Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA MAGANG

BUDIDAYA PERIKANAN
DI BADAN PELATIHAN DAN PENYULUHAN PERIKANAN
BANYUWANGI

Disusun Oleh :

Andini Rizky Ramadhani (200341100072)


Fatkhal Hendriansyah (200341100081)
M. Muslim Iqrom A. (200341100104)

JURUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Bidang magang : Budidaya Perikanan

Instansi yang dituju : Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan

Banyuwangi

1. Ketua Tim Magang


Nama : Andini Rizky Ramadhani
NIM : 200341100072
Jurusan : Ilmu Kelautan
Fakultas : Pertanian
Perguruan Tinggi : Universitas Trunojoyo Madura
No. Telephone /Email : 085785731741/andinrmd121@gmail.com

2. Anggota Tim Magang


Anggota 1
Nama : Fatkhal Hendriansyah
NIM : 200341100081
Jurusan : Ilmu Kelautan
Fakultas : Pertanian
Perguruan Tinggi : Universitas Trunojoyo Madura
No. Telephone /Email : 085895732197/patkalgopek@gmail.com

Anggota 2
Nama : Muhammad Muslim Iqrom Al-Jalil
NIM : 200341100104
Jurusan : Ilmu Kelautan
Fakultas : Pertanian
Perguruan Tinggi : Universitas Trunojoyo Madura
No. Telephone /Email : 089514737402/iqrommuslim@gmail.com

iii
3. Lokasi Magang
Alamat : Jl. Raya Situbondo KM. 17
Desa/Kecamatan : Desa Bangsring/Kec. Wongsorejo
Kabupaten/Kota : Banyuwangi
Provinsi : Jawa Timur

Banyuwangi, Desember 2021

Magang Prodi Ilmu Kelautan

Universitas Trunojoyo Madura

Pembimbing Magang Pembimbing Magang

I Putu Suarma, S. Pi M. Ruslani, S. Pi

Ketua Tim Magang

Andini Rizky Ramadhani

NIM.200341100072
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan hidayahnya dan memberi penulis kesempatan dalam menyelesaikan
laporan praktik kerja magang. Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan
dalam menyelesaikan praktik kerja magang bagi para mahasiswa Prodi Ilmu Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.

Praktik kerja magang merupakan salah satu upaya dalam menjalin kerja sama
yang baik dalam bidang Budidaya Perikanan di Balai Pelatihan dan Penyuluhan
Perikanan (BPPP) Banyuwangi. Penulis harap praktik kerja magang ini akan
memberi banyak manfaat bagi penulis, mahasiswa maupun bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang telah


memberikan dukungan serta bimbingan kepada penulis. Ucapan terima kasih ini
penulis tujukan kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa dan Orang tua penulis yang selalu membantu baik dalam
bentuk pertolongan, dukungan dan do’a.

2. Koordinator Program Studi Ilmu Kelautan dan Ketua Jurusan Kelautan dan
Perikanan Universitas Trunojoyo Madura.

3. Bapak I Putu Suarma, S. Pi, Bapak M. Ruslani, S. Pi, Ibu Ir. Sumartin, M. P, Ibu
Ir. Sri Astutik dan Ibu Ir. Indah Retnowati yang telah membimbing penulis selama
pelaksanaan Praktik kerja magang.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Kami
menyadari, laporan ini masih jauh dari kata sempurna.

Banyuwangi, 24 Desember 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Produksi perikanan budidaya tumbuh pesat dalam 2-3 dekade terakhir.


Budidaya perikanan menyumbang sekitar sepertiga pasokan ikan dunia .
Indonesia saat ini merupakan salah satu produsen budidaya perikanan utama
dunia. Untuk wilayah Asia, produksi akuakultur Indonesia sebanyak 4,32%,
sedangkan di dunia produksi akuakultur Indonesia berkontribusi sebesar 3,85%
atau menempati peringkat ke 4 baik di Asia maupun duni. Berdasarkan data hasil
Badan Pusat Statistik bahwa jumlah produksi budidaya ikan di kolam pada tahun
2015 mencapai 2.043.000 ton, sedangkan total produksi perikanan budidaya pada
tahun 2015 yaitu sebanyak 15.634.000 ton (Nisa et al. 2015).

Produksi perikanan budidaya berasal dari usaha budidaya laut, budidaya


tambak, budidaya kolam, budidaya keramba, budidaya jaring apung, budidaya
sawah, dan budidaya laut. Sektor perikanan juga merupakan sektor yang sangat
penting tidak saja sebagai sumber protein hewani, tetapi juga secara ekonomi
sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber devisa negara. Produksi budidaya
perikanan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kualitas benih, kualitas air, dan
kualitas pakan. Benih yang digunakan alangkah baiknya apabila menggunakan
benih dengan kualitas yang baik. Kualitas air yang baik akan memberikan
dampak yang positif terhadap ikan yang dipelihara. Budidaya ikan memperkaya
lingkungan dengan buangan pakan termetabolisir dan yang tidak termakan
(Syamsunarno 2016).

Kegiatan yang dilakukan dalam proses budidaya umumnya terdiri atas


pembenihan, pembesaran, pengolahan dan penangkapan. Parameter berhasil atau
tidaknya suatu proses budidaya dapat dilihat pada hasil yaitu berupa kualitas dan
kuantitas jenis hewan perairan tersebut. Proses budidaya pembenihan tentu saja
memerlukan indukan yang tepat dan siap memijah untuk menghasilkan benih
yang berkualitas. Proses budidaya pembesaran dapat dilakukan dengan
menggunakan benih bibit dari alam, seperti lobster yang merupakan sumberdaya
perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, jika ukuran semakin besar maka
harga jual akan meningkat (Erlania et al. 2016).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktik magang mengenai budidaya perikanan adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui hubungan pertumbuhan panjang dan berat ikan budidaya
2. Mengetahui hubungan maggot sebagai pakan alami ikan budidaya
3. Mengetahui perbandingan kualitas air pada kolam udang vaname

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktik magang mengenai budidaya perikanan
adalah sebagai berikut:
1. Pembaca dapat mengetahui hubungan pertumbuhan panjang dan berat ikan
budidaya
2. Pembaca dapat megetahui hubungan maggot sebagai pakan alami ikan
budidaya
3. Pembaca dapat mengetahui perbandingan kualitas air pada kolam udang
vaname

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Air Tawar


2.1.1 Ikan Nila Jatimbulan (Oreochromis niloticus)
A. Klasifikasi
Klasifikasi Oreochromis niloticus menurut Sulmartiwi et al. (2020) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas (class) : Pisces
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
B. Morfologi
Ikan nila Jatimbulan atau Oreochromis niloticus memiliki karakteristik
morfometrik dan morfologi dengan panjang total 25-32 cm, panjang standar
23-26,7 cm dan lebar mata 1,5-2 cm. Ikan nila Jatimbulan memiliki warna
punggung abu-abu kehijauan, warna perut putih keabu-abuan, dan warna
operculum abu-abu kemerahan. Jumlah jari-jari sirip dada 12-13, jumlah
jarijari sirip anal 9-10, jumlah jari-jari sirip perut 1-5, dan jumlah jari-jari sirip
ekor 16-17 (BPBAT Umbulan 2008).

Gambar 2.1 Oreochromis niloticus


2.1.2 Ikan Nila Gift (Oreochromis sp.)
A. Klasifikasi
Klasifikasi Oreochromis sp. menurut Arie (1999) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas (class) : Osteishtyes
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis sp.
B. Morfologi
Ikan nila GIFT (Genetic Improvement of Farmed Tilapias) atau
Oreochromis sp. mempunyai tubuhnya lebih tebal, warna tubuhnya hitam
keputihan, kepalanya relatif kecil, matanya besar, menonjol dan bagian
tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus dibagian tengah
badannya, dagingnya cukup tebal dan tidak terdapat duri-duri halus
didalamnya. Sirip punggunya memanjang dari bagian atas tutup insang hingga
bagian atas sirip ekor, terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang
berukuran kecil. (Arie 1999).

Gambar 2.2 Oreochromis sp.


2.1.3 Ikan Nila Merah (Oreochromis nilatocus)
A. Klasifikasi
Klasifikasi Oreochromis nilatocus menurut Sucipto dan Prihatono (2007)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas (class) : Osteicthtyes
Ordo : Percomorphi
Famili : Chiclidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis nilatocus
B. Morfologi
Ikan nila Merah atau Oreochromis nilato mempunyai mulut yang
letaknya terminal, garis rusuk terputus menjadi 2 bagian dan letaknya
memanjang dari atas sirip dan dada, bentuk sisik stenoid, sirip kaudal rata dan
terdapat garis-garis tegak lurus. Mempunyai jumlah sisik pada gurat sisi 34
buah. Sisik ini tersusun seperti genteng rumah, bagian muka sisik menutupi
oleh sisik yang lain. Sebagian besar tubuh ikan ditutupii oleh lapisan kulit
dermis yang memiliki sisik. Nila jenis ini memilik 4 jenis warna yaitu oranye,
pink/albino, albino berbercak-bercak merah dan hitam serta oranye/albino
bercak merah (Santoso 1996).

Gambar 2.3 Oreochromis nilato


2.1.4 Ikan Nila Nirwana (Oreochromis niloiocus)
A. Klasifikasi
Klasifikasi Oreochromis niloiocus menurut Sucipto dan Prihatono (2007)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas (class) : Pisces
Ordo : Percomorphi
Famili : Chiclidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
B. Morfologi
Ikan nila Nirwana atau Oreochromis niloticus warnanya hitam dengan
ujung sirip sedikit kemerah-merahan dan pada punggung dan overculumnya
berwarna abu-abu kehijauan, sementara warna perut putih ke abu-abuan.
Bentuk tubuh ikan nirwana cenderung lebih besar dibandingkan dengan jenis
ikan nila lainnya. Bentuk kwpalanya relatif lebih pendek yang menyebabkan
ikan ini terlihat sedikit gemuk (Judantari el al. 2008).

Gambar 2.4 Oreochromis niloticus


2.1.5 Ikan Gabus (Channa striata)
A. Klasifikasi
Klasifikasi Channa striata menurut Andrie dan Sihombing (2018) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas (class) : Actynopterygii
Ordo : Peciformes
Famili : Channidae
Genus : Channa
Spesies : Channa striata
B. Morfologi
Ikan gabus atau Channa striata memiliki ciri-ciri tubuh dan kepala
ditutupi sisik cycloid dan cetenoid, bentuk badan dibagian depan hampir
bundar dan sedikit pipih tegak kearah belakang. Ikan ini memiliki diverticula
atau alat pernafasan tambahan yang terletak dibagian atas insang yang juga
mampu berjalan jauh dimusim kemarau untuk mencari air. Bahkan ikan ini
dapat mempertahankan hidup dengan cara menguburkan diri dalam lumpur
saat musim kemarau dimana rawa-rawa habitat ikan gabus lagi kering
(Muslim 2005).

Gambar 2.5 Cyprinus rubrofuscus


2.1.6 Ikan Wader Pari (R. lateristria)
A. Klasifikasi
Klasifikasi R. lateristria menurut Djumanto et al. (2008) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas (class) : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Rasbora
Spesies : R. lateristria
B. Morfologi
Ikan wader pari atau R. Lateristria merupakan ikan yang memiliki
ciri-ciri diantaranya adanya garis belang yang berwarna kehitaman serta
berbentuk memanjang mulai dari ujung bagian operkulum hingga pangkal
sirip ekor. Bagian tepi sirip ekor Wader ini berwarna kehitaman dengan
dominasi warna kuning. Bagian posisi mulutnya berada di ujung dengan
ukuran agak kecil dan terdapat bonggol sambungan tulang penyusun rahang
bawah, ciri khusus dari ikan ini yang membedakan dengan beberapa jenis ikan
Wader lainnya adalah tidak adanyasungut pada bagian bawah mulut.
(Djumanto et al. 2008).

Gambar 2.6 R. Lateristria


2.1.7 Ikan Wader Cakul (Puntinus binotatus)
A. Klasifikasi
Klasifikasi Puntinus binotatus menurut Petsut et al. (2013) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas (class) : Pisces
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidea
Genus : Puntius
Spesies : Puntinus binotatus

B. Morfologi
Ikan wader cakul atau Puntinus binotatus memiliki dua buah lingkaran
kecil yang terdapat di pangkal sirip belakang dan di tengah batang ekor.
Ukuran ikan ini terlihat kecil sampai sedang, yang sebagian besar didapat
dengan panjang total 10 cm, namun beberapa ikan ini mampu mencapai
panjang 17 cm. Ikan ini memiliki ukuran kepala sekitar 3,3 - 4,5 kali lebar
matanya, dan tinggi bagian batang ekornya sama dengan panjangnya dan 1/3 -
1/2 kepala. Ikan ini memiliki beberapa bercak hitam. Perutnya membundar,
memiliki 2 pasang sungut, mulutnya dapat disembulkan, permulaan sirip
punggung di depan permulaan sirip perut dan sirip perut jauh ke belakang, di
muka dubur, rahang tidak bergigi (Nelson 2006).

Gambar 2.7 Puntinus binotatus


2.2 Maggot (Hermetia Illunces)
2.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi Hermetia Illunces menurut Makolengsang et al. (2018) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas (class) : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Stratiomyidae
Genus : Hermetia
Spesies : Hermetia Illunces
2.2.2 Morfologi
Maggot atau Hermetia Illunces ukuran tubuhnya mencapai 2,5 cm dan
setelah mencapai ukuran tersebut maggot akan menyimpan makanan dalam
tubuhnya sebagai cadangan untuk persiapan proses metamorfosa menjadi
pupa. Pupa sendiri mulai terbentuk pada kisaran maggot umur 1 bulan, dan
kurang lebih 1 minggu kemudian bermetamorfosa menjadi serangga dewasa.
Permukaan kulit kasar dank eras dengan warna kekuning-kuningan dengan
kepala yang memiliki warna hitam. Perkembangan larva maggot sampai pada
6 instar, dengan kondisi terakhir berwarna coklat kemerahmerahan. Panjang
larva maggot dewasa sekitar 18 mm dan lebar 6 mm (Makolensang et al.
2018).

Gambar 2.8 Hermetia Illunces

2.3 Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)


2.3.1 Klasifikasi
Klasifikasi Litopenaeus vannamei menurut Parenregi et al. (2007)adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas (class) : Custacea
Ordo : Decapoda
Famili : Penaida
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
2.3.2 Morfologi
Udang vaname atau Litopenaeus vannamei sejatinya pada bagian
tubuh terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian kepala dan struktur badan.
Udang vaname memiliki tubuh dengan dibalut kulit tipis keras dari bahan
chitin berwarna putih. Bgian kepala terdiri dari antenula, antena, madibula
(tulang rahang bawah), dan maxille (tulang rahang atas. Bagian ekor udang
vaname memiliki telson yang berfungsi sebagai alat bantu udang vaname.
Memiliki sepasang mata yang berfungsi untuk penglihatan dimana untuk
membedakan gelap dan terang (Parenregi et al. 2007).
Gambar 2.9 Litopenaeus vannamei
2.4 Budidaya Perikanan

2.4.1 Persiapan Kolam

Kolam merupakan salah satu sarana utama budidaya ikan untuk


menunjang keberhasilan budidaya ikan khususnya perikanan darat. Menurut
Ariefin (2011) kolam adalah media atau wadah yang digunakan untuk ikan
hidup, sehingga diusahakan semirip kondisi habitat alami ikan di alam bebas
dengan kata lain dapat beradaptasi dengan cepat dan mampu berkembang
dengan baik di kolam.

Sebelum melakukan kegiatan budidaya ikan, hal pertama yang harus


dipersiapkan adalah tempat atau wadah terlebih dahulu selanjutnya tahap
persiapan kolam. Pada persiapan kolam budidaya terdapat beberapa tahap
yang harus dilakukan mulai dari membersihkan dinding-dinding kolam,
pengecekan saluran, pengeringan kolam selama 2 – 3 hari, pengapuran kolam
selama 2 – 3 hari, pengisian air pada kolam, dan yang terakhir pemupukan
dengan menggunakan pupuk kandang atau pupuk buatan dengan tujuan untuk
menghasilkan pakan alami pada kolam.

Plankton merupakan pakan alami ikan. Menurut Deden et al (2013)


kelimpahan plankton yang tinggi berperan penting dalam produktivitas suatu
perairan dan merupakan sumber pakan alami yang dapat dimanfaatkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan ikan-ikan yang ada pada suatu perairan
karena hampir semua organisme perairan tergantung pada plankton sebagai
makanannya.

2.4.2 Penebaran Benih

Benih yang masih kecil sangat sensitif terhadap lingkungan yang


ekstrim. Oleh karena itu, sebelum benih ikan di tebar di kolam penebaran
dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu. Tahapan aklimitasi sebagai berikut,
pertama benih ikan diletakkan kedalam ember atau bak plastik untuk
memastikan kondisi benih tersebut masih dalam keadaan sehat. Kedua, ember
atau wadah benih dimasukkan ke kolam dengan posisi miring, kemudian
ember atau bak platik benih didiamkan selama 10 – 15 menit agar suhu
didalam ember sama dengan kolam. Ketiga, air kolam dimasukkan ke ember
plastik agar ikan dapat beradaptasi dan menyesuaikan dengan lingkungan
kolam. Dan terakhir, setelah beberapa menit dapat dilihat benih dilepas
dengan perlahan atau benih ikan keluar dengan sendirinya.

Kelangsungan hidup dan mortalitas ikan dipengaruhi oleh beberapa


faktor antara lain umur, kondisi lingkungan perairan, parasit, sumber makanan
dan penanganan (Haryati, 2002). Menurut Khairuman dan Dodi (2002),
keberhasilan peningkatan produksi ikan dalam pemeliharan benih ikan
tergantung dari berbagai faktor yang sifatnya harus stabil atau seimbang yaitu
nutrisi dari makanan, kualitas air dan jumlah benih yang ditebar di kolam.

2.4.3 Pemberian Pakan

Ikan dapat tumbuh optimal jika memperoleh makanan dalam jumlah


yang cukup dan gizi seimbang, dengan kata lain ikan membutuhkan makanan
yang lengkap dalam jumlah yang cukup (Mudjiman, 2004). Lebih lanjut
dinyatakan bahwa jumlah ransum dan komposisi gizi yang dibutuhkan oleh
seekor ikan berbeda-beda dan selalu mengalami perubahan. Perbedaan
tersebut bisa saja dipengaruhi oleh jenis ikan, umur ikan dan ketersediaan
makanan alami di dalam tempat pemeliharaan.

Pakan yang diberikan pada ikan berupa pakan buatan berupa pellet.
Menurut Romansyah (2015) yang menyebutkan bahwa pakan dibedakan
menjadi dua yaitu pakan alami dan buatan. Pakan alami adalah pakan yang
berasal dari alam seperti plankton, sedangkan pakan buatan adalah pakan yang
dibuat oleh manusia seperti pellet. Menurut Arie (1999) kandungan protein
yang tinggi pada pakan pellet dapat menunjang keberlangsungan hidup ikan.

2.4.4 Kualitas Air

Kualitas air merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi lingkungan


sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan
pertumbuhan ikan. Didalam budidaya perikanan, diperlukan untuk mencegah
aktivitas manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air
dan produksi ikan (Widjanarko, 2005).

Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi
atau komponen lain di dalam air. Terdapat tiga parameter yang biasanya
digunakan untuk mengukur kualitas air yaitu parameter fisika, kimia, dan
biologi. Menurut Effendi (2003) parameter fisika seperti suhu, kekeruhan,
padatan terlarut dan sebagainya, parameter kimia seperti pH, oksigen terlarut,
BOD, kadar logam dan sebagainya, sedangkan parameter biologi seperti
keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya.

BAB III

WAKTU DAN TEMPAT

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktik kerja magang ini dilaksankan pada tanggal 22 Desember
2021 sampai dengan 21 Januari 2021. Praktik kerja magang ini dimulai pukul
07.00 sampai dengan 15.30. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Pelatihan dan
Penyuluhan Perikanan Banyuwangi Jl. Raya Situbondo Desa No. Km. 17,
Parasputih, Bangsring, Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
68453.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Praktik Kerja Magang

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat dan Fungsi

A. Hatchery

Tabel 3.1 Alat dan Fungsi

No. Alat Fungsi

1. Ember Digunakan untuk mencampur bahan-bahan


dan wadah air

2. Imhoff cone Digunakan untuk pengujian volume flok pada


kolam bioflok

3. Timba Digunakan untuk menyimpan pakan ikan

4. Timbangan Digunakan untuk menimbang pakan dan


bobot ikan dan bahan kolam bioflok

5. Gayung Digunakan untuk mengambil atau


memindahkan air

6. Aerator Digunakan untuk menambah kadar oksigen


pada kolam

7. Spatula Digunakan untuk mengaduk bahan yang


tercampur diember

8. Alat penyedot Digunakan untuk membersihakn dasar kolam

9. Sikat Digunakan untuk membersihkan kolam dari


lumut dan kotoran

10. Spatula Digunakan untuk alat bantu pemberian pakan

11. Selang Digunakan untuk saluran air untuk pengisian


kolam

12. Plastik Digunakan untuk packing ikan

13. Termometer Digunakan untuk mengukur suhu kolam

14. Jaring Digunakan untuk pemindahan ikan

15. Kuas Digunakan untuk alat bantu saat proses


pengapuran

16. Alat tulis Digunakan untuk mencatat hasil diskusi


perihal budidaya air tawar

17. Penggaris Digunakan untuk mengukur panjang ikan

18. Blower Digunakan untuk penghasil gelembung udara


oksigen atau penghasil oksigen pada kolam
B. Workshop Maggot

Tabel 3.2 Alat dan Fungsi

No. Alat Fungsi

1. Capit Digunakan untuk mengambil sisa makanan


dari dalam kandang maggot

2. Sekop Digunakan untuk mengambil maggot dari


dalam kandang

3. Baskom Digunakan untuk wadah maggot saat


pengurasan

4. Timba Digunkan untuk menyimpan pakan ikan

5. Timbangan Digunakan untuk menimbang bobot maggot


yang sudah siap jual

6. Kompor Digunakan untuk memanaskan maggot

7. Wajan Digunakan untuk wadah maggot saat


dipanaskan

8. Spatula Digunakan untuk mengaduk maggot saat


dipanaskan

9. Saringan Digunakan untuk alas wadah telur maggot

10. Kuas Digunakan untuk mengambil telur maggot


dari kayu

11. Cutter Digunakan untuk alat bantu pengambilan telur


maggot
12. Kayu Digunakan untuk tempat telur maggor

13. Pisau Digunakan untuk memotong pakan maggot

14. Terpal Digunakan untuk alas saat memanaskan


maggor dibawah sinar matahari

15. Sapu Digunakan untuk membersihkan insecta


dalam kandang yang telah bertelur dan mati

C. Kolam Udang Vaname

Tabel 3.3 Alat dan Fungsi

No. Alat Fungsi

1. pH meter Digunakan untuk mengukur pH air dan suhu


air

2. Disoved oxigen meter Digunakan untuk mengukur DO air

3. Baskom Digunakan untuk adah air tawar yang


bertujuan untuk menetralkan

4. Alat tulis Digunakan untuk mencatat hasil sampel


kualitas air kolam

5. Gayung Digunakan untuk alat bantu menyebarkan


pakan dan kaporit pada kolam udang vaname

6. Spatula Digunakan untuk alat pengaduk pakan udang


vaname cair atau kaporit
3.2.2 Bahan dan Fungsi

A. Hatchery

Tabel 3.4 Bahan dan Fungsi

No. Alat Fungsi

1. Pelet ikan Digunakan untuk pakan ikan

2. Air kolam berisi Digunakan untuk suplai pakan benih ikan nila
plankton

3. Kapur dulomit Digunakan untuk proses pengapuran pada


persiapan kolam yang bertujuan untuk
membunuh virus dan bakteri

4. Air tawar Digunakan untuk pembilas dinding kolam dan


pencampuran bahan pakan pelet

5. Pelet udang halus Digunakan untuk pakan benih ikan nila

6. Tepung Terigu Digunakan untuk bahan campuaran


pembuatan kolam bioflok

7. Molase Digunakan untuk bahan campuran pembuatan


pakan bioflok

8. Garam krosok Digunakan untuk bahan campuran pembuatan


pakan bioflok yang berfungsi untuk
penetralan air

9. Probiotik Digunakan untuk meningkatkan kualitas air


kolam bioflok dan menurunkan limbah
nitrogen anorganik
10. Pelet lele Digunakan untuk bahan campuran stater
bioflok atau penyuplai pakan

B. Workshop Maggot

Tabel 3.5 Bahan dan Fungsi

No. Alat Fungsi

1. Dedak/katul Digunakan untuk pakan dan berlindung bayi


maggot

2. Air tawar Digunakan untuk pelembab media bayi


maggot

3. Tissu Digunakan untuk media alas telur magot

4. Daun pisang kering Digunakan untuk tempat bersembunyi insecta


atau larva bakal maggot

5. Sisa makanan/buah Digunakan untuk pakan alami maggot

6. Eco enzim Digunakan untuk fermentasi sisa bahan


makanan atau buah

7. Bakteri lactobacillus Digunakan untuk campuran fermentasi pakan


maggot

C. Kolam Udang Vaname

Tabel 3.6 Bahan dan Fungsi

No. Alat Fungsi


1. Air tawar Digunakan untuk penetral saat pengukuran
kualitas air dan bahan pupuk organik cair
(kultur stater bioflok)

3. Pakan udang halus Digunakan untuk memberi pakan udang

4. Kaporit Digunakan untuk desinfektan persipan kolam


udang vaname

5. Biolizer Digunakan untuk bahan campuran pembuatan


pupuk organik cair (kultur stater bioflok)

6. Bio Harmonik Digunakan untuk bahan campuran pembuatan


pupuk organik cair (kultur stater bioflok)

7. Bio Nutrien Digunakan untuk bahan campuran pembuatan


pupuk organik cair (kultur stater bioflok)

8. Serbuk herbal Digunakan untuk bahan campuran pembuatan


pupuk organik cair (kultur stater bioflok)

9. Molase Digunakan untuk bahan campuran pembuatan


pupuk organik cair (kultur stater bioflok)
sebagai peningkat aktifitas bakteri

10. Susuk bubuk Digunakan untuk bahan campuran pembuatan


pupuk organik cair (kultur stater bioflok)
ssebagai sumber makanan bakteri

11. Yakult Digunakan untuk bahan campuran pembuatan


pupuk organik cair (kultur stater bioflok
sebagai fermentasi bahan makanan bakteri

12. Ragi tape Digunakan untuk bahan campuran pembuatan


pupuk organik cair (kultur stater bioflok
sebagai fermentasi bahan makanan bakteri

13. SP 36 Digunakan untuk bahan campuran pembuatan


pupuk organik cair (kultur stater bioflok)
sebagai fermentasi pakan

14. ZA Digunakan untuk bahan campuran pembuatan


pupuk organik cair (kultur stater bioflok)
sebagai pupuk dasar pakan udang

3.3 Prosedur

3.3.1 Hatchery

A. Persiapan Kolam Konvensional

Menyiapkan alat dan bahan

Melakukan pembersihan pada dinding kolam

Melakukan pengapuran kolam, lalu dikeringkan 2 sampai


3 hari

Melakukan pemupukan untuk menumbuhkan plankton

Mengisi air kolam dengan batas yang ditentukan


B. Pengukuran Sampling Ikan

Menyiapkan ikan - +10 yang akan disampling

Menimbang berat ikan dan mengukur panjang ikan satu


per satu lalu catat hasilnya

C. Packing Ikan

Menambahkan air ke dalam plastik


Menyiapkan alat dan bahan

Memasukkan ikan kedalam plastik yang berisi air

Menambahkan oksigen ke dalam plastik yang berisi air


dan ikan

Mengaitkan karet lalu putar ke arah jarum jam

Memutar plastik ke arah jarum jam

D. Pembuatan Kolam Bioflok


Menyiapkan alat dan bahan

Mengisi air di kolam terpal

Hari pertama memberi garam grosok 1 sampai 1,5 kg/m3

Hari kedua mencampurkan kapur dolomit 200 sampa 250


gr/m3 untuk meningkat PH air

Hari ketiga mencampurkan probiotik 25 gr/m3 serbuk,


200ml/m3 cair, molase 200 ml/m3, tepung terigu
200gr/m3 di campur menjadi satu lalu masukkan ke
dalam kolam

Melakukan pengecekkan selama 7 hari setelah itu tebar


benih atau ikan dengan kualitas yang baik

3.3.2 Workshop Maggot

A. Pemindahan Telur Maggot

Menyiakan alat dan bahan

Mengambil kayu yang sebagai tempat bertelurnya lalat


Memindahkan telur dengan bantuan cutter dan letakkan
pada baskom

Melapisi baskom yang berisi telur dengan menggunakan


tissu dan tambahan dedak sebagai pakan alami

Meletakkan baskom yang berisi telur kedalam kandang


maggot

B. Pemanenan Maggot

Menyiapkan alat dan bahan

Melakukan pemilihan maggot yang sudah siap panen

Mengambil maggot dari dalam kandang kemudian


pisahkan pada baskom

Memisahkan antara maggot muda dan tua

Melakukan pemanasan pada maggot dengan bantuan


wajan dan kompor, batas pemanasan hingga muncul bau
sedap

Melakukan penjemuran pada saat terik panas matahari

C. Pembersihan Kandang Maggot

Menyiapkan alat dan bahan

Membuka tutup kandang maggot dan pilih sampah


organik dan anorganik

Menggunakan alat bantu capit untuk mengambil sampah


dari dalam kandang maggot

Mengumpulkan sampah bekas pakan maggot kemudian


buang di tempat sampah

3.3.3 Kolam Udang Vaname

A. Pengukuran Kualitas Air

Meyiapkan alat dan bahan


Melakukan sampling pada kolam udang vaname dengan
menggunakan alat DO meter dan pH meter
Mengukur kolam B2, B3, B5, dan B6. Pada setiap kolam
yang diukur jangan lupa untuk mengecek udang pada
anco setiap kolam

Mencatat hasil sampling pada setiap kolam

B. Pembuatan Pupuk Organik Cair (Kultur Stater Bioflok)

Menyiapkan alat dan bahan

Mengambil bahan sesuai ukuran dengan takaran, 3 tutup


botol biolizer, bioharmonik, bio nutrien, 3 sendok serbuk
herbal, 1 liter molase, 200 gr susu bubuk, 1 botol yakult,
3 butir ragi, 100 gr pakan halus, 250 gr SP 36, 1 kg ZA,
30 liter air

Mencampurkan kesluruhan bahan kedalam wadah berisi


30 liter air kemudian aduk secara merata

Menunggu selama beberapa hari dengan menutup wadah


yang berisi 30 liter air

Membersihkan alat dan bahan setelah digunakan


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Unit Kerja BPPP Banyuwangi, Jawa Timur

BPPP Banyuwangi merupakan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Kementerian


Kelautan dan Perikanan di bidang Pendidikan dan pelatihan perikanan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Riset dan Sumber Daya
Manusia Kelautan dan Perikanan sampai dengan sekarang. Pada awalnya BPPP
Banyuwangi adalah Sekolah Usaha Perikanan Pertama (SUPP) Singaraja – Bali, yang
didirikan pada tanggal 6 Juli 1962 dengan surat keputusan Direktur Lembaga
Pendidikan Usaha Perikanan Nomor 163/L-P/2210/8. Tanggal 20 Juni 1972
diturunkan Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Nomor : H./II/2/16/72 dan SUPP
– Singaraja secara resmi diganti menjadi Pusat Pelatihan Perikanan Singaraja (PLSP)
yang mendidik serta melatih nelayan dan 24 masyarakat. . Kemudian pada tanggal 12
November 1975 dengan keputusan Direktur Jendral Perikanan Departemen Pertanian
No: H./II/1/9/3/75.TC Perikanan diganti namanya menjadi Pangkalan Pengembangan
Pola Keterampilan Penangkapan Perairan Pantai (P3KP3), yang melatih petugas dan
nelayan. Pada tanggal 5 Mei 1976 dengan Surat Keputusan Menteri Peratnian Nomor:
309/Kpts/Org/5/1976, P3KP3 Singaraja diganti menjadi Balai Keterampilan
Penangkapan Ikan (BKPI) Singaraja. . BKPI Singaraja secara resmi pindah lokasi ke
Banyuwangi Jawa Timur menjadi Balai Keterampilan Penangkapan Ikan (BKPI)
Banyuwangi, dengan surat Keputusan Menteri Perikanan Nomor:
416/Kpts/OT.210/6/1988 tanggal 22 Juni 1988 yang merupakan UPT Badan Diklat
Pertanian, dibawah bimbingan Pusat Latihan Pegawai, memiliki tugas pokok
melaksanakan bimbingan dan latihan keterampilan penangkapan ikan. Sejalan dengan
berdirinya Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan, maka tanggal 31 Juli 2000,
dengan Surat Keputusan Menteri ELP Nomor: 75 Tahun 2000, BKPI Banyuwangi
resmi bergabung dengan Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan, dengan tugas
pokok melaksankan bimbingan serta pelatihan teknis dan manajerial dibidang usaha
penagkapan ikan. Pada tanggal 1 Mei 2001 dengan Surat Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor: Kep.26k/MEN/2001, BKPI Banyuwangi berubah
nama menjadi Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Banyuwangi. Pada tangga
30 September 2011 dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor PER.47/MEN/2011 tentang Organisasi Tata Keja Balai Pendidikan
dan Perikanan maka Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Banyuwangi, yang
selanjutnya disingkat BPPP Banyuwangi. Kemudian pada tanggal 27 Maret 2017
dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
PER.27/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Keja Balai Pelatihan dan
Penyuluhan Perikanan maka Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Banyuwangi
berubah menjadi Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Banyuwangi.

4.2 Pengukuran kualitas air pada Tambak Udang Vaname

Kualitas air tambak yang optimal akan memberikan ruang hidup sehingga
udang dapat hidup layak dan akan tumbuh maksimal. Apabila lingkungan dapat
menyediakan kualitas air yang layak sesuai dengan kebutuhan udang maka sintosan
menjadi tinggi dan pertumbuhan udang menjadi optimal. Terdapat 4 tambak yang
diamati yaitu B2, B3, B5 dan B6. Berikut hasil data pengamatan kualitas air pada
tambak :
Tambak Parameter

pH Suhu (°C) Salinitas (ppt) Dissolved


Oxygen (DO)
(mg/l)

B2 8 28.3 30 5.53

B3 7.9 28.6 30 6.25

B5 7.7 28.5 30 4.45

B6 7.9 28.7 30 5.55

Tabel 4.1 Data Pengamatan Kualitas Air Tambak Udang Vaname di BPPP Banyuwangi

30
25 pH
20 Suhu
15 Salinitas
DO
10
5
0
B2 B3 B5 B6

Gambar 4.2 Grafik Kualitas Air Tambak Udang Vaname di BPPP Banyuwangi

Hasil pengamatan kualitas air tambak udang vaname (Tabel 4.1 ) terdapat
empat analisa untuk mengetahui kualitas air tambak udang vaname yaitu Ph, suhu,
salinitas dan DO. Objek pengamatan terdiri dari 4 Kolam yaitu B2, B3, B5, dan B6.
Nilai pH tertinggi terdapat pada B2, suhu tertinggi terdapat pada B6, DO tertinggi
terdapat pada B3, dan nilai salinitas sama disetiap kolam.

4.2.1 Derajat keasaman (pH)


Parameter kualitas air PH, merupakan salah satu parameter dari sifat kimia.
Hasil pengukuran Ph disetiap kolam (Gambar ) berkisar 7,7 sampai dengan 8.
Apabila dilihat dari hasil pengukuran, maka pH air tambak udang vaname BPPP
BANYUWANGI masih batas kewajaran atau normal. Menurut Boyd (1991)
mengatakan bahwa pH yang ideal atau optimal untuk pertumbuhan udang adalah
kisaran 7,5 – 8,5. Dengan demikian pengukuran pH yang dilakukan atau dilaksanakan
di tambak memenuhi standar untuk pertumbuhan budidaya udang vaname sebab
berkisar antara 7,7 sampai dengan 8.

4.2.2 Suhu Air

Parameter suhu merupakan salah satu sifat fisika. Hasil pengukuran suhu di
tambak udang vaname BPPP Banyuwangi berkisar antara 28.3 sampai dengan
28.7°C. masih berada dalam batas kewajaran untuk kegiatan budidaya udang. Suhu
merupakan indikator atau nilai dari derajat panas atau dingin dari suatu zat cair
maupun padat. Dikegiatan budidaya udang vaname nilai suhu berhubungan dengan
siklus kehidupan dari udang. Sebab suhu berhubungan oksigen terlarut udang
semakin tinggi suhu dalam perairan tambak maka oksigen terlarut rendah. Menurut
Pan-Lu-Qing et al (2007) di hasil penelitiannya Journal of the World Aquaculture
Saciety, yang berjudul The Effect of Temperature on selected immuneparameters of
white shrimp,Litopenaeus vannamei mengatakan bahwa suhu sangat berpengaruh
terhadap konsumsi oksigen, pertumbuhan, dan sintasan udang dalam lingkup
budidaya perairan. Suhu mempengaruhi dalam tiga faktor yakni pertama kebutuhan
akan oksigen, kedua pertumbuhan udang dan ketiga sintasan atau tingkat kehidupan
udang. Suhu air dapat mempengaruhi berbagai proses baik biologi, fisika, maupun
kimia air, suhu juga dapat meningkatkan aktivitas fotosintesis pakan alami
(fitoplankton) dan suhu air akan mempengaruhi kelangsungan hidup, pertumbuhan
morfologi, reproduksi, tingkah laku, laju pergantian kulit dan metabolisme udang.
Dengan demikian, suhu air pada lokasi tambak masih dalam kewajaran berkisar 28.3
sampai dengan 28.7°C. Peran suhu dalam budidaya udang vaname memiliki arti yang
sangat penting dan merupakan suatu indikator yang dibutuhkan.

4.2.3 Salinitas

Parameter salinitas merupakan salah satu sifat kimia. Hasil pengukuran


salinitas di tambak udang vaname BPPP Banyuwangi cenderung sama disetiap
kolamnya dengan nilai 30. Nilai salinitas air dipengaruhi oleh curah hujan, sebab
volume air yang bertambah dapat menurunkan salinitas. Menurut Adiwidjaya, (2008)
batas toleransi sallinitas pada udang adalah 50 ppt. Sedangkan menurut Suharyadi,
(2011) salinitas untuk tumbuh kembang udang secara maksimal yaitu berkisar 5 – 30
ppt. Dengan demikian, salinitas pada lokasi tambak dikategorikan normal atau baik.

4.2.4 Dissolved oxygen (DO)

Parameter DO merupakan salah satu sifat kimia. Hasil pengukuran DO di


tambak udang vaname BPPP Banyuwangi berkisar antara 4,45 – 6,25 mg/l. Menurut
Suharyadi (2011) DO pada perairan tambak minimum 3 ppm. Hasil nilai pengamatan
data didapatkan nilai > 3 ppm. Dengan demikian, Oksigen terlarut (DO) pada lokasi
tambak dikategorikan normal atau baik.

4.3 SAMPLING IKAN

4.3.1 Ikan Gabus dan Wader

Jenis Ikan Jumlah Berat (Kg) Panjang(m)

Ikan Gabus 10 0.05 0.176

0.1 0.199

0.1 0.198

0.11 0.22
0.04 0.163

0.05 0.206

0.05 0.179

0.05 0.165

0.06 0.179

0.05 0.179

Total 0.66 1.864

Rata-rata 0.066 0.1864

Ikan Wader 10 0.03 0.12

0.02 0.11

0.04 0.123

0.05 0.131

0.03 0.121

0.005 0.067

0.01 0.08

0.015 0.083

0.015 0.088

0.01 0.078

Total 0.225 1.001

Rata-rata 0.0225 0.1001


Tabel 4.2 Data Panjang dan Berat Ikan Gabus dan Wader di BPPP Banyuwangi

Berdasarkan tabel diatas ikan wader dan gabus memiliki berat dan panjang masing-
masing. Total 10 sampel ikan gabus memiliki berat 0.66 Kg dengan rata-rata 0.066
Kg dan panjang 1.864 m dengan rata-rata 0.1864 m. Sedangkan Total 10 sampel ikan
Wader memiliki berat 0.225 kg dengan rata-rata 0.0225 dan panjang 1.001 m dengan
rata-rata 0.1001.

4.2.2 Ikan Nila

No. Ikan Nila

29-Des-21 10-Jan-22

Panjang (m) Berat (Kg) Panjang (m) Berat (Kg)

1 0.25 0.25 0.3 0.5

2 0.23 0.25 0.27 0.35

3 0.272 0.25 0.28 0.4

4 0.254 0.25 0.272 0.35

5 0.259 0.25 0.266 0.35

6 0.247 0.25 0.25 0.3

7 0.26 0.25 0.258 0.35

8 0.24 0.25 0.25 0.3

9 0.238 0.25 0.24 0.28

10 0.243 0.25 0.245 0.28

Total 2.493 2.5 2.631 3.46

Rata-rata 0.2493 0.25 0.2631 0.346


Tabel 4.3 Data Panjang dan Berat Ikan Nila di BPPP Banyuwangi

DATA GRAFIK PANJANG DAN BERAT IKAN NILA


0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
Panjang (m) Berat (Kg) Panjang (m) Berat (Kg)
29-Des-21 10-Jan-22

Gambar 4.2 Grafik Panjang Berat Ikan Nila pada Tanggal 29 Desember 2021 dan 10
Januari 2022 di BPPP Banyuwangi

Data panjang dan berat ikan nila diambil pada tanggal 29 Desember 2021 dan
10 Januari 2022. Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh hasil pada Tanggal 29
Desember 2021 berat ikan nila sebesar 2.5 Kg dengan rata-rata 0.25 kg dan panjang
ikan nila sebesar 2.493 m dengan rata-rata 0.2493 m. Pada Tanggal 10 Januari 2022
berat ikan nila sebesar 3.46 Kg dengan rata-rata 0.346 dan panjang sebesar 2.631 m
dengan rata-rata 0.2631 m. Dari kedua data tersebut maka diperoleh grafik dari
Tanggal 29 Desember 2021 sampai 10 Januari 2022 didapatkan laju pertumbuhan
ikan Nila. Menurut Yulianita (2009) pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan
secara kuantitatif selama siklus hidup yang bersifat tak terbalikkan (irrevesible)
bertambah besar ataupun bertambah bagian akibat adanya penambahan unsur-unsur
struktural. Selain itu sintasan ikan, kualitas air, FR juga mempengaruhi laju
pertumbuhan ikan. Menurut Rika (2008) sintasan ikan dipengaruhi oleh faktor biotik
dan abiotik. Faktor biotik yaitu : kompetitor, parasit, umur, predasi, kepadatan dan
populasi.

4.4 Workshop Maggot

Maggot BSF (Black Soldier Fly) merupakan larva dari jenis lalat besar
berwarna hitam yang terlihat seperti tawon. Maggot BSF adalah siklus bentuk
pertama (larva) yang kemudian bermetamorfosa menjadi lalat dewasa. Fase
metamorfosa maggot BSF dimulai dari telur, larva, prapupa, pupa, dan lalat dewasa,
fase tersebut menghabiskan estimasi waktu kurang lebih 40 sampai dengan 45 hari.
Maggot BSF pada Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Banyuwangi dapat
dimanfaatkan sebagai penyuplai makanan di bidang budidaya perairan.

Produksi telur maggot berkolerasi terhadap ukuran tubuh lalat dewasa, lalat
betina memiliki ukuran tubuh dan sayap yang lebih besar dibandingkan dengan
jantan. Produksi telur lalat yang berukuran tubuh besar lebih banyak dibandingkan
dengan lalat yang berukuran tubuh kecil. Membutuhkan waktu 2 sampai dengan 4
hari, telur akan menetas menjadi larva instar satu dan berkembang hingga ke instar
enam dalam waktu kurang lebih 22 sampai dengan 24.

Setelah masa inkubasi selesai telur akan menetas menjadi larva bayi yang
memiliki warna putih pada usia hari ke-0 dan akan menjadi larva dewasa yang
memiliki warna putih kecoklatan pada usia hari ke-18. Pergantian kulit (molting)
terjadi pada fase larva dewasa yang akan menjadi prapupa dan membutuhkan estimasi
waktu selama 7 sampai dengan 9 hari untuk menjadi pupa. Larva akan berpindah
menuju ke tempat yang gelap untuk berubah menjadi pupa. Membutuhkan waktu
kurang lebih 14 hari untuk mengubah jaringan tubuh larva menjadi jaringan tubuh
dewasa untuk berkembang menjadi lalat dewasa (imago), kemudian 2 sampai dengan
3 hari lalat dewasa dapat melakukan perkawinan dan menghasilkan telur.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari laporan hasil praktik kerja magang budidaya


perikanan adalah sebagai berikut:

1. Hubungan panjang dan berat ikan pada kolam hatchery diukur dengan estimasi
waktu per 10 hari. Sampel ikan yang diukur panjang dan beratnya adalah ikan
nila, ikan gabus dan ikan wader (pari dan cakul). Berdasarkan hasil pengujian
panjang dan berat ikan menghasilkan data yang signifikan yaitu untuk ikan nila
dengan jumlah 10 ekor pada pengujian pertama mendapatkan hasil rata-rata
panjang sebesar 24,9 cm dan rata-rata berat sebesar 250 gr, pengujian kedua
menghasilkan rata-rata panjang sebesar 26,3 cm dan rata-rata berat 346 gr. Pada
ikan gabus pengujian pertama mendapatkan hasil rata-rata panjang sebesar 18,6
cm dan rata berat sebesar 66 gr. Pada ikan wader (5 wader pari dan 5 wader
cakul) mendapatkan hasil rata-rata panjang sebesar 10.1 cm dan rata-rata berat
sebesar 22,5 gr. Pertambahan berat ikan lebih cepat dibandingkan pertambahan
panjang sehingga fisik ikan terlihat lebih besar. Hal ini disebabkan oleh faktor
pakan, kualitas air, dan adanya plankton pada setiap kolam.
2. Maggot sebagai pakan alami ikan budidaya dikarenakan maggot sendiri
memakan sayuran, limbah rumah tangga, limbah restoran dan secara garis besar
maggot dapat menguraikan sampah organik. Maggot sendiri akan merombak dan
mengonvesi nutrien yang tersimpan di dalam limbah organik sehingga akan
didapatkan nutrien dalam bentuk yang baru. Maggot sendiri dimanfaatkan baik
sebagai pakan ikan langsung maupun bahan baku pakan ikan.

3. Kualitas air pada kolam udang vaname merupakan faktor yang mempengaruhi
laju pertumbuhan udang vaname. Kualitas air yang diuji pada kolam udang
vaname terdiri dari salinitas, pH, Dissolved Oxygen, dan suhu. Alat bantu yang
digunakan saat pengambilan sampel kualiats air adalah pH meter dan DO meter.
Pengambilan sampel kualitas air dilakukan pada kolam udang vaname B2, B3,
B5, dan B6. Setiap kolam mendapatkan hasil yang berbeda-beda. Perbedaan hasil
pengukuran kualitas air pada setiap kolam berdampak bagi laju pertumbuhan
udang vaname itu sendiri. Berdasarkan hasil pengambilan sampel rata-rata nilai
pH pada kolam berkisar 7.7 sampai dengan 8, suhu memiliki rata-rata 28,3
sampai dengan 28,7, salinitas masing-masing 30 ppt, dan Dissolved Oxygen
memiliki rata-rata 4.45 sampai dengan 6.25.

4.2 Saran

Adapun saran dari penulis adalah sebagai berikut:


Kegiatan praktik kerja magang ini dilaksanakan di BPPP Banyuwangi
yang merupakan Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan yang berada di
bawah naungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. BPPP Banyuwangi
mempunyai inventaris yang cukup lengkap untuk menunjang aktivitas budidaya
perikanan khususnya budidaya air tawar. Letaknya yang strategis di dekat area
bibir pantai membuat BPPP Banyuwangi mempunyai banyak potensi untuk
pengembangan budidaya ikan laut ataupun ikan air tawar. Faktor strategisnya
lokasi tersebut membuat saluran air budidaya langsung menuju pembuangan
akhir di laut, akan lebih baiknya sisa pembuangan air budidaya lebih di
minimalisir dan dikelola lebih baik untuk menunjang perbaiknya sistem
lingkungan. Kemudian pada workshop maggot yang dapat meminimalsir adanya
sampah organik sebaiknya dikembangkan lagi untuk kedepannya, karena maggot
sendiri juga bermanfaat bagi pakan budidaya air tawar.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwidjaya, D., Supito, dan I. Sumantri. 2008. Penerapan Teknologi Budidaya


Udang Vanamei L. vannamei SemiIntensif pada Lokasi Tambak Salinitas
Tinggi. Media Budidaya Air Payau Perekayasaan. Jurnal Departemen
Kelautan Perikanan. 7(2): 1-9.

Andrie, M., dan Sihombing, D. 2018. Efektivitas Sediaan Salep yang Mengandung
Ekstrak Ikan Gabus (Channa striata) pada Proses Penyembuhan Luka Akut
Stadium II Terbuka pada Tikus Jantan Galur Wistar. Pharmaceutical Sciences
and Research. 4(2): 1- 4.
Arie, U. 1999. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift, Cet 1 Penebar Swadaya.
Jakarta
Boyd, C. E., 1991. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Cod. Water
Quality Management for Pond Fish Culture.Amsterdam: Elsevier
Scientific Publishing

BPBAT Umbulan. 2008. Tingkat Motilitas Dan Lama Gerak Spermatozoa Ikan Nila
Jatimbulan (Oreochromis Niloticus) pada Salinitas Berbeda. Pasuruan.
Djumanto., Setyobudi, E., Sentosa, A. A., Budi, R., dan Nerwati, N. C. I. 2008.
Reproductive biology of the yellow rasbora (Rasbora lateristriata) in habitat of
the Ngrancah River, Kulon Progo Regency. Journal of Fisheries Sciences.
10(2): 261-275.
Effendi, I., and Augustine, D. 2003. Perkembangan Enzim Pencernaan Larva Ikan
Patin, Pangasius hypophthalmus sp. Jurnal Akuakultur Indonesia.2(1): 13
20.

Erlania I. N. R., dan Joni H. 2016. Status Pengelolaan Sumberdaya Benih Lobste
untuk Mendukung Perikanan Budidaya: Studi Kasus Perairan Pulau Lombok.
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia. 8(2): 85-96.
Judantari, Sri., Khairuman dan Amri, K. 2008. Nila Arwana Prospek Bisnis dan
Teknik Budidaya Nila Unggul. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Mokulensang, J. F., Mutiara, G. V. H., dan Lusia, M. 2018. Maggot (Hermetia
illunces) sebagai Pakan Alternatif pada Budidaya Ikan. Budidaya Perairan. 6(3):
32-37.
Mudjiman,A. 2004. Makanan ikan. Penebar swadaya, Jakarta.

Muslim. 2005. Analisis Biologi Reproduksi Ikan Gabus (Channa striatus) di Rawa
Banjiran Sungai Kelekar Indralaya. Laporan Hasil Penelitian. Lembaga
Penelitian Universitas Sriwijaya. Indralaya
Nelson, J. S. 2006. Fishes of the world. Fourth edition. John Willey and Sons, Inc.
601.
Nisa, K., Z. Nasution K. E. L., dan Ramija. 2015. Studi Kualitas Perairan Sebagai
Alternatif Pengembangan Budidaya Ikan di Sungai Keureuto Kecamatan
Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Universitas Sumatera Utara.
Pan, Lu-Qing, Lin-Juan Zhang, and Hong-Yu Liu. 2007. "Effects Of Salinity And Ph
On Ion Transport Enzyme Activities, Survival And Growth Of
Litopenaeus Vannamei Postlarvae." Aquaculture 273.4 : 711-720.
Parenrengi, A., Sulaeman, S., Hadie, W., dan Tenriulo, A. 2016. Keragaman
Morfologi Udang Pama (Penaeus semisulcatus) dari Perairan Sulawesi selatan
dan Sulawesi Tenggara. Jurnal Riset Akuakultur. 2(1): 27-32.
Petsut, N., Kulabtong S., dan Petsut, J. 2013. Two New Records of Cyprinid fish
(Cypriniformes Cyprinidae) from Thailand. Biodiversity Journal. 4(3). 411
414.
Rika. 2008. Pengaruh Salinitas terhadap Pertumbuhan dan kelulushidupan IkanHasil
Strain GIFT dengan Strain Singapura. Universitas Diponegoro. Semarang

Romansyah, R. 2015. Bioteknologi Androgenesis Ikan Nilem (Osteochilus hasselti


Val.) dengan Sinar UV (λ 254 nm). Journal Pedagogik. 2(4):122-134.

Saleh, D. D., Muryono, S., and Salim, M. N. 2013. ‘Dari Mangkuk Menjadi
Piring’ (Studi Tata Kuasa Sumber Daya Agraria di Sekitar Danau Rawa
Pening).

Santoso, B. 1996. Budidaya Ikan Nila. Kanisius. Yogyakarta.


Sucipto dan Prihartono. 2007. Pembesaran Nila Hitam Bangkok di Karamba Jaring
Apung, Kolam Air Deras, Kolam Air Tenang dan Karamba. Penerbit Penebar
Swadaya, Jakarta.
Suharyadi. 2011. Budidaya Udang vanamei (Litopenaeus vannamei). Kementrian
Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Hal. 3-6, 32

Sulmartiwi, L., Fauziyah, S., dan Widjiati, W. 2020. Identifikasi Kromosom Ikan
Nila (Oreochromis Niloticus) Strain Merah Jatimbulan dan Larasati yang
Diambil dari Lokasi Berbeda. Journal of Marine and Coastal Science.
9(2): 29-38.
Syamsunarno, M. B., dan M.T. Sunarno. 2016. Budidaya Ikan Air Tawar Ramah
Lingkungan untuk Mendukung Keberlanjutan Penyediaan Ikan Bagi
Masyarakat. Seminar Nasional Perikanan Dan Kelautan. Pembangunan
Perikanan Dan Kelautan Dalam Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional.
BandarLampung.1(2):1-15.
LAMPIRAN KEGIATAN

Pengujian volume flok pada kolam bioflok Pengukuran panjang ikan nila

Pemindahan benih ikan nila Transplantasi karang di Pantai Sangkong


Penimbangan berat ikan wader Pengukuran DO, pH, dan suhu air kolam
udang vaname

Persiapan kolam konvensional Pemberian pakan maggot

Pemilihan induk ikan nila Pengapuran kolam konvensional


Persiapan kolam bioflok Pengukuran panjang ikan gabus

Packing ikan nila Penebaran ikan nila setelah packing

Pembersihan kolam konvensional Pembuatan pupuk organik cair (kultur stater


bioflok)
Pengukuran salinitas air kolam udang vaname
Pembersihan dan pemindahan ikan

Anda mungkin juga menyukai