Anda di halaman 1dari 67

MODUL KEBIJAKAN UMUM

DJBK

MATERI POKOK 1
KEBIJAKAN UMUM NASIONAL

A. Rencana Pembangunan Nasional


1. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Perencanaan Pembangunan Nasional telah mempunyai landasan yang jelas yaitu Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional yang disingkat dengan (SPPN).

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang,
jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.

Asas dan Tujuan

a. Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-


prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta
kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional.
b. Perencanaan Pembangunan Nasional disusun secara sistematis,terarah, terpadu,
menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.
c. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan Asas
Umum Penyelenggaraan Negara.
d. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk:
1) Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;
2) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antarDaerah,
antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan
Daerah;
3) Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran
pelaksanaan, dan pengawasan;
4) Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan
5) Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.

Rencana Pembangunan Nasional meliputi:

a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang, rencana Pembangunan Jangka Panjang,


yang selanjutnya disingkat RPJP, adalah dokumen perencanaan untuk periode 20
(dua puluh) tahun. RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya
pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam bentuk visi, misi, dan arah
pembangunan Nasional. Menteri menyiapkan rancangan RPJP Nasional. RPJP
Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 1


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

Nasional. RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala
Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan
RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan
Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan
Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana
kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJP
Nasional ditetapkan dengan Undang-undang, sedangkan untuk RPJP Daerah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah, rencana Pembangunan Jangka
Menengah, yang selanjutnya disingkat RPJM, adalah dokumen perencanaan untuk
periode 5 (lima) tahun. RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan
progra Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang
memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/
Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga,kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta
kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara
menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disebut
Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL), adalah dokumen
perencanaan Kementerian/ Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun. RKPD merupakan
penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP, memuat rancangan
kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja, dan
pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renstra
-SKPD, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode
5 (lima) tahun. Renstra-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan
kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/ Lembaga
yang disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat indikatif.
Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat
Daerah serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.
c. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pemerintah (RKP), adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode 1 (satu)
tahun. Sedangkan unuk Daerah adalah Rencana Pembangunan Tahunan Daerah,
yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah
dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun. RKP merupakan
penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan
kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara
menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga,
lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Renja-KL disusun dengan berpedoman
pada Renstra-KL dan mengacu pada prioritas pembangunan Nasional dan pagu
indikatif, serta memu kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang
dilaksanakan langsung oleh Pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat. Renja-SKPD disusun dengan berpedoman kepada Renstra
SKPD dan mengacu kepada RKP, memuat kebijakan, program, dan kegiatan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 2


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun


yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

2. Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional


a. Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional meliputi:
1) Penyusunan rencana;
2) Penetapan rencana;
3) Pengendalian pelaksanaan rencana; dan
4) Evaluasi pelaksanaan rencana.
b. Penyusunan RPJP dilakukan melalui urutan:
1) Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan;
2) Musyawarah perencanaan pembangunan; dan
3) Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
c. Penyusunan RPJM Nasional/Daerah dan RKP/RKPD dilakukan melalui
urutan:
1) Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan;
2) Penyiapan rancangan rencana kerja;
3) Musyawarah perencanaan pembangunan; dan
4) Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
d. Musyawarah Rencana Pembangunan:
1) Musrenbang diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJP dan diikuti
oleh unsur-unsur penyelenggara Negara dengan mengikutsertakan
masyarakat. Menteri menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang
Nasional, dilaksanakan paling lambat 1 tahun sebelum berakhirnya
periode RPJP yang sedang berjalan.
2) Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang
Daerah, dilaksanakan paling lambat 1 tahun sebelum berakhirnya periode
RPJP yang sedang berjalan.
3) Menteri menyusun rancangan akhir RPJP Nasional berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka Panjang Nasional.
4) Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJP Daerah berdasarkan
hasil Musrenbang Jangka Panjang Daerah.

B. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 yang berisi visi, misi,
dan arah pembangunan nasional merupakan pedoman bagi pemerintah dan masyarakat di
dalam penyelenggaraan pembangunan nasional 20 tahun ke depan. RPJPN ini juga menjadi
acuan di dalam penyusunan RPJP Daerah dan menjadi pedoman bagi calon Presiden dan
calon Wakil Presiden dalam menyusun visi, misi, dan program prioritas yang akan menjadi
dasar dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) lima tahunan
dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Keberhasilan pembangunan nasional dalam
mewujudkan visi Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur perlu didukung oleh (1)
komitmen dari kepemimpinan nasional yang kuat dan demokratis; (2) konsistensi kebijakan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 3


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

pemerintah; (3) keberpihakan kepada rakyat; dan (4) peran serta masyarakat dan dunia usaha
secara aktif.

1. Visi Misi Pembangunan Nasional tahun 2005-2025

Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahunan
mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dan
amanat pembangunan yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, visi pembangunan nasional tahun 2005– 2025 adalah:

“INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR”

Visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 itu mengarah pada pencapaian tujuan nasional,
seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Visi pembangunan nasional tersebut harus dapat diukur untuk dapat mengetahui tingkat
kemandirian, kemajuan, keadilan dan kemakmuran yang ingin dicapai.

Kemandirian adalah hakikat dari kemerdekaan, yaitu hak setiap bangsa untuk menentukan
nasibnya sendiri dan menentukan apa yang terbaik bagi diri bangsanya. Oleh karena itu,
pembangunan, sebagai usaha untuk mengisi kemerdekaan, haruslah pula merupakan upaya
membangun kemandirian. Kemandirian bukanlah kemandirian dalam keterisolasian.
Kemandirian mengenal adanya kondisi saling ketergantungan yang tidak dapat dihindari
dalam kehidupan bermasyarakat, baik dalam suatu negara maupun bangsa. Terlebih lagi
dalam era globalisasi dan perdagangan bebas ketergantungan antarbangsa semakin kuat.
Kemandirian yang demikian adalah paham yang proaktif dan bukan reaktif atau defensif.
Kemandirian merupakan konsep yang dinamis karena mengenali bahwa kehidupan dan
kondisi saling ketergantungan senantiasa berubah, baik konstelasinya, perimbangannya,
maupun nilai-nilai yang mendasari dan mempengaruhinya.

Bangsa mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat
dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan
sendiri. Oleh karena itu, untuk membangun kemandirian, mutlak harus dibangun kemajuan
ekonomi. Kemampuan untuk berdaya saing menjadi kunci untuk mencapai kemajuan
sekaligus kemandirian.

Kemandirian suatu bangsa tercermin, antara lain, pada ketersediaan sumber daya manusia
yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan
pembangunannya; kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur penegak hukum dalam
menjalankan tugasnya; ketergantungan pembiayaan pembangunan yang bersumber dari
dalam negeri yang makin kokoh sehingga ketergantungan kepada sumber dari luar negeri
menjadi kecil; dan kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokok. Apabila karena sumber
daya alam tidak lagi memungkinkan, kelemahan itu diimbangi dengan keunggulan lain
sehingga tidak membuat ketergantungan dan kerawanan serta mempunyai daya tahan tinggi
terhadap perkembangan dan gejolak ekonomi dunia.

Secara lebih mendasar lagi, kemandirian sesungguhnya mencerminkan sikap seseorang atau
sebuah bangsa mengenai dirinya, masyarakatnya, serta semangatnya dalam menghadapi

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 4


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

tantangan-tantangan. Karena menyangkut sikap, kemandirian pada dasarnya adalah


masalah budaya dalam arti seluasluasnya. Sikap kemandirian harus dicerminkan dalam
setiap aspek kehidupan, baik hukum, ekonomi, politik, sosial budaya, maupun pertahanan
keamanan.

Tingkat kemajuan suatu bangsa dinilai berdasarkan berbagai ukuran. Ditinjau dari indikator
sosial, tingkat kemajuan suatu negara diukur dari kualitas sumber daya manusianya. Suatu
bangsa dikatakan makin maju apabila sumber daya manusianya memiliki kepribadian bangsa,
berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi.

Tingginya kualitas pendidikan penduduknya ditandai oleh makin menurunnya tingkat


pendidikan terendah serta meningkatnya partisipasi pendidikan dan jumlah tenaga ahli serta
profesional yang dihasilkan oleh sistem pendidikan.

Kemajuan suatu bangsa juga diukur berdasarkan indikator kependudukan, ada kaitan yang
erat antara kemajuan suatu bangsa dengan laju pertumbuhan penduduk, termasuk derajat
kesehatan. Bangsa yang sudah maju ditandai dengan laju pertumbuhan pendudukyang lebih
kecil; angka harapan hidup yang lebih tinggi; dan kualitas pelayanan sosial yang lebih baik.
Secara keseluruhan kualitas sumber daya manusia yang makin baik akan tercermin dalam
produktivitas yang makin tinggi.

Ditinjau dari tingkat perkembangan ekonomi, kemajuan suatu bangsa diukur dari tingkat
kemakmurannya yang tercermin pada tingkat pendapatan dan pembagiannya.
Tingginyapendapatan rata-rata dan ratanya pembagian ekonomi suatu bangsa menjadikan
bangsa tersebut lebih makmur dan lebih maju. Negara yang maju pada umumnya adalah
negara yang sektor industri dan sektor jasanya telah berkembang. Peran sektor industri
manufaktur sebagai penggerak utama laju pertumbuhan makin meningkat, baik dalam segi
penghasilan, sumbangan dalam penciptaan pendapatan nasional maupun dalam penyerapan
tenaga kerja. Selain itu, dalam proses produksi berkembang keterpaduan antarsektor,
terutama sektor industri, sektor pertanian, dan sektor-sektor jasa; serta pemanfaatan sumber
alam yang bukan hanya ada pada pemanfaatan ruang daratan, tetapi juga ditrans formasikan
kepada pemanfaatan ruang kelautan secara rasional, efisien, dan berwawasan lingkungan,
mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan yang berciri nusantara. Lembaga dan
pranata ekonomi telah tersusun, tertata, dan berfungsi dengan baik, sehingga mendukung
perekonomian yang efisien dengan produktivitas yang tinggi. Negara yang maju umumnya
adalah negara yang perekonomiannya stabil. Gejolak yang berasal dari dalam maupun luar
negeri dapat diredam oleh ketahanan ekonominya. Selain memiliki berbagai indikator sosial
ekonomi yang lebih baik, bangsa yang maju juga telah memiliki sistem dan kelembagaan
politik, termasuk hukum yang mantap.

Lembaga politik dan kemasyarakatan telah berfungsi berdasarkan aturan dasar, yaitu
konstitusi yang ditetapkan oleh rakyatnya. Bangsa yang maju juga ditandai oleh adanya peran
serta rakyat secara nyata dan efektif dalam segala aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial,
politik, maupun pertahanan dan keamanan. Dalam aspek politik, sejarah menunjukkan
adanya keterkaitan erat antara kemajuan suatu bangsa dan sistem politik yang dianutnya.
Bangsa yang maju pada umumnya menganut sistem demokrasi, yang sesuai dengan budaya
dan latar belakang sejarahnya. Bangsa yang maju adalah bangsa yang hak-hak warganya,

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 5


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

keamanannya, dan ketenteramannya terjamin dalam kehidupannya. Selain unsur- unsur


tersebut, bangsa yang maju juga harus didukung dengan infrastruktur yang maju.

Kemandirian dan kemajuan suatu bangsa tidak hanya dicerminkan oleh perkembangan
ekonomi semata, tetapi mencakup aspek yang lebih luas. Kemandirian dan kemajuan juga
tercermin dalam keseluruhan aspek kehidupan, dalam kelembagaan, pranata-pranata, dan
nilai-nilai yang mendasari kehidupan politik dan sosial. Pembangunan bangsa Indonesia
bukan hanya sebagai bangsa yang mandiri dan maju, melainkan juga bangsa yang adil dan
makmur. Sebagai pelaksana dan penggerak pembangunan sekaligus objek pembangunan,
rakyat mempunyai hak, baik dalam merencanakan, melaksanakan, maupun menikmati hasil
pembangunan. Pembangunan haruslah dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Oleh karena itu, masalah keadilan merupakan ciri yang menonjol pula dalam
pembangunan nasional.

Keadilan dan kemakmuran harus tercermin pada semua aspek kehidupan. Semua rakyat
mempunyai kesempatan yang sama dala m meningkatkan taraf kehidupan; memperoleh
lapangan pekerjaan; mendapatkan pelayanan sosial, pendidikan dan kesehatan;
mengemukakan pendapat; melaksanakan hak politik; mengamankan dan mempertahankan
negara; serta mendapatkan perlindungan dan kesamaan di depan hukum. Dengan demikian,
bangsa adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antarindividu, gender,
maupun wilayah. Bangsa yang makmur adalah bangsa yang sudah terpenuhi seluruh
kebutuhan hidupnya, sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-
bangsa lain di dunia.

Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan)


misi pembangunan nasional sebagai berikut:

a. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab


berdasarkan falsafah Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui
pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan antarumat
beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya, mengembangkan modal sosial,
menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan
bangsa.
b. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing adalah mengedepankan pembangunan sumber
daya manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkan penguasaan dan
pemanfaatan iptek melalui penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju inovasi
secara berkelanjutan; membangun infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang
hukum dan aparatur negara; dan memperkuat perekonomian domestik berbasis
keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan
sistem produksi, distribusi, dan pelayanan termasuk pelayanan jasa dalam negeri.
c. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum adalah memantapkan
kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil;
memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengembangan media
dan kebebasan media dalam mengomunikasikan kepentingan masyarakat; dan
melakukan pembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum dan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 6


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak pada rakyat
kecil.
d. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu adalah membangun kekuatan TNI
hingga melampui kekuatan esensial minimum serta disegani di kawasan regional dan
internasional; memantapkan kemampuan dan meningkatkan profesionalisme Polri agar
mampu melindungi dan mengayomi masyarakat; mencegah tindak kejahatan, dan
menuntaskan tindak kriminalitas; membangun kapabilitas lembaga intelijen dan
kontraintelijen negara dalam penciptaan keamanan nasional; serta meningkatkan
kesiapan komponen cadangan, komponen pendukung pertahanan dan kontribusi industri
pertahanan nasional dalam sistem pertahanan semesta.
e. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan adalah Meningkatkan
pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh, keberpihakan
kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi
kemiskinan dan pengangguran secara drastis; menyediakan akses yang sama bagi
masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana ekonomi;
serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk gender.
f. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari adalah memperbaiki pengelolaan pelaksanaan
pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan,
keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap
menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan
masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk
permukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkan pemanfaatan
ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas
kehidupan; memberikan keindahan dan kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan
pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar
pembangunan.
g. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional adalah menumbuhkan wawasan bahari bagi
masyarakat dan pemerintah agar pembangunan Indonesia berorientasi kelautan;
meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berwawasan kelautan melalui
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola wilayah laut
nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun ekonomi
kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut
secara berkelanjutan.
h. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional adalah
memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional;
melanjutkan komitmen Indonesia terhadap pembentukan identitas dan pemantapan
integrasi internasional dan regional; dan mendorong kerja sama internasional, regional
dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta antarlembaga di berbagai bidang.

2. Arah, Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005-2025

Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025 adalah mewujudkan bangsa yang
maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 7


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.

Sebagai ukuran tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, pembangunan nasional
dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran pokok sebagai
berikut.

a. Terwujudnya masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,


berbudaya, dan beradab ditandai oleh hal-hal berikut:
1) Terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan
bermoral berdasarkan falsafah Pancasila yang dicirikan dengan watak dan
perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong
royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi iptek.
2) Makin mantapnya budaya bangsa yang tercermin dalam meningkatnya
peradaban, harkat, dan martabat manusia Indonesia, dan menguatnya jati diri
dan kepribadian bangsa.
b. Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih
makmur dan sejahtera ditunjukkan oleh hal- hal berikut:
1) Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan
sehingga pendapatan perkapita pada tahun 2025 mencapai tingkat
kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah,
dengan tingkat pengangguran terbuka yang tidak lebih dari 5 persen dan
jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5 persen.
2) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia, termasuk peran perempuan
dalampembangunan. Secara umum peningkatan kualitas sumber daya
manusia Indonesia ditandai dengan meningkatnya indeks pembangunan
manusia (IPM) dan indeks pembangunan gender (IPG), serta tercapainya
penduduk tumbuh seimbang.
3) Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif di berbagai wilayah Indonesia. Sektor pertanian, dalam arti luas, dan
pertambangan menjadi basis aktivitas ekonomi yang dikelola secara efisien
sehingga menghasilkan komoditi berkualitas, industri manufaktur yang
berdaya saing global, motor penggerak perekonomian, serta jasa yang
perannya meningkat dengan kualitas pelayanan lebih bermutu dan berdaya
saing.
4) Tersusunnya jaringan infrastruktur perhubungan yang andal dan terintegrasi
satu sama lain. Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang andal dan efisien
sesuai kebutuhan, termasuk hampir sepenuhnya elektrifikasi rumah tangga
dan elektrifikasi perdesaan dapat terpenuhi. Terselenggaranya pelayanan pos
dan telematika yang efisien dan modern guna terciptanya masyarakat
informasi Indonesia. Terwujudnya konservasi sumber daya air yang mampu
menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air.
5) Meningkatnya profesionalisme aparatur negara pusat dan daerah untuk
mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, dan
bertanggung jawab, serta profesional yang mampu mendukung pembangunan
nasional.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 8


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

c. Terwujudnya Indonesia yang demokratis, berlandaskan hukum dan berkeadilan


ditunjukkan oleh hal- hal berikut:
1) Terciptanya supremasi hukum dan penegakkan hak-hak asasi manusia yang
bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta tertatanya sistem hukum nasional yang
mencerminkan kebenaran, keadilan, akomodatif, dan aspiratif. Terciptanya
penegakan hukum tanpa memandang kedudukan, pangkat, dan jabatan
seseorang demi supremasi hukum dan terciptanya penghormatan pada hak-
hak asasi manusia.
2) Menciptakan landasan konstitusional untuk memperkuat kelembagaan
demokrasi.
3) Memperkuat peran masyarakat sipil dan partai politik dalam kehidupan politik.
4) Memantapkan pelembagaan nilai-nilai demokrasi yang menitikberatkan pada
prinsip-prinsip toleransi, non-diskriminasi, dan kemitraan.
5) Terwujudnya konsolidasi demokrasi pada berbagai aspek kehidupan politik
yang dapat diukur dengan adanya pemerintah yang berdasarkan hukum,
birokrasi yang professional dan netral, masyarakat sipil, masyarakat politik dan
masyarakat ekonomi yang mandiri, serta adanya kemandirian nasional.
d. Terwujudnya rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat serta terjaganya keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kedaulatan negara dari ancaman
baik dari dala m negeri maupun luar negeri ditandai oleh hal- hal berikut:
1) Terwujudnya keamanan nasional yang menjamin martabat kemanusiaan,
keselamatan warga negara, dan keutuhan wilayah dari ancaman dan
gangguan pertahanan dan keamanan, baik dari luar negeri maupun dari dalam
negeri.
2) TNI yang profesional, komponen cadangan dan pendukung pertahanan yang
kuat terutama bela negara masyarakat dengan dukungan industri pertahanan
yang andal.
3) Polri yang profesional, partisipasi kuat masyarakat dalam bidang keamanan,
intelijen, dan kontra intelijen yang efektif, serta mantapnya koordinasi antara
institusi pertahanan dan keamanan.
e. Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan ditandai oleh hal-hal
berikut:
1) Tingkat pembangunan yang makin merata ke seluruh wilayahdiwujudkan
dengan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, termasuk
berkurangnya kesenjangan antarwilayah dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2) Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam
kualitas gizi yang memadai serta tersedianya instrumen jaminan pangan untuk
tingkat rumah tangga.
3) Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan
akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.
4) Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan
kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah
bagi masyarakat.
f. Terwujudnya Indonesia yang asri dan lestari ditandai oleh hal- hal berikut:

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 9


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

1) Membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam dan


pelestarian fungsi lingkungan hidup yang dicerminkan oleh tetap terjaganya
fungsi, daya dukung, dan kemampuan pemulihannya dalam mendukung
kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang, dan lestari.
2) Terpeliharanya kekayaan keragaman jenis dan kekhasan sumber daya alam
untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal
pembangunan nasional.
3) Meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk
menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan.
g. Terwujudnya Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional ditandai oleh hal- hal berikut:
1) Terbangunnya jaringan sarana dan prasarana sebagai perekat semua pulau
dan kepulauan Indonesia.
2) Meningkat dan menguatnya sumber daya manusia di bidang kelautan yang
didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Menetapkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, aset-aset, dan hal-
hal yang terkait dalam kerangka pertahanan negara.
4) Membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.
5) Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut.
h. Terwujudnya peranan Indonesia yang meningkat dalam pergaulan dunia
internasional ditandai oleh hal- hal berikut:
1) Memperkuat dan mempromosikan identitas nasional sebagai negara
demokratis dalam tatanan masyarakat internasional.
2) Memulihkan posisi penting Indonesia sebagai negara demokratis besar yang
ditandai oleh keberhasilan diplomasi di fora internasional dalam upaya
pemeliharaan keamanan nasional, integritas wilayah, dan pengamanan
kekayaan sumber daya alam nasional.
3) Meningkatnya kepemimpinan dan kontribusi Indonesia dalam berbagai
kerjasama internasional dalam rangka mewujudkan tatanan dunia yang lebih
adil dan damai.
4) Terwujudnya kemandirian nasional dalam konstelasi global.
5) Meningkatnya investasi perusahaan-perusahaan Indonesia di luar negeri.

Untuk mencapai tingkat kemajuan, kemandirian, serta keadilan yang diinginkan, arah
pembangunan jangka panjang selama kurun waktu 20 tahun mendatang.

C. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019

Sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
dan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional, RPJMN merupakan acuan bagi Kementerian/ Lembaga dalam
menyusun Rencana Strategis (Renstra) masing-masing.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 10


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

Penyusunan RPJMN 2015-2019 melalui proses yang cukup panjang, diawali dengan
penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 yang disusun berdasarkan hasil
evaluasi pembangunan yang sedang berjalan dan kajian pendahuluan (background studies).
Selanjutnya, Rancangan Teknokratik disesuaikan dengan visi dan misi Presiden Joko Widodo
dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla menjadi Rancangan Awal RPJMN 2015-2019.
Rancangan Awal ini kemudian didiskusikan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) Regional yang dilaksanakan di Palu, Ambon, Mataram, Belitung, dan Tarakan.
Rancangan RPJMN 2015-2019 yang merupakan hasil perbaikan dari masukan Musrenbang
Regional selanjutnya disempurnakan dalam forum Musrenbang Nasional, sehingga dihasilkan
Rancangan Akhir RPJMN 2015-2019 ini. Berbagai pemangku kepentingan (stakeholders)
pembangunan, yaitu kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, perguruan tinggi, partai
politik, organisasi profesi, para ahli di berbagai bidang, dan organisasi masyarakat sipil terlibat
aktif dalam proses penyusunan yang panjang tersebut.

Rancangan Akhir RPJMN ini disusun dalam tiga buku, yaitu Buku I berisi agenda prioritas
pembangunan nasional periode 2015-2019 yang merupakan penjabaran dari Nawa Cita,
Buku II berisi program dan kegiatan untuk seluruh bidang pembangunan, dan Buku III berisi
penjabaran program-program dan kegiatan ke dalam dimensi wilayah. Rancangan Akhir
RPJMN 2015-2019 ini selanjutnya dibahas dalam Sidang Kabinet sebelum ditetapkan sebagai
RPJMN 2015-2019 melalui Peraturan Presiden pada bulan Januari 2015.

1. Meneguhkan Kembali Jalan Ideologis

Daya tahan suatu bangsa terhadap berbagai deraan gelombang sejarah tergantung pada
ideologi. Ideologi sebagai penuntun; ideologi sebagai penggerak; ideologi sebagai pemersatu
perjuangan; dan ideologi sebagai bintang pengarah. Ideologi itu adalah PANCASILA 1 JUNI
1945 dan TRISAKTI. Selanjutnya penjabaran TRISAKTI diwujudkan dalam bentuk:

a. Kedaulatan dalam politik diwujudkan dalam pembangunan demokrasi politik yang


berdasarkan hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Kedaulatan
rakyat menjadi karakter, nilai, dan semangat yang dibangun melalui gotong royong
dan persatuan bangsa.
b. Berdikari dalam ekonomi diwujudkan dalam pembangunan demokrasi ekonomi yang
menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan dalam pengelolaan keuangan
negara dan pelaku utama dalam pembentukan produksi dan distribusi nasional.
Negara memiliki karakter kebijakan dan kewibawaan pemimpin yang kuat dan
berdaulat dalam mengambil keputu-san-keputusan ekonomi rakyat melalui
penggunaan sumber daya ekonomi nasional dan anggaran negara untuk memenuhi
hak dasar warga negara.
c. Kepribadian dalam kebudayaan diwujudkan melalui pembangunan karakter dan
kegotongroyongan yang berdasar pada realitas kebhinekaan dan kemaritiman
sebagai kekuatan potensi bangsa dalam mewujudkan implementasi demokrasi politik
dan demokrasi ekonomi Indonesia masa depan.

Dengan demikian, prinsip dasar TRISAKTI ini menjadi basis sekaligus arah perubahan
berdasarkan pada mandat konstitusi dan menjadi pilihan sadar dalam pengembangan daya

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 11


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

hidup kebangsaan Indonesia, yang menolak ketergantungan dan diskriminasi, serta terbuka
dan sederajat dalam membangun kerjasama yang produktif dalam tataran pergaulan
internasional.

2. Tiga Masalah Pokok Bangsa

Dalam rangka mencapai tujuan nasional, bangsa Indonesia dihadapkan pada tiga masalah
pokok, yakni: (1) merosotnya kewiba-waan negara; (2) melemahnya sendi-sendi
perekonomian nasional; dan (3) merebaknya intoleransi dan krisis kepribadian bangsa.

a. Ancaman Terhadap Wibawa Negara.

Wibawa negara merosot ketika negara tidak kuasa memberikan rasa aman kepada segenap
warga negara, tidak mampu mendeteksi ancaman terhadap kedaulatan wilayah, membiarkan
pelanggaran hak asasi manusia (HAM), lemah dalam penegakan hukum, dan tidak berdaya
dalam mengelola konflik sosial. Negara semakin tidak berwibawa ketika masyarakat semakin
tidak percaya kepada institusi publik dan pemimpin tidak memiliki kredibilitas yang cukup
untuk menjadi teladan dalam menjawab harapan publik akan perubahan ke arah yang lebih
baik. Harapan untuk menegakkan wibawa negara semakin pudar ketika negara mengikat diri
pada sejumlah perjanjian internasional yang mencederai karakter bangsa dan makna
kedaulatan yang tidak memberi keuntungan pada kepentingan nasional.

b. Kelemahan Sendi Perekonomian Bangsa.

Lemahnya sendi-sendi perekonomian bangsa terlihat dari belum terselesaikannya persoalan


kemiskinan, kesenjangan sosial, kesenjangan antarwilayah, kerusakan lingkungan hidup
akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, dan ketergantungan dalam hal pangan,
energi, keuangan, dan teknologi. Negara tidak mampu memanfaatkan kandungan kekayaan
alam yang sangat besar, baik yang mewujud (tangible) maupun bersifat non-fisik (intangible),
bagi kesejahteraan rakyatnya. Harapan akan penguatan sendi-sendi ekonomi bangsa
menjadi semakin jauh ketika negara tidak kuasa memberi jaminan kesehatan dan kualitas
hidup yang layak bagi warganya, gagal dalam memperkecil ketimpangan dan
ketidakmerataan pendapatan nasional, melanggengkan ketergantungan atas utang luar
negeri dan penyediaan pangan yang mengandalkan impor, dan tidak tanggap dalam
menghadapi persoalan krisis energi akibat dominasi alat produksi dan modal korporasi global
serta berkurangnya cadangan minyak nasional.

c. Intoleransi dan Krisis Kepribadian Bangsa.

Politik penyeragaman telah mengikis karakter Indonesia sebagai bangsa pejuang,


memudarkan solidaritas dan gotong-royong, serta meminggirkan kebudayaan lokal. Jati diri
bangsa terkoyak oleh merebaknya konflik sektarian dan berbagai bentuk intoleransi. Negara
abai dalam menghor-mati dan mengelola keragaman dan perbedaan yang menjadi karakter
Indonesia sebagai bangsa yang majemuk. Sikap untuk tidak bersedia hidup bersama dalam
sebuah komunitas yang beragam telah melahirkan ekspresi intoleransi dalam bentuk keben-
cian, permusuhan, diskriminasi, dan tindakan kekerasan terhadap “yang berbeda”. Kegagalan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 12


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

pengelolaan keragaman itu terkait dengan masalah ketidakadilan dalam alokasi dan distribusi
sumber daya nasional yang memperuncing kesenjangan sosial. Pada saat yang sama,
kemajuan teknologi informasi dan transportasi yang begitu cepat telah melahirkan “dunia
tanpa batas” (borderless-state) yang pada gilirannya membawa dampak negatif berupa kejut
budaya (culture shock) dan ketunggalan identitas global di kalangan generasi muda
Indonesia. Hal ini mendorong pencarian kembali basis-basis identitas primodial sebagai
representasi simbolik yang menjadi pembeda dengan lainnya. Konsekuensinya, bangsa ini
berada di tengah pertarungan antara dua arus kebudayaan. Disatu sisi, manusia Indonesia
dihadapkan pada arus kebudayaan yang didorong oleh kekuatan pasar yang menempatkan
manusia sebagai komoditas semata. Di sisi lain, muncul arus kebudayaan yang menekankan
penguatan identitas primodial di tengah derasnya arus globalisasi. Akumulasi dari kegagalan
mengelola dampak persilangan dua arus kebudayaan tersebut menjadi ancaman bagi
pembangunan karakter bangsa.

3. Kebijakan Pembangunan Nasional

a. Visi Misi Pembangunan

Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi


dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-
2019 adalah:

“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN


BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG”

Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu:

1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,


menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2) Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan
negara hukum.
3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
5) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

b. Strategi Pembangunan Nasional

Secara umum Strategi Pembangunan Nasional ditunjukkan dalam gambar yang


menggariskan hal-hal sebagai berikut:

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 13


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

1) Norma Pembangunan yang diterapkan dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai


berikut:
a. Membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat.
b. Setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak
boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak
keseimbangan pembangunan. Perhatian khusus kepada peningkatan produk-
tivitas rakyat lapisan menengah-bawah, tanpa menghalangi, menghambat,
mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku-pelaku besar untuk terus
menjadi agen pertum-buhan. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan pertum-
buhan ekonomi yang berkelanjutan.
c. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung
lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.
2) Tiga Dimensi Pembangunan;
a. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat.

Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan kualitas ma-nusia dan masyarakat


yang menghasilkan manusia-manusia Indonesia unggul dengan meningkatkan
kecerdasan otak dan kesehatan fisik melalui pendidikan, kesehatan dan perbaikan
gizi. Manusia Indonesia unggul tersebut diharap-kan juga mempunyai mental dan
karakter yang tangguh dengan perilaku yang positif dan konstruktif. Karena itu
pembangunan mental dan karakter menjadi salah satu prioritas utama
pembangunan, tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen
masyarakat, sehingga akan dihasilkan pengusaha yang kreatif, inovatif, punya
etos bisnis dan mau mengambil risiko; pekerja yang berde-dikasi, disiplin, kerja
keras, taat aturan dan paham terhadap karakter usaha tempatnya bekerja; serta
masyarakat yang tertib dan terbuka sebagai modal sosial yang positif bagi
pembangunan, serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi sesama.

b. Dimensi pembangunan sektor unggulan dengan prioritas:


• Kedaulatan pangan. Indonesia mempunyai modal yang cukup untuk
memenuhi kedaulatan pangan bagi seluruh rakyat, sehingga tidak boleh
tergantung secara berlebihan kepada negara lain.
• Kedaulatan energi dan ketenagalistrikan. Dilakukan dengan
memanfaatkan sebesar-besarnya sumber daya energi (gas, batu-bara, dan
tenaga air) dalam negeri.
• Kemaritiman dan kelautan. Kekayaan laut dan maritim Indonesia harus
dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan nasional dan
kesejahteraan rakyat.
• Pariwisata dan industri. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman
budaya yang unik merupakan modal untuk pengembangan pariwisata
nasional. Sedangkan industri diprioritaskan agar tercipta ekonomi yang
berbasiskan penciptaan nilai tambah dengan muatan iptek, keterampilan,
keahlian, dan SDM yang unggul.
c. Dimensi pemerataan dan kewilayahan.
Pembangunan bukan hanya untuk kelompok tertentu, tetapi untuk seluruh
masyarakat di seluruh wilayah. Karena itu pembangunan harus dapat
menghilangkan/memperkecil kesenjangan yang ada, baik kesenjangan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 14


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

antarkelompok pendapatan, maupun kesenjangan antarwilayah, dengan


prioritas:
• Wilayah desa, untuk mengurangi jumlah penduduk miskin, karena
penduduk miskin sebagian besar tinggal di desa;
• Wilayah pinggiran;
• Luar Jawa;
• Kawasan Timur.
3) Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil diperlukan sebagai prasyarat
pembangunan yang berkualitas. Kondisi perlu tersebut antara lain:
a. Kepastian dan penegakan hukum;
b. Keamanan dan ketertiban;
c. Politik dan demokrasi; dan
d. Tetakelola dan reformasi birokrasi.
4) Quickwins (hasil pembangunan yang dapat segera dilihat hasilnya). Pembangunan
merupakan proses yang terus menerus dan membutuhkan waktu yang lama. Karena
itu dibutuhkan output cepat yang dapat dijadikan contoh dan acuan masyarakat
tentang arah pembangunan yang sedang berjalan, sekaligus untuk meningkatkan
motivasi dan partisipasi masyarakat.

Gambar 1.1 Strategi Pembangunan Nasional

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 15


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

c. Sembilan Agenda Prioritas

Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara
politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan
sembilan agenda prioritas. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA, yaitu:

1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan


rasa aman kepada seluruh warga negara.
2) Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
4) Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5) Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8) Melakukan revolusi karakter bangsa.
9) Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

d. Sasaran Pokok Pembangunan Nasional

Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 2015-2019
akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup:

1) Sasaran Makro;
2) Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat;
3) Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan;
4) Sasaran Dimensi Pemerataan;
5) Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah;
6) Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan.

Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai serta mempertimbangkan
lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia ke
depan, maka arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 adalah:

a. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan. Pertumbuhan


ekonomi yang cukup tinggi dan berkelanjutan merupakan landasan utama untuk
mempersiap-kan Indonesia lepas dari posisi sebagai negara berpendapatan menengah
menjadi negara maju. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ditandai dengan
terjadinya transformasi ekonomi melalui penguatan pertanian, perikanan dan
pertambangan, berkembangnya industri manufaktur di berbagai wilayah, mo-dernisasi
sektor jasa, penguasaan iptek dan berkembangnya inovasi, terjaganya kesinambungan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 16


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

fiskal, meningkatnya daya saing produk ekspor non-migas terutama produk manufaktur
dan jasa, meningkatnya daya saing dan peranan usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) dan koperasi, serta meningkatnya ketersediaan lapangan kerja dan kesempatan
kerja yang berkualitas.
b. Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam (SDA) yang
Berkelanjutan. Arah kebijakan peningkatan pengelolaan dan nilai tambah SDA adalah
dengan meningkatkan kapasitas produksi melalui peningkatan produktivitas dan per-
luasan areal pertanian, meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditi pertanian dan
perikanan, meningkatkan produktivitas sumber daya hutan, mengoptimalkan nilai tambah
dalam pemanfaatan sumber daya mineral dan tam-bang lainnya, meningkatkan produksi
dan ragam bauran sumber daya energi, meningkatkan efisiensi dan pemerataan dalam
pemanfaatan energi, mengembangkan ekonomi kelautan yang terintegrasi antarsektor
dan antarwilayah, dan meningkatnya efektivitas pengelolaan dan pemanfaatan
keragaman hayati Indonesia yang sangat kaya.
c. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Pertum-buhan dan Pemerataan.
Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk
mencapai kese-imbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruk-tur
perumahan dan kawasan permukiman (air minum dan sanitasi) serta infrastruktur
kelistrikan, menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan
nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan. Kesemuanya
dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-
Swasta.
d. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup, Mitigasi Bencana Alam dan Penannganan
Perubahan Iklim. Arah kebijakan peningkatan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana
dan perubahan iklim adalah melalui peningkatan pemantauan kua-litas lingkungan,
pengendalian pencemaran dan kerusakan ling-kungan hidup, penegakan hukum
lingkungan hidup; mengurangi risiko bencana, meningkatkan ketangguhan pemerintah
dan masyarakat terhadap bencana, serta memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim.
e. Penyiapan Landasan Pembangunan yang Kokoh. Landasan pembangunan yang kokoh
dicirikan oleh meningkatnya kualitas pelayanan publik yang didukung oleh birokrasi yang
bersih, transparan, efektif dan efisien; meningkatnya kualitas penegakan hukum dan
efektivitas pencegahan dan pemberantasan korupsi, semakin mantapnya konsolidasi
demokrasi, semakin tangguhnya kapasitas penjagaan pertahanan dan stabilitas
keamanan nasional, dan meningkatnya peran kepemimpinan dan kualitas partisipasi
Indonesia dalam forum internasional.
f. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejah-teraan Rakyat Yang
Berkeadilan. Sumberdaya manusia yang berkualitas tercermin dari meningkatnya akses
pendidikan yang berkualitas pada semua jenjang pendidikan dengan memberikan
perhatian lebih pada penduduk miskin dan daerah 3T; mening-katnya kompetensi siswa
Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains dan Literasi; meningkatnya akses dan kualitas
pelayanan kesehatan, terutama kepada para ibu, anak, remaja dan lansia; meningkatnya
pelayanan gizi masyarakat yang berkualitas, meningkatnya efektivitas pencegahan dan
pengendalian penya-kit dan penyehatan lingkungan, serta berkembangnya jaminan
kesehatan.
g. Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah. Pembangunan daerah
diarahkan untuk menjaga momentum pertumbuhan wilayah Jawa-Bali dan Sumatera
bersamaan dengan meningkatkan kinerja pusat-pusat pertumbuhan wilayah di

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 17


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua; menjamin pemenuhan


pelayanan dasar di seluruh wilayah bagi seluruh lapisan masyarakat; mempercepat
pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan; membangun kawasan
perkotaan dan perdesaan; mempercepat penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan
mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.

D. Latihan

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar.

1. Jelaskan tentang Sistem Perncanaan Pembangunan Nasional?


2. Bagaimana tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional dilaksanakan?
3. Apa yang sdr ketahui tentang Visi dan Misi Pembangunan Nasional tahun 2005 – 2015?
4. Sebutkan visi dan misi RPJMN 2015 – 2019.
5. Sembilan agenda prioritas dalam RPJMN 2015 – 2019, adalah program andalan yang
dikenal dengan Nawa Cita, sebutkan program tersebut?

E. Rangkuman

Memahami peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang nomor 25 tahun 2004 tentang


Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah menghasilkan undang-undang nomor 17 tahun
2007 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005 – 2025 dan juga Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019 yang mempunyai sembilan program
unggulan yang disebut sebagai Nawa Cita yang meliputi : 1) Menghadirkan kembali negara untuk
melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.2) Membuat
Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya. 3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desadalam kerangka negara kesatuan. 4) Memperkuat kehadiran negara dalam
melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya. 5) Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia. 6) Meningkatkan
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju
dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. 7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. 8) Melakukan revolusi karakter bangsa.
9) Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 18


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

F. Evaluasi

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar.

1. Sebutkan tujuan SPPN sesuai UU 25/2004!


2. Apa yang dimaksud dengan Rencana Pembangunan Tahunan Nasional?
3. Kapan Musrenbang dilaksanakan?
4. Bagaimana meneguhkan kembali jalan ideolologis?
5. Sebutkan tiga masalah pokok bangsa?

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 19


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

MATERI POKOK 2
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN
PUPR DAN DJBK

A. Rencana Strategis Kementerian PUPR


1. Peran Infrastruktur

Peran infrastruktur angat penting dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat seperti
pangan,sandang, papan, rasa aman, pendidikan, dan kesehatan. Selainitu, infrastruktur juga
memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan daya
saing global.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang menanga infrastruktur


pekerjaan umum dan perumahan rakyat, sebagai bagian dari bidang infrastruktur,
berkewajiban untuk mendukung hal tersebut melalui pelaksanaan pembangunan yang
terpadu, efektif dan efisien dengan memperhatikan pengarusutamaan pembangunan yang
berkelanjutan, gender serta berlandaskan tata kelola pemerintahan yang baik dalam proses
pencapaian tujuan pembangunan nasional.

Pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan merupakan upaya penerapan prinsip


pembangunan berkelanjutan secara seimbang dan sinergis dalam memenuhi kebutuhan
sekarang mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Dalam pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan diperlukan keterpaduan antara 3 (tiga) pilar yaitu sosial, ekonomi
dan lingkungan yang kemudian diperkuat dengan dimensi kelembagaan. Pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan secara umum tercermin dalam indikator–indikator antara lain:
(1) indikator ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi dan dampak ekonomi; (2) tingkat
partisipasi masyarakat pelaku pembangunan, partisipasi masyarakat marginal/minoritas
(kaum miskin dan perempuan), dampak terhadap struktur sosial masyarakat, serta tatanan
atau nilai sosial yang berkembang di masyarakat; dan (3) dampak terhadap kualitas air, udara
dan lahan serta ekosistem (keanekaragaman hayati).

Dengan demikian, dalam setiap penyelenggaraan pembangunan, khususnya pembangunan


infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat, harus selalu berlandaskan pada prinsip
pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan daya dukung agar hasil pembangunan
selain dapat dimanfaatkan untuk generasi sekarang juga dapat diwariskan pada generasi
mendatang. Selanjutnya, Pengarusutamaan Gender (PUG) diartikan sebagai strategi yang
dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan nasional yang memperhatikan kualitas hidup, pengalaman, aspirasi,
kebutuhan dan permasalahan laki-laki dan perempuan (orang lanjut usia, anak-anak di bawah
umur, orang-orang dengan kebisaan berbeda/ difable, serta orang-orang yang tidak mampu
secara ekonomi), yang diperoleh dari indikator kesetaraan akses, kontrol, partisipasi dalam

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 20


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

pembangunan dalam memperoleh manfaat hasil-hasil pembangunan. Dalam kaitan tersebut,


maka diperlukan peningkatan efektifitas pelembagaan PUG ke dalam budaya internal
organisasi, mewujudkan penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan
rakyat yang terintegrasi dengan aspek gender; serta mewujudkan Perencanaan
Penganggaran Responsif Gender (PPRG) di seluruh unit organisasi.

Dalam melaksanakan hal tersebut, tugas dan fungsi Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat mengacu pada Keputusan Presiden No. 121/P tahun 2014 tentang
Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2014-2019,
Peraturan Presiden No. 7 tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara, serta
PeraturanPresiden No. 15 tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.

Gambar 2.1 Pekerjaan Konstruksi

2. Pembinaan Konstruksi

Sektor konstruksi adalah salah satu sektor andalan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,
dan selalu dituntut untuk tetap meningkatkan kontribusinya. Data Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan, bahwa sejarah kontribusi sektor konstruksi terhadap PDB terus meningkat dari
hanya sebesar 3,9% di tahun 1973 hingga sebesar 9,99% dari PDB tahun 2013 dan
memberikan kontribusi lapangan kerja kepada 5,67% dari total angkatan kerja. Walaupun
mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan dan kemajuan bangsa, sektor
konstruksi nasional berada pada kondisi yang kurang menggembirakan. Keterbatasan
infrastruktur menjadi salah satu penghambat investasi konstruksi di Indonesia - disamping
kualitas birokrasi pemerintahan dan pengaturan tenaga kerja untuk mendorong pembangunan
nasional dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu daya saing sektor konstruksi baik produktifitas
dan efisiensi maupun kreatifitas dan inovasi masihterbatas. Berbagai indikator daya saing
yang berhubungan dengan ketersediaan dan kondisi infrastruktur, baik yang bersifat makro
seperti Indeks Daya Saing Global maupun yang bersifat mikro seperti perbandingan
keuntungan bersih (net profit) dan nilai penjualan (annual sales) atau nilai penjualan dengan
total biaya pegawai kontraktor nasional menunjukkan kinerja produktifitas dan efisiensi yang
belum menggembirakan.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 21


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

Melihat strategisnya peran sektor konstruksi bagi perekonomian dan tantangantantangan


kedepan yang harus dihadapi, pembinaan menjadi kunci utama untuk meningkatkan daya
saing jasa konstruksi nasional agar mampu menghadapi dinamika perkembangan pasar
dalam dan luar negeri melalui berbagai upaya pembinaan, mulai dari aspek pengat
pengaturan, pemberdayaan, sampai dengan pengawasan.

3. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur

Saat ini terdapat tuntutan masyarakat untuk menghapuskan praktik KKN yang telah
berlangsung lama, membuat pemerintah bertekad untuk melakukan pemberantasan Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN) di segala bidang pemerintahan agar tercipta pemerintahan yang
bersih dan berwibawa. Penghapusan KKN tersebut apabila terpenuhi maka akan berpotensi
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, transparan dan akuntabel. Selain itu adanya
keinginan mengurangi kebocoran, meningkatkan kualitas infrastruktur, dan mengayomi
pelaksana yang telah bekerja dengan baik dan benar. Juga adanya dukungan Sistem
Akuntansi dan IT Based System dalam mendukung pengawasan dan pengendalian di
lingkungan Kementerian PU. Beberapa tantangan dan permasalahan dalam aspek
pengendalian dan pengawasan, diantaranya; (1) pembangunan sarana dan prasarana bidang
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat perlu untuk menerapkan prinsip-prinsip tata kelola
pemerintahan yang baik; (2) koordinasi penyelenggaraan infrastruktur oleh Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah masih lemah yang berdampak pada ketidakjelasan status aset; (3)
belum maksimalnya pelaporan gratifikasi sebagai tindak lanjut atas komitmen penerapan
gratifikasi; dan (4) perlunya seluruh unit kerja menerapkan Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah (SPIP) melalui Manajemen Resiko sesuai Instruksi Menteri PU No. 2/IN/M/2011.

Dalam aspek penyelenggaraan negara, pada era reformasi birokrasi ini, publik beropinibahwa
penyelenggara negara melakukan pemborosan, pelayanannya buruk, KKN dan
pengawasannya mandul. Hasil survey KPK tahun 2011 terhadap 15.540 responden
menunjukkan bahwa nilai dari indeks integritas nasional 6,31, indeks integritas pusat 7,07,
indeks integritas vertikal 6,40, indeks integritas daerah 6,00 dan integritas total pusat (pusat
+ vertikal) 6,48 dan integritas total daerah (daerah + vertikal) 6,24. Untuk indeks persepsi
korupsi sesuai data transparency international, Indonesia masih rendah (2,8 dari 10).
Sedangkan Economic Forum menunjukkan bahwa korupsi yang menjadi penghambat kedua
untuk kemudahan berusaha pada tahun 2010 – 2011 mempunyai skor 16 terhadap 30 pada
ratio 0,53. Selain itu hasil kajian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada instansi pusat
menunjukan adanya upaya anti korupsi dan mekanisme pengaduan masyarakat yang
merupakan sub indikator yang nilainya masih rendah dibawah 6. Kementerian Pekerjaan
Umum pada tahun 2011 yang masuk dalam penilaian Program Inisiatif Anti Korupsi KPK
(PIAK KPK) dengan penilaian pada awal tahun 2013 mendapat nilai 6,3 sehingga tidak
termasuk lagi dalam program penilaian PIAK KPK. Penilaian Inisiatif Anti Korupsi ini
merupakan kegiatan KPK dalam mendorong K/L/Pemda untuk membangun sistem anti
korupsi di dalam instansinya dengan cara melakukan self assessment terhadap inisiatif anti
korupsi yang telah dilakukannya yang kemudian diverifikasi oleh KPK.

Namun demikian, kondisi sumber daya manusia Auditor Kementerian Pekerjaan Umum saat
ini adalah jumlah auditor sebanyak 148 orang yang terdiri dari 76 orang pendidikan teknik dan
72 orang non teknik yang secara kualitas kompetensinya di bidang pengawasan infrastruktur
masih belum sesuai dengan yang diharapkan sehingga diperlukan terobosan diklat

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 22


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

keteknikan dan non keteknikan dengan bekerja samam dengan BPKP dan YPIA maupun
lembaga lainnya dan sekaligus melakukan assessment untuk masing-masing bidang.
Pengendalian dan pengawasan pada Kementerian Perumahan Rakyat dilakukan secara
bersinergi dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) selaku
pembina penyelenggaraan SPIP yang telah mengembangkan penerapan SPIP dengan
menyusun peta risiko melalui kegiatan penilaian risiko (risk assessment) di 3 unit kerja, yaitu:
Deputi Bidang Pembiayaan, Deputi Bidang Perumahan Swadaya dan Deputi Bidang
Pengembangan Kawasan.

4. Dukungan Manajemen, Sarana, dan Prasarana

Pada tahun 2014, Kementerian PU berhasil mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) berdasarkan audit atas LK TA 2013. Hal ini menunjukkan ada perbaikan dalam
pengelolaan, penatausahaan dan pelaporan kinerja keuangan di Kementerian PU
dibandingkan periode-periode sebelumnya. Yang artinya pembinaan, pendampingan dan
fasilitasi penatausahaan dan pelaporan keuangan serta penataan BMN cukup berhasil.
Sebagai perbandingan, opini hasil audit dari BPK-RI terhadap LK Kementerian PU pada tahun
tahun 2009 - 2011 telah naik dari “Disclaimer “ menjadi

”Wajar Dengan Pengecualian (WDP)”, dan tahun 2012 naik kembali menjadi “Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) – Dengan Paragraf Penjelasan”.

Dalam aspek penyusunan rencana kebijakan dan strategi Kementerian Pekerjaan Umum
diantaranya telah disusun 1 Renstra Kementerian, 1 Revisi Renstra Kementerian, 1 Review
Renstra Kementerian tahun 2010-2014, serta 1 Renstra Sekretariat Jenderal, 1 Review
Sekretariat Jenderal tahun 2010-2014, serta 5 LAKIP Kementerian dan 5 LAKIP Sekretariat
Jenderal.

Selain itu telah disusun 5 RKP dan 5 Nota Keuangan, 140 pelaporan E-Monitoring Satker
Kementerian PU, pembinan bendahara 101 angkatan, pembinaan akuntansi dan penyusunan
laporan keuangan 90 angkatan, pembinaan BUMN Perum 35 angkatan penyusunan
peraturan perundang-undangan 129 dokumen dan penyelesaian perkara hukum 89 litigasi,
pendapat hukum dan pendampingan hukum 25 Non Litigasi, pengamanan kepemilikan dan
pemrosesan BMN 293 dokumen, pemanfaata pemindahtanganan dan penghapusan BMN 6
laporan,sistim dan data base BMN 9 unit, pendidikan dan pelatihan prajab serta teknis dan
fungsional sebanyak 903 angkatan, pembuatan 1 data center, pembuatan 2.607 peta tematik,
penyusunan 150 buku informasi statistik PU, peliputan dan pemberitaan di media masa
sebanyak 1.365 kali publikasi melalui media sebanyak 487 kali, peliputan kunjungan kerja dan
rapat 271 kali, pembangunan dan perbaikan gedung 4 unit.

Untuk capaian target dukungan manajemen, sarana dan prasarana periode 2010-2014 pada
Kementerian Perumahan Rakyat meliputi antara lain tersusunnya 3 RPP yang masih
menunggu persetujuan para menteri dan kepala lembaga terkait, yaitu:

1) Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) meliputi: RPP tentang Penyelenggaraan


Perumahan dan Kawasan Permukiman; RPP tentang Penyelenggaraan Rumah
Susun; serta RPP tentang Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman); dan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 23


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

2) 2 (dua) RPP yang masih dalam tahap harmonisasi Kementerian dan Lembaga terkait
yang meliputi: RPP Tentang Pengerahan dan Pemupukan Dana Serta Bantuan dan
Kemudahan Pembiayaan; dan RPP Tentang Badan Pelaksana Pembangunan
Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dalam pelaksanan SAKIP Kementerian
Perumahan Rakyat telah mensejajarkan diri pada peringkat B (Baik) di tingkat
Kementerian/Lembaga. Sedangkan Peningkatan Opini atas Laporan Keuangan dari
BPK RI terkait Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian Perumahan Rakyat
sejak tahun tahun 2013 kembali meraih status predikat WTP. Penyerahan aset hasil
pembangunan Rusunawa dalam kurun waktu tahun 2005- 2011 meliputi Rusunawa
yang telah terbangun sebanyak 187 Twin Block (TB) melalui Alih Status Penggunaan
ke Kementerian/Lembaga sebanyak 14 Twin Block dan kepada Pemerintah Daerah
dengan mekanisme hibah sebanyak 2 Twin Block sehingga jumlah yang telah
diserahterimakan baik kepada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
sebanyak 16 Twin Block. Untuk pelaporan hasil Monitoring dan Evaluasi Kinerja
Kementerian Perumahan Rakyat Kepada UKP4 dan Bappenas berupa Laporan
Triwulan Capaian Rencana Aksi Prioritas Nasional 4 (Penanggulangan Kemiskinan)
dan Prioritas Nasional 6 (Bidang Infrastruktur) dan Laporan Triwulan Monitoring dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Dari hasil polling Pemberitaan
Program Pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu II selama masa polling dari Januari
hingga Mei 2014 yang dilakukan oleh Forum Jurnalis Jakarta (FJJ) tercatat telah
mendapat perhatian dari pers dengan sebanyak 348 berita. Ketertarikan media pada
10 Kementerian teratas dikarenakan memiliki programprogram kehumasan yang
efektif dalam merangsang para jurnalis untuk melakukan peliputan pemberitaan.
Penyediaan Media Center untuk memfasilitasi pemberitaan tentang Kementerian
Perumahan Rakyat dengan dilengkapi 15 unit televisi yang berjaringan nasional
beserta kelengkapannya.

Hasil survey kepuasan masyarakat terhadap Layanan Kementerian Perumahan Rakyat


sebesar 70,66% (kategori Baik) pada tahun 2013. Survey ini didasarkan pada kriteria: (1)
Kesesuaian Kebijakan; (2) Sistem Prosedur; (3) Sumber Daya Manusia (SDM); dan kondisi
pegawai saat ini hingga 5 tahun ke depan akan berkurang akibat purna bakti/ pensiun rata-
rata sekitar 300 – 500 orang.

5. Potensi dan Permasalahan

Bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat diantaranya meliputi: pertama, pembangunan
infrastruktur dipandang dapat memberikan kontribusi langsung terhadap peningkata
kesejahteraan rakyat dan pengentasan kemiskinan jika dilakukan secara sistemik. Sebagai
ilustrasi, persentase penduduk miskin dapat diturunkan hingga 11,37% (2013), walaupun
Indeks Gini perlu mendapatkan perhatian, mengingat perbedaan masih relatif lebar yaitu
menunjuk pada angka 0,413 pada tahun 2013. Kedua, pertumbuhan penduduk Indonesia
yang akan terus meningkat yaitu mencapai 271 juta jiwa di tahun 2020, McKinsey
memprediksi bahwa jumlah penduduk Indonesia yang masuk kategori “consuming class” akan
meningkat ke angka 85 juta jiwa pada tahun 2020 sebagai golongan menengah. Hal ini
berimplikasi terhadap tuntutan pelayanan publik yang jauh lebih baik.

Disamping itu, pertumbuhan penduduk juga berpengaruh terhadap eksploitasi sumber daya
alam yang cenderung tidak terkendali, dan pada ahirnya dapat menurunkan daya dukung.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 24


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

Ketiga, arus urbanisasi yang tinggi diikuti dengan berbagai persoalan klasik perkotaan,
seperti: kemacetan, kekumuhan, banjir, degradasi kualitas lingkungan (udara dan air),
minimnya ruang terbuka hijau, kurangnya air bersih, kesenjangan pendapatan, meningkatnya
sektor informal, dan terjadinya perkembangan perkotaan horizontal (urban sprawl). Sebagai
ilustrasi, dalam kurun 4 dekade terakhir (1970 – 2010) telah terjadi kenaikan populasi
perkotaan di Indonesia sebanyak 6 kali lipat yang membawa implikasi pada belum
terpenuhinya berbagai tuntutan kebutuhan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan
rakyat, padahal perkotaan merupakan mesin pertumbuhan dan ujung tombak daya saing.
Keempat, perubahan iklim yang terjadi saat ini juga mengancam kehidupan.

Sebagai contoh, perkotaan khususnya kota-kota di kawasan pesisir terancam rob akibat
fenomena kenaikan muka air laut dan penurunan muka tanah seperti di Jakarta dan
Semarang. Hal ini terutama disebabkan juga oleh pengambilan air tanah secara
berlebihan.Kelima, secara geografis Indonesia terletak di kawasan “ring of fire” yang memiliki
banyak gunung api yang aktif hingga mencapai 130 gunung. Indonesia juga terletak pada titik
pertemuan empat lempeng tektonik dunia yang menyebabkan tingginya tingkat kejadian
gempa bumi. Sebagai contoh, pada tahun 2012 terjadi 363 gempa di atas 5 skala Richter. Hal
ini berpengaruh terhadap perencanaan, pelaksanaan, operasionalisasi serta pemeliharaan
infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Keenam, kesenjangan wilayah timur
dan barat, Bappenas 2012 mencatat fakta bahwa beberapa wilayah bahkan bertumbuh di
atas pertumbuhan rata-rata nasional. Sementara itu, KTI yang begitu kaya akan sumber daya
alam, kelautan, mineral, dan hutan selama puluhan tahun hanya menyumbang 18% dari
perekonomian nasional. Hal ini bisa diakibatkan wilayah di bagian timur Indonesia sangat
kurang pembangunan infrastrukturnya. Ketujuh, pengendalian pembangunan belum
sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan rencana tata ruang, sehingga berimplikasi pada
kerusakan alam.

Sebagai contoh, terjadinya sedimentasi pada badan-badan air, terjadinya longsor, dan daya
tampung reservoir yang menurun secara signifikan. Kedelapan, permasalahan utama di
bidang maritim adalah kurang terpadunya perencanaan pembangunan infrastruktur
perhubungan laut dan penyeberangan, maupun pengembangan kota pesisir dengan
pembangunan infrastruktur PUPR, terutama jalan dan sumber daya air. Kesembilan, sinergi
Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan
perumahan rakyat yang tercermin pada pola pengaturan, pembinaan, pembangunan dan
pengawasan. Sinergi tersebut masih perlu terus dilakukan perbaikan dan penataan yang
intensif mengingat infrastruktur merupakan urusan pemerintahan yang bersifat concurrent
(dilaksanakan bersama oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah) sesuai dengan batasan
kewenangan pusat dan daerah. Sebagai ilustrasi, kemampuan Pemda, terutama dalam aspek
pendanaan untuk melakukan operasi dan pemeliharaan infrastruktur serta komitmen (political
will) masih harus ditingkatkan. Terkait hal ini, berdasarkan data Kementerian Keuangan pada
tahun 2010 dari seluruh kabupaten dan kota, realisasi belanja untuk urusan Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang hanya mencapai ratarata 14,24 persen dari seluruh total belanja
Pemerintah Daerah, dan pada tahun 2012 justru menurun hanya mencapai 13,95 persen,
bahkan 38,57 persen diantaranya di bawah 10 persen.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 25


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

6. Pembinaan Industri Konstruksi Nasional

Jasa konstruksi dikenal sebagai kegiatan yangsangat terfragmentasi. Fragmentasi vertikal


terjadi dalam rantai produksi antara produsen material, pemasok, manufaktur, kontraktor
spesialis, dan kontraktor general, sementara fragmentasi horizontal terjadi dalam siklus
proyek yait gagasan, konseptual desain, studi kelayakan, perencanaan detail, pengadaan,
konstruksi, penyerahan pekerjaan, operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi. Selain
permasalahan tersebut, rendahnya mutu masih mewarnai penyelenggaraan konstruksi di
Indonesia. Di bidang jalan misalnya, masih terjadi jalan mengalami kerusakan struktural
sebelum umur rencana berakhir. Kegagalan konstruksi juga mulai terjadi dalam pengelolaan
bendung dan jembatan. Runtuhnya Bendung Situ Gintung tahun 2009 dan Jembatan Kutai
Kartanegara pada tahun 2011 dapat menjadi contoh. Walaupun terdapat beberapa kontraktor
nasional terutama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai kemampuan tinggi,
daya saing kontraktor nasional secara umum masih rendah. BUJK didominasi oleh BUJK
generalis sehingga kemitraan antar kualifikasi dan klasifikasi belum terwujud. Lemahnya
kemampuan tenaga ahli dan konsultan nasional di bidang pekerjaan umum dan perumahan
rakyat juga sangat dirasakan. Pada saat ini hanya terdapat beberapa konsultan nasional yang
bereputasi tinggi dan umumnya tidak bekerja di bidang pekerjaan umum dan perumahan
rakyat. Luputnya perhatian pemerintah dan terbatasnya kemampuan asosiasi profesi
mengawal billing rate tenaga ahli yang pantas berakibat langsung pada kemampuan
perusahaan konsultan untuk mempertahankan dan membina tenaga ahliserta
mengembangkan usahaserta terjadinya praktek-prakter yang kurang professional. Mutu
sumber daya manusia sektor konstruksitidak kurang memprihatinkan. Dari 6,9 juta pekerja,
60% adalah tenaga kasar, 30% tenaga terampil, dan hanya 10% tenaga ahli. Dari total tenaga
kerja tersebut, kurang dari 10% yang telah disertifikasi.

7. Visi, Misi, dan Tujuan

Untuk mewujudkan pembangunan visi pembangunan nasional tahun 2015-2019 menjadi


Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong melalui
pembangunan nasional yang lebih cepat, kuat, inklusif serta berkelanjutan, maka
Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat menjabarkan visi pembangunan nasional tersebut ke dalam visi. misi,
tujuan dan sasaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sesuai dengan
peran, tugas dan fungsinya serta dengan mempertimbangkan pencapaian pembangunan
bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat periode tahun 2010-2014, potensi dan
permasalahan, tantangan utama pembangunan yang dihadapi lima tahun kedepan serta
sasaran utama dan arah kebijakan pembangunan nasional dalam RPJMN tahun 2015 .

Oleh karena itu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2015-2019
mempunyai :

a. Visi

“TERWUJUDNYA INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN


RAKYAT YANG HANDAL DALAM MENDUKUNG INDONESIA YANG BERDAULAT,
MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG”

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 26


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

b. Misi

1) Mempercepat pembangunan infrastruktur sumberdaya air termasuk sumber daya


maritimuntuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan, dan kedaulatan
energy, guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dalam
rangka kemandirian ekonomi;
2) Mempercepat pembangunan infrastruktur jalan untuk mendukung konektivitas
guna meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pelayanan sistem logistik nasional
bagi penguatan daya saing bangsa di lingkup global yang berfokus pada
keterpaduan konektivitas daratan dan maritim;
3) Mempercepat pembangunan infrastruktur permukiman dan perumahan rakyat
untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam rangka
mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip
‘infrastruktur untuk semua’;
4) Mempercepat pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan
rakyat secara terpadu dari pinggiran didukung industri konstruksi yang
berkualitas untuk keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama di
kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan perdesaan, dalam
kerangka NKRI;
5) Meningkatkan tata kelola sumber daya organisasi bidang pekerjaan
umum dan perumahan rakyat yang meliputi sumber daya manusia, pengendalian
dan pengawasan,
6) Kesekertariatan serta penelitian dan pengembangan untuk mendukung fungsi
manajemen meliputi perencanaan yang terpadu, pengorganisasian yang efisien,
pelaksanaan yang tepat, dan pengawasan yang ketat.

c. Tujuan

Tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat secara umum adalah
menyelenggarakan infrastrukutur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan tingkat
dan kondisi ketersediaan, keterpaduan, serta kualitas dan cakupan pelayanan yang produktif
dan cerdas, berkeselamatan, mendukung kesehatan masyarakat, menyeimbangkan
pembangunan, memenuhi kebutuhan dasar, serta berkelanjutan yang berasaskan gotong
royong guna mencapai masyarakat yang lebih sejahtera. Lebih lanjut, tujuan tersebut di
jabarkan sebagai berikut:

1) Menyelenggarakan pembangunan bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


yang terpadu dan berkelanjutan didukung industri konstruksi yang berkualitas untuk
keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan
perbatasan, dan kawasan perdesaan;
2) Menyelenggarakan pembangunan bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan, dan kedaulatan energi, guna
menggerakkan

8. Sasaran Strategis

Hendak dicapai secara nyata oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
sebagai penjabaran dari tujuan yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 27


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

hasil sasaran-sasaran strategis (outcome/impact pada level customer yang dilayani) yaitu
meningkatnya kehandalan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam
mewujudkan: kedaulatan pangan, ketahanan air, dan kedaulatan energi; konektivitas bagi
penguatan daya saing; layanan infrastruktur dasar; dan keseimbangan pembangunan
antardaerah, antar sektor dan antar tingkat pemerintahan sehingga dapat memenuhi
kesejahteraan masyarakat.

Sementara sasaran strategis (outcome/impact pada level customers) dalam hal ini
merupakamn kopndisi yang hendak dicapai secara nyata oleh Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat sebagai penjabaran dari suatu tujuan yang mecerminkan pengaruh
yang ditimbulkan oleh adanya hasil (outcome) satu atau beberapa program. Sasaran-sasaran
strategis tersebut digambarkan dalam sebuah peta strategi sebagai petunjuk jalan untuk
mencapai visi. sebuah peta strategi sebagai petunjuk jalan untuk mencapai visi.

Kemudian agar kebutuhan customers dapat terpenuhi maka diperlukan upaya-upaya dalam
internal proses yang harus dilakukan dengan baik, yaitu:

1) Meningkatnya keterpaduan perencanaan, pemrograman dan penganggaran;


2) Meningkatnya ketahanan air;
3) Meningkatnya kemantapan jalan nasional;
4) Meningkatnya kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur permukiman;
5) Meningkatnya penyediaan dan pembiayaan perumahan;
6) Meningkatnya kapasitas dan pengendalian kualitas konstruksi nasional;
7) Meningkatnya pengendalian dan pengawasan.

9. Arah Kebijakan dan Strategis Pembangunan Nasional

Pembangunan jangka panjang nasional ditetapkan dalam UU No 17 Tahun 2007 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 yang kemudian dijabarkan
ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

RPJMN yang saat ini telah sampai pada tahap ketiga,diarahkan untuk mempersiapkan proses
tinggal landas menuju masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur, yaitu
dengan memantapkan pembangunan yang menyeluruh di berbagai bidang dengan
menekankan pencapaian pada daya saing kompetitif, perekonomian berdasarkan keunggulan
sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.

Arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional tidak ditampilkan keseluruhan, hanya
yang berkaitan dengan pembinaan konstruksi nasional. Pembinaan Konstruksi Nasional dan
Fasilitasi Pengusahaan Infrastruktur.

Kebijakan pembinaan industri konstruksi nasional dalam mendukung perencanaan,


pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat,
adalah untuk peningkatan kualitas dan produktifitas jasa konstruksi yang diarahkan pada
pembinaan kepada empat stakeholder utama yaitu:

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 28


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

a. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam rangka mewujudkan


tertib penyelenggaraan konstruksi;
b. Jasa konstruksi dalam rangka mewujudkan struktur usaha/pelaku konstruksi yang
kokoh, andal dan berdaya saing;
c. Industri konstruksi dalam rangka mewujudkan rantai pasok konstruksi yang kuat; dan
d. Masyarakat konstruksi dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Untuk mewujudkan hal tersebut maka sasaran strategis yang ingin dicapai adalah:
Meningkatnya kapasitas dan kualitas konstruksi, dengan sasaran program:

a. Meningkatnya kapitalisasi konstruksi oleh investor nasional;


b. Meningkatnya persentase BUJK yang berkualifikasi besar;
c. Meningkatnya penerapan manajemen mutu, K3, tertib pengadaan dan administrasi
kontrak;dan
d. Meningkatnya SDM penyedia jasa konstruksi yang kompeten,

Meningkatnya utilitas produk unggulan. Hal tersebut akan dicapai melalui strategi:

a. Peningkatan kapasitas dan kualitas sistem, sumber daya, dan tata kelola dalam
menghasilkan kebijakan dan rencana pembinan konstruksi agar efektif, terintegrasi
dan berkelanjutan;
b. Peningkatan pembinaan penyelenggaraan dan investasi konstruksi agar tercipta tertib
penyelenggaraan konstruksi yang produktif, efisien dan efektif, serta berkelanjutan
untuk meningkatkan kualitas BUJK, sumber daya manusia (SDM), dan masyarakat
konstruksi;
c. Peningkatan pembinaan untuk mewujudkan BUJK yang berkualifikasi besar, sumber
daya manusia (SDM), dan masyarakat konstruksi yang unggul, mandiri, profesional,
berdaya saing tinggi;
d. Peningkatan penerapan manajemen mutu dan tertib penyelenggaraan konstruksi
infrastruktur;
e. Peningkatan pengembangan informasi konstruksi dan penyediaan sumber daya
konstruksi;
f. Peningkatan pengkajian, penyebarluasan, dan penerapan inovasi teknologi,investasi,
dan ekonomi konstruksi yang berkelanjutan.

10. Kerangka Regulasi

Kerangka Regulasi dalam hal ini diartikan sebagai kebutuhan regulasi yang dapat berupa
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Instruksi Presiden atau
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kerangka regulasi diarahkan
untuk memfasilitasi, mendorong dan/ atau mengatur perilaku penyelenggara pembangunan
serta masyarakat termasuk swasta dalam rangka pembangunan bidang pekerjaan umum dan
perumahan Rakyat. Kerangka regulasi juga disusun sebagai instrumen untuk memecahkan
permasalahan yang penting, mendesak, dan memiliki dampak besar terhadap pencapaian
sasaran pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat dan lebih jauh dalam
rangka pencapaian sasaran nasional.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 29


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

Saat ini efektivitas regulasi bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang ada belum
optimal sehingga masih perlu peningkatan kejelasan peran, tugas fungsi, tanggung jawab dan
kewenangan, terlebih dengan adanya penggabungan Kementerian Pekerjaan Umum dengan
Kementerian Perumahan rakyat serta perlunya penyelarasan dengan Kerangka Regulasi
pada Prolegnas.

Selain itu pada tingkat pemerintah pusat, pemenuhan regulasi bidang pekerjaan umum dan
perumahan rakyat yang berupa Undang-Undang beserta turunannya relatif masih kurang,
kejelasan peran, fungsi, tanggung jawab dan kewenangan kurang jelas dan menjadi
permasalahan pada saat berkoordinasi baik dengan sektor lain maupun daerah.

Integrasi kerangka regulasi pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat ke
dalam dokumen perencanaan strategis sangatlah penting untuk memberikan dasar/arah
dalam penyusunan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kebutuhan masing-
masing sektor.

Selain itu kerangka regulasi disiapkan untuk mendukung pelaksanaan program pembangunan
bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat dalam mencapai sasara yang telah ditetapkan
rincian rencana regulasi yang akan disusun.

11. Kerangka Kelembagaan

Kerangka kelembagaan merupakan perangkat Kementerian yang meliputi struktur organisasi,


ketatalaksanaan, dan pengelolaan aparatur sipil negara yang digunakan untuk mencapai visi,
misi, tujuan dan sasaran serta melaksanakan strategi, kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian dan disusun dengan
berpedoman pada RPJM Nasional.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat merupakan penggabungan (merger)


dua Kementerian yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat,
oleh karena itu dalam penyusunan kelembagaan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat selain memperhatikan hal tersebut diatas juga mengacu pada Undang-
Undang No. 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara, Peraturan Presiden No. 165 tahun
2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja, dan Keputusan Presiden No. 121/P
tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja
Periode 2015-2019. Berdasarkan amanat tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat ditugaskan untuk mendukung dalam upaya mewujudkan ketahanan air,
kedaulatan pangan, kedaulatan egergi, penguatan konektivitas nasional, permukiman yang
layak huni dan berkelanjutan, penyediaan jasa konstruksi dan sistem investasi infrastruktur
yang memadai, fasilitasi penyediaan rumah, pengusahaan penyediaan pembiayaan,
membina sumber daya manusia (SDM) konstruksi dan aparatur Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, serta pemberdayaan organisasi dinas terkait di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota.

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat


memerlukan kerangka kelembagaan yang efektif, efisien dan akuntabel sebagai pelaksana
beberapa program sektor dan lintas sektor yang telah ditetapkan. Kelembagaan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat disusun berdasarkan kepada hubungan internal

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 30


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

dan antar lembaga, sumber daya manusia aparatur, tugas, fungsi, kewenangan, peran,
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah serta kompleksitas permasalahan yang akan
dihadapi. Selain itu didasarkan pula pada prinsip-prinsip tata kelola lembaga yang baik seperti
transparansi, partisipasi, efisiensi pengaturan, pengendalian, pengawasan, pembinaan dan
pelaksanaan serta penyesuaian dengan ketersediaan anggaran pemerintah.

Dalam aspek sumber daya manusia, telah dibentuk Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia (Eselon IA) yang akan menangani peningkatan kompetensi aparatur melalui
pendidikan dan pelatihan baik dilaksanakan sendiri maupun bekerjasama dengan lembaga
lainnya.

Selanjutnya untuk mendukung pelaksanaan pembangunan bidang pekerjaan umum dan


perumahan rakyat dan bidang infrastruktur lainnya, telah dibentuk Direktorat Jenderal
Konstruksi sebagai unit kerja yang bersifat strategis nasional yaitu menyiapkan kapasitas
industri konstruksi nasional yang meliputi tenaga konstruksi, kontraktor dan konsultan maupun
rantai pasoknya baik nasional maupun daerah secara sinergis dalam rangka
mempertahankan pasa konstruksi nasional dan merebut pasar konstruksi regional.

Tidak kalah penting telah dibentuk pula Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Eselon
IA) untuk menterpadukan perencanaan, pemrograman dan penganggaran bidang pekerjaan
umum dan perumahan rakyat berbasis pengembangan wilayah untuk mendukung
peningkatan pertubuhan ekonomi nasional.

Oleh karena itu struktur organisasi dan tata kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat tersebut diharapkan mampu mengemban amanat penyelenggaraan
urusan di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat dalam membantu Presiden,
terutama untuk mencapai sasaran pembangunan nasional dengan tetap memperhatikan
efektivitas dan efisiensi organisasi.

Adapun untuk menjalankan organisasi tersebut didukung oleh fungsi-fungsi perumusan,


penetapan dan pelaksanaan kebijakan yang diselenggarakan oleh 6 (enam) Direktorat
Jenderal, serta fungsifungsi unsur pembantu pimpinan, unsur pengawas, dan unsur
pendukung dilakukan oleh Sekretariat Jenderal, Inspektorat, Badan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan Badan Penelitian
dan Pengembangan. Sedangkan tugas-tugas lainnya untuk mendukung pimpinan dilakukan
oleh Staf Ahli Menteri dan Sekretariat Jenderal. Struktur organisasi Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat sebagaimana terlihat pada Gambar dibawah ini;

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 31


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

Gambar 2.2 Struktur Organisasi

12. Program dan Kegiatan

Program didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mencapai
sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, dan/atau kegiatan masyarakat yang
dikoordinasikan.

Nomenklatur program-program di kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


secara umum dikategorikan menjadi 2 (dua) jenis program.

Sedangkan kegiatan didefinisikan sebagai bagian dari program yang dilaksanakan oleh
satuan kerja setingkat Eselon II yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber
daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan
dan teknologi, dana, dan/atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya
tersebut sebagai masukak (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk
barang/jasa.

Nomenklatur program dan kegiatan untuk kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat adalah Program Teknis, yang merupakan program-program Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat yang menghasilkan pelayanan kepada kelompok sasaran /
masyarakat (pelayanan eksternal), yaitu:

1) Program Pengelolaan Sumber Daya Air;


2) Program Penyelenggaraan Jalan;
3) Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman;
4) Program Pembinaan Konstruksi dan Fasilitasi Pengusahaan Infrastruktur, meliputi
kegiatan-kegiatan:
a. Pembinaan Investasi Infrastruktur;
b. Pembinaan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 32


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

c.Pembinaan Kelembagaan dan Sumberdaya Jasa Konstruksi;


d.Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi;
e.Kerjasama dan Pemberdayaan Jasa Konstruksi;
f.Penyelenggaraan Pelayanan Teknis dan Administrasi Pembinaan Jasa
Konstruksi;
5) Program Pengembangan Pembiayaan Perumahan
6) Program Pengembangan Perumahan
7) Program Pengembangan Infrastruktur Wilayah

B. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, Kementerian PUPR

Gambar 2.3 Renstra DJBK

Penyusunan Renstra Direktorat Jenderal Bina Konstruksi (Ditjen Bina Konstruksi) 2015- 2019
ini telah dilakukan dengan mengacu pada sejumlah produk kebijakan dan produk
perencanaan jangka panjang ke-PUPR-an dan Pembinaan Jasa Konstruksi, khususnya
Roadmap Pembina Jasa Konstruksi 2010-2024, dan didasarkan pada hasil analisis terhadap
faktor internal dan eksternal Ditjen Bina Konstruksi. Rencana Strategis Ditjen Bina Konstruksi
2015-2019 memuat program-program strategis yang perlu dilaksanakan Ditjen Bina
Konstruksi dalam jangka waktu 5 tahun, dengan memperhatikan kondisi internal Ditjen Bina
Konstruksi saat ini, dimana terdapat kekuatan dan kelemahan, serta kondisi eksternal Ditjen
Bina Konstruksi yang ditandai berbagai isu penting yang dapat menjadi peluang maupun
ancaman bagi Ditjen Bina Konstruksiuntuk menjadi “pembina konstruksi dan investasi yang
berintegritas tinggi, andal, dan kokoh”untuk mewujudkan tertib penyelenggaraan konstruksi,
menuju konstruksi Indonesia yang unggul dan mandiri demi terwujudnya kenyamanan
lingkungan terbangun. Dikutip dari pengantar renstra dirjen bina konstruksi.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 33


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

1. Memahami Peran DJBK

Direktorat Jenderal Bina Konstruksi merupakan salah satu unit organisasi yang rersama-sama
unit organisasi lainnya (yaitu Ditjen-Ditjen Bina Marga, SDA, Cipta Karya, Penyediaan
Perumahan, Pembiayaan Perumahan, serta Badan-Badan) membentuk Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa
Kemeterian PUPR berperan membangun berbagai infrastruktur publik, yang merupakan
peran pokok dan dilaksanakan melalui berbagai Ditjen di atas.

Berbeda dengan Ditjen-Ditjen lainnya, peran Ditjen Bina Konstruksi secara langsung
membangun infrastruktur (perangkat keras) dan lebih berperan dalam penyiapan perangkat
lunak dalam pembangunan tersebut. Dalam hal ini, Ditjen Bina Konstruksi berperan
memfasilitasi pembangunan infrastruktur publik tersebut melalui dua hal, pembentukan iklim
yang kondusif bagi investasi, dan penyiapan kapasitas dan kompetensi berbagai komponen
dalam industry konstruksi untuk melaksanakan pembangunan tersebut.

Peran pertama dalam pembentukan iklim yang kondusif. Sebagaimana diketahui,


pembangunan infrastruktur memerlukan biaya yang besar. Kewajiban pemerintah dalam
menyediakan infrastruktur dibiayai melalui APBN. Namun, tuntutan public atas layanan
meningkat lebih cepat disbanding kemampuan pemerintah menyediakan dana. Oleh karena
itu, infrastruktur public juga dibiayai melalui investasi swasta dengan pengaturan yang
memadai, seperti jalan tol, air minum, dan sebagainya. Adapun motivasi swasta berinvestasi
ini sangat dipengaruhi oleh iklim berinvestasi yang kondusif, mendukung keamanan investasi
dan pengembalian. Oleh karena itu, penciptaan iklim investasi yang kondusif ini merupakan
factor yang sangat penting agar permintaan layanan public yang semakin meningkat ini dapat
dipenuhi. Penciptaan iklim yang kondusif ini bisa berbentuk pengaturan tentang investasi,
konsesi, dan tarif, dan lebih luas dari itu adalah berbagai fasilitasi yang diberikan dari mulai
kajian potensi investasi, feasibility, pola investasi, manajemen risiko, pendampingan, dan lain
sebagainya.

Peran kedua dalam penyiapan industry konstruksi. Dengan meningkatnya kebutuhan layanan
infrastruktur, maka sebagai konsekwensinya adalah industry konstruksi harus memiliki
kapasitas yang cukup dan dapat mengejar kebutuhan pembangunan fisik yang semakin
meningkat. Dalam hal ini Ditjen Bina Konstruksi sangat besar perannya untuk mengatur,
memberdayakan dan mengawasi berbagai komponen dalam industry konstruksi, antara lain,
usaha jasa konstruksi, rantai pasok material dan peralatan konstruksi, dan yang tidak kurang
pentingnya adalah tenaga kerja ahli dan terampil di bidang jasa konstruksi.

Kedua peran di atas dilaksanakan melalui unit-unit kerja di lingkungan Ditjen Bina Konstruksi
yang sekaligus menggambarkan peran-peran tersebut. Ditjen Bina Konstruksi memiliki
Diretorat Bina Kelembagaan dan Sumberdaya Jasa Konstruksi; Direktorat Bina
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi; Direktorat Bina Investasi Infrastruktur; Direktorat Bina
Kompetensi dan Produktivitas Jasa Konstruksi; dan Direktorat Kerjasama dan
Pemberdayaan. Untuk melaksanakan tugas-tugas pembinaan di daerah, Ditjen Bina
Konstruksi memiliki Balai Pembinaan Jasa Konstruksi di Jakarta, Surabaya, Palembang,
Aceh, Banjarmasin, Makassar, dan Jayapura. Selain itu ada dua balai yang memiliki tugas
khusus, yaitu Balai Penerapan Teknologi Konstruksi, dan Balai Material dan Peralatan
Konstruksi.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 34


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

2. Kedudukan Rencana Strategis DJBK 2015-2019

Ditjen Bina Konstruksi merupakan transformasi dari entitas Pembinaan Konstruksi yang
sebelumnya pada periode 2010-2014 berupa Badan Pembinaan Konstruksi. Transformasi
entitas tersebut mengakomodasi perubahan peran dari Unsur Pendukung (ketika menjadi
Badan Pembinaan Konstruksi) menjadi Unsur Pelaksana (sebagai Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi). Pengembangan Renstra Ditjen Bina Konstruksi 2015-2019,secara historis
merupakan transformasi dari BP Konstruksi yang memiliki kesamaan obyek pembinaan yaitu
Pembinaan Konstruksi,sehinggakondisi internal dan kondisi eksternal serta Renstra BP
Konstruksi periode 2010-2014 dijadikan landasan pengembangan. Renstra Ditjen Bina
Konstruksi2015-2019, selain menjadi kelanjutan dari upaya yang telah dilakukan berdasarkan
pada rencana strategis sebelumnya, juga memiliki peranan penting untuk mendukung
pencapaian RPJM III.

a. Metoda Pengembangan Renstra

Renstra Ditjen Bina Konstruksi2015-2019 dikembangkan melalui pendekatan sebagaimana


terlihat pada Gambar . Pada awalnya, pencarian akan identitas organisasi Ditjen Bina
Konstruksi dilakukan dengan melihat dasar hukum pembentukan, sejarah pengembangan,
serta produk dan kinerja yang telah dicapai sejak pembentukan (dalam hal ini, diwakili oleh
produk dan pencapaian kinerja organisasi sebelumnya yaitu BP Konstruksi). Sumber data
berupa dokumen-dokumen terkait dengan identitas, produk, dan kinerja menjadi bagian
penting dari tahapan ini. Selain itu, kajian akan lingkungan internal dan eksternal dari Ditjen
Bina Konstruksi dilakukan secara komprehensif dengan pendekatan bottom-up, untuk
mendapatkan sebanyak mungkin fakta, harapan, dan pendapat seluruh stakeholder yang
selanjutnya diformulasikan menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
dihadapi Ditjen Bina Konstruksi saat ini dan pada masa yang akan datang.

Dalam pengembangan rencana strategis selanjutnya, kondisi internal dan eksternal tersebut
menjadi acuan dalam penetapan cita-cita dan tujuanDitjen Bina Konstruksi 2015-2019.
Penilaian terhadap kondisi yang ada inioleh pimpinan Ditjen Bina Konstruksi dilakukan untuk
memberikan gambaran posisi strategis dari Ditjen Bina Konstruksi saat ini.Dengan
membandingkan cita-cita dan tujuan yang telah ditetapkan, maka teridentifikasi permasalahan
kritis serta strategi yang harus dilakukan oleh Ditjen Bina Konstruksi untuk berkembang dan
berupaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Beberapa permasalahan kritis yang
teridentifikasi menjadi bagian penting dalam pengembangan rencana strategi yang
digambarkan dalam bentuk peta strategi.

Fungsi Renstra 2015-2019 Rencana Strategis Ditjen Bina Konstruksi2015-2019 ini


merupakan arahan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan dan
pengembangan Ditjen Bina Konstruksi dalam jangka waktu 5 tahun mendatang dengan
memperhatikan perkembangan Ditjen Bina Konstruksi dan lingkungan strategisnya. Renstra
iniakanmenjadi dasar penyusunan program pengembangan pada Rencana Kerja dan
Anggaran Tahunan (RKAT)Ditjen Bina Konstruksi dalam kurun waktu 2015 hingga 2019.

Arah pengembangan yang ditetapkan dalam Renstra Ditjen Bina Konstruksi2015-2019 ini
menjadi acuan bagi Unit Eselon II serta Balai-balai di lingkungan Ditjen Bina Konstruksi untuk

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 35


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

penetapan program pengembangan pada masing-masing unit kerja dan menjadi alat
koordinasi pengembangan bersama Ditjen Bina Konstruksi.

Sistematika Dokumen Renstra Dokumen Renstra Ditjen Bina Konstruksi ini disusun dengan
sistematika sebagai berikut:

• Landasan Pengembangan
• Rencana Strategis Ditjen Bina Konstruksi
• Program Strategis

b. Kebijakan Renstra

Dalam penyusunan Renstra Ditjen Bina Konstruksi 2015-2019, digunakan beberapa


perangkat kebijakan yang dapat digunakan sebagai acuan, batasan, dan pertimbangan dalam
membuat program-program strategis Ditjen Bina Konstruksi untuk periode 2015 - 2019. Selain
itu, masukan dan pertimbangan dari berbagai pihak terkait yang diperoleh melalui rangkaian
FGD (Focused Group Discussion) yang dilakukan, terutama yang menyangkut perundang-
undangan dan regulasi baru, sangat penting untuk kelengkapan penyusunan Renstra Ditjen
Bina Konstruksi 2015-2019. Adapun landasan-landasan penting yang menjadi acuan dalam
penyusunan Renstra Ditjen Bina Konstruksi 2015-2019 mencakup peraturan perundang-
undangan terkait Jasa Konstruksi, Ketenagakerjaan, Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, Pembagian Urusan Pemerintahan, Pemerintah Daerah, Kementerian Negara,
Kementerian PU, Kinerja Instansi Pemerintah, Renstra Kementerian Pekerjaan Umum 2010-
2014, dan Renstra BP Konstruksi 2010-2014.

c. Struktur Organisasi DJBK

Dalam rangka peningkatan kapasitas pembinaan, Ditjen Bina Konstruksi melaksanakan


koordinasi secara birokratis sebagai bentuk perencanaan terpusat untuk merumuskan dan
melaksanakan sejumlah program demi meningkatkan kinerja dalam pelaksanaan TUPOKSI-
nya.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 36


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

Gambar 2.4 Struktur Organisasi DJBK

C. Garis Besar Rencana Strategis DJBK


1. Sasaran Rencana Strategis

Memperhatikan analisis situasi baik internal dan eksternal, maka tujuan Ditjen Bina Konstruksi
pada 2019 diwujudkan melalui pencapaian 5 sasaran program berikut:

1) Meningkatnya kapitalisasi konstruksi oleh investor nasional;


2) Meningkatnya persentase Badan Usaha Jasa Konstruksi (BUJK) yang berkualifikasi
besar;
3) Meningkatnya tertib penyelenggaraan konstruksi;
4) Meningkatnya sumber daya manusia penyedia jasa konstruksi yang kompeten;
5) Meningkatnya utilitas produk unggulan.

Untuk mencapai sasaran tersebut di atas dan sejalan dengan meningkatnya Kompleksitas
tantangan yang dihadapi, upaya yang harus dilakukan oleh Ditjen Bina Konstruksi dalam
mencapai sasaran tersebut juga harus meningkat, baik dalam skala (kuantitas) maupun
kualitasnya.Keberhasilan Ditjen Bina Konstruksi dalam menjawab tantanganyang dihadapi
sangat tergantung dari keberhasilannya dalam menyiapkan organisasi dan tata kelola Ditjen
Bina Konstruksi serta sumber daya yang diperlukan.

Peningkatan kinerja Ditjen Bina Konstruksi sebagai Pembina Konstruksi dan Pembina
Investasi di bidang Infrastruktur akan tercermin dari kepemimpinan dalam pelaksanaan
pembinaan jasa konstruksi,peningkatan sistem dan sumber daya Ditjen Bina Konstruksi,
sistem tata kelola institusi yang sehat dan akuntabel, tersedianya kuantitas dan kualitas

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 37


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

sumber daya (manusia, sarana dan prasarana, infrastruktur), tata kelola dan kepemimpinan
yang memberikan tantangan dan semangat untuk maju, Ditjen Bina Konstruksi yang
bersinergi (secara internal dan eksternal), suasana dan kualitas penelitian dan
pengembangan yang produktif, serta sistem penghargaan dan hukuman yang adil.

Gambar 2.5 Sasaran Rencana Strategis

2. Strategi Pengembangan DJBK

Rencana Strategis yang disusun, merupakan hasil penurunan dari arah dan tujuan Ditjen Bina
Konstruksi lima tahun ke depan, dimana Ditjen Bina Konstruksi akan memposisikan diri
sebagai “pembina konstruksi dan investasi yang berintegritas tinggi, andal, dan kokoh”.

Berdasarkan alur pengembangan yang telah dirumuskan sebelumnya, disusun rincian


program strategis dan indikator serta target yang dicanangkan oleh Ditjen Bina Konstruksi
2015-2019. Program dan indikator tersebut dijabarkan berdasarkan masing-masing misi,
proses bisnis internal (pendukung), sumber daya untuk belajar dan tumbuh, dan perspektif
finansial (anggaran) yang merupakan komponen-komponen yang bila disatukan secara
sinergis maka akan membentuk sebuah bangunan utuh, yaitu Ditjen Bina Konstruksi sebagai
“Pembina konstruksi dan investasi yang berintegritas tinggi, andal, dan kokoh untuk
mewujudkan tertib penyelenggaraan konstruksi, menuju konstruksi Indonesia yang unggul
dan mandiri demi terwujudnya kenyamanan lingkungan terbangun”.

Peta Strategi Pengembangan Ditjen Bina Konstruksi 2015-2019 Mengacu pada Balanced
Scorecard, indikator dan program terkait pengembangan Ditjen Bina Konstruksi dapat
dikelompokkan menjadi empat berdasarkan perspektif finansial (anggaran), perspektif
stakeholders, perspektif proses bisnis internal Ditjen Bina Konstruksi, dan perspektif belajar
dan tumbuh yang mencakup sumber daya strategis.

Sebagai organisasi nir-laba, maka indikator kinerja finansial bukanlah tujuan akhir dari
program pengembangan Ditjen Bina Konstruksi, melainkan kontribusi output Ditjen Bina
Konstruksi terhadap kepentingan stakeholders-nya. Output yang akan dikontribusikan pada

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 38


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

stakehorders, dihasilkan oleh proses bisnis internal Ditjen Bina Konstruksi yang memerlukan
berbagai sumber daya untuk proses belajar (learning) dan tumbuh (growth) untuk maju dan
berkembang. Kesemua itu pada akhirnya akan memerlukan dukungan kemampuan finansial
Ditjen Bina Konstruksi untuk penggalangan dana. Keterkaitan antar indikator kinerja
membangun peta strategi pengembangan Ditjen Bina Konstruksi 2015- 2019. Untuk
penyederhanaan Peta Strategi Ditjen Bina Konstruksi 2015-2019,maka indikator kinerja
direpresentasikan oleh stakeholders yang dilayani (berdasarkan perspektif Stakeholders),
misi serta proses bisnis internal pendukung (berdasarkan perspektif Proses Bisnis Internal),
Sumber Daya (berdasarkan perspektif Belajar dan Tumbuh), dan Anggaran (berdasarkan
perspektif Finansial).

Gambar 2.6 Kegiatan Konstruksi

3. Formulasi Strategi Pengembangan 2015-2019

Disamping kekuatan yang dimiliki, yang terbangun selama 12 tahun perkembangannya,


masih banyak kelemahan yang harus diperbaiki oleh Ditjen Bina Konstruksi untuk dapat
mendukung perwujudan cita-cita Ditjen Bina Konstruksi sebagai Pembina Konstruksi dan
Pembina Investasi di bidang Infrastruktur. Dari bahasan pada sub-bab terdahulu, dapat dilihat
bahwa dalam menghadapi tantangan perkembangan ke depan, kelemahan internal Ditjen
Bina Konstruksi berpotensi menghambat terwujudnya cita-cita pengembangan Ditjen Bina
Konstruksi.

Dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan Ditjen Bina Konstruksi, dan perkembangan
kondisi lingkungan eksternalnya, maka dalam upaya untuk terus berkembang dan
mewujudkan Ditjen Bina Konstruksi sebagai Pembina Konstruksi dan Pembina Investasi di
bidang Infrastruktur, Ditjen Bina Konstruksi harus mampu tumbuh melalui peran aktif dan
komitmen komunitas Ditjen Bina Konstruksi untuk meningkatkan kapasitas sistem dan sumber

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 39


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

daya Ditjen Bina Konstruksi, peningkatan keefektifan dan efisiensi organisasi dengan
berlandaskan pada integritas yang tinggi, andal, dan kokoh.

4. Sasaran, Program, dan Indikator Kinerja

Secara sistematis, sasaran, program, dan indikator kinerja dalam rangka pencapaian citacita
dan tujuan Ditjen Bina Konstruksi, dipaparkan pada bagian berikut.

Pada Rencana Strategis Ditjen Bina Konstruksi 2015-2019, Ditjen Bina Konstruks dalam
pelaksanaan program Pembinaan Konstruksi didasarkan pada pencapaian. Tujuan yang
dicanangkan pada periode 2015-2019 serta Pendukung Proses Bisnis Internal, Sumber Daya
untuk Belajar dan Tumbuh, dan Perspektif Finansial (Anggaran). Untuk pencapaian masing-
masing tujuan, ditetapkan beberapa sasaran umum sebagaimana dijelaskan dibawah ini.

1) Tujuan I: Mengembangkan Kebijakan Rencana Pembinaan - Konstruksi dan Investasi.


Dalam rangka mewujudkan Tujuan I tersebut di atas, sasaran umum ditetapkan
Sebagai berikut:
a. Terwujudnya Roadmap Pembinaan yang sesuai dengan perkembangan yang Ada;
b. Peningkatan penyelenggaraanpembinaan baik di pusat maupun di daerah;
c. Peningkatan fungsi dan peran pembinaan melalui regulasi.
2) Tujuan II: Berperan Aktif dalam Mewujudkan Penyelenggaraan Konstruksi yang
Produktif, Efisien, Efektif, serta Berkelanjutan. Dalam rangka mewujudkan TujuanII
tersebut di atas, sasaran umum ditetapkan sebagai berikut:
a. Peningkatan investasi (konstruksi) infrastruktur yang katalis dan inovatif;
b. Peningkatan kinerja sistem penyelenggaraankonstruksiyang efisien dan efektif.
3) Tujuan III: Berperan Aktif dalam Menciptakan Pelaku, SDM, dan Masyarakat
Konstruksi yang Unggul, Mandiri, Profesional, dan Berdaya Saing Tinggi. Dalam
rangka mewujudkan TujuanIII tersebut di atas, sasaran umum ditetapkan sebagai
berikut:
a. Dukungan rantai pasok konstruksi yang memadai;
b. Peningkatan kapasitas LPJK yang kokoh dan mandiri;
c. Peningkatan kompetensi SDM Konstruksi;
d. Peningkatan kapasitas pembinaan yang menyeluruh dan merata.
4) Tujuan IV: Memelopori Penciptaan Informasi Konstruksi dan Terpenuhinya Sumber
Daya Konstruksi. Dalam rangka mewujudkan TujuanIV tersebut di atas, sasaran
umum ditetapkan sebagai berikut:
a. Dukungan rantai pasok konstruksi yang memadai;
b. Tersedianya informasi konstruksi dan sumber daya konstruksi;
c. Peningkatan kerjasama dan partisipasi stakeholder konstruksi untuk mendukung;
d. Ketersediaan informasi konstruksi dan sumber daya konstruksi;
e. Terbuka akses informasi konstruksi dan sumber daya konstruksi bagi seluruh
Stakeholder.
5) Tujuan V: Memelopori Pengkajian, Penyebarluasan, dan Penerapan Inovasi
Teknologi, Investasi, dan Ekonomi Konstruksi yang Berkelanjutan. Dalam rangka
mewujudkan TujuanV tersebut di atas, sasaran umum ditetapkan sebagai berikut:
a. Peningkatan kualitas Produk dan Layanan dengan pemberdayaan Litbang;

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 40


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

b. Peningkatan kinerja Litbang melalui peningkatan fungsi dan peranan, kerjasama


dan partisipasi stakeholder, dan sistem pengelolaan beserta pengadaan dalam
menjalankan Litbang;
c. Peningkatan kerjasama dan partisipasi stakeholder konstruksi untuk mendukung
kegiatan litbang konstruksi;
d. Tersebarnya informasi produk dan layanan.

Gambar 2.7 Pekerja Tersertifikasi

5. Target Jangka Menengah DJBK

Tabel 2.1 Target Jangka Menengah DJBK

NO SASARAN/ INDIKATOR SATUAN TARGET TOTAL


KINERJA
2015 2016 2017 2018 2019

PROGRAM 2 :
PEMBINAAN
KONSTRUKSI

SASARAN PROGRAM

1 Meningkatnya
kapitalisasi konstruksi
oleh investor nasional

1 Peningkatan rasio % 3 3 3 3 3 15
kapitalisasi konstruksi oleh
investor nasional

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 41


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

2 Meningkatnya persentase
BUJK yang berkualifikasi
besar

1 Persentase kenaikan BUJK % 18 18 18 18 18 90


menjadi

berkualifikasi Besar

3 Meningkatnya penerapan
manajemen mutu, K3,
tertib pengadaan dan
administrasi kontrak

1 Persentase kenaikan % 8 8 8 8 8 40
tingkat tertib

penyelenggaraan
konstruksi

4 Meningkatnya SDM
penyedia jasa konstruksi
yang kompeten

1 Persentase kenaikan SDM % 2 4 5 7 9 27


penyedia jasa
konstruksi yang kompeten

5 Meningkatnya utilitas
produk unggulan

1 Persentase kenaikan % 3 3 3 3 3 15
tingkat utilitas produk

Unggulan

Adapun kegiatan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi berjumlah 6 (enam) buah sesuai dengan
jumlah Unit Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, yaitu:

1) Penyelenggaraan Pelayanan Teknis dan Administrasi Pembinaan Jasa Konstruksi;


2) Pembinaan Investasi Infrastruktur;
3) Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi;
4) Pembinaan Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi;
5) Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi; dan
6) Kerja Sama dan Pemberdayaan Jasa Konstruksi.

Tabel 2.2 Target Pencapaian Indikator Kinerja Renstra 2015-2019

INDIKATOR KINERJA TARGET

DIREKTORAT BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR

Pengaturan pembinaan investasi infrastruktur 4 NSPK

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 42


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

Jumlah Draft NSPK Pembinaan Investasi Infrastruktur 4 NSPK

Pemantauan dan evaluasi investasi infrastruktur dan Pengelolaan Risiko 4 Profil

Jumlah profil pembinaan investasi infrastruktur dan pengelolaan risiko 4 Profil

Output Tambahan 13 Bulan

Jumlah Layanan Perkantoran 13 Bulan

Pengaturan pembinaan penyelenggaraan konstruksi 7 NSPK

Jumlah draft NSPK pembinaan penyelenggaraan 7 NSPK

Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan konstruksi 5 Profil

Jumlah profil pembinaan dan penyelenggaraan konstruksi 5 Profil

Output Tambahan 13 Bulan

Jumlah Layanan Perkantoran 13 Bulan

DIREKTORAT BINA KELEMBAGAAN DAN SUMBER DAYA JASA


KONSTRUKSI

Pengaturan pembinaan kelembagaan dan sumber daya jasa konstruksi 8 NSPK

Jumlah draft NSPK pembinaan kelembagaan dan sumber daya jasa 8 NSPK
konstruksi

Pemantauan dan evaluasi kelembagaan dan sumber daya jasa konstruksi 8 Profil

Jumlah profil pembinaan kelembagaan dan sumber daya jasa konstruksi 8 Profil

Output Tambahan 13 Bulan

Jumlah Layanan Perkantoran 13 Bulan

DIREKTORAT BINA KOMPETENSI DAN PRODUKTIVITAS KONSTRUKSI

Pengaturan pembinaan kompetensi dan produktivitas kerja konstruksi 30 Draf NSPK

Jumlah draft NSPK kompetensi dan produktivitas kerja konstruksi 30 Draf NSPK

Pemantauan dan evaluasi kompetensi dan produktivitas kerja konstruksi 3 Profil

Jumlah profil kompetensi dan produktivitas kerja konstruksi 3 Profil

Output Tambahan 13 Bulan

Jumlah Layanan Perkantoran 13 Bulan

DIREKTORAT KERJA SAMA DAN PEMBERDAYAAN JASA KONSTRUKSI

Kerjasama dan pemberdayaan peningkatan kompetensi SDM konstruksi 1 Profil

Jumlah profil kerjasama dna pemberdayaan peningkatan kompetensi 1 Profil


SDM
konstruksi

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 43


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

Output Tambahan 13 Bulan

Jumlah Layanan Perkantoran 13 Bulan

SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL

Layanan teknis dan administrasi pembinaan jasa konstruksi 5 Dok / Lap.

Jumlah layanan teknis dan administrasi pembinaan jasa konstruksi 5 Profil

Output Tambahan 13 Bulan

Jumlah Layanan Perkantoran 13 Bulan

Direktorat Jenderal Bina Konstruksi memiliki total pegawai sebanyak 400 orang PNS dan 311
NON PNS yang tersebar dalam 6 Unit Eselon II dan beberapa balai di lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi. Adapun detail pegawai pada setiap unit adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Jumlah Pegawai DJBK per Unit Kerja

NO UNIT KERJA PNS NON PNS

1 Setditjen Bina Konstruksi 61 26

2 Dit. Bina Investasi Infrastruktur 41 16

3 Dit. Bina Penyelenggaraan Jasa Konstruksi 47 12

4 Dit. Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa 45 21


Konstruksi

5 Dit. Bina Kompetensi dan Produktivitas 43 42


Konstruksi

6 Dit. Kerja Sama dan Pemberdayaan 33 12

7 Balai Material dan Peralatan Konstuksi 15 12

8 Balai Penerapan Teknologi Konstruksi 15 12

9 Balai Jasa Konstruksi Wilayah I Banda Aceh 14 12

10 Balai Jasa Konstruksi Wilayah II Palembang 10 31

11 Balai Jasa Konstruksi Wilayah III Jakarta 8 25

12 Balai Jasa Konstruksi Wilayah IV Surabaya 29 27

13 Balai Jasa Konstruksi Wilayah V Banjarmasin 12 14

14 Balai Jasa Konstruksi Wilayah VI Makassar 13 15

15 Balai Jasa Konstruksi Wilayah VII Jayapura 14 34

TOTAL 400 311

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 44


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

6. Meningkatnya Kapasitas dan Pengendalian Kualitas Kostruksi Nasional

Dalam rangka terwujudnya sasaran strategis ini, ditetapkan 5sasaran program (outcome)
sebagai berikut:

1) Meningkatnya kapitalisasi konstruksi oleh investor nasional Sasaran program ini


didukung oleh dua sasaran kegiatan (output), yaitu: Kebijakan dan Strategi kapitalisasi
konstruksi dan pengusahaan infrastruktur oleh badan usaha nasional Sub-output:
a. Kebijakan dan Strategi Pola Investasi dan Pola Pembiayaan Infrastruktur;
b. NSPK Penyelenggaraan Investasi Infrastruktur.

Fasilitasi kapitalisasi dan pengusahaan infrastruktur oleh badan usaha nasional Sub-
Output:

a. Fasilitasi investasi infrastruktur dan pengelolaan resiko;


b. Profil Pasar Konstruksi Nasional dan Internasional.
2) Meningkatnya BUJK yang berkualifikasi besar Sasaran program ini didukung oleh satu
sasaran kegiatan (output), yaitu: Kelembagaan pembinaan jasa konstruksi Sub-
Output:
a. Standar dan Pedoman Kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat;
b. Profil Kinerja Kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat;
c. Standar dan Pedoman bidang Usaha Jasa Konstruksi;
d. Profil Kinerja bidang Usaha Jasa Konstruksi
3) Meningkatnya tertib penyelenggaraan konstruksi, sasaran program ini didukung oleh
satu sasaran kegiatan (output), yaitu; Pembinaan manajemen mutu dan tertib
penyelenggaraan konstruksi Sub-output:
a. Standar dan Pedoman bidang Sistem Penyelenggaraan Konstruksi;
b. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Sistem Penyelenggaraan Konstruksi;
c. Standar dan Pedoman bidang Kontrak Konstruksi;
d. Profil Pelaksanaan Kontrak Konstruksi;
e. Standar dan Pedoman bidang Konstruksi Berkelanjutan;
f. Profil Pelaksanaan Konstruksi Berkelanjutan;
g. Standar dan Pedoman bidang Manajemen Mutu;
h. Profil Pelaksanaan Manajemen Mutu.
4) Meningkatnya SDM penyedia jasa konstruksi yang kompeten sasaran program ini
didukung oleh dua sasaran kegiatan (output), yaitu: Standar dan Pedoman
peningkatan kompetensi SDM konstruksi Sub-output:
a. Standar Kompetensi Kerja Konstruksi;
b. Modul Peningkatan Kompetensi;
c. Standar dan Pedoman Penyelenggaraan Peningkatan Kompetensi Kerja
Konstruksi;
d. Profil Fasilitator/ Instruktur/ Asesor/ Manajer Pemberdayaan;
e. Standar dan Pedoman pengembangan profesi jasa konstruksi;
f. Standar dan Pedoman Produktivitas Kerja Konstruksi;
g. Profil Kinerja Peningkatan Produktivitas Kerja Konstruksi.

Kerjasama dan pemberdayaan peningkatan kompetensi SDM konstruksi Sub-output:

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 45


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

a. Standar dan pedoman kerjasama dan pemberdayaan;


b. Pengembangan kompetensi dan produktivitas konstruksi bersama lembaga
pemerintah dan/atau masyarakat;
c. Profil kinerja pelaksanaan pemberdayaan;
d. Fasilitasi pemberdayaan pengguna dan penyedia jasa konstruksi;
e. Penyiapan penerapan kompetensi konstruksi;
f. Pemberdayaan tenaga kerja konstruksi mandiri.

5) Meningkatnya utilitas produk unggulan sasaran program ini didukung oleh 2sasaran
kegiatan (output), yaitu: Pembinaan penerapan teknologi inovatif Sub-output:
a. Standar dan Pedoman bidang Teknologi dan Produk Dalam Negeri;
b. Profil Kinerja bidang Teknologi dan Produk Dalam Negeri.

Informasi rantai pasok konstruksi Sub-output:

a. Standar dan Pedoman bidang Material dan Peralatan Konstruksi;


b. Profil Kinerja bidang Material dan Peralatan Konstruksi. Matriks sasaran dan
indikator kinerja dijabarkan pada Lampiran.

7. Direktorat Kerjasama dan Pemberdayaan

Melakukan sapta agenda percepatan sertifikasi kompetensi bidang jasa konstruksi sebagai
berikut:

Gambar 2.8 Sapta Agenda Percepatan Sertifikasi

a. Mendorong penciptaan instruktur pelatihan, asesor pelatihan, dan mandor calon


instruktur terlatih dan tersertifikasi. Pelatihan berbasis kompetensi harus menjadi
instrumen untuk mendorong percepatan SDM Konstruksi. Salah satu yang harus
disiapkan adalah peningkatan dan penciptaan instruktur/ asesor yang berkualitas.
Penciptaan tersebut diharapkan dapat dilakukan melalui Kerja sama bersama asosiasi
instruktur/asesor bidang konstruksi yang ada.
b. Untuk dunia pendidikan, dilakukan pembenahan skema sertifikasi,sehingga tercipta
sinergi antara dunia pendidikan, industri, dan pemerintah. Dilakukan dengan
pembenahan skema Sertifikasi Kualifikasi dan Okupansi politeknik/ SMK yang tahun

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 46


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

ini sedang dibuat. Setelahskema tersebut selesai, ke depan akan diberlakukan secara
legal oleh Kementerian PUPR. Dengan membangun/ menyusun skema tersebut,
Kementerian PUPR ikut mendukung sinergi antara dunia pendidikan, industri, dan
pemerintah.
c. Untuk menjaga standar mutu sertifikasi, ke depan akan dilakukan standarisasi USTK
(Unit Sertifikasi Tenaga Kerja) setara dengan lembaga sertifikasi profesi yang dibentuk
oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Skema sertifikasi BNSP dapat
dijadikan acuan/referensi karena telah sesuai dengan standar internasional.
d. Pelaksanaan program binjakonda (Pembinaan Jasa Konstruksi Daerah). Program ini
mencerminkan sinergi pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Bagaimana kita
memberdayakan dan mendorong pemerintah daerah untuk memiliki Unit Pembinaan
Jasa Konstruksi yang sesuai dengan UU 23/2014 tentang Pemerintah Daerah, dimana
pemerintahprovinsi bertanggungjawab terhadap penciptaan Tenaga Ahli dan
pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab untuk penciptaan Tenaga Terampil.
e. Link and match antara dunia pendidikan, industri dan pemerintah, di antaranya
menciptakan akses pelaksanaan On the Job Traning padabn proyek-proyek
konstruksi. Sinergitas ini diharapkan dapat membantu siswa dan mahasiswa dengan
jurusan yang terkait dengan bidang konstruksi untuk mendapatkan akses pelaksanaan
On Job Training pada proyek-proyek konstruksi. On Job Traning ini penting untuk
memberikan pengalaman lapangan awal dalam menapaki dunia kerja di sektor jasa
konstruksi.

8. Program Pelatihan Mandiri/Plasma

Mekanismenya dilakukan dengan melatih para mandor yang bekerja pada proyek-proyek
konstruksi untuk dapat menjadi trainer bagi tenaga-tenaga terampil yang menjadi anggotanya;

Program pelatihan dan uji kompetensi dengan Kendaraan Pelatihan Keliling/Mobile Training
Unit (MTU). Mengingat pelaksanaan pelatihan dan uji kompetensi terkadang di pelosok
daerah/pedesaan yang kurang akan sarana dan prasarana yang memadai, maka diperlukan
juga adanya Mobile Training Unit (MTU). MTU ini dapat digunakan untuk melatih masyarakat
di perdesaan secara langsung atau proaktif dengan peralata dan instruktur pelatihan bersifat
bergerak. Kegiatan ini diharapkan mampu menyediakan kesempatan luas kepada masyarakat
perdesaan dalam meningkatkan keterampilan kerja di sektor konstruksi. Kegiatan ini akan
melibatkan pemerintah kabupaten/kota dan pembina konstruksi daerah.

Selanjutnya, untuk mendukung pencapaian outcome tersebut, Direktorat Kerja Sama dan
Pemberdayaan bertugas untuk melaksanakan output: Terlaksananya kerja sama dan
pemberdayaan peningkatan kompetensi SDM konstruksi, yang diukur melalui jumlah profil
Kerja sama dan pemberdayaan peningkatan kompetensi SDM konstruksi sebanyak 5 profil
dalam 5 tahun.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 47


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

D. Latihan

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!

1. Sebutkan 3 pilar yang diperkuat dengan dimensi kelembagaan?


2. Ada lima tujuan yang hendak dicapai, perlu sasaran umum yang ditetapka, jelaskan?
3. Sistematika seperti apa dokumen renstra Ditjen Bina Konstruksi?
4. Jelaskan tujuan ke 3 daru ssaran program dan indikator kinerja.
5. Berapa banyak kegiatan yang ada di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi?

E. Rangkuman

Arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional tidak ditampilkan keseluruhan, hanya yang
berkaitan dengan pembinaan konstruksi nasional. Pembinaan Konstruksi Nasional dan Fasilitasi
Pengusahaan Infrastruktur.

Kebijakan pembinaan industri konstruksi nasional dalam mendukung perencanaan, pelaksanaan,


dan evaluasi pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat, adalah untuk
peningkatan kualitas dan produktifitas jasa konstruksi yang diarahkan pada pembinaan kepada
empat stakeholder utama yaitu: a) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam
rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan konstruksi; b) Jasa konstruksi dalam rangka
mewujudkan struktur usaha/pelaku konstruksi yang kokoh, andal dan berdaya saing; c) Industri
konstruksi dalam rangka mewujudkan rantai pasok konstruksi yang kuat; dan d) Masyarakat
konstruksi dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan hal
tersebut maka sasaran strategis yang ingin dicapai adalah: Meningkatnya kapasitas dan kualitas
konstruksi, dengan sasaran program: a) Meningkatnya kapitalisasi konstruksi oleh investor
nasional; b) Meningkatnya persentase BUJK yang berkualifikasi besar; c) Meningkatnya penerapan
manajemen mutu, K3, tertib pengadaan dan administrasi kontrak; dan d) Meningkatnya SDM
penyedia jasa konstruksi yang kompeten. Selain itu rentra yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi Secara sistematis, sasaran, program, dan indikator kinerja dalam rangka pencapaian
citacita dan tujuan Ditjen Bina Konstruksi, dimana dalam pelaksanaan program Pembinaan
Konstruksi didasarkan pada pencapaiannya. Tujuan yang dicanangkan pada periode 2015-2019
serta Pendukung Proses Bisnis Internal, Sumber Daya untuk Belajar dan Tumbuh, dan Perspektif
Finansial (Anggaran).

Untuk pencapaian masing-masing tujuan, ditetapkan beberapa sasaran umum antara lain : a)
Mengembangkan Kebijakan Rencana Pembinaan - Konstruksi dan Investasi; b) Berperan Aktif dalam
Mewujudkan Penyelenggaraan Konstruksi yang Produktif, Efisien, Efektif, serta Berkelanjutan; c)
Berperan Aktif dalam Menciptakan Pelaku, SDM, dan Masyarakat Konstruksi yang Unggul, Mandiri,
Profesional, dan Berdaya Saing Tinggi; d) Memelopori Penciptaan Informasi Konstruksi dan
Terpenuhinya Sumber Daya Konstruksi: e) Memelopori Pengkajian, Penyebarluasan, dan
Penerapan Inovasi Teknologi, Investasi, dan Ekonomi Konstruksi yang Berkelanjutan.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 48


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

F. Evaluasi

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!

1. Sebutkan 3 pilar yang diperkuat dengan dimensi kelembagaan?


2. Ada lima tujuan yang hendak dicapai, perlu sasaran umum yang ditetapka, jelaskan?
3. Sistematika seperti apa dokumen renstra Ditjen Bina Konstruksi?
4. Jelaskan tujuan ke 3 dari ssaran program dan indikator kinerja.
5. Berapa banyak kegiatan yang ada di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi?

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 49


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

PENUTUP

A. Evaluasi Kegiatan Belajar


Setelah membaca secara seksama materi mengenai Kebijakan Umum DJBK pada modul
(bahan ajar), berikut terdapat latihan soal yang harus Anda kerjakan sebagai tolak ukur
keberhasilan pemahaman Anda terhadap materi yang sudah dipelajari.

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !

1. Apa yang sdr ketahui tentang Rencana Pembangunan Tahunan?


2. Jelaskan Visi dan Misi Pembangunan Nasional tahun 2005 – 2025.
3. Apa yang dimaksud dengan tiga masalah pokok bangsa?
4. Percepatan sertifikasi kompetensi bidang jasa konstruksi melalui program sapta
agenda, jelaskan?

B. Umpan Balik
Kebijakan Umum Direktorat Jenderal Bina Konstruksi tidak lepas dari peraturan
perundangaundangan yang lain, baik berbentuk Undang-undang, Peraturan Pemerintah,
Surat Keputusan Bersama Menteri, Peraturan Menteri, Surat Keputusan Menteri. Undang-
undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
mengatur bagaimana pembangunan itu direncanakan melalui Rencana Pembangunan jangka
panjang (RPJP) selama 20 tahun, Rencana Pembangunan jangka menenggah (RPJM)
selama 5 tahun dan Rencana Pembangunan tahunan selama 1 tahun. RPJP Nasional
merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia yang
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan Nasional sedangkan RPJM Nasional
merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden yang penyusunannya
berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan
umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga,
Kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup
gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana
kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Undang
–undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
2005 – 2025 merupakan penjabaran dari UU 25 tahuhn 2004 mempunyai visi pembangunan
nasional tahun 2005–2025 adalah: “INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN
MAKMUR”. Pelaksanaan RPJM 2014 – 2019 yang sedang dalam pelaksanaan menggangkat
program Nawa Cita yaitu : 1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap
bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara; 2) Membuat Pemerintah
selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis,
dan terpercaya; 3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan; 4) Memperkuat kehadiran negara dalam
melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 50


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

terpercaya; 5) Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia; 6)


Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa
Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; 7) Mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; 8)
Melakukan revolusi karakter bangsa; 9) Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat
restorasi sosial Indonesia. Rencana Strtegis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat diatur melalui Kepmen PUPR nomor 13.1/PRT/M/2015 dimana mempunyai visi
“TERWUJUDNYA INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
YANG HANDAL DALAM MENDUKUNG INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN
BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG” sedangkan misinya adalah : 1.
Mempercepat pembangunan infrastruktur sumberdaya air termasuk sumber daya maritim
untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan, dan kedaulatan energy, guna
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi;
2. Mempercepat pembangunan infrastruktur jalan untuk mendukung konektivitas guna
meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pelayanan sistem logistik nasional bagi penguatan
daya saing bangsa di lingkup global yang berfokus pada keterpaduan konektivitas daratan
dan maritim; 3. Mempercepat pembangunan infrastruktur permukiman dan perumahan rakyat
untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam rangka mewujudkan kualitas
hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip ‘infrastruktur untuk semua’;4. Mempercepat
pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat secara terpadu dari
pinggiran didukung industri konstruksi yang berkualitas untuk keseimbangan pembangunan
antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan perdesaan,
dalam kerangka NKRI; 5. Meningkatkan tata kelola sumber daya organisasi bidang pekerjaan
umum dan perumahan rakyat yang meliputi sumber daya manusia, pengendalian dan
pengawasan, kesekertariatan serta penelitian da pengembangan untuk mendukung fungsi
manajemen meliputi perencanaan yang terpadu, pengorganisasian yang efisien, pelaksanaan
yang tepat, dan pengawasan yang ketat. Renstra Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Kementerian PUPR mempunyai moto juang Menjadi Pembina Konstruksi dan investasi yang
berintegritas tinggi,andal dan kokoh dengan program: 1. Mengembangkan Kebijakan
Rencana Pembinaan - Konstruksi dan Investasi; 2. Berperan Aktif dalam Mewujudkan
Penyelenggaraan Konstruksi yang Produktif, Efisien, Efektif, serta Berkelanjutan; 3. Berperan
Aktif dalam Menciptakan Pelaku, SDM, dan Masyarakat Konstruksi yang Unggul, Mandiri,
Profesional, dan Berdaya Saing Tinggi; 4. Memelopori Penciptaan Informasi Konstruksi dan
Terpenuhinya Sumber Daya Konstruksi; 5. Memelopori Pengkajian, Penyebarluasan, dan
Penerapan Inovasi Teknologi, Investasi, dan Ekonomi Konstruksi yang Berkelanjutan.

C. Tindak Lanjut
Tujuan dari Kebijakan umum DJBK ialah agar aparatur pengetahuan tentang kebijaan umum
di lingkungannya i dalam melaksanakan tugasnya. Pentingnya Kebijakan Umum ini dimiliki
agar aparatur sipil negara memiliki kualitas dan komitmen yang tinggi dalam bekerja. Uraian
dari materi pokok 1 sampai dengan materi pokok 2 , baru menjelaskan mengenai pentingnya
Kebijakan Umum dalam melakukan pekerjaan di lingkungan Kementrian PUPR. Masih
banyak hal-hal yang tidak disampaikan dalam modul ini. Diantaranya yang telah menjadi mata
pelajaran dalam Pelatihan ini, adapula yang menjadi mata Pelatihan pada program diklat
jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu untuk lebih memahami mengenai Kebijakan Umum,
peserta dianjurkan untuk mempelajari, antara lain :

1. Bahan bacaan yang telah digunakan untuk menulis modul ini, sebagaimana tersebut
dalam daftar pustaka.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 51


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

2. Modul mata pelajaran lain seperti tentang Modul Kebijakan Pemerintahan, Modul
Pelayanan, dan lain-lain.

D. Kunci Jawaban Soal


Materi pokok 1

Latihan

1. Jelaskan tentang Sistem Perncanaan Pembangunan Nasional?


Jawab : Perencanaan Pembangunan Nasional telah mempunyai landasan yang jelas
yaitu Undang-Undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional yang disingkat dengan (SPPN). Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.

2. Bagaimana tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional dilaksanakan?


Jawab: Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional meliputi:

1) Penyusunan rencana;
2) Penetapan rencana;
3) Pengendalian pelaksanaan rencana; dan
4) Evaluasi pelaksanaan rencana.
Penyusunan RPJP dilakukan melalui urutan:

1) Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan;


2) Musyawarah perencanaan pembangunan; dan
3) Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
3. Apa yang sdr ketahui tentang Visi dan Misi Pembangunan Nasional tahun 2005 –
2015?
Jawab : Visi: pembangunan nasional tahun 2005– 2025 adalah: “INDONESIA YANG
MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR”
Misi: Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8
(delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut:
a. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila adalah memperkuat
jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk
manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan
hukum, memelihara kerukunan internal dan antarumat beragama,
melaksanakan interaksi antarbudaya, mengembangkan modal sosial,
menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 52


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

bangsa Indonesia dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan


etika pembangunan bangsa.
b. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing adalah mengedepankan
pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing;
meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian,
pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan;
membangun infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukum dan
aparatur negara; dan memperkuat perekonomian domestik berbasis
keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun
keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan termasuk pelayanan
jasa dalam negeri.
c. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum adalah
memantapkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran
masyarakat sipil; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah;
menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalam
mengomunikasikan kepentingan masyarakat; dan melakukan pembenahan
struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hukum
secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak pada rakyat kecil.
d. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu adalah membangun
kekuatan TNI hingga melampui kekuatan esensial minimum serta disegani di
kawasan regional dan internasional; memantapkan kemampuan dan
meningkatkan profesionalisme Polri agar mampu melindungi dan mengayomi
masyarakat; mencegah tindak kejahatan, dan menuntaskan tindak kriminalitas;
membangun kapabilitas lembaga intelijen dan kontraintelijen negara dalam
penciptaan keamanan nasional; serta meningkatkan kesiapan komponen
cadangan, komponen pendukung pertahanan dan kontribusi industri
pertahanan nasional dalam sistem pertahanan semesta.
e. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan adalahMeningkatkan
pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh,
keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masih
lemah; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis;
menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan
sosial serta sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi
dalam berbagai aspek termasuk gender.
f. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari adalah memperbaiki pengelolaan
pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara
pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 53


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan
kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan, melalui
pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk permukiman,
kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkan pemanfaatan
ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan;
memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk
mendukung kualitas kehidupan; memberikan keindahan dan kenyamanan
kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan.
g. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional adalah menumbuhkan wawasan bahari
bagi masyarakat dan pemerintah agar pembangunan Indonesia berorientasi
kelautan; meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berwawasan
kelautan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan;
mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan
kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan
mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.
h. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional
adalah memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan
kepentingan nasional; melanjutkan komitmen Indonesia terhadap
pembentukan identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional;
dan mendorong kerja sama internasional, regional dan bilateral
antarmasyarakat, antarkelompok, serta antarlembaga di berbagai bidang.

4. Sebutkan visi dan misi RPJMN 2015 – 2019.


Jawab: Visi; rencana pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah:
“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN
BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG”

Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu:

1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,


menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim,
dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2) Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 54


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan


sejahtera.
5) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
5. Sembilan agenda prioritas dalam RPJMN 2015 – 2019, adalah program andalan yang
dikenal dengan Nawa Cita, sebutkan program tersebut?
Jawab :
Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA, yaitu:
1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.
2) Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan.
4) Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5) Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa
Asia lainnya.
7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8) Melakukan revolusi karakter bangsa.
9) Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Evaluasi

1. Sebutkan tujuan SPPN sesuai UU 25/2004.


Jawab :

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk:


a. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;
b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah,
antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan
Daerah;

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 55


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran


pelaksanaan, dan pengawasan;
d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan
e. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.
2. Apa yang dimaksud dengan Rencana Pembangunan Tahunan Nasional?
Jawab :

Rencana Pembangunan Tahunan Nasional,


Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pemerintah (RKP), adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode 1 (satu)
tahun. Sedangkan untuk Daerah adalah Rencana Pembangunan Tahunan Daerah,
yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah
dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan,
rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara
menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga,
lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

3. Kapan Musrenbang dilaksanakan?


Jawab :
Musyawarah Rencana Pembangunan :

1) Musrenbang diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJP dan diikuti oleh


unsur-unsur penyelenggara Negara dengan mengikutsertakan masyarakat.
Menteri menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Nasional,
dilaksanakan paling lambat 1 tahun sebelum berakhirnya periode RPJP yang
sedang berjalan.
2) Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Daerah,
dilaksanakan paling lambat 1 tahun sebelum berakhirnya periode RPJP yang
sedang berjalan.
3) Menteri menyusun rancangan akhir RPJP Nasional berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka Panjang Nasional.
4) Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJP Daerah berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka Panjang Daerah.
4. Bagaimana meneguhkan kembali jalan ideolologis?
Jawab :

Daya tahan suatu bangsa terhadap berbagai deraan gelombang sejarah tergantung
pada ideologi. Ideologi sebagai penuntun; ideologi sebagai penggerak; ideologi
sebagai pemersatu perjuangan; dan ideologi sebagai bintang pengarah. Ideologi itu

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 56


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

adalah PANCASILA 1 JUNI 1945 dan TRISAKTI. Selanjutnya penjabaran TRISAKTI


diwujudkan dalam bentuk:
a. Kedaulatan dalam politik diwujudkan dalam pembangunan demokrasi politik
yang berdasarkan hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Kedaulatan rakyat menjadi karakter, nilai, dan semangat yang dibangun
melalui gotong royong dan persatuan bangsa.
b. Berdikari dalam ekonomi diwujudkan dalam pembangunan demokrasi ekonomi
yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan dalam pengelolaan
keuangan negara dan pelaku utama dalam pembentukan produksi dan
distribusi nasional. Negara memiliki karakter kebijakan dan kewibawaan
pemimpin yang kuat dan berdaulat dalam mengambil keputu-san-keputusan
ekonomi rakyat melalui penggunaan sumber daya ekonomi nasional dan
anggaran negara untuk memenuhi hak dasar warga negara.
c. Kepribadian dalam kebudayaan diwujudkan melalui pembangunan karakter
dan kegotongroyongan yang berdasar pada realitas kebhinekaan dan
kemaritiman sebagai kekuatan potensi bangsa dalam mewujudkan
implementasi demokrasi politik dan demokrasi ekonomi Indonesia masa
depan.
5. Sebutkan tiga masalah pokok bangsa?
Jawab :
Dalam rangka mencapai tujuan nasional, bangsa Indonesia dihadapkan pada tiga
masalah pokok, yakni: (1) merosotnya kewibawaan negara; (2) melemahnya sendi-
sendi perekonomian nasional; dan (3) merebaknya intoleransi dan krisis kepribadian
bangsa.

a. Ancaman Terhadap Wibawa Negara.


Wibawa negara merosot ketika negara tidak kuasa memberikan rasa aman
kepada segenap warga negara, tidak mampu mendeteksi ancaman terhadap
kedaulatan wilayah, membiarkan pelanggaran hak asasi manusia (HAM),
lemah dalam penegakan hukum, dan tidak berdaya dalam mengelola konflik
sosial. Negara semakin tidak berwibawa ketika masyarakat semakin tidak
percaya kepada institusi publik dan pemimpin tidak memiliki kredibilitas yang
cukup untuk menjadi teladan dalam menjawab harapan publik akan perubahan
ke arah yang lebih baik. Harapan untuk menegakkan wibawa negara semakin
pudar ketika negara mengikat diri pada sejumlah perjanjian internasional yang
mencederai karakter bangsa dan makna kedaulatan yang tidak memberi
keuntungan pada kepentingan nasional.

b. Kelemahan Sendi Perekonomian Bangsa.


Lemahnya sendi-sendi perekonomian bangsa terlihat dari belum
terselesaikannya persoalan kemiskinan, kesenjangan sosial, kesenjangan
antarwilayah, kerusakan lingkungan hidup akibat eksploitasi sumber daya alam
yang berlebihan, dan ketergantungan dalam hal pangan, energi, keuangan,

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 57


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

dan teknologi. Negara tidak mampu memanfaatkan kandungan kekayaan alam


yang sangat besar, baik yang mewujud (tangible) maupun bersifat non-fisik
(intangible), bagi kesejahteraan rakyatnya. Harapan akan penguatan sendi-
sendi ekonomi bangsa menjadi semakin jauh ketika negara tidak kuasa
memberi jaminan kesehatan dan kualitas hidup yang layak bagi warganya,
gagal dalam memperkecil ketimpangan dan ketidakmerataan pendapatan
nasional, melanggengkan ketergantungan atas utang luar negeri dan
penyediaan pangan yang mengandalkan impor, dan tidak tanggap dalam
menghadapi persoalan krisis energi akibat dominasi alat produksi dan modal
korporasi global serta berkurangnya cadangan minyak nasional.

c. Intoleransi dan Krisis Kepribadian Bangsa.


Politik penyeragaman telah mengikis karakter Indonesia sebagai bangsa
pejuang, memudarkan solidaritas dan gotong-royong, serta meminggirkan
kebudayaan lokal. Jati diri bangsa terkoyak oleh merebaknya konflik sektarian
dan berbagai bentuk intoleransi. Negara abai dalam menghor-mati dan
mengelola keragaman dan perbedaan yang menjadi karakter Indonesia
sebagai bangsa yang majemuk. Sikap untuk tidak bersedia hidup bersama
dalam sebuah komunitas yang beragam telah melahirkan ekspresi intoleransi
dalam bentuk keben-cian, permusuhan, diskriminasi, dan tindakan kekerasan
terhadap “yang berbeda”. Kegagalan pengelolaan keragaman itu terkait
dengan masalah ketidakadilan dalam alokasi dan distribusi sumber daya
nasional yang memperuncing kesenjangan sosial. Pada saat yang sama,
kemajuan teknologi informasi dan transportasi yang begitu cepat telah
melahirkan “dunia tanpa batas” (borderless-state) yang pada gilirannya
membawa dampak negatif berupa kejut budaya (culture shock) dan
ketunggalan identitas global di kalangan generasi muda Indonesia. Hal ini
mendorong pencarian kembali basis-basis identitas primodial sebagai
representasi simbolik yang menjadi pembeda dengan lainnya.
Konsekuensinya, bangsa ini berada di tengah pertarungan antara dua arus
kebudayaan. Disatu sisi, manusia Indonesia dihadapkan pada arus
kebudayaan yang didorong oleh kekuatan pasar yang menempatkan manusia
sebagai komoditas semata. Di sisi lain, muncul arus kebudayaan yang
menekankan penguatan identitas primodial di tengah derasnya arus
globalisasi. Akumulasi dari kegagalan mengelola dampak persilangan dua arus
kebudayaan tersebut menjadi ancaman bagi pembangunan karakter bangsa.

Materi pokok 2

Latihan

1. Sebutkan 3 pilar yang diperkuat dengan dimensi kelembagaan?


Jawab :
Dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan diperlukan keterpaduan antara 3
(tiga) pilar yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan yang kemudian diperkuat dengan
dimensi kelembagaan. Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan secara umum
tercermin dalam indikator – indikator antara lain: (1) indikator ekonomi makro seperti
pertumbuhan ekonomi dan dampak ekonomi; (2) tingkat partisipasi masyarakat pelaku
pembangunan, partisipasi masyarakat marginal/minoritas (kaum miskin dan

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 58


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

perempuan), dampak terhadap struktur sosial masyarakat, serta tatanan atau nilai
sosial yang berkembang di masyarakat; dan (3) dampak terhadap kualitas air, udara
dan lahan serta ekosistem (keanekaragaman hayati).

2. Ada lima tujuan yang hendak dicapai, perlu sasaran umum yang ditetapka, jelaskan?
Jawab :

1) Tujuan I: Mengembangkan Kebijakan Rencana Pembinaan - Konstruksi dan


Investasi Dalam rangka mewujudkan Tujuan I tersebut di atas, sasaran umum
ditetapkan Sebagai berikut:
a. Terwujudnya Roadmap Pembinaan yang sesuai dengan
perkembangan yang Ada;
b. Peningkatan penyelenggaraan pembinaan baik di pusat maupun di
daerah;
c. Peningkatan fungsi dan peran pembinaan melalui regulasi
2) Tujuan II: Dalam rangka mewujudkan Tujuan II tersebut di atas, sasaran umum
ditetapkan Sebagai berikut:
a. Peningkatan investasi (konstruksi) infrastruktur yang katalis dan
inovatif;
b. Peningkatan kinerja sistem penyelenggaraan konstruksi yang efisien
dan efektif.
3) Tujuan III: Berperan Aktif dalam Menciptakan Pelaku, SDM, dan Masyarakat
Konstruksi yang Unggul, Mandiri, Profesional, dan Berdaya Saing Tinggi
Dalam rangka mewujudkan TujuanIII tersebut di atas, sasaran umum
ditetapkan Sebagai berikut:
a. Dukungan rantai pasok konstruksi yang memadai;
b. Peningkatan kapasitas LPJK yang kokoh dan mandiri;
c. Peningkatan kompetensi SDM Konstruksi;
d. Peningkatan kapasitas pembinaan yang menyeluruh dan merata
e. Tujuan IV: Memelopori Penciptaan Informasi Konstruksi
danTerpenuhinya Sumber Daya Konstruksi Dalam rangka mewujudkan
4) Tujuan IV tersebut di atas, sasaran umum ditetapkan Sebagai berikut:
a. Dukungan rantai pasok konstruksi yang memadai;
b. Tersedianya informasi konstruksi dan sumber daya konstruksi;
c. Peningkatan kerjasama dan partisipasi stakeholder konstruksi untuk
mendukung;
d. ketersediaan informasi konstruksi dan sumber daya konstruksi;
e. Terbuka akses informasi konstruksi dan sumber daya konstruksi bagi
seluruh Stakeholder.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 59


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

5) Tujuan V: Memelopori Pengkajian, Penyebarluasan, dan Penerapan Inovasi


Teknologi, Investasi, dan Ekonomi Konstruksi yang Berkelanjutan. Dalam
rangka mewujudkan Tujuan V tersebut di atas, sasaran umum ditetapkan
Sebagai berikut:
a. Peningkatan kualitas Produk dan Layanan dengan pemberdayaan
Litbang;
b. Peningkatan kinerja Litbang melalui peningkatan fungsi dan peranan,
kerjasama dan partisipasi stakeholder, dan sistem pengelolaan beserta
pengadaan dalam menjalankan Litbang;
c. Peningkatan kerjasama dan partisipasi stakeholder konstruksi untuk
mendukung kegiatan litbang konstruksi;
d. Tersebarnya informasi produk dan layanan.
3. Sistematika seperti apa dokumen renstra Ditjen Bina Konstruksi?
Jawab :
Arah pengembangan yang ditetapkan dalam Renstra Ditjen Bina Konstruksi2015-2019
ini menjadi acuan bagi Unit Eselon II serta Balai-balai di lingkungan Ditjen Bina
Konstruksi untuk penetapan program pengembangan pada masing-masing unit kerja
dan menjadi alat koordinasi pengembangan bersama Ditjen Bina Konstruksi.
Sistematika Dokumen Renstra Dokumen Renstra Ditjen Bina Konstruksi ini disusun
dengan sistematika sebagai berikut:

• Landasan Pengembangan
• Rencana Strategis Ditjen Bina Konstruksi
• Program Strategis
4. Jelaskan tujuan ke 3 darissaran program dan indikator kinerja!
Jawab :
Tujuan III: Berperan Aktif dalam Menciptakan Pelaku, SDM, dan Masyarakat
Konstruksi yang Unggul, Mandiri, Profesional, dan Berdaya Saing Tinggi Dalam
rangka mewujudkan Tujuan III tersebut di atas, sasaran umum ditetapkan Sebagai
berikut:
a. Dukungan rantai pasok konstruksi yang memadai;
b. Peningkatan kapasitas LPJK yang kokoh dan mandiri;
c. Peningkatan kompetensi SDM Konstruksi;
d. Peningkatan kapasitas pembinaan yang menyeluruh dan merata
5. Berapa banyak kegiatan yang ada di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Jawab :
Adapun kegiatan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi berjumlah 6 (enam) buah sesuai
dengan jumlah Unit Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, yaitu:

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 60


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

1) Penyelenggaraan Pelayanan Teknis dan Administrasi Pembinaan Jasa


Konstruksi;
2) Pembinaan Investasi Infrastruktur;
3) Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi;
4) Pembinaan Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi;
5) Pembinaan Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi; dan
6) Kerja Sama dan Pemberdayaan Jasa Konstruksi.

Evaluasi

1. Landasan apa saja yang penting dalam penyusunan renstra Direktorat Jenderal bina
Konstruksi?
Jawab :
Adapun landasan-landasan penting yang menjadi acuan dalam penyusunan Renstra
Ditjen Bina Konstruksi 2015-2019 mencakup peraturan perundang-undangan terkait
Jasa Konstruksi, Ketenagakerjaan, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
Pembagian Urusan Pemerintahan, Pemerintah Daerah, Kementerian Negara,
Kementerian PU, Kinerja Instansi Pemerintah, Renstra Kementerian Pekerjaan Umum
2010-2014, dan Renstra DJBK Konstruksi 2010-2014.

2. Ditjen Bina Konstruksi lima tahun ke depan, akan memposisikan diri sebagai “pembina
konstruksi dan investasi yang berintegritas tinggi, andal, dan kokoh”.
Jawab:
Berdasarkan alur pengembangan yang telah dirumuskan sebelumnya, disusun rincian
program strategis dan indikator serta target yang dicanangkan oleh Ditjen Bina
Konstruksi 2015-2019. Program dan indikator tersebut dijabarkan berdasarkan
masing-masing misi, proses bisnis internal (pendukung), sumber daya untuk belajar
dan tumbuh, dan perspektif finansial (anggaran) yang merupakan komponen-
komponen yang bila disatukan secara sinergis maka akan membentuk sebuah
bangunan utuh, yaitu Ditjen Bina Konstruksi.

3. Bagaimana upaya Ditjen BK berperan sebagai pembina konstruksi dan pembina


investasi?
Jawab :
Dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan Ditjen Bina Konstruksi, dan
perkembangan kondisi lingkungan eksternalnya, maka dalam upaya untuk terus
berkembang dan mewujudkan Ditjen Bina Konstruksi sebagai Pembina Konstruksi dan
Pembina Investasi di bidang Infrastruktur, Ditjen Bina Konstruksi harus mampu
tumbuh melalui peran aktif dan komitmen komunitas Ditjen Bina Konstruksi untuk
meningkatkan kapasitas sistem dan sumber daya Ditjen Bina Konstruksi, peningkatan
keefektifan dan efisiensi organisasi dengan berlandaskan pada integritas yang tinggi,
andal, dan kokoh.

4. Berapa target pencapaian indikator kinerja pada renstra 2015 – 2019 Direktorat Bina
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi?

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 61


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

Jawab :
DIREKTORAT BINA PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

Pengaturan pembinaan penyelenggaraan konstruksi 7 NSPK

Jumlah draft NSPK pembinaan penyelenggaraan 7 NSPK

Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan konstruksi 5 Profil

Jumlah profil pembinaan dan penyel konstruksi 5 Profil

Output Tambahan 13 Bulan


Jumlah Layanan Perkantoran 13 Bulan

5. Dalam peningkatan BUJK yang berkualitas besar, disiapkan satu program yang
didukung oleh 1 sasaran kegiatan, yaitu?
Jawab :
Sasaran program ini didukung oleh 1 sasaran kegiatan (output), yaitu: Kelembagaan
pembinaan jasa konstruksi Sub-Output:
1) Standar dan Pedoman Kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat;
2) Profil Kinerja Kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat;
3) Standar dan Pedoman bidang Usaha Jasa Konstruksi;
4) Profil Kinerja bidang Usaha Jasa Konstruksi.

Penutup

Evaluasi Kegiatan Belajar


1. Apa yang sdr ketahui tentang Rencana Pembangunan Tahunan?
Jawab :
Rencana Pembangunan Tahunan Nasional,
Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pemerintah (RKP), adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode 1 (satu)
tahun. Sedangkan unuk Daerah adalah Rencana Pembangunan Tahunan Daerah,
yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah
dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan,
rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara
menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga,
lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Renja-KL disusun dengan berpedoman pada Renstra-KL dan mengacu pada priorita
pembangunan Nasional dan pagu indikatif, serta memu kebijakan, program, dan
kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah maupun
yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 62


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

Renja-SKPD disusun dengan berpedoman kepada Renstra SKPD dan mengacu


kepada RKP, memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang
dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan
mendorong partisipasi masyarakat.

2. Jelaskan Visi dan Misi Pembangunan Nasional tahun 2005 – 2025.


Jawab :

Visi : “INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMU”


Misi :

a. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan


beradab berdasarkan falsafah Pancasila,
b. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing,
c. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum,
d. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu,
e. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan,
f. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari,
g. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional.
h. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.
3. Apa yang dimaksud dengan tiga masalah pokok bangsa?
Jawab :

1) Ancaman Terhadap Wibawa Negara. Wibawa negara merosot ketika negara


tidak kuasa memberikan rasa aman kepada segenap warga negara, tidak
mampu mendeteksi ancaman terhadap kedaulatan wilayah, membiarkan
pelanggaran hak asasi manusia (HAM), lemah dalam penegakan hukum, dan
tidak berdaya dalam mengelola konflik sosial. Negara semakin tidak
berwibawa ketika masyarakat semakin tidak percaya kepada institusi publik
dan pemimpin tidak memiliki kredibilitas yang cukup untuk menjadi teladan
dalam menjawab harapan publik akan perubahan ke arah yang lebih baik.
Harapan untuk menegakkan wibawa negara semakin pudar ketika negara
mengikat diri pada sejumlah perjanjian internasional yang mencederai karakter
bangsa dan makna kedaulatan yang tidak memberi keuntungan pada
kepentingan nasional.
2) Kelemahan Sendi Perekonomian Bangsa. Lemahnya sendi-sendi
perekonomian bangsa terlihat dari belum terselesaikannya persoalan
kemiskinan, kesenjangan sosial, kesenjangan antarwilayah, kerusakan
lingkungan hidup akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, dan
ketergantungan dalam hal pangan, energi, keuangan, dan teknologi. Negara

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 63


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

tidak mampu memanfaatkan kandungan kekayaan alam yang sangat besar,


baik yang mewujud (tangible) maupun bersifat non-fisik (intangible), bagi
kesejahteraan rakyatnya. Harapan akan penguatan sendi-sendi ekonomi
bangsa menjadi semakin jauh ketika negara tidak kuasa memberi jaminan
kesehatan dan kualitas hidup yang layak bagi warganya, gagal dalam
memperkecil ketimpangan dan ketidakmerataan pendapatan nasional,
melanggengkan ketergantungan atas utang luar negeri dan penyediaan
pangan yang mengandalkan impor, dan tidak tanggap dalam menghadapi
persoalan krisis energi akibat dominasi alat produksi dan modal korporasi
global serta berkurangnya cadangan minyak nasional.
3) Intoleransi dan Krisis Kepribadian Bangsa. Politik penyeragaman telah
mengikis karakter Indonesia sebagai bangsa pejuang, memudarkan solidaritas
dan gotong-royong, serta meminggirkan kebudayaan lokal. Jati diri bangsa
terkoyak oleh merebaknya konflik sektarian dan berbagai bentuk intoleransi.
Negara abai dalam menghor-mati dan mengelola keragaman dan perbedaan
yang menjadi karakter Indonesia sebagai bangsa yang majemuk. Sikap untuk
tidak bersedia hidup bersama dalam sebuah komunitas yang beragam telah
melahirkan ekspresi intoleransi dalam bentuk keben-cian, permusuhan,
diskriminasi, dan tindakan kekerasan terhadap “yang berbeda”. Kegagalan
pengelolaan keragaman itu terkait dengan masalah ketidakadilan dalam
alokasi dan distribusi sumber daya nasional yang memperuncing kesenjangan
sosial. Pada saat yang sama, kemajuan teknologi informasi dan transportasi
yang begitu cepat telah melahirkan “dunia tanpa batas” (borderless-state) yang
pada gilirannya membawa dampak negatif berupa kejut budaya (culture shock)
dan ketunggalan identitas global di kalangan generasi muda Indonesia. Hal ini
mendorong pencarian kembali basis-basis identitas primodial sebagai
representasi simbolik yang menjadi pembeda dengan lainnya.
Konsekuensinya, bangsa ini berada di tengah pertarungan antara dua arus
kebudayaan. Disatu sisi, manusia Indonesia dihadapkan pada arus
kebudayaan yang didorong oleh kekuatan pasar yang menempatkan manusia
sebagai komoditas semata. Di sisi lain, muncul arus kebudayaan yang
menekankan penguatan identitas primodial di tengah derasnya arus
globalisasi. Akumulasi dari kegagalan mengelola dampak persilangan dua arus
kebudayaan tersebut menjadi ancaman bagi pembangunan karakter bangsa.
4. Percepatan sertifikasi kompetensi bidang jasa konstruksi melalui program sapta
agenda, jelaskan?
Jawab:

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 64


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 65


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

DAFTAR PUSTAKA

• Undang-Undang RI no 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional.
• Undang-Undang RI no 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional tahun 2005 – 2025.
• Peraturan Presiden RI no 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
• Peraturan Presiden RI no 15 tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
• Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
• Permen PUPR no 34 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis.
• Keputusan Presiden No. 121/P tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan
Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2014-2019
• Rencana Strategis Kementerian PUPR 2015 – 2019.
• Rencana Strategis Ditjen Bina Konstruksi 2015 – 2019.

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 66


MODUL KEBIJAKAN UMUM
DJBK

GLOSARIUM

UU = Undang Undang

PP = Peraturan Pemerintah

KEPPRES = Keputusan Presiden

PERPRES = Peraturan Presiden

SPPN = Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

RPJPN = Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional


RPJPD = Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
RPJMN = Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPJMD = Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 67

Anda mungkin juga menyukai