Laporan Akhir merupakan tahap akhir dari pelaksanaan “Penyusunan Dokumen Profil
Keanekaragaman Hayati Gunung Sumbing”. Pekerjaan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi potensi dan persebaran keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh
Gunung Sumbing Kabupaten Magelang. Oleh karena itu, pekerjaan ini dimaksudkan untuk
merealisasikan penyusunan profil keanekaragaman hayati yang terdapat di Gunung
Sumbing Kabupaten Magelang.
Kami menyadari bahwa Laporan Pendahuluan ini masih merupakan bentuk awal dari
keseluruhan proses pelaksanaan kegiatan “Penyusunan Dokumen Profil Keanekaragaman
Hayati Gunung Sumbing”, sehingga kami sangat mengharapkan berbagai masukan dan
saran dari pihak-pihak yang terkait.
Terima kasih.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait atas saran,
masukan, arahan, dan kerja samanya dari tahap awal pekerjaan hingga selesai dan
tersusunnya Dokumen Profil Keanekaragaman Hayati Gunung Sumbing. Semoga
Dokumen Profil Keanekaragaman Hayati Gunung Sumbing ini bermanfaat dan dapat
dipergunakan.
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................................vi
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................................7
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................7
1.2 Maksud.....................................................................................................................8
1.3 Tujuan.......................................................................................................................8
1.4 Sasaran.....................................................................................................................9
1.5 Dasar Hukum Pelaksanaan.......................................................................................9
1.6 Kelembagaan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati.............................................10
1.7 Ruang Lingkup........................................................................................................10
1.7.1 Ruang Lingkup Wilayah...................................................................................10
1.7.2 Ruang Lingkup Materi.....................................................................................11
1.8 Alat dan Bahan.......................................................................................................11
1.9 Keluaran..................................................................................................................12
1.10 Sistematika Penulisan Laporan...........................................................................12
BAB 2. GAMBARAN WILAYAH STUDI...........................................................................14
2.1 Deskripsi Umum Kabupaten Magelang..................................................................14
2.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Magelang...........................14
2.1.2 Penggunaan Lahan..........................................................................................16
2.1.3 Kependudukan................................................................................................17
2.1.4 Kondisi Perekonomian....................................................................................18
2.2 Deskripsi Umum Kecamatan Windusari.................................................................20
2.2.1 Kondisi Geografis dan Administratif Kecamatan Windusari..........................20
2.2.2 Aksesibilitas.....................................................................................................21
2.2.3 Penggunaan Lahan..........................................................................................22
2.2.4 Kependudukan................................................................................................23
2.3 Deskripsi Umum Kecamatan Kaliangkrik................................................................24
2.3.1 Kondisi Geografis dan Administratif Kecamatan Kaliangkrik..........................24
Profil Keanekaragaman Hayati Gunung Sumbing Kabupaten Magelang Tahun 2019 iii
4.1.4 Kecamatan Bandongan...................................................................................84
BAB 5. KEBIJAKAN DAN REKOMENDASI......................................................................98
5.1 Kearifan Lokal.........................................................................................................98
5.1.1 Kearifan Lokal Kecamatan Windusari...........................................................100
5.1.2 Kearifan Lokal Kecamatan Kaliangkrik..........................................................100
5.1.3 Kearifan Lokal Kecamatan Kajoran...............................................................100
5.1.4 Kearifan Lokal Kecamatan Bandongan.........................................................100
5.2 Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Untuk Budidaya.....................................100
5.3 Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Untuk Ilmu Pengetahuan dan Pariwisata....
..............................................................................................................................100
5.4 Manfaat Bagi Kehidupan Sosial dan Budaya........................................................102
5.5 Manfaat Bagi Ekologi............................................................................................102
5.6 Manfaat Bagi Kegiatan Industri............................................................................103
Latar Belakang
Gunung Sumbing Kabupaten Magelang secara administratif terletak di 3 (tiga) wilayah
kabupaten, yaitu Kabupaten Temanggung di sebelah utara; Kabupaten Magelang di sebelah
Timur; dan Kabupaten Wonosobo di sebelah barat. Gunung Sumbing Kabupaten Magelang
merupakan kawasan prioritas hutan konservasi yang memiliki berbagai macam
keanekaragaman hayati.
Perubahan penggunaan lahan akan terus terjadi seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk. Penduduk akan cenderung memadati wilayah-wilayah dimana kemudahan yang
dapat menunjang kehidupannya. Hal tersebut diiringi dengan pembangunan yang ditandai
dengan tumbuhnya kawasan-kawasan perumahan dan industri baik skala kecil maupun
skala besar. Sehingga pertumbuhan penduduk yang terjadi di suatu kawasan dapat
menyebabkan permasalahan lingkungan.
Sebagai langkah awal Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang akan melakukan studi
penyusunan profil keanekaragaman hayati (biodiversitas) yang ada di Gunung Sumbing
Kabupaten Magelang. Studi Penyusunan Profil Keanekaragaman Hayati (biodiversitas)
dimaksudkan untuk mengetahui posisi dan potensi yang dimiliki oleh Kawasan Gunung
Sumbing Kabupaten Magelang.
Kegiatan ini selanjutnya diharapkan akan memberikan kontribusi manfaat yang tertuang
dalam bentuk peta dan informasi mengenai keanekaragaman hayati. Gunung Sumbing
Kabupaten Magelang yang memiliki keanekaragaman hayati cukup beragam juga
mempunyai peluang besar untuk memperoleh keuntungan dari keberadaan
keanekaragaman hayati dan bagian-bagiannya. Dengan demikian, semakin jelas bahwa
keanekaragaman hayati dapat memberikan manfaat bagi pemerintah daerah maupun
masyarakat sepanjang pengelolaan maupun pemanfaatannya berbasiskan
pelestarian/konservasi.
Agar manfaat dari keanekaragaman hayati terwujud secara nyata, maka penguasaan
pengetahuan dan tersedianya dokumen mengenai profil keanekaragaman hayati
merupakan syarat penting yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah.
Maksud
Maksud kegiatan ini adalah tersusunnya Profil Keanekaragaman Hayati yang terdapat di
Gunung Sumbing Kabupaten Magelang.
Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah mengidentifikasi potensi dan persebaran keanekaragaman hayati
yang dimiliki oleh Gunung Sumbing Kabupaten Magelang.
Ruang Lingkup
1.1.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah di dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Dokumen Profil
Keanekaragaman Hayati Gunung Sumbing di Kabupaten Magelang meliputi Kecamatan
Windusari, Kaliangkrik, Kajoran, dan Bandongan. Ruang lingkup wilayah tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut:
Keluaran
Keluaran dari Penyusunan Profil Keanekaragaman Hayati di wilayah Gunung Sumbing
Kabupaten Magelang adalah:
a. Data kawasan-kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati;
b. Batasan kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati;
c. Identifikasi awal potensi kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan yang
memiliki keanekaragaman hayati;
d. Peta kawasan pada wilayah Gunung Sumbing Kabupaten Magelang yang memiliki
keanekaragaman hayati.
Berdasarkan data di atas wilayah kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Kajoran,
dengan luas wilayah 83.41 km2, seddangkan wilayah paling kecil adalah Kecamatan Ngluwar
dengan luas wilayah 22.44 km2. Jumlah desa terbanyak adalah Kecamatan Kajoran dengan
jumlah 29 desa, sedangkan paling sedikit adalah Kecamatan Ngluwar dengan jumlah 8 desa.
2.1.3 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Magelang pada tahun 2016 sejumlah 1.257.123, sedangkan
tahun 2017 sejumlah 1.268.396 jiwa. Angka tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk
Kabupaten Magelang mengalami kenaikan sebesar 11.273 jiwa atau 0.90% bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
3 Pasangsari 4,04 13 13 32
4 Kembangkuning 3,5 5 5 28
5 Balesari 3,55 5 7 28
6 Banjarsari 2,27 5 6 22
7 Bandarsedayu 2,36 7 8 18
8 Windusari 4,15 9 9 27
9 Candisari 5,7 9 9 39
10 Genito 4,23 10 10 36
11 Wonoroto 3,58 6 7 30
12 Girimulyo 3,24 3 5 16
13 Ngemplak 3,62 4 4 26
14 Kalijoso 1,61 3 4 13
15 Gunungsari 3,88 5 4 21
16 Mangunsari 1,17 5 4 12
17 Kentengsari 0,9 5 2 7
18 Umbulsari 1,46 6 5 12
19 Semen 2,09 6 6 12
Jumlah 56,76 114 116 412
Sumber: Kecamatan Windusari dalam Angka, 2018
Berdasarkan tabel di atas wilayah desa yang paling luas adalah Desa Genito, dengan luas
wilayah 4,23 km2, sedangkan wilayah paling kecil adalah Desa Ngluwar dengan luas wilayah
0,9 km2. Jumlah dusun terbanyak terdapat di Desa Pasangsari sebanyak 13 dusun,
sedangkan desa paling sedikit terdapat di Desa Dampit dengan jumlah 2 dusun.
2.2.2 Aksesibilitas
Untuk menjangkau Gunung Sumbing bagian wilayah kecamatan Windusari dapat
menggunakan kendaraan roda ??? melewati kota magelang. Akses terdekat menuju Gunung
Sumbing dari Kota Magelang adalah lewat desa ?? melalui jalan ?? sampai dengan Desa ???.
Berdasarkan data Kecamatan Windusari dalam Angka 2018, Desa Gondangrejo merupakan
desa dengan jumlah penduduk tertinggi sejumlah 4.348 jiwa yang terus meningkat
Profil Keanekaragaman Hayati Gunung Sumbing Kabupaten Magelang Tahun 2019
17
dibanding dengan tahun sebelumnya dengan laju pertumbuhan sebesar 0,07%. Jumlah
penduduk di Desa Gondangrejo pada tahun 2016 sebesar 4.053 jiwa. Desa dengan jumlah
penduduk tertinggi kedua adalah Desa Candisari dengan jumlah penduduk sejumlah 4.200
jiwa dan laju pertumbuhan sebesar 0,05%. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi
pada Desa Semen dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,12%, Sedangkan Desa
Umbulsari juga memiliki laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,10% setelah Desa Semen.
Berdasarkan data Kecamatan Kaliangkrik dalam Angka, 2018 wilayah desa yang paling luas
adalah Desa Temanggung, dengan luas wilayah 5,71 km2, sedangkan wilayah desa paling
kecil adalah Desa Beseran dengan luas wilayah 1,22 km2. Jumlah Dusun terbanyak adalah
Profil Keanekaragaman Hayati Gunung Sumbing Kabupaten Magelang Tahun 2019
19
Desa Balekerto sebanyak 14 dusun dan paling sedikit adalah Desa Girirejo, Munggangsari,
Pengarengan, Mangli, Kebonlegi dengan jumlah 3 dusun.
Tabel 2-10. Luas Lahan Pertanian dan Lahan Bukan Pertanian Dirinci Menurut Desa, 2017
Luas Lahan Luas Lahan Bukan
No. Desa
Pertanian (Ha) Pertanian (Ha)
1 Temanggung 407,00 54,20
2 Ngawonggo 421,00 14,40
3 Kaliangkrik 170,00 35,20
4 Girirejo 192,60 37,10
5 Ketangi 176,40 46,20
6 Balekerto 313,10 48,60
7 Bumirejo 128,00 9,40
8 Beseran 104,70 16,80
9 Giriwarno 113,80 16,70
10 Maduretno 119,90 14,00
11 Banjaretno 276,00 38,90
12 Balerejo 245,00 13,30
13 Selomoyo 107,70 31,50
14 Ngedrokilo 213,00 23,60
15 Munggangsari 345,00 15,50
16 Ngargosoko 315,00 29,30
17 Pengarengan 164,00 9,00
Berdasarkan tabel di atas, penggunaan lahan pertanian yang paling luas berada di Desa
Ngawonggo dengan luas 421 Ha, sedangkan yang paling sempit berada di Desa Selomoyo
dengan luas 107,70 Ha. Penggunaan lahan non pertanian yang paling luas berada di Desa
Balekerto dengan luas 48,60 Ha, sedangkan yang paling sempit berada di Desa Kebonlegi
dengan luas 8,60 Ha.
2.3.3 Aksesibilitas
Untuk menjangkau Gunung Sumbing bagian wilayah Kecamatan Kaliangkrik dapat
menggunakan kendaraan roda ??? melewati kota magelang. Akses terdekat menuju Gunung
Sumbing dari Kota Magelang adalah lewat desa ?? melalui jalan ?? sampai dengan Desa ???.
jalan yang dilewati merupakan jalan dengan status sebagai jalan ?? yang memiliki
kondisi ???
2.3.4 Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Kaliangkrik pada tahun 2016 sejumah 55.233 jiwa, sedangkan
tahun 2017 sejumlah 59.575 jiwa. Angka tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk
Kecamatan Kaliangkrik mengalami kenaikan sebesar 4.342 jiwa atau 0,08% bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 kepadatan penduduk di
Kecamatan Kaliangkrik adalah 1.079 jiwa/km2. Data laju pertumbuhan penduduk Kecamatan
Kaliangkrik dapat dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan data Kecamatan Kaliangkrik dalam Angka 2018, Desa Ngawonggo merupakan
desa dengan jumlah penduduk terbanyak sejumah 7.038 jiwa yang terus meningkat
dibanding dengan tahun sebelumnya dengan laju pertumbuhan sebesar 0,38%. Jumlah
penduduk di Desa Ngawonggo pada tahun 2016 sebesar 5.115 jiwa. Desa dengan jumlah
penduduk tertinggi kedua adalah Desa Temanggung dengan jumlah penduduk sejumah
5.570 jiwa dan namun laju pertumbuhan menurun sebesar -0,13%. Laju pertumbuhan
penduduk tertinggi terjadi pada Desa Madurejo sebesar 0,14%. Sedangkan Desa Balerejo,
dan Desa Adipuro juga memiliki laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,13 % setelah Desa
Madurejo.
Profil Keanekaragaman Hayati Gunung Sumbing Kabupaten Magelang Tahun 2019
22
2.4 Deskripsi Umum Kecamatan Kajoran
2.4.1 Kondisi Geografis dan Administratif Kecamatan Kajoran
Kajoran adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kecamatan ini
berjarak sekitar 31 km dari Kota Mungkid, ibukota Kabupaten Magelang ke arah barat laut.
Pusat pemerintahannya berada di Desa Kajoran. Bagian utara Kecamatan Kajoran
merupakan lereng selatan Gunung Sumbing. Kecamatan Kajoran memiliki luas wilayah 83,41
km2. Secara geografis desa yang paling tinggi adalah Desa Sukomakmur 1.470 Mdpl,
sedangkan terendah adalah Desa Ngargosari 451 Mdpl. Dengan batas wilayah Kecamatan
Kajoran sebagai berikut:
Tabel 2-13. Luas Lahan Pertanian dan Lahan Bukan Pertanian Dirinci Menurut Desa, 2017
Luas Lahan Luas Lahan Bukan
No. Desa
Pertanian (Ha) Pertaian (Ha)
1 Wuwuharjo 215 504
2 Wonogiri 197 118
3 Kwaderan 161 130
4 Madukoro 50 27
5 Bumiayu 92 43
6 Ngargosari 49 26
7 Lesanpuro 114 61
8 Ngendrosari 76 27
9 Madugondo 63 20
10 Wadas 100 20
11 Banjaretno 164 38
12 Krinjing 236 30
13 Bangsri 10 104
14 Kajoran 265 47
15 Mangunrejo 149 16
16 Sambak 200 43
Profil Keanekaragaman Hayati Gunung Sumbing Kabupaten Magelang Tahun 2019
25
Luas Lahan Luas Lahan Bukan
No. Desa
Pertanian (Ha) Pertaian (Ha)
17 Bambusari 231 36
18 Pandansari 304 11
19 Pandanretno 319 30
20 Krumpakan 97 10
21 Banjaragung 119 30
22 Sangen 71 9
23 Pucungroto 164 19
24 Sidorejo 209 11
25 Sidowangi 104 35
26 Sukomulyo 189 34
27 Sukorejo 133 20
28 Sutopati 1.259 45
29 Sukomakmur 456 27
Jumlah 5.796 1.571
Sumber: Kecamatan Kajoran dalam Angka, 2018
Berdasarkan tabel di atas, penggunaan lahan pertanian yang paling luas berada di Desa
Sutopati dengan luas 1.259 Ha, sedangkan paling sedikit berada di Desa Bangsri dengan luas
10 Ha. Penggunaan lahan bukan pertanian yang paling luas berada di Desa Wuwuharjo
dengan luas 504 Ha, sedangkan paling sedikit berada di Desa Sangen dengan luas 9 Ha.
2.4.3 Aksesibilitas
Untuk menjangkau Gunung Sumbing bagian wilayah Kecamatan Kajoran dapat
menggunakan kendaraan roda ??? melewati kota magelang. Akses terdekat menuju Gunung
Sumbing dari Kota Magelang adalah lewat desa ?? melalui jalan ?? sampai dengan Desa ???.
jalan yang dilewati merupakan jalan dengan status sebagai jalan ?? yang memiliki
kondisi ???
Berdasarkan data Kecamatan Kajoran dalam Angka 2018, Desa Sutopati merupakan desa
dengan jumlah penduduk tertinggi sejumlah 7.730 jiwa yang terus meningkat dibanding
dengan tahun sebelumnya dengan laju pertumbuhan sebesar 0,11%. Desa dengan jumlah
penduduk tertinggi kedua adalah Desa Sukomakmur dengan jumlah penduduk sebesar
5.356 jiwa dan laju pertumbuhan sebesar 0,05%. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi
terjadi pada Desa Bangsri dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,30%, sedangkan
Desa Ngargosari juga memiliki laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,28% setelah Desa
Bangsri.
Daftar desa dan luas area kecamatan Bandongan dapat diihat pada tabel berikut:
Berdasarkan data di atas wilayah desa yang paling luas adalah Desa Gandusari, dengan luas
wilayah 6,02 km2, sedangkan wilayah paling kecil adalah Desa Kedungasri dengan luas
wilayah 1,54 km2. Jumlah dusun terbanyak adalah Desa Banyuwangi sebanyak 15 dusun,
sedangkan paling sedikit adalah Desa Tonoboyo dengan jumlah 4 desa.
Penggunaan lahan bukan pertanian meliputi pekarangan, hutan negara, dan lainnya.
Berdasarkan data penggunaan lahan di Kecamatan Bandongan, pembagian penggunaan
lahan tersebut adalah sebagai berikut:
2.5.3 Aksesibilitas
Untuk menjangkau Gunung Sumbing bagian wilayah Kecamatan Bandongan dapat
menggunakan kendaraan roda ??? melewati kota magelang. Akses terdekat menuju Gunung
Sumbing dari Kota Magelang adalah lewat desa ?? melalui jalan ?? sampai dengan Desa ???.
jalan yang dilewati merupakan jalan dengan status sebagai jalan ?? yang memiliki
kondisi ???
2.5.4 Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Bandongan pada tahun 2016 sejumlah 57.562 jiwa, sedangkan
tahun 2017 adalah sejmlah 60.916 jiwa. Angka tersebut menunjukkan bahwa jumlah
penduduk Kabupaten Magelang mengalami kenaikan sebesar 3.354 jiwa atau 0,06% bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 kepadatan penduduk di
Kecamatan Kajoran adalah 1.330 jiwa/km2. Data laju pertumbuhan penduduk Kecamatan
Bandongan dapat dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan data Kecamatan Bandongan dalam Angka 2018, Desa Rejosari merupakan desa
dengan jumlah penduduk paling banyak sejumlah 7.580 jiwa dengan laju pertumbuhan
sebesar 0,12%. Jumlah penduduk di Desa Rejosari pada tahun 2016 sejumlah 6.765 jiwa.
Desa dengan jumlah penduduk tertinggi kedua adalah Desa Trasan dengan jumlah
penduduk sebesar 7.522 jiwa dan laju pertumbuhan sebesar 0,04%. Laju pertumbuhan
penduduk tertinggi terjadi pada Desa Sidorejo dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar
0,13%, sedangkan Desa Rejosari memiliki laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,12%
setelah Desa Sidorejo.
Keanekaragaman disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor keturunan atau genetik dan
faktor lingkungan. Faktor keturunan disebabkan oleh adanya gen yang akan membawa sifat
dasar atau sifat bawaan. Sifat bawaan ini diwariskan turun temurun dari induk kepada
keturunannya. Namun, sifat bawaan terkadang tidak muncul (tidak tampak) karena faktor
lingkungan.
Jika faktor bawaan sama tetapi lingkungannya berbeda mengakibatkan sifat yang tampak
menjadi berbeda. Jadi, terdapat interaksi antara faktor genetik dengan faktor lingkungan.
Karena adanya dua faktor tersebut, maka muncul keanekaragaman hayati. Sebagai contoh,
kita tanam tanaman hortensia secara stek ke dalam dua pot yang diberi media tanam
Profil Keanekaragaman Hayati Gunung Sumbing Kabupaten Magelang Tahun 2019
33
berbeda. Karena dari tanaman stek, maka secara genetik tanaman itu sama. Gen yang
terkandung di dalamnya sama. Tanaman yang ditanam pot yang diberi media tanam bersifat
asam (misal diberi humus) akan menghasilkan bunga berwarna merah sedangkan yang
ditanam di pot yang diberi media tanam bersifat basa (misal diberi bubuk kapur) akan
menghasilkan bunga berwarna biru. Jadi perbedaan keasaman tanah dapat mengakibatkan
keanekaragaman bunga hortensia. Berdasarkam hal tersebut, para pakar membedakan
keanekaragaman hayati menjadi tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman gen, jenis, dan
ekosistem.
Jadi, keanekaragaman gen adalah segala perbedaan yang ditemui pada makhluk
hidup dalam satu spesies. Contoh keanekaragaman tingkat gen ini misalnya,
tanaman bunga mawar putih dengan bunga mawar merah yang memiliki perbedaan,
yaitu berbeda dari segi warna. Atau perbedaan apa pun yang ditemui pada sesama
ayam petelor dalam satu kandang.
2. Keanekaragaman Jenis
Spesies atau jenis memiliki pengertian, individu yang mempunyai persamaan secara
morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin dengan sesamanya
(interhibridisasi) yang menghasilkan keturunan yang fertil (subur) untuk melanjutkan
generasinya. Kumpulan makhluk hidup satu spesies atau satu jenis inilah yang
disebut dengan populasi.
3. Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan atau interaksi timbal balik antara
makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya dan juga antara makhluk
hidup dengan lingkungannya. Suatu lingkungan tidak hanya dihuni oleh satu jenis
makhluk hidup saja, tetapi juga akan dihuni oleh jenis makhluk hidup lain yang
sesuai. Akibatnya, lingkungan tersebut akan dihuni berbagai makhluk hidup
berlainan jenis yang hidup berdampingan.
Perbedaan komponen abiotik (tidak hidup) pada suatu daerah menyebabkan jenis
makhluk hidup (biotik) yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut berbeda-
beda. Komponen biotik dan abiotik di berbagai daerah tersebut juga bervariasi baik
mengenai kualitas maupun kuantitasnya. Variasi kondisi komponen abiotik yang
tinggi ini akan menghasilkan keanekaragaman ekosistem. Contoh ekosistem adalah:
hutan hujan tropis, hutan gugur, padang rumput, padang lumut, gurun pasir, sawah,
ladang, air tawar, air payau, laut, dan lain-lain.
3.2 Metodologi
3.2.1 Waktu Pengumpulan Data
Pengambilan data sekunder dan primer untuk Penyusunan Profil Keanekaragaman Hayati
Gunung Sumbing dilaksanakan pada tanggal 22 April 2019 s.d 10 Juni 2019.
Purposive sampling adalah Teknik pengambilan sampel sumber data dengan kriteria dan
pertimbangan tertentu. Alasan menggunakan teknik ini karena Kawasan yang terlalu luas
dan tidak semua lokasi sesuai kriteria yang telah ditentukan. Adapun kriteria yang dijadikan
sebagai sampel lokasi penelitian yaitu :
1. Desa yang dilalui jalur menuju puncak Gunung Sumbing pada setiap
kecamatan.
2. Desa yang berada pada ketingggian mendekati puncak Gunung Sumbing pada
setiap Kecamatan.
3. ……. ???
Peta penggunaan
Peta Tutupan Lahan Lahan
Peta Administrasi
11
12
13
14
10
5
6
7
8
9
13
14
2. Fauna
A. Mamalia
Status
N Nama Lokal Keterangan
Gambar Status (*) Perlindungan
o (Nama Ilmiah) (***)
(**)
1 Kerbau (bubalus Varietas Tidak berlimpah
bubalis) lokal dilindungi
B. Reptil
Status
Nama Lokal Lokasi Keterangan
No Status (*) Perlindungan
(Nama Ilmiah) Gambar (***)
(**)
13
14
B. Tanaman Pangan
Status
N Nama Lokal Status Keterangan
Gambar Perlindungan
o (Nama Ilmiah) (*) (***)
(**)
1 Kacang kapri (pisum Varietas Tidak Berlimpah
sativum var. lokal dilindungi
saccharatum)
9
10
6
7
8
9
10
13
14
E. Tanaman Langka
Status
Nama Lokal Status Keterangan
No Gambar Perlindungan
(Nama Ilmiah) (*) (***)
(**)
1
2
3
2. Fauna
A. Mamalia
Status
Nama Lokal Keterangan
No Gambar Status (*) Perlindungan
(Nama Ilmiah) (***)
(**)
B. Reptil
No Nama Lokal Lokasi Status (*) Status Keterangan
Profil Keanekaragaman Hayati Gunung Sumbing Kabupaten Magelang Tahun 2019
63
Perlindungan
(Nama Ilmiah) Gambar (***)
(**)
C. Unggas
Status
Nama Lokal Keterangan
No Gambar Status (*) Perlindungan
(Nama Ilmiah) (***)
(**)
2 Belalang coklat
(melanoplus
differentialis)
3 Blimbing sayur
(averrhoa bilimbi)
4 Kelapa (cocos
nucifera)
5 Salak (salacca
zalacca)
7 Manga (mangifera
indica)
8 Nangka (artocarpus
heterophyllus)
9 Durian (durio
zibethinus)
11
12
13
14
9
10
2 kolonjono
(megathyrsus
maximus)
7 Cemara (casuarina
junghuhniana miq.)
9
10
2 Bunga
tembelekan
(lantana
camara)
3 Bunga
matahari
(helianthus
annuus)
5
6
7
8
9
E. Tanaman Langka
Status
N Nama Lokal Status Keterangan
Gambar Perlindungan
o (Nama Ilmiah) (*) (***)
(**)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
B. Reptil
Status
Nama Lokal Lokasi Keterangan
No Status (*) Perlindungan
(Nama Ilmiah) Gambar (***)
(**)
C. Unggas
Status
Nama Lokal Keterangan
No Gambar Status (*) Perlindungan
(Nama Ilmiah) (***)
(**)
1
2
2 Nangka (artocarpus
heterophyllus)
4 Durian (durio
zibethinus)
5 Coklat (theobroma
cacao L.)
7
8
9
10
B. Tanaman Pangan
Status
N Nama Lokal Keterangan
Gambar Status (*) Perlindungan
o (Nama Ilmiah) (***)
(**)
1. Kacang kapri (pisum
sativum var.
saccharatum)
2 Rumput kolonjono
(brachiaria mutica)
3 Sengon (albizia
chinensis)
7 Daun Tidak
andong/hanjuang dilindungi
(cordyline fruticosa)
8 Tapak dara
(catharanthus
roseus)
E. Tanaman Langka
Status
Nama Lokal Keterangan
No Gambar Status (*) Perlindungan
(Nama Ilmiah) (***)
(**)
2. Fauna
A. Mamalia
Profil Keanekaragaman Hayati Gunung Sumbing Kabupaten Magelang Tahun 2019
87
Status
N Nama Lokal Keterangan
Gambar Status (*) Perlindungan
o (Nama Ilmiah) (***)
(**)
1 Kuda (
B. Reptil
Status
Nama Lokal Lokasi Keterangan
No Status (*) Perlindungan
(Nama Ilmiah) Gambar (***)
(**)
1
2
3
C. Unggas
Status
N Nama Lokal Keterangan
Gambar Status (*) Perlindungan
o (Nama Ilmiah) (***)
(**)
1 Ayam (gallus gallus varietas Tidak berlimpah
domesticus) lokal dilindungi
D. Serangga
Status
Nama Lokal Keterangan
No Gambar Status (*) Perlindungan
(Nama Ilmiah) (***)
(**)
1
2
a. Nyabuk Gunung
Nyabuk Gunung adalah cara bercocok tanam dengan membuat teras sawah yang dibentuk
mengikuti garis kontur pada kaki gunung sehingga terlihat seperti menggunakan sabuk.
Nyabuk Gunung Sumbing merupakan upaya masyarakat dalam menjaga kelestarian tanah
dan mencegah penggerusan/erosi tanah. Kearifan lokal ini ditemui pada Kecamatan
Windusari, Kaliangkrik, dan Kajoran khususnya di ketinggian lebih dari 1000 mdpl.
c. Larangan berburu
Larangan berburu satwa liar merupakan suatu norma atau aturan yang ada di masyarakat
untuk melestarikan tumbuhan dan satwa liar yang ada di wilayah kaki Gunung Sumbing.
Sebagian besar masyarakat sadar bahwa menjaga satwa liar akan berpengaruh terhadap
keberlangsungan ekosistem. Lestarinya alam akan menjadi modal daya tarik terhadap turis
dan peneliti terhadap keanekaragaman hayati di Gunung Sumbing. Selain itu melestarikan
alam juga dianggap sebagai mewariskan berkah bagi anak cucu masyarakat yang hidup di
wilayah Gunung Sumbing.
Selain bawang putih tanaman ubi jalar di Kecamatan Windusari jenis cilembu dan manohara
juga menjadi tanaman budidaya unggulan sebagai pengganti tanaman tembakau. Pangsa
pasar yang besar menjadi alasan petani windusari untuk membudidayakan ubi jalar dan
sangat direkomendasikan agar Kecamatan Kajoran dan Kaliangkrik juga membudidayakan
tanaman ini diantara tanaman holtikultura lainnya.
Selain itu keanekaragaman hayati di Gunung Sumbing juga dapat bermanfaat sebagai daya
tarik wisatawan untuk datang berkunjung. Seperti adanya Bunga Edelweiss pada puncak
Gunung Sumbing, taman Bunga Kenikir di Kecamatan Bandongan dan berbagai keindahan
dan keunikan bentang alam sebagai salah satu pendukung ekosistem di Gunung Sumbing.
Berdasarkan pembentukan karakter baik Desa Mangli, Kecamatan Kaliangkrik yang berada
di kaki Gunung Sumbing menawarkan program sederhana bagi masyarakat luar kota
terutama anak-anak sebagai kegiatan pengalihan terhadap ketergantungan perangkat
teknologi dan merasakan kehidupan masyarakat pegunungan yang sederhana. Para peserta
harus masuk dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Desa Mangli dalam segala
kegiatan dan tinggal bersama mereka.
Kondisi kaki gunung yang memiliki keadaan geografis naik turun dengan kemiringan di atas
40% mengajarkan karakter pantang menyerah. Masyarakat mangli pulang dan pergi
keladang setiap hari. Dari kegiatan ini peserta diharapkan mampu bersimpati dan
menghargai keanekaragaman hayati yang ada di Gunung Sumbing khususnya Desa Mangli
dan selalu menjaga kelestarian alam agar keanekaragaman hayati di tempat lain tetap
terjaga.
Tanaman memiliki fungsi sebagai penghasil oksigen, humus, menyimpan air tanah dan
mencegah terjadinya erosi. Keanekaragaman yang tinggi mampu memperkuat ekosistem.
Wilayah yang memiliki keanekaragaman tinggi dapat dijadikan sebagai gudang alami
plasma nutfah. Oleh karena itu diperlukan kegiatan penangkaran dan perlindungan dengan
penetapan peraturan daerah larangan perburuan satwa liar yang akan memberikan
ancaman hukum cukup berat bagi pelanggar.