Anda di halaman 1dari 6

NAMA : BUNAJIR MATA KULIAH : AMDAL

NIM : 1111417006 KELAS : A (BDP)

1. Pengertian Pelingkupan
Dalam studi KA-ANDAL, pelingkupan merupakan tahapan awal dan
sangat penting. Proses pelingkupan diawali oleh identifikasi dampak potensial,
kemudian evaluasi dampak potensial hingga penentuan dampak penting hipotetik.
Untuk itu penyusun AMDAL harus mempunyai pengalamam dan wawasan
tentang rincian atau karakter kegiatan (termasuk alternatif-alternatifnya) maupun
komponen lingkungan hidup fisik-kimia, biologi, dan sosekbudkesmas).
Pelingkupan yang dimaksud dalam KA-ANDAL hampir sama dengan
Perumusan Masalah dalam suatu Penelitian Ilmiah, yaitu melakukan pembatasan
ruang lingkup ke hal-hal (faktor-faktor) yang relevan untuk pengambilan
keputusan atau menyimpulkan hasil penelitian menjadi lebih baik (tepat dan
benar). Dapat pula dikatakan sebagai pemusatan (focusing) pelaksanaan ANDAL,
sehingga hal-hal (faktor-faktor) yang tidak urgen tidak perlu dikaji.
Pelingkupan juga merupakan suatu proses penelahaan sebab akibat,
interaksi antara kegiatan dengan komponen lingkungan hidup dan atau
diantaranya. Telaahan interaksi sebab akibat, dibatasi secara rasional untuk hal-hal
yang penting, dengan pertimbangan dan beberapa asumsi yang logis (spatial and
temporal). Proses pelingkupan dilakukan dengan menggunakan atau memilih
beberapa metode. Namun perlu juga diingat, bahwa permasalahan dinamika
lingkungan hidup terkadang tidak hanya terjadi secara obyektif, tetapi dapat
subyektif. Memutuskan hal-hal penting (parameter komponen lingkungan hidup,
sebaran geografis, dan sebaran waktu) dalam pelingkupan juga perlu
mempertimbangkan beberapa kendala yang lazimnya dihadapi dalam penelitian
(kepakaran, peralatan, waktu, dan biaya). Tetapi secara ideal (ketentuan hukum)
kendala di atas, dalam ANDAL tidak dapat ditiadakan. Untuk mengatasi hal ini,
jika harus dengan asumsi, maka memerlukan pertimbangan ilmiah yang lebih
baik. Kendala yang dihadapi kemungkinan berupa ketersediaan data jangka
panjang (curah hujan, angin, debit air sungai, dinamika kependudukan),
ketersediaan peta, distribusi cemaran udara yang ada, dan lain sebagainya.
2. Tujuan Pelingkupan
Secara ringkas tujuan dari pelingkupan ada 3, yaitu dapat menentukan
dampak penting (hipotetik), batas wilayah, dan waktu kajian. Adapun secara rinci
dapat menentukan:
a.) Komponen lingkungan hidup yang akan terkena dampak penting
sehubungan dengan pelaksanaan rencana kegiatan.
b.) Variabel-variabel kunci maupun pendukung dari komponen lingkungan
hidup yang akan terkena dampak penting.
c.) Batas wilayah dan lokasi-lokasi pengukuran (pengambilan sampel) data
rona lingkungan hidup yang harus dilakukan dalam ANDAL.
d.) Tingkat kedalaman pengumpulan data dan prakiraan dampak untuk tiap
komponen lingkungan hidup.
e.) Menelaah ada tidaknya keterkaitan dampak dari kegiatan lain di sekitar
rencana proyek, untuk bahan pertimbangan metode pengumpulan data
dalam ANDAL.
f.) Rentang waktu prakiraan dampak penting, terutama untuk tahap
operasional kegiatan.
g.) Perlu tidaknya kajian resiko terhadap lingkungan (environmental risk
assessment).
3. Manfaat Pelingkupan
a.) Dokumen Kerangka Acuan menjadi jelas dan baik, sehingga memudahkan
dan mempercepat birokrasi pengambilan keputusan realisasi proyek.
b.) Dokumen ANDAL atau EIS (Environmental Impact Statement) menjadi
baik (logis, rasional, tepat, dan akurat), sehingga akan memberikan
dokumen RKL dan RPL yang baik pula.
c.) Dampak negatif penting atau resiko timbulnya kerusakan lingkungan,
pencemaran lingkungan, konflik sosial ekonomi, dan lainnya dapat
dihindari; adapun pengembangan dampak positif akan semakin jelas.
d.) Biaya pelaksanaan ANDAL menjadi efektif dan optimal.
4. Pelingkupan Dalam Amdal
Pelingkupan merupakan suatu proses awal untuk menentukan lingkup
permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting hipotetik yang terkait dengan
rencana kegiatan. Pelibatan masyarakat merupakan bagian proses pelingkupan.
Prosedur pelibatan masyarakat harus mengacu pada perautran perundangan yang
berlaku. Pelingkupan umumnya dilakukan melalui 3 tahap yaitu: identifikasi
dampak, evaluasi dampak, dan klasifikasi & prioritas.
Dalam proses pelingkupan, sudah harus teridentifikasi hal-hal berikut:
a.) Komponen rencana kegiatan,
b.) Komponen (rona) lingkungan yang akan terkena dampak maupun
c.) interaksinya,
d.) Dampak potensial yang akan terjadi (primer, sekunder, tersier, dstl),
e.) Sifat dampak,
f.) Variabel-variabel komponen lingkungan yang terkena dampak,
g.) Sumber data untuk tiap variabel,
h.) Lokasi pengambilan sampel dan data,
i.) Metode yang akan digunakan untuk pengumpulan data (dan analisisnya),
j.) Metode prakiraan dampak,
k.) Metode evaluasi dampak,
l.) Tenaga ahli yang dibutuhkan, dan
m.) Waktu kajian.
5. Metode Pelingkupan
Pelingkupan dapat dilakukan secara baik, apabila data rincian kegiatan
sudah lengkap dan rona lingkungan secara umum dapat dipahami. Langkah awal
adalah identifikasi dampak (identification), kemudian memberi pembobotan
dampak (scoring) dan selanjutnya pemusatan dampak (focusing).
A. Identifikasi Dampak
Metode identifikasi dampak untuk pelingkupan sama dengan untuk
ANDAL. Beberapa metode identifikasi yang ada disesuaikan atau dipilih yang
cocok dengan karakteristik proyek. Metode identifikasi dampak diantaranya
adalah:
1. Bagan Alir (Network = Flowchart)
Metode ini membuat gambar alur (tanda panah) sebab akibat sumber
dampak (kegiatan) terhadap komponen lingkungan (variabel) yang terkena
dampak maupun alur interaksinya.
a) Kelebihan: dapat menggambarkan sebab akibat, dampak langsung dan tidak
langsung, dan beberapa sumber dampak terhadap suatu komponen lingkungan.
b) Kekurangan: tidak memberi uraian penjelasan sebab akibatnya, perkiraan besar
dampak, dan lokasi maupun lama waktu kejadian dampak.
2. Daftar Uji (Checklist)
Daftar uji ada 2 atau 3 macam yaitu: simple checklist, descriptive
checklist, dan questioner checklist. Metode simple cheklist adalah membuat daftar
berupa tabel sederhana, tiap baris berisi rincian kegiatan proyek dan kolomnya
berisi tanda dampak (- dan +); adapun descriptive checklist kolomnya ditulis
uraian dampak. Sedangkan questioner hecklist kolomnya berisi
pertanyaanpertanyaan, dan kolom lain dapat diisi tanda ada tidaknya dampak (-
atau +).
Simple checklist lebih praktis, cukup satu halaman sehingga keseluruhan
dampak proyek mudah dilihat, sebaliknya descriptive checklist kurang praktis
tetapi lengkap dengan uraian penjelasan (perkiraan besar dampak, lokasi, dan
waktu).
a. Kelebihan: lebih praktis dan bisa memberikan penjelasan.
b. Kekurangannya: tidak dapat menggambarkan dampak ikutannya.
3. Matrix
Metode ini membuat daftar berupa tabel kontingensi (matrix) yaitu
interaksi tiap baris berupa rincian sub komponen lingkungan hidup dan tiap kolom
berupa rincian tahapan kegiatan proyek. Apabila ada dampak, maka kotak
interaksi baris dan kolom yang bersangkutan diberi tanda (bisa dipilih x , /, √, -, +)
a.) Kelebihan: langsung menggambarkan hasil interaksi kegiatan dan
dampaknya, bisa satu halaman sehingga cukup praktis untuk mengetahui
keseluruhan dampak. Jika kontingensi dapat dijumlahkan (ada standar
scoring), maka tiap baris (dampak komponen lingkungan) atau kolom
(kegiatan) dapat dijumlahkan.
b.) Kekurangan: tidak dapat menggambarkan dampak langsung dan tidak
langsung dan tidak memuat uraian penjelasan.
4. Overlay
Metode ini menggunakan beberapa peta tematik tata letak kegiatan proyek
maupun rona biogeofisik wilayah kerja proyek atau wilayah ekologisnya
ditumpang tindihkan. Metode ini digunakan untuk analisis parameter-parameter
tertentu (sebaran pencemaran udara, penutupan lahan, migrasi satwa,
pencampuran massa air, dll). Overlay lebih banyak digunakan untuk penentuan
titik pengambilan sampel rona lingkungan atau penentuan batas wilayah studi.
5. Adhoc
Metode ini menggunakan tim atau kepanitiaan untuk melakukan
pelingkupan. Tim yang dibentuk dari pakar yang berpengalaman dengan jenis atau
karakteristik proyek serta dari berbagai bidang keahlian (biogeofisik maupun
sosekbudkesmas). Rincian kegiatan proyek bidang eksplorasi migas, pengilangan
migas, pertambangan, pengusahaan hutan, perkebunan, dan lain-lain mempunyai
permasalahan yang berbeda-beda. Demikian pula kepekaan pakar masing-masing
bidang akan berbeda. Semakin lengkap keahlian anggota tim, maka isu pokok
dalam pelingkupan akan semakin baik.
B. Pembobotan Dampak
Setelah komponen lingkungan hidup yang terkena dampak diidentifikasi,
dilanjutkan dengan pembobotan besar kecilnya atau penting tidaknya dampak
tersebut. Pembobotan dapat menggunakan pertimbangan 6 kriteria evaluasi
dampak penting dan skala (kuantitatif atau kualitatif). Namun perlu diingat,
kriteria atau skala yang digunakan terkadang tidak tepat untuk
parameterparameter tertentu. Pencemar yang bersifat akut, lethal, atau
terakumulasi dapat terabaikan, demikian pula dengan persepsi penduduk yang
berbeda kepentingannya atau berbeda tingkat pengetahuannya.
Semakin banyak kriteria atau semakin banyak skala yang dipakai akan
semakin sulit menentukan perbedaan antar dampak, sebaliknya jika terlalu sedikit
maka tidak jelas perbedaannya. Terlebih, karakteristik rona lingkungan hidupnya
berbeda. Kelestarian manfaat lingkungan hidup (biogeofisik) tetap terjaga, tetapi
di Negara maju, kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat secara
berkesinambungan mendapat perhatian serius (detail). Sedangkan di Negara
berkembang, cenderung terabaikan, lebih cenderung beragumen sesuai dengan
peraturan perundangan. Baku mutu emisi atau effluent limbah cair atau bahkan
untuk lingkungan terkadang tidak tepat untuk proyek sejenis di lokasi tertentu.
C. Pemusatan Dampak
Dampak yang telah teridentifikasi dan bobotnya secara hipotetis penting
atau menjadi isu pokok, selanjutnya ditelaah keterkaitan satu sama lainnya atau
keterkaitannya dengan faktor-faktor lain. Hal ini untuk menentukan metode
pengumpulan data tiap variabel atau faktor penentunya, terutama dampak yang
dapat diprakirakan secara formal (model matematika). Adapun yang tidak dapat
diprakirakan secara formal, dapat menggunakan analogi dengan asumsi yang
akurat.
Hasil pemusatan dampak selain berupa variabel (penting atau isu
pokok); juga berupa cara pengukurannya (lokasi, waktu, frekuensi), peralatan
yang diperlukan, pembiayaan, dan kepakaran yang diperlukan.
6. Penentuan Batas Geografis
Batas geografis yaitu batas wilayah studi ANDAL ditentukan berdasarkan
batas (dan tata letak) kegiatan proyek, batas administrasi, batas ekologis biasanya
(daerah tangkap air), dan letak kegiatan lain yang signifikan memberikan dampak
lingkungan. Ketersediaan peta-peta di atas dan informasi tematik lain (tata guna
lahan, topografi, jalan, dan permukiman) sangat penting dalam pelingkupan.
Tidak hanya untuk penentuan batas wilayah studi, tetapi juga untuk identifikasi,
maupun pembobotan dan pemusatan dampak.

Anda mungkin juga menyukai