Anda di halaman 1dari 9

Makalah

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN PEMBENIHAN IKAN


BANDENG (Chanos chanos)

MK : MANAJEMEN AQUAKULTUR LAUT

OLEH

MARLIN SALILAMA
1111417053

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subahana Huwataala, atas
rahmatnya maka penyusun dapat menyelesaikan sebuah tugas dari mata kuliah
Manajemen Aquakultur Laut dengan judul “penanganan panen dan pasca panen
pembenihan ikan bandeng (chanos chanos)”

Dalam penulisan makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi. Mengingat akan kemampuan yang dimiliki untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat di harapkan demi penyempuraan makalah
ini. harapan penyusun semoga Laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Akhir kata semoga Allah Subahana Huwataala memberikan balasan yang


setimpal kepada semua pihak yang telah membantu penyusun dalam pengembangan diri
dikemudian hari dan senantisa menunjukkan jalan yang terbaik untuk kita serta dapat
menuntun kita untuk terus bekerja dengan tulus, Aamiin.

Gorontalo, April 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan bandeng merupakan salah satu ikan konsumsi yang hidup tersebar

diseluruh tropik indo pasifik dan daerah penyebarannya di Asia meliputi perairan sekitar

Myanmar, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Indonesia. Indonesia merupakan daerah

penyebaran bandeng yang telah diketahui meliputi perairan pantai timur sumatera, utara

jawa, kalimantan, sulaweai, maluku, papua, bali dan nusa tenggara. Ikan bandeng

termasuk salah satu jenis ikan ekonomis penting karena permintaan pasokan domestik

yang cukup tinggi disamping kandungan gizinya yang tinggi. Bandeng juga telah

menjadi komoditas yang memiliki tingkat konsumsi yang tinggi terutama di daerah jawa

dan sulawesi selatan, sehingga meningkatkan kontribusi cukup besar bagi peningkatan

gizi masyarakat (Vatria, 2012)

Produksi ikan bandeng saat ini masih terbatas untuk memenuhi permintaan

dalam negeri, namun melihat potensi dan prospek yang ada, tidak tertutup kemungkinan

untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor. Ikan bandeng juga digunakan sebagai

umpan hidup bagi penangkapan tuna karena kualitasnya lebih tinggi dibandingkan

dengan beberapa jenis ikan lainnya. Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, ikan

bandeng merupakan salah satu komoditas penting dalam dunia budidaya

Kegiatan budidaya ikan bandeng diawali dengan adanya kegiatan pembenihan.

Kegiatan pembenihan ikan bandeng meliputi seleksi induk, pemeliharaan induk,

pemijahan, penetasan telur, pemilharaan larva, pendederan, serta pemanenan dan

penangan pasca panen. Penanganan panen maupun pasca panen benih ikan bandeng
penting dilakukan karena tingkat kelulushidupan bandeng hingga lokasi tujuan

distribusi sangat ditentukan oleh dua kegiatan budidaya tersebut. Kematian benih ikan

bandeng sangat mungkin terjadi apabila dalam penanganan kedua proses ini tidak

memenuhi standar, walaupun pada kegiatan – kegiatan budidaya sebelumnya sudah

sesuai standar. Penanganan yang kurang tepat akan menyebabkan ikan stres dan

akhirnya terjadi kematian. Menurut Carrasco et al. (1984) dalam yanto (2012), bahwa

mortalitas yang cukup tinggi disebabkan oleh stres dan kerusakan fisik karena kesalahan

penanganan selama persiapan dan masa transportasi

1.2 Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini diantaranya sebagai berikut :

1. Mengetahui metode pemanenan benih ikan bandeng yang tepat dan efektif

2. Mengetahui perlakuan pasca panen yang tepat, terutama aspek transportasi agar

benih ikan bandeng dan ikan bandeng produksi sampai kepada konsumen

dengan kondisi baik


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemanenan Benih Bandeng

Benih bandeng (nener) merupakan salah satu sarana produksi yang utama dalam

usaha budidaya bandeng di tambak. Perkembangan teknologi budidaya bandeng di

tambak dirasakan sangat lambat dibandingkan dengan usaha budidaya udang. Faktor

ketersediaan benih merupakan salah satu kendala dalam meningkatkan teknologi

budidaya bandeng. Selama ini produksi nener alam belum mampu untuk mencukupi

kebutuhan budidaya bandeng yang terus berkembang, oleh karena itu peranan usaha

pembenihan bandeng dalam upaya untuk mengatasi masalah kekurangan nener tersebut

menjadi sangat penting

2.1.1 Panen

1. Panen dan distribusi Telur

Dengan memanfaatkan arus air dalam tangki pemijahan, telur yang telah dibuahi

dapat dikumpulkan dalam bak penampungan telur berukuran 1x5,5x0,5 m yang

dilengapi saringan berukuran 40x40x50 cm, biasa disebut egg collector, yang

ditempatkan di bawah ujung luar saluran pembuangan. Pemanenan telur dari bak

penampungan dapat dilakukan dengan menggunakan plankton net berukuran mata 200 –

300 mikron dengan cara diserok. Telur yang terambil dipindahkan ke dalam akuarium

volume 30 – 100 liter, diaerasi selama 15 – 30 menit dan didesinfeksi dengan formalin

40% pada dosis 10 ppm selama 10 – 15 menit sebelum diseleksi. Sortasi telur dilakukan

dengan cara meningkatkan salinitas air sampai 40 ppt dan mengehentikan aerasi. Telur

yang baik terapung atau melayang dan yang tidak baik mengendap. Persentasi telur
yang baik untuk pemeliharaan selanjutnya harus lebih dari 50%. Kalau persentasi yang

baik kurang dari 50%, sebaiknya telur dibuang. Telur yang baik hasil sortasi

dipindahkan kedalam pemeliharaan larva atau dipersiapkan untuk didistribusikan ke

konsumen yang memerlukan dan masih berada pada jarak yang dapat dijangkau

sebelum telur menetas ( ± 12 jam)

2. Distribusi Telur

Pengangkutan telur dapat dilakukan secara tertutup menggunakan kantong plastik

berukuran 40x60 cm, dengan ketebalan o,05 – 0,08 mm yang diisi air dan oksigen

murni dengan perbandingan volume 1:2 dan dipihak dalam kotak styrofoam. Makin

lama transportasi dilakukan disarankan makin banyak oksigen yang harus ditambahkan.

Kepadatan maksimal untuk lama angkut 8 – 16 jam pada suhu air antara 20 – 25 OC

berkisar 7.500 – 10.000 butir / liter. Suhu air dapat dipertahankan tetap rendah dengan

cara menempatkan es dalam kotak di luar kantong plastik. Pengangkutan sebaiknya

dilakukan pada pagi hari untuk mencegah telur menetas selama transportasi. Di tempat

tujuan, sebelum kantong plastik pengangkut dibuka sebaiknya dilakukan penyamaan

suhu air lainnya. Apabila kondisi air dalam kantong dan diluar kantong sama maka telur

dapat segera dicurahkan ke luar

3. Panen dan Distribusi Nener

Pemanenan sebaiknya diawali dengan pengurangan volume air, dalam tangki

benih kemudian diikuti dengan menggunakan alat panen yang dapat disesuaikan dengan

ukuran nener, memenuhi persyaratan hygienis dan ekonomis. Serok yang digunakan

untuk memanen benih harus dibuat dari bahan yang halus dan lunak berukuran mata

jaring 0,05 mm supaya tidak melukai nener. Nener tidak perlu diberi pakan sebelum di
panen untuk mencegah penumpukan metabolit yang dapat menghasilkan amoniak dan

mengurangi oksigen terlarut secara nyata dalam wadah pengangkutan

2.2 Pemanenan ikan bandeng

Setelah melakukan pemeliharaan selama 4 – 6 bulan, atau setelah ukuran panen

yang diinginkan / ukuran pasar tercapai, ikan dipanen. Ukuran panen tersebut berkisar

antara 150 – 300 gram per ekor. Pengelolaan pemanenan bandeng pada dasarnya

ditujukan untuk :

1. Menangkap seluruh ikan dalam waktu yang relatif singkat

2. Mendapatkan hasil panen dalam keadaan mati segera tidak banyak mengalami

kerusakan fisik, seperti memar – memar, sisik lepas dan kotor / berlumpur.

2.3 Pengemasan dan pengangkutan ikan bandeng

Pengangkutan ikan merupakan salah satu kegiatan pasca panen yang sangat

berpengaruh terhadap kualitas ikan yang sampai kekonsumen. Ikan bandeng yang sudah

tidak segar lagi kurang disenangi konsumen dan akibatnya harga menjadi lebih murah.

Ikan bandeng diangkut dalam keadaan mati segar. Agar kesegaran ikan terjaga cukup

lama maka perlu penanganan yang baik sejak ikan itu ditangkap hingga sampai ke

tangan konsumen. Pada dasarnya ikan membusuk disebabkan adanya proses autoysis

dan bakteri.Autolysis adalah penguraian jaringan tubuh disebabkan oleh enzym ini

berperan dalam pencernaan makanan


BAB III

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penanganan panen dan pasca panen

pembenihan ikan bandeng (Chanos chanos) yaitu Metode pemanenan pada benih ikan

bandeng sebaiknya diawali dengan pengurangan volume air, dalam tangki benih

kemudian diikuti dengan menggunakan alat panen yang dapat disesuaikan dengan

ukuran nener, memenuhi persyaratan hyginies dan ekonomis, dan untuk pemanenan

ikan bandeng produksi saat panen sebaiknya dilakukan pengecekan ukuran / berat

bandeng, pemanenan dilakukan setelah ukuran yang di inginkan terpenuhi


DAFTAR PUSTAKA

Vatria , Belvi. 2012. Pengolahan ikan bandeng (Chanos chanos) tanpa duri. Jurnal ilmu
pengetahuan dan rekayasa

Yanto, H. 2012. Kinerja MS – 222 dan kepadatan ikan botia (Botia macracanthus) yang
berbeda selama transportasi. Jurnal penelitian perikanan. Vol.I (1)

Anda mungkin juga menyukai