OLEH
BUNAJIR
1111417006
OLEH
BUNAJIR
1111417006
Ketua Jurusan,
Budidaya Perairan Pembimbing
Fakutas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penyusun panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penyusun, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas proposal Praktek Kerja Lapangan (PKL)
yang berjudul Teknik Kultur Spirulina sp. Skala Intermediate di Balai Perikanan
Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar Sulawesi Selatan.
Proposal Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini telah di susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan moril dan materil dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan proposal praktek kerja lapangan ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan proposal praktek kerja lapangan ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penyusun menerima segala saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca agar penulis dapat termotivasi dalam
memperbaiki penulisan kedepannya .
Akhir kata penulis berharap semoga proposal Praktek Kerja Lapangan (PKL)
yang berjudul Teknik Kultur Spirulina sp. Skala Intermediate di Balai Perikanan
Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar Sulawesi Selatan. ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
No Text Hal
iv
DAFTAR GAMBAR
No Text Hal
v
BAB I
PENDAHULUAN
Budidaya pakan alami saat ini telah mengalami perkembangan dan kemajuan
yang sangat pesat. Pakan alami sangat berperan penting dalam usaha budidaya
perikanan dikarenakan pakan alami mempunyai sifat daya cerna yang baik,
mengurangi biaya produksi. Pakan alami yang sering digunakan pada produksi
biru (blue-green algae) yang telah banyak digunakan sebagai pakan alami dalam
usaha budidaya khususnya dalam pembenihan karena memiliki nilai nutrisi yang
tinggi. (Chrismada et al., 2006; Utomo et al., 2005). Kandungan protein pada
(Hariyati, 2008).
Kandungan nutrisi Spirulina sp. yang lengkap terutama protein yang tinggi
sebagai sumber protein (Amanatin, dkk 2013). Selain kandungan protein yang
jenis lain yaitu relatif cepat berproduksi serta biomassa yang dihasilkan mudah
1
dalam pemanenan. Hal ini disebabkan karena ukuran biomassa Spirulina sp. lebih
besar sehingga dapat dipisahkan dari media melalui filtrasi menggunakan filter
Spirulina banyak digunakan sebagai pakan alami tambahan untuk ikan hias
Pigmen tersebut antara lain klorofil (0,08%), beta karoten (0,23%) dan xanthofil
(0,12-0,15%). Selain sebagai pakan alami Spirulina sp. banyak digunakan sebagai
Kegunaan Spirulina sp. yang beragam menjadikan mikroalga ini berpotensi untuk
dan pemenuhan kebutuhan dari Spirulina sp. sehingga pasokan Spirulina sp. tidak
hanya bergantung pada alam (Nanik & Raden, 2018). Menurut Herawati dan
Hutabarat (2014), salah satu tujuan kultur alga adalah untuk mendapatkan
dikembangkan kultur skala semi massal ,kultur dilakukan di luar ruangan atau
biomassa Spirulina sp. yang telah dikultur pada skala laboratorium sebelumnya,
2
Pemenuhan kebutuhan nutrien untuk Spirulina sp. sangat bergantung pada
konsentrasi nutrien yang tepat menentukan produksi biomassa dan kandungan gizi
mikroalga. Jenis pupuk yang banyak dipilih masyarakat dalam kultur Spirulina sp.
adalah jenis PA (Pro Analisis) yang sudah distandarkan seperti pupuk Walne,
Guillard, dll. (Amanatin, dkk 2013). Dari berbagai riset yang menyatakan
lanjut tentang tekhnik kultur Spirullina sp. skala Intermediate di Balai Perikanan
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktek kerja lapang (PKL) ini adalah untuk memperoleh
intermediate.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktek kerja lapang (PKL) ini adalah dapat mengetahui dan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Spirulina sp. menurut Bold dan Wyne (1985) dapat dilihat pada
Kingdom : Protista
Divisi : Cyanophyta
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Nostocales
Famili : Oscilatoriaceae
Genus : Spirulina
Spesies : Spirulina sp
Gambar 1. Spirulina sp
berbentuk spiral yang bergabung menjadi satu, memiliki sel berkolom membentuk
filamen terpilin menyerupai spiral, tidak bercabang, autotrof, dan berwarna biru
kehijauan.
4
Bentuk tubuh Spirulina sp. yang menyerupai benang merupakan rangkaian sel
yang berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis, berdiameter 1-12 μm.
Filamen Spirulina sp. hidup berdiri sendiri dan dapat bergerak bebas (Tomaselli,
1997). Spirulina sp. berwarna hijau tua di dalam koloni besar yang berasal dari
klorofil dalam jumlah tinggi. Spirulina sp. memiliki struktur trichoma spiral
Spirulina sp. berukuran relatif besar yaitu 110 μm, sehingga dalam proses
1988).
Struktur sel Spirulina sp. hampir sama dengan tipe sel alga lainnya dari
terdiri dari 4 lapisan, dengan lapisan utamanya tersusun dari peptidoglikan yang
pergerakan pada Spirulina sp. yang membentuk spiral teratur dengan lebar
belokan 26-28 μm, sedangkan sel-sel pada trichoma memiliki lebar 6-8.Bagian
berfotosintesis dan mengubah energi cahaya menjadi energi kimia dalam bentuk
2.2 Reproduksi
fragmentasi dari trikoma yang telah dewasa. Reproduksi spirulina sp. terjadi
5
secara aseksual (pembelahan sel) yatiu dengan memutus filamen menjadi satuan-
satuan sel yang membentuk filamen baru. Ada tiga tahap dasar pada reproduksi
Spirulina sp. yaitu proses fragmentasi trikoma, pembesaran dan pematangan sel
hormogonium yang dimulai ketika salah satu atau beberapa sel yang terdapat di
disebut cakram pemisah berbentuk bikonkaf. Sel-sel mati yang disebut nekrida
koloni sel yang terdiri atas 2-4 sel yang disebut hormogonia dan memisahkan diri
dari filamen induk untuk menjadi trichoma baru. Hormogonia memperbanyak sel
dengan pembelahan pada sel terminal. Tahap akhir proses pendewasaan sel
ditandai terbentuknya granula pada sitoplasma dan perubahan warna sel menjadi
Analisis kimia dari Spirulina sp. dimulai pada tahun 1970 yang menunjukkan
Spirulina sp. sebagai sumber yang sangat kaya protein, vitamin dan mineral.
Kandungan protein pada Spirulina sp. bekisar antara 60% -70% dari berat kering,
mengandung provitamin A tinggi, sumber β-karoten yang kaya vitamin B12 dan
6
karbohidrat sekitar 13,6%. Spirulina sp. juga mengandung kalium, protein dengan
kandungan Gamma Linolenic Acid (GLA) yang tinggiserta vitamin B1, B2, B12
kompleks dan umum ditemukan pada alga biru hijau. Komposisi tersebut
satu dari tiga pigmen (klorofil dan karotenoid) yang mampu menangkap radiasi
sinar matahari paling efisien Fikosianin adalah pigmen yang paling dominan pada
Spirulina sp. dan jumlahnya lebih dari 20% berat kering (Borowitzka M.A, 1988).
berbagai bahan aktif penting bagi kesehatan, antara lain asam lemak tak jenuh
majemuk (Polyunsaturated Fatty Acids) yaitu asam linoleat (LA) dan a-linolenat
asam amino, dan beberapa jenis pigmen yang sangat bermanfaat. Pada beberapa
7
Spirulina dapat ditumbuhkan dalam media yang berbeda bahkan dalam media
limbah. Spirulina sp. tumbuh dengan memanfaatkan gula sebagai sumber karbon,
limbah yang berasal dari tanaman seperti limbah tapioka, limbah lateks, dan
kelapa sawit. Berdasarkan penelitian dari Sumiarsa, dkk (2011), diketahui bahwa
Spirulina sp. berhasil dijadikan sebagai biofilter pada limbah cair peternakan
oleh Spirulina sp. sebagai bahan makanan khususnya nitrat (NO3) Nitrat adalah
bentuk nitogen utama diperairan alami dan merupakan nutrien utama dalam
Pertumbuhan mikroalga dibagi menjadi empat fase yaitu fase lag, fase
Fase lag adalah fase adaptasi dimana terjadi penyesuaian sel terhadap
lingkungan baru. Pada saat adaptasi, sel mengalami defisiensi enzim atau
biokimia sel selanjutnya. Lamanya fase adaptasi dipengaruhi oleh beberapa factor
yaitu media, lingkungan pertumbuhan, dan jumlah inokulan. Pada fase lag,
8
tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga kepadatannya belum meningkat
(Hariyati, R. 2008).
sehingga kepadatan sel akan meningkat mengikuti kurva logaritmik. Pada fase
eksponensial mikraolga lebih banyak membutuhkan energi dari pada fase lainnya
penurunan dibandingkan fase eksponensial. pada saat kultur berada pada fase
meningkat hingga dua kali lipat dari kandungan protein (Bougias, 2008).
pertumbuhan sel, penurunan kualitas air, dan akumulasi metabolit (NO2- dan
NH4+). Akibatnya laju kematian sel lebih besar dibandingkan dengan laju
9
BAB III
METODOLOGI PRAKTEK
Februari sampai 23 Maret 2020 bertempat di Balai Perikanan Budidaya Air Payau
Alat yang digunakan dalam kegiatan kuktur pakan alami Spirulina sp. dapat
No Alat Fungsinya
1 Gelas ukur Sebagai alat ukur media cair
2 Kran aerasi, selang aerasi, dan Untuk mensuplaiO2dan CO2
batu aerasi
3 Kertas lebel Untuk menulis tanggal kultur
4 Selang air Untuk menarik air ke fiber
5 Fiber volume 1 ton Untuk menampung air kutur
6 Kapas Untuk mencegah kontaminasi
7 Sikat Untuk menyikat fiber yang kotor
8 Kain saring Untuk panen
9 Mikroskop Untuk mengamati
10 Timbangan Untuk menimbang
11 Magnetik stirrer dan hot plate Untuk mengaduk dan memanaskan
12 Botol bekas Sebagai wadah ukur bahan
13 Pipet Tetes Untuk mengambil sampel
14 Sedgedwitch Untuk mengamati sample
15 Refraktometer Mengukur salinitas
16 DO Meter Mengukur oksigen terlarut
17 Toples Sebagai wadah spirulina sp
18 Alat hitung Untuk menghitung sample
19 Kantong panen Sebagai alat pemanenan
10
Bahan yang digunakan dalam kegiatan kuktur pakan alami Spirulina sp. dapat
No Bahan Fungsinya
1 Spirulina sp. Organisme yang dibudidayakan
2 Air Laut Sebagai media kulur
3 Thiosulfat Untuk menetralkan air
4 Oxcalite Untuk membersikan media
5 Clorin test Untuk membunuh kuman
6 Pupuk walne Pupuk untuk spirulina
7 FeCL Sebagai bahan campuran pembuatan
pupuk walne
8 maCL₂, Sebagai bahan campuran pembuatan
pupuk walne
9 EDTA Sebagai bahan campuran pembuatan
pupuk walne
10 NₐH₂po4 Sebagai bahan campuran pembuatan
pupuk walne
11 KN03 Sebagai bahan campuran pembuatan
pupuk walne
12 Aquades Sebagai pelarut
lapangan yaitu:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh dengan wawancara langsung kepada
11
2. Data sekunder diproleh dengan cara belajar dari literature yang relevan atau
intemediate.
Prosedur kerja dalam budidaya Spirulina sp terbilang sangat mudah dan tidak
membutukan waktu yang lama. Kegiatan budidaya plankton spirulina sp. ini dapat
1. Persiapan Wadah.
5. Pesiapan pupuk.
8. Proses panen.
12
DAFTAR PUSTAKA
Amanatin D.R, Erna R, Siti. D.N.R, (2013). Produksi Protein Sel Tunggal (PST)
Spirulina sp. Sebagai Super Food dalam Upaya Penanggulangan Gizi Buruk
dan Kerawanan Panga Di Indonesia. Institut Teknologi Sepuluh November.
Cahyaningsih, S., & Subyakto, S. (2009). Kultur Massal scenedesmus sp. sebagai
Upaya Penyedia Pakan Rotifera dalam Bentuk Alami Maupun Konsentrat.
Jurnal Ilmiah Perikanan & Kelautan. 1 (2) : 143-147.
Chrismada, T., Lily, P., & Yayah, M. (2006). Pengaruh Konsentrasi Nitrogen &
Fosfor terhadap Pertumbuhan, Kandungan Protein, Karbohidrat &
Fikosianin pada Kultur Spirulina fusiformis. Berita Biologi, 8 (3):163-
169.
13
Herawati, V. E, & Hutabarat, J. (2014). Pengaruh pertumbuhan, lemak & profil
asam amino essensial skeletonema costatum dalam kultur massa
menggunakan media kultur teknis yang berbeda. Jurnal Aquasains. 2(3):
221- 226.
Nanik, R. B., & Raden Q. N., (2018). Studi Pertumbuhan Populasi Spirulina sp.
pada Skala Kultur yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan ,
10 (1), 26-33.
Rusyani, E., Sapta A. I. M., Lydia E., (2007). Budidaya Fitoplankton Skala
Laboratorium dalam Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Balai
Budidaya Laut Lampung. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya.
Departemen Kelautan dan Perikanan: 9. Lampung. hal. 48-59.
Rusyani. E., (2014). Pakan Alami. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Hasil
Penelitian Perikanan dan Kelautan. Jurusan Perikanan dan Kelautan.
UGM. Yogyakarta.
Sukardi, P., Winanto, T., Hartoyo, Pramono, T. B., & Wibowo, E. S. (2014).
Mikroenkapsulasi Protein Sel Tunggal dari Berbagai Jenis Mikroalga.
Jurnal Akuakultur Indonesia, 13 (2) : 115-119.
Sumiarsa, D., Jatnika, R., Kurnani, T. B. A,. & Lewaro, M. W. (2011). Perbaikan
kualitas limbah cair peternakan sapi perah. Akuatika, II (September), 93.
14