Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSERVASI SUMBER DAYA LAUT

“ KONSERVASI PENYU DI WILAYAH BALI – INDONESIA”

KELOMPOK :
9

NAMA KELOMPOK :
1. JOVI ANDIKA PRATAMA
2. KAMIL PASYA
3. WAHYU NUGROHO

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS MATEMATIKA & LMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini “ Konservasi Penyu di Wilayah Bali
” adalah sebagai salah satu Tugas Mata Kuliah Konservasi Sumberdaya Laut di
Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Sriwijaya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Inderalaya, September 2017

Tim Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.508 pulau
dengan total panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km. Sepanjang garis pantai ini
terdapat wilayah pesisir yang relatif sempit, tetapi memiliki potensi sumberdaya alam
hayati dan non-hayati, sumberdaya buatan, serta jasa lingkungan yang penting bagi
kehidupan masyarakat. Sumber daya perairan berperan penting bagi pembangunan di
Indonesia. Sumberdaya pesisir dan kelautan merupakan potensi penting dalam
pembangunan di masa depan. Luas wilayah laut Indonesia adalah 62% dari luas wilayah
nasional, belum termasuk zona ekonomi eksklusif seluas 2,7 juta kilometer persegi.
lebih kurang 143 lokasi peneluran penyu yang tersebar di seluruh Indonesia.
Tetapi banyak di antara lokasi lokasi peneluran penyu yang luas telah ditinggalkan oleh
penyu, karena kondisi lingkungan yang rusak. Ancaman utama terhadap populasi penyu
adalah kegiatan manusia, seperti pencemaran pantai dan laut; perusakan habitat
peneluran, perusakan daerah mencari makan, gangguan pada jalur migrasi; serta
penangkapan induk penyu secara ilegal dan pengumpulan telur. Dari tujuh jenis penyu
yang masih tersisa hingga kini, ada enam jenis yang ditemukan di Indonesia yaitu penyu
hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang
(Lapidochelys olivacea), penyu pipih (Natator depressus), penyu tempayan (Caretta
caretta) dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea)
Lingkungan merupakan daerah disekitar mahluk hidup tinggal, baik di darat,
udara, maupun air. Mahluk hidup memerlukan lingkungan yang sesuai dengan
kreterianya. Lingkungan yang ideal atau seimbang yaitu suatu lingkungan dimana
komponen – komponennya, baik biotik maupun abiotik, berada lama keadaan seimbang
dan harmonis sehingga kehidupan di dalam berjalan dengan baik. Contoh paling
sederhana adalah lingkungan yang ada di hutan liar. Di dalam hutan liar, antara
komponen biotik dan abiotik saling ada ketergantungan. Lingkungan yang ideal baik
bagi pertumbuhan mahluk hidup yang hidup di dalamnya.
Pada kenyataanya, masih banyak lingkungan di sekitar kita yang belum seperti
lingkungan ideal atau malah sangat jauh dari lingkungan ideal. Hutan yang dulunya ada
sekarang beralih fungsi menjadi lahan perkebunan atau pertanian. Sehingga pohon yang
dulunya menahan tanah dan air hujan sekarang sudah tidak ada lagi. Selain itu, contoh
nyata lingkungan kita ialah sampah plastik yang ada di mana-mana, bila sampah itu
menyumbat aliran sungai, dapat menyebabkan aliran sungai terhenti dan meluap
menjadi banjir ketika hujan deras, sedangkan bila sampah itu ada di laut, maka sampah
itu akan dimakan oleh hewan-hewan yang ada dilaut terutama penyu yang menganggap
bahwa sampah yang mengapung itu adalah ubur-ubur.
Permasalahan yang sering terjadi diakibatkan karena kenyataan kondisi
lingkungan disekitar kita sangatlah jauh dari keidealan yang ada. Bagaimana kita hidup
bila tempat kita hidup tidak memungkinkan kita untuk hidup. Contohnya bila air yang
kita perlukan untuk hidup tidak dapat kita gunakan lagi untuk minum karena sudah
tercemar, kita akan mati karena tidak ada yang bisa kita minum. Selain itu bila tanah
tempat kita tinggal rusak karena tidak ada lagi pohon yang menjaga tanah, kita tidak
akan punya lagi tempat tinggal. Selain itu, kondisi lingkungan atau habitat hewan-
hewan di hutan akan terancam punah bila kita terus merusak hutan dan tidak pernah
mau memperbaikinya. Bila hal ini terus terjadi, bumi yang kita tinggali akan rusak dan
tidak dapat kita tinggali lagi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Kondisi, kendala dan potensi dari pelestarian Sumber Daya Alam
Hayati di Bali ?
2. Mengapa perlu dilakukan konservasi ?
3. Apa penyebab kepunahan terhadap penyu yang ada di indonesia ?
4. Langkah apa yang bisa kita lakukan dalam upaya pelestarian penyu?
5. Kebijakan apa yang patut dikeluarkan oleh pemerintah dalam melindungi hewan
langka seperti penyu ?
6. Apa saja peranan yang kita peroleh dalam melakukan konservasi terhadap penyu ?
7. Bagaimana usaha pelestarian penyu di Bali ?

1.3 Tujuan
Mengidentifikasi upaya pelestarian penyu di Bali
1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kalayak banyak ,
Sebagai sumber bacaan atau informasi bagi yang membutuhkan dan sebagai salah
satu tugas untuk mata kuliah Konservasi Sumberdaya Laut di Program Studi Ilmu
Kelautan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sriwijaya,
Inderalaya.

1.5 Metode Penulisan


Makalah ini menggunakan metode observasi dan penggunaan literatur dari
buku, Jurnal, Prosiding maupun artikel di internet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau


lebih dari 17.500 di sepanjang ekuator dan lebih dari 360 juta hektar area laut.
Terhampar diantara isothermal 20o LU/LS merupakan lokasi yang baik bagi
pertumbuhan terumbu karang, rumput laut dan keanekaragaman hayati termasuk penyu
laut (Limpus dan McLachian, 1996).
Bali merupakan daerah kepulauan yang sebagian besar terdapat pesisir pantai.
Kondisi tersebut menjadikan pulau Bali sebagai tempat yang cocok untuk kehidupan penyu
terutama pada daerah-daerah pesisir pantai yang berpasir. Banyaknya jenis penyu yang ada
di Indonesia yang terdiri dari 6 spesies penyu yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricate),
penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermocelys coriacea), penyu
hijau (Chelonia mydas), penyu tempayan (Caretta caretta), dan penyu pipih ( Natator
depresusu). Sedangkan penyu terdapat di pulau Bali diantaranya penyu lekang, penyu hijau,
dan penyu sisik. Ketiga jenis penyu ini sangat berpotensi meningkatkan sumber daya alam
dan sumber daya manusia.
Satu hal yang sangat ironi adalah kekayaan yang besar tersebut tidak sepenuhnya
terpelihara kelestariannya. Pembunuhan penyu dan pengambilan telur secara liar telah
mendorong menurunnya populasi penyu di Bali. Hal tersebut dikarenakan masyarakat
banyak yang tidak tahu tentang keberadaan penyu baik secara biologi maupun ekologi.
Selain itu, kurangnya informasi tentang siklus hidup serta kehidupan penyu menjadikan
masyarakat masih tetap mengeksploitasi dan mengkonsumsi telur serta daging penyu.
Tingginya minat masyarakat untuk mengkonsumsi telur penyu diakibatkan adanya
anggapan bahwa telur penyu mampu meningkatkan stamina pria. Oleh karena itu,
dibutuhkan tindakan nyata dalam melakukan pelestarian penyu. Upaya tersebut antara lain
dengan melindungi telur penyu di alam dan melepaskan tukik kembali ke laut. Upaya
penyelamatan ini harus berkelanjutan meskipun biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan ini
cukup besar. Salah satu penyelamatan tersebut dengan mendirikan Penangkaran Penyu.
Penyu telah mengalami penurunan jumlah populasi dalam jangka waktu terakhir
ini bahkan beberapa spesies terancam kepunahan. Di alam, penyu-penyu yang baru
menetas menghadapi ancaman kematian dari hewan-hewan seperti kepiting, burung,
dan reptilia lainnya seperti biawak. Ancaman yang paling besar bagi penyu di
Indonesia, seperti juga halnya di seluruh dunia, adalah manusia. Pembangunan daerah
pesisir yang berlebihan telah mengurangi habitat penyu untuk bersarang. Penangkapan
penyu untuk diambil telur, daging, kulit, dan cangkangnya telah membuat populasi
penyu berkurang. Semua penyu menurut Sukresno (1997) telah terdaftar dalam Daftar
Apendik I CITIES (Convension on International Trade of Endangered Species).
Konvensi ini melarang semua perdagangan internasional atas semua produk yang
berasal dari penyu, baik itu berupa telur, daging, maupun cangkangnya.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan jenis Penyu Belimbing dilindungi
berdasarkan SK Menteri Pertanian No.327/Kpts/Um/5/1978; Penyu Tempayan dan
Lekang dilindungi berdasarkan SK Menteri Pertanian No.716/Kpts/Um/10/1980; Penyu
Sisik dan Penyu Pipih dilindungi berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.882/Kpts-
II/1992, dan Penyu Hijau yang termasuk dalam 6 jenis penyu yang dilindungi
berdasarkan PP No.7/1999 tentang pengawetan tumbuhan dan satwa.
Konservasi merupakan salah satu kegiatan yang diharapkan dapat mencegah
punahnya habitat penyu, mencegah adanya pemanfaatan penyu demi kepentingan
komersial seperti penjualan telur, daging, maupun cangkang dan dapat menjadi sarana
berbagi ilmu atau edukasi kepada masyarakat secara luas tentang pentingnya konservasi
penyu demi menjaga habitat penyu di Indonesia agar tidak punah.
Perlindungan dan Restorasi keragaman hayati, keutuhan ekologi, dan kesehatan
ekologi Konservasi sumber daya alam memerlukan kombinasi berbagai strategi,
termasuk perlindungan spesies teracam punah, pencadangan kawasan ekologi,
pengendalian kegiatan manusia yang dapat merusak ekosistem, restorasi ekosistem,
penangkaran, pengendalian spesies bukan asli, dan pendidikan konservasi. Perlindungan
spesies terancam punah. Spesies dengan resiko kepunahan memerlukan perlindungan
dari berbagai eksploitasi dan hilangnya habitat. Perlidungan spesies dilakukan dengan
dengan melakukan identifikasi factor-faktor yang mengarahkan pada penurunan ukuran
populasi serta penghilangan factor-faktor tersebut.
Sistem pencadangan kawasan ekologi. Kawasan yang ditujukan untuk keperluan
konservasi perlu dibentuk dan dikelola sehingga dapat melindungi suatu ekosistem
secara utuh, termasuk perlindungan terhadap spesies-spesies terancam punah. Kawasan
ini merupakan suatu kawasan yang dikelola dengan tujuan utama untuk perlindungan
spesies dari kepunahan, serta mempromosikan proses-proses ekologi dan evolusi.
Efektivitas system ini sangat dipengaruhi berbagai aspek, termasuk tekanan terhadap
kawasan, aktivitas yang dilakukan di dalam kawasan, konektivitas habitat bagi organism
di dalamnya.
Kawasan ini perlu pula dipersiapkan untuk menghadapi dampak perubahan
iklim global yang dapat mengancam spesies yang dilindungi di dalamnya. Restorasi
ekosistem. Ekosistem yang sudah terdegradasi sehingga menyebabkan terjadinya
perubahan fungsi dan perubahan komposisi spesies perlu dilakukan upaya restorasi
terhadapnya sehingga dapat mencapai kondisi sedekat mungkin dengan kondisi
alaminya. Upaya restorasi dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas penghilangan
tekanan terhadap ekosistem, penghilangan spesies exotic, serta restorasi proses-proses
ekologi.
Di Bali terdapat beberapa tempat penangkaran penyu yaitu penangkaran penyu
di Desa Serangan, Tanjung Benoa, Tukad Yeh Gangga, Pantai Kuta, Pantai Lebih dan
Pantai Perancak, Pantai Desa Perancak merupakan satu-satunya pantai di Kabupaten
Jembrana yang masih dijadikan tempat penyu untuk bertelur. Menurut bapak Anom
(ketua kelompok pelestari penyu di Perancak) Penyu yang bertelur dikawasan ini
merupakan jenis penyu hijau, penyu lekang, dan penyu sisik yang merupakan binatang
yang hidup di air laut. Penyu hijau dapat berkembang sampai mencapai 1 meter
panjangnya, lebih dari 200 kg dan hidup lebih dari 100 tahun.
Sebelum penyu mulai bertelur disarankan agar tidak menimbulkan kegaduhan
atau keributan, dan juga disarankan tidak membawa penerangan dalam bentuk apapun
karena hal ini bisa menjadikan penyu enggan bertelur dan kembali lagi ke arah laut.
Begitu telur mulai dikeluarkan barulah bisa mendekat dan mengamatinya dengan
menggunakan senter atau alat penerangan lain. Nampaknya bila penyu sudah mulai
mengeluarkan telurnya, akan mengalami kesulitan untuk berhenti mengeluarkan
telurnya, dan jumlah telur yang dikeluarkan dari seekor penyu hijau bisa mencapai 200
butir.
Penyu-penyu yang bertelur di kawasan Pantai Perancak untuk saat ini sudah
mulai mengalami peningkatan, dari tahun ke tahun mulai dari tahun 1997 sampai tahun
2014, jumlah telur penyu yang menetas tahun 2010 paling banyak mencapai 36400 butir
telur dan presentase telur yang menetas 94,35%. Tetapi untuk fasilitas yang terdapat
disana tidak memadai seperti bak penampungan tukik masih menggunakan ember
sehingga tidak terdapat sirkulasi air yang bagus, bangunan yang terdapat di sana
tergolong semi permanen. Kurang baiknya perawatan di sana membuat tukik stress dan
bisa mengakibatkan kematian,. Untuk itu perlu dibuatkan tempat penampungan tukik
dan penyu yang lebih bagus dan memenuhi standar untuk penangkaran penyu.
Selain fasilitas dan perawatan yang kurang di sepanjang pantai perancak sering
terjadi abrasi. Ketika air lagi pasang hampir mencapai ke bibir pantai, yang
mengakibatkan tersapunya sarang telur penyu dan mengikis pasir yang ada di sana.
Akibatnya telur-telur penyu menjadi busuk karena kondisi sarang telur penyu sudah
rusak dan telur penyu bisa hanyut terbawa air laut. Disamping mendirikan penangkaran
penyu, di Desa Perancak ini juga sudah ada sebuah kelompok pelestari penyu yang
mendukung aktifitas di penangkaran.
Dengan menciptakan penangkaran penyu, dapat juga meningkatkan
perekonimian dan mata pencaharian bagi penduduk di sekitar Desa Perancak. Adanya
ikut campur tangan pemerintah yang nantinya bisa mengembangkan penangkaran penyu
ini agar bisa dilestarikan kembali di masa yang akan datang tidak hanya di Pantai Desa
Perancak saja, melainkan di setiap Kabupaten yang memiliki potensi tempat penyu
berkembang biak. Maka dari itu Penangkaran Penyu ini sebagai contoh bagi masyarakat
yang tidak peduli akan kehidupan penyu yang dilindungi.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Penyu


Penyu adalah kura-kura laut. Penyu ditemukan di semua samudra di dunia.
Menurut data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 - 208
juta tahun yang lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Pada masa itu Archelon, yang
berukuran panjang badan enam meter, dan Cimochelys telah berenang di laut purba
seperti penyu masa kini.

Penyu memiliki sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung yang
memberinya ketangkasan berenang di dalam air. Walaupun seumur hidupnya
berkelana di dalam air, sesekali hewan kelompok vertebrata, kelas reptilia itu tetap
harus sesekali naik ke permukaan air untuk mengambil napas. Itu karena penyu
bernapas dengan paru-paru. Penyu pada umumnya bermigrasi dengan jarak yang
cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3.000 kilometer dapat
ditempuh 58 - 73 hari.

3.2 Jenis Penyu di Pulau Bali


penyu dibagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan bentuk fisik tubuhnya
yaitu antara lain :
1. dikatakan penyu hijau karena penyu ini memiliki warna hijau pada seluruh
permukaan tubuhnya,penyu ini memiliki berat yang mencapai ,tapi juga ada
penyu hijau ini warna abu - abu kehitam – hitam atau juga kecoklatan akan
tetapi kelihatan berwarna kehijaun bila terkena sinar matahari.penyu ini disebut
juga penyu penyu daging karena penyu ini dimanfaatkan dagingnya untuk
dikonsomsi kebanyakan dibali.penyu hijau memiliki berat penyu 400 kg,namun
diasia tenggara yang tumbuh paling besar deparuh ukuran ukuran ini.

2. dikatakan penyu sisik karena seluruh permikaan tubuhnya terselimutin oleh


sisik,dan sisiknya tumpang tindih,warnanya bervariasi ada yang warnanya
kuning,hitam, dan coklat bersih.penyu sisik ini selalu memilih kawasan yang
gelap sunyi dan berpasi untuk bertelur.

3. penyu lekang ini hampir mirip dengan penyu hijau akan tetapi penyu kepalanya
lebih komperatif lebih besar dan dan bentuk kerapasnya lebih langsing dan
panjang.tubuhnya berwarna kehijaun pudar, penyu ini merupakan penyu
terkecil diantara jenis penyu yang ada diperkirakan ada 1000 sarang yang
ditemukan saat ini.
4. penyu belimbing merupakan penyu yang tidak bersisik dan dikatakan penyu
yang terbesar diantara penyu – penyu lainnya.penyu ini dikatakan penyu
belimbing karna bentuk tubuhnya menyerupai bentuk buah belimbing.tubuhnya
diselimuti oleh lapisan tipis,lunak namun sangat kuat dan elastis layaknya
kulit.penyu ini memeliki kemampuan menyelam yang luar biasa.tercatat
mampu menyelam sampai kedalaman 1.000 meter.sangat fantastikberbeda
dengan jenis penyu lainnya.penyu ini tidak memeliki rahang yang cukup kuat
untuk memecahkan biota laut yang keras.

5. penyu ini dikatakan penyu pipih karena penyu ini berbentuk pipih.penyu ini
ditemukan diaustralia meskipun sering ditemukan dilaut Indonesia,meskipun
tidak bertelur disini. Hal ini disebabkan karna letak geografis.kedua Negara.
6. Penyu Tempayan memiliki warna karapanya berwarna coklat
kemerahan,kepalanya yang besar dan paruh yang bertumpuk.penyu berbentuk
tempayan banya bertelur didaerah subtropis.kadang – kadang ditemukan
didaerah perairan Indonesia.

Dari enam jenis penyu yang ada di Indonesia, hanya tiga jenis yang
banyak ditemui bersarang di pantai pesisir Pulau Bali seperti di Bali barat,
Pantai Kuta, dan Pulau Serangan. Mereka adalah jenis penyu lekang, penyu
sisik, dan penyu hijau.

3.3 Habitat Penyu dan Peneluran


Penyu seperti hewan laut lainnya mempunyai habitat di laut terutama dekat
pantai saat bertelur. Habitat peneluran merupakan pantai daratan yang digunakan
penyu untuk meletakkan telurnya dan kemudian kembali ke laut. Lokasi peneluran
berdekatan dengan habitat perairannya. Walaupun penyu memiliki wilayah jelajah
yang sangat luas, ketika musim kawin, penyu akan mendekati pantai peneluran.
Penyu memilih pantai yang tidak terlalu curam, kesukaan penyu pada daerah yang
landai, kemiringan dengan kisaran antara 10 – 100, berhubungan dengan keinginan
penyu untuk melewati daerah di atas batas pasang surut. Penyu, satu kali musim
bertelur bisa 3 – 4 kali bertelur dengan jarak waktu antara 14 – 25 hari. Setelah
musim bertelur berakhir, penyu akan bertelur lagi sekitar 2 - 3 tahun kemudian.
Seteleh bertelur penyu akan menjelajahi samudera dan ketika musim kawin akan
kembali mendekati pantai peneluran.

3.4 Teknik dan Cara Pelestarian Penyu


Upaya pelestarian penyu perlu sedini mungkin dilakukan, karena untuk saat
sekarang pantai peneluran penyu mengalami kerusakan yang sangat parah. Hal ini
mengakibatkan populasi penyu di alam dari hari ke hari mengalami penurunan,
bahkan semua jenis penyu masuk dalam kategori punah. Upaya pelestarian yang
sering dilakukan adalah penetasan semi alami.
Telur dari sarang alami dipindahkan ke dalam ember berpasir. Kemudian
telur dalam ember dibawa ke lokasi penetasan semi alami dan selanjutnya ditanam.
Keuntungan dari penetasan buatan adalah terbebas dari predator dan suhu dan
kelembaban sarang bisa diatur dengan cara membuka dan menutup tutup ember.
Kelemahan penetasan buatan ini adalah pada waktu pemindahan sarang
buatan (ember berpasir), terjadi goncangan yang bisa mengakibatkan telur penyu
tidak menetas. Setelah telur menetas, tukik – tukik (anak penyu) dilepaskan
kembali ke laut. Atraksi ini sangat menarik bagi wisatawan baik mancanegara
maupun domestik. Hal ini dijadikan sebagai sarana wisata pendidikan. Diharapkan
dengan melepaskan tukik kembali ke laut bisa menanamkan jiwa kepedulian
terhadap upaya pelestarian penyu.

3.5 Upaya Pelestarian Penyu


Agar penyu tetap lestari dan berkembang menjadi banyak maka perlu dilakukan sebagai
berikut :
1. Dibuatnya peraturan uu tentang penyu,
Dengan dibuatnya peraturan – peraturan tentang penyu kepada masyarakat terutama
nelayan yang aktivitas – aktivitas sehari – harinya berada di laut agar tidak
melakukan penangkapan terhadap penyu baik telur atau penyu itu sendiri.jika hal
itu terjadi maka akan dikenakan sangsi sesuai dengan undang – undang yang
berlaku.
2. Tidak mengkonsumsi penyu,
Selain tidak menangkap kita juga jangan mengkonsumsi baik dagin atau pun
telurnya, kita bisa menggantikan lauk makanan dengan sayuran atau ikan ikan yang
banyak dan mudah kita dapat.dan tidak langka di laut.
3. Tidak melakukan pemburuan penyu.
Untuk mempertahan kan penyu tetap lestasi sepatutnya kita tidak malakukan
pemburuan terhadap penyu,untuk kesenangan semata karena penyu merupakan
hewan penjasa keseimbangan ekosistem laut.
4. Tidak membuang sampah (plastik) dilaut’
Pembuangan sampah juga berakibat terhadap keselamatan penyu. Terutama sampah
plastik sangat berbahaya karena dikinya plastik tersebut dianggap ubur – ubur yang
merupakan makanan bagi penyu,oleh karenanya pemerintah melarang pembuangan
sampah plastic ke laut.karena akan mengakibatkan terancamnya penyu – penyu
bahkan menyebabkan kematian.
5. Melakukan penangkaran.
Tujuan melakukan pengkaran yaitu agar penyu – penyu terhindar dari kepunahan
baik penangkaran secara exsitu maupun insitu.
6. Tidak mengganggu penyu yang sedang bertelur
Penyu sangat peka jika saat mengeluarkan telurnya diganggu baik manusia,hehan
lainnya penyu tersebut akan mengahiri telurnya dan kembali kelaut,penyu akan bisa
bertelur kembali setelah mencapai dua tahun.

3.6 Siklus Hidup Penyu


Seluruh spesies penyu memiliki siklus hidup yang sama. Penyu mempunyai
pertumbuhan yang sangat lambat dan memerlukan berpuluh-puluh tahun untuk
mencapai usia reproduksi. Penyu dewasa hidup bertahun-tahun di satu tempat sebelum
bermigrasi untuk kawin dengan menempuh jarak yang jauh (hingga 3000 km) dari ruaya
pakan ke pantai peneluran. Pada umur yang belum terlalu diketahui (sekitar 20-50
tahun) penyu jantan dan betina bermigrasi ke daerah peneluran di sekitar daerah
kelahirannya.
Perkawinan penyu dewasa terjadi di lepas pantai satu atau dua bulan sebelum
peneluran pertama di musim tersebut. Baik penyu jantan maupun betina memiliki
beberapa pasangan kawin. Penyu betina menyimpan sperma penyu jantan di dalam
tubuhnya untuk membuahi tiga hingga tujuh kumpulan telur (nantinya menjadi 3-7
sarang) yang akan ditelurkan pada musim tersebut. Penyu jantan biasanya kembali ke
ruaya pakannya sesudah penyu betina menyelesaikan kegiatan bertelur dua mingguan di
pantai. Penyu betina akan keluar dari laut jika telah siap untuk bertelur, dengan
menggunakan sirip depannya menyeret tubuhnya ke pantai peneluran.
Penyu betina membuat kubangan atau lubang badan (body pit) dengan sirip
depannya lalu menggali lubang untuk sarang sedalam 30-60 cm dengan sirip belakang.
jika pasirnya terlalu kering dan tidak cocok untuk bertelur, si penyu akan berpindah ke
lokasi lain. Penyu mempunyai sifat kembali ke rumah (”Strong homing instinct”) yang
kuat (Clark, 1967, Mc Connaughey, 1974; Mortimer dan Carr, 1987; Nuitja, 1991),
yaitu migrasi antara lokasi mencari makan (Feeding grounds) dengan lokasi bertelur
(breeding ground). Migrasi ini dapat berubah akibat berbagai alasan, misalnya
perubahan iklim, kelangkaan pakan di alam, banyaknya predator termasuk gangguan
manusia, dan terjadi bencana alam yang hebat di daerah peneluran, misalnya tsunami.
3.7 Status Perlindungan Penyu
Kompleksitas isu penyu berdampak pada pengaturan pengelolaan dan
konservasinya, dan kenyataannya tidak tak satu aturanpun yang mampu menjawab
kompleksitas permasalahan ini. Seluruh aturan mesti dipergunakan secara bersamaan.
Aturan-aturan baru mesti dibangun untuk mengisi kesenjangan yang masih tersisa.
Luasnya cakupan siklus hidup penyu mengharuskan adanya pengaturan yang meliputi
daratan (pantai), wilayah perairan pesisir (hingga 12 mil), zona ekonomi ekslusif sampai
di lautan lepas. Sifat-sifat migrasinya yang cenderung lintas negara mewajibkan adanya
pengaturan bilateral, tri nasional bahkan regional. Kompleksitas dampak sosial-ekonomi
yang muncul pada setiap keputusan pengelolaannya memandatkan adanya partisipasi
aktif dan progresif dari berbagai pihak. Hal terakhir ini, barangkali adalah salah satu
faktor penting yang mendasari keterlibatan lembaga–lembaga keagamaan serta
komunitas Adat dalam upaya penyelamatan populasi penyu.

3.8 Kondisi Pelestarian Penyu di Bali


Penyu di dunia khususnya di bali jumlahnya kian memprihatinkan. Pada tahun
1970 an, Bali dikenal sebagai daerah pengkonsumsi penyu terbesar di Indonesia. Pada
kurun waktu tersebut, yaitu pada tahun 1969 – 1999, kebutuhan penyu di Bali
khususnya penyu hijau (Chelonia mydas) mencapai 19.628 ekor – 30.121 ekor per
tahun. Saat itu, penyu hijau belum dilindungi. Namun demikian kondisi ini banyak
mengundang protes dari berbagai pihak, bahkan Bali di juluki sebagai “daerah
pembantai penyu terbesar di dunia “ dan banyak pihak yang mengancam akan
memboikot pariwisata Bali. Hal ini tentunya menimbulkan citra negatif bagi pariwisata
Bali.
Disamping pemburuan oleh manusia, penyu juga memiliki masalah lain yakni
pembangunan di wilayah pesisir yang menyebabkan kerusakan lingkungan daerah
pesisir, penangkapan tidak sengaja oleh alat perikanan, degradasi, dan kerusakan pantai
untuk bertelur, dan polusi kelautan.
Oleh karena semakin berkurangnya populasi penyu maka dibutuhkan suatu
upaya konkret untuk menghindari penyu agar tidak punah. Upaya tersebut dapat
dilakukan oleh individu maupun pemerintah. Upaya individu tersebut dapat berupa :
1. Jika sedang melaut :
a. Jika menggunakan perahu, berhati-hatilah – tabrakan dengan perahu dapat
mematikan penyu
b. Jika menemukan penyu dalam air, jangan mengganggu, terutama jika penyu
sedang istirahat atau makan
c. Menurut para ahli, sebaiknya jangan menyentuh atau memberikan makanan pada
penyu liar
2. Jika sedang di pantai :
a. Menghindari gangguan terhadap sarang – misalnya jangan lewat di tempat
sarang dengan kendaraan, termasuk kendaraan bermotor dan kendaraan
tradisional seperti grobak; dan jangan menggunakan pantai-pantai ini untuk
acara – acara keramaian, seperti bakar ikan, berkemah, menyanyi sambil
menyalakan api unggun, dll.
b. Jangan meninggalkan benda besar di pantai pada saat malam, yang dapat
menghalangi perjalanan sang penyu dari laut ke tempat bertelur (sarang); jika
menemukan benda yang dapat mengganggu penyu (seperti kayu log hanyut
besar, sampah besar lainya) sebaiknya berusahalah untuk dibersikan.
c. Meminimalisir lampu-lampu dekat pantai bertelur – cahaya non-alami dapat
membingungkan penyu, sehingga tidak tahu arah yang benar, terutama anak
baru menetas, dan dapat menakuti sang induk
3. Jika mengamati telur penyu maupun penyu yang sudah menetas dan bertelur :
a. Jangan mendekati seekor penyu yang baru datang dari laut, dia akan gampang
takut
b. Jangan mengganggu telur atau anak penyu yang menetas
c. angan pernah memotret anak penyu dengan blitz – mereka sangat sensitif
terhadap cahaya
di bali pemerintah telah berperan aktif dalam pelestarian penyu
BAB IV
PENUTUP

3.4 Kesimpulan
Penyu merupakan binatang purbakala yang masih hidup sampai
sekarang,terdapat bermacam – macam jenis berdasarkan bentuk fisiknya,
berkembangbiak dengan cara bertelur dan melepaskan telurnya didalam
pasir,konservasi penyu bertujuan untuk melindungi jenis penyu dari kepunahan agar
penyu selalu hidup dan menjadi lebih banyak.penyu hidup diair laut akan tetapi bernafas
dengan paru – paru.selain itu juga dilakkukan pengakaran penyu agar penyu – penyu
dapat lestari.makanan penyu adalah alga yang ada dilaut,penyu memiliki manfaat yaitu
dapat dijadikan objek penelitian,penarik wisatawan,penjaga keseimbangan ekosistem.

3.5 Saran
Penyu perlu dilindungi demi terjaganya keseimbanan ekosistem laut,karena
jarang sekali penyu bisa hidup,dan langka hanya terdapat di beberapa laut saja,oleh
kerena itu perlu dilindungi karna selain menjaga keseimbanan ekosistem penyu juga
dapat dijadikan objek penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Yustina, 2004. Jurnal Biogenesis, Analisis Distribusi Sarang Penyu Hijau Chelonia
mydas di Pulau Jemur Riau, Pekan Baru, Vol. 1, ISSN:1829-5460.
Risma Illa Maulany, 2011, Biologi, Ekologi dan Manajemen Penyu Lekang
(Lepidochely olivacea) di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi: Natural
and Rural Systems Management University of Queensland.
Agus Dermawan dkk. 2009. Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu. Jakarta:
Departemen Kelautan dan Perikanan RI.
Mimi. 2012. Penyu Laut .Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan RI.
Albiansyah dan Aditya. 2011. Akibat Perubahan Iklim Populasi Penyu Terancam.
Bandung: Pikiran Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai