Anda di halaman 1dari 16

“RENCANA BUDIDAYA IKAN KERAPU (Epinephelus spp.

) PADA
KERAMBA JARING APUNG (STUDI KASUS DI TELUK AMBON
KECAMATAN BAGUALA KOTA AMBON)”

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Marikultur (MM)

Disusun oleh :

RAHMA PUTRI NURAMALIA FEBRIANTI

141811535037

PROGRAM STUDI S1 AKUAKULTUR


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DI BANYUWANGI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia terdiri dari

gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508 dengan luas perairan laut Indonesia

diperkirakan sebesar 5,8 juta km2 dan panjang garis pantai 95.181 km, keadaan

yang demikian menyebabkan Indonesia banyak memiliki potensi yang cukup

besar di bidang perikanan, mulai dari prospek pasar baik dalam negeri maupun

internasional.

Subsektor perikanan merupakan salah satu subsektor pembangunan yang

memiliki peranan yang cukup strategis dalam perekonomian nasional, bahkan

subsektor ini merupakan salah satu subsektor penerimaan devisa negara yang

penting. Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan nasional,

diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan dan cita-cita luhur bangsa

Indonesia dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Harapan untuk

menjadikan subsektor ini sebagai pendukung dalam pencapaian tujuan tersebut

didasarkan pada potensi perikanan laut yang dimiliki.

Kekayaan Indonesia berupa sumberdaya perikanan yang sangat luas

menjadi modal dasar dalam pembangunan nasional sekaligus memiliki potensi

yang sangat besar bagi pembangunan kelautan dan perikanan. Melihat potensi

tersebut, usaha bisnis perikanan di Indonesia menunjukkan masa depan yang

sangat baik. Terutama bila dilihat dari data permintaan ekspor dari tahun ke tahun

semakin meningkat.
Komoditas ikan laut jenis kerapu merupakan komoditas andalan dan

permintaan dari pasar eksport (Singapura dan Hongkong) dari tahun ketahun terus

meningkat.  Salah satu jenis ikan yang memiliki prospek cerah untuk

dibudidayakan adalah ikan kerapu. Ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis)

merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi serta

memilih peluang pasar dalam dan luar negeri yang sangat baik. Ikan kerapu ini

sudah menjadi menu istimewa di hotel dan restoran terkemuka, baik di Indonesia,

Hongkong, Taiwan, Jepang maupun Singapura. Permintaan pasar internasional

akan ikan kerapu yang cenderung terus meningkat, memberikan peluang besar

bagi Indonesia untuk meningkatkan hasil tangkapannya.

Selain mendorong pertumbuhan ekspor, pengembangan budidaya kerapu

juga menjadi elternatif solusi dalam permasalahan penurunan populasi di alam

akibat penangkapan yang intensif dan kerusakan terumbu karang sebagai habitat

ikan kerapu.

Dari berbagai penelitian, diperoleh data potensi lestari sumberdaya

perikanan laut Indonesia sebesar 6,4 juta ton pertahun. Termasuk di dalamnya

ikan demersal sebesar 1,36 juta ton dan ikan karang sebesar 145 ribu ton.

Penangkapan yang diperbolehkan adalah 80 persen dari potensi lestari atau sekitar

5,12 juta ton per tahun.

Wilayah perairan kota Ambon memiliki sumberdaya perikanan yang

sangat potensial ditinjau dari besaran stok maupun peluang pemanfaatan dan

pengembangannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dan analisis terhadap

kelimpahan stok potensi lestari. Wilayah perairan laut Kota Ambon memiliki
salah satu komoditi perikanan tergolong potensial untuk dikembangkan yaitu

sumberdaya ikan demersal, komoditi perikanan penting ini tersebar diseluruh

wilayah ekologis perairan pesisir dan laut Kota Ambon.

Perairan kota Ambon memiliki potensi kelautan dan perikanan yang

sangat diandalkan. Potensi berupa perikanan tangkap meliputi luas wilayah laut

136.116.1 Km2 dengan panjang garis pantai 1.256.230 Km2 dari luas wilayah

147.480.6 Km2. Potensi sumber daya ikan yang dimiliki sebesar 484.532

ton/tahun dengan jumlah tangkapan yang diperbolehn (JBT) sebesar 387.324

ton/tahun. Potensi tersebut baru dimanfaatkan sebesar 41.307.1 ton/tahun.

Perairan kota Ambon dengan substrat lumpur berpasir dan mempunyai

kawasan terumbu karang dengan luas 1.667,4 Ha (baik 1.202 Ha dan rusak 469,8

Ha) merupakan daerah penangkapan ikan demersal dan ikan karang yang

potensial seperti jenis kakap merah (Prestoporoides), lencam (Lethrinudae) ekor

kuning, pisang-pisang (Coesionidae), baronang dan jenis-jenis kerapu seperti

kerapu sunu (Plectropomus spp), napolleon wrase, kerapu bebek (Cromileptes

altivelis) dan kerapu lumpur/balong/estuary grouper (Epinephelus spp). Pada

tahun 2004 produksi ikan kerapu yang dicapai sebesar 352,56 ton dimana tingkat

pemanfaatannya masih kecil sehingga peluang untuk investasi masih sangat

terbuka.

Berkembangnya pasaran ikan kerapu hidup karena adanya perubahan

selera konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah

mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui

usaha budidaya. ikan kerapu (Epinephelus spp.) telah dilakukan dibeberapa


tempat di Indonesia, namun dalam proses pengembangannya masih menemui

kendala, karena keterbatasan benih.

Dari informasi pasar diketahui permintaan kerapu baik ukuran kecil

sebagai ikan hias maupun ukuran konsumsi terus meningkat. Kerapu tikus ukuran

kecil (4 – 5 cm) laku dijual dengan harga Rp 7000/ekor, sedangkan ukuran

konsumsi dengan berat 400 – 500 gram/ekor laku dijual di pasar lokal dengan

harga tahun 2000 sekita Rp 250.000 – Rp 300.000/Kg, bahkan untuk pasar ekspor

seperti Hongkong, Taiwan dan Cina harga kerapu ukuran konsumsi sekitar US$

55/Kg.

Perdagangan ikan kerapu khususnya untuk tujuan ekspor sudah berjalan

cukup lama, dengan mengandalkan pasokan dari hasil tangkapan. Hal ini telah

mendorong intensitas eksploitasi penangkapan ikan kerapu dengan berbagai cara,

sehingga seringkali berpotensi merusak terumbu karang yang merupakan habitat

alami ikan kerapu. Menyadari fenomena meningkatnya kerusakan terumbu

karang yang dapat mengancam kelestarian stok ikan di alam serta untuk menjaga

kontinyuitas pasokan ikan kerapu hidup khususnya untuk tujuan ekspor.

Pemerintah telah membuat kebijakan untuk mengembangkan teknologi budidaya

ikan kerapu yang meliputi perbenihan (hatchrey) di bak kontrol dan pembesaran

pada Keramba Jaring Apung (KJA).

Oleh karena itu, penulis ingin menjelaskan terkait “Rencana Budidaya

Ikan Kerapu (Epinephelus spp) Pada Keramba Jaring Apung (Studi Kasus di

Teluk Ambon Kecamatan Baguala Kota Ambon)”.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Budidaya Ikan Dalam Keramba Jaring Apung

Budidaya ikan air laut merupakan salah satu upaya pemanfaatan

sumberdaya perairan untuk memproduksi komoditas perikanan. Kegiatan

memiliki perluang besar untuk dikembangkan bagi upaya peningkatan produksi

perikanan yang berkelanjutan di masa mendatang.

Budidaya ikan kerapu dapat dilakukan dengan menggunakan bak semen

atau pun dengan menggunakan keramba jaring apung (KJA). Budidaya ikan

dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA) mempunyai keunggulan

diantaranya: hemat lahan, tingkat produktivitas tinggi yaitu 350 – 400

Kg/M3/musim tanam, tidak memerlukan pengelolaan air yang khusus sehingga

dapat menekan input biaya produksi, mudah dipantau, unit usaha dapat diatur

sesuai kemampuan modal, pemanenan mudah.

Prospek pengembangan budidaya ikan kerapu dalam keramba jaring apung

(KJA) cukup cerah. Meskipun sistem budidaya ini masih relatif baru, namun

beberapa daerah telah memperlihatkan perkembangan yang pesat. Budidaya ikan

dalam keramba tidak mempunyai standar yang khusus, sehingga banyak sekali

keragamannya meliputi bentuk ukuran dan badan konstruksi keramba.

Potensi perairan secara teknik yang layak untuk budidaya ikan dalam

Keramba Jaring Apung cukup luas, namun diperlukan adanya inventarisasi,

identifikasi dan karakterisasi sebagai acuan dalam penentuan lokasi begitu besar
artinya dalam kegiatan ini, sehingga data potensi dapat diketahui secara rinci

untuk dijadikan acuan dalam pengelolaan dan pemanfaatan secara rasional.

Keberhasilan pengembangan dan sosialisasi tekhnologi budidaya ikan

kerapu oleh pemerintah khususnya untuk jenis macan, bebek dan lumpur serta

diperkuat oleh tinggi dan stabilnya harga jual kerapu hidup dan semakin

meningkatnya permintaan ekspor, telah mengundang para pengusaha untuk masuk

dalam bisnis budidaya kerapu, baik pada kegiatan pembenihan maupun

pembesaran.

- Pemilihan Benih

Kriteria benih kerapu yang baik, adalah : ukurannya seragam, bebas

penyakit, gerakan berenang tenang serta tidak membuat gerakan yang tidak

beraturan atau gelisah tetapi akan bergerak aktif bila ditangkap, respon terhadap

pakan baik, warna sisik cerah, mata terang, sisik dan sirip lengkap serta tidak

cacat tubuh.

- Penebaran Benih

Proses penebaran benih sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup

benih. Sebelum ditebarkan, perlu diadaptasikan terlebih dahulu pada kondisi

lingkungan budidaya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam adaptasi ini,

adalah : (a) waktu penebaran (sebaikanya pagi atau sore hari, atau saat cuaca

teduh), (b) sifat kanibalisme yang cenderung meningkat pada kepadatan yang

tinggi, dan (c) aklimatisasi, terutama suhu dan salinitas.

- Pendederan
Benih ikan kerapu ukuran panjang 4 – 5 cm dari hasil tangkapan maupun

dari hasil pembenihan, didederkan terlebih dahulu dalam jaring nylon berukuran

1,5x3x3 m dengan kepadatan ± 500 ekor. Sebulan kemudian, dilakuan grading

(pemilahan ukuran) dan pergantian jaring. Ukuran jaringnya tetap, hanya

kepadatannya 250 ekor per jaring sampai mencapai ukuran glondongan (20 – 25

cm atau 100 gram). Setelah itu dipindahkan ke jarring besar ukuran 3x3x3 m

dengan kepadatan optimum 500 ekor untuk kemudian dipindahkan ke dalam

keramba pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi (500 gram).

- Pakan dan Pemberiannya

Biaya pakan merupakan biaya operasional terbesar dalam budidaya ikan

kerapu dalam KJA. Oleh karena itu, pemilihan jenis pakan harus benar-benar tepat

dengan mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan dan harganya. Pemberian

pakan diusahakan untuk ditebar seluas mungkin, sehingga setiap ikan memperoleh

kesempatan yang sama untuk mendapatkan pakan. Pada tahap pendederan, pakan

diberikan secara ad libitum (sampai kenyang). Sedangkan untuk pembesaran

adalah 8-10% dari total berat badan per hari. Pemberian pakan sebaiknya pada

pagi dan sore hari. Pakan alami dari ikan kerapu adalah ikan rucah (potongan

ikan) dari jenis ikan tanjan, tembang, dan lemuru. Benih kerapu yang baru

ditebardapat diberi pakan pelet komersial. Untuk jumlah 1000 ekor ikan dapat

diberikan 100 gram pelet per hari. Setelah ± 3-4 hari, pelet dapat dicampur dengan

ikan rucah.

- Hama dan Penyakit


Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu

adalah ikan buntal, burung, dan penyu. Sedang, jenis penyakit infeksi yang sering

menyerang ikan kerapu adalah : (a) penyakit akibat serangan parasit, seperti :

parasit crustacea dan flatworm, (b) penyakit akibat protozoa, seperti :

cryptocariniasis dan broollynelliasis, (c) penyakit akibat jamur (fungi), seperti :

saprolegniasis dan ichthyosporidosis, (d) penyakit akibat serangan bakteri, (e)

penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN (Viral Neorotic Nerveus).

- Panen dan Penanganan Pasca Panen

Beberapa hal yang perlu diperhatikan udanntuk menjaga kualitas ikan

kerapu, antara lain : penentuan waktu panen,peralatan panen, teknik panen, serta

penanganan pasca panen. Watu panen, biasanya ditentukan oleh ukuran

permintaan pasar. Ukuran super biasanya berukuran 500 – 1000 gram dan

merupakan ukuran yang mempunyai nilai jual tinggi. Panen sebaiknya dilakukan

pada padi atau sore hari sehingga dapat mengurangi stress ikan pada saat panen.

Peralatan yang digunakan pada saat panen, berupa : scoop, kerancang, timbangan,

alat tulis, perahu, bak pengangkut dan peralatan aerasi. Teknik pemanenan yang

dilakukan pada usaha budidaya ikan kerapu dengan metoda panen selektif dan

panen total. Panen selektif adalah pemanenan terhadap ikan yang sudah mencapai

ukuran tertentu sesuai keinginan pasar terutama pada saat harga tinggi. Sedang

panen total adalah pemanenan secara keseluruhan yang biasanya dilakukan bila

permintaan pasar sangat besar atau ukuran ikan seluruhnya sudah memenuhi

kriteria jual.
Penanganan pasca panen yang utama adalah masalah pengangkutan

sampai di tempat tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar kesegaran ikan

tetap dalam kondisi baik. Ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengangkutan

terbuka dan pengangkutan tertutup. Pengangkutan terbuka digunakan untuk jarak

angkut dekat atau dengan jalan darat yang waktu angkutnya maksimal hanya 7

jam. Wadah angkutnya berupa drum plastik atau fiberglass yang sudah diisi air

laut sebanyak ½ sampai 2/3 bagian wadah sesuai jumlah ikan. Suhu laut

diusahakan tetap konstan selama perjalanan yaitu 19-210C. Selama pengangkutan

air perlu diberi aerasi. Kepadatan ikan sekitar 50kg/wadah.

2.2 Identifikasi Faktor Internal

2.2.1 Kekuatan

Kekuatan (Strengths) merupakan kompetensi khusus yang terdapat dalam

organisasi yang berakibat pada pemilikan keunggulan dan kemampuan dalam

pengembangan produk oleh unit usaha di pasaran. Kekuatan yang dimiliki oleh

usaha budidaya ikan kerapu di Keramba Jaring Apung dapat diidentifikasi antara

lain:

1) Lokasi Usaha dan Kualitas Air

Usaha budidaya ikan kerapu ini terletak di perairan teluk yang tenang,

dekat dengan jalan raya dan dekat dengan tempat berdomisili pembudidaya

serta dekat dengan tempat penelitian perikanan laut. Jawaban responden

mengatakan lokasi usaha sesuai bagi budidaya di KJA. Sehingga lokasi usaha

di perairan teluk merupakan salah satu kekuatan dalam pengembangan


budidaya ikan kerapu di KJA. Berdasarkan data dari laboraturium balai

budidaya laut (BBL), kualitas air di perairan teluk ambon telah memenuhi

syarat budidaya ikan kerapu. Demikian juga dengan jawaban responden

bahwa kualitas air di lokasi budidaya telah memenuhi syarat. Sehingga

kualitas air di perairan teluk merupakan salah satu kekuatan dalam

pengembangan budidaya ikan kerapu di KJA.

2) Dukungan PEMDA

Pemerintah kota Ambon telah memberikan bantuan modal untuk

menjalankan usaha pembudidayaan ikan kerapu di KJA. Demikian dengan

jawaban respon bahwa mereka menerima bantuan berupa uang sejumlah Rp.

30.000.000 dan keramba jaring apung. Sehingga dukungan PEMDA

merupakan salah satu kekuatan dalam pengembangan budidaya ikan kerapu

pada KJA di teluk Ambon kota Ambon.

3) Harga Benih Murah

Benih di dapat dari balai budidaya laut (BBL) yang dijual murah kepada

pembudidaya. Jika dibandingkan dengan di Barru, benih sangat mahal karena

benih harus dibeli di Bali dengan harga 15.000 per ekor. Sehingga harga benih

merupakan salah satu kekuatan dalam pengembangan budidaya ikan kerapu

pada KJA di teluk Ambon kota Ambon.

4) Biaya Pemasaran Rendah

Pihak pembudidaya tidak memiliki tangggung jawab penuh dalam

melakukan penjualan produknya. Hal ini disebakan karena pihak pembeli

datang langsung ke lokasi budidaya sehingga biaya pemasaran ditanggung


oleh pihak pembeli. Sehingga biaya pemasaran merupakan salah satu kekuatan

dalam pengembangan budidaya ikan kerapu di KJA.

2.2.2 Kelemahan

Kelemahan merupakan keterbatasan (kekurangan) dalam hal sumber,

keterampilan dan kemampuan menjadi penghalang kinerja yang dapat menjadi

penyebab terjadinya kerugian. Adapun kelemahan-kelemahan pada usaha

budidaya ikan kerapu di Keramba Jaring Apung antara lain:

1) Ketersediaan Benih Kurang

Hal ini disebabkan karena lokasi penjualan benih hanya terdapat di balai

budidaya laut (BBL). Demikian dengan jawaban respon yang mengatakan

bahwa benih di BBL terbatas sehingga mereka membeli benih yang ditangkap

di laut. Sehingga ketersediaan benih merupakan salah satu kelemahan dalam

pengembangan budidaya ikan kerapu di KJA.

2) Kurangnya Sumberdaya Manusia

Kurang tersedianya tenaga kerja hal ini disebabkan karena kebanyakan

warga Ambon tidak mau menjadi pembudidaya ikan.

2.3 Identifikasi Faktor Eksternal

2.3.1 Peluang

Peluang adalah perubahan yang dapat dilihat sebelumnya dalam waktu

dekat, dimasa mendatang yang akan memberikan keuntungan bagi kegiatan usaha.

Peluang-peluang yang dimiliki oleh usaha budidaya ikan kerapu pada keramba

jaring apung antara lain:


1) Nilai Jual Ikan Kerapu

Nilai jual ikan kerapu yang semakin tinggi baik ekspor maupun lokal.

Produk kerapu tidak sulit untuk dipasarkan karena merupakan produk yang

dicari-cari konsumen. Hal ini membuktikan bahwa nilai komuditi kerapu

merupakan salah satu peluang budidaya kerapu di KJA.

2) Pangsa Pasar Hasil Budidaya Tinggi

Pangsa pasar hasil budidaya tinggi. Demikian dengan jawaban responden

bahwa terkadang mereka tidak dapat memenuhi permintaan pembeli karena

hasil panen yang terbatas. Hal ini membuktikan bahwa pangsa pasar

merupakan salah satu peluang dalam upaya pengembangan usaha budidaya

kerapu di KJA.

3) Peluang Usaha Besar

Peluang usaha besar dapat dilihat dari pangsa pasar hasil tambak dan

terbukanya peluang usaha. Jawaban responden juga mengatakan bahwa peuang

usaha budidaya sangat besar namun ketersediaan benih rendah. Oleh karena itu

peluang usaha merupakan salah satu peluang dalam upaya pengembangan

budidaya ikan kerapu di KJA.

4) Kebijakan pemerintah

Otonomi daerah memberikan peluang yang luas kepada daerah untuk

menggali dan mengolah potensi daerah.

2.3.2 Ancaman

Ancaman adalah gejala-gejala yang merupakan dampak negatif atas

keberhasilan usaha, namun umumnya berada diluar kendali usaha. Apabila


ancaman tersebut tidak diatasi maka akan menjadi ganjalan bagi usaha yang

bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. Adapun

ancaman yang dihadapi oleh usaha budidaya ikan kerapu pada KJA antara lain:

1) Faktor Iklim

Usaha budidaya ikan di laut sangat tergantung pada musim. Keberhasilan

usaha sangat didukung oleh iklim yang stabil. Demikian jawaban responden

bahwa jika musim penghujan maka akan terjadi kebanjiran yang dapat

membawa sampah dan dapat merusak jaring. Sampah yang dibawa banjir juga

dapat merangsang pertumbuhan berbagai jenis organisme dan dapat

menurunkan produksi bahkan dapat mengakibatkan kematian total dalam

keramba jaring apung. Sehingga faktor iklim merupakan salah satu faktor

ancaman dalam pengembangan usaha budidaya pada KJA di teluk Ambon.

2) Keamanan

Kurangnya keamanan tambak merupakan salah satu faktor yang harus

diwaspai. Demikian juga dengan jawaban responden bahwa pencurian ikan

sering terjadi pada malam hari.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Budidaya Ikan Kerapu (Epinephelus spp.) yang baik ialah dengan
memperhatikan aspek penting dalam budidaya. Rencana budidaya Ikan Kerapu
diawali dengan pemilihan lokasi dan kesesuaian lahan, kontruksi dan persiapan
keramba jaring apung, seleksi benih, penebaran benih, manajemen pemberian
pakan, manajemen kualitas air, manajemen kesehatan ikan, pemanenan dan
penanganan pasca panen serta aspek penting analisis SWOT.
DAFTAR PUSTAKA

Putriani, D., & Sutrisna, E. 2017. Analisis Swot sebagai Dasar Perumusan Strategi
Bersaing pada Produk Asuransi Jiwa Perorangan Ajb Bumiputera 1912
Kpr Pekanbaru (Doctoral dissertation, Riau University).
Soumena, I. D. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Kerapu
(Epinephelus spp) pada Keramba Jaring Apung (Studi Kasus di Teluk
Ambon Kota Ambon (Doctoral dissertation).
Talakua, B. A. 2013. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Pada Usaha
Penangkapan Ikan Di Kota Ambon. Peluang, 7(2).
Yanggi, S. 2017. Pt. Kerapu Indonesia Budidaya Ikan Kerapu Tikus Dan Ikan
Kerapu Macan. Transaksi, 9(2), 12-21.

Anda mungkin juga menyukai