OLEH
MARLIN SALILAMA
1111417053
Dalam penulisan makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi. Mengingat akan kemampuan yang dimiliki untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat di harapkan demi penyempuraan makalah
ini. harapan penyusun semoga Laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan bandeng merupakan salah satu ikan konsumsi yang hidup tersebar
diseluruh tropik indo pasifik dan daerah penyebarannya di Asia meliputi perairan sekitar
penyebaran bandeng yang telah diketahui meliputi perairan pantai timur sumatera, utara
jawa, kalimantan, sulaweai, maluku, papua, bali dan nusa tenggara. Ikan bandeng
termasuk salah satu jenis ikan ekonomis penting karena permintaan pasokan domestik
yang cukup tinggi disamping kandungan gizinya yang tinggi. Bandeng juga telah
menjadi komoditas yang memiliki tingkat konsumsi yang tinggi terutama di daerah jawa
dan sulawesi selatan, sehingga meningkatkan kontribusi cukup besar bagi peningkatan
Produksi ikan bandeng saat ini masih terbatas untuk memenuhi permintaan
dalam negeri, namun melihat potensi dan prospek yang ada, tidak tertutup kemungkinan
untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor. Ikan bandeng juga digunakan sebagai
umpan hidup bagi penangkapan tuna karena kualitasnya lebih tinggi dibandingkan
dengan beberapa jenis ikan lainnya. Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, ikan
penangan pasca panen. Penanganan panen maupun pasca panen benih ikan bandeng
penting dilakukan karena tingkat kelulushidupan bandeng hingga lokasi tujuan
distribusi sangat ditentukan oleh dua kegiatan budidaya tersebut. Kematian benih ikan
bandeng sangat mungkin terjadi apabila dalam penanganan kedua proses ini tidak
sesuai standar. Penanganan yang kurang tepat akan menyebabkan ikan stres dan
akhirnya terjadi kematian. Menurut Carrasco et al. (1984) dalam yanto (2012), bahwa
mortalitas yang cukup tinggi disebabkan oleh stres dan kerusakan fisik karena kesalahan
1.2 Tujuan
1. Mengetahui metode pemanenan benih ikan bandeng yang tepat dan efektif
2. Mengetahui perlakuan pasca panen yang tepat, terutama aspek transportasi agar
benih ikan bandeng dan ikan bandeng produksi sampai kepada konsumen
PEMBAHASAN
Benih bandeng (nener) merupakan salah satu sarana produksi yang utama dalam
tambak dirasakan sangat lambat dibandingkan dengan usaha budidaya udang. Faktor
budidaya bandeng. Selama ini produksi nener alam belum mampu untuk mencukupi
kebutuhan budidaya bandeng yang terus berkembang, oleh karena itu peranan usaha
pembenihan bandeng dalam upaya untuk mengatasi masalah kekurangan nener tersebut
2.1.1 Panen
Dengan memanfaatkan arus air dalam tangki pemijahan, telur yang telah dibuahi
dilengapi saringan berukuran 40x40x50 cm, biasa disebut egg collector, yang
ditempatkan di bawah ujung luar saluran pembuangan. Pemanenan telur dari bak
penampungan dapat dilakukan dengan menggunakan plankton net berukuran mata 200 –
300 mikron dengan cara diserok. Telur yang terambil dipindahkan ke dalam akuarium
volume 30 – 100 liter, diaerasi selama 15 – 30 menit dan didesinfeksi dengan formalin
40% pada dosis 10 ppm selama 10 – 15 menit sebelum diseleksi. Sortasi telur dilakukan
dengan cara meningkatkan salinitas air sampai 40 ppt dan mengehentikan aerasi. Telur
yang baik terapung atau melayang dan yang tidak baik mengendap. Persentasi telur
yang baik untuk pemeliharaan selanjutnya harus lebih dari 50%. Kalau persentasi yang
baik kurang dari 50%, sebaiknya telur dibuang. Telur yang baik hasil sortasi
konsumen yang memerlukan dan masih berada pada jarak yang dapat dijangkau
2. Distribusi Telur
berukuran 40x60 cm, dengan ketebalan o,05 – 0,08 mm yang diisi air dan oksigen
murni dengan perbandingan volume 1:2 dan dipihak dalam kotak styrofoam. Makin
lama transportasi dilakukan disarankan makin banyak oksigen yang harus ditambahkan.
Kepadatan maksimal untuk lama angkut 8 – 16 jam pada suhu air antara 20 – 25 OC
berkisar 7.500 – 10.000 butir / liter. Suhu air dapat dipertahankan tetap rendah dengan
dilakukan pada pagi hari untuk mencegah telur menetas selama transportasi. Di tempat
suhu air lainnya. Apabila kondisi air dalam kantong dan diluar kantong sama maka telur
benih kemudian diikuti dengan menggunakan alat panen yang dapat disesuaikan dengan
ukuran nener, memenuhi persyaratan hygienis dan ekonomis. Serok yang digunakan
untuk memanen benih harus dibuat dari bahan yang halus dan lunak berukuran mata
jaring 0,05 mm supaya tidak melukai nener. Nener tidak perlu diberi pakan sebelum di
panen untuk mencegah penumpukan metabolit yang dapat menghasilkan amoniak dan
yang diinginkan / ukuran pasar tercapai, ikan dipanen. Ukuran panen tersebut berkisar
antara 150 – 300 gram per ekor. Pengelolaan pemanenan bandeng pada dasarnya
ditujukan untuk :
2. Mendapatkan hasil panen dalam keadaan mati segera tidak banyak mengalami
kerusakan fisik, seperti memar – memar, sisik lepas dan kotor / berlumpur.
Pengangkutan ikan merupakan salah satu kegiatan pasca panen yang sangat
berpengaruh terhadap kualitas ikan yang sampai kekonsumen. Ikan bandeng yang sudah
tidak segar lagi kurang disenangi konsumen dan akibatnya harga menjadi lebih murah.
Ikan bandeng diangkut dalam keadaan mati segar. Agar kesegaran ikan terjaga cukup
lama maka perlu penanganan yang baik sejak ikan itu ditangkap hingga sampai ke
tangan konsumen. Pada dasarnya ikan membusuk disebabkan adanya proses autoysis
dan bakteri.Autolysis adalah penguraian jaringan tubuh disebabkan oleh enzym ini
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penanganan panen dan pasca panen
pembenihan ikan bandeng (Chanos chanos) yaitu Metode pemanenan pada benih ikan
bandeng sebaiknya diawali dengan pengurangan volume air, dalam tangki benih
kemudian diikuti dengan menggunakan alat panen yang dapat disesuaikan dengan
ukuran nener, memenuhi persyaratan hyginies dan ekonomis, dan untuk pemanenan
ikan bandeng produksi saat panen sebaiknya dilakukan pengecekan ukuran / berat
Vatria , Belvi. 2012. Pengolahan ikan bandeng (Chanos chanos) tanpa duri. Jurnal ilmu
pengetahuan dan rekayasa
Yanto, H. 2012. Kinerja MS – 222 dan kepadatan ikan botia (Botia macracanthus) yang
berbeda selama transportasi. Jurnal penelitian perikanan. Vol.I (1)