PENDAHULUAN
laut tersebut terdiri dari perairan laut wilayah (teritorial) 0,8 % juta
km², perairan laut nusantara (kepulauan) 2,3 juta km², dan kawasan
terpanjang kedua di dunia setelah Kanada (Trinanda, 2017). Hal ini pada
pesisir pantai merupakan wilayah yang memiliki sumber daya yang dapat dikelola
yang besar bagi Nelayan dan Pengusaha budidaya hasil laut untuk melakukan
pembudidayaan dan memproduksi hasil laut dengan skala yang besar. Ada
beberapa hewan laut yang telah dibudidayakan oleh Nelayan dan para pengusaha
tambak, dan salah satunya adalah Lobster. Lobster laut merupakan salah satu
ke-4 komoditas ekspor tertinggi dari bangsa Crustacea setelah marga udang
lobster setelah memahami bahaya dari penangkapan yang sangat intensif pada
(Ikhsan et al., 2019). Menurut Suastika dalam Ikhhsan (Ikhsan et al., 2019):
lobster laut telah banyak dibudidayakan pada beberapa daerah di Indonesia seperti
hidup di dalam air (Robles, 2007). Perikanan laut mengenal ada 2 jenis udang
yaitu, udang penaied dan udang lobster. Dua jenis udang ini merupakan
sumberdaya perikanan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Lobster yang
dikenal dengan nama lain spiny lobster merupakan salah satu marga dari family
periran Aceh, Sumatera Barat, selatan Pulau Jawa. Namun walau penyebaran
Lobster pasir hanya tersentral di wilayah di atas, namun Lobster jenis ini dapat
melalui sistem budi daya perikanan yang ada di Indonesia. Direktur Jenderal
(Ambari, 2020) mengatakan: “walau jenis lobster di atas memiliki potensi yang
bagus untuk dibudidayakan, tetapi itu sangat bergantung pada pasokan benih yang
dengan skala tradisional. Tetapi, cara tersebut dinilai belum praktik karena
memerlukan waktu pembesaran sekitar 8-10 bulan dengan pakan ikan runcah.
Ikan rucah segar memiliki kandungan gizi yang tinggi yaitu mempunyai
kandungan protein kasar 64,33%, karbohidrat 1,14%, lemak 7,40%, dan Ca 4,15
% (Suci, 2013).
kenaikan harga ikan rucah dari harga normal Rp. 7000/kg menjadi Rp. 30.000/kg
pada saat hasil tangkapan ikan rucah oleh nelayan rendah terutama pada saat
angin musim barat. Menurut Arlian dkk (2017): Musim barat terjadi pada bulan
Oktober–April ditandai dengan curah hujan yang tinggi pada bulan Oktober
lebih lama dibandingkan lobster mutiara untuk mencapai ukuran yang sama. Oleh
karena itu Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah melakukan riset dan
telah berhasil menghasilkan teknologi inovasi pakan pembesaran lobster pasir.
ekonomi yang lebih baik pada waktunya nanti, kita akan bisa menghasilkan
lobster pasir yang pertumbuhannya lebih baik, dengan harga yang tentu akan
mengikutinya.”
salah satu alternatif pakan yang kemungkinan dapat menggantikan peran ikan
rucah sebagai pakan dalam budidaya lobster karena ketersediaan keong mas
pada musim penghujan sangat melimpah dan menjadi hama sawah pada tanaman
padi. Keong mas memiliki kandungan protein mencapai 57,76%, lemak 14,62%,
karbohidrat 0.68 %, abu 15,3 % dan air 11,05 % (Warisno dan Dahana, 2010).
Dan Kelangsungan Hidup Lobster Pasir (Panulirus homarus) di dalam karya tulis
ilmiah ini.
pasir.
1. Bagi Universitas
3. Bagi Penulis
kelangsungan hidup Lobster Pasir (Panulirus homarus). Selain itu, penelitian ini
lobster pasir, serta dapat membandingkan teori yang telah dipelajari selama
sebagai berikut :
Ho: Peran menjadikan Keong Mas sebagai pakan tidak berpengaruh pada