Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara yang besar.

Hal ini dapat dilihat dari beberapa faktor, yaitu:

1. Dari bentuk geografisnya.

Dari bentuk georgarfisnya, Indonesia merupakan negara kepulauan

terbesar di dunia yang terdiri dari sekitar 17.058 pulau dengan

panjang garis pantai sepanjang 81.000 km. Wilayah laut yang

berada dalam kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

diperkirakan mencapai 5,8 juta km² atau kurang lebih 75 % dari

total luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kawasan

laut tersebut terdiri dari perairan laut wilayah (teritorial) 0,8 % juta

km², perairan laut nusantara (kepulauan) 2,3 juta km², dan kawasan

Zona Ekonomi Eksklusif 2,7 juta km².

2. Dari jumlah suku dan budaya.

Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis,

kaya dengan dongeng, cerita rakyat, legenda, adat istiadat,

permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat dan sebagainya.

Kekayaan tersebut diwariskan secara turun temurun.

Khazanah kebudayaan tradisional tersebut, sebagian terekam

dalam naskah-naskah lama dari berbagai daerah, seperti: Aceh,


Batak, Nias, Minangkabau, Lampung, Sunda, Jawa, Bali,

dalam berbagai huruf daerah setempat. Disamping itu, ada

yang terekam sebagai tradisi lisan (Utomo,2016:1).

3. Dari jumlah penduduk

Data terakhir yang tercatat di Departemen Kependudukan pada

tahun 2015 jumlah penduduk yang ada di Indonesia sebesar

238.518.000 jiwa di Indonesia, dan diproyeksikan pada 2020 akan

meningkat sebanyak 271.066.000 jiwa.

Indonesia juga merupakan negara yang memiliki garis pantai

terpanjang kedua di dunia setelah Kanada (Trinanda, 2017). Hal ini pada

dasarnya merupakan suatu keuntungan bagi bangsa Indonesia karena wilayah

pesisir pantai merupakan wilayah yang memiliki sumber daya yang dapat dikelola

dan digunakan sebagai wahana tranprotasi dan pelabuhan, pariwisata, sumber

penghasil pangan laut, daerah pemukiman dan lainnya (Dahuri, 2001).

Luasnya wilayah perairan Indonesia membuat adanya suatu peluang

yang besar bagi Nelayan dan Pengusaha budidaya hasil laut untuk melakukan

pembudidayaan dan memproduksi hasil laut dengan skala yang besar. Ada

beberapa hewan laut yang telah dibudidayakan oleh Nelayan dan para pengusaha

tambak, dan salah satunya adalah Lobster. Lobster laut merupakan salah satu

komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Data statistik

perikanan Indonesia tahun 2012 menunjukkan bahwa lobster menempati urutan

ke-4 komoditas ekspor tertinggi dari bangsa Crustacea setelah marga udang

Penaeus, Metapenaeus dan Macrobrachium (WWF, 2015).


Para Nelayan dan para pengusaha tambak mulai membudidayakan

lobster setelah memahami bahaya dari penangkapan yang sangat intensif pada

lobster, yaitu: dapat menyebabkan terjadinya penurunan populasi lobster di alam

(Ikhsan et al., 2019). Menurut Suastika dalam Ikhhsan (Ikhsan et al., 2019):

lobster laut telah banyak dibudidayakan pada beberapa daerah di Indonesia seperti

Lombok, Sulawesi, Bali dan beberapa daerah lainnya. Pemenuhan permintaan

pasar dapat dipenuhi melalui budidaya dimaksudkan untuk menjaga

kesinambungan produksi. Budidaya lobster dapat dilakukan dengan keramba

jaring tancap, keramba jaring apung dan kurungan dasar perairan

Lobster merupakan hewan avertebrata anggota Filum Arthropoda yang

hidup di dalam air (Robles, 2007). Perikanan laut mengenal ada 2 jenis udang

yaitu, udang penaied dan udang lobster. Dua jenis udang ini merupakan

sumberdaya perikanan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Lobster yang

dikenal dengan nama lain spiny lobster merupakan salah satu marga dari family

Palinuridae memiliki 49 spesies. Di perairan Indo-Pasific Barat terdapat 11

spesies, dan 6 diantaranya terdapat di perairan Indonesia. Enam spesies lobster

yang ada di Indonesia adalah: Panulirus homarus, Panulirus panicillatus,

Panulirus cygnus, Panulirus polyphagus, Panulirus versicolor dan Panulirus

ornatus (Moosa & Aswandy dalam Setyanto et al., 2018).

Lobster pasir (Panulirus homarus) merupakan Lobster yang berada di

periran Aceh, Sumatera Barat, selatan Pulau Jawa. Namun walau penyebaran

Lobster pasir hanya tersentral di wilayah di atas, namun Lobster jenis ini dapat

dikembangkan dan dibudidayakan di daerah Sulawesi dan Ambon. Lobster pasir


(Panulirus homarus) merupakan lobster yang potensial untuk dikembangkan

melalui sistem budi daya perikanan yang ada di Indonesia. Direktur Jenderal

Perikanan Budi daya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto

(Ambari, 2020) mengatakan: “walau jenis lobster di atas memiliki potensi yang

bagus untuk dibudidayakan, tetapi itu sangat bergantung pada pasokan benih yang

berasal dari alam atau perairan laut secara langsung.”

Dalam mengembangkan budi daya lobster, sejak 1999 Indonesia

melakukannya dengan mengandalkan pada benih hasil tangkapan langsung di laut

dengan skala tradisional. Tetapi, cara tersebut dinilai belum praktik karena

memerlukan waktu pembesaran sekitar 8-10 bulan dengan pakan ikan runcah.

Ikan rucah segar memiliki kandungan gizi yang tinggi yaitu mempunyai

kandungan protein kasar 64,33%, karbohidrat 1,14%, lemak 7,40%, dan Ca 4,15

% (Suci, 2013).

Namun masalah yang dihadapi oleh pembudidaya yaitu ketika terjadi

kenaikan harga ikan rucah dari harga normal Rp. 7000/kg menjadi Rp. 30.000/kg

pada saat hasil tangkapan ikan rucah oleh nelayan rendah terutama pada saat

angin musim barat. Menurut Arlian dkk (2017): Musim barat terjadi pada bulan

Oktober–April ditandai dengan curah hujan yang tinggi pada bulan Oktober

hingga bulan Maret.

Selain permasalahan di atas, Lobster Pasir juga memiliki permasalahan

lainnya, yaitu: pertumbuhan lobster pasir cenderung membutuhkan waktu yang

lebih lama dibandingkan lobster mutiara untuk mencapai ukuran yang sama. Oleh

karena itu Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah melakukan riset dan
telah berhasil menghasilkan teknologi inovasi pakan pembesaran lobster pasir.

Kepala Puslatluh KP Lilly Aprilya Pregiwati (Marulitua, 2020) mengatakan:

“Mudah-mudahan, ini bisa menjadi suatu way out yang bisa membantu

masyarakat yang melakukan budidaya lobster Bersamaan dengan recovery

ekonomi yang lebih baik pada waktunya nanti, kita akan bisa menghasilkan

lobster pasir yang pertumbuhannya lebih baik, dengan harga yang tentu akan

mengikutinya.”

Keong mas atau siput murbei (Pomacea canaliculata) merupakan

salah satu alternatif pakan yang kemungkinan dapat menggantikan peran ikan

rucah sebagai pakan dalam budidaya lobster karena ketersediaan keong mas

pada musim penghujan sangat melimpah dan menjadi hama sawah pada tanaman

padi. Keong mas memiliki kandungan protein mencapai 57,76%, lemak 14,62%,

karbohidrat 0.68 %, abu 15,3 % dan air 11,05 % (Warisno dan Dahana, 2010).

Berdasarkan hal-hal yang sudah dijabarkan di atas, maka Penulis

memilih judul: Pengaruh Pemberian Pakan Keong Mas Terhadap Pertumbuhan

Dan Kelangsungan Hidup Lobster Pasir (Panulirus homarus) di dalam karya tulis

ilmiah ini.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dibuatlah rumusan masalah sebagai berikut “

1. Apakah penggunaan Keong mas sebagai pakan memiliki pengaruh terhadap

pertumbuhan Lobster Pasir?


2. Apakah penggunaan Keong mas sebagai pakan memiliki pengaruh terhadap

keberlangsungan hidup Lobster Pasir?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dibuatlah tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh keong mas sebagai pakan terhadap pertumbuhan lobster

pasir.

2. Mengetahui pengaruh keong mas sebagai pakan terhadap keberlangsungan

hidup lobster pasir.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-

pihak yang terkait di dalam penelitian yaitu :

1. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini dapat menambah referensi kepustakaan mengenai

pengaruh Pengaruh Pemberian Pakan Keong Mas Terhadap Pertumbuhan Dan

Kelangsungan Hidup Lobster Pasir (Panulirus homarus), dan diharapakan dapat

memberikan tambahan informasi bagi mahasiswa yang ingin mendalami

pengetahuan dibidang pakan alternative.

2. Bagi Pembudidaya Lobster Pasri

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi dan masukan

mengenai Pengaruh Pemberian Pakan Keong Mas Terhadap Pertumbuhan Dan


Kelangsungan Hidup Lobster Pasir (Panulirus homarus), sehingga dapat

membantu pembudidaya lobster pasir dalam meningkatkan hasil produksi.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

mengenai pengaruh pemberian pakan keong mas terhadap pertumbuhan dan

kelangsungan hidup Lobster Pasir (Panulirus homarus). Selain itu, penelitian ini

juga bermanfaat sebagai sarana untuk mengembang ilmu pengetahuan mengenai

lobster pasir, serta dapat membandingkan teori yang telah dipelajari selama

perkuliahan dengan realita dilapangan.

1.7. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan pada hal-hal di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis

sebagai berikut :

Ho: Peran menjadikan Keong Mas sebagai pakan tidak berpengaruh pada

pertumbuhan dan keberlangsungan hidup Lobster Pasir

Ha:Peran menjadikan Keong Mas sebagai pakan berpengaruh pada

pertumbuhan dan keberlangsungan hidup Lobster Pasir

Anda mungkin juga menyukai