Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN TEORI

Dalam menganalisa konektivitas Gugus Pulau Pramuka berdasarkan sistem


informasi geografi dibutuhkan pemahaman terlebih dahulu mengenai teori-teori
yang berkaitan dengan rencana zonasi kegiatan wisata bahari berdasarkan sistem
informasi geografi. Sehingga dalam menganalisa penulis dapat menjabarkan
gagasan-gagasannya dengan berdasarkan teori ilmiah dan kajian pustaka yang
ada.

2.1 Teori-Teori
2.1.1 Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses
perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian Sumber Daya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil antar sektor, antara Pemerintah dan
Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu
pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Sedangkan Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara
ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan
laut. Adapula pulau kecil merupakan pulau dengan luas lebih kecil atau
sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan
ekosistemnya1.

2.1.2 Pengeloaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu


Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu pendekatan
pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem,
sumber daya dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu
(integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara

1
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Kawasan Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil

10
berkelanjutan. Dalam konteks ini, keterpaduan (integration)
mengandung tiga dimensi: sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan
ekologis.
Wilayah pesisir pada dasarnya tersusun dari berbagai macam ekosistem
(mangrove, terumbu karang, estuaria, pantai berpasir dan lainnya) yang
satu sama lain saling terkait, tidak berdiri sendiri, perubahan atau
kerusakan yang menimpa satu ekosistem akan menimpa pula ekosistem
lainnya. Selain itu, wilayah pesisir juga dipengaruhi oleh berbagai
macam kegiatan manusia maupun proses-proses alamiah yang terdapat
dilahan atas (upland areas) maupun laut lepas (oceans). Kondisi empiris
semacam ini mensyaratkan bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan
lautan secara terpadu harus memperhatikan segenap keterkaitan ekologis
(ecological linkages) tersebut, yang dapat mempengaruhi suatu wilayah
pesisir2.

2.1.3 Pengertian Wisata Bahari


Pariwisata bahari adalah kegiatan kepariwisataan yang berorientasi ke
wilayah perairan dan laut dengan memanfaatkan potensi yang tersedia
untuk kegiatan rekreasi dan kegiatan laut lainnya. Sedangkan wisata
bahari adalah kegiatan wisata yang dilakukan diperairan laut baik yang
dilakukan dibawah laut maupun diatas permukaan laut (Samiyono,
Trismadi, 2001). Kegiatan wisata bahari yang secara langsung
menggunakan terumbu karang sebagai objeknya adalah menyelam,
snorkeling, dan berenang. Sedangkan, wisata bahari yang mengarahkan
kegiatannya kepada keindahan alam antara lain wisata pantai, wisata
antropologi, wisata ilmiah, dan wisata yang menikmati keindahan alam
terbuka. Sebagai bagian dari eco-tourism, wisata bahari tak lepas dari

2
Buku Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu,
Hal 12

11
aspek pelestarian lingkungan hidup. Oleh karena itu, pengembangannya
harus direncanakan dengan baik disertai dengan evaluasi secara hati-hati
tentang kondisi setempat dan hambatan-hambatannya sehingga
keuntungan yang diperoleh bisa dikembalikan untuk membiayai
konservasi lingkungan hidup (Agardy, 1995).

2.1.4 Jenis-jenis Wisata Bahari


Secara umum, wisata bahari mencangkup tiga kawasan, yakni kawasan
dipermukaan laut, dibawah laut, dan dipesisir pantai. Ketiga kawasan itu
memiliki keunikan dan daya tarik masing-masing terutama untuk alam
Indonesia yang memiliki karakteristik berbeda-beda antara satu tempat
dengan tempat lainnya.
Penjelasan lebih lanjut tentang jenis-jenis wisata bahari adalah sebagai
berikut:
1) Kawasan di Permukaan Laut
Jenis wisata bahari yang masuk kategori kawasan wisata
dipermukaan laut antara lain renang, selam dipermukaan
(snorkeling), selancar air, selancar angin, memancing, berdayung
dan ber-jetski.
2) Kawasan di Bawah Laut
Jenis wisata bahari yang masuk kategori kawasan wisata di bawah
laut antara lain selam dengan menggunakan peralatan scuba. Wisata
selam ini punya daya tarik tersendiri karena di dukung oleh beraneka
ragam biota laut yang menawarkan sejuta keindahan bawah laut.
Biasanya disebut sebagai taman laut.
3) Kawasan di Pesisir Pantai
Jenis wisata bahari yang masuk kategori kawasan wisata dipesisir
pantai, antara lain berjemur, camping ground, dan rekreasi keluarga.

12
Wisata jenis ini paling banyak digemari dan hampir tersebar merata
di seluruh Indonesia.
4) Kawasan di Darat
Jenis wisata bahari yang masuk kategori wisata di darat antara lain
homestay, rentoran, dan wisata penelitian khusus seperti budidaya
penyu, hutan bakau dan terumbu karang.

2.1.5 Kriteria Wisata Bahari


Dirjen Pariwisata telah menetapkan sejumlah kriteria yang harus
diperhatikan untuk pengembangan wisata bahari. Kriteria-kriteria
tersebut antara lain ketersediaan sinar dan panas matahari, suhu rata-rata
air laut, mutu pasir pantai, kejernihan air laut, luas area yang dapat
dikembangkan (di dalam/laut air laut), jenis dan kepadatan ikan koral,
jenis dan kepadatan koral hidup serta kemurnian alam. Semua kriteria itu
merupakan faktor uji yang mendapat nilai antara 1 sampai 5. Sementara
itu, dalam keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun
2004 telah di tetapkan pula nilai baku mutu air laut untuk wisata bahari
yang meliputi sifat-sifat fisika dan kimia air laut. Dilihat dari sudut
pandang geologi, kegiatan wisata bahari juga harus memenuhi syarat
gemorfologi pantai, proses pantai yang terkait dengan gelombang laut,
erosi pantai, sebaran suspensi, sebaran sedimen dasar permukaan, air
tanah, dan luat dataran pantai3.

Tabel 2.1 Nilai Baku Mutu Air Laut Untuk Wisata Bahari

No Parameter Satuan Baku Mutu


FISIKA
1 Warna Pt.Co 30

3
(Puslit Oseanografi – LIPI, 2004)

13
No Parameter Satuan Baku Mutu
2 Bau Tidak berbau
a
3 Kecerahan M >6
a
4 Kekeruhan Ntu 5
b
5 Kepadatan tersuspensi total Mg/l 20
o
6 Suhuc C Alami3(c)
7 Sampah Nihil1(4)
8 Lapisan minyak Nihil1(5)
No Parameter Satuan Baku Mutu
KIMIA
1 pHd 7 - 8,5(d)
2 Salinitase % Alami3(e)
3 Oksigen terlarut (DO) Mg/l >5
4 BOD5 Mg/l 10
3
5 Amoniak bebas (NH -N) Mg/l Nihil1
6 Fosfat (PO4 - P) Mg/l 0,015
3n
7 Nitrat (NO ) Mg/l 0,008
8 Sulfida (H2S) Mg/l Nihil1
9 Senyawa fenol Mg/l Nihil1
10 PAH (Poliaromatik hidrokarbon) Mg/l 0.003
11 PCB (Polilor bifenil) Mg/l Nihil1
No Parameter Satuan Baku Mutu
Logam Terlarut
12 Raksa (Hg) Mg/l 0,002
13 Kromium heksavalen (Cr(VI)) Mg/l 0,002
14 Arsen (As) Mg/l 0,025
15 Cadmium (Cd) Mg/l 0,002
16 Tembaga (Cu) Mg/l 0,050

14
No Parameter Satuan Baku Mutu
17 Timbal (Pb) Mg/l 0,005
18 Seng (Zn) Mg/l 0,095
19 Nikel (Ni) Mg/l 0,075
Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup RI Tahun 2004

Keterangan :

1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas alat yang digunakan


(sesuai dengan metode yang digunakan).
2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang
telah ada, baik internasional maupun nasional.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat
(siang, malam dan musim).
4. Pengamatan oleh manusia (visual).
5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu
adalah lapisan tipis (thin layer) dengan ketebalan 0,01mm.
6. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 10% kedalaman
eupho-tic
7. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 10% konsentrasi
rata-rata musiman.
8. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 2oC dari suhu
alami.
9. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 0,2 satuan pH.
10. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 5% salinitas rata-
rata musiman.
11. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfatan, dan
Hepta-chlor.
12. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 10% konsentrasi
rata-rata musiman.

15
2.1.6 Ekowisata
Ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilayah-wilayah yang
lingkungannya masih asli dengan menghargai warisan budaya dan
alamnya, mendukung upaya-upaya konservasi, tidak menghasilkan
dampak negatif, dan memberikan keuntungan sosial ekonomi serta
menghargai partisipasi penduduk lokal.
Ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip
konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga
menggunakan strategi konservasi. Definisi ekowisata ialah suatu bentuk
perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan
mengkonservasi lingkungan, melestarikan kehidupan lingkungan, dan
melestarikan kehidupan serta kesejahteraan penduduk setempat. Semula,
ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di
daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari serta budaya dan
kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga (The Ecoturism Society,
1990). United Nations Environmental Program (UNEP) tahun 2001
mensyaratkan kegiatan ekowisata harus mengandung beberapa
komponen sebagai berikut:
1. Mampu memberikan kontribusi terhadap konservasi alam dan
keanekaragaman hayati.
2. Mampu meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat lokal.
3. Mengikutsertakan pengalaman dan pembelajaran kepada wisatawan.
4. Menekankan partisipasi masyarakat lokal dalam kepemilikan dan
aktivitas pariwisata yang dikembangkan.

The Ecotorurism Society (Eplerwood, 1999) menyebutkan ada 8


(delapan) prinsip dalam pengembangan ekowisata, yaitu:

16
1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan
terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan
disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.
2. Pendidikan konservasi lingkungan dengan mendidik wisatawan dan
masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses
pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam.
3. Pendapatan langsung untuk kawasan dengan mengatur agar kawasan
yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelolaan
kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau
pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan
secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan
kualitas kawasan pelestarian alam.
4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dengan mengajak
masyarakat dalam merencanakan pengembangan ekowisata.
Demikian pula dalam pengawasan, peran masyarakat diharapkan
ikut secara aktif.
5. Penghasilan masyarakat yaitu keuntungan secara nyata terhadap
ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat
agar menjaga kelestarian kawasan alam.
6. Menjaga keharmonisan dengan alam yaitu semua upaya
pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus
tetap menjaga keharmonisan dengan alam.
7. Daya dukung lingkungan yang pada umumnya lingkungan alam
memiliki nilai daya dukung yang lebih rendah dibandingkan dengan
kawasan buatan.
8. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara sehingga
apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata,
maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya

17
dinikmati negara atau negara bagian atau pemerintah daerah
setempat.

Fandeli, Mukhlison (2000) menyatakan bahwa ekowisata memiliki


dua pengertian, yaitu sebagai perilaku dan industri. Sebagai perilaku,
pengertian ekowisata dapat diartikan sebagai kunjungan ke daerah
yang masih bersifat alami dimana kegiatan wisata bahari yang
dilakukan menghargai potensi sumber daya dan budaya masyarakat
lokal. Pegertian ini menumbuhkan istilah mengenai ekowisata
berupa wisata alam. Definisi ekowisata sebagai suatu industri
mengembangkan pengertian bahwa kegiatan wisata yang dilakukan
di wilayah yang masih alami harus dilakukan dengan membangun
kerjasama antar seluruh pelaku yang terlibat seperti pemerintah,
swasta, dan masyarakat serta manfaat yang diperoleh juga tidak
hanya kepada pelaku namun juga kepada usaha-usaha untuk
melestarikan wilayah tersebut dan mensejahterakan masyarakat
setempat.

Pariwisata yang berkembang di Pulau Pramuka merupakan salah


satu contoh ekowisata yang menerapkan prinsip-prinsip pelestarian
lingkungan dan keberlanjutan. Pulau Pramuka yang merupakan
bagian dari Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu
menerapkan konsep ekowisata dalam pengembangan wisatanya. Hal
ini dapat terlihat dari adanya upaya pelestarian lingkungan dan
sumber daya yang dilakukan baik oleh pemerintah setempat dan juga
masyarakat untuk menjaga kelestarian sumber daya agar dapat
dinikmati secara berkelanjutan dan memberikan dampak ekonomi
pada masyarakat melalui industri wisata bahari yang menggunakan
aset dan jasa lingkungan tersebut.

18
2.1.7 Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi yang
digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memangggil kembali,
mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis
atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam
perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam,
lingkungan transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya4.
Komponen utama SIG adalah sistem komputer, data geospatial dan
pengguna. SIG dapat menghasilkan pengolahan dan analisis data spasial
(keruangan) serta data non spasial (tabular), dalam memperoleh berbagai
informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan baik yang berorientasi
ilmiah, komersil, pengelolaan maupun kebijaksanaan.

2.1.8 Kemampuan SIG Dalam Analisis Data Peta


Produk SIG paling sering disajikan dalam bentuk peta, kekuatan SIG
yang sebenernya terletak pada kemampuannya melakukan analisis data
peta. Aranoff (1993) mengklasifikasikan kemampuan fungsi analisis SIG
ini ke dalam tiga kategori utama dengan masing-masing kategori
memiliki peran dan fungsi analisis yang berbeda-beda. Ketiga kategori
tersebut adalah:
1. Perawatan dan Analisis Data Spasial
Fungsi ini digunakan untuk mentransformasi data spasial, mengedit
dan menilai keakurasian data. Transformasi ini diperlukan supaya
lapisan-lapisan data yang berbeda untuk area yang sama teregistrasi
pada peta yang lain atau pada suatu sistem koordinat geografi yang
terseleksi. Bagian-bagian yang penting dari fungsi ini antara lain:

4
Elly, Jafar, Muhamad. 2009. Edisi Pertama. Sistem Informasi Geografis.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

19
a. Transformasi Format
Data yang akan diolah ke dalam SIG bisa bermacam-macam
formatnya. Oleh karena itu, SIG perlu mentransformasikan data
tersebut ke dalam suatu format yang hanya bisa diterima oleh
platform SIG.
b. Transformasi Geometri
Transformasi geometri digunakan untuk menandai koordinat
bumi pada suatu peta atau lapisan data dalam SIG atau
menyesuaikan suatu lapisan data sehingga ia bisa dengan tepat
ditumpang tindihkan (Overlay) pada peta yang lain untuk area
yang sama.
c. Transformasi di Antara Proyeksi Peta
Secara umum, proyeksi peta merupakan suatu fungsi yang
merelasikan koordinat titik-titik yang terletak di atas permukaan
suatu kurva (biasanya berupa ellipsoid atau bola) ke koordinat
titik-titik yang terletak di atas bidang datar. Jadi, metode
proyeksi peta bertujuan memindahkan pola-pola atau unsur-
unsur yang terdapat di atas suatu permukaan ke permukaan yang
lain dengan menggunakan rumus-rumus matematis tertentu
sehingga tercapai peta yang diinginkan.
d. Konflasi
Konflasi adalah suatu proses penyatuan kembali posisi unsur-
unsur yang berhubungan dalam lapisan-lapisan data yang
berbeda (Aronoff, 1993). Misalnya, dua buah peta tutupan hutan
dari area yang sama yang dibuat dalam tahun yang berbeda.
e. Penyesuaian Unsur
Penyesuaian unsur adalah suatu proses penyesuaian atau
penyambungan posisi unsur-unsur yang melewati batas-batas
lembar peta.

20
f. Fungsi Editing
Fungsi ini digunakan untuk menambah, menghapus dan
mengubah posisi unsur-unsur geografi. Ketika membuat polygon
suatu unsur peta, sering kali terjadi kesalahan kecil yang tanpa
disadari bisa menggangu ketelitian data polygon.

2. Perawatan dan Analisis Data Atribut


Fungsi ini digunakan untuk mengedit, memeriksa, dan menganalisis
data atribut non spasial. Banyak analisis SIG ditampilkan
menggunakan fungsi atribut ini. Fungsi ini terdiri atas dua bagian,
yakni:
a. Attribute Editing Function
Fungsi ini memiliki kemampuan mengedit data atribut non
spasial dalam bentuk tabel-tabel. Ketika sebuah peta di buat,
secara otomatis SIG membuat data atibut standar yang akan
digunakan untuk menjelaskan data spasial tersebut. Data atribut
ini bisa ditambah, di hapus, dan dipanggil.
b. Attribute Query Function
Fungsi ini memiliki kemampuan memanggil record-record
atribut data base berdasarkan kondisi yang di inginkan oleh
operator atau pengguna.

3. Analisisi Terpadu Data Spasial dan Atribut


Kekuatan SIG tampak pada kemampuannya menganalisis data
spasial dan atribut secara bersamaan. Di sinilah SIG menunjukan
kemampuannya mengolah data peta, seperti pemetaan yang
terotomatisasi dengan menggunakan sistem komputer. Kemampuan
analisis SIG ini antara lain proses klasifikasi lahan, operasi
overlaydan fungsi konektivitas.

21
o Klasifikasi lahan merupakan suatu proses indentifikasi
sekumpulan unsur bagaimana layaknya milik suatu kelompok.
Klasifikasi mencakup penunjukan nama kelas untuk tiap
polygon sebagai suatu atribut. Klasifikasi bisa berupa tutupan
lahan sehingga nama kelasnya bisa lahan hutan, lahan
pertanian, area perkotaan dan seterusnya. Klasifikasi ini sangat
penting karena ia mengidentifikasikan pola. Salah satu fungsi
klasifikasi SIG yang terpenting disini adalah membantu
memperkenalkan pola baru.
o Operasi overlay aritmetika dan logika adalah bagian dari paket
perangkat lunak SIG. Overlay aritmetika meliputi operasi-
operasi addition, subtraction, division dan multiplication dari
tiap dalam layer data berdasarkan nilai dalam lokasi yang
terkait dengan layer data kedua. Sedangkan overlay logika
mencakup pencarian area dimana sekumpulan kondisi yang
ditentukan terjadi atau tidak terjadi bersamaan. Overlay bisa
dilakukan pada layer data raster maupun vektor.
o Fungsi konektivitas merupakan unsur-unsur operasi
keterhubungan yang berbeda menggunakan fungsi ini untuk
menghimpun nilai-nilai pada wilayah yang dilintasi. Masing-
masing fungsi keterhubungan harus mencakup tiga hal berikut:
- Spesifikasi element spasial (misalnya: jalan) yang saling
terhubung.
- Sekumpulan aturan yang menentukan perpindahan yang
dibolehkan sepanjang interconnection.
- Suatu unit pengukuran.

Aronof (1993) mengelompokan fungsi keterhubungan ini ke dalam


beberapa kategori, sebagai berikut :
a. Contiguity Measures

22
Fungsi ini mengevaluasi karakteristik unit spasial yang
terhubung. Contiguity berarti keterhubungan dengan unsur
unsur geometri yang bersebelahan. Bila sebuag arc merupakan
salah satu sisi area studi maka area tersebut dibatasi oleh ‘alam
semesta’ dan dunia luar. Dengan contiguity, SIG dapat
menjawab mengenai konektifitas dan lokasi, seperti poligon-
poligon mana yang berdampingan, rute terpendek atau
terpanjang dan sebagainya.
b. Proximity
Proximity adalah suatu ukuran jarak antar unsur.Empat
parameter yang harus ditentukan untuk ‘Proximity Measure’,
yakni lokasi target, unit ukuran (misalnya, jarak dalam meter,
waktu perjalanan dalam menit), fungsi untuk mengevaluasi
proximity dan area analisa. Buffer zone sering digunakan untuk
mendefinisikan spatial proximity. Buffer zone terdiri dari satu
atau lebih polygon dari suatu luasan yang ditentukan di sekitar
point, line dan area.
c. Network Function
SIG mendukung analisa dalam jaringan. Menurut Bernhardsen,
(2001), operasi jaringan dijalankan pada:
o Continuous, jaringan yang terhubung.
o Aturan-aturan pemindahan dalam suatu jaringan.
o Definisi-definisi unit ukuran.
o Penghimpunan nilai-nilai atribut selama pemindahan.
o Aturan-aturan manipulasi nilai-nilai atribut.
Operasi jaringan SIG biasanya meliputi pemindahan sumber
daya dari satu tempat ke tempat lain dan alokasi sumber daya
dari dan ke pusat (sentral).

23
d. Spread Functions
Spread functions memiliki karakteristik kedua fungsi jaringan
dan proximity. Fungsi ini mengevaluasi fenomena yang
menghimpun jarak. Operasinya dapat dikatakan sebagai
perpindahan langkah demi langkah keluar dalam semua arah
dari satu atau lebih titik permukaan dan mengalkulasi suatu
variabel seperti waktu perjalanan pada tiap langkah berturut-
turut.
e. Seek or Stream Functions
Fungsi seek disebut juga fungsi stream bertugas melakukan
pencarian keluar langkah demi langkah dari lokasi awal
menggunakan aturan keputusan (decision rule) tertentu.
Prosedur diulangi sampai proses perpindahan melewati aturan
keputusan tersebut. Hasil dari operasi ini adalah trace dari satu
atau lebih jalur yang diambil dalam perpindahan dari titik start
sampai fungsi berenti. Fungsi ini dapat diterapkan pada model
elevasi digital hingga trace jalur alur air.
f. Intervisibility Functions
Fungsi ini digunakan untuk memetakan area tampak dari
lokasi yang indah, peta area yang dapat dideteksi dengan
antenna radar atau menilai bagaimana efektifnya suatu jalan
akan tersembunyi dari pandangan.
g. Illumination
Fungsi ini menggambarkan efek dari kilauan sinar pada suatu
permukaan tiga dimensi. Tiga faktor yang mengontrol fungsi
ini adalah alarm dan posisi dari sumber iluminasi, topografi
dan pantulan permukaan serta posisi dan arah dari model yang
dilihat.

24
h. Persepectif View
Suatu permukaan yang dilukiskan dari posisi pandang vertical
di istilahkan sebagai persepective view. Fungsi ini bermanfaat
dalam menunjukan konteks unsur tiga dimensi terhadap suatu
permukaan, misalnya natural landscape.

2.1.9 Penelitian Terdahulu


Penelitian digunakan untuk membantu penulis dalam melihat referensi
dan menentukan analisis yang akan dikerjakan. Hal ini juga untuk
melihat orisinalitas penelitian. Dari hasil pencarian terdapat lima
penelitian yang berkaitan dengan Analisis Interkonektivitas Pada Gugus
Pulau Pramuka. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2.

25
Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Tujuan Hasil Metode


 Mengetahui tren wisatawan  Kecenderungan minat
untuk 10 tahun kedepan wisatawan adalah wisata bahari
(Tahun 2022) dan tren berupa diving dan snorkeling
favorit objek wisata serta  bahwa kecenderungan
interaksi spasial yang wisatawan Pulau Pramuka
Analisis daya
terdapat di wilayah pesisir dengan laju pertumbuhan
dukung
Pulau Pramuka wisatawan 37,09%
Dini Feti lingkungan untuk
 Mengetahui daya dukung menunjukkan pada tahun 2022 Deskriktif
1 Anggraini, kawasan
Pulau Pramuka dan jumlah wisatawan mencapai Kuantitatif
2013 ekowisata pulau
menentukan jumlah 1.398.190 orang/tahun dan
pramuka,
maksimal pengunjung yang belum melampau daya dukung
kepulauan seribu
dapat diterima Pulau kawasan
Pramuka untuk  berdasarkan daya dukung
pengembangan pariwisata ekologi dengan luasan
 Merumuskan strategi arahan keseluruhan Pulau Pramuka
pengelolaan dan seluas 16 ha maka harus

26
No Peneliti Judul Tujuan Hasil Metode
pengembangan kawasan terdapat area dengan luas 4,88
pariwisata Pulau Pramuka ha tidak boleh difungsikan
berdasarkan potensi dan sebagai area aktivitas wisata.
daya dukung lingkungannya Daya dukung air menunjukkan
defisit dan telah melampaui
daya dukung air tawar di Pulau
Pramuka

perubahan pemanfaatan lahan


Studi persepsi
mempengaruhi persepsi
dampak
pemerintah, masyarakat dan juga
perubahan
Riani Mengetahui persepsi pelancong, wisatawan dan pelancong Pulau Deskriktif
pemanfaatan
2 Nurjanah, wisatawan dan masyarakat Pramuka. Dampak yang Kualitatif dan
lahan terhadap
2012 terhadap perubahan lahan ditimbulkan oleh masing-masing kuantitatif
kunjungan wisata
perubahan pemanfaatan lahan
di pulau pramuka
dalam elemen kepariwisataan
kepulauan seribu
Pulau Pramuka terhadap

27
No Peneliti Judul Tujuan Hasil Metode
kunjungan wisata, memiliki
perbedaan besaran nilai dampak
antara satu elemen dengan elemen
lainnya
Sayidah Berdasarkan analisis kesesuaian
Sulma, diperoleh luas perairan yang
Pemanfaatan
Bidawi cukup sesuai di Kecamatan
penginderaan jauh
Hasyim, Kepulauan Seribu Utara seluas
untuk penentuan Mengetahui lokasi yang sesuai Deskriktif
3 Apri 872,2 ha dan wilayah Kecamatan
kesesuaian lokasi untuk di jadikan budidaya laut Kualitatif
Susanto, Kepulauan Seribu Selatan seluas
budidaya laut di
dan Agung 402,8 ha.
kepulauan seribu
Budiono,
2005
Abdur Pengembangan konsep keterpaduan dalam Penelitian ini menghasilkan
Razak dan kawasan pengelolaan kawasan pembagian zona-zona
4 Kualitatif
Rimadewi pariwisata terpadu Kepulauan Seribu ini agar pengembangan pada wilayah
Suprihardjo, di kepulauan potensi-potensi penelitian,

28
No Peneliti Judul Tujuan Hasil Metode
2013 seribu wisata yang ada didalamnya zona-zona ini terdiri dari zona inti
dapat berkembang dan zona pendukung. Pada
zona inti terdapat pembagian
kegiatan pariwisata yaitu kegitan
utama dengan arahan menjadikan
P. untung Jawa, P. Pramuka,
P. Tidung, P. Harapan menjadi
kegiatan utama, kegiatan
pendukung dengan arahan
menjadikan P. Onrust, P. Cipir, P.
Kelor dan P. Bidadari sebagai
kegiatan pendukung dan kegiatan
penunjang dengan arahan
menjadikan P. rambut dan P.
Bokor
sebagai kegiatan penunjang
pariwisata, sedangkan zona

29
No Peneliti Judul Tujuan Hasil Metode
pendukung terbagi pada Pulau
Untung Jawa dan Pulau
Pramuka sebagai pusat akomodasi
di Kepulauan Seribu.

Analisis Daya dukung lingkungan P.


keterkaitan daya Panggang dan P. Pramuka melalui
Menilai kemampuan daya
dukung ekosistem metode ecological footprint (EF)
dukung lingkungan dan
terumbu karang menunjukkan bahwa masing-
ekosistem pesisir dan laut yang
dengan tingkat masing sudah melebihi
terdapat di Kelurahan Pulau
Auhadillah kesejahteraan kapasitasnya. Daya dukung Deskriktif
5 Panggang khususnya ekosistem
Azizy, 2009 nelayan lingkungan P. Panggang sebesar Kuantitatif
terumbu karang dan
(Studi Kasus 893orang, nilai EF sebesar 4,46
keterkaitannya dengan tingkat
Kelurahan Pulau ha/kapita dan biocapacity
kesejahteraan nelayan
Panggang, (BC) hanya tersedia sebesar 1,03
tradisional
Kabupaten ha/kapita. Hasil ini
Administrasi memperlihatkan bahwa BC < EF

30
No Peneliti Judul Tujuan Hasil Metode
Kepulauan Seribu, (defisit sumber daya alam) di P.
Propinsi DKI Panggang. Demikian halnya
Jakarta) dengan kondisi daya dukung
lingkungan di P. Pramuka. Total
daya dukung lingkungan sebesar
734 orang. Jumlah total EF
menghasilkan 3,97 dan BC
sebesar 1,82 (BC < EF)(defisit
sumber daya alam). Kondisi daya
dukung ekologis dan lingkungan
kedua pulau tersebut dapat
diartikan dalam status rendah
(daya dukung rendah)

31
2.2 Kerangka Berpikir
Untuk memudahkan proses pemikiran, maka penelitian ini memiliki bagan
alur kerangka berfikir seperti pada Gambar 2.1.

2.3 Kerangka Konsep


Kerangka konsep ini digunakan untuk menggambarkan keterkaitan antara
variabel didalam penelitian Analisis Interkonektivitas Pada Gugus Pulau
Pramuka Untuk Keberlanjutan Pariwisata Bahari Yang Berbasis
Ecotourisme/Berkelanjutan. Dimana kebutuhan akan alur wisata yang
mengintegrasikan pada gugusan Pulau Pramuka sangat dibutuhkan untuk
menunjang peningkatan wisata, khususnya wisata bahari yang disetiap
tahunnya mengalami peningkatan jumlah wisatawan. Untuk lebih jelasnya
mengenai kerangka konsep ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.

32
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

LATAR BELAKANG
 Kebutuhan akan rencana zonasi kegiatan wisata bahari I
 Meningkatkan kegiatan pariwisata. N
 Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat nelayan melalui peningkatan P
budidaya laut. U
 Pemanfaatan sumber daya perikanan dengan konservasi ekosistem terumbu karang T
dan mangrove.

Citra Satelit

Data Sekunder
Data Primer Teori mengenai kegiatan
Pengolahan P
Kondisi Eksisting wisata bahari
Data
kegiatan wisata Kebijakan terkait R
bahari kawasan pesisir dan O
Tipologi Wisatawan wisata bahari S
Kondisi infrstruktur E
-Peta -Peta
Dasar Tematik S
 Input data peta -Peta -Pengguna
 Proses koreksi Peta Dasar/
Garis an Lahan
Tematik Pantai darat dan
geometri
 Proses digitasi -Kontur laut
peta -Batimetri - Tutupan
Lahan

Analisis Analisis Analisis Spasial dan


Tabular Konektivitas
Network Analysis

O
Usulan alur/interkonektivitas wisata bahari di gugus Pulau Pramuka U
T
P
U
Kesimpulan dan Saran
T

33
Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Input:

- Kondisi infrastruktur di gugus Pulau


Pramuka

- Tipologi wisata di gugus Pulau Pramuka

Proses:
Menjadikan
Menggunakan analisis konektivitas untuk pariwisata di
menggambarkan adanya koneksi atau tidak Gugus Pulau
di antara tiga pulau yang berada di Gugus Pramuka
Pulau Pramuka (Pulau Pramuka, Pulau berbasis
Panggang dan Pulau Karya ecotourisme

Output:

- Desain alur wisata di Gugus Pulau


Pramuka

- Peningkatan jumlah wisata yang


berkunjung ke Pulau Pramuka

Keterangan:

Variabel yang diteliti

34
Hipotesis

Hipotesis dari penelitian Analisis Interkonektivitas Pada gugus Pulau


Pramuka Untuk Keberlanjutan Pariwisata bahari Yang Berbasis
Ecotourism.Antara lain:

 Dengan adanya alur wisata yang terintegrasi akan meningkatkan


kenyamanan wisata dan jumlah wisata di Gugus Pulau Pramuka
 Dengan adanya alur wisata yang mengintegrasikan potensi dan
karakter di Gugus Pulau Pramuka, menjadikan Pulau Pramuka,
Pulau Panggang dan Pulau Karya tidak saling tersaingi.

Cara menguji hipotesis 1 dan 2 diatas dengan menggunakan data primer


yang di dapat dari hasil sebar kuesioner mengenai tipologi wisatawan dan
wawancara dengan masyarakat setempat mengenai kondisi eksisting di
Gugus Pulau Pramuka

35

Anda mungkin juga menyukai