Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena setelah
Pesisir Pantai Tanjung Benoa” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini diharapkan dapat mengarahkan seluruh proses survei sehingga tidak melenceng dari
Penulis sadari bahwa makalah kami masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu penulis mohon kritik dan saran dari pihak-pihak yang memiliki keterkaitan dengan
pokok materi yang kami bahas dalam makalah penulis. Pada kesempatan ini penulis
juga menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
1. Tim Dosen mata kuliah Ekologi Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,
Universitas Udayana.
Hormat kami
(Penulis)
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I
I.1 Latar Belakang
1
I.2 Rumusan Masalah
2
I.3 Tujuan Penelitian
2
I.4 Metode Penulisan
2
BAB II
II.1 Karakteristik Pantai Pulau Bali
3 II.2 Potensi Sumber Daya Alam yang Dimiliki Pantai Tanjung Benoa
6
II.3 Pemanfaatan Daerah Pesisir Pantai Tanjung Benoa
9
II.4 Permasalahan Pada Pantai Tanjung Benoa 10
BAB III
III.1 Kesimpulan 12
III.2 Daftar Pustaka 18
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kawasan tepi air Tanjung Benoa terletak di ujung timur pulau Bali, masuk
dalam wilayah administratif Kecamatan Tanjung Benoa, Kabupaten Badung. Pantai ini
terkenal dengan tujuan wisata air yang cukup lengkap. Adapun definisi kawasan tepi air
dari pendekatan ekologis adalah daerah pertemuan darat dan laut, dengan batas ke arah
darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat
pengaruh sifat laut seperti angin laut, pasang surut dan intrusi air laut/perembesan air
asin; sedangkan batas ke arah laut mencakup bagian perairan pantai sampai batas terluar
yang masih dipengaruhi oleh proses alamiah yang terjadi di darat seperti sedimentasi
dan aliran air tawar serta proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia (Soegiarto,
1976).
Kawasan pesisir adalah kawasan yang secara administrasi pemerintahan
mempunyai batas terluar ke arah laut sejauh 12 mil dari garis pantai untuk propinsi atau
sepertiganya untuk kabupaten atau kota. Perairan wilayah pesisir merupakan salah satu
ekosistem yang sangat produktif. Di kawasan ekologi tersebut dapat diklasifikasikan
dalam tiga kelompok besar, yaitu:
1. Potensi terbarukan (renewable), seperti hutan mangrove, coral reef, sea grass.
Algae, bioactive substances
2. Potensi tak terbarukan (non renewable), seperti bahan mineral.
3. Jasa lingkungan (environmental services), seperti industri maritime, jasa
angkutan, pariwisata.
3
Kawasan permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
4. Kawasan tepi pantai
Kawasan dari suatu perkotaan dimana daratan dan air bertemu, dan meliputi
kegiatan atau bangunan yang secara fisik, sosial, ekonomi dan budaya
dipengaruhi oleh karakteristik badan air laut.
5. Kawasan sempadan pantai
Kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi pantai.
Ekosistem alami di wilayah pesisir pantai ini antara lain adalah terumbu karang
(coral reefs), hutan mangrove, padang lamun (sea grass), pantai berpasir (sandy beach),
pantai berbatu (rocky beach), formasi pescaprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna,
delta dan ekosistem pulau kecil. Sedangkan ekosistem buatan berupa tambak,
pemukiman, pelabuhan, kawasan industri, pariwisata dan sebagainya.
Keanekaragaman sistem ekologi yang tinggi ini di samping menyediakan
sumber daya alam (ekosistem alami dan buatan) sebagai aset yang sangat penting dan
strategis bagi pembangunan, juga mampu memberikan kontrol-kontrol terhadap erosi
pantai, buffer terhadap gangguan badai, pertukaran nutrient, daerah perlindungan
terhadap keanekaragaman genetik dan komoditi-komoditi perikanan ekonomis penting.
Sangat penting untuk dikelolah terlebih-lebih daerah Bali sebagai daerah tujuan wisata
utama dunia, maka peranan wilayah pesisir dalam menunjang kepariwisataan sangatlah
strategis. Jadi fungsi yang cocok untuk kawasan tepi pantai ini adalah untuk parawisata
karena SDA yang sangat mendukung. Hanya saja masyarakat masih belum sadar betul
tentang bagaimana mejaga dan membudidayakan akan harta karun mereka yang ada di
depan mata.
Berbagai permasalahan utama wilayah pesisir antara lain, erosi pantai,
penurunan potensi atau ketersediaan sumber daya akibat eksploitasi berlebih, kerusakan
habitat akibat aktivitas-aktivitas manusia di daratan dan lautan yang seringkali
memproduksi limbah bahan pencemar yang membahayakan bagi kehidupan perairan
laut atau merusak wilayah pesisir dapat menghambat kegiatan pembangunan dan
ekosistem, serta konflik kepentingan antar berbagai sektor kegiatan pembangunan dan
pemanfaatan. Sementara itu, manajemen sumber daya pesisir dalam wujud struktural
dan pemanfaatan ruang atau kawasan menuntut adanya suatu proses perencanaan,
pemanfaatan, dan pengendalian ke dalam satu sistem yang tak terpisahkan.
4
Undang-Undang R.I No. 28 Tahun 2004 tentang Bangunan Gedung.
Undang-Undang R.I No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang R.I No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
Peraturan Pemerintah R.I No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
Serta Bentuk dan Tata Cara Peran masyarakat Dalam Penataan Ruang.
Peraturan Pemerintah R.I No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional.
Keputusan Presiden R.I No. 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri.
Keputusan Presiden R.I No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
Adapun kebijakan pemerintah dalam ruang lingkup nasional saja tidak cukup.
Peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan kawasan tepi air juga
timbul dalam ruang lingkup local yaitu dari Provinsi Bali sendiri yang tertuang dalam
RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Provinsi Bali, yaitu:
• Mempertahankan kawasan lindung dan yang berfungsi lindung khususnya di
Pulau Bali bagian Utara yang semakin terdesak oleh kegiatan budidaya.
• Mempertahankan sumber-sumber air dan daerah resapannya untuk menjaga
ketersediaan air sepanjang tahun.
• Mengendalikan pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan yang berpotensi
mengancam kebeeradaan kawasan lindung dan sentra-sentra produksi pangan.
• Menghentikan pengembangan industri yang tidak ramah lingkungan.
• Merelokasi kegiatan industri di luar kawasan industri ke dalam kawasan industri
yang telah ditetapkan.
• Bahwa kelembagaan koordinasi pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Pulau
Bali penting untuk dikembangkan.
• Bahwa penyelesaian Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang RTRW
Pulau Bali dipercepat.
5
1.5 Batasan Lokasi Pengamatan
Utara : pantai
Selatan: Kelurahan benoa
Timur : pantai
Barat : pantai
BAB II
ISI
6
4. Daerah pantai dengan tanah regosol, terdapat pada wilayah pantai bagian timur
kabupaten Amlapura, wilayah pantai Singaraja, dan sebagian kecil pantai kabupaten
Semarapura.
(disusun oleh Dai dan Rosman, 1970, Bapedalda, Prop. Bali).
Endapan tanah vulkanis dan endapan tanah alluvial kemudian akan mampu
membentuk pantai yang melandai, hingga bergelombang, sedangkan untuk endapan
tanah regosol, dan daerah batu gamping akan membentuk pantai yang bergelombang
hingga berbukit.
Dari data di atas, secara mudah dapat disimpulkan bahwa, pantai yang berasal
dari endapan tanah alluvial dan vulkanis merupakan pantai dengan tanah yang subur
seperti pada daerah pantai selatan pulau Bali, sedangkan pantai berupa daerah batu
gamping dan pantai dengan tanah regosol membentuk daerah-daerah yang kering
seperti yang terlihat pada pantai wilayah sebelah timur sampai ke utara. Curah hujan
yang rendah, sedikitnya aliran sungai, keadaan topografi yang dominan berupa dataran
yang bergelombang hingga berbukit dan berbukit hingga bergelombang juga
berpengaruh pada keadaan tanah yang kering, mempengaruhi jumlah air tanah yang
meresap, mempengatuhi dalamnya air tanah, peka terhadap erosi, dan kurang produktif.
Pantai Tanjung benoa adalah salah satu pantai yang terletak di daerah tenggara Pulau
Bali. Pantai tenggara Pulau Bali membentuk garis pantai yang berkelok-kelok yang
meliputi daerah teluk dan tanjung sampai relatif lurus, dimana perairannya merupakan
selat Badung, sebagian Selat Lombok, yang dilindungi oleh Pulau Nusa Penida
sehingga tidak berhadapan langsung dengan Samudra Indonesia. Adapun pantai-pantai
yang berhadapan langsung dengan Samudra Indonesia, seperti pantai Nusa Dua sebelah
Selatan, dan sebagian besar pantai Nusa Penida memiliki tebing tinggi yang terjal.
Perairan tenggara pulau Bali memiliki kedalaman kurang lebih 100m antara Nusa
Dua dengan pulau Nusa Penida, 260m antara Pulau Nusa Penida dengan pantai Klotok
(Semarapura), hingga mencapai kedalaman sekitar 1000m pada selat Lombok.
Wilayah pesisir tenggara Pulau Bali dominan merupakan kawasan pariwisata serta
merupakan kawasan penyebaran berbagai habitat yang memiliki nilai konservasi tinggi,
seperti terumbu karang dan padang lamun. Hal ini menyebabkan diperlukannya kondisi
air yang baik untuk keberlangsungan dan kelestarian dua hal tersebut di atas.
Pengembangan kawasan pantai alami menjadi kawasan pariwisata, baik yang dilakukan
pada daerah pesisir maupun daerah peairan, tentu saja dapat menimbulkan tekanan-
tekanan pada ekosistem pantai dan lautan, dalam hal ini, tekanan-tekanan yang
dimaksud adalah berupa limbah, baik berupa limbah cair, maupun limbah padat, antara
lain limbah domestik berupa limbah rumah tangga, pasar, dan perhotelan, limbah
industri terutama limbah prosesing makanan dan limbah pencelupan (dyeing), limbah
transportasi atau limbah jalan, dan yang juga cukup berpengaruh adalah limbah
pertanian. Selain itu, ada juga limbah yang bersal dari aktivitas di sekitarnya, berupa
limbah transportasi laut, limbah pelabuhan, dan limbah wisata air. Untuk penjelasan
yang lebih terperinci mengenai pencemaran terhadap lingkungan pantai, terutama untuk
pantai tanjung Benoa akan dijelaskan pada subbab berikutnya.
7
laut berkisar 2 – 7 m. Memiliki curah hujan sekitar 1500 – 200 mm/th. Daerah ini
merupakan daerah dataran rendah. Yang memiliki suhu sebesar 30-35˚C. Adapun
batas-batas wilayahnya sebagai berikut :
Utara : pantai
Selatan: Kelurahan benoa
Timur : pantai
Barat : pantai
Adapun sebagian besar penduduk di daerah sekitar pantai tanjung benoa ini bermata
pencaharian sebagai nelayan dan bekerja di sektor pariwisata dan industri.
Kualitas Perairan Laut
Wilayah pesisir tenggara Pulau Bali, sebagian besar dikembangkan menjadi
objek pariwisata, dan jaga sebagai kawasan konservasi. Pada perairan Tanjung Benoa,
terdapat penyebaran terumbu karan, dan padang lamun. Untuk dapat menunjang
aktivitas-aktivitas di atas, anas, nda perlu camilah.
Pengembangan segala aktivitas yang dilakukan baik di darat, maupun di laut.
Aktivitas –aktivitas tersebut tentu saja bukan untuk menjual .
II.2 Potensi Sumber Daya Alam yang Dimiliki Pantai Tanjung Benoa
Pantai Tanjung Benoa merupakan wilayah yang sangat produktif. Di setiap daerahnya
yang membentang dari utara hingga selatan memiliki potensi yang sangat besar. Daerah
pantai timur berfungsi sebagai daerah pariwisata sejak tahun 1980. Pantai utara
berfungsi sebagai kawasan transit pelabuhan Benoa, dan daerah pantai barat digunakan
untuk zona hijau hutan mangrove.
Seiring berkembangnya zaman, pantai timur semakin berkembang pesat dilihat dari
panoramanya yang indah dan fungsinya sebagai daerah pariwisata, banyak jenis wisata
dan olahraga air yang ditawarkan. Di antaranya adalah paraceiling, flying fish, banana
boat, jetski, diving, scuba diving, hingga tour keliling laut atau tour ke tempat
penangkaran penyu dengan menggunakan perahu motor. Fasilitas dan sarana prasarana
yang ditawarkan pun semakin berkembang dengan dibangunnya hotel-hotel, restaurant,
café, jalan raya, gedung pertokoan, sekolah, real estate, pasar, terminal, dan lain-lain.
Karena perkembangan yang sangat cepat inilah, maka diberlakukan sebuah aturan perda
tentang sempadan pantai yaitu, 75 m dari bibir pantai dimana dipakai acuan jarak pantai
ke jalan raya 500m untuk melindungi ekologi pantai.
Daerah pantai utara juga tidak kalah berkembangnya dengan pantai timur, karena daerah
pantai utara ini merupakan salah satu kawasan yang digunakan sebagai pelabuhan untuk
tempat transitnya kapal-kapal laut yang akan berlabuh di Bali. Pelabuhan benoa yang
terletak di pantai utara ini merupakan salah satu jalur masuk atau jalur transportasi yang
sangat penting bagi pulau Bali ini.
Selain dua wilayah pantai tanjung benoa tadi, adapun daerah pantai barat yang
digunakan sebagai daerah hijau bagi kelurahan benoa yang merupakan tempat
penangkaran hutan mangrove dan pelestarian ekosistem mangrove pada pantai timur
dan disepanjang rute menuju pulau penyu. Ekosistem mangrove dan terumbu karang ini
mempunyai potensi yang sangat besar untuk menunjang produksi perikanan yang dapat
meningkatkan perekonomian dan sektor perikanan di daerah Benoa pada khususnya dan
Bali pada umumnya. Untuk lebih jelasnya mengenai potensi sumber daya alam
8
mangrove dan terumbu karang di daerah perairan pantai tanjung benoa dapat diuraikan
sebagai berikut.
Ekosistem Mangrove
Masyarakat kita sering menerjemahkan mangrove sebagai komunitas hutan bakau,
sedangkan tumbuhan bakau merupakan salah satu jenis dari tumbuh-tumbuhan yang
hidup di hutan pasang-surut. Mangrove hidup di daerah antara level pasang-naik
tertinggi sampai level di sekitar atau di atas permukaan laut rata-rata. Seperti halnya
pariwisata sebagai penghasil devisa, mangrove di pantai tanjung benoa ini juga
memiliki produktivitas yang tinggi dan manfaat yang sangat besar bagi kelangsungan
ekosistem di pesisir pantai dan juga memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat di
sekitarnya, di antaranya adalah :
kayunya dapat dipakai sebagai kayu bakar. Karena kayu mangrove ini memiliki tingkat
kalori yang tinggi yang dapat dipakai sebagai pengganti arang. Selain itu karena kayu
mangrove mempunyai kualitas kayu yang kuat dan baik, kayunya digunakan sebagai
bahan perumahan dan konstruksi kayu.
kulit kayu yang merupakan sumber tannin yang biasa digunakan untuk penyamak kulit
dan pengawetan jaring ikan. Selain itu juga sebagai sumber dari lem plywood dan
beberapa macam zat warna.
daunnya bisa digunakan sebagai makanan ternak. Beberapa daun dari jenis-jenis
tertentu dapat digunakan sebagai obat, bahkan ada pula yang dijadikan sebagai
pengganti teh atau tembakau.
bunga-bunganya merupakan sumber madu
akar-akarnya efektif untuk perangkap sedimen, memperlambat kecepatan arus, dan
mencegah erosi pantai
tempat berlindung bagi berbagai ikan dan hewan-hewan air
hutan mangrove juga merupakan suatu penyangga komunitas daratan dan pesisir.
Namun, pertumbuhan mangrove kini mulai terganggu akibat adanya banyak
pencemaran akibat pembangunan yang dilakukan atau dilaksanakan di sekitar kawasan
mangrove ini.
Kawasan hutan mangrove di daerah Tanjung Benoa ini merupakan kawasan
hutan lindung yang telah ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya (Ta hura) dengan luas
1.373,5 ha (BTID,1995), yang terdiri dari 408,5 ha areal perlindungan, 520 ha areal
pembinaan/koleksi, dan 445 ha areal pemanfaatan. Jenis-jenis vegetasi penyusun hutan
mangrove antara lain: bakau putih (Rhizopora apiculata), bakau-bakau (R.
mucronata),prapat (Sonneratia alba), duduk agung (Aegicaras cornitulatum), api-api
(Avicenia marina), tancang (Bruguiera gymnorchiza), buta-buta (Excoecoria agalocha),
ketapang (Therminalia cattapa), gambir laut (Clerodendum enerme), dan lain-lain. Dari
jenis-jenis vegetasi di atas, jenis Sonneratia alba merupakan jenis yang dominan.
9
sebagai sumber bagi pasir putih di pantai selatan pulau Bali, peredam aksi gelombang
sehingga meminimumkan erosi dan melindungi lahan, pulau-pulau,dan pantai. Di pantai
Tanjung Benoa ini produktivitas terumbu karang mencapai angka yang masih standar,
belum memasuki zona kritis, namun sudah terlihat tanda-tanda menuju arah tersebut,
yang diakibatkan oleh aktivitas pembangunan di sekitar pantai seperti, aktivitas
pariwisata, pecahnya karang oleh jangkar perahu/kapal, pemanenan karang berlebih
untuk cenderamata, hiasan dan produk lainnya dan pengerukan pantai. Hal ini telah
disadari oleh pihak masyarakat, maka telah diusulkan upaya untuk memperluas wilayah
penangkaran terumbu karang, namun hingga saat ini pemerintah belum memberikan
kepastian akan hal tersebut.
10
membawa material dari ke tempat satu ke tempat lainnya, mengikis tanah, dan
kemudian mengendapkannya pada suatu tempat secara terus-menerus, yang
menyebabkan terus berubahnya garis pantai. Proses terjadinya suatu erosi terhadap
pantai, ketika gelombang mendekati pantai, gelombang mulai bergesekan dengan dasar
laut, dan kemudian menyebabkan pecahnya gelombang di tepi pantai. Turbulensi yang
akhirnya terjadi ketika pecahnya gelombang di tepi pantai, menyebabkan terbawanya
material dari dasar pantai, atau menyebabkan terkikisnya bukit-bukit pasir di pantai.
Gelombang yang pecah di tepi pantai itulah sebagai penyebab utama pada proses
erosi, dan proses pengendapan pada garis pantai. Pada saat pecahnya gelombang di bibir
pantai, akan terjadi run up, kemudian surut kembali, dan membawa sedimentasi yang
ada di sekitar pantai.
Kemampuan air laut memindahkan material tergantung pada kecepatannya.
Gelombang yang besar atau gelombang dengan arus yang kuat, akan mampu
mengangkat sedimen dalam jumlah yang banyak. Material ini diendapkan ketika
kecepatan air mulai menurun dan kemudian akan di ambil kembali ketika kecepatan air
mulai meningkat.
Ketinggian muka air juga mempengaruhi kemampuan air dalam mengerosi
pantai. Pantai dengan kemiringan yang relatif datar, cenderung memiliki sistem
pertahanan sendiri terhadap erosi. Keberadaan terumbu karang dan kemiringan pantai
yang relatif datar, memudahkan mereduksi energi gelombang yang mendekati pantai.
Keberadaan bukit pasir, dan hutan mangrove dapat melindungi pantai dari serangan
badai, dan sebagainya.
Sekitar 12% garis pantai di Bali, mengalami erosi dengan laju yang berbeda-
beda. Intervensi manusia yang tidak memberi ruang yang cukup terhadap
berlangsunganya keseimbangan proses-proses dinamis di pantai serta aktivitas lainnya
yang merubah rezim pola arus dan gelombang memperparah laju kemunduran garis
pantai disamping oleh faktor alam. Contohnya, dapat dilihat pada pelanggaran misalnya
terhadap sempadan garis pantai ,dan bangunan-bangunan pantai yang menjorok ke laut.
Menurut data proyek Pengamanan Pantai Bali, kanwil Departemen Pekerjaan
Umum, Prop. Bali , pada tahun 1998, dari 430m , panjang pantai yang mengalami erosi,
hingga mencapai 51.50 km (12%)yang tersebar pada 31 jalur pantai di seluruh wilayah
kabupatan.
BAB III
PENUTUP
11
Mengantisipasi semakin meningkatnya permintaan terhadap sumber daya pesisir
di masa mendatang sebagai akibat semakin meningkatnya jumlah penduduk,
berkembangnya tekhnologi, meningkatnya investasi serta adanya pergeseran basis
pembangunan di darat ke wilayah pesisir, maka diperlukan suatu konsep pengelolaan
sumber daya pesisir secara rasional dan berkesinambungan. Untuk itu dibutuhkan
intervensi pemerintah dalam merumuskan pengelolaan dan konservasi sumber daya
karena kompleksnya isu-isu manajemen yang muncul di wilayah pesisir bersamaan
dengan meningkatnya penduduk dan permintaan akan sumber daya alam dan jasa-jasa
lingkungan pesisir.
Dalam konteks otonomi daerah, dimana adanya perimbangan pendapatan yang
lebih besar bagi daerah otonom atas sumber daya alam kelautan, di satu sisi merupakan
peluang untuk meningkatkan pendapatan asli daerah akan tetapi di sisi lain dapat
menimbulkan permasalahan lingkungan karena terabaikan prinsip pemanfaatan yang
rasional. Akan ada kecenderungan daerah memanfaatkan sumber daya pesisir secara
tidak terkendali dalam rangka mengejar pendapatan asli daerah yang setinggi-tingginya
dan hal ini akan berdampak terhadap rusaknya sumber daya alam dan lingkungan.
Sementara itu, adanya pemisahan kewenangan secara spasial atas sumber daya
alam yang ada di wilayah perairan laut antar daerah otonom (kabupaten/kota) dan antara
kabupaten/kota dengan provinsi dan pusat, kiranya akan menimbulkan permasalahan
tersendiri dalam upaya pelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Mengingat sistem
ekologi pesisir merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling terkait, maka pengelolaan
pesisir daerah Bali khususnya pesisir pantai Tanjung Benoa harus dilakukan melalui
pendekatan ”satu sistem ekologi, satu sistem manajemen”.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan lingkungan yang timbul dan untuk
menjamin keberlanjutan pemanfaatan sumber daya pesisir diperlukan suatu konsep
pembangunan dan pemanfaatan sumber daya serta pengelolaan lingkungan wilayah
pesisir secara terpadu, yang mencakup aspek teknis dan ekologis, aspek sosial ekonomi
dan budaya, aspek sosial politik, serta aspek hukum dan kelembagaan.
12
Lampiran
13
GB.3 AREAL PARKIR GB. 4 PESISIR PANTAI TANJUNG
BENOA
14
GB.7 TANAMAN HIJAU DAN AREA PENEDUHGB.8 KONDISI KEBERSIHAN
PANTAI
15
GB.11, GB.12 FASILITAS PARIWISATA PADA PANTAI TANJUNG
BENOA
16