Anda di halaman 1dari 42

Strategi Pengembangan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil


di Daerah Istimewa Yogyakarta
Nama
NIM
Click to add photo

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
 Sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan salah satu sumber daya yang
penting bagi hajat hidup masyarakat dan sebagai penggerak utama perekonomian
nasional.
 Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki potensi yang sangat tinggi untuk
dikembangkan.
 Sumber daya kelautan dan perikanan Indonesia diperkirakan bernilai US$ 136,5
milyar yang mencakup: perikanan US$ 31,9 milyar; wilayah pesisir lestari US$
56,0 milyar; bioteknologi US$ 40,0 milyar; wisata US$ 2,0 milyar dan migas US$
6,6 milyar (Pustek Kelautan UGM, 2005; Sahubawa dkk., 2009).
• Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 memberikan amanat kepada pemerintah
pusat dan daerah, salah satunya dalam pengelolaan sumber daya alam di laut sampai
dengan 12 mil dari garis pantai menjadi kewenangan provinsi diluar minyak dan gas
bumi.
• Pergeseran paradigma pembangunan dari “Among Tani Dagang Layar” menjadi
“Menyongsong Abad Samudra Hindia untuk Kemuliaan Martabat Manusia Jogja”
dengan wilayah pesisir selatan, maritim dan laut sebagai halaman depan, ditempuh
melalui strategi akselerasi pengembangan wilayah Pantai Selatan.
• Perlu adanya strategi pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di
Daerah Istimewa Yogyakarta
Click to add photo

Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana isu strategis pengembangan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil di Daerah Istimewa Yogyakarta?
2. Bagaimana strategi pengembangan wilayah pesisir dan pulau
pulau kecil di Daerah Istimewa Yogyakarta?
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi isu strategis pengembangan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil di Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Merumuskan strategi pengembangan wilayah pesisir dan pulau
pulau kecil di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Batasan Penelitian
1. Lokus
Batasan lokasi penelitian adalah batas administrasi Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan batas wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang
ditetapkan berdasarkan Pasal 2 Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2018.
2. Fokus
Batasan fokus penelitian adalah aspek pariwisata, pelabuhan perikanan,
perikanan tangkap, dan sumber daya energi.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini memberikan manfaat bagi pengembangan
ilmu administrasi publik terkait dengan kebijakan,
kelembagaan, dan pemerintahan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini memberikan manfaat kepada pemerintah dan
masyarakat yaitu strategi pengembangan wilayah pesisir
dapat diimplementasikan dalam pembuatan kebijakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Click to add photo

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
DEFINISI STRATEGI
• Strategi berasal dari bahasa Yunani strategia (stratos yaitu militer dan
ag yaitu memimpin). Strategi adalah rencana untuk mencapai tujuan
melalui pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material
pada daerah - daerah tertentu (Clauswitz dalam Rachmat, 2014).
• Strategi merupakan suatu kebijakan yang digunakan untuk
manajemen, yang memiliki dampak besar pada kinerja (Buzzel dan
Gale, 1987).
• Strategi adalah rencana yang diintegrasikan, luas, dan terintegrasi
yang menghubungkan keunggulan dan tantangan lingkungan, untuk
mencapai tujuan melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi
(David, 2004).
TAHAP PERUMUSAN
STRATEGI
• Menyeleksi kritis terhadap permasalahan;
• Menetapkan tujuan dasar dan sasaran strategis;
• Menyusun action plan;
• Menyusun rencana penggunaan sumber daya;
• Mempertimbangkan keunggulan;
• Mempertimbangkan berkelanjutan.
DEFINISI WILAYAH PESISIR DAN
PULAU KECIL
• Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh
laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air laut
(Triatmojo, 1999).
• Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan
lautan (Dahuri dkk, 1996).
• Wilayah pesisir merupakan transisi ekosistem terrestrial dan laut yang
ditandai oleh gradien perubahan ekosistem yang tajam (Pariwono,
1992).
• Pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan
2.000 km2 beserta kesatuan ekosistemnya (UU No. 27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil).
PEMANFAATAN
PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
Couper’s Global Marine Vallega Coastal Use Hawaii Ocean Resources
Sorensen and McCreary Pido and Chua
Interaction Model Framework Management
(1990) (1992)
(Coper 1983) (Vallega 1992) (CZMapproach 1991)
Navigasi dan Komunikasi Perikanan Pertanian Pelabuhan Penelitian
Sumber energi dan mineral Daerah konservasi Perikanan dan akuatur Perkapalan Rekreasi
Sumber daya biologi Suplai air Infrastuktur Jalur pipa laut Pelabuhan
Pembuangan limbah Rekreasi Penambangan Kabel Perikanan
Strategi dan pertahanan Pariwisata Pelabuhan Transportasi udara Perlindungan ekosistem laut
Rekreasi Pembangunan pelabuhan Industry Sumber daya biologi Erosi pantai dan pesisir
Kualitas lingkungan laut Sumber energi Pariwisata Hidrokarbon Pengelolaan buangan
Pembuangan limbah Perkotaan Sumber daya alam Akuakultur
 
terbarukan
  Industry Kehutanan Pertahanan Sumber energi
  Pertanian Perkapalan (Shipping) Rekreasi Mamalia laut
  Marikultur   Penahan gelombang  
      Pembuangan limbah  
      Preservasi dan konservasi  
DEFINISI
PARIWISATA
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah (UU No. 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan)
KRITERIA DAN STANDAR
PARIWISATA
No Kriteria Standar Minimal
1 Obyek Salah satu dari unsur alam, sosial, dan budaya
2 Akses Jalan, kemudahan rute, tempat parkir, dan harga parkir yang terjangkau
3 Akomodasi Pelayanan penginapan (hotel, wisma, losmen)
Agen perjalanan, pusat informasi, fasilitas kesehatan, pemadam kebakaran,
4 Fasilitas hydrant, TIC (Tourism Information Center), guiding (pemandu wisata), plang
informasi, petugas entry dan exit
5 Transportasi Adanya moda transportasi yang nyaman sebagai akses masuk
6 Catering Service Pelayanan makanan dan minuman (restoran, kantin, rumah makan)
7 Aktifitas rekreasi Aktifitas di lokasi wisata seperti berenang, jalan-jalan, dan lain-lain
8 Pembelanjaan Tempat pembelian barang-barang umum
9 Komunikasi Adanya TV, sinyal telepon, akses internet, penjual voucher pulsa.
10 Sistem Perbankan Adanya bank dan ATM
11 Kesehatan Pelayanan kesehatan
12 Keamanan Adanya jaminan keamanan
13 Kebersihan Adanya tempat sampah dan rambu-rambu peringatan tentang kebersihan
14 Sarana Ibadah Fasilitas sarana ibadah
15 Promosi Adanya pemasaran di media.
DEFINISI
PELABUHAN PERIKANAN
Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan
perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat
kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem usaha perikanan yang
dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan
bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.
(UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan)
PERAN
PELABUHAN PERIKANAN
1. Produksi
a. Tempat mendaratkan hasil tangkapan perikanan;
b. Tempat untuk persiapan operasi penangkapan (mempersiapkan
alat, bahan bakar, perbaikan alat tangkap, ataupun kapal);
c. Tempat berlabuh kapal perikanan.
2. Distribusi
d. Tempat transaksi jual beli ikan;
e. Sebagai terminal untuk mendistribusikan ikan;
f. Sebagai terminal ikan hasil laut.
3. Pusat Kegiatan Masyarakat Nelayan
g. Kehidupan nelayan;
h. Pengembangan ekonomi masyarakat nelayan;
i. Lalu lintas jaringan informasi antara nelayan dengan pihak luar.
DEFINISI
PERIKANAN
Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya
mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan
pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan
(Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan)
ASPEK KEBERHASILAN
PENANGKAPAN IKAN
1. Sumber Daya Ikan;
2. Kapal;
3. Alat Tangkap;
4. Daerah Penangkapan;
5. Musim Penangkapan Ikan;
6. Alat Bantu Penangkapan Ikan;
7. SDM Nelayan;
8. Logistik/Perbekalan;
9. Teknologi.
DEFINISI
ENERGI
Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa
panas, cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika.
(Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007)

SUMBER
ENERGI
1. Sumber Energi Tak Terbarukan
batu bara, minyak bumi, gas alam
2. Sumber Energi Terbarukan
air, biomassa, panas bumi, matahari, angin, pasang surut,
gelombang laut, panas laut
BAB III
METODE PENELITIAN
PARADIGMA/PENDEKATAN

Paradigma Postpositivisme
Dalam penelitian diperlukan berbagai metode karena
peneliti tidak dapat memperoleh fakta nyata di lapangan
apabila terdapat gap antara peneliti dengan kenyataan.

Pendekatan Gabungan
Menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Dalam proses pengumpulan data dan analisis data
dilakukan dengan cara mengintegrasikan data kuantitatif
dan kualitatif sehingga menghasilkan pemahaman
komprehensif atas fenomena yang terjadi di lapangan.
METODE PENGUMPULAN DATA

DATA PRIMER DATA SEKUNDER


Survei Lapangan • Data dari instansi dan sumber lain.
• Untuk mengidentifikasi informasi kondisi fisik • Data berupa kondisi wilayah pesisir dan pulau-
wilayah, identifikasi flora fauna kawasan pesisir, pulau kecil, dokumen-dokumen yang relevan,
dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di peta lokasi penelitian, studi literatur, peraturan
wilayah pesisir. perundang-undangan terkait dan data kebijakan
• Instrumen berupa daftar/list data yang dibutuhkan pembangunan di sektor pariwisata, pelabuhan
peneliti. perikanan, perikanan tangkap, dan energi.
Wawancara
• Wawancara adalah kegiatan memperoleh
informasi dari narasumber.
• Instrumen berupa daftar pertanyaan yang
diberikan kepada narasumber.
METODE ANALISIS DATA
Analisis Kesesuaian Lahan Wisata
IKW : Indeks Kesesuaian Wisata
NI : Nilai Parameter ke-I (Bobot x Skor)
Nmaks : Nilai Maksimum dari Suatu Kategori Wisata

No Parameter Bobot Kategori (S1) Skor Kategori (S2) Skor Kategori (S3) Skor Kategori (N) Skor Kategori S1 : Sangat Sesuai
1 Kedalaman (m) 5 0-3 3 >3-6 2 >6-10 1 >10 0 Kategori S2 : Sesuai
Pasir Hitam, Kategori S3 : Sesuai Bersyarat
Pasir Putih, Sedikit Lumpur,
2 Tipe Pantai 5 Pasir Putih 3 2 Berkarang, 1 0 Kategori TS : Tidak Sesuai
Karang Berbatu, Terjal
Sedikit Terjal
3 Lebar Pantai (m) 5 >15 3 10-15 2 3-<10 1 <3 0
Material Dasar
4 3 Pasir 3 Karang Berpasir 2 Pasir berlumpur 1 Lumpur 0
Perairan
Kecepatan Arus
5 3 0-0,17 3 0,17-0,34 2 0,34-0,51 1 >0,51 0
(m/dt)
Kemiringan
6 3 <10 3 10-25 2 >25-45 1 >45 0
Pantai
Kecerahan
7 1 >10 3 >5-10 2 3-5 1 <2 0
Perairan (m)
Hutan Bakau,
Penutupan lahan Semak Belukar
8 1 Lahan terbuka 3 2 Belukar Tinggi 1 Permukiman, 0
Pantai rendah, savana
Pelabuhan
Bulu Babi, Ikan Bulu Babi, Ikan
9 Biota Berbahaya 1 Tidak Ada 3 Bulu babi 2 1 0
Pari Pari, Lepu, Hiu
Ketersediaan Air >0,5-1
10 1 <0,5 (km) 3 2 >1-2 1 >2 0
Tawar (km)
METODE ANALISIS DATA

Analisis Daya Dukung Kawasan Analisis Model Miles dan Huberman


a. Reduksi Data
Menyederhanakan data agar bisa sesuai dengan kebutuhan
DDK : Daya Dukung Kawasan (orang per meter) kemudian diseleksi.
K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area b. Penyajian Data 
(orang per m2) Menyajikan data yang sudah direduksi dalam bentuk
Lp : Luas area atas panjang area yang dapat grafik, chart, pictogram, dan bentuk lain sehingga data
dimanfaatkan (m2)
lebih mudah disampaikan kepada orang lain. Selain itu juga
Lt : Unit area untuk kategori tertentu (m2)
Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk mengandung informasi yang jelas dan pembaca bisa
kegiatan wisata dalam satu hari (jam) dengan mudah dipahami.
Wp : Waktu yang dihabiskan pengunjung untuk setiap c. Penarikan Kesimpulan 
kegiatan terntentu (jam) Data disusun dan dikelompokan yang disajikan dengan
suatu teknik atau pola agar bisa ditarik kesimpulan. 
GAMBARAN WILAYAH PESISIR
DAN PULAU-PULAU KECIL

Kulon Progo
• Pantai berlereng landai dan bermaterial pasir
dengan penyusun alluvium dari Gunung Merapi
dan Perbukitan Menoreh.
Bantul
• Pantai berlereng landai, bermaterial pasir, dan ada
keberadaan gumuk pasir. Material penyusun
adalah alluvium dari Gunung Merapi.
Gunungkidul
• Pantai berlereng curam dengan cliff, berbentuk
teluk dengan garis pantai pendek, dan bermaterial
pasir. Material penyusun adalah hasil pelapukan
perbukitan karst.
Di sepanjang pantai selatan DIY terdapat 28
pulau kecil.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis Kesesuaian Lahan Wisata
No
Nama Luas Lahan Total IKW Tingkat Daya Tampung S1 : Sangat Sesuai
Kawasan Wilayah Penyangga Skor % Kesesuaian /Hari
Pantai 1,3 Ha S2 : Sesuai
1 2,3 Ha 64 76,1 % S2 3450
Congot
Pantai 1,5 Ha
S3 : Sesuai Bersyarat
2 1,9 Ha 62 73,8% S2 2850
Glagah
3 Pantai Baru 2,3 Ha 1,8 Ha 63 75 % S2 3450
Pantai Goa 1,4 Ha
  1,6 Ha 63 75% S2 2400
Cemara
4 Pantai Baros 2 Ha 1,3 Ha 64 76,1% S2 3000
5 Pantai Depok 1,8 Ha 0,9 Ha 61 72,6% S2 2700
Pantai 0,6 Ha
6 1,1 Ha 59 70,2% S3 1650
Pelangi
Pantai 10 Ha
7 15 Ha 77 91,6% S1 22500
Parangtritis
Pantai 1,7 Ha
8 2,3 Ha 80 95,2% S1 3450
Gesing
Pantai 1 Ha
9 1 Ha 79 94% S1 1500
Ngobaran
10 Pantai Kukup 2,2 Ha 1,7 Ha 80 95,2% S1 3300
Pantai 1,9 Ha
11 3,1 Ha 82 97,6% S1 4650
Sepanjang
12 Pantai Drini 2,1 Ha 1,6 Ha 80 95,2% S1 3150
Pantai 0,8 Ha
13 1,1 Ha 49 58,3 % S3 1650
Timang
Pantai 1 Ha
14 1,5 Ha 80 95,2 % S1 2250
Nglambor
Analisis Daya Dukung Kawasan
No Obyek Wisata Kegiatan 3 Jam Daya Dukung
1 Hari
1 Pantai Nglambor Snorkling 8 26

Lokasi Wisata Daya Dukung


No Luas Wilayah
Bentang Laut (Orang)
1 Pulau Drini 1,21 Ha 10
2 Tebing Watu Lawang 0,79 Ha 4
3 Pulau Watu Walang 2,25 Ha 1
4 Pulau Jumpino 0,58 Ha 2
ISU ZONA PARIWISATA
1. Secara umum pengelolaan zona pariwisata belum optimal;
2. Pada umumnya belum di atur blok-blok peruntukan, misal tempat parkir;
3. Kurangnya edukasi tentang pemanfaatan wisata budaya;
4. Kurangnya promosi dan edukasi kepada pengunjung tentang wisata berbasis konservasi pada
kawasan pesisir;
5. Kurangnya penataan ruang yang bijak;
6. Kurangnya pelatihan atau peningkatan kualitas sumber daya manusia pada pengelola wisata;
7. Kurangnya perhatian terhadap ekosistem sumber daya biotik dan abiotik pada pemanfaatan
wisata bahari;
8. Kios souvenir, kuliner, obyek wisata, dan lainnya;
9. Atraksi dan hiburan di kawasan wisata pesisir masih minim;
10. Terbatasnya keamanan dan petugas keselamatan;
11. Belum tersedia sarana transportasi umum ke obyek-obyek wisata.
ISU ZONA PELABUHAN PERIKANAN

1. Kerusakan bangunan;
2. Belum ada fasilitas docking dan perbengkelan;
3. Perkampungan nelayan jauh dari sentra kegiatan nelayan;
4. Pondok boro/andon yang terbatas daya tampungnya;
5. Belum ada fasilitas IPAL;
6. Daya tampung kolam pelabuhan sudah penuh (khusus di PPP Sadeng);
7. Belum adanya SPDN di kawasan pelabuhan dan kesulitan untuk mendapatkan BBM;
8. Sulit mendapatkan es dan garam;
9. Belum adanya kios pemasaran/pedagang ikan;
10. Pengurusan dokumen kapal diatas 7 GT harus ke KSOP Cilacap;
11. Jaringan internet sering mengalami gangguan, sehingga sistem informasi pelabuhan perikanan tidak lancar;
12. Sering terjadi gangguan listrik sehingga menggangu operasioanal pelabuhan, cold storage, dan lainnya;
13. Bak/tempat penampungan sampah terbatas;
14. Kondisi lingkungan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang belum higinies;
15. Dalam pengelolaan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng belum menerapkan pengelolaan berbasis eco fishing ports.
ISU ZONA PERIKANAN TANGKAP

1. Masih tertangkapnya ikan yang dilindungi;


2. Menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan;
3. Pemasangan alat bantu penangkapan ikan (rumpon) tidak berijin;
4. Masih adanya illegal fishing yang dilakukan oleh nelayan lokal maupun nelayan dari
daerah lain di perairan selatan DIY
5. Dalam pengelolaan sumber daya perikanan belum menerapkan pengelolaan perikanan
berbasis ekosistem (ecosystem approach to fisheries management);
6. Pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan yang belum optimal;
ISU DI ZONA ENERGI

1. Zona energi gelombang air laut (sesuai Perda DIY Nomor 9 Tahun 2018) di Pantai
Parangracuk, Kalurahan Kanigoro, Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul belum
dapat dimanfaatkan;
2. Beberapa kincir angin yang memanfatakan sumber energi terbarukan angin seperti di
Pantai Pantai Baru, Kaluarahan Poncosari, Kapanewon Srandakan dan di Pantai Pengklik,
Kalurahan Srigading, Kapanewon Sanden, Kabupaten Bantul dan di Pantai Sundak,
Kaluarahan banjarejo, Kapanewon Tepus, Kabupaten Gunungkidul sudah tidak
operasional;
3. Membutuhkan biaya yang mahal, baik untuk pembangunannya maupun pemeliharaannya.
PERUMUSAN STRATEGI

TUJUAN
1. Mengurangi hingga menghilangkan ancaman yang terdapat di dalam
kawasan;
2. Melakukan pemulihan ekosistem dalam kawasan;
3. Mengatur pemanfaatan sesuai dengan zonasi pariwisata;
4. Mengelola sumber daya alam dan lingkungan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil secara berkelanjutan;
5. Memanfaatkan potensi sumber daya alam secara lestari dengan
pemberdayaan masyarakat;
6. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat di
sekitar kawasan; dan
7. Mencapai efektivitas pengelolaan zona/kawasan.
STRATEGI ZONA PARIWISATA

1. Pengelolaan kawasan pariwisata yang berkelanjutan (Sustainable


Tourism Development);
2. Pengembangan pariwisata berbasis pada pemberdayaan masyarakat
(Community Based Tourism Development);
3. Pendekatan Budaya / Pariwisata Berbasis Budaya;
4. Pendekatan Pengembangan Wilayah.
STRATEGI ZONA PELABUHAN PERIKANAN

1. Pelaksanaan kebijakan nasional dalam pembangunan pelabuhan


laut untuk kepentingan pertahanan negara;
2. Peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan;
3. Peningkatan fasilitas pokok, fasilitas penunjang, dan fasilitas
fungsional pelabuhan;
4. Peningkatan pengelolaan tempat pelelangan ikan (TPI);
5. Pengendalian dan pengawasan kegiatan kepelabuhan.
STRATEGI PERIKANAN TANGKAP

1. Pelaksanaan kebijakan nasional dalam penetapan kawasan cadangan stok


perikanan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional;
2. Pemanfaatan sumber daya ikan secara lestari dan berkelanjutan;
3. Rasionalisasi daerah penangkapan ikan agar tepat lokasi dan tepat musim
serta tidak tumpeng tindih atau mengganggu daerah pemijahan ikan;
4. Pengembangan teknologi alat tangkap ramah lingkungan;
5. Penerapan teknologi rantai dingin pasca tangkap untuk menjaga kualitas
ikan hasil tangkapan.
STRATEGI ZONA ENERGI

1.Peningkatan sarana dan prasarana pengembangan pembangkit


listrik tenaga gelombang laut;
2.Penerapan teknologi terbarukan dalam upaya pengembangan energi
alternatif gelombang laut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Isu strategis pengembangan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil di Daerah Istimewa Yogyakarta,
yaitu adanya kerusakan fisik lingkungan pesisir,
produksi yang rendah, infrastruktur dan sumber
daya manusia pendukung produksi masih
kurang, dan kelembagaan yang masih
mengedepankan kepentingan sektoral saja.
2. Strategi pengembangan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil dapat dilaksanakan dengan konservasi,
penguatan kelembagaan, pelatihan/edukasi
kepada masyarakat dan pelaku usaha, serta
membangun infrastruktur penunjang.
Pelaksanaan strategi tersebut perlu kerja sama dari
berbagai lembaga di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil di Daerah Istimewa Yogyakarta.
SARAN
Melengkapi analisis dan pembahasan terkait sektor
pertanian, perikanan budidaya, tambak garam,
peternakan, dan sektor-sektor lainnya untuk
memberikan gambaran kondisi sektor tersebut di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Daerah
Istimewa Yogyakarta
Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai