), perimeter/

lingkaran (OP), dan OL di mana secara umum meyimpulkan bahwa bentuk otolit P. kauderni

tidak membundar/membulat, dan lingkarannya tidak teratur. Zischke et al., (2016) juga

mengemukakan bahwa ketiga indeks ini digunakan untuk melihat dimensi lingkaran (cycle).

Rerata indeks rectangularity (Rec) menggambarkan bahwa dengan ukuran PO dan LO

terhadap area AO, otolit tidak berbentuk persegi sempurna (bujur sangkar).

Rerata indeks ellipticity (Ell) mengidentifikasikan terjadinya perubahan sumbu

proporsional terhadap bagian posterial, anterior, ventral maupun dorsal. Otolit P.kauderni

memiliki proporsi yang berbeda baik antara posterior dan anterior maupun antara ventral dan

dorsal. Rerata indeks aspect ratio (Ar) menunjukkan bahwa bentuk otolit cenderung

memanjang. Nilai indeks Rec, Ell, dan AR ditunjang dengan hasil pengukuran di mana rata

ukuran panjang (PO) lebih besar dari ukuran lebar (LO). Ketiga indeks ini, Rec, Ell, dan AR

lebih menekankan pada dimensi persegi otolit dengan proporsi antara ukuran panjang (PO),

lebar (LO), dan area (AO) di mana secara umum meyimpulkan bahwa bentuk otolit P.

kauderni tidak membentuk persegi sama panjang. Zischke et al., (2016) juga mengemukakan

bahwa ketiga indeks ini digunakan untuk melihat dimensi persegi/kotak (square).

Pengukuran otolit Ikan Banggai Carnidal bagian kiri dan kanan memiliki rata rata

Panjang (OL) 3,75-3,77 mm, Lebar (OW) 3,51-3,50 mm, Area (OA) 10,90-10,92 mm,
Perimeter (OP) 13,96-13,78 mm, FF 0,68-0,69 mm, Rnd 0,35-0,35 mm, Cir 18,96-18,42, Rec

0,79-0,79 mm. Ell 0,03-0,04 mm, Ar 1,07-1,08 mm.

Tabel 3. Indeks Perhitungan Otolit Kiri


(OL (OW (OA (OP
FF Rnd Cir Rec Ell AR
) ) ) )
10,9 13,9 18,9
Mean 3,75 3,51 0 6 0,68 0,35 8 0,79 0,03 1,07
SD 0,86 0,81 4,47 3,51 0,07 0,21 4,59 0,05 0,03 0,06
SEM 0,09 0,09 0,47 0,37 0,01 0,02 0,49 0,01 0,00 0,01
11,3 14,3 19,4
Max 3,84 3,59 7 3 0,68 0,37 6 0,79 0,04 1,08
10,4 13,5 18,4
Min 3,66 3,42 2 9 0,67 0,33 9 0,78 0,03 1,06
Jumla 89,0 89,0 89,0 89,0 89,0 89,0 89,0 89,0 89,0
h Data 0 0 0 0 0 0 0 0 0 89,00

Tabel 4. Indeks Perhitungan Otolit Kanan


(OW
(OL) (OA) (OP) FF Rnd Cir Rec Ell AR
)
10,9
Mean 3,77 3,50 2 13,78 0,69 0,35 18,42 0,79 0,04 1,08
SD 0,86 0,80 4,57 3,24 0,05 0,21 1,60 0,08 0,02 0,05
SEM 0,09 0,08 0,48 0,34 0,01 0,02 0,17 0,01 0,00 0,01
11,4
Max 3,86 3,58 0 14,13 0,69 0,37 18,59 0,80 0,04 1,08
10,4
Min 3,68 3,41 4 13,44 0,68 0,32 18,25 0,78 0,03 1,07
Jumlah 89,0 89,0 89,0 89,0 89,0
Data 89,00 89,00 0 89,00 0 0 89,00 89,00 0 0

Gambar 6. Grafik Bentuk Perbandingan Ukuran Otolit Kiri dan Kanan


4.2 Perbandingan besar otolit kiri dan otolit kanan

Hasil pengukuran pada (Gambar 6) untuk dua sampel berpasangan otolit kiri dan

kanan menunjukkan bahwa keempat ukuran, panjang, lebar, area, dan perimeter serta kelima

indeks bentuk ikan, yaitu form factor (Ff), roundness (Rnd), rectangularity (Rec), ellipticity

(Ell), dan aspect ratio (AR) tidak memiliki perbedaan yang signifikan atau relatif sama besar

meskipun dilihat dari angka berbeda. Jika melihat (Gambar 6) pada indeks Circularity (Cir)

berbeda dari kiri dan kanan, dengan memperhitungkan SEM berdasarkan hasil perhitungan,

terlihat bahwa dari otolit kiri dan kanan memiliki bentuk yang sama besar. Jadi hasil ini

menunjukkan bahwa nilai Circularity pada data diatas memiliki bentuk otolit yang

menunjukkan kebulatan otolit hampir mendekati dari bentuk lingkaran penuh.


5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bedasarkan penelitian ini dapat di simpulkan bahwa hasil dari kajian karakteristik

Biometrik Ikan Capungan Banggai di Perairan Depan TPI Dudepo Kab. Bolaang

Mongondow Selatan, yaitu menyatakan bahwa perbandingan bentuk otolit kiri dan kanan

tidak berbeda relatif sama.

5.2 Saran

Perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk mengungkap data ukuran Biometrik Otolit

pada Ikan Capungan Banggai di Perairan di Perairan Depan TPI Dudepo Kab. Bolaang

Mongondow Selatan.
DAFTAR PUSTAKA

Allen, G. R., & Steene, R. C. (1995). Notes on the ecology and behaviour of the Indonesian
cardinalfish (Apogonidae) Pterapogon kauderni Koumans. Revue française
d'aquariologie (Nancy), 22(1-2), 7-9.

Allen, G. R. (2000). Threatened fishes of the world: Pterapogon kauderni Koumans, 1933
(Apogonidae). Environmental Biology of Fishes, 57(2), 142.

Allen, G. R. and T.J. Donaldson, 2007. Pterapogon kauderni. The IUCN Red List of
Threatení-Species 2007: e.T63572A12692964.

Agüera, A. and D. Brophy, 2011. Use of saggital otolith shape analysis to discriminate
Northeast Atlantic and Western Mediterranean stocks of Atlantic saury,
Scomberesox saurus saurus (Walbaum). Elsevier - Fisheries Research 110 465– 471.

Avigliano, E.; A. Domanico; S. Sánchez and A.V. Volpedo, 2017. Otolith elemental
fingerprint and scale and otolith morphometry in Prochilodus lineatus provide
identification of natal nurseries. Elsevier - Fisheries Research 186 : 1–10

Bani, A., Poursaeid, S., & Tuset, V. M. (2013). Comparative morphology of the sagittal
otolith in three species of south Caspian gobies. Journal of Fish Biology, 82(4),
1321-1332.

Burke, N.; D. Brophy and P.A. King, 2008. Shape analysis of otolith annuli in Atlantic
herring (Clupea harengus); a new method for tracking fish populations. Elsevier-
Fisheries Research 91 133–143.

Bernardi, G. and A. Vagelli. 2004. Population structure in Banggai cardinalfish, Pterapogon


kauderni, a coral reef species lacking a pelagic larval phase. Marine Biology 145:
803–810.

Campana, S. E., & Neilson, J. D. (1985). Microstructure of fish otoliths. Canadian Journal of


Fisheries and Aquatic Sciences, 42(5), 1014-1032.

Campana, S. E. (2004). Photographic atlas of fish otoliths of the Northwest Atlantic Ocean


Canadian special publication of fisheries and aquatic sciences No. 133. NRC
Research press.
Carlos, N.S.T.;A.B. Rondonuwu and V.N.R. Watung(†), 2014. Distribusi dan Kelimpahan
Pterapogon kauderni Koumans, 1933 (Apogonidae) di Selat Lembeh Bagian Timur,
Kota Bitung. Jurnal Ilmiah Platax Vol. 2:(3).

Chulin, A. K., & Chen, H. M. (2013). Comparative morphological study of otoliths in


Taiwanese anguilliformes fishes. Journal of Marine Science and Technology, 21(7),
11.

Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S. P., & Sitepu, D. M. (2001). Pengelolaan sumberdaya wilayah
pesisir dan lautan secara terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Erdmann M. and Vagelli A., 2001. Banggai kardinalfish invade Lembeh Strait. Coral Reefs
20:252–253

Efendi 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogjakarta

Froese, R., D. Pauly, 2020. FishBase (Editors). Pterapogon kauderni Koumans, 1933.
Accessed through: World Register of Marine Species at:
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetailsdanid=282494

Gallardo-Cabello, M., Espino-Barr, E., Cabral-Solís, E. G., Puente-Gómez, M., & Garcia-
Boa, A. (2014). Morphometric analysis on sagitta, asteriscus and lapillus of
Shortnose Mojarra Diapterus brevirostris (Teleostei: Gerreidae) in Cuyutlan coastal
Lagoon, Colima, Mexico. Revista de Biologia Marina Y Oceanografia, 49(2), 209-
223.

Gunawan, Setiawati KM, Hutapea JH. 2011. Produktivitas Induk Ikan Capungan Banggai
(Pterapogon kauderni) F0 dan F1 di Hatcheri. Prosiding Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur.

Hutapea JH, Setiawati KM, gunawan. 2009. Hubungan panjang berat dan aspek reproduksi
ikan Capungan Banggai. Prosiding Seminar nasional Perikanan Indonesia. Jakarta.

ICES. (2004). Recruitment studies: Manual precision and accuracy of tools (p.35). ICES
Techniques in Marine Environmental Sciences No.33. Copenhagen: International
Council for the Exploration of the Sea

Jawad, L. A., Al‐Jufaili, S. A., & Al‐Shuhaily, S. S. (2008). Morphology of the otolith of the
greater lizardfish Saurida tumbil (Pisces: Synodontidae). Journal of Natural
History, 42(35-36), 2321-2330
Jawad, L. A., Ambuali, A., Al-Mamry, J. M., & Al-Busaidi, H. K. (2011). Relationships
between fish length and otolith length, width and weight of the Indian mackerel
Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1817) collected from the Sea of Oman. Croatian
Journal of Fisheries, 69(2), 51-61.

Jawad L.; Z. Sadighzadeh and H. Al-Busaidi, 2012. The Relationship Between Fish Lenghth
and Otolith Dimentions of Mugilid Fish, Liza klizingeri (Day, 1888) Collected From
The Persian Gulf Near Bandar Abbas. Annales-Ser. hist. nat. 22-1.

Kimura, S.and K. Matsuura, 2003. Fishes of Bitung, Northern Tip of Sulawesi, Indonesia.
Ocean Research Institute, The University of Tokyo, Tokyo: 244 pp.

Kusumawardhani, N.R.; U.Y. Arbi dan Aunurohim, 2019. Analisis Preferensi Habitat Ikan
Capungan Banggai (Pterapogon kauderni) Di Lokasi Introduksi Perairan Kendari,
Sulawesi Tenggara. Seminar Nasional Kelautan XIV. Implementasi Hasil Riset
Sumber Daya Laut dan Pesisir Dalam Peningkatan Daya Saing Indonesia. Hal 47 –
59

Koumans, F. P. (1933). On a new genus and species of Apogonidae. Zoologische


Mededelingen, 16(10), 78-78.

Kolm, N., & Olsson, J. (2003). Differential investment in the Banggai cardinalfish: can
females adjust egg size close to egg maturation to match the attractiveness of a new
partner?. Journal of Fish Biology, 63, 144-151.

Ladroit, Y.; C.O. Maolagain and P.L. Horn. 2017. An investigation of otolit shape analysis as
a tool to determine stock structure of ling (Genypterus blacodes). New Zealand
Fisheries Assessment Report 2017/24. Ministry for Primary Industries, Manatu Ahu
Matua, New Zealand Government. Growing and Protecting New Zealand.

Longmore, C.; K. Fogarty; F. Neat; D. Brophy; C. Trueman; A. Milton and S. Mariani, 2010.
A comparison of otolith microchemistry and otolith shape analysis for the study of
spatial variation in a deep-sea teleost, Coryphaenoides rupestris. Environ Biol Fish
89:591–605.

Makatipu, P.Ch., 2018. Status Ikan Capungan “Banggai Kardinalfish” (Pterapogon


kauderni) Di Selat Lembeh, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Prosiding Seminar
Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya Laut dan Pesisir Sulawesi Utara dan
Sekitarnya. Halaman 110 – 121.
Marini, F. C. (1996). My notes and observations on raising and breeding the banggai
cardinalfish. J. MaquaCult, 4(4), 1-4.

Me´rigot, B.; Y. Letourneur and R. Lecomte-Finiger, 2007. Characterization of local


populations of the common sole Solea solea (Pisces, Soleidae) in the NW
Mediterranean through otolith morphometrics and shape analysis. Mar Biol
151:997–1008.

Moore, A.M. and Ndobe S., 2007. Discovery of an introduced Banggai Cardinalfish
population in Palu Bay, Central Sulawesi, Indonesia. Coral Reefs (2007) 26:569.

Myers, P.; R. Espinosa; C. S. Parr; T. Jones; G. S. Hammond and T. A. Dewey. 2020. The
Animal Diversity Web (online). Accessed at https://animaldiversity.org.

Ndobe, S., 2011. Pertumbuhan Ikan Hias Banggai CardinalFish (Pterapogon Kauderni)
Pada Media Pemeliharaan Salinitas Yang Berbeda. Media Litbang Sulteng IV (1) :
52 – 56.

Ndobe S.; Soemarno; E.Y. Herawati and D. Setyohadi, 2013a. Life History Of Banggai
Kardinalfish, Pterapogon kauderni (Actinopterygii: Perciformes: Apogonidae),
From Banggai Islands And Palu Bay, Sulawesi, Indonesia Acta. Ichthyol. Piscat. 43
237–250.

Ndobe S.; A. Moore; A.I.M. Salanggon and Muslihuddin, 2013b. Banggai kardinalfish
(Pterapogon kauderni) Management: an Ecosystem-Based Approach. Mar. Fish. 4
115 126.

Ndobe, S., Moore, A., Yasir, I., & Jompa, J. (2019, April). Banggai cardinalfish conservation:
Priorities, opportunities, and risks. In IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science (Vol. 253, No. 1, p. 012033). IOP Publishing.

Pavlov, D.A., 2016. Differentiation of Three Species of the Genus Upeneus (Mullidae) Based
on Otolith Shape Analysis. ournal of Ichthyology. Vol. 56, No. 1, pp. 37–51

Putra, R. M. (2009). Pola Lingkaran Pertumbuhan Otolith Ikan Gabus (Channa striata) di
Perairan Sungai Siak Provinsi Riau. Berkala Perikanan Terubuk, 37(2).

Popper, A. N., Ramcharitar, J., & Campana, S. E. (2005). Why otoliths? Insights from inner
ear physiology and fisheries biology. Marine and freshwater Research, 56(5), 497-
504.
Polito, M. J., Trivelpiece, W. Z., Karnovsky, N. J., Ng, E., Patterson, W. P., & Emslie, S. D.
(2011). Integrating stomach content and stable isotope analyses to quantify the diets
of pygoscelid penguins. PloS one, 6(10), e26642.

Prihatiningsih dan Hartati.S.T, 2012. Biologi Reproduksi dan Kebiasaan Makan Ikan
Banggai Kardinal (Pteraogon kauderni, Koumans 1933) di Perairan Banggai
Kepulauan. Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap vol.4 1 April 2012 hal. 6.

Prihatiningsih, P., & Hartati, S. T. (2016). Biologi Reproduksi Dan Kebiasaan Makan Ikan
Banggai Cardinal (Pterapogon Kauderni, Koumans 1933) Di Perairan Banggai
Kepulauan. Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap, 4(1), 1-8.

Rudi E, Muchsin I. 2010. Ikan Karang Perairan Aceh dan Sekitarnya. Bandung: Penerbit
Lubuk Agung

Rodríguez Mendoza, R. P. (2006). Otoliths and their applications in fishery science. Croatian


Journal of Fisheries: Ribarstvo, 64(3), 89-102.

Rondonuwu, A.B., 2020 Disertasi Karakteristik Ikan Kardinal Banggai Pterapogon kauderni
Koumans, 1933 Di Selat Lembeh, Tumbak, Provinsi Sulawesi Utara, Dan
Kepulauan Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah

Sadighzadeh, Z., Otero-Ferrer, J. L., Lombarte, A., Fatemi, M. R., & Tuset, V. M. (2014). An
approach to unraveling the coexistence of snappers (Lutjanidae) using otolith
morphology. Scientia Marina, 78(3), 353-362.

Secor, D.H; J.M. Dean, E.H. Laban, 1992. Otolith removal and preparation for microchemi-
cal examination. In: D.Stevenson and S. Campana (Eds), Otolith microstructure
examination and analysis. Canadian Special Publication of Fisheries and Aquatic
Sciences Volume. 117. Ottawa, Canada: pp. 19–57.

Seyfabadi J, Afshari M, Valinassab T. 2014. Otolith morphology and body size relationships
of Nemipterus japonicus (Bloch, 1791) in the Northern Oman Sea. Indian Journal of
Fisheries, 61(2): 112–117.

Tuset,V.M., Lombarte,A.,González, J.A., Pertusa, J. F.,& Lorente,M.J. (2003).


Comparativemorphology of the sagittal otolith in Serranus spp. Journal of Fish
Biology, 63, 1491–1504.

Tuset, V. M., Lombarte, A., & Assis, C. A. (2008). Otolith atlas for the western
Mediterranean, north and central eastern Atlantic. Scientia Marina, 72(S1), 7-198.
Vagelli, A.A. 1999. The reproductive biology and early ontogeny of the mouthbrooding
Banggai cardinalfish, Pterapogon kauderni (Perciformes, Apogonidae). Env. Biol.
Fish. 56: 79-92

Vagelli, A. A., & Erdmann, M. V. (2002). First comprehensive ecological survey of the
Banggai cardinalfish, Pterapogon kauderni. Environmental biology of Fishes, 63(1),
1-8.

Vagelli, A.A. and M.V. Erdmann, 2002. First comprehensive ecological survey of the
Banggai cardinalfish, Pterapogon kauderni. Environmental Biology of Fishes 63:
1–8, 2002

Vagelli, A. A., & Volpedo, A. V. (2004). Reproductive ecology of Pterapogon kauderni, an


endemic apogonid from Indonesia with direct development. Environmental Biology
of Fishes, 70(3), 235-245.

Vagelli, A. A. (2005). Reproductive biology, geographic distribution and ecology of the


Banggai Cardinalfish Pterapogon kauderni Koumans, 1933 (Perciformes,
Apogonidae), with considerations on the conservation status of this species on its
natural habitat (Doctoral dissertation, Dissertation]. Buenos Aires (AR): University
of Buenos Aires).

Vagelli, A. A. (2008). The unfortunate journey of Pterapogon kauderni: A remarkable


apogonid endangered by the international ornamental fish trade, and its case in
CITES. SPC Live Reef Fish Information Bulletin, 18, 17-28.

Vagelli, A. A. (2011). The Banggai cardinalfish: natural history, conservation, and culture


of Pterapogon kauderni. John Wiley & Sons.

Valinassab, T., Seifabadi, J., Homauni, H., & Bandpei, M. A. A. (2012). Relationships
between fish size and otolith morphology in ten clupeids from the Persian Gulf and
Gulf of Oman/Relations entre la taille du poisson et la morphologie des otolithes
chez dix clupeides du golfe Persique et du golfe d'Oman. Cybium, International
Journal of Ichthyology, 36(4), 505-510.

Wujdi, A.; M. Agustina dan I. Jatmiko, 2018. Indeks bentuk otolit ikan cakalang,
Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758) dari Samudra Hindia. Jurnal Iktiologi
Indonesia, 18(2): 151-163.
Yilmaz, S., Yazicioglu, O., Saygin, S. A., & Polat, N. (2014). Relationships of otolith
dimensions with body length of European perch, Perca fluviatilis L., 1758 from
Lake Ladik, Turkey. Pakistan Journal of Zoology, 46(5), 1231-1238.

Yilmaz, S., Yazicioğlu, O., Yazici, R., & Polat, N. (2015). Relationships between fish length
and otolith size for five cyprinid speciesfrom Lake Ladik, Samsun, Turkey. Turkish
Journal of Zoology, 39(3), 438-446.

Zischke, M.T.; L. Litherland; B.R. Tilyard; N.J. Stratford; E.L. Jones and Y.G. Wang, 2016.
Otolith morphology of four mackerel species (Scomberomorus spp.) in Australia:
Species differentiation and prediction for fisheries monitoring and assessment.
Elsevier - Fisheries Research 176 : 39–47.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Otolit Kiri (Bulu Babi)

Otolith Kiri
No. Foto Area Lebar Panjang
Perimeter (OP)
(OA) (OW) (OL)
1 BB1_L 15,44 4,2 4,30 16,71
2 BB2_L 15,60 4,31 4,67 16,62
3 BB3_L 17,13 4,47 5,00 17,67
4 BB4_L 15,91 4,51 4,71 16,91
5 BB5_L 6,55 2,71 3,02 10,39
6 BB6_L 15,88 4,43 4,60 18,62
7 BB7_L 16,54 4,54 4,68 18,25
8 BB8_L 10,66 3,56 3,88 14,20
9 BB9_L 14,86 4,32 4,49 16,35
10 BB10_L 16,94 4,40 4,66 19,03
11 BB11_L 12,83 4,04 4,08 16,82
12 BB12_L 15,20 4,16 4,70 17,34
13 BB13_L 14,72 4,33 4,38 17,26
14 BB14_L 15,71 4,45 4,61 17,20
15 BB15_L 15,23 4,28 4,33 17,33
16 BB16_L 15,88 4,24 4,77 17,17
17 BB17_L 14,02 4,32 4,33 16,22
18 BB18_L 15,81 4,47 4,55 16,62
19 BB19_L 14,02 4,07 4,26 15,91
20 BB20_L 15,66 4,15 4,74 16,25
21 BB21_L 15,40 4,18 4,71 16,72
22 BB22_L 16,09 4,35 4,45 17,40
23 BB23_L 6,06 2,75 2,76 10,44
24 BB24_L 10,06 3,40 3,70 13,11
25 BB25_L 12,59 3,57 3,66 15,03
26 BB26_L 14,46 4,12 4,56 15,79
27 BB27_L 15,29 4,17 4,69 16,80
28 BB28_L 14,44 4,07 4,64 16,73
29 BB29_L 14,22 4,18 4,25 15,87
30 BB30_L 15,44 4,27 4,53 17,47
31 BB31_L 12,93 3,94 4,19 15,04
32 BB32_L 13,56 4,17 4,31 15,65
33 BB33_L 12,99 3,89 4,27 15,26
34 BB34_L 10,09 3,52 3,57 13,21
35 BB35_L 12,48 3,91 4,10 14,96
36 BB36_L 14,28 4,01 4,25 17,60
Otolith Kiri
No. Foto Area Lebar Panjang
Perimeter (OP)
(OA) (OW) (OL)
37 BB37_L 13,14 3,86 4,34 16,09
38 BB38_L 13,84 3,99 4,46 15,92
39 BB39_L 14,05 4,21 4,33 15,65
40 BB40_L 14,32 4,20 4,44 15,95
41 BB41_L 12,33 3,96 4,05 15,52
42 BB42_L 15,02 4,32 4,58 16,71
43 BB43_L 13,76 3,92 4,40 16,08
44 BB44_L 13,36 3,77 4,57 15,70
45 BB45_L 10,95 3,61 3,76 14,15
46 BB46_L 14,74 4,29 4,33 16,14
47 BB47_L 16,20 4,48 4,79 16,90
48 BB48_L 12,66 3,83 4,08 14,94
49 BB49_L 13,33 3,94 4,24 15,68
50 BB50_L 14,63 4,17 4,37 16,85
Lampiran 2. Hasil Pengukuran Otolit Kanan (Bulu Babi)
Otholit Kanan
Foto Area Lebar Panjang
Perimeter (OP)
(OA) (OW) (OL)
BB1_R 14,36 4,12 4,46 16,19
BB2_R 16,36 4,62 4,67 17,81
BB3_R 16,07 4,46 4,69 16,95
BB4_R 17,80 4,63 4,81 17,75
BB5_R 6,80 2,78 2,92 11,16
BB6_R 14,45 4,22 4,41 16,27
BB7_R 16,29 4,51 4,69 16,92
BB8_R 10,17 3,48 3,61 14,33
BB9_R 14,33 4,02 4,56 16,31
BB10_R 16,59 4,45 4,70 18,15
BB11_R 13,27 3,78 4,33 16,29
BB12_R 15,25 4,19 4,55 16,18
BB13_R 13,84 4,01 4,34 15,64
BB14_R 14,70 4,22 4,33 16,55
BB15_R 17,48 4,55 4,83 19,04
BB16_R 15,16 4,35 4,52 17,09
BB17_R 14,21 4,23 4,28 15,91
BB18_R 17,35 4,46 4,83 17,40
BB19_R 14,42 4,17 4,46 16,15
BB20_R 13,69 3,92 4,74 16,38
BB21_R 15,27 4,19 4,66 16,52
BB22_R 15,65 4,36 4,63 17,08
BB23_R 4,94 2,44 2,55 9,24
BB24_R 9,96 3,50 3,60 13,04
BB25_R 13,72 3,42 3,76 16,61
BB26_R 14,65 4,16 4,49 15,93
BB27_R 16,10 4,34 4,82 17,13
BB28_R 14,58 4,14 4,51 16,07
BB29_R 14,56 4,17 4,48 15,79
BB30_R 17,18 4,12 4,64 18,08
BB31_R 14,72 4,31 4,54 16,04
BB32_R 13,77 4,12 4,39 16,63
BB33_R 12,67 3,83 4,21 14,91
BB34_R 8,63 3,19 3,37 12,32
BB35_R 12,96 3,98 4,17 16,17
BB36_R 14,24 4,08 4,48 16,05
BB37_R 13,74 3,95 4,32 15,86
BB38_R 14,71 4,26 4,45 17,09
BB39_R 13,14 4,10 4,16 15,44
BB40_R 14,10 4,08 4,38 15,45
Otholit Kanan
Foto Area Lebar Panjang
Perimeter (OP)
(OA) (OW) (OL)
BB41_R 13,31 3,72 4,26 16,22
BB42_R 15,07 3,91 4,39 17,22
BB43_R 14,11 4,04 4,38 16,04
BB44_R 12,56 3,77 4,28 14,53
BB45_R 13,37 3,94 4,34 15,15
BB46_R 16,95 3,71 4,24 17,06
BB47_R 14,10 3,85 4,51 16,19
BB48_R 11,70 3,70 3,89 14,40
BB49_R 13,90 4,00 4,37 15,16
BB50_R 15,38 4,16 4,61 17,27
Lampiran 3. Hasil Pengukuran Otolit Kiri (Anemon)
Otholit Kiri
Foto Area Lebar Panjang
Perimeter (OP)
(OA) (OW) (OL)
AN1_L 14,62 4,09 4,47 16,26
AN2_L 12,5 3,81 4,08 14,22
AN4_L 7,15 2,92 3,08 10,73
AN5_L 5,25 2,46 2,54 9,53
AN6_L 3,56 2,10 2,11 8,41
AN7_L 4,08 2,52 2,62 9,22
AN8_L 12,5 3,86 4,20 15,30
AN9_L 11,66 3,66 4,05 15,21
AN10_L 13,39 3,84 4,33 15,65
AN11_L 10,41 3,54 3,67 24,97
AN12_L 8,21 3,12 3,17 12,21
AN13_L 7,33 2,94 2,98 11,12
AN14_L 5,66 2,58 2,62 9,67
AN15_L 7,92 3,08 3,20 11,8
AN16_L 8,19 3,04 3,30 12,55
AN17_L 9,10 3,21 3,55 12,69
AN18_L 10,81 3,38 3,57 14,00
AN19_L 9,73 3,43 3,53 13,58
AN20_L 6,33 2,76 2,83 11,54
AN21_L 7,25 2,75 3,01 11,25
AN22_L 14,44 3,97 4,62 16,55
AN23_L 8,89 3,14 3,15 13,00
AN24_L 5,92 2,84 2,88 10,18
AN25_L 4,73 2,64 2,65 9,11
AN26_L 5,45 2,58 2,69 10,32
AN27_L 5,13 2,48 2,59 9,78
AN28_L 4,48 2,30 2,54 9,43
AN30_L 5,17 2,44 2,67 9,72
AN31_L 4,99 2,44 2,6 9,36
AN32_L 5,10 2,44 2,67 9,69
AN33_L 4,17 2,17 2,49 8,71
AN34_L 3,26 1,84 2,31 7,28
AN35_L 3,81 2,32 3,34 8,86
AN36_L 4,67 2,35 2,55 9,10
AN37_L 3,09 2,08 2,09 8,03
AN39_L 4,14 2,24 2,38 8,08
AN40_L 3,30 1,92 2,17 7,33
AN41_L 3,21 1,96 2,07 8,39
AN46_L 2,93 1,84 2,03 7,55
Lampiran 4. Hasil Pengukuran Otolit Kanan (Anemon)
Otholit Kanan
Foto Area Lebar Panjang
Perimeter (OP)
(OA) (OW) (OL)
AN1_R 15,75 4,38 4,57 16,38
AN2_R 12,20 3,89 3,93 14,44
AN4_R 7,33 2,90 3,22 11,17
AN5_R 5,38 2,51 2,81 9,94
AN6_R 3,57 2,10 2,65 7,92
AN7_R 4,24 2,51 2,97 9,24
AN8_R 7,02 2,81 3,13 10,93
AN9_R 11,29 3,56 3,97 14,35
AN10_R 13,55 4,23 4,31 15,46
AN11_R 10,78 3,82 3,92 14,18
AN12_R 9,43 3,27 3,64 13,08
AN13_R 5,94 2,67 2,81 10,18
AN14_R 4,27 2,49 2,52 9,04
AN15_R 8,23 3,05 3,42 12,32
AN16_R 8,44 3,10 3,50 12,21
AN17_R 9,63 3,31 3,62 13,51
AN18_R 10,51 3,55 3,65 13,11
AN19_R 10,28 3,45 3,86 13,48
AN20_R 7,08 2,73 2,96 11.40
AN21_R 7,88 3,06 3,26 11,89
AN22_R 13,47 4,01 4,22 15,4
AN23_R 8,27 3,24 3,37 12,84
AN24_R 6,39 2,76 2,9 10,3
AN25_R 5,27 2,49 2,68 9,75
AN26_R 5,18 2,45 2,58 9,97
AN27_R 5,33 2,47 2,78 9,78
AN28_R 4,39 2,31 2,45 9,38
AN30_R 4,85 2,43 2,49 11,17
AN31_R 4,52 2,36 2,51 9,80
AN32_R 4,66 2,46 2,52 8,85
AN33_R 3,95 2,12 2,34 8,06
AN34_R 3,59 2,07 2,11 7,89
AN35_R 4,11 3,58 4,22 10,08
AN36_R 4,87 2,40 2,55 9,18
AN37_R 3,63 1,91 1,98 8,86
AN39_R 3,92 2,15 2,20 9,08
AN40_R 3,80 1,94 2,11 7,89
AN41_R 3,56 2,11 2,18 7,58
AN46_R 3,01 2,01 2,12 7,39
(OL (OW
No. Foto (OA) (OP) FF Rnd Cir Rec Ell AR
) )

16,2 18,0
1 AN1_L 4,47 4,09 14,62 6 0,69 0,20 8 0,80 0,04 1,09
14,2 16,1
2 AN2_L 4,08 3,81 12,5 2 0,78 0,24 8 0,80 0,03 1,07
10,7 16,1
3 AN4_L 3,08 2,92 7,15 3 0,78 0,42 0 0,80 0,03 1,05
17,3
4 AN5_L 2,54 2,47 5,25 9,53 0,73 0,62 0 0,84 0,01 1,03
19,8
5 AN6_L 2,11 2,10 3,56 8,41 0,63 0,90 7 0,80 0,00 1,00
20,8
6 AN7_L 2,62 2,52 4,08 9,22 0,60 0,58 4 0,62 0,02 1,04
15,3 18,7
7 AN8_L 4,20 3,86 12,5 0 0,67 0,23 3 0,77 0,04 1,09
15,2 19,8
8 AN9_L 4,05 3,66 11,66 1 0,63 0,24 4 0,79 0,05 1,11
15,6 18,2
9 AN10_L 4,33 3,84 13,39 5 0,69 0,21 9 0,81 0,06 1,13
24,9 59,8
10 AN11_L 3,67 3,54 10,41 7 0,21 0,30 9 0,80 0,02 1,04
12,2 18,1
11 AN12_L 3,17 3,12 8,21 1 0,69 0,40 6 0,83 0,01 1,02
11,1 16,8
12 AN13_L 2,98 2,94 7,33 2 0,74 0,45 7 0,84 0,01 1,01
16,5
13 AN14_L 2,62 2,58 5,66 9,67 0,76 0,58 2 0,84 0,01 1,02
11,8 17,5
14 AN15_L 3,20 3,08 7,92 0 0,71 0,39 8 0,80 0,02 1,04
12,5 19,2
15 AN16_L 3,30 3,04 8,19 5 0,65 0,37 3 0,82 0,04 1,09
12,6 17,7
16 AN17_L 3,55 3,21 9,10 9 0,71 0,32 0 0,80 0,05 1,11
14,0 18,1
17 AN18_L 3,57 3,38 10,81 0 0,69 0,31 3 0,90 0,03 1,06
13,5 18,9
18 AN19_L 3,53 3,43 9,73 8 0,66 0,32 5 0,80 0,01 1,03
11,5 21,0
19 AN20_L 2,83 2,76 6,33 4 0,60 0,50 4 0,81 0,01 1,03
11,2 17,4
20 AN21_L 3,01 2,75 7,25 5 0,72 0,44 6 0,88 0,05 1,09
16,5 18,9
21 AN22_L 4,62 3,97 14,44 5 0,66 0,19 7 0,79 0,08 1,16
13,0 19,0
22 AN23_L 3,15 3,14 8,89 0 0,66 0,40 1 0,90 0,00 1,00
10,1 17,5
23 AN24_L 2,88 2,84 5,92 8 0,72 0,48 1 0,72 0,01 1,01
17,5
24 AN25_L 2,65 2,64 4,73 9,11 0,72 0,57 5 0,68 0,00 1,00
10,3 19,5
25 AN26_L 2,69 2,58 5,45 2 0,64 0,55 4 0,79 0,02 1,04
18,6
26 AN27_L 2,59 2,48 5,13 9,78 0,67 0,60 4 0,80 0,02 1,04
19,8
27 AN28_L 2,54 2,30 4,48 9,43 0,63 0,62 5 0,77 0,05 1,10
18,2
28 AN30_L 2,67 2,44 5,17 9,72 0,69 0,56 7 0,79 0,05 1,09
17,5
29 AN31_L 2,6 2,44 4,99 9,36 0,72 0,59 6 0,79 0,03 1,07
18,4
30 AN32_L 2,67 2,45 5,10 9,69 0,68 0,56 1 0,78 0,04 1,09
18,1
31 AN33_L 2,49 2,17 4,17 8,71 0,69 0,65 9 0,77 0,07 1,15
16,2
32 AN34_L 2,31 1,84 3,26 7,28 0,77 0,75 6 0,77 0,11 1,26
20,6
33 AN35_L 3,34 2,32 3,81 8,86 0,61 0,36 0 0,49 0,18 1,44
17,7
34 AN36_L 2,55 2,35 4,67 9,10 0,71 0,62 3 0,78 0,04 1,09
20,8
35 AN37_L 2,09 2,08 3,09 8,03 0,60 0,92 7 0,71 0,00 1,00
15,7
36 AN39_L 2,38 2,25 4,14 8,08 0,80 0,71 7 0,77 0,03 1,06
16,2
37 AN40_L 2,17 1,92 3,30 7,33 0,77 0,85 8 0,79 0,06 1,13
21,9
38 AN41_L 2,07 1,96 3,21 8,39 0,57 0,93 3 0,79 0,03 1,06
19,4
39 AN46_L 2,03 1,84 2,93 7,55 0,65 0,97 5 0,78 0,05 1,10
16,7 18,0
40 BB1_L 4,30 4,2 15,44 1 0,69 0,22 8 0,85 0,01 1,02
16,6 17,7
41 BB2_L 4,67 4,31 15,60 2 0,71 0,18 1 0,78 0,04 1,08
17,6 18,2
42 BB3_L 5,00 4,47 17,13 7 0,69 0,16 3 0,77 0,06 1,12
16,9 17,9
43 BB4_L 4,71 4,51 15,91 1 0,70 0,18 7 0,75 0,02 1,04
10,3 16,4
44 BB5_L 3,02 2,71 6,55 9 0,76 0,44 8 0,80 0,05 1,11
18,6 21,8
45 BB6_L 4,60 4,43 15,88 2 0,58 0,19 3 0,78 0,02 1,04
18,2 20,1
46 BB7_L 4,68 4,54 16,54 5 0,62 0,18 4 0,78 0,02 1,03
14,2 18,9
47 BB8_L 3,88 3,56 10,66 0 0,66 0,27 2 0,77 0,04 1,09
16,3 17,9
48 BB9_L 4,49 4,32 14,86 5 0,70 0,20 9 0,77 0,02 1,04
19,0 21,3
49 BB10_L 4,66 4,40 16,94 3 0,59 0,18 8 0,83 0,03 1,06
16,8 22,0
50 BB11_L 4,08 4,04 12,83 2 0,57 0,24 5 0,78 0,00 1,01
17,3 19,7
51 BB12_L 4,70 4,16 15,20 4 0,63 0,18 8 0,78 0,06 1,13
17,2 20,2
52 BB13_L 4,38 4,33 14,72 6 0,62 0,21 4 0,78 0,01 1,01
17,2 18,8
53 BB14_L 4,61 4,45 15,71 0 0,67 0,19 3 0,77 0,02 1,04
17,3 19,7
54 BB15_L 4,33 4,28 15,23 3 0,64 0,21 2 0,82 0,01 1,01
17,1 18,5
55 BB16_L 4,77 4,25 15,88 7 0,68 0,18 6 0,78 0,06 1,12
16,2 18,7
56 BB17_L 4,33 4,32 14,02 2 0,67 0,21 7 0,75 0,00 1,00
16,6 17,4
57 BB18_L 4,55 4,47 15,81 2 0,72 0,19 7 0,78 0,01 1,02
15,9 18,0
58 BB19_L 4,26 4,07 14,02 1 0,70 0,22 5 0,81 0,02 1,05
16,2 16,8
59 BB20_L 4,74 4,15 15,66 5 0,74 0,18 6 0,80 0,07 1,14
16,7 18,1
60 BB21_L 4,71 4,18 15,40 2 0,69 0,18 5 0,78 0,06 1,13
17,4 18,8
61 BB22_L 4,45 4,35 16,09 0 0,67 0,20 2 0,83 0,01 1,02
10,4 17,9
62 BB23_L 2,76 2,75 6,06 4 0,70 0,53 9 0,80 0,00 1,00
13,1 17,0
63 BB24_L 3,70 3,40 10,06 1 0,74 0,29 8 0,80 0,04 1,09
15,0 17,9
64 BB25_L 3,66 3,57 12,59 3 0,70 0,30 4 0,96 0,01 1,03
15,7 17,2
65 BB26_L 4,56 4,12 14,46 9 0,73 0,19 4 0,77 0,05 1,11
16,8 18,4
66 BB27_L 4,69 4,17 15,29 0 0,68 0,18 6 0,78 0,06 1,12
16,7 19,3
67 BB28_L 4,64 4,07 14,44 3 0,65 0,19 8 0,76 0,07 1,14
15,8 17,7
68 BB29_L 4,25 4,18 14,22 7 0,71 0,22 1 0,80 0,01 1,02
17,4 19,7
69 BB30_L 4,53 4,27 15,44 7 0,64 0,19 7 0,80 0,03 1,06
15,0 17,4
70 BB31_L 4,19 3,94 12,93 4 0,72 0,23 9 0,78 0,03 1,06
15,6 18,0
71 BB32_L 4,31 4,17 13,56 5 0,70 0,22 6 0,75 0,02 1,03
15,2 17,9
72 BB33_L 4,27 3,89 12,99 6 0,70 0,22 3 0,78 0,05 1,10
13,2 17,2
73 BB34_L 3,57 3,52 10,09 1 0,73 0,31 9 0,80 0,01 1,01
14,9 17,9
74 BB35_L 4,10 3,91 12,48 6 0,70 0,24 3 0,78 0,02 1,05
17,6 21,6
75 BB36_L 4,25 4,01 14,28 0 0,58 0,22 9 0,84 0,03 1,06
16,0 19,7
76 BB37_L 4,34 3,86 13,14 9 0,64 0,21 0 0,78 0,06 1,12
15,9 18,3
77 BB38_L 4,46 3,99 13,84 2 0,69 0,20 1 0,78 0,06 1,12
15,6 17,4
78 BB39_L 4,33 4,21 14,05 5 0,72 0,21 3 0,77 0,01 1,03
15,9 17,7
79 BB40_L 4,44 4,20 14,32 5 0,71 0,20 7 0,77 0,03 1,06
15,5 19,5
80 BB41_L 4,05 3,96 12,33 2 0,64 0,24 4 0,77 0,01 1,02
16,7 18,5
81 BB42_L 4,58 4,32 15,02 1 0,68 0,19 9 0,76 0,03 1,06
16,0 18,7
82 BB43_L 4,40 3,92 13,76 8 0,67 0,21 9 0,80 0,06 1,12
15,7 18,4
83 BB44_L 4,57 3,77 13,36 0 0,68 0,19 5 0,78 0,10 1,21
14,1 18,2
84 BB45_L 3,76 3,61 10,95 5 0,69 0,28 9 0,81 0,02 1,04
16,1 17,6
85 BB46_L 4,33 4,29 14,74 4 0,71 0,21 7 0,79 0,00 1,01
16,9 17,6
86 BB47_L 4,79 4,48 16,20 0 0,71 0,17 3 0,75 0,03 1,07
14,9 17,6
87 BB48_L 4,08 3,83 12,66 4 0,71 0,24 3 0,81 0,03 1,07
15,6 18,4
88 BB49_L 4,24 3,94 13,33 8 0,68 0,22 4 0,80 0,04 1,08
16,8 19,4
89 BB50_L 4,37 4,17 14,63 5 0,65 0,21 1 0,80 0,02 1,05
Lampiran 5. Indeks Perhitunan Otolit Kiri

Mean 3,75 3,51 10,90 13,96 0,68 0,35 18,98 0,79 0,03 1,07
SD 0,86 0,81 4,47 3,51 0,07 0,21 4,59 0,05 0,03 0,06
SEM 0,09 0,09 0,47 0,37 0,01 0,02 0,49 0,01 0,00 0,01
Max 3,84 3,59 11,37 14,33 0,68 0,37 19,46 0,79 0,04 1,08
Min 3,66 3,42 10,42 13,59 0,67 0,33 18,49 0,78 0,03 1,06
89,0 89,0
Jumlah Data 0 89,00 89,00 89,00 0 89,00 89,00 89,00 89,00 89,00
(OL (OW (OA (OP Rn Re
No. Foto FF Cir Ell AR
) ) ) ) d c
16,3 0,7 0,1 17,0 0,7 0,0 1,0
1 AN1_R 4,57 4,38 15,8 8 4 9 4 9 2 4
12,2 14,4 0,7 0,2 17,0 0,8 0,0 1,0
2 AN2_R 3,93 3,89 0 4 3 6 9 0 1 1
11,1 0,7 0,3 17,0 0,7 0,0 1,1
3 AN4_R 3,22 2,90 7,33 7 4 9 2 8 5 1
0,6 0,5 18,3 0,7 0,0 1,1
4 AN5_R 2,81 2,51 5,38 9,94 8 1 6 6 6 2
0,7 0,5 17,5 0,6 0,1 1,2
5 AN6_R 2,65 2,10 3,57 7,92 1 7 7 4 2 6
0,6 0,4 20,1 0,5 0,0 1,1
6 AN7_R 2,97 2,51 4,24 9,24 2 5 4 7 8 8
10,9 0,7 0,4 17,0 0,8 0,0 1,1
7 AN8_R 3,13 2,81 7,02 3 4 1 2 0 5 1
14,3 0,6 0,2 18,2 0,8 0,0 1,1
8 AN9_R 3,97 3,56 11,3 5 9 5 4 0 5 2
AN10_ 15,4 0,7 0,2 17,6 0,7 0,0 1,0
9 R 4,31 4,23 13,6 6 1 2 4 4 1 2
AN11_ 14,1 0,6 0,2 18,6 0,7 0,0 1,0
10 R 3,92 3,82 10,8 8 7 6 5 2 1 3
AN12_ 13,0 0,6 0,3 18,1 0,7 0,0 1,1
11 R 3,64 3,27 9,43 8 9 0 4 9 5 1
AN13_ 10,1 0,7 0,5 17,4 0,7 0,0 1,0
12 R 2,81 2,67 5,94 8 2 1 5 9 3 5
AN14_ 0,6 0,6 19,1 0,6 0,0 1,0
13 R 2,52 2,49 4,27 9,04 6 3 4 8 1 1
AN15_ 12,3 0,6 0,3 18,4 0,7 0,0 1,1
14 R 3,42 3,05 8,23 2 8 4 4 9 6 2
AN16_ 12,2 0,7 0,3 17,6 0,7 0,0 1,1
15 R 3,50 3,10 8,44 1 1 3 6 8 6 3
AN17_ 13,5 0,6 0,3 18,9 0,8 0,0 1,0
16 R 3,62 3,31 9,63 1 6 1 5 0 4 9
AN18_ 13,1 0,7 0,3 16,3 0,8 0,0 1,0
17 R 3,65 3,55 10,5 1 7 0 5 1 1 3
AN19_ 13,4 0,7 0,2 17,6 0,7 0,0 1,1
18 R 3,86 3,45 10,3 8 1 7 8 7 6 2
AN20_ 0,6 0,4 18,3 0,8 0,0 1,0
19 R 2,96 2,73 7,08 11,4 8 6 6 8 4 8
AN21_ 11,8 0,7 0,3 17,9 0,7 0,0 1,0
20 R 3,26 3,06 7,88 9 0 8 4 9 3 7
AN22_ 0,7 0,2 17,6 0,8 0,0 1,0
21 R 4,22 4,01 13,5 15,4 1 2 1 0 3 5
AN23_ 12,8 0,6 0,3 19,9 0,7 0,0 1,0
22 R 3,37 3,24 8,27 4 3 5 4 6 2 4
AN24_ 0,7 0,4 16,6 0,8 0,0 1,0
23 R 2,9 2,76 6,39 10,3 6 8 0 0 2 5
AN25_ 0,7 0,5 18,0 0,7 0,0 1,0
24 R 2,68 2,49 5,27 9,75 0 6 4 9 4 8
AN26_ 0,6 0,6 19,1 0,8 0,0 1,0
25 R 2,58 2,45 5,18 9,97 5 0 9 2 3 5
AN27_ 0,7 0,5 17,9 0,7 0,0 1,1
26 R 2,78 2,47 5,33 9,78 0 2 5 8 6 3
AN28_ 0,6 0,6 20,0 0,7 0,0 1,0
27 R 2,45 2,31 4,39 9,38 3 7 4 8 3 6
AN30_ 11,1 0,4 0,6 25,7 0,8 0,0 1,0
28 R 2,49 2,43 4,85 7 9 5 3 0 1 2
AN31_ 0,5 0,6 21,2 0,7 0,0 1,0
29 R 2,51 2,36 4,52 9,80 9 3 5 6 3 6
AN32_ 0,7 0,6 16,8 0,7 0,0 1,0
30 R 2,52 2,46 4,66 8,85 5 3 1 5 1 2
AN33_ 0,7 0,7 16,4 0,8 0,0 1,1
31 R 2,34 2,12 3,95 8,06 6 3 5 0 5 0
AN34_ 0,7 0,9 17,3 0,8 0,0 1,0
32 R 2,11 2,07 3,59 7,89 2 0 4 2 1 2
AN35_ 10,0 0,5 0,2 24,7 0,2 0,0 1,1
33 R 4,22 3,58 4,11 8 1 2 2 7 8 8
AN36_ 0,7 0,6 17,3 0,8 0,0 1,0
34 R 2,55 2,40 4,87 9,18 3 2 0 0 3 6
AN37_ 0,5 1,0 21,6 0,9 0,0 1,0
35 R 1,98 1,91 3,63 8,86 8 2 3 6 2 4
AN39_ 0,6 0,8 21,0 0,8 0,0 1,0
36 R 2,20 2,15 3,92 9,08 0 3 3 3 1 2
AN40_ 0,7 0,9 16,3 0,9 0,0 1,0
37 R 2,11 1,94 3,80 7,89 7 0 8 3 4 9
AN41_ 0,7 0,8 16,1 0,7 0,0 1,0
38 R 2,18 2,11 3,56 7,58 8 4 4 7 2 3
AN46_ 0,6 0,8 18,1 0,7 0,0 1,0
39 R 2,12 2,01 3,01 7,39 9 9 4 1 3 5
16,1 0,6 0,2 18,2 0,7 0,0 1,0
40 BB1_R 4,46 4,12 14,4 9 9 0 5 8 4 8
17,8 0,6 0,1 19,3 0,7 0,0 1,0
41 BB2_R 4,67 4,62 16,4 1 5 8 9 6 1 1
16,9 0,7 0,1 17,8 0,7 0,0 1,0
42 BB3_R 4,69 4,46 16,1 5 0 8 8 7 3 5
17,8 17,7 0,7 0,1 17,7 0,8 0,0 1,0
43 BB4_R 4,81 4,63 0 5 1 7 0 0 2 4
11,1 0,6 0,4 18,3 0,8 0,0 1,0
44 BB5_R 2,92 2,78 6,80 6 9 7 2 4 2 5
16,2 0,6 0,2 18,3 0,7 0,0 1,0
45 BB6_R 4,41 4,22 14,5 7 9 1 2 8 2 5
16,9 0,7 0,1 17,5 0,7 0,0 1,0
46 BB7_R 4,69 4,51 16,3 2 1 8 7 7 2 4
14,3 0,6 0,3 20,1 0,8 0,0 1,0
47 BB8_R 3,61 3,48 10,2 3 2 1 9 1 2 4
48 BB9_R 4,56 4,02 14,3 16,3 0,6 0,1 18,5 0,7 0,0 1,1
1 8 9 6 8 6 3
BB10_ 18,1 0,6 0,1 19,8 0,7 0,0 1,0
49 R 4,70 4,45 16,6 5 3 8 6 9 3 6
BB11_ 16,2 0,6 0,2 20,0 0,8 0,0 1,1
50 R 4,33 3,78 13,3 9 3 1 0 1 7 5
BB12_ 16,1 0,7 0,1 17,1 0,8 0,0 1,0
51 R 4,55 4,19 15,3 8 3 9 7 0 4 9
BB13_ 15,6 0,7 0,2 17,6 0,8 0,0 1,0
52 R 4,34 4,01 13,8 4 1 1 7 0 4 8
BB14_ 14,7 16,5 0,6 0,2 18,6 0,8 0,0 1,0
53 R 4,33 4,22 0 5 7 1 3 0 1 3
BB15_ 19,0 0,6 0,1 20,7 0,8 0,0 1,0
54 R 4,83 4,55 17,5 4 1 7 4 0 3 6
BB16_ 17,0 0,6 0,2 19,2 0,7 0,0 1,0
55 R 4,52 4,35 15,2 9 5 0 7 7 2 4
BB17_ 15,9 0,7 0,2 17,8 0,7 0,0 1,0
56 R 4,28 4,23 14,2 1 1 2 1 8 1 1
BB18_ 17,4 0,7 0,1 17,4 0,8 0,0 1,0
57 R 4,83 4,46 17,4 0 2 7 5 1 4 8
BB19_ 16,1 0,6 0,2 18,0 0,7 0,0 1,0
58 R 4,46 4,17 14,4 5 9 0 9 8 3 7
BB20_ 16,3 0,6 0,1 19,6 0,7 0,0 1,2
59 R 4,74 3,92 13,7 8 4 8 0 4 9 1
BB21_ 16,5 0,7 0,1 17,8 0,7 0,0 1,1
60 R 4,66 4,19 15,3 2 0 8 7 8 5 1
BB22_ 17,0 0,6 0,1 18,6 0,7 0,0 1,0
61 R 4,63 4,36 15,7 8 7 9 4 8 3 6
BB23_ 0,7 0,6 17,2 0,7 0,0 1,0
62 R 2,55 2,44 4,94 9,24 3 2 8 9 2 5
BB24_ 13,0 0,7 0,3 17,0 0,7 0,0 1,0
63 R 3,60 3,50 9,96 4 4 1 7 9 1 3
BB25_ 16,6 0,6 0,2 20,1 1,0 0,0 1,1
64 R 3,76 3,42 13,7 1 2 8 1 7 5 0
BB26_ 15,9 0,7 0,2 17,3 0,7 0,0 1,0
65 R 4,49 4,16 14,7 3 3 0 2 8 4 8
BB27_ 16,1 17,1 0,6 0,1 18,2 0,7 0,0 1,1
66 R 4,82 4,34 0 3 9 7 3 7 5 1
BB28_ 16,0 0,7 0,2 17,7 0,7 0,0 1,0
67 R 4,51 4,14 14,6 7 1 0 1 8 4 9
BB29_ 15,7 0,7 0,2 17,1 0,7 0,0 1,0
68 R 4,48 4,17 14,6 9 3 0 2 8 4 7
BB30_ 18,0 0,6 0,1 19,0 0,9 0,0 1,1
69 R 4,64 4,12 17,2 8 6 9 3 0 6 3
BB31_ 16,0 0,7 0,1 17,4 0,7 0,0 1,0
70 R 4,54 4,31 14,7 4 2 9 8 5 3 5
BB32_ 16,6 0,6 0,2 20,0 0,7 0,0 1,0
71 R 4,39 4,12 13,8 3 3 1 8 6 3 7
BB33_ 14,9 0,7 0,2 17,5 0,7 0,0 1,1
72 R 4,21 3,83 12,7 1 2 3 5 9 5 0
BB34_ 12,3 0,7 0,3 17,5 0,8 0,0 1,0
73 R 3,37 3,19 8,63 2 1 5 9 0 3 6
BB35_ 16,1 0,6 0,2 20,1 0,7 0,0 1,0
74 R 4,17 3,98 13 7 2 3 8 8 2 5
BB36_ 16,0 0,6 0,2 18,0 0,7 0,0 1,1
75 R 4,48 4,08 14,2 5 9 0 9 8 5 0
BB37_ 15,8 0,6 0,2 18,3 0,8 0,0 1,0
76 R 4,32 3,95 13,7 6 9 1 1 1 4 9
BB38_ 17,0 0,6 0,2 19,8 0,7 0,0 1,0
77 R 4,45 4,26 14,7 9 3 0 6 8 2 4
BB39_ 15,4 0,6 0,2 18,1 0,7 0,0 1,0
78 R 4,16 4,10 13,1 4 9 3 4 7 1 1
BB40_ 14,1 15,4 0,7 0,2 16,9 0,7 0,0 1,0
79 R 4,38 4,08 0 5 4 1 3 9 4 7
BB41_ 16,2 0,6 0,2 19,7 0,8 0,0 1,1
80 R 4,26 3,72 13,3 2 4 2 7 4 7 5
BB42_ 17,2 0,6 0,2 19,6 0,8 0,0 1,1
81 R 4,39 3,91 15,1 2 4 1 8 8 6 2
BB43_ 16,0 0,6 0,2 18,2 0,8 0,0 1,0
82 R 4,38 4,04 14,1 4 9 1 3 0 4 8
BB44_ 14,5 0,7 0,2 16,8 0,7 0,0 1,1
83 R 4,28 3,77 12,6 3 5 2 1 8 6 4
BB45_ 15,1 0,7 0,2 17,1 0,7 0,0 1,1
84 R 4,34 3,94 13,4 5 3 1 7 8 5 0
BB46_ 17,0 0,7 0,2 17,1 1,0 0,0 1,1
85 R 4,24 3,71 17 6 3 2 7 8 7 4
BB47_ 14,1 16,1 0,6 0,2 18,5 0,8 0,0 1,1
86 R 4,51 3,85 0 9 8 0 9 1 8 7
BB48_ 11,7 14,4 0,7 0,2 17,7 0,8 0,0 1,0
87 R 3,89 3,70 0 0 1 6 2 1 3 5
BB49_ 13,9 15,1 0,7 0,2 16,5 0,8 0,0 1,0
88 R 4,37 4,00 0 6 6 1 3 0 4 9
BB50_ 17,2 0,6 0,1 19,3 0,8 0,0 1,1
89 R 4,61 4,16 15,4 7 5 9 9 0 5 1
Lampiran 6. Indeks Perhitungan Otolit Kanan
Mean 3,77 3,50 10,92 13,78 0,69 0,35 18,42 0,79 0,04 1,08
SD 0,86 0,80 4,57 3,24 0,05 0,21 1,60 0,08 0,02 0,05
SEM 0,09 0,08 0,48 0,34 0,01 0,02 0,17 0,01 0,00 0,01
Max 3,86 3,58 11,40 14,13 0,69 0,37 18,59 0,80 0,04 1,08
Min 3,68 3,41 10,44 13,44 0,68 0,32 18,25 0,78 0,03 1,07
89,0 89,0 89,0
Jumlah Data 0 89,00 89,00 89,00 89,00 89,00 89,00 89,00 0 0
Lampiran 7. Proses Pengambilan Otolit

Anda mungkin juga menyukai